ISLAM DAN SOSIALISME TELAAH ATAS PEMIKIRAN DAN AKSI K.H. AHMAD DAHLAN Disusun Oleh : IBNU TSANI NIM: 204033203127 Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1430 H / 2009 M Lembar Pengesahan Islam dan Sosialisme: Studi Komparatif Pemikiran H.O.S Tjokroaminoto dan Sutan Sjahrir Skripsi diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. SOS) Oleh SUPYAN NIM : 204033203131 Pembimbing Dr. Shobahussurur, M.A NIP. 150 289 244 Program Studi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1430 H / 2009 M Pengesahan Panitia Ujian Skripsi berjudul “ISLAM DAN SOSIALISME TELAAH ATAS PEMIKIRAN DAN AKSI K.H. AHMAD DAHLAN”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Februari 2009. Skripsi ini telah ditetapkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Studi Pemikiran Politik Islam. Ciputat, 5 Februri 2009 Sidang Munaqosyah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Drs. Harun Rasyid, M.A NIP. 150 232 921 Drs. Rifqi Muchtar, M.A NIP. 150 282 120 Anggota, Penguji I, Penguji II, Drs. Agus Nugraha, M. Si NIP. 150 299 478 Dr. Yusron Rozak,MA NIP. 150 216 359 Pembimbing, A.Bakir Ihsan, M.Si NIP. 150 326 915 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan in telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 5 Februari 2009 IBNU TSANI Abstraksi Dalam beberapa literatur yang tersedia hingga opini yang berkembang di publik ketika membicarakan sosok Ahmad Dahlan maka pernyataan yang keluar adalah Ahmad Dahlan sebagai tokoh pembaharuan serta tokoh pemurnian Islam. Pun Demikian halnya ketika berbicara tentang Sosialisme Islam maka semua literaur serta opini tertuju kepada nama H.O.S Tjokroaminoto serta Agus Salim. Padahal tidak demikian adanya, Selain sebagai tokoh gerakan pembaharuan serta pemurnian Islam di Indonesia, sesungguhnya dalam pemikiran serta praktik keagamaan yang di jalankan oleh Ahmad Dahlan tertanam benih-benih sosialisme. Sosialisme Ahmad Dahlan bukanlah sosialisme dalam bingkai teori serta pemikiran ekonomi - politik namun sosialisme Ahmad Dahlan adalah sosialisme dalam bingkai etik sosial. Sosialisme Ahmad Dahlan pun bukan pula sosialisme konflik antar kelas namun sosialisme yang merangkul semua kelompok. Sosialisme Ahmad Dahlan pun bukan sosialisme yang mengharamkan kepemilikan individu. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Pencipta yang tidak di ciptakan, Penguasa yang tidak dikuasai, karena atas intervensi Nya penulis berhasil menyelesaikan salah satu kewajiban akademik yang merupakan prasyarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Sosial di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ucapan terimaksih tak lupa penulis haturkan kepada berbagai pihak yang ikut memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi “Islam dan Sosialisme Telaah Atas Pemikiran Dan Aksi K.H. Ahmad Dahlan”. Adapun ucapan terimakasih penulis haturkan sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Amin Nurdin, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Agus Darmaji, M.Fils dan Ibu Dra. Wiwi Sajaroh, M. Ag selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs. Harun Rasyid, M.A dan Drs. Rifqi Muchtar, M.A selaku Ketua dan Sekretaris Program Non Reguler Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak A. Bakir Ihsan, M. Si selaku Dosen Pembimbing atas semua dedikasi dan perhatiannya dalam memberikan masukan dan bimbingan selama proses penulisan skripsi. 6. Seluruh dosen dan staff pengajar pada Program Studi Pemikiran Politik Islam (PPI) yang telah sangat banyak memberikan sumbangan ilmiah selama penulis menempuh proses perkuliahan. 7. Seluruh jajaran, staff, dan petugas di Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Freedom Institute, Perpustakaan PP Muhammadiyah Kantor Jakarta yang telah membantu menemukan berbagai buku sumber terkait penyusunan skripsi. 8. Ucapan terimakasih dengan segala kerendahan hati tak lupa penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah melahirklan, membimbing sehingga penulis bisa menduduki bangku perguruan tinggi. Kepada kakak serta adik-adik, Dini Mahdini, Agus Mahesa Fitri, Elang Sumartalaga, Noviarrizqoh, Ade Mahendra. Mohon maaf apabila jarang berkumpul dirumah. 9. Kepada seluruh teman-teman sepermainan di jurusan Pemikiran Politik Islam Angkatan 2004, Azwar Aziz, Achmad Chudori, Asep Muharudin, Ahmad Sa’di, Buchori, Fadil Zen, Ijudin Fahmi, Iin Sholihin, Indra Permana, Istina, Muksin, Mardiah (Fakultas Tarbiyah), Nurdin, Saiman Vidianata, Surono, Tauhid Hudini, Yulita, Yusuf Fadhli, Zulfikar. Ucapan spesial terimaksih penulis ucapkan kepada teman satu kotak Iyan Sofyan Hamid (v-onk), Nor Iskak, Pujiono walau dalam keadaan susah, senang, lapar, berhutang masih bisa bercanda, tertawa serta berdiskusi. Walaupun terkadang tiga mahluk Tuhan teraneh tersebut mengggangu dan merusak konsentrasi selama proses penyusunan skirpsi. 10. Ucapan terimakasih dan penghargaan secara tulus tak lupa penulis sampaikan kepada teman-teman sepermainan dan seperjuangan di Menara 62. Ahmad Imam Mujadid Rais, Apep Fajar Kurniwan, Budi Wiryono, Bahtiar Dwi Kurniawan, Dian Rahmawati, Deni Wahyudi Kurniawan, Denden Firman Arif, Eri Ahmad Sunandar, Endang Tirtana, Eka Budi Santoso, Elyusra Muallimin, Herni Ramdlaningrum, Juniardi Firdaus, Jasra Putra, Lutfia Putri Ramadhani, Mashuri Mashuda, Muhammad Muzakir, Mulyoto, Riyadh Candrawati, Satia Candra Wiguna, Sanusi Ramadhan, Siti Fatimah, Umar Rahmat atas sumbangan moril maupun materil. Tak lupa penulis mengucapkan terimaksih kepada bidadari motivasi Aishe Gunawan, Imel Putri Dewi, Leni Wahyuni Kamal, Nova Herlina. Serta seseorang yang saat ini belum bisa disebutkan. 11. Tak lupa penulis mengucapkan terimaksih kepada Dr. Abdul Mu’ti. M.Ed, Dr. Lili Gani. M.Si, Drs. Muhammad Ihsan M.Si, Rizaludin Kurniawan M.Si, Raja Juli Antoni MA. Atas kepercayaannya mengelola berbagai program sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................…. iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................………………. vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . ..........................................................… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................…. 18 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 19 D. Metode Penelitian........................................................................... 19 E. Sistematika Penulisan ..........................................................…….. 20 BAB II BIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN A. Latar Belakang Keluarga ..........................................................…. 21 B. Latar Belakang Pendidikan ........................................................… 23 C. Riwayat Organisasi dan Karir ....................................................… 24 D. Karya - Karya ..........................................................…………….. 25 E. Pokok- Pokok Pemikiran dan Rekam Jejak Pembaharuan Islam . 29 BAB III SOSIALISME DAN SOSIALISME ISLAM A. Sejarah dan Pengertian Sosialisme ................................................ 41 B. Relasi Islam dan Sosialisme .....................................................…. 59 C. Sosialisme Islam ..........................................................………….. 68 BAB IV SOSIALISME AHMAD DAHLAN A. Akar Sosialisme ..........................................................………….. 79 B. Teologi Sosialisme ..........................................................………... 87 C. Aksi-Aksi Sosialisme ..........................................................…….. 91 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................……………….. 95 B. Saran ..........................................................……………………... 99 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................…...................... 101 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara dan berdebat tentang ideologi adalah sebuah aktifitas yang menguras energi serta konsentrasi. Betapa tidak, mengingat dalam perjalanan peradaban manusia ideologi merupakan panduan yang bersifat ilmiah serta sakral, bahkan tidak jarang kita jumpai bagi para penganut ideologi tertentu, ideologi telah menjadi agama baru. Hal ini terjadi karena ideologi memiliki fungsi yang cukup signifikan yakni sebagai pusat rujukan, alat pemersatu bagi kelompok tertentu dalam merumuskan serta mewujudkan sebuah cita-cita yang dianggap ideal. Singkat kata ideologi harus ditanam dalam otak, dipahami, ditaati dan diamalkan. Jikalau tidak, maka konsekuensi yang timbul adalah lebelisasi tidak loyal bahkan penghianat terhadap amanat serta ketetapan yang telah dirumuskan dalam ideologi. Karena fungsinya sebagai alat pemersatu tidak jarang benturan antar ideologi terjadi. Hal ini terjadi karena adanya istilah kawan serta lawan dalam konteks persaingan antar ideologi. Sosialisme yang kemudian bermetamorfosis menjadi sosialisme Indoensia adalah ideologi yang poluler serta dikembangkan oleh tokoh-tokoh masa pergerakan nasional merupakan ideologi import dari negeri Belanda. Di katakan import karena massifikasi wacana sosialisme di Indonesia diadopsi serta dipelajari dari beberapa tokoh yang mengenyam pendidikan hingga tokoh-tokoh yang diasingkan di negeri Belanda oleh pemerintahan kolonial. Adalah Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang dipimpin oleh H.J.F.M. Sneevliet yang mempopulerkan pemikiran sosialisme di Indonesia. Namun selain ISDV menjadi partai yang mempopulerkan sosialisme di Indonesia, ada pula partai politik di Belanda yang berhaluan sosialis yang ikut memberikan kontribusi bagi perkembangan sosialisme Indonesia. Partai Pekerja Sosial Demokrat (Sociaal Democratische Arbeiders Partaij). SADP merupkan partai yang memperjuangkan agar Indinesia menjadi negara yang merdeka. Selain itu, SADP merupkan partai yang memperjuangkan kebijakan politik etis Belanda. Melaui jalur parlemen, SADP memperjuangkan keringan pajak, reformasi sistem peradilan hingga perbaikan nasib buruh di Indonesia.1 Namun ketika berbicara tentang sosialisme Indonesia, sesungguhnya benih-benih sosialisme telah tertanam di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dengan istilah gotong-royong. Dalam konteks gerakan politik, benih-benih sosialisme telah berkembang di Indonesia pada tahun 1890 di Jawa Tengah dengan aktor gerakan kelompok petani. Gerakan politk tersebut tercatat dalam sejarah bangsa dengan gerakan Saminisme. Gerakan Saminsme diambil dari pelopor gerakan tersebut yang bernama Samin yang berkat kegigihanya mampu merekut 3000 kepala keluarga. Saminisme adalah gerakan pemberontakan kaum tani terhadap pemerintah kolonial yang dianggap melakukan politik eksploitasi. Bentuk gerakan protes tersebut di 1 Jeanne S. Mintz, Muhammad, Marx, Marhaen Akar Sosialisme Indonesia (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2003) cet II, h.29-30. lakukan dengan cara memboikot (tidak mengakui) eksistensi pemerintahan kolonial, menolak membayar pajak. Adapun tuntutan Gerakan Saminisme adalah keinginan untuk menentukan nasib secara mandiri.2 Seperti halnya sosialisme di Barat, sosialisme Indonesia pun memiliki ragam corak. Mulai dari sosialisme sekuler -universal serta sosialisme religius. Sosialisme religius (Islam) memiliki dua corak sosialisme murni serta komunisme. Gerakan serta wacana sosialis-komunisme kemudian populer dengan zaman kiri Islam dan Islam Merah. Islam kiri berkembang sekitar tahun 1920-an yang bertujuan melakukan perlawanan terhadap praktik ekonomi kapitalis yang dipraktik oleh kaum penjajah. Sedangkan visi keislaman pada era Islam kiri adalah adanya upaya koalisi ideologis yang populer dengan istilah Islam dan sosialisme serta Islam dan komunisme. Dalam perjalananya, upaya memadukan antara Islam dengan sosialisme serta komunisme ternyata mengalami perkembangan yang cukup signifikan serta mampu menjadi kekuatan alternatif dalam melakukan gerakan perlawanan terhadap kekuatan ekonomi kapitalis yang dipraktikan oleh kaum penjajah. Dari kubu Islam komunis muncul nama yang cukup populer yakni Haji Misbach yang kemudian terkenal dengan julukan haji merah. Haji Misbach menegaskan, untuk melakukan perlawanan terhadap kekuatan kapitalisme penjajah Belanda yang sangat eksploitatif serta menindas maka perlu di kembangkan sebuah ideologi yang memadukan antara kekuatan ideologi komunisme dengan Islam sebagai modal dalam melakukan perlawanan politik. 2 Mintz, Akar Sosialisme Indonesia, h.23. Dari asumsi tersebut Haji Misbach kemudian membuat pernyataan, apabila orang yang mengaku Islam tetapi menolak komunisme saya berani menyatakan ia bukanlah Islam yang sejati.3 Haji Misbach meyakini bahwa memperjuangkan masyarakat tanpa kelas sama rata sama rasa adalah sebuah cita-cita politik yang sangat mulia, oleh karenanya umat Islam perlu mengadopsi serta mempelajari ajaran komunisme serta mensinergikannya dengan ajaran Islam. Bagi Misbach salah satu tugas utama seorang muslim adalah menyelamatkan dunia dari praktik kesewenang-wenangan, kedzaliman dan kekejian orang-orang serakah yang munafik.4 Orang yang serakah, munafik itulah yang disebut kaum kapitalis oleh Haji Misbach, mengapa kaum kapitalis penting untuk dilawan. Haji Misbach memberikan argumentasi mengapa kaum kapitalis harus dilawan, bagi Haji Misbach kapitalisme identik dengan praktik menghisap dan menindas serta membuat rakyat sengsara.5 Atas dasar motifasi ingin membebaskan rakyat Indonesia dari cengkraman kapitalisme Belanda yang eksploitatif dan menindas Haji Misbach kemudian menggulirkan gagasan perpaduan ideologis antara Islam dan komunisme. Misbach meyakini bahwa komunisme adalah salah satu modal dalam mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan umat manusia, mengapa karena komunis merupakan jawaban serta kritik terhadap hegemoni kapitalisme. Kapitalisme bagi Misbach adalah ketamakan. Ketamakan inilah yang kemudian manusia menjadi cinta buta terhadap uang. Cinta buta terhadap uang 3 Nor Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah (Jakarta : Komunitas Bambu, 2008), h. 31. Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah, h.32. 5 Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah, h.35. 4 inilah yang kemudian melahirkan ketamakan, dan ketamakan akan melahirkan eksploitasi serta penindasan terhadap sesama manusia.6 Sedangkan dari kubu sosialisme Islam muncul nama H.O.S Tjokroaminoto, Tjokro seorang tokoh penggerak Sarekat Islam memiliki pemikiran bahwa eksploitasi ekonomi yang dipraktikan kaum penjajah memiliki akar ideologis kapitalisme, selanjut kapitalisme melahirkan kolonialisme. Berangkat dari asumsi tersebut Tjokro kemudian mengeluarkan gagasan tiga nilai pokok yakni kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan.7 Berangkat dari asumsi tersebut, Tjokro kemudian menyimpulkan bahwa tidak ada isme lain atau tidak ada sosialisme yang yang lebih indah dan mulia selain dari sosialisme Islam. Sosialisme Islam dalam pandangan Tjokro bukanlah sosialisme yang mengharamkan aktifitas umat manusia untuk menjadi kaya, namun sosialisme Islam menolak cara-cara mendapatkan harta dengan caracara penindasan serta eksploitatif (riba), selain itu menurur Tjokro sosialisme Islam pun tidak melarang atau mengahambat keaktifan serta kegiatan orang lain.8 Dari kubu sosialisme sekuler-universal muncul nama Tan Malaka, seorang tokoh yang oleh banyak pengamat dianggap sebagai bapak pendiri Republik. Tan Malaka merupakan salah satu tokoh yang menghendaki adanya koalisi ideologis antara komunisme dengan Islam dalam rangka merebut serta mengusir penjajah di Indonesia Bagi Tan Malaka Islam sebagai sebuah agama 6 Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah, h.39. Nor Huda, Islam Nusantara, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Yogyakarta : AR-RUZ Media, 2008) Cet. I. h, 418 8 Huda, Islam Nusantara, h. 423. 7 memiliki ajaran-ajaran revolusioner yakni menghendaki sebuah tatanan kehidupan sosial bebas dari praktik penindasan serta eksploitatif. Selain itu Islam pun menganjurkan kepada pemeluknya agar menjauhkan diri dari budaya eksploitatif serta menindas. Niat Tan Malaka untuk memadukan antara ideologi komunis dengan Islam disampaikan pertemuan sidang komitren komunis Internasional. Gagasan tentang koalisi ideologis disampaikan oleh Tan Malaka dalam pidatonya di arena Kongres Internasional Komunis keempat “Pan Islamisme punya sejarah panjang. Pertama saya ingin bercerita tentang pengalaman kami berkerjasama dengan kelompok muslim di Hindia. Kami berkerjasama dengan Sarekat Islam yang memiliki satu juta mungkin juga tiga atau empat juta. Namun karena ada kritik yang tidak mengenakan terjadi perpecahan. Namun kami membangun hubungan kembali dengan Sarekat Islam.”9 Tak cukup sampai disitu, Tan Malaka pun mengingatkan agar para pemimpin Partai Komunis tetap menjaga hubungan baik dengan tokoh-tokoh Sarekat Islam. Selain itu Tan Malaka juga mengingatkan tentang pentingnya memelihara dan mempertahankan persatuan antara Partai Komunis dengan Sarekat Islam. Menurut Tan Malaka perpecahan antara Partai Komunis dan Sarekat Islam hanya akan mempersulit langkah politik dalam mengusir penjajah. Sarekat Islam dan Partai Komunis mempunyai misi politik yang sama yakni mengusir imperialisme Belanda. Bagi Tan Malaka perpecahan antara Partai Komunis dan Sarekat Islam merupakan langkah politik adu domba yang dilakukan kaum imperialis. Semakin sengitnya perbedaan antara Partai Komunis dan Sarekat Islam akan berakibat munculnya kesempatan 9 Majalah Tempo, “Bapak Republik Yang Dilupakan”., Edisi 11-17 Agustus 2008, h. 60. yang sangat luas kaum imperialis untuk melumpuhkan gerakan kemerdekaan Indonesia.10 Sebagai seorang nasionalis-komunis Tan Malaka pun pernah melakukan kritik terhadap Darsono yang dianggap telah menjauhkan Partai Komunis dengan Sarekat Islam. Selain upaya konsolidasi antara kelompok komunis dengan Islam, Tan Malaka pun melakukan sebuah sikap politik akomodatif dengan cara ikut menyetuji perbaikan peraturan penyelenggaraan ibadah haji. Atas berbagai upaya yang dilakukan oleh Tan Malaka dalam rangka mempersatukan antara kelompok Islam dan Komunisme sebagai modal politik untuk melakukan perjuangan mengusir kelompok imperialis Belanda mendaptkan perhatian dari kelompok Islam, diantaranya adalah Muhammadiyah, bahkan ketika Muhammadiyah sempat mengundang Tan Malaka untuk memberikan pidato tentang komunisme, niat baik dari Muhammadiyah pun disambut baik namun sayang Tan Malaka keburu ditangkap oleh pemerintah kolonial.11 Sebagai seorang tokoh komunis yang juga seorang muslim, Tan Malaka Memang memiliki ketertarikan yang cukup serius terhadap gagasan Pan Islamisme yang kebetulan juga berkembang di Indonesia. Dalam pandangan Tan Malaka gagasan Pan Islamisme merupakan gagasan perjuangan seluruh bangsa muslim di dunia termasuk di Indonesia, Pan Islamisme bukan hanya perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan 10 11 Majalah Tempo, “Bapak Republik Yang Dilupakan”, h. 52. Majalah Tempo, “Bapak Republik Yang Dilupakan”, h. 53. kapitalisme Belanda tetapi terhadap seluruh kekuatan jaringan kapitalisme internasional.12 Selain Tan Malaka, Pemikiran sosialisme Sutan Sjahrir merupakan salah satu tokoh yang cukup ikut memberi warna dialetika sosialisme di tanah air. Sosialisme Sjahrir adalah sosialisme yang mengacu pada konsep kerakyatan. Bagi Sjahrir, Indonesia dapat dikatakan telah menerapkan sosialisme manakala ekonomi didasarkan atas kepemilikan bersama. Karena kepemilikan bersama menurut Sjahrir distribusi pendapatan janganlah hanya terkonsentrasi ditangan kelompok pemilik harta yang telah mapan . Karena hal ini dapat menimbulkan disharmoni antara kelompok pemilik harta dengan kelompok rakyat kecil. Ketika distribusi pendapatan hanya terkonsentrasi ditangan kelompok pemilik harta yang telah mapan, maka keadilan, kebahagian serta kemakmuran akan sulit direalisasikan.13 Sosialisme kerakyatan kemudian dijabarkan dalam beberapa kebijakan, pertama. Penghapusan kewajiban pajak bagi individu yang berpenghasilan dibawah standar. Kedua, Jaminan sosial bagi pekerja yang meliputi jaminan kesehatan serta asuransi bagi pekerja yang mengalami kecelakaan dalam bekerja. Jaminan sosial bagi para Manula serta pekerja yang telah pensiun. Ketiga, Pelarangan kerja bagi anak dibawah usia lima belas tahun. Keempat, pelarangan bekerja bagi wanita yang sedang hamil. Kelima, mengatur distibusi pendapatan agar tidak terkonsentarsi ditangan sekelompok orang. Keenam, mewujudkan hak atas kesehatan serta hak atas pendidikan bagi rakyat. 12 13 297. Majalah Tempo, “Bapak Republik Yang Dilupakan”, h. 53. Sutan Sjahrir, Sosialisme Indonesia Pembangunan (Jakarta : LEPPENAS, 1986) h. Ketujuh, menghapuskan sistem kerja paksa. Kedelapan, Penguasaan aset-aset vital, kekayaan alam oleh negara bagi kepentingan rakyat serta menghilangkan ketergantuan terhadap modal asing. 14 Dengan demikian puncak dari sosialisme Sjarir adalah mempertahankan serta memperjuangakan eksistensi negara kesejahteraan. Dengan konsep dasar kebijakan bernama kebijakan jaminan kemakmuran. Ketika sosialisme kerakyatan menjadi basis pemikiran sosialisme Sjahrir maka sebagai konsekuensinya Sjahrir menegaskan bahwa sosialisme akan sangat berguna manakala dioperasionalkan dengan cara-cara yang menolak kekerasan serta diktatorianisme. Karena diktatorianisme serta kekerasan bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi. Bagi Sjahrir salah tujuan utama politik sosialisme adalah membebaskan rakyat dari praktik totaliter yang absolut. Ketika praktik politik totalitarian merajalela maka kemandirian serta kebebasan rakyat akan terkubur.15 Dari uraian tersebut, dapat dikatakan Sjarir menolak konsep praktik sosialisme yang dijalankan oleh Lenin dengan konsepnya bernama diktator ploretar. Seperti tokoh sosialisme-komunisme lainnya, plihan Sjarir untuk mengumandangkan serta mengkampanyekan sosialisme berdasar pemikirannya bahwa kapitalisme merupakan ideologi serta sistem ekonomipolitik yang menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini terjadi karena kapitalisme cenderung eksploitatif serta menciptakan disharmoni sosial – 14 15 Sjahrir, Sosialisme Indonesia Pembangunan,h.65-67. Sjahrir, Sosialisme Indonesia Pembangunan, h. 139. politik. Dan yang terpenting pula bagi Sjahrir kapitalisme mengahncurkan derajat manusia. Pada fase pergerakan nasional bangsa, salah satu fenomena yang cukup menarik adalah menjamurnya berbagai organisasi, mulai dari organisasi sosial- kemasyarakatan hingga organisasi politik. Salah satu organisasi kemasyarakatan yang ikut tumbuh dan berkembang adalah Muhammadiyah, sebuah organisasi yang terlahir dari hasil kreasi spektakuler K.H. Ahmad Dahlan. Melalui perjuangan Ahmad Dahlan, kini Muhammadiyah memiliki 1132 Sekolah Dasar, 1769 Madrasah Ibtidaiyah/ Madrasah Diniyah, 1184 Sekolah Menengah Pertama, 534 Madrasah Tsanawiyah, 511 Sekolah Menengah Atas, 263 Sekolah Menengah Kejuruan, 172 Madrasah Aliyah, 67 Pondok Pesantren, 55 Akademi, 4 Politeknik, 70 Sekolah Tinggi, 36 Universitas, 345 amal usaha kesehatan, 330 panti asuhan dan panti santunan, 190 Baitul Mal Wa Tamwil, 880 Koperasi warga Muhammadiyah.16 Dengan amal usaha yang bertebaran maka wajar almarhum Nurcholis Madjid menyebut Muhammadiyah sebagai cerita sukses gerakan Islam di Indonesia. Dalam lembaran sejarah Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh yang mendapatkan lebel “kafir” dan “liberal” pada zamannya. Lebel “kafir” dan “liberal” ia dapatkan akibat keberaniannya menentang arus masyarakat. Aksi menentang arus Ahmad Dahlan merupakan buah ijtihadnya yang sengat kental aroma pemurnian serta pembaharauan. Pembaharuan yang ia lakukan bukan 16 h.viii. PP Muhammadiyah, Profile Muhammadiyah. (Yogyakarta : PP Muhammadiyah, 2005) hanya dalam ranah wacana namun ia aplikasikan ke dalam seluruh sektor kehidupan. Mulai dari ranah agama, sosial serta pendidikan. Dari sepak terjangnya, baik pemikiran maupun tindakan yang cukup kontroversi, ternyata apa yang dilakukan oleh Dahlan tidak lah sia-sia, lewat kreasi serta inovasinya yang sangat jenius ternyata mendapatkan pengakuan “abadi” bahkan bisa dirasakan serta diparktikan hingga saat ini. Dan yang terpenting pula dari jerih payah serta perjuangan yang dilakukan oleh Dahlan mendapatkan apresiasi oleh elemen anak bangsa dengan gelar tokoh pembaharu. Bukan hanya oleh anak bangsa, upaya serta perjuangannya pun di apresiasi oleh negara dalam bentuk gelar pahlawan nasional. Terlepas dari pengahargaan yang didapatkan sebagai tokoh pembaharu, sesungguhnya Ahmad Dahlan adalah tokoh yang memiliki karakter sosialis yang cukup kuat baik dalam pemikiran maupun amalan sosial yang ia rumuskan serta praktikan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bisa dilihat dari bagimana komitmen serta keberpihakan Dahlan terhadap kaum dhuafa. Dengan gagasan penolong kesengsaraan umum Dahlan mencoba melakukan pembenahan terhadap nasib umat yang relatif terbelakang terutama terhadap mereka yang hidup dalam pelukan kemiskinan. Tak tanggungtanggung Dahlan dan rekan-rekannya pun mendirikan berbagai fasilitas publik yang bisa dinikmati oleh kaum papa. Dan penting pula untuk dicatat, komitmennya terhadap nasib kaum dhuafa yang terbelakang justru terinsiprasi dari Al Qur’an surat Al Ma’un yang secara tegas memberikan ciri-ciri tentang pendusta agama. Sebuah wahyu dari Tuhan yang menggambarkan tentang pentingnya agama memberikan kontribusi nyata terhadap berbagai persoalan kemanusiaan. Apa yang dikerjakan Ahmad Dahlan sesunggunya adalah sebagai upaya untuk mewujudkan perubahan sosial masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Perubahan sosial yang di agendakan serta di cita-citakan oleh Ahmad Dahlan adalah perubahan yang melahirkan kemajuan umat Islam yang sedang mengalami keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan. Dalam perspektif kalam apa yang dilakukan Ahmad Dahlan tidak lain adalah sebuah upaya penerjemahan secara praksis dari konsep ketauhidan yang tertuang dalam konsepsi ketauhidan Islam. Fenomena kemiskinan yang dibumbui eksploitasi terhadap sesama manusia merupakan fenomena yang tidak tauhid. Karena tauhid yang jernih, seimbang akan melahirkan keadilan sosial, karena tauhid menuntut di tegakannya keadilan sosial.17 Dengan demikian menyantuni yang miskin dengan memberikan akses pendidikan dan kesehatan tak lain merupakan bentuk kesatuan tujuan hidup yakni kebahagian dunia, konsep kesatuan kemanusiaan dimana semua manusia berhak mendapatkan pelayaanan sosial tanpa memandang status sosial serta kedudukan. Konsep kalimat keesaan Allah, haruslah diturunkan serta diaplikasikan secara progersif, konsep keesaan Allah mencakup empat kesatuan, yaitu 17 Muhammad Amin Rais, Membangun Politik Adiluhung Membumikan Tauhid Sosial Menegakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Bandung : Zaman Wacana Mulia, 1998), h.125-126 . kesatuan penciptaan, kesatuan kemanusiaan, kesatuan pedoman hidup, kesatuan tujuan hidup.18 Dari pendekatan kalam, apa yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan adalah perpaduan antara kalam yang bersifat teoposentris diimbangi oleh kalam yang bersifat antroposentris (landasan praksis sosial) dalam rangka mengamalkan ajaran sosial yang tertuang di dalam wahyu. Dalam konteks fungsi agama, apa yang di lakukan Dahlan adalah sebuah upaya untuk melebarkan fungsi agama dari sekedar fungsi legitimasi eksitensi Tuhan serta kebenaran ajaran agama di perluas menjadi fungsi kritik sosial sekaligus sebagai fungsi perbaikan sosial. 19 Dengan demikian salah satu identitas pembaharuan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan dalam lingkup agama adalah bahwa agama merupakan sumber inspirasi penghapusan serta fenomena legitimasi yang tidak dalam Islami melakukan pembongkaran, (kemiskinan, kebodohan, penindasan). Singkat kata iman, sholat harus berbanding lurus dengan tanggung jawab serta kepekaan sosial. Argumentasi yang dijabarkan diataslah yang melatarbelakangi mengapa penulis mengambil tema pembahasan tentang sosialisme Ahmad Dahlan yang kemudian terangkum dengan judul Islam dan Sosialisme Telaah Atas Pemikiran Dan Aksi K.H. Ahmad Dahlan. Tema tersebut diambil sebagai upaya untuk memperkenalkan wajah lain dari Ahmad Dahlan yang selama ini dikenal sebagai tokoh pembaharu di mata publik. Dengan memperkenalkan 18 Rais, Membangun Politik Adiluhung, h. 124 . Achmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis Melacak Pandangan Muhammadiyah Pada Periode Awal. (Surabaya : LPAM, 2005), h. 80 19 Keagamaan wajah lain Ahmad Dahlan diharapakan bisa memperkaya dialektika pembahasan sosok yang dicap “kafir dan liberal” di zamannya. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk lebih memfokuskan pembahasan tentang pemikiran sosialisme K.H. Ahmad Dahlan, maka pembatasan masalah dalam tulisan ini mencakup akar sosialisme Ahmad Dahlan, teologi sosialisme Ahmad Dahlan, dan aksiaksi sosialisme apa saja yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan Sedangkan perumusan masalah pada penulisan akan mengeksplorasi bagaimana pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan serta bagaimana praktik sosialisme yang dijalankan oleh Ahmad Dahlan C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Memberikan perspektif baru dalam pembahasan tentang sosok tokoh berpengaruh yang pernah hidup di Republik ini yang bernama Ahmad Dahlan yang selama ini lebih populer sebagai tokoh pembaharu. 2. Menelaah secara mendalam corak sosialisme Ahmad Dahlan 3. Untuk memenuhi tugas akhir serta kewajiban akademis dalam rangka menyelesaikan program S1 Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkannya gambaran tentang kerangka berfikir serta praktik keagamaan yang bercorak sosialis dari salah seorang pahlawan nasional (Ahmad Dahlan) yang turut memberikan kontribusi dalam upaya melakukan pencerahan dalam perjalanan sejarah bangsa terutama dalam hal mengubah kondisi sosial masyarakat. D. Metode Penelitian Pembahasan tentang Islam dan Sosialisme Telaah Atas Pemikiran Dan Aksi K.H. Ahmad Dahlan menggunakan metode kualitatif. Ada pun teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulan berbagai dokumen yang bersumber dari buku, jurnal, majalah, koran (studi pustaka) yang bertemakan seputar sosok, serta pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan bahan-bahan terkait pembahasan skripsi. Sedangkan metode pembahasan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis. E. Sistematika Penulisan Sistematika dalam tulisan ini terdiri dari lima bab. Bab pertama, berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab dua akan membahas tentang biogarfi KH Ahmad Dahlan, yang terdiri dari latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, pokok-pokok pemikiran K.H. Ahmad Dahlan serta karya Ahmad Dahlan. Rekam jejak pembaharuan Islam Ahmad Dahlan, riwayat karir serta organisasi Ahmad Dahlan. Bab tiga sebagai kerangka teori mencoba mengeksplorasi tentang sosialisme, dengan tema pembahasan sejarah sosialisme dan pengertian sosialisme. Selain itu, pada bab tiga juga akan membahas tentang sosialisme Islam serta relasi antara Islam sebagai agama samawi dengan sosialisme yang merupakan produk kebudayaan barat. Bab empat, mencoba menguraikan tentang sosialisme perspektif K.H. Ahmad Dahlan. Pada bab ini akan mengulas serta melacak akar sosialisme Ahmad Dahlan, teologi sosialisme Ahmad Dahlan, aksi-aksi sosialisme Ahmad Dahlan yakni penolong kesengsaraan umum. Sedangkan bab lima yang merupakan bab terakhir dalam tulisan ini berisikan tentang kesimpulan terhadap pemikiran, serta parktik keagamaan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam bingkai sosialisme religius. BAB II BIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN A. Latar Belakang Keluarga K.H Ahmad Dahlan merupakan putra ke empat dari pasangan Siti Aminah dan K.H. Abu Bakar. Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1886 dengan nama asli Muhammad Darwis. K.H. Ahmad Dahlan mempunyai enam saudara kandung, Nyai Khotib Harun, Nyai Muchsin atau Nyai Lurah Achamad Nur, Nyai Muhammad Saleh, Nyai Haji Abdurrahman, Nyai Haji Muhammad Faqih dan Muhammad Basir.20 Dari garis keturunan ibu Ahmad Dahlan merupakan cucu Penghulu Keraton Yogyakarta yaitu K.H. Ibrahim, sedangkan dari garis keturunan ayahnya Ahmad Dahlan memiliki garis keturunan (hubungan darah) dengan Maulana Malik Ibrahim. Ayah Ahmad Dahlan adalah putra K.H. Sulaiman dari ayah K.H Murtadla yang ayahnya Ki Demang Juru Kapisan, adalah putra Maulana Sulaeman yang dikenal dengan Kiai Ageng Gribig dari Maulana Fadlullah. Dari Maulana Fadlullah inilah garis keturunan Ahmad Dahlan memiliki hubungan darah dengan Maulana Malik Ibrahim. Maulana Malik Ibrahim dikenal sebagai penyiar Islam di daerah Jawa Timur tepatnya di Gresik sekitar abad ke 15. Salah seorang putera Malik Ibrahim bernama Maulana Ishaq yang memiliki putera benama Maulana ‘Ainul Yaqin. 20 Abdul Munir Mulkhan, Pesan dan Kisah Kyai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah (Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007), h. 6-7. Pada Usia 24 tahun, Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, Ahmad Dahlan dikaruniai enam orang anak yakni Siti Johanah (lahir tahun 1890), Siraj Dahlan (lahir tahun 1898), Siti Busyro (lahir tahun 1903), Siti Aisyah (lahir tahun 1905), Irfan Dahlan (lahir kembar bersama Siti Aisyah), Siti Zuharoh (lahir tahun 1908). Selain menikah dengan Siti Walidah, Ahmad Dahlan juga menikah dengan empat orang janda yaitu Nyai Haji Abdullah yang kemudian di karuniai seorang anak bernama R. Duri. Ahamad Dahlan juga menikahi Nyai Rum yang kemudian mempunyai anak namun meninggal semasa bayi. Dari pernikahannya dengan Nyai Aisyah beliau dikaruniai seorang anak yang bernama Dandanah. Dan janda terakhir yang dinikahi adalah Nyai Sholihah, dari pernikahannya dengan Nyai Sholihah Ahmad Dahlan tidak mendapatkan keturunan.21 Sepulang dari ibadah haji, Muhammad Darwis kemudian berganti nama menjadi Ahmad Dahlan, beliau wafat ada tanggal 23 Februari 1923 setelah menderita sakit yang berkepanjangan. Atas berbagai jasanya, Ahmad Dahlan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah melalui Surat Keputusan Presiden No 657 Tahun 1961. Adapun dasar penetapan pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Ahmad Dahlan adalah.22 1. K.H. Ahmad Dahlan merupkan pelopor gerakan kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat 21 22 Mulkhan, Warisan Intelektual K.H, Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah, h. 62 . PP Muhammadiyah, Profile Muhammadiyah Tahun 2005, h. 22. 2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam 3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam 4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria B. Latar Belakang Pendidikan Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh yang tidak pernah mengeyam dan atau mendapatkan pendidikan secara formal dengan memasuki sekolah tertentu, namun ia mendapatkan pelajaran secara otodidak serta berguru kepada seorang ahli atau kepada para ulama. Selain mendapatkan pendidikan membaca dan menulis dari ayahnya, Ahmad Dahlan pun berguru kepada beberapa Ulama. Ahmad Dahlan mempelajari ilmu fiqih dari K.H. Muhammad Shaleh, belajar ilmu nahu kepada K.H. Muchsin dan K.H. Abdul Hamid, Ilmu Falaq di pelajarinya dari K.H. Raden Dahlan. Dari K.H. Kiai Mahfud Dahlan mempelajari ilmu fiqih dan hadits, Syekh Khayyat merupakan guru Ahmad Dahlan dalam mempelajar ilmu hadits. Belajar qiroatul qur’an kepada Syekh Amin dan Sayyid Bakri Satock. Ilmu hadits pun ia pelajari dari Mufti Syafii dan Sayyid Ba-bussijjil, untuk ilmu falaq Dahlan belajar kepada Syekh Misri Makkah. Selain ilmu agama, Dahlan mempelajari ilmu pengobatan dan racun kepada Syekh Hassan. Ketika bermukim di Mekkah, Ahmad Dahlan pun berguru kepada beberapa ulama diantaranya Syekh Muhammad Khatib dari Minangkabau, Kiai Nawawi dari Banten, Kiai Mas Abdullah dari Surabaya, Kiai Faqih dari Pondok Mas Kumbang Gresik. Selain berguru kepada beberapa ulama Ahmad Dahlan pun banyak membaca karya-karya Imam Al Ghazali, Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridho. C. Riwayat Organisasi dan Karir Sebelum fokus pada Muhammadiyah, Ahmad Dahlan pernah aktif dan menjadi pengurus organisasi kemasyarakatan baik organisasi bercorak nasionalis maupun Islam. Pada tahun 1910 Ahmad Dahlan bergabung di dalam kepengurusan Jamiat Khair dan menjadi anggota ke 770. Selain itu Dahlan pun bergabung aktif di dalam Sarikat Islam baik sebagai anggota maupun penasehat. Menjadi anggota sekaligus penasehat organisasi Budi Utomo cabang Yogyakarta. Anggota Pantia Tentara Pembela Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W.23 Selain menjadi pengurus dari berbagai organisasi yang telah diuraikan. Selain aktif diberbagai organisasi kemasyarakatan, Ahmad Dahlan pun pernah 23 menjadi tenaga pengajar dibeberapa sekolah. Diantaranya, Junus Salam, Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya (Jakarta : Depot Pengadjaran Muhammadiyah, Cet II. 1968), h. 10. Kweekscholl (sekolah khusus para raja) di Jetis Yogyakarta, Sekolah Pamong Praja (Opleidingschool voor Inlandsch Amtenaren) di Magelang.24 Selain menjadi tenaga pengajar, Dahlan pun pernah menjadi tenaga khotib di Masjid Keraton Yogyakarta. Dari profesinya sebagai khotib Dahlan mendapat gaji sebesar 7 Gulden. Di sela-sela aktifitasnya sebagai tenaga pengajar, khotib Masjid Keraton. Dahlan pun mengerjakan aktifiats ekonomi dengan cara berjualan batik di tanah Jawa serta sempat pula berdagang di Medan Deli.25 D. Karya - Karya Sebagai tokoh yang lebih mengedapankan aksi dan atau amal dalam kehidupan, ketika kita hendak melacak karya tulis Ahmad Dahlan kita akan sulit menjumpai. Hal ini karena memang Ahmad Dahlan bukanlah tipe tokoh yang gemar mengumpul teori serta pemikirannya dalam bentuk sebuah buku atau pun jurnal. Namun dalam sepanjang perjuangan hidupnya, Ahmad Dahlan pernah mengeluarkan risalah dalam sebuah pidato pengantar yang disampikan dalam kongres Muhammadiyah tahun 1922, naskah pidato tersebut berjudul kesatuan hidup manusia. Kesatuan hidup manusia, adalah renungan bahkan dapat dikatakan pesan K.H. Ahmad Dahlan tentang rambu-rambu dalam kehidupan manusia. Rambu - rambu tersebut diantaranya. 26 24 Salam, Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan, h. 9. Salam, Riwayat Hidup K.H. ahmad Dahlan, h. 8-9. 26 Mulkhan, Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan, h. 123-129 25 1. Meskipun manusia memiliki kebangsaan yang berbeda namun harus tetap bersatu, hal ini dikarenakan karena manusia merupakan satu keturunan yang berasal dari nabi Adam. Kesatuan manusia akan menimbulkan perdamaian serta kesejahteraan dalam kehidupan. 2. Persatuan serta kedamaian dunia bisa tercipta apabila seorang pemimpin memiliki karakteristik kepemimpinan yang kuat. Salah karakteristik pemimpin yang menyebabkan kerusakan dimuka bumi adalah lemahnya persatuan di antara para pemimpin, akibat perpecahan ini maka yang timbul adalah konflik di antara para pemimpin. Persatuan dan kedamaian dalam dunia pun bisa dirusak oleh para pemimpin manakala para pemimpin tidak memiliki konsistensi antara perbuatan dengan ucapan. Selain itu, pemimpin pun akan membuat kerusakan dimuka bumi manakala para pemimpin belum menaruh perhatian secara serius terhadap kebaikan dan kesejahteraan manusia. Hal ini terjadi karena para pemimpin sibuk memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri serta kelompoknya. 3. Untuk menuju jalan persatuan umat, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pemimpin dalam memimpin harus mengetahui karakteristik umat yang dipimpinnya, kondisi sosiologis, serta adat-istiadat. Dalam mengambil keputusan pemimpin harus berfikir jernih tanpa harus tergesagesa. 4. Selanjutnya sebagai jalan menuju persatuan umat, para pemimpin harus bisa berinovasi (ijtihad) serta tidak tabu terhadap sesuatu yang baru (ilmu pengetahuan), karena bisa jadi sesuatu yang baru bisa berguna dan merupakan jalan menuju kebenaran serta kebahagian. Aspek yang lainnya yang harus diperhatikan pemimpin adalah menjahui sikap diskriminatif terhadap umat manusia yang memiliki perbedaan kebangsaan, dalam mengambil keputusan pemimpin hendaknya bersumber kepada hukum yang syah, akal sehat serta hati yang suci. 5. Jalan mencapai maksud dan tujuan manusia. Setiap manusia mempunyai kehendak, dan ketika berbicara kehendak maka manusia memiliki maksud dan tujuan. Sesungguhnya tujuan utama manusia adalah keselamatan serta kebahagian dunia dan akhirat, untuk mewujudkan tujuan itu maka harus mempergunakan akal yang sehat. Akal yang sehat adalah akal yang mampu memilih hal dengan cermat serta pertimbangan yang diikuti oleh sikap memegang teguh hasil keputusan. 6. Kebutuhan utama manusia. Setiap manusia memiliki serta mempunyai kebutuhan, selain kebutuhan makan dan harta benda, ada pula kebutuhan manusia yang lebih penting yakni kebutuhan akan pendidikan. Pendidikan merupakan alat untuk pencerdasan akal manusia. Orang yang pintar itu memahami sesuatu yang mendatangkan kesenangan dan kesusahan, sedangkan orang bodoh adalah sebaliknya. Orang pintar selalu berikhtiar dengan sunguh-sungguh mencari jalan yang menyenangkan serta menghindari dari kondisi yang mengarah kepada kesusahan dan penderitaan. Akan tetapi sesungguhnya orang yang pintar namun melalaikan petunjuk Allah dan tidak ingat akan takut kepada Allah secara pasti walau perlahan akan terjerumus kedalam kesusahan serta kealpaan. Selain Tali Pengikat Hidup, Ahmad Dahlan pun pernah membuat sebuah prasaran pidato yang berjudul Persatuan Dunia Islam. Pernyataannya tersebut disampikan dalam acara Kongres Umat Islam tahun 1922 yang ia gagas bersama Cokroaminoto di Cirebon. Adapun Persatuan Umat Islam yang dijabarkan oleh Ahmad Dahlan adalah. 27 1. Persatuan dunia Islam adalah sesuatu yang harus dituju oleh umat Islam, semua orang Islam harus menjadi satu badan sehingga memiliki daya guna. 2. Pergerakan umat Islam hendaknya mengaruh kepada satu tujuan yakni keselamatan dunia, keselamatan akhirat serta perdamaian umat manusia. 3. Setiap pembicaraan yang menyangkut umat Islam hendaknya dibicarakan secara bersama, orang Islam hendaknya jangan tabu dalam melakukan kerjasama dengan siapa pun untuk keperluan hidup semua orang. 4. Sekarang ini dapat dikatakan sebagai masa menuju kebangkitan Islam, hal ini ditandai dengan banyaknya organisasi berazaskan Islam. Selain itu sekarang pun kita dapat melihat begitu banyak organisasi Islam seperti Sarekat Islam, Muhammadiayah dan lain-lainnya. 5. Islam sejati adalah sesuatu yang harus diperhatikan oleh umat Islam dalam rangka menuju keselamatan. Islam sejati adalah Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan sunnah sekaligus menghargai akal sehat dan ilmu pengetahuan. Islam sejati pun harus di imbangi oleh upaya mencegah 27 Syaifullah, “Pemikiran Politik Muhammadiyah Dari Ahmad Dahlan Hingga Amin Rais,” Jurnal Tanwir Volume I (Mei 2003) : h. 17. kemungkaran serta menyeru kepada kebaikan (amar ma’ruf nahi munkar) serta tolong-menolong. E. Pokok- Pokok Pemikiran dam Rekam Jejak Pembaharuan Islam Sebelum membahas tentang pokok-pokok pikiran K.H. Ahmad Dahlan, terlebih dahulu akan dijabarkan beberapa relasi pemikiran tokoh-tokoh pembaharu Islam pada abad ke 19 yang merupakan sumber inspirasi serta memiliki keterkaitan dengan pemikiran serta praktik keagamaan yang difahami serta dipraktikan oleh Ahmad Dahlan. 1. Muhammad Abduh. Lahir di Mesir tahun 1849 M/ 1226 H, merupakan salah satu murid serta teman seperjuangan Jamaluddin al-Afghani. Adalah tokoh yang menyadari akan pentingnya memahami dan menguasai ilmuilmu umum (barat), selain itu salah satu ciri khas dari pemikiran Abduh adalah tentang pentingnya membuka pintu ijtihad secara lebar dan luas dikalangan umat Islam mana kala tidak ditemukan kepastian secara ekplisit dari sumber hukum Islam yakni Al Qur’an dan Hadis. Bagi Abduh salah satu sebab kemunduran umat Islam adalah karena adanya budaya jumud yang sangat kokoh dikalangan umat Islam, salah bentuk kejumudan itu adalah kebekuan dalam memahami ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadis. Masih menurut Abduh, fanatisme terhadap para mujtahid seperti Imam Syafi’i, Maliki, Hambali dan Hanafi juga merupakan salah satu sebab mengapa budaya jumud lahir dan berkembang dengan subur dikalangan umat Islam.28 Dari uraian singkat tentang Muhammad Abduh, di dapatkan sebuah titik temu antara Abduh dan Ahmad Dahlan yakni kedua tokoh tersebut tidak mendikotomikan antara ilmu umum (barat) dengan ilmu agama. Serta kedua tokoh tersebut memiliki kesamaan tentang pentingnya sebuah ijtihad. Masih dalam kerangka kesamaan berfikir antara Abduh dan Ahmad Dahlan, kedua tokoh tersebut merupakan tokoh yang sama-sama tidak berafiliasi terhadap salah satu empat mazhab imam (bebas mazhab) 2. Jamal al-Din al-Afghani. Merupakan tokoh perintis gerakan anti imperialisme barat, karena sikapnya yang anti terhadap imperealisme barat maka Afghani mengeluarkan sebuah gagasan politik yang bernama Pan Islamisme. Pada saat tinggal di Paris Afghani bersama Muhammad Abduh mendirikan sebuah perkumpulan berskala internasional yang diberi nama Al-Urwah al-Wusqha. Adapun tujuan didirikan organisasi tersebut adalah untuk mengembalikan kejayaan serta martabat Islam, membersihkan umat Islam dari praktik penyimpangan serta membebaskan umat Islam dari praktik imperialisme barat. Afghani merupakan tokoh muslim modernis yang menginginkan perumusan ulang terhadap warisan masa lampau, seperti kehidupan nabi dan kehidupan generasi salaf dengan menghidupkan semangat ijtihad. Melalui pembaharuan Afghani meyakini umat Islam akan menjadi kuat dalam melawan dominasi barat. Seperti tokoh modernis lainnya, Afghani pada hakikatnya ingin menjadikan Islam 28 Yunan Yusuf dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah (Jakarta : Rajawali Press, 2005), h. 1-3. sesuai dengan pemikiran barat modern dan ilmu pengetahuan yang berkembang ketika itu. Namun diantara sikap moderatnya itu Afghani tetap menganjurkan umat Islam tetap memegang teguh sumber hukum Islam (al - Qur’an dan Hadis). dikumandangkan oleh Afghani Secara adalah, umum gagasan pertama. yang Membangkitkan kesadaran bangsa timur tentang perlunya memahami serta membaca penyebab kemunduran umat Islam sekaligus mencari solusi penyelesaiannya. Kedua, Menumbuhkan sikap optimisme dikalangan umat Islam terhadap potensi kebangkitan yang dimiliki oleh umat Islam. Ketiga, mengajak umat Islam untuk kembali kepada sumber ajatan Islam yang benar (al- Qur’an dan Hadis) dan mengikuti praktik kegamamaan Islam murni seperti yang dipraktikan oleh generasi salaf. Keempat, membuang persepsi dikalangan umat Islam bahwa mereka tidak dapat membangun peradaban maju selama berpegang pada ajaran agama. Kelima, memberikan akses inforamsi kepada umat Islam tentang perkembangan politik, sains, tekhnologi dan budaya masyarakat barat. Keenam, menguatkan solidaritas dikalangan umat Islam.29 Pada point ini terdapat titik temu pemikiran antara Ahmad Dahlan dengan Afgahni, titik temu tersebut adalah kesamaan tentang keinginan untuk mempraktikan serta mengupayakan apa yang disebut dengan Islam murni (salafisme), titik temu berikutnya diantara kedua tokoh tersebut adalah adanya kesamaan cita-cita yakni ingin merubah nasib serta kondisi umat Islam agar terbebas 29 Yunan Yusuf dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, h. 7-10. dari berbagai penyakit sosial seperti keterbelakangan, selain itu kedua tokoh tersebut pun sama-sama berpedoman kepada Al Qur’an, Sunnh dan Ijtihad dalam melakukan proses perubahan sosial terhadap umat Islam. Titik temu kedua tokoh tersebut berikutnya adalah sama-sama mengambil sesuatu yang positif dari kebudayaan barat tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. 3. Rasyid Ridha. Berbicara tentang Rasyid Ridha adalah berbicara tentang Abduh dan Afghani, mengingat baik Abduh maupun Ridho merupakan anak didik dari Afghani. Adapun gambaran umum tentang pemikiran Rasyid Ridho adalah, pertama. Paham serta praktik keagamaan umat Islam telah menjauh dari ajaran Islam yang suci-murni. Untuk mendapatkan kemurnian serta kesucian umat Islam maka umat Islam harus dijauhkan dari berbagai bentuk bid’ah, khurrafat serta syiriq. Kedua, kesatuan umat Islam harus bersifat universal, yakni tidak didasarkan atas kesatuan bahasa dan bangsa namun haruslah didasarkan atas kesamaan iman dan Islam. Umat Islam pun perlu mengedepankan sikap toleransi mana kala terjadi perbedaan mazhab diantara umat Islam. Ketiga,. perlunya keterlibatan wanita dalam setiap aktifiats kehidupan masyarakat. Keempat, budaya sufi yang berkarakter pasif, pasrah terhadap keadaan tanpa adanya ikhtiar merupakan sesuatu yang bertentangan dengan Islam, karena Islam adalah agama yang dinamis dan serta tidak memiliki ajaran pesimisme.30 Dari uraian sekilas tentang pikiran Ridha, maka antara Ridho dan Ahmad Dahlan memiliki kesamaan pandangan, yakni menyangkut tentang pentingnya eksistensi serta partisipasi perempuan dalam berbagai sektor kehidupan. Dahlan merupakan tokoh yang sangat menghargai terhadap eksistensi perempuan, hal ini dibuktikannya dengan berdirinya ‘Aisyiah sebuah organisaasi perempuan dimana organisasi tersebut didirikan atas kolaborasi antara Ahmad Dahlan dengan istrinya nyai Walidah. Kesamaan lainnya adalah Dahlan pun merupakan tokoh yang sangat anti terhadap budaya pasrah terhadap nasib, ini dibuktikan dengan praktik keagamaan yang dilakukannya dengan merubah kondisi sosial masyarakat ketika ia masih hidup. Adapun pokok-pokok pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dapat dijabarkan sebagai berikut.31 1. Berorganisasi untuk keteraturan. Manusia sebagai mahluk sosial adalah sesuatu yang tidak bisa dibantah, karena manusia merupakan mahluk sosial yang tak bisa hidup tanpa orang lain, maka manusia membutuhkan manusia (individu) yang lain untuk menjalani proses kehidupan. Dalam konteks ini Ahmad Dahlan mengambil sebuah kesimpulan bahwa apa yang telah dicita-citakannya tidak mungkin berhasil tanpa melibatkan orang lain untuk bergerak secara kolektif. Maka untuk mewujudkan apa yang telah dicita-citakannya, Ahmad Dahlan pun mendirikan sebuah organisasi yang bernama Muhammadiyah. Dibentuknya organisasi, tidak 30 Mustafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam (Yogyakarta : Citra Karsa Mandiri, 2005), h. 64-65. 31 Mulkhan, Warisan Intelektual Ahmad Dahlan, h. 64-65. lain merupakan sebuah alat agar apa yang telah dirumuskan menjadi lebih teratur serta terarah baik dalam hal perencanaan maupun dalam hal pelaksanaan. Mendirikan persyarikatan Muhammadiyah adalah bentuk kongkrit Ahmad Dahlan Dalam menafsirkan perintah Al Qur’an (Ali Imran :104) 2. Ilmu pengetahuan sebagai sumber pencerahan. Untuk melakukan adaptasi serta mampu menghadapi berbagi macam tuntutan zaman, maka ilmu pengetahuan merupakan formulasi jitu dalam membaca perubahan zaman. Atas dasar pentingnya ilmu pengetahuan, Dahlan pun mendirikan berbagai lembaga pendidikan yang memiliki karakter kuat yakni tidak adanya dikotomi serta pemisahan antara ilmu umum dan ilmu agama. Dengan ilmu pengetahuan maka akan menjauhkan manusia dari budaya taqliq, fatalisme. Ketika budaya taqliq serta fatalisme telah terkikis maka semangat berijtihad pun akan terbangun 3. Beragama itu beramal. Agama tanpa amal adalah pincang. Islam sebagai agama yang memiliki jargon rahmatan lil ‘alamin, menganjurkan kepada umatnya agar menjadikan amal sebagai bagian dari bentuk ketaatan terhadap ajaran Islam, al-Qur’an sering kali menggandengkan kata shloat dengan zakat, iman dengan amal. Dengan demikian Islam adalah agama yang mementingkan serta mewajibkan umatnya umat melakukan tindakantindakan praksis salah satu contohnya adalah memberikan sebagian harta dijalan Allah. Penolong kesengsaraan umum adalah amalan kongkrit Ahmad Dahlan didalam kehidupan. 4. Al - Qur’an harus berbanding lurus dengan perbuatan. Bagi Dahlan Al Qur’an bukanlah kitab suci yang hanya sekedar untuk dibaca, dihafalkan, serta difahami, tetapi lebih dari itu, Al - Qur’an perlu dipraktikan. Ahmad Dahlan memiliki lima cara untuk memahmi Al - Qur’an, pertama, mengerti artinya. Kedua, memahami tafsir dan maknanya. Ketiga, jika mendapatkan larangan dari Al - Qur’an bertanyalah kepada diri sendiri, apakah tersebut telah ditingglkan. Keempat, jikalau mendapatkan perintah perbuatan dari Al Qur’an bertanyalah kepada diri sendiri, apakah perintah berbuat tersebut telah dilaksanakan. Kelima, jikalau yang keempat belum teralisir maka janganlah mempelajari ayat Al Qur’an yang lain. 5. Berjuang dan beramal memerlukan sasaran. Untuk mewujudkan cita-cita perjuangan maka dibutuhkan sasaran perjuangan. Adapun sasaran perjuangan (da’wah dan amal) Ahmad Dahlan adalah orang-orang fakir miskin, mustadhafin. Dilakukan salah satunya dengan memberikan santuan sosial. Sasaran berikutnya adalah para pemilik harta, upaya yang dilakukan adalah dengan membangun kesadaran para pemilik harta agar secara ikhlas menyisihkan sebagian harta yang dimilikinya. Sasaran berikutnya adalah kaum intelektual, cara yang ditempuh dengan melakukan dialog serta memberikan ceramah dihadapan pengurus Budi Utomo. 6. Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah. Alqur’an yang merupakan panduan serta pedoman didalam kehidupan merupakan sumber inspiarsi didalam kehidupan, jikalau tidak ditemukan kaidah hukum secara eksplisit maka ditentukan berdasarkan nalar dengan mempergunakan pikiran logis serta ijtima’ dan qiyas. Adapun buku-buku yang dibaca dan menjadi inspirasi K.H. Ahmad Dahlan adalah;32 1. Risalah Tauhid karangan Muhammad Abduh 2. Tafsir Djuz Amma karangan Muhammad Abduh 3. Kansul Ulum 4. Dairatur-Maarif karangan Farid Wadjidi 5. Fil Bid’ah karangan Ibnu Taimiyah 6. Al Islam wan Nasrannijah karangan Muhammad Abduh 7. Idharulhaq karangan Rahmatullah Al Hindi 8. Kitab Almanar 9. Kitab Al Urwatul Wusqo 10. Kitab Syubuhatunnashara wal Hudjatul Islam karangan Muhammad Abduh Sebagai tokoh yang populer dengan ikon pembaharuan Islam, sepanjang hidupnya Ahmad Dahlan berupaya melakukan agenda pembaharuan Islam dalam berbagai sektor kehidupan. Adapun agenda pembaharuan Islam yang berhasil dilakukan oleh Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut ; 1 Keagamaan. Karena Dahlan meyakini sumber hukum dalam Islam adalah al-Quran dan memperkenalkan 32 Hadits, gerakan maka Islam sebagai konsekuensinya tanpa mazhab Dahlan sebagai upaya Solichin Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia (Jakarta : Jayamurni, 1963), h. 22. meminimalisir budaya fanatisme, sehingga pintu ijtihad terbuka lebar dikalangan umat Islam. Selain menggagas Islam tanpa mazhab Dahlan pun melakukan pembaharuan dalam hal ibadah merubah arah kiblat mesjid keraton. Memperkenalkan Islam murni, dengan menolak pemujaan terhadap barang-barang, bangunan yang dianggap pusaka serta keramat, meneguhkan prinsip bahwa Allah merupakan satu-satu Nya untuk meminta dan memohon, mempraktikan khutbah pada saat ibadah Sholat Jum’at tanpa menggunakan bahasa arab. 2. Pendidikan. Menghapus dikotomi antara ilmu dunia dengan ilmu agama, kemudian menggabungkan antara pelajaran ilmu umum dengan ilmu agama. Merubah sistem surau dengan sistem klasikal. 3. Kesehatan. Merubah kebiasaan masyarakat, dari berobat kepada dukun, mengunjungi tempat keramat. Menjadi berobat kepada dokter serta mengunjungi klinik atau rumah sakit. 4. Pemberdayaan perempuan. Bagi Ahmad Dahlan perempuan bukanlah mahluk yang harus dimarginalkan, perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk beraktifitas dan berkreatifitas. Sebagai bentuk komitmennya terhadap pemberdayaan perempuan, Dahlan mendirikan perkumpulan perempuan bernama Sapa Tresna. Dalam perjalanannya Sapa Tresna berubah menjadi bagaian / badan khusus wanita dalam Muhammadiyah yang bernama ‘Aisyiyah. Tak cukup sampai disitu, Dahlan pun mendatangkan guru khusus dari Bandung yang bernama Jeffer Akik untuk mengajari menjahit serta keterampilan tangan, merias diri. Bahkan dan pun memberikan pelajaran retorika, ia pun mendirikan musholla khusus perempuan, memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengelola secara otonom Aisyiyah.33 5. Kebenaran manusia adalah relatif. Bagi Ahmad Dahlan kebenaran manusia tidaklah bersifat absolut. Karena kebenaran manusia bersifat relatif, maka K.H. Ahmad Dahlan menegaskan sumber kebenaran bisa berasal dari orang yang kita anggap lawan. Untuk menunjukan pemikirannya tersebut, K.H. Ahmad Dahlan sering melakukan diskusi, debat dengan pendeta kristiani. Dalam perjalanan hidupnya, Ahmad Dahlan pernah diskusi dengan Pastor Van lith, Pastor Van Driesse, Pastor Domnie Bakker, Pastor Dr Zwinjer. Bahkan pada saat pertemuannya dengan Pastor Domnie Bakker, Ahmad Dahlan membuat pernyataan ; “Marilah kita sama-sama keluar dari agama, kemudian mencari, menyelidiki agama mana yang paling benar. Kalau ternyata kemudian agama Protestan yang benar, saya bersedia masuk agama Protestan. Akan tetapi sebaliknya, apabila agama Islam yang benar. Anda pun harus masuk agama Islam”.34 Pernyataan yang sama pun Ahmad Dahlan ucapkan pada saat berdiskusi dengan seorang pendeta bernama Dr. Laberton. Dalam diskusi dengan Laberton, Ahmad Dahlan membuat pernyataan “jikalau dalam pembicaraan kita ini nanti ternyata bahwa yang benar itu agama Kristen, saya bersedia masuk agama tuan. Bagaimana tuan nanti?.Bersediakah tuan masuk Islam, jikalau ternyata agama Islam yang benar?.”35 33 34 35 Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 54. Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 55. Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 56. K.R.H. Hadjid salah satu murid Ahmad Dahlan menegaskan, bahwa Ahmad Dahlan menyayangkan sikap sebagian manusia yang merasa bahwa kebenaran sejati hanya milik dirinya serta kelompoknya, sedang diluar kelompoknya adalah salah. Fenomena tersebut juga terjadi pada umat Islam, kelompok Ahlu Sunnah wal Jamaah merasa paling baik, sedang kelompok Mu’tazilah adalah kelompok yang salah.36 Renungan Ahmad Dahlan yang merasa risau dengan fenomena aksi monopoli kebenaran, terlihat dari renungannya yang ditulis oleh Hadjid “kebayakan diantara manusia berwatak angkuh dan takabur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri”.37 Tak hanya bergaul dengan pendeta kristen, Dahlan pun bertemen dan bergaul dengan seorang dokter kristen yang bernama Ofringa. Bahkan Ofringa pernah menasehati Ahmad Dahlan sebagai seorang teman disaat beliau sakit akibat kesibukan aktivitasnya “Saya mengetahui apa yang menjadi cita-cita tuan. Dan sebagai seorang dokter, saya pun mengetahui penyakit yang kiai derita. Penyakit kiai ini tidak memerlukan titirah, tapi cukup di rumah saja. Sakit kiai ini hanya memerlukan istirahat, lainnya tidak.”38 Karena penganut Islam inklusif, maka wajar ada salah seorang dokter kristen yang bernama van de Borne memberikan respon terhadap pribadi Ahmad Dahlan kepada keluarganya ; “Kamu sekalian beruntung mempunyai K.H. Ahmad Dahlan ini. Beliau bukanlah sembarang orang. Saya baru sekali ini menjumpai seorang yang sifat-sifatnya demikian. Andai kata tanah Jawa 36 K.R.H. Hadjid, Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Gerakan Muhammadiyah (Yogyakarta : Siaran), h. 11. 37 K.R.H. Hadjid, Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 9. 38 Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 26. (Indonesia) mempunyai orang demikian ini tiga saja, saya percaya tanah Jawa akan beruntung sekali dan berbahagia”.39 Selain berdialog serta berdiskusi dengan tokokh kristiani Ahmad Dahlan pun melakukan hal yang sama dengan kelompok yang berhaluan kiri. Ahmad Dahlan pernah memberi ruang untuk berdikusi dan berdialog kepada Indisch Sociaal Democratische Partij (kemudian berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia) untuk membahas kebijakan represif pemerintah Belanda serta untuk menerangkan seputar wacana sosialisme. 40 Kesempatan tersebut pun kemudian tidak disia-siakan oleh ISDV, adalah Semaun serta Darsono yang kemudian menghadiri forum yang telah disediakan oleh Ahmad Dahlan. 6. Memperkenalkan metodelogi hisab dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal. Sekaligus mempelopori aktifitas sholat hari raya Idul Fitri mau pun Idul Adha di lapangan terbuka.41 7. Memprakasai pendirian badan penyelenggara haji. Ada pun badan yang didirikan oleh Ahmad Dahlan Bagian Penolong Haji.42 Dengan aktifiats, mencarikan sarana transportasi, pemukiaman serta bimbingan haji baik pada saat di tanah air maupun pada saat di tanah suci. 39 Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 25. Jainuri, Ideologi Kaum Reformis, h. 115. 41 Hadikusuma, Aliran Pembaharuan Islam, h. 80. 42 Muhammad Syoedja, Cerita Tentang K.H. Ahmad Dahlan Catatan Haji Muhammad Syoeda. h. 118-120 diakses dari www.muhammadiyah.or.id. 40 BAB III SOSIALISME DAN SOSIALISME ISLAM A. Sejarah dan Pengertian Sosialisme Sebelum membahas tentang definisi sosialisme maka terlebih dahulu penulis mencoba membahas tentang definisi ideologi, sebagai konsep yang terkait dengan sosialisme. Destutt de Tracy merupakan tokoh yang mempopulerkan istilah ideologi. Tracy memposisikan ideologi sebagai konsep yang berhadap-hadapan dengan agama (konfrontatif), tujuan yang utama sudah tentu mencari kebenaran di luar dari ajaran-ajaran agama. Dalam kerangka umum ideologi didefinisikan “Suatu sistem kepercayaan yang memuat nilai-nilai kepercayaan dan di organisir secara rapih sebagai basis filsafat, sains, program ekonomi-politik yang menjadi pandangan hidup, aturan berfikir, merasa, dan bertindak individu atau kelompok”. Jhon Storey mendefinisikan ideologi menjadi beberapa konsepsi ideologi. Pertama, ideologi merupakan pelembagaan terhadap sebuah gagasan secara sistematis yang kemudian diaktualisasikan oleh sekelompok orang. Pengertian seperti ini bisa didapatkan dalam sebuah organisasi partai politik. Kedua, ideologi adalah sebuah upaya proganda untuk menenggelamkan serta mengalihkan terhadap sebuah realitas tertentu. Pengertian ini bisa dijumpai bagaimana adanya upaya politik dari kaum kapitalis bahwa kapitalisme adalah kunci tunggal untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran tanpa memperhatikan berbagai kelemahan dari sistem kapitalisme. Hal ini tentu saja di lakukan dengan seleksi yang sangat ketat ketika hendak di tampilkan di hadapan publik. Ketiga, ideologi bisa di kaitkan dengan defenisi kedua namun tergantung motifnya. Yakni memiliki tujuan bagaimana meraih simpati publik terhadap sebuah pemikiran, program yang dimiliki oleh ideologi tertentu serta kelompok ideologis tertentu. Keempat, ideologi bukan hanya pelembagaan gagasan namun dalam kerangka praktik didalam kehidupan sehari-hari. Terkadang aktifitas manusia sehari-hari seperti kebudayaan yang berkembang dan di praktikan didalam kehidupan sehari-hari, sebagai salah satu contoh adalah praktik serta faham keagamaan yang di jalankan dan di yakini memiliki relasi ideologis Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia ideologi didefinisikan menjadi tiga definisi “Pertama kumpulan konsep yang tersistematis yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Kedua, cara berfikir seseorang atau suatu golongan. Ketiga, paham, teori yang berpadu kedalam satu program sosial-politik.” Ramlan Subakti mendefinesikan ideololgi dengan dua pendekatan yakni fungsional dan struktural. Dalam konteks fungsional ideologi di artikan sebagai seperangkat ide tentang cita-cita bersama (kebaikan). Ideologi secara fungsional di klasifikasikan menjadi dua tipe yakni doktrinal serta pragmatisme. Ideologi di katakan doktrinal manakala gagasan yang tergandung di dalam ideologi di strukturkan secara detail kemudian di doktrinkan kepada masyarakat dan atau para penganut ideologi tersebut. Ketika ideologi telah didoktrinkan (terlaksana) maka langkah yang ditempuh adalah evaluasi serta monitoring. Sedangkan ideologi melalui pendekatan struktural di artikan sebagai sistem pembenaran (legitimasi). Dengan demikian ideologi adalah sekumpulan gagasan yang terdiri dari sistem keyakinan, tujuan serta cita-cita yang berfungsi sebagai alat pembenaran, pemersatu serta pusat rujukan dalam fikir dan bertindak (sumber pengetahuan) Sosialisme secara bahasa (etymologi) berasal dari kata socius yang memiliki arti teman atau sahabat dengan demikian sosialisme adalah faham yang mengedepankan pertemanan atau persahabatan sebagai pandangan hidup. Kata sosialisme muncul pertama kali pada tahun 1827 dalam sebuah majalah Cooperative Magazine, kemudian kata sosialisme muncul pula pada jurnal La Globe tahun 1832. Pemaknaan sosialisme pada majalah serta jurnal tersebut memiliki keragaman, namun secara garis besar bermakna sebuah sistim masyarakat kolektif yang lebih menekankan kooperatif ketimbang kompetitif, sosiabilitis melawan pemenuhan diri yang individualisme, kontrol sosial terhadap praktik akumulasi serta pemakaian harta pribadi, persamaan ekonomi menurut penghargaan pada kebaikan, pengahargaan yang dinilai berdasarkan kebutuhan. Sebelum muncul istilah pada majalah Cooporative serta jurnal Globe, secara konseptual sosialisme telah muncul pada era peradaban Yunani di mana Plato menjabarkan pemikiran idealnya tentang sebuah negara. Negara ideal dalam bayangan Plato akan tercipta manakala negara mampu mengawasi serta menjadi institusi yang sangat kuat (dominan) dalam hal pengendalian kepemilikan harta benda baik untuk kalangan pejabat, elit politik hingga rakyat biasa. Dalam pandangan Plato negara menjamin semua kebutuhan penguasa, pemenuhan kebutuhan tersebut dimaksudkan agar penguasa memiliki komitmen serta waktu penuh untuk mengurus masyarakat. Maka ketika segala kebutuhan telah dipenuhi, penguasa tidak lagi di perkenankan memiliki harta kekayaan yang bersifat pribadi (kepemilikan pribadi). Pengendalian serta pengontrolan terhadap kepemilikan pribadi bagi Plato memiliki tujuan untuk mencegah budaya rakus di masyarakat serta mencegah konflik dan disharmoni dikalangan masyarakat yang dicirikan dengan hilangnya sikap persaudaraan serta kesenangan yang merupakan kebutuhan manusia. Sebagai seorang filosof politik, Plato pun telah mencetuskan pembagian kelas sebelum Karl Marx. Plato membagi kelas yang terdiri dari kelas pembantu yakni kelompok militer, kelas penguasa beserta pembantunya serta kelas golongan karya. Ideologi sosialisme merupakan ideologi yang berkembang di Eropa terutama Inggris dan Perancis pada saat revolusi industri dikedua negara tersebut. Sosialisme di Inggris maupun Perancis mengalami fase perkembangan yang bervariatif. Sosialisme di Inggris yang cukup menjadi wacana pada tahap awal adalah sosialisme utopia yang digambarkan oleh Thomas More (1478-1535). Istilah Utopia diambil dari hasil pemikiran More yang mendambakan sebuah negeri impian. Ada pun gambaran negeri impian adalah masyarakat tinggal bersama dalam tempat yang sama, makan serta kebutuhan disedikan bersama, hingga semua kepemilikan menjadi kepemilikan bersama. Fase perkembangan setelah sosialisme utopia adalah sosialisme komunitas kolektif. Sosialisme ini di kumandangkan oleh Robert Owen (17711858) yang merupakan penggerak sosialisme di Inggris, Charles Fourier (1772-1837) dan Louis Blanc (1811-1882). Sosialisme komunitas-kolektif adalah sebuah sosialisme yang lahir dari kritik terhadap sosialisme utopia yang di anggap tidak mungkin teralisir bahkan dapat di katakan khayalan politik. Pemikiran Robert Owen tentang sosialisme komunitas-kolektif di tuangkan dalam karyanya yang berjudul The New View Society (1816), Owen merupakan pengusaha Inggris yang menginginkan ada keterlibatan negara dalam pembangunan ekonomi masyarakat berdasarkan sistem kerjasama (koperasi), untuk mewujudkan gagasannya Owen membuat sebuah proyek di berapa tempat di antaranya Indiana Amerika Serikat. Adapun yang menjadi salah satu basis pemikiran sosialisme Owen adalah kritik terhadp praktik industri yang mementingkan diri sendiri, jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang mengakibatkan penurunan derajat manusia. Bagi Owen bekerja adalah hak rakyat, dan ekonomi koperasi akan mampu mendidik serta memperbaiki moral manusia. Sebagai pengusaha Owen menginginkan adanya sistem ekonomi yang lebih berkeadilan serta menolak budaya eksploitasi manusia yang mengatasnamakan keuntungan. Selain itu Owen ingin memperjuangkan bahwa manusia maupun buruh memiliki hak-hak kemanusiaan yang harus di tegakkan. Walaupun manusia berupaya mengejar keuntungan ekonomi namun hak-hak manusia harus tetap di jaga. Selain Owen, ada pula nama Charles Fourier seorang tokoh sosialis Perancis yang memiliki kesamaan ide dengan Owen. Karakteristik sosialis Charles di tuangkan dalam sebuah kerangka dasar bahwa hidup dan bekerja haruslah menyenangkan, dan untuk mendapatkan kesenangan dalam bekerja, maka manusia harus membentuk komunitas yang dikembangkan atas nilainilai kerjasama. Ketika komunitas telah terbentuk serta nilai-nilai kerjasama telah dibangun, tahapan berikutnya adalah setiap manusia harus memiliki sarana serta alat untuk bekerja secara produktif. Terkait dengan tugas komunitas, Charles menjelaskan tentang beberapa tugas dari sebuah komunitas. Tugas pertama adalah mengelola kerja yang sesuai dengan kebutuhan anggota komunitas. Komunitas bertugas menjamin agar setiap kebutuhan hidup anggotanya terpenuhi. Adapun jumlah komunitas yang ideal menurut Charles adalah sekitar 1600 penduduk. Untuk merealisasikan gagasannya, Charles membuat sebuah proyek seperti halnya Robert Owen. Proyek Charles bernama phalanax. Adapun fokus dari proyek dari Charles adalah daerah pertanian. Dalam proyeknya tersebut Charles menegaskan bahwa setiap individu bekerja harus sesuai dengan kesukaan, kecakapan serta bakat yang di miliki setiap individu yang merupakan anggota komunitas. Tak lupa Charles melakukan distribusi keuntungan dengan rincian pekerja mendapatkan 5/12 bagian, manajer memperoleh 4/12 bagian, dan pemilik modal mendapatkan bagian sebesar 3/12 bagian. Selain Charles, Perancis pun memiliki tokoh sosialis yang bernama Louis Blanc (1811-1882) yang merupakan putra dari anak pegawai kelas rendah di Perancis. Gagasan besar sosialisme Blanc adalah perlunya intervensi anggaran negara dalam pembentukan unit ekonomi. Walau negara sebagai pihak pemberi modal, namun aktifitas ekonomi harus dijalankan serta di kelola oleh pekerja. Ketika para pekerja telah membayar konpensasi dari uang yang di keluarkan oleh negara maka hasil dari seluruh keuntungan di serahkan sepenuhnya kepada pekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Selain menyediakan anggaran untuk mesin serta kebutuhan produksi negara pun harus memikirkan uang pensiun para pekerja. Perancis yang merupakan salah satu pusat perkembangan ideologi sosialis memiliki pula tokoh sosialis utopia. Jikalau Inggris memiliki Thomas More, maka Perancis memiliki Saint Simon (1760-1825). Konsep dasar sosialis yang menjadi pemikiran Simon adalah bahwa setiap manusia berhak mendapatkan dan memiliki kekayaan, selama hasil kekayaan serta keuntungannya itu tidak diperoleh melalui cara-cara yang kurang baik. Setiap kekayaan yang di miliki setiap manusia harus di kelola serta di distribusikan dengan baik kepada setiap manusia. Selain itu Simon menegaskan bahwa setiap manusia berhak untuk mendapatkan kekayaan serta penghargaan secara layak ketika manusia telah bekerja keras. Simon pun menegaskan bahwa kekayaan yang melekat, yang di miliki setiap manusia memiliki tanggung jawab sosial dari kekayaan yang dimilikinya. Setelah sosialisme di Inggris dan Perancis mengalami kemunduran, maka tampilah Karl Marx (1818-1883) yang menganggap pemikiran serta konsep sosialisme para pendahulunya di anggap sangat utopis serta tidak memiliki kerangak teori serta basis filsafat yang komprehensif. Marx pun kemudian populer sebagai bapak sosialis ilmiah. Berbicara tentang Marx, maka kita akan menemukan sebuah pemikiran yang kental akan nuansa konflik serta pertentangan. Secara umum Marx mengemukakan pemikiran sosialisme kedalam beberapa teori. Teori yang menyangkut konflik yang cukup populer adalah teori pertentangan kelas. Dalam terori ini, Marx menegaskan bahwa kehidupan dibumi adalah kehidupan yang diwarnai oleh pertentangan dan atau pertarungan sosial antar kelas. Kelas yang dimaksud oleh Marx adalah bahwa kelas yang dibawah akan selalu melakukan aksi resistensi terhadap kelas yang di atas dalam rangka pemenuhan kesejahteraan Salah satu pemikiran Marx yang juga menjadi basis pemikirannya adalah materialisme historis. Dalam pemikiranya tersebut, Marx menganggap bahwa relasi ekonomi merupakan faktor utama dalam membentuk wajah sebuah sejarah. Dengan demikian faktor ekonomi merupakan faktor tunggal serta faktor penting dalam membuat arah serta wajah sejarah. Karena faktor ekonomi merupakan faktor penentu maka dalam pandangan Marx sistem sosial, politik, budaya bahkan agama di tentukan atau akan mengikuti struktur serta relasi ekonomi. Selain materialisme histroris, ada pula materialisme dialektik yang menjadi salah satu basis pemikiran Marx. Materialisme dialektik adalah pemikiran Marx yang menegaskan bahwa materi sebagai satu-satunya realitas, dari proses realitas tersebut kemudian muncullah sebuah pertentangan. Proses pertentangan terlahir sebagai wujud dari gerakan materi yang bersifat dialektis. Adapun materialisme yang dimaksud oleh Marx adalah sumber keberadaan benda-benda alamiah yang selalu bergerak dinamis tanpa ada proses berhenti. Selain pemikiran tentang materialisme historis dan materialisme dialektik, Marx pun mengumandangkan tentang perlunya revolusi politik yang dilakukan secara radikal bahkan jikalau perlu dilakukan dengan kekerasan. Tujuan utama dari revolusi sosial adalah menjungkirbalikan kekuasaan dari tangan borjuis ke tangan kaum proletar. Revolusi bisa berhasil manakala kaum proletar telah memiliki kesadaran serta keyakinan bahwa mereka telah tertindas. Untuk itu perlu di adakan sebuah gerakan revolusi yang bertujuan menjungkirbalikan keadaan. Untuk meembangun kekuatan revolusi maka sebuah tim lingkar inti yang bertugas melakukan propaganda dan agitasi. Tugas tersebut di lakukan oleh kelompok yang bernama diktator proletar. Memasuki abad 20, Sosialisme Marx tidak otomatis mati secara alamiah namun masih memiliki pengikut setia, salah satu pengkiut setianya adalah Vladimir Illich Lenin (1870-1924). Lenin menjadi pembicaraan karena keahlian menerjemahkan pemikiran Marx yang ia tuangkan dalam karyanya yang berjudul The Development of Capitalism in Rusia, The Highest Stage of Capitalism serta What Is to Be Done. Secara umum pemikiran Marx dengan Lenin memang memiliki kesamaan, kesamaan itu diantaranya adalah Lenin menghendaki perebutan kekuasaan sebagai modal utama dalam melakukan perubahan. Untuk melakukan revolusi dalam rangka pengambil alihan kekuasaan Lenin menganggap penting sayap politik dalam bentuk organisasi atau serikat. Lenin beranggapan dengan kekuatan yang kecil namun apabila diorganisir serta dikelola secar rapih yang diimbangi oleh disiplin yang kuat maka kekuasan dapat diraih. Untuk membangun cita-citanya tersebut Lenin menyatakan bahwa tugas utama kepemimpian komunis serta kaum revolusioner hanyalah satu yakni menghantam, menyerang serta menghancurkan kekuatan sistem politik status quo. Setelah kekuasaan berhasil di rebut maka tugas berikutnya adalah mengganti sistem politik status quo dengan sistem berdasarkan prinsipprinsip komunisme. Kesamaan pemikiran lainnya antara Marx dengan Lenin adalah kedua tokoh tersebut sama-sama menyakini bahwa politik komunisme mampu di terapkan di berbagai belahan dunia. Sebagai ahli organisasi serta propaganda, setidaknya ada beberapa strategi politik yang di lakukan Lenin dalam rangka mewujudkan cita-citanya. Pertama, melakukan propaganda dengan mengeluarkan pernyataan sebagai partai rakyat yang akan mengabdi untuk rakyat dengan agenda memperjuangnkan demokrasi, kebebasan, dan menghentikan segala praktik ketidak adilan. Kedua, Mengadakan penyusupan ke dalam organisasi buruh, partai politik dan pemerintahan, tentara. Tujuan penyusupan tidak lain untuk memecah soliditas lawan-lawan politik. Dan cara teakhir adalah cara yang memang wajib di tempuh oleh kelompok komunis adalah dengan melakukan revolusi politik dengan cara-cara kekerasan. Namun di antara persamaan antara Marx dan Lenin, kedua tokoh tersebut pun memiliki perbedaan tentang konsepsi diktator proletar. Dalam pandang Lenin diktator proletar adalah sebuah konsep pendekatan politik yang terkemas dalam sebuah organisasi yang bernama partai komunis, dengan demikian partai komunis merupakan representasi kaum ploretar. Asumsi ini di bangun oleh Lenin karena ia kurang meyakini terhadap kemampuan politik serta kemampuan mengorganisir kaum proletar dalam melaksankan aksi-aksi politik. Sementara itu, Marx berpendapat sebaliknya. Diktator ploretar adalah lebih bernuansa sistem integrasi ekonomi, selanjutnya Marx menganggap bahwa diktator ploretar adalah konsep yang bersifat transisi sementara. Seiring perjalanan waktu cita-cita politik komunisme yang diperjuangkan oleh Lenin mengalami kemunduran. Puncak dari kemunduran tersebut di tandai dengan keluar kebijakan politik yang di gagas Lenin sebagai penguasa yakni dengan memperbolehkan kepemilikan pribadi secara terbatas. Karena mengalami kegagalan perjuangan memaksa Lenin harus hengkang dari Rusia, dan akhirnya Lenin meninggal secara tragis oleh agen intelejen pemerintah yang dulu pernah di kuasainya Setelah Lenin meninggal. Sosialisme-komunis kemudian dilajutkan oleh penerusnya yakni Stalin, Stalin berhasil melakukan pengambil alih kekuasaan ketika melihat lemahnya legitimasi serta dukungan kekuasaan yang dimiliki Lenin. Stalin membuat kebijakan di masa kepemimpinanya dengan dua kebijakan prioritas yakni pertanian dan industri. Konsep kebijakan Stalin secara garis besar menghapuskan kebijakan yang dibuat oleh Lenin ketika ia berkuasa. Dalam bidang pertanian, Stalin menerapkan kebijakan pertanian kolektif dengan menghapuskan lahan kepemilikan pertanian secara individual. Stalin beralasan bahwa kepemilikan secara individual bertentangan dengan prinsip politik komunis. Tujuan praktik pertanian kolektifitas adalah untuk mempercepat proses produksi. Untuk mendukung programnya, petani dibuat kedalam kelompok petani proletar. Petani hanya boleh berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama anggota proletar. Selain itu tujuan dibentuknya kelompok petani proletar adalah untuk mempermudah kontrol produksi serta sepak terjang petani. Selain itu kebijakan tersebut juga bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja dalam rangka memperkuat program industrialisasi. Sedangkan dalam bidang industri, Stalin memprioritaskan pada pengembangan industri pertahanan dan tekhnologi dalam rangka memperkuat eksistensi negara. Selain industri pertahanan serta tekhnologi Stalin pun mengembangkan industri barang-barang rumah tangga sebagai upaya membangun sayap ekspnasi ekonomi nasional ketingkat global. Untuk menyukseskan program kebijakan industri, Stalin menerapkan kebijakan yang hampir sama dengan petani. Serikat buruh yang merupakan sayap organisasi partai komunis, menerapkan kebijakan loyalitas kepada pemerintah dalam hal sistem pengupahan, jam kerja. Selain itu buruh pun dilarang untuk berpindahpindah kerja. Memasuki abad 21, sosialisme pun mengalami perkembangan baru, perkembangan tersebut kemudian populer dengan istilah sosialisme abad 21. Secara garis besar sosialisme abad 21 berkembang sebagai bentuk perlawanan terhadap tesis yang di keluarkan oleh Francis Fukuyama bahwa abad 21 merupakan abad berakhirnya sejarah, hal ini di tandai dengan kemenangan demokrasi liberal sebagai pemain tunggul sistem pemerintahan dunia dan ideologi dunia. Dengan demikian sosialsme abad 21 tidak lagi mengambil refrensi terhadap pemikiran Karl Marx Lenin dan Stalin. Sosialisme abad 21 menjadi sebuah wacana serta gerakan masif pada saat keberhasilan rakyat Venezuela melakukan revolusi Amerika Latin di bawah komando Hugo Chavez. Dengan demikian sosialisme abad 21 adalah sosialisme yang tumuh dan berkembang dikawasan Amerika Latin. Dalam sosialisme abad 21, formulasi yang di tempuh tidak lagi mengadopsi pemikiran Marxisme dan Leninisme tentang perjuangan kelas, namun formulasi yang di tempuh adalah sebuah upaya bagaimana membangun keseimbangan serta kesinambungan antara sistem sosialisme dengan kapitalisme. Selain itu konsep pertentangan antar kelas tidak lagi diadopsi, dengan demikian semua elemen masyarakat dapat berdampingan secara sosial. Selain itu perjuangan yang dilakukan bukan melalui jalan revolusi dengan kekerasan namun lebih mengedepankan pendidikan politik dengan cara pemantapan ideologi serta mengupayakan perjuangan melalui lembaga-lemabga negara seperti parlemen dalam rangka mewujudkan masyarakat sosialis. Sebagai sebuah ideologi, sosialisme terlahir sebagai sikap keprihatinan terhadap kondisi sosial-politik masyarakat pada zaman Revolusi Industri di Inggris dan benua Eropa pada abad ke 18-19. Revolusi Industri di Eropa di tandai dengan berbagai penemuan baru salah satunya adalah mesin-mesin untuk industri, dalam perkembangannya mesin-mesin untuk industri mulai menggusur tenaga manusia. Revolusi industri dalam perjalananya ternyata merubah pula tatanan ekonomi masyarakat, manusia mulai mengalami pergerseran oreantasi ekonomi, lahan pertanian mulai ditinggalkan, sistem pabrik menggantikan proses pengelolaan di rumah tangga, revolusi industri juga dicirikan oleh berkembangnya arus modal yang berorientasi mencari keuntungan yang besar disegala sektor kehidupan. Berkembangnya arus modal dengan oreantasi mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya menjadi titik pangkal lahirnya sistem ekonomi kapitalisme. Sistem kapitalisme di tandai dengan adanya keinginan agar kepemilikan individu dalam sirkulasi ekonomi merupakan sesuatu yang harus di lestarikan serta dilindungi, salah satunya adalah kepemilikan individu terhadap alat produksi serta sumber produksi (tanah, pabrik, mesin, kekayaan alam), selain itu ekonomi kapitalisme di tandai dengan produksi di lakukan bukan dalam konteks kegunaan tetapi untuk keuntungan semata. Kapitalisme pun berkeinginan memberlakukan kebijakan ekonomi pasar, di mana setiap individu di perbolehkan membuat keputusan ekonomi sesuai dengan kepentingan, pengalaman dan kemampuan. Ekonomi kapitalisme menjadi kian masif akibat terjadinya perubahan kerangka teori ekonomi, adalah Adam Smith yang mempelopori perombakan teori ekonomi. Smith dengan pemikiran ekonominya berpendapat bahwa “Barang konsumsi, bukan emas atau perak, adalah bentuk kekayaan yang terpenting. Dan produksi sebagai kunci kemakmuran ekonomi. Smith juga berpendapat bahwa pemerintah seharusnya tidak turut campur tangan dalam industri dan perdagangan karena regulasi pemerintah akan mempengaruhi jalannya hukum-hukum ekonomi alamiah dan harmoni dalam kepentingan dalam alam. Kemakmuran suatu bangsa bagi Smith bisa di tingkatkan dengan memberikan setiap orang kesempatan yang seluas-luasnya untuk memenuhi kepentingannya sendiri, maka kemakmuran tertinggi bisa di capai dengan membiarkan alam bergerak menurut hukumnya sendiri (kompetisi pasar bebas).” Untuk memperkuat ekonomi kapitalis Smith pun mempopulerkan sebuah teori dengan judul teori tangan yang tak kelihatan. “Jika kita berusaha dan mengerjakan kebaikan bersama secara langsung, kita kerap kali gagal. Tetapi jika kita mengerjakannya tidak secara langsung, oleh masing-masing mengejar kepentingan kita sendiri, cita -cita kita bisa tercapai.” Dalam perjalanannya, kapitalisme menuai banyak kritik, kapitalisme menimbulkan berbagai persoalan di dalam kehidupan, dalam pandangan kaum penolak kapitalisme, kapitalisme mempunyai dosa-dosa sosial-politik, diantaranya 1. Kapitalisme hanya melahirkan kelas sosial didalam masyarakat, karena berlakunya sistem kelas maka pertentangan serta konflik antar kelas sulit untuk di hindari 2. Kapitalisme merusak watak manusia, karena dalam kapitalisme tersimpan budaya individualistik, tamak, materialisme, konsumerisme, serta kompetisi yang tidak sehat, semua itu terjadi karena ingin meraih keuntungan dan kekayaan 3. Kapitalisme adalah sistem dehumanisasi, hal ini terjadi karena dengan sistem kapitalisme ternyata pengangguran serta kemiskinan makin tak terbendung 4. Ekonomi dengan kedaulatan pasar, merusak ekonomi kerakyatan, sehingga melahirkan kediktatoran pasar Dampak dari berkembangnya ekonomi kapitalisme menimbulkan berbagai pemikiran alternatif dengan tujuan merombak sistem ekonomi kapitalisme, adanya pemikiran serta konsep alternatif selain kapitalisme inilah yang menjadi titik pijak lahirnya sosialisme, oreantasi utama dari sosialisme tidak lain adalah menghapuskan ekonomi kapitalisme dan mengubah dengan ekonomi sosialis. Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sosialisme merupakan respon kritis atas dominasi kapitalisme. Mengapa perlu konsep alternatif, karena kapitalisme identik dengan ketidak adilan. Dalam kapitalisme buruh berkerja keras demi memenuhi kuota produksi namun imbalan (upah) dibawah standar, dalam kapitalisme keuntungan dari produksi hanya di nikmati kaum pemilik produksi. Untuk menggantikan ekonomi kapitalisme, para penganut sosialisme merumuskan konsep dasar sosialisme dengan rumusan sebagai berikut 1. Ekonomi di dasarkan atas kepemilikan bersama (kerakyatan), dengan demikian hak milik dikurangi atau tidak ada sama sekali 2. Adanya distribusi kekayaan serta kesataraan kekuatan dan kesempatan 3. Setiap individu berkerja demi komunitas dan memberikan kontribusi kebaikan bersama, dari dan oleh masing-masing untuk sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan 4. Melestarikan sifat-sifat kemanusiaan sehingga tidak ada lagi distorsi tehadap sifat kemanusiaan seperti ketamakan dan kemiskinan, sehingga manusia memiliki rasa kepedulian 5. Barang-barang dibagikan secara gratis 6. Produksi dilakukan atas dasar kegunaan bukan lagi atas dasar motif mencari keuntungan belaka Dari uraian diatas, kita bisa mengambil sebuah gambaran umum bahwa ideologi sosialisme dalam bingkai ekonomi - politik adalah sebuah ideologi yang berangkat dari kesadaran kemanusiaan, dari kesadaran tersebut kemudian melahirkan solidaritas sosial-politik. Solidaritas politik inilah yang kemudian melahirkan sebuah cita-cita bahwa manusia harus terbebas dari praktik eksploitasi ekonomi, karena mengatasnamakan keuntungan hanya eskploitasi ekonomi yang akan membuat nilai-nilai suci kemanusian terkubur di dalam lubang yang mengatasnamakan keuntungan. Selain itu sosialsme dapat diartikan sebagai ideologi yang menginginkan pentingnya keadilan distribusi serta perlunya ada upaya politik dari negara untuk mencegah, mengurangi kepemilikan individu hingga pengusaan negara dalam sektor industri yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Bila kapitalisme mengagungkan kepentingan pribadi, maka sosialisme memuliakan kepentingan publik. Jika kapitalisme mendewakan kekayaan individu, maka sosialisme mengupayakan pemerataan kesejahteraan publik. Jika kapitalisme mempraktikan eksploitasi terhadap alam dan manusia demi memberi keuntungan pada segelintir orang. Maka sosialisme mengupayakan keharmonisan dengan alam dan martabat manusia. Jika kapitalisme memperkenankan konflik untuk berebut sumberdaya dan memaksa pihak yang lemah untuk tunduk, Sosialisme berupaya memajukan perdamaian. Jika kapitalisme menghancurkan perikehidupan bertani dengan perampasanperampasan tanah. Sosialisme berusaha memajukan pertanian dengan melatih kaum tani bekerja dengan cara produksi yang modern dalam kemandirian dan kebersamaan. Pendeknya, sosialisme berusaha membalik segala keburukan dan dampak kapitalisme Sementara itu, dalam konteks etika sosial, ideologi sosialisme dapat dimaknai sebagai sebuah pandangan sosial yang mengkampanyekan, memperjuangakan nilai-nilai kehidupan yakni solidaritas sosial, keadilan sosial sebagai basis nilai yang paling utama dalam setiap kehidupan manusia. Kedua nilai tersebut (solidaritas sosial dan keadilan sosial) merupakan sumber serta falsafah sosial yang harus di tegakan dalam rangka mencegah disharmoni sosial didalam kehidupan umat manusia. B. Relasi Islam dan Sosialisme Ungkapan provokatif yang dikeluarkan Marx bahwa agama adalah candu bagi masyarakat agaknya menjadi momentum bagi kita (umat bergama) untuk melakukan evaluasi terhadap pemahaman serta praktik keagamaan yang kita jalankan. Evaluasi ini penting setidaknya untuk memberikan penjelasan terhadap Marx secara umum dan kepada mereka yang anti terhadap agama karena adanya anggapan bahwa agama tidak memberikan kontribusi serta solusi yang signifikan serta nyata dalam menyelesaikan berbagai persoalan kemanusian yang terjadi di dunia. Sebagai agama yang populer dengan ikon rahmatan lil ‘alamin, Islam adalah agama yang memiliki konsep, tawaran serta solusi terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia. Sebagai contoh Islam dalam Al Qur’an sering kali menduetkan kata sholat dengan zakat, iman dengan amal. Dari penjelasan tersebut kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang sangat menyeimbangkan antara kesalehan sosial dengan kesalehan individual (hubungan terhadap Tuhan serta hubungan terhadap sesama manusia) Dalam konteks relasi antara Islam dan sosialisme, memang bukanlah sebuah pembahasan yang mudah untuk dibahas, hal ini terjadi karena adanya polemik (pro dan kontra) tentang relasi Islam dan sosialisme. Ali Syari’ati tokoh intelektual asal Iran, memberikan gambaran bahwa Islam adalah agama sosialis. Syari’ati melukiskan bagaimana Islam sebagai agama langit memiliki karakteristik sebagai agama sosialis, bagi Syari’ati Islam bukanlah agama yang status quo, namun Islam adalah agama yang memiliki nuansa pembebasan. Dalam konteks sosiologi bagi syari’ati Islam adalah agama yang berfungsi sebagai kekuatan serta inspirasi dalam melakukan revoluasi sosial dalam membebaskan masyarakat tertindas baik secara kultural maupun politik. Syari’ati menegaskan bahwa Islam bukanlah agama yang hanya berbicara tentang aktifitas ritual dan fiqih yang tidak menyinggung masalah politik terlebih masalah sosial kemasyarakatan. Islam bukan pula agama yang statis yang hanya membahas moral antara manusia dengan penciptanya. Selain Islam sebagai agama pembebasan, Syari’ati pun menegaskan bahwa masyarakat Islam yang paling ideal adalah masyarakat tanpa kelas. Bagi Syari’ati Islam menuntut tercipta sebuah tatanan sosial masyarakat yang berkeadilan, sebuah gerakan yang membebaskan manusia dari praktik diskriminasi manusia atas dasar ras, kelas, keturunan serta harta kekayaan. Oleh karenanya setiap muslim bagi Syari’ati wajib memperjuangkan masyarakat egaliter yang bebas dari praktik diskrimiasi sosial dalam rangka mewujudkan masyarakat yang egaliter dimana masyarakat mampu menikmati segala hak-hak yang memang menjadi hak setiap manusia. Untuk mempopulerkan pemikirannya, Ali Syari’ati menegaskan bahwa praktik eksploitasi, ketidakadilan, penindasan serta pemerkosaan kemanusiaan merupakan sebuah bentuk kemusyrikan. nilai-nilai Dalam konteks ekonomi Syari’ati menegaskan bahwa sistem ekononomi Islam adalah sistem yang menuntut pemenuhan kebutuhan manusia secara merata. Asumsi yang di bangun Syari’ati adalah asumsi yang berdasarkan praktik kebijakan yang dilakukan oleh Ali Bin Abi Tholib khalifah keempat Islam. Ali memberikan gaji kepada pejabat serta pekerja secara merata, gaji yang sama kepada semua kelompok masyarakat baik tokoh politik, perwira serta pekerja. Persamaan hak bagi Syari’ati adalah ruh ekonomi Islam bahkan harus terpenuhi ketika berbicara tentang aspek ekonomi Islam. Keadilan bagi Syari’ati bukan hanya semata-mata prinsip agama namun sumber semangat serta nilai yang mengatur seluruh aspek ajaran Islam. Sedangkan sebagai basis teologis, Ali Syari’ati dalam menguatkan pemikirannya tentang relasi sosialisme dengan Islam, yakni melakukan refleksi tentang kisah-kisah umat yang tertuang di dalam al-Qur’an. Syari’ati melakukan refleksi terhadap ayat-ayat al-Qur’an dengan memberikan penjelasan bahwa didalam al-Qur’an telah menggambarkan dua klasifikasi kelompok sosial. Karaketeristik kedua kelompok sosial tersebut saling bertentang satu dengan yang lainnya. Syari’ati secara garis besar mengklasifikasikan dua kelompok tersebut yakni kelompk penindas (zalimun) dan kelompok tertindas (mustadh’afin). Kelompok penindas terdiri dari bebarapa unsur kelompok yang memiliki kekuasaan serta kekuatan di dalam masyarakat yakni kelompk mala’, yaitu golongan bangsawan dan aristokrat, serta kelompok mutraf yaitu kelompok orang-orang kaya pemilik modal. Sedangkan kelompok tertindas adalah kelompok kaum lemah dan teraniaya (kelompok Habil). Syari’ati menyimpulkan bahwa wahyu pertama al-Qur’an tidak pernah memberikan dukungan terhadap penguasa melainkan menentang penguasa tersebut. Ia mencontohkan nabi Ibrahim berperang melawan Namruj, Musa berperang melawan Fira’un yang terkenal kejam, otoriter dan menindas dalam memerintah. Nabi Isa yang bukan dalam kalangan bangsawan muncul menentang kekuasaan Romawi yang dominatif. Nabi Muhammad yang seorang pengembala dan yatim-piatu berjuang mementang sistem eksploitatifkapitalis masyarakat arab. Ali Syari’ati meyakini bahwa al-Qur’an di turunkan kepada nabi dan rasul untuk membebaskan umat manusia dari praktik kesewenag-wenangan, penindasan serta ukuran status sosial berdasarkan atas ras, status sosial dan kekayaan. Selain itu al-Qur’an menurut Syari’ati juga di turunkan untuk membebaskan kebodohan dan keterbelakangan sosial. Untuk memperkuat pemikiran relasi antara sosialisme dengan Islam, Syari’ati pun pandangannya, melakukan nabi di refleksi utus tentang kebumi fungsi kenabian. sesungguhnya memiliki Dalam misi kemanusiaan. Baginya, nabi di utus kebumi untuk melakukan proses revolusi sosial yang bersifat permanen dengan oreantasi revoluasi yakni menegakan keadilan, persaudaraan kemanusiaan serta memperjuangkan masyarakat tanpa kelas, dimana sumber produksi harus berdampak pada kesejahteraan umat manusia sehingga sumber produksi harus menjadi milik bersama. Selain itu Syariati menegaskan bahwa para nabi yang di beri mandat untuk melakukan perubahan struktur sosial seperti Musa, Isa, Muhammad justru berasal dari kelompok masyarakat bawah bukan dari kelompok pemilik modal apalagi kaum bangsawan. Sayyid Qutub yang merupakan juru bicara Ikwanul Muslimin Mesir menegaskan bahwa antara sosialisme versi barat memang memiliki persamaan dengan Islam sebagai sebuah agama, namun sosialisme barat adalah sebuah prodak kebudayaan jahiliyah yang sangat sekuler. Oleh karena itu antara sosialisme barat dengan Islam tidak mungkin disenergikan. Sayyid Qutub berpendapat sosialisme barat memang mengutamakan kesejateraan namun mengabaikan nilai-nilai spritual. Hasan Hanafi mempopulerkan Islam kiri sebagai respon atas dominasi kapitalisme serta imperialisme budaya, politik, ekonomi barat terhadap negara dunia ke tiga yakni dunia Islam. Hassan Hanafi menjadikan basis Islam kiri dengan mengacu pada karakteristik wahyu al-Qur’an, bagi Hanafi wahyu yang di turunkan Tuhan tidaklah bersifat statis. Wahyu yang di turunkan oleh Tuhan adalah berisi spirit pembebasan serta perubahan sosial bagi masyarkat bawah, melestarikan nilai-nilai kemanusiaan serta membela kepentingan orang banyak. Selanjutnya Hassan Hanafi menegaskan bahwa Islam adalah protes, oposisi serta revoluasi. Hassan Hanafi menafsirkan Islam kekuatan perubahan sosial dengan multi tafsir. Pertama, Islam sebagai sumber ketundukan terhadap elit politik dan penguasa kelas atas. Kedua, Islam sebagai revolusi, yang di berlakukan serta di perjuangkan oleh kelompok kelas yang memiliki kekuasaan serta kelompok miskin. Jikalau Islam ditafsir sebagai kekuatan anti status quo, maka Islam harus di tafsirkan sebagai agama perlawanan. Asgar Ali membangun kerangka konsepsi relasi sosialisme dengan Islam dengan memaparkan beberapa teks ayat-ayat al-Qur’an yang menegaskan bahwa Islam merupakan agama yang menyatakan perang terhadap kapitalisme yakni dengan mengecam penimbunan harta benda yang tidak di sisihkan kepada kaum fakir - miskin, anak yatim, janda.. Dengan demikian al-Qur’an menurut Asgar tidak ingin harta kekayaan hanya terkosentrasi di tangan orang-orang kaya saja. Selain berbicara tentang penentangan terhadap parktik menimbunan harta benda secara sepihak, alQur’an pun melegitimasi terhadap kaum tertindas unuk melakukan perlawanan terhadap kaum penindas yang melakukan praktik penindasan. Asgar juga menjelaskan hadits nabi yang melarang praktik monopoli kelebihan serta kepemilikan tanah. Nabi mengajarkan bahwa apabila memiliki kelebihan tanah maka pemilik tanah harus mendistribusikan kepemilikan tanahnya kepada orang lain hal ini bertujuan agar orang lain bisa menggarap tanah tersebut dengan pembagian keuntungan yang bervariatif mulai dari sepertiga, seperempat atau setengah dari hasil panen. Dalam perspektif sejarah, Asgar pun menjelaskan bagaimana Muhammad memberikan persetujuan terhadap orang miskin untuk melakukan perlawanan terhadap orang kaya yang mengakibatkan orang miskin kelaparan, bahkan Muhammad memberikan gelar mujahid kepada orang miskin yang meninggal dalam perjuangannya merubah nasib agar terbebas dari kemiskinan . Bahkan Muhammad pun melarang pembelian padi yang masih hijau oleh tengkulak karena hanya mengakibatkan kesengsaraan terhadap petani. Pada era Khulafaurasyidin Asgar menjelaskan bagimana kisah Abu Dharr yang mengkritik khalifah Usman Bin Affan yang tidak memiliki sikap terhadap praktik pengumpulan harta benda di tangan segelintar pejabat hingga keluarga besar Usman. Asgar pun menguraikan pendapatnya tentang konsep kepemilikan dalam Islam, bagi Asgar bahwa konsepsi kepemilikan tidak bersifat absolut. Sehingga Islam mengeluarkan konsep distribusi. Karena kepemilikian dalam Islam tidak bersifat absolut dan al-Qur’an menegaskan bahwa dalam harta orang yang kaya terdapat harta orang miskin yang merupakan hak orang miskin, maka Asgar menyimpulkan bahwa zakat, infaq, shadaqoh, bukanlah sekedar konsep amal yang berwatak ritual belaka namun mendistribusikan harta melalui zakat, infaq, shadaqoh merupakan spirit untuk menegakan supremasi hak kaum miskin. Selain konsep zakat, infaq, shadaqoh adalah sebuah upaya untuk mencegah praktik eksploitasi antar sesama. Jikalau supremasi hak ini tidak di jalankan maka kemiskinan akan sulit di hindari. Sedangkan kemiskinan adalah sesuatu yang dibenci oleh Islam karena kemiskinan mendekatkan pada kekafiran. Beranjak dari beberapa uraian diatas, Asgar kemudian menafsirkan bahwa yang di maksud riba dalam Islam adalah eksploitasi yakni mendapatkan harta kekayaan melalui praktik eksploitatif. Dan eksploitaif dekat dengan penindasan, dan penindasan akan mengakibatkan kemiskinan struktural. Sementara itu dalam konteks upaya membangun relasi antara Islam dan sosialisme di tanah air pun marak di lakukan. Bung Hatta, memberikan sebuah analisa relasi antara Islam dan sosialisme, dengan menegaskan bahwa “Agama Islam memberontak terhadap budaya kapitalisme yang sangat eksploitatif, menghisap dan menindas, yang menurunkan derajat kemanusiaan, yang membawa sistem lebih jahat dari sistim perbudakan dari pada feodalisme.” Dari asumsi yang dikeluarkan oleh Hatta, ia mencoba memberikan gambaran bahwa manusia di bumi ini harus memiliki etika dalam pengelolaan bumi, segela kekayaan yang ada di bumi adalah sesuatu yang harus bisa di nikmati oleh semua orang, mengingat segala yang ada di bumi kepunyaan Allah yang di amanatkan kepada manusia untuk kemakmuran seluruh manusia bukan untuk segelintir manusia. Masih dalam konteks dialektika relasi Islam dan sosialsime di Indonesia, Tjokroaminoto menegaskan bahwa sosialisme Islam lebih tua ketimbang sosialisme barat, hal ini bisa dilacak dari sosialisme yang di praktikan oleh nabi Muhammad. Muhammad sebagai nabi telah mempraktikan sosialisme Islam dalam bingkai sosialisme industri serta sosialisme negara. Pembebasan Bilal sebagai budak merupakan bentuk sosialisme Islam dalam konteks sosialisme industri. Sebelum Islam datang budak merupakan manusia yang menjadi korban eksploitatif, dengan datangnya Islam perilaku terhadap buruh di rubah. Budak merupakan manusia yang berhak mendapatkan kesejahteraan dari keuntungan pemilik modal. Selain sosialisme industri, Muhammad pun mempraktikan bagaimana sosialisme negara. Ketika nabi memimpin segala sesuatu di kelola oleh negara mulai dari tanah, hingga pengelolaan keuangan, semua dikelola oleh negara dan di distribusikan untuk kesejahtraan manusia. C. Sosialisme Islam Membahas tentang sosialisme Islam, maka pertanyaan fundamental yang perlu dijelaskan adalah apakah sosialisme Islam memiliki kerangka konsep berbasis pada ajaran yang termuat dalam al-Qur’an dan hadits ataukah murni berbasis pada ajaran (falsafah) materialisme sebagaimana yang berkembang di Barat. Pertanyaan berikutnya adalah bagimanakah konsep sosialisme Islam. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka kita perlu menelusuri salah satu karakteristik agama Islam. Sebagai agama rahmat untuk semesta alam, Islam bukanlah agama yang memihak diantara dua kubu ekstrim yang selalu berkonfrontasi yakni kiri dan kanan. Namun Islam adalah agama yang berada pada posisi tengah (tidak terjabak pada titik kiri maupun pada titik kanan). Mutawwali Sya’rawi menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang memberikan ruang pada manusia untuk memenuhi fitrah manusia yakni kepemilikan harta benda atau kekayaan. Namun cara mendapatkan harta atau kekayaan, Islam memberikan rambu-rambu dengan tujuan tidak merugikan orang banyak. Mutawwali menegaskan bahwa pelarangan kepemilikan harta benda dan kekayaan secara otomatis akan membunuh fitrah manusia serta mengharamkan cita-cita individu manusia. Mutawwali juga menegaskan bahwa dalam konsep harta dalam Islam sesungguhnya memiliki dimensi sosial-kemanusiaan. Dalam kepemilikan harta Islam tidak hanya berbicara materi semata namun dibumbui pula nilainilai persaudaraan. Konsep persaudaraan dalam harta dalam pandangan Islam dapat ditelaah dari ajaran Islam menyangkut distribusi harta kepada manusia yang tidak mempunyai harta, dengan demikian manusia yang tidak memiliki harta bisa menikmati kebahagian dari harta yang disisihkan oleh yang memiliki harta berlebih. Selain itu, salah satu karakteristik sosialisme Islam adalah ada sebuah pengakuan tauhid tentang siapa sesungguhnya yang berkuasa dimuka bumi ini. Dengan demikian sosialisme Islam tidak memandang manusia sebagai pengusa tunggal atau bersifat absolut di muka bumi. Dengan demikian manusia wajib tunduk atas berbagai aturan yang telah ditentukan oleh Tuhan. Selain itu sosialisme Islam dalam perjuangannya melibatkan etik agama serta pesan-pesan Ilahiah. Sementara itu, Gamal Abdul Nasser memformulasikan sosialisme Islam sebagai konsep bukan untuk bertujuan menghapus perbedaan kelas namun menciptakan kondisi sosial dimana kelompok antar kelas dapat hidup secara damai, serta menjalankan fungsinya masing-masing, tanpa ada praktik saling mendominasi dan pemerasan. Hal tesebut menurut Nasser karena Islam adalah agama yang menganjurkan keadilan dan persamaan antar manusia. Sosialisme Islam berkembang pertama kali di Timur Tengah. Perkembangan sosialisme Islam tidak terlepas dari adanya konflik ideologis antara blok barat (kapitalisme), dengan blok timur (komunis). Sosialisme Islam pertama kali dipelopori oleh Gamal Abdul Nasser yang mengadopsi teori imperialisme Marx. Selain faktor tersebut, Sosialisme Mesir pun terjadi akibat runtuhnya Republik Persatuan Dunia Arab pada Tahun 1961. Salah satu program sosialisme Nasser adalah menghapuskan perbedaan kelas serta melindungi dan memenuhi kebutuhan dasar kelompok kelas tertindas. Dengan membatasi kepemilikan perorangan. Dengan kebijakan pembatasan jumlah kepemilikan tanah. Bila ada individu yang kepemilikan tanahnya melebihi dari ketetapan yang telah ditentukan oleh pemerintah, maka tanah tersebut di bagikan kepada orang miskin, kaum miskin kemudian mendapatkan jatah kepemilikan sebesar lima hektar. Pun demikian halnya dengan sektor pertanian. Selain itu Naser pun melakukan kebijakan subsidi anggaran dengan tujuan harga kebutuhan pokok bisa di jangkau masyarakat. Nasser melakukan kebijakan penguasaan negara terhadap seluruh kekayaan dengan tujuan keadilan distribusi kepada rakyat. Singkat kata dengan sosialisme Nasser menginginkan Mesir sebagai negara yang melindungi hak-kak kaum fakirmiskin, melarang penumpukan kekayaan secara sepihak serta membangun budaya tolong menolong antar individu. Untuk mengkaji lebih dalam sosialisme Islam, kita bisa menelaah beberapa ayat al-Qur’an yang memiliki keterkaitan spirit dengan sosialisme. Secara garis besar sosialisme adalah faham yang sangat menitik beratkan penegakan keadilan sosial untuk mereka yang tertindas karena adanya sistem yang melahirkan ketidakadilan. Keadilan dalam Islam merupakan salah satu nilai pokok yang sangat di hormati serta dijunjung tinggi bahkan sangat dianjurkan untuk menegakannya, al-Qur’an Surat al-Maidah/5: 8 menyatakan : “ Berlakulah adil, dan itu lebih dekat kepada taqwa” Tak cukup sampai di situ, menegakan keadilan merupakan perintah yang harus di laksanakan, selain itu menegakan keadilan merupakan perbuatan yang akan mendekatkan kepada Sang Pencipta, hal tersebut dikemukakan alQur’an Surat al-‘Araf/7: 29 “Katakanlah : Tuhanku memerintahkan supaya kamu berbuat adil.” Perintah adil merupakan perbutan yang dekat dengan Tuhan dijelaskan dalam Surat al-Hujurat/49: 9 “Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil.” Dari uraian ayat al-Qur’an, kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa taqwa sebagai manifestasi religius terhadap Sang Pencipta tidak hanya berdimensi ibadah ritual saja tetapi taqwa pun mencakup dimensi kemanusiaan yakni menegakan keadilan sosial Karakter sosialisme Islam adalah berikutnya adalah menentang keras praktik pengumpulan harta kekayaaan secara sepihak di tangan segelintir orang (monopoli) tanpa ada tanggung jawab sosial dalam bentuk pendistribusian kekayaan kepada mereka yang kurang beruntung secara material. Sosialisme Islam pun berbicara perihal penentangan terhadap praktik pengumpulan kekayaan dengan cara-cara eksploitatif. Sebagai kitab kemanusiaan al-Qur’an menggambar bagaimana komitmen Islam tentang distrubsi kekayaan, selain itu al-Qur’an pun melakukan kecaman terhadap praktik eksploitasi pengumpulan harta benda melalui cara-cara yang bersifat ekspolitatif (riba). Al-Qur’an pun menggambarkan pula hukuman apa yang di terima manusia yang enggan berbagi dengan harta yang di miliknya. Terkait dengan distrubusi kekayaan al-Qur’an Surat Adzariyat/51:19 menjelaskan “Dan pada harta-harta mereka ada hak orang miskin yang meminta dan orang miksin yang tidak mendapatkan bagiannya.” Kemudian al-Qur’an pun memberikan peringatan serta kecaman terhadap manusia yang enggan melakukan distrubsi kekayaan, hal tersebut dijelaskan dalam al-Qura’an Surat at-Taubah/9 : 34 “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya dijalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka siksa yang pedih.” Sedangakan terkait dengan komitmen Islam terhadap larangan mempraktikan ekonomi eksploitatif (riba), tercantun dalam al-Qur’an Surat alBaqaroh/ 2 :278-279 “Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berikanlah sisa riba yang belum di ambil jika kamu sungguh-sunguh beriman.” “Dan jika kamu mengadakan riba, ketahuilah, Allah dan Rasul Nya akan memerangi kamu. Tetapi jika kamu bertaubat, maka bagimulah harta yang pokok itu. Tiada kamu menganiaya dan tiada kamu di aniayai.” Komitmen Islam terhadap penolakan praktik ekomomi kapitalis yang cenderung eksploitatif serta anti terhadap distibusi kekayaan secara sepihak memiliki tiga unsur ruang lingkup penolakan yang terdiri dari peringatan, larangan bahkan hingga ancaman (hukuman). Komitmen Islam terhadap larangan praktik penimbunan harta ditegaskan kembali dalam al-Qur’an Surat al-Humazah/104: 1-7 “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat dan pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung nya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak, sesunguhnya dia akan di lemparkan kedalam hutomah. Dan tahukah kamu apakah hutomah itu. Yaitu api (yang disediakan) Allah yang di nyalahkan. Yang membakar sampai kehati. ” Sosialisme Islam pun memiliki komitmen kemanusiaan yakni keberpihakan yang cukup kuat terhadap mereka yang tertindas (mustadh’afin). Komitmen tersebut (keberpihkan terhadap kaum yang tertindas) dapat di jumpai dalam al-Qur’an Surat Annisa/ 4 : 75 “Mengapa kamu tidak mau berjuang dijalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita, maupun anakanak yang semua berdo’a” Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.” Selain itu al-Qur’an pun banyak menceritakan kisah para Rasul yang di utus kebumi dengan misi melakukan pembebasan terhadap umat manusia yang di perlakukan semena-mena baik oleh penguasa maupun oleh individu yang memiliki kekuasaan. Sebagai salah satu contoh bagimana kisah nabi Musa melakukan pembelaan terhadap kaum Bani Israil yang ditindas oleh Fir’aun. Kekejaman Fir’aun digambarkan dalam al-Qur’an Surat al-Qashash/ 28: 4 “Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dengan menindas segolangan dari mereka, menyembelih anak laki-laki dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesunggunya Fir’aun telah berbuat kerusakan.” Ketika praktik penindasan Fir’aun kian merajalela, maka nabi Musa pun di utus oleh Allah. Perintah tersebut di abadikan di dalam al-Qur’an Surat asy Syu’araa/26 : 10 “ Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa, datangailah kaum yang zalim itu.” Al-Qur’an pun banyak memberikan penjelasan bahwa di turunkannya nabi dan atau rasul ke bumi bukan hanya untuk melakukan perintah menyembah Allah namun nabi dan rasul diutus ke bumi untuk mencegah serta menghilangkan praktik penindasan yang mengakibatkan kesengsaraan bagi umat manusia di muka bumi. Komitmen kemanusiaan Islam terhadap kaum tertindas kemudian di tindak lanjuti dengan menyatakan bahwa kaum tertindas sebagai pewaris bumi. Komitmen tersebut dapat dilihat dalam Surat alQashash / 28 : 5 “Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas dibumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” Dari eksplorasi diatas kita bisa mendapatkan gambaran bahwa sosialisme Islam memiliki kesamaan spirit karakter dengan sosialisme barat, namun yang penting untuk dicatat bahwa sosialsme Islam bukan di dasarkan atas pendekatan materialisme semata namun sosialisme Islam adalah sosialisme yang berdasarkan nilai-nilai ketauhidan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bagi umat Islam menegakan dan mempraktikan sosialisme adalah perintah yang di anjurkan oleh Tuhan dengan dasar kitab suci. Dengan demikian sosolisme Islam adalah sosialisme barat yang dibumbui iman. Namun diantara persamaan antara Islam dan sosialisme barat, ternyata memiliki perbedaan antara sosialisme Islam dengan sosialisme barat. Jikalau sosialisme barat menentang kepemilikan kekayaan secara individu, berbeda dengan Islam. Kepemilikan kekayaan individu di dalam Islam justru mendapatkan pembenaran (diperbolehkan) tetapi Islam pun mengingatkan cara mendapatkan kekayaan harus jauh dari praktik tercela yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Al –Qur’an Surat al-Baqaroh/2 : 188 memberikan larangan mendapatkan harta melalui jalan kebatilan “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil, dan jangnlah kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim suapaya kamu dapat memakan sebagian dari pada harta orang lain dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.” Komitmen Islam terhadap larangan mendapatkan harta dari harta yang bukan menjadi hak sertiap manusia juga di pertegas oleh al-Qur’an Surat Annisa/4 : 2 “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu memakan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhya tindakan-tindakan tersebut adalah dosa yang besar.” Selain dua point tersebut, al-Qur’an pun memberikan nasehat agar penggunaan harta di gunakan secara proporsional, anjuran tersebut tertera dalam Surat Thaha/20 : 81 “Makanlah diantara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepada mu, dan janganlah kamu melampui batas yang menyebabkan kemurkaan Ku menimpa mu.” Namun agar keadilan distribusi kekayaan tetap terlaksana, Islam pun mengeluarkan konsep zakat, infaq dan shodaqoh terhadap mereka yang kekurangan secara materi, sehingga orang yang tidak memiliki harta bisa menikmati kesejahteraan sosial. Dengan demikian di samping menghalalkan kepemilikan harta secara individual Islam pun memberikan catatan agar kepemilikan harta setiap individu di dapatkan dengan cara yang tidak membuat orang lain sengsara serta memakan korban akibat mendapat harta kekayaan. Dan yang tepenting pula bahwa dalam Islam kaum pemilik modal atau mereka yang memiliki harta bukanlah musuh seperti dalam bayangan komunis. Islam menempatkan kaum pemilik modal dengan kekayaannya adalah kelompok yang belum memiliki kesadaran untuk mendistribusikan kekayaan, untuk membangun kesadaran pemilik modal dan pemilik harta harta maka Islam menghadirkan konsep zakat. Perbedaan kedua antara sosialisme barat dengan Islam adalah jikalau sosialisme barat lebih mementingkan kaum buruh dan atau pekerja sebagai sasaran menegakan keadilan, tidak halnya dengan Islam. Bagi Islam mencegah praktik ketidakadilan berlaku universal terhadap seluruh manusia tanpa memandang perbedaan kelompok masyarakat. Perbedaan berikutnya antara sosialisme barat dengan Islam adalah cara menempuh perjuangan dalam mewujudkan cita-cita serta cara menyelesaikan masalah. Sosialisme-komunis dalam memperjungkan cita-cita seringkali mengedepankan cara-cara kekerasan yang acap kali berakhir dengan mengeluarkan darah. Lain halnya dengan Islam, Islam lebih mengedepankan cara-cara persuasif yakni dialog (musyawarah) serta dengan cara-cara anti kekerasan (perdamaian). Dialog (musywarah) adalah salah satu nilai yaang di kampanyekan serta di serukan oleh Islam, al-Qur’an Surat Ali ‘Imran / 2 : 159 dan Surat asy- Syuura/ 42 : 38. “Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari kamu. Karena itu maafkanlah mereka mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarah lah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada Nya.” “Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan meraka (diputuskan) dengan musyawarah antara meraka, dan mereka menafkahkan sebagain rezeki dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” Sedangkan terkait dengan budaya damai serta santun didalam kehidupan manusia di jelaskan didalam al-Qur’an Surat an-Nahl /16: 125. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan Nya dan Dia lah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.” Secara garis besar sosialisme Islam dapat diartikan sosialisme yang di dasarakan atas perintah Tuhan yang tertuang di dalam kitab suci al-Qur’an (sosialisme Qur’ani), sosialisme di praktikan sebagai wujud ketaqwaan terhadap perintah Tuhan bukan semata motif ekonomi (materialisme). Selain itu sosialisme Islam adalah sosialisme yang santun tanpa kekerasan serta pertumpahan darah, sosialisisme Islam pun sosialisme moderat yakni menolak sistem kapitalisme yang eksploitatif anti terhadap distribusi kekayaan namun memberikan jaminan kepemilikan kekayaan secara individu dengan catatan khusus yakni kekayaan yang didapatkan bukan dari praktik eksploitatif serta merugikan orang banyak dan mewajibkan distrubusi kekayaan melalui zakat, infaq dan shodaqoh. BAB IV SOSIALISME AHMAD DAHLAN A. Akar Sosialisme Sebagai pengantar dalam membahas sosialisme Ahmad Dahlan, maka terlebih dahulu kita perlu menelaah apa yang menjadi motivasi Ahmad Dahlan dalam melakukan aktifitas sosial (pembelaan terhadap masyarakat) yang membuat namanya terukir indah dalam catatan sejarah perjalanan bangsa. Pemetaan terhadap motivasi Ahmad Dahlan merupakan titik pangkal dalam memahami sosialisme yang dipraktikan serta digagas oleh Ahmad Dahlan Secara garis besar yang dimaksud dengan akar sosialisme Ahmad Dahlan adalah gagasan dasar yang menjadi landasan berfikir sosialisme Ahmad Dahlan. Pada bab ini akan di uraikan empat kerangka fondasi yang menjadi basis pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan. Pertama, renungan tentang kematian. Kedua, renungan tentang pendusta agama. Ketiga renungan tentang distribusi harta benda. Keempat, etika welas asih Berbicara tentang kematian bagi sebagian orang adalah isu yang kurang menarik serta seksi, namun tidak demikian bagi Ahmad Dahlan. Bagi Dahlan merenungkan tentang kematian adalah sebuah renungan tentang kemanusiaan serta renungan tentang aktifitas sosial (amal shaleh). Meninggalkan dunia namun tanpa ada bekal yang dibawa bagi Ahmad Dahlan adalah sesuatu yang berbahaya. Bahaya yang di maksud Ahmad Dahlan adalah apabila manusia telah di jemput maut namun tidak memiliki bekal amal saleh adalah sebuah kecelakaan. Bekal yang membuat manusia terhindar dari bahaya maut adalah amal saleh selama hidup di dunia. Sebagai seorang tokoh agama, Dahlan sering kali mengingatkan teman serta dirinya sendiri tentang apa yang harus di perhatikan sebelum maut menjemput manusia. Dahlan sering kali mengingatkan rekan serta dirinya tentang kematian dalam rangkaian sebuah renungan “Bermacam-macam corak ragamnya mereka mengajukan pertanyaan soal-soal agama. Tetapi tidak ada satu pun yang mengajukan pertanyaan demikian, harus bagaimanakah supaya diriku selamat dari api neraka?, harus mengerjakan perintah apa?, beramal apa?, menjauhi dan meningggalkan apa?”.43 Selain renungan tersebut, Ahmad Dahlan pun menulis bahan renungan tentang kematian yang ia tulis dalam papan tulis dan menjadi sebuah renungan pribadi, renungan pribadi tersebut berisi “Hai Dahlan, coba bayangkanlah seolah-seolah badanmu sendiri hanya berhadapan dengan Allah saja, dan di hadapanmu ada bahaya maut, peradilan, hisab atau pemeriksaan, surga dan neraka. (hitungan terakhir itulah yang akan menentukan nasibmu). Dan fikirkanlah, renungkanlah apa-apa yang mendekati engkau dari pada sesuatu yang ada di mukamu (bahaya) dan tinggalkanlah selain itu”. 44 Dua uraian renungan tentang kematian yang di lakukan oleh Ahmad Dahlan, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kematian yang menjadi bahan perenungannya adalah kematian yang berdimensi kemanusiaan. Bagi Ahmad Dahlan kehidupan dunia itu penting namun diantara perjalanan kehidupan duniawi janganlah melupakan kematian, dan kehidupan di dunia yang di warnai oleh kebaikan dengan menolong sesama manusia dalam kebaikan 43 KRH. Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Tujuh Falsafah dan Tujuhbelas Kelompok Ayat Al-Qur’an (Yogyakarta : Lembaga Pustaka dan Informsai PP Muhammadiyah, 2006), Cet. II, h. 11. 44 Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 10. merupakan modal serta bekal setelah kehidupan dunia berakhir manakala maut menjemput manusia. Setelah reunungan tentang kematian, faktor kedua yang menjadi basis pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan adalah renungan tentang pendusta agama. Jikalau Marx menolak agama sebagai dasar perjuangan, jikalau peradaban barat ingin menyingkirkan agama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara namun Dahlan berfikir sebaliknya. Agama merupakan sumber motifasi serta sumber rujukan dalam melakukan perubahan sosial. Agama (Islam) merupakan agama yang berdiri diatas dua keseimbangan “memanjakan Tuhan” sekaligus “memanjakan manusia”. Dari konsep ke seimbangan antara kesalehan religius dengan kesalehan sosial menunjukan bahwa beragama haruslah beramal. Beramal (berbuat kebajikan, tolongmenolong) merupakan ruh serta inti dari ajaran agama, dengan demikian beragama adalah perpaduan iman dan amal. Terkait dengan renungan tentang pendusta agama, Dahlan terinspirasi dari surat al-Ma’un yang memberikan paparan bahwa pendusta agama adalah orang yang tidak menolong anak yatim dan orang miskin serta orang yang sholat tetapi sholat yang di kerjakannya tidak memiliki dampak sosial bagi umat manusia yang menderita. Penjabaran al-Qur’an tentang pendusta agama merupakan salah satu falsafah yang melahirkan aksi-aksi sosial yang dilakukan langsung oleh Ahmad Dahlan, pendusta agama pun ia tanamkan kepada para rekan serta muridnya untuk di fahami serta diamalkan lewat aksiaksi kongkrit. Menanamkan kesadaran tentang perlunya komitmen melakukan aksi-aksi kongkrit berbasis falsafah pendusta agama bisa terlihat dari cara Ahmad Dahlan memberikan pemahaman tentang surat al-Ma’un kepada murid-muridnya dalam forum pengajian “Salah seorang murid bertanya, mengapa tidak ada tambahan pelajaran. Kemudian Ahmad Dahlan menjawab, apakah kamu sudah mengerti benar ?. Kemudian muridnya menjawab, kami sudah hafal semua. Dahlan kemudian mengajukan pertanyaan, kalau kamu sudah hafal apakah sudah kamu amalkan ?. Murid kemudian menjawab, bukankah surat al-Ma’un pun berulangkali kami baca untuk rangkapan al-Fatihah. Dahlan kemudian menjawab, Bukan itu yang saya maksud, di amalkan artinya di praktikan, di kerjakan!. Rupanya saudara-saudara belum mengamalkan. Oleh karena itu, mulai pagi ini saudara-saudara agar berkeliling mencari orang miskin. Kalau sudah dapat, bawah pulang kerumahmu masing-masing. Berilah mereka mandi dengan sabun yang baik, berilah pakian yang bersih, berilah makan dan minum serta tempat tidur yang baik di rumahmu. Sekarang pengajian ditutup sampai saudara melakukan petunujuk-petunjuk saya tadi.45 Tentang point pendusta agama, secara garis besar Dahlan ingin merubah pandangan tentang Islam yang di fahami pada zamannya. Islam yang di inginkan Ahmad Dahlan adalah Islam yang bukan hanya berbicara seputar ibadah ritual belaka, tetapi Islam adalah agama yang memiliki komitmen terhadap penderitaan manusia, dengan demikian Islam rahmatan lil alamin yang di gagas oleh Ahmad Dahlan adalah Islam yang memiliki kontribusi nyata serta kongkrit dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Di lain sisi, pendusta agama yang di renungkan oleh Ahmad Dahlan menjadi momentum pencegahan anggapan bahwa agama candu bagi kehidupan manusia Renungan ketiga yang menjadi basis pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan adalah renungannya tentang manusia yang terbebas dari tahanan serta 45 Salam, K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya, h. 60. penyembahan terhadap harta benda. Bagi Dahlan salah satu ciri orang yang beragama adalah orang yang terbebas dari keinginan menimbun harta benda. Harta benda merupakan bencana bagi orang beragama manakala harta yang dimiliki tidak dibagikan (di distribusikan) kepada mereka yang tidak memiliki harta kekayaan. Harta benda merupakan rezeki dari Allah yang harus disyukuri oleh manusia. Salah satu bentuk rasa syukur itu adalah dengan mendistribusikan harta yang di miliki di jalan Allah. Renungan tentang terbebas dari tahanan harta benda dapat di lihat tentang argumentasi Ahmad Dahlan tentang ciri orang beragama “Orang beragama ialah orang yang jiwanya menghadap kepada Allah dan berpaling dari lainnya. Bersih tidak dipengaruhi oleh lain-lainnya, hanya tertuju kepada Allah, tidak tertawan oleh kebendaan dan harta benda. Sikap ini di buktikan dan di lihat dari kesadaran menyerahkan harta benda dan dirinya kepada Allah”.46 Komitmen terhadap jihad untuk mendistribusikan harta menjadi bagian dari kehidupan Ahmad Dahlan. Hal ini bisa terbaca dari ungkapan Ahmad Dahlan yang berbunyi “Sangat banyak orang meninggalkan amal shaleh seperti yang tersebut dalam al-Qur’an karena mementingkan kesenangan. Banyak juga umat Islam yang menjalankan amal shaleh tetapi mereka mementingkan amal yang sunnat, tidak memperhatiakn amal yang wajib, seperti berjihad mengorbankan harta benda dan jiwa dalam fiisabilillah.47 Masih dalam konteks jihad menurut Ahmad Dahlan. Bagi Dahlan jikalau manusia hendak mendapatkan kebahagian didunia maka ia harus berusaha dengan sunguh-sungguh dalam urusan dunia. Pun demikian halnya dengan urusan akhirat. Jikalau manusia menginginkan surga, maka ia harus 46 47 Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 68. Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 96. melakukan usaha dengan sungguh-sungguh, salah satu usaha untuk menggapai surga menurut Ahmad Dahlan adalah membela agama Allah dengan cara berjuang dengan mengorbankan jiwa, raga dan harta benda. Renungan tersebut diungkapan Ahmad Dahlan secara lengkap “Orang yang hendak mencari surga tentu tidak akan berhasil masuk surga apabila tidak berani berjihad, yaitu bersunguh-bersungguh dalam membela agama Allah dengan penuh pengorbanan jiwa, raga dan harta benda”.48 Akar sosialisme berikutnya yang menjadi renungan serta menjadi basis akar sosialisme Ahmad Dahlan yakni etika welas asih (cinta-kasih). Etika welas asih Ahamad Dahlan merupakan sekumpulan nilai-nilai (cinta-kasih) dalam kehidupan yang memiliki cakupan yang cukup luas diantaranya. Bahwa kebenaran dan kebaikan Islam adalah kebenaran dan kebaikan yang bermanfaat bagi orang lain, selanjutnya etika welah asih dicirikan dengan kesucian hati. Kesuciaan hati dipraktikan dengan ketulusan serta kesediaan menawan hawa nafsu duniawi, bersedia melakukan pengorbanan, memiliki komitmen tinggi dalam memperjuangkan kebaikan dan kebenaran.49 Ketika etika welah asih yang menolak penumpukan modal serta sebagai sumber pijakan gerakan advokasi kaum tertindas yang kemudian diikuti oleh pelelangan harta pribadi Ahmad Dahlan untuk memperoleh dana perjuangan membuat dr Soetomo bersedia serta tertarik menjadi dokter di rumah sakit 48 Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 119. Robert W. Hefner dan Sukidi Mulyadi, Api Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan (Yogyakarta : Multi Press, 2008), h. 107. 49 Muhammadiyah sekaligus penasehat Muhammadiyah tanpa mendapatkan gaji.50 Dari beberapa uraian diatas, terdapat pula sebuah renungan Ahmad Dahlan sebagai bentuk kritik terhadap pemimpin yang tidak mau menolong manusia yang lemah bahkan tidak jarang pemimpin melakukan aksi penindasan terhadap manusia yang lemah dan bodoh. Kritik tersebut, dapat terlihat dari renungan Ahmad Dahlan “Kebanyakan pemimpin-pemipin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tertolongnya umat manusia dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan, memperalat, manusia yang bodoh-bodoh dan lemah”.51 Selain empat akar sosialisme Ahmad Dahlan yang yang telah dijabarkan diatas, sosialisme Ahmad Dahlan juga mendapatkan momentum politik dengan diberlakukannya kebijakan politik etis yang dicanangkan oleh Belanda. Politik etis merupakan titik pangkal munculnya kesadaran berbangsa dan bernegara di kalangan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan ketika itu. Politik etis adalah politik yang bersifat dilematis bagi pemerintah Belanda. Adalah Van Deventer yang menjadi salah satu “pejuang” diberlakukannya politik etis Belanda. Bagi Van Deventer politik etis merupakan sesuatu yang wajar, mengingat kekayaan yang di miliki Indonesia telah memberikan kontribusi nyata bagi pendapatan kapaital pemerintah Belanda, oleh Van 50 51 Hefner dan Sukidi, Api Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan, h. 11. Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 28. Deventer politik etis di jabarkan dengan tiga program yakni edukasi, irigasi dan emigrasi.52 Namun dalam perjalanannya, politik etis tidak bisa dinikmati oleh seluruh rakyat. Sebagai contoh dari penjabaran edukasi, pendidikan hanya bisa di nikmati oleh mereka yang memiliki kekayaan, selain itu pendidikan hanya bisa di nikmati oleh kalangan darah biru yang terdiri keluarga keraton yang kemudian memunculkan istilah priyayi. Dominasi kaum priyayi kemudian menjadi celah menjamurnya budaya feodal, di mana kaum priyayi yang terdiri anggota keluarga keraton, pegawai pemerintah Belanda adalah kelompok masyarakat yang harus di hormati serta di sanjung. Selain itu, politik etis juga belum bisa membebaskan rakyat dari eksploitasi ekonomi hal ini di sebabkan masih kuatnya ekonomi dengan sistem tanam paksa di mana petani di eksploitasi secara besar-besaran dalam rangka memenuhi kebutuhan dagang pemerintah Belanda. Dengan demikian politik etis juga memiliki motif politik yakni mempertahankan serta melanggengkan penjajahan yang di laksanakan oleh pemerintah Belanda, politik etis hanyalah startegi politik agar persepsi bahwa pemerintah Belanda adalah penjajah yang baik, karena memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat melalui kebijakan politik etis. Terlepas dari realisasi politik etis. Namun dalam konteks sejarah politik etis ikut memberikan kontribusi munculnya kebangkitan gerakan politik tanah air serta kebangkitan sumberdaya politik. 52 Mohammad Damami, Akar Gerakan Muhammadiyah, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2000) h. 18. B. Teologi Sosialisme Teologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata theos yang berarti Allah dan logos yang berarti ilmu. Teologi secara sederhana didefinisikan oleh A. H. Strong, sebagai ilmu tentang Allah dan hubunganhubungan antara Allah dan alam semesta. Karena Teologi itu merujuk kepada Allah, maka, Thomas Aquinas, mendefinisikannya secara spesifik, sebagai pikiran Allah, ajaran Allah dan memimpin kepada Allah.53 Dalam perjalanannya istilah teologi bukan hanya monopoli agama kristen namun telah menjadi milik semua agama dan menjadi kajian para cendekiawan dari berabagai agama. Dengan demikian yang dimaksud dengan teologi sosialisme Ahmad Dahlan adalah sosialisme yang berdasarkan ajaran Allah dalam bentuk firman-firman Allah yang tertuang didalam kitab suci al-Qur’an. Pada bab tiga yang merupakan kerangka teori dalam tulisan ini telah di singgung bahwa sosialisme adalah sebuah ideologi yang lahir dari bentuk keprihatinan atas maraknya ideologi kapitalisme yang cenderung individualistik dalam hal kekayaan serta dalam lingkup kehidupan sosial kemasyarakatan, maka sosialisme pun lahir dengan salah satu agenda politik yang terdapat dalam ideologi sosialisme adalah adanya distribsui kekayaan. Pun demikin hal dengan Ahmad Dahlan. Ia mencoba merenungi salah satu wahyu Allah yang berbicara tentang pentingnya manusia terbebas dari tahanan harta benda. Salah satu bentuk tafsir yang di kembang Dahlan adalah dengan menyatakan bahwa mendistribusikan harta di jalan Allah adalah salah satu 53 Bahrur Surur, Teologi Amal Saleh Membongkor Nalar Kalam Muhammadiyah (Surabaya : LPAM, 2005), h. 17. jihad terbesar bagi manusia. Gagasan Dahlan tersebut terinspirasi dari alQur’an Surat at-Taubah/ 9 : 34-35 “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta dengan jalan yang batil dan mereka menghalanghalangi (manusia) dari Jalan Allah. Dan orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak membelanjakan harta tadi di jalan Allah, maka gembirakanlah mereka dengan siksa yang pedih. Pada hari di panaskan emas dan perak itu di dalam neraka jahanam, lalu dibakar denganya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kau simpan”. Dari surat at-Taubah tersebut K.H. Ahmad Dahlan membuat sebuah kesimpulan bahwa memiliki dan mencari harta benda adalah kebutuhan manusia yang semua itu dipergunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Namun dalam mencari harta benda hendaknya di lakukan dengan caracara yang sebaik-baiknya. Setelah kebutuhan hidup tercukupi maka distribusikanlah harta dijalan Allah dan jangan pula bermewah-mewahan serta bermegah-megahan dengan harta yang dimilik dan melampaui batas kewajaran. 54 Selain surat at-Taubah, sosialisme Ahmad Dahlan terkait dengan distribsusi harta kekayaan pun terinspirasi dari al-Quran Surat al- Fajr / 89 : 17-23 “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur-baurkan (yang halal dan yang bathil). Dan kamu mencintai harta benda dengan kencintaan yang 54 Hadjid, Palajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 77-78. berlebihan. Jangan (berbuat demikian) apabila bumi di goncangkan berturut-turut. Dan datanglah Tuhan mu, sedang malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu di perlihatkan neraka jahanam, dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.” Dari ayat ini Ahmad Dahlan kemudian mengambil sebuah kesimpulan bahwa orang beragama itu ialah orang yang terbebas dari tahanan harta benda. Jikalau manusia sunguh-sungguh mengamalkan ajaran agama Islam, maka manusia tidak akan segan-segan (berani) membuang kebiasaan mencintai harta benda secara berlebih-lebihan. Sikap ini di tandai dengan perbuatan ikhlas mendistribusikan, mengorbankan harta benda yang di miliki di jalan Allah. Selain itu, melalui ayat ini Dahlan menegaskan bahwa ancaman dan siksa Allah nyata terhadap manusia yang tidak mendistribsukan harta benda.55 Surat berikutnya yang menjadi basis teologi Ahmad Dahlan adalah surat alMaun yang menggambarkan secara progresif siapakah yang di katakan sebagai pendusta agama. Al-Ma’un memberikan gambaran walaupun orang sudah mengerjakan perintah agama (Islam) namun masih dapat dikatakan sebagai pendusta agama. Surat al-Ma’un /117: 1-7, memberikan gambaran tentang pendusta agama. “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. Itulah orangorang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberikan makan orang miskin. Maka celakalah bagi mereka yang sholat. Yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya. Orang-orang yang berbuat ria. Dan enggan menolong dengan barang yang berguna.” 55 Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 62 Dari surat al-Maun Ahmad Dahlan menerjemahkan dengan tafsiran yang sangat progresif bahwa sholat bukan hanya gerakan anggota badan namun sholat haruslah memiliki implikasi sosial didalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Jikalau sholat manusia tidak memiliki dampak dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, maka pendusta agama menjadi sesuatu yang tercipta yang sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Ma’un. Sholat yang memiliki implikasi sosial di cirikan oleh Ahmad Dahlan dengan tidak menghambakan diri kepada nafsu harta benda dan mencintai secara berlebihan terhadap harta benda. Sholat yang memiliki dampak sosial dicirikan pula dengan kesedian menolong dan memperhatikan nasib anak yatim secara ikhlas tanpa mengharap pujian serta tanpa dipamerkan kepada masyarakat (terjauh dari sifat riya’). 56 Terkait dengan tafsir al-Ma’un, Amin Rais menafsirkan surat al-Ma’un dengan tafsiran yang disebut empat pesan penting al-Ma’un “Pertama, orang yang menelantarkan kaum dhuafa tergolong di dalam mereka yang mendustakan agama. Kedua, ibadah sholat memiliki dimensi sosial yang kelewat jelas, dalam arti tidak ada faedah sholat bila tidak dikerjakan dimensi sosialnya. Ketiga, melakukan amal shaleh tidak boleh dibarengi dengan riya’. Dan keempat, termasuk golongan mendustakan agama adalah mereka yang tidak mau menolong orang lain, yang bersikap egois dan egosentrisme.”57 Ayat sosialisme berikutnya yang basis teologi sosialisme Ahmad Dahlan adalah sebuah kata dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 92 yakni alBirru (amal saleh). 56 57 h. 15. Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 66-65. Yunan Yusuf dkk, ed, Masyarakat Utama Konsep dan Strategi, (Jakarta : Perkasa, 1995) “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesunggunya Allah mengetahui”. Dalam sebuah forum pengajian Wal ‘Asri yang biasa dikelola Ahmad Dahlan untuk murid-muridnya, Dahlan menafsirkan al-Birru kepada muridnya adalah amal saleh. Amal saleh yang paling utama dari ayat tersebut bagi Dahlan adalah membelanjakan (distribusi) harta benda yang paling dicintai. Mendistribusikan harta benda yang paling dicintai bagi Ahmad Dahlan adalah seperti mengupas kulit sendiri. Ali Imran ayat 92 diartikan secara bebas oleh Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya dengan ungkapan “Kamu sekalian walaupun sudah menjalankan amal saleh, kamu belum diakui baik, belum menjadi orang abrar, sehingga kamu berani menguliti kulit mu sendiri. Artinya, kamu berani membelanjakan harta benda mu yang paling kamu cintai”. 58 C. Aksi-aksi Sosialisme Gagasan bentuk aksi nyata Ahmad Dahlan dikemas dalam sebuah gerakan yang bernama penolong kesengsaraan umum. Sebagai sebuah konsep aplikatif lapangan gagasan penolong kesengsaraan umum yang di lakukan oleh Ahmad Dahlan terinspirasi dari pidato Dr. Soetomo pada kongres Muhammadiyah ke 26 di Surabaya yang berjudul penolong kesengsaraan umum.59 Dr Soetomo merupakan salah satu tokoh nasional yang menjadi anggota penasehat Muhammadiyah. Penolong kesengsaraan umum merupakan tafsir Ahmad Dahlan yang berakar pada gagasan tentang pendistribusian harta benda serta berlomba-lomba dalam kebaikan. 58 59 Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 158. Mulkhan, Pesan dan Kisah K.H Ahmad Dahlan, h. 10. Melalui konsep penolong kesengsaraan umum Ahmad Dahlan kemudian melakukan berbagai aktifitas sosial yang menyangkut hajat hidup orang banyak di antaranya memerangi kebodohan dan keterbelakangan masyarakat, cara yang di tempuh adalah dengan mendirikan lembaga pendidikan. Ada pun nama sekolah yang di rintis oleh Dahlan pada awalnya bernama al-Qismul Arqo. Nama sekolah tersebut pun dirubah menjadi Hooger Muhammadiyah School, kemudian berubah nama kembali menjadi Kweekscholl Islam. Pada tanggal 1 Januari 1932 sekolah tersebut berubah menjadi Madrasah Muallimin dan Madrasah Muallimat Muhamamdiyah. Untuk urusan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, cara yang ditempuh adalah dengan mendirikan rumah sakit dan balai pengobatan. Rumah sakit rintasan K.H. Ahmad Dahlan kemudian bermetamorfosis menjadi Rumah Sakit PKU (penolong kesengsaraan umum) Muhammadiyah di Yogyakarta Sedangkan untuk menolong anak yatim-piatu serta yang terlantar Ahmad Dahlan mendirikan panti asuhan. Tidak hanya panti asuhan, untuk kepentingan anak-anak Ahmad Dahlan mendirikan sekolah taman kanakkanak (kinder Garten) yang di berinama Siswa Praja. Sekolah tersebut kemudian berganti nama menjadi Bustanul Atfal.60 Untuk masyarakat umum terlantar Dahlan membangun rumah miskin. Berbagai program kemanusiaan serta fasilitas sosial yang digagas serta didirikan oleh Ahmad Dahlan semuanya diperuntukan terhadap kelompok mustadh’afin diberikan secara cuma - cuma. 60 Solichin Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia. h.48 Selain membangun sekolah, rumah sakit dan balai pengobatan, panti asuhan. Dahlan pun melakuakn gerakan filantropi Islam, yakni mengumpulkan, mengelola dan mendistribusikan dana zakat dan infaq untuk fakir - miskin. Pada awalnya gerakan tersebut hanya beranggota segelintir orang dalam bentuk panitia pengumpulan zakat. Gerakan pengumpulan zakat di lakukan pertama kali tahun 1910.61 Seiring perjalan waktu, aktifitas pengelolaan zakat dan shadaqoh kemudian di kelola oleh sebuah badan khusus yang bernama Majelis Wakaf dan Keharta Bendaan. Selain pengelolaan dana zakat dan shadaqoh, Dahlan pun mempelopori gerakan pengelolaan serta pendistribusian hewan kurban. Gerakan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1911.62 Dari berbagai aktifitas sosial yang bermacam-macam tersebut kemudian di kelola secara rapih dalam sebuah badan yang bernama Majelis Penolong Kesengsaraan Umum. Adapun konsep dasar dari Penolong Kesengsaraan Umum adalah ;63 1. Menanamkan kesadaran akan pentingnya kewajiban tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa 2. Menggerakan anggota-anggota untuk beramal dan tolong menolong sebagai upaya untuk mewujudkan cita-cita persyarikatan 61 Tabel Sejarah Muhammadiyah, diakses dari www.muhammadiyah.or.id Tabel Sejarah Muhammadiyah, artikel di akses pada tanggal 12 Januari 2009 dari : www. muhammadiyah .or .id 63 Margono Puspo Suwarno, Gerakan Islam Muhammadiyah (Yogyakarta : Persatuan, 1986). Cet. III, h. 61-62. 62 3. Membantu dan mengkoordinir kegiatan masyarakat serta organisasi Islam lainnya yang bergerak dalam bidang yang sejalan dengan tujuan dan citacita persyarikatan. 4. Mengupayakan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah, badan serta lembaga-lembaga non pemerintah 5. Menyelenggarakan pendidikan untuk : A. Membentuk tenaga kemanusiaan yang memiliki karakteristik ke Islaman dan Ke Muhammadiyahan B. Menanankan nilai-nilai ke Islaman dan ke Muhammadiyahan kepada tenaga pertolongan C. Meningkatkan keterampilan serta kecerdasan petugas pertolongan D. Membuat proyek percontohan kemanusiaan dimasyarakat tenaga BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berbicara tentang sosialisme Ahmad Dahlan, maka kita akan mendapatkan sebuah kesimpulan. Pertama, sosialisme yang di fahami serta dipraktikan oleh Ahmad Dahlan adalah sosialisme yang berpatokan, bersumber serta terinspirasi kitab suci al-Qur’an (sosialisme religius). Dengan demikian sosialisme Ahmad Dahlan bukanlah sosialisme yang mengambil dasar pada falsafah materialisme absolut sebagaimana sosialisme yang lahir dan berkembang di negara barat. Kedua, sosialisme Ahmad Dahalan adalah sosialisme kolektif bukan sosialisme terpimpin sebagaimana yang digagas oleh Karl Marx. Mengapa sosialisme Dahlan lebih bersifat sosialisme kolektif, pertanyaan ini bisa kita jawab dengan tafsiran Ahmad Dahlan terahadap Surat al-Imran / 3 :104 “Dan hendaklah ada sekelompok umat diantara kamu yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Terinspirasi dari surat tersebut, Ahmad Dahlan kemudian mengumpulkan kolega seperjuangannya untuk mendirikan persyarikatan Muhammadiyah. Dengan mendirikan Muhammadiyah, sesungguhnya Ahmad Dahlan menginginkan perjuangan yang bersifat kolektif (berjamaah) bukan perjuangan yang individualistik bukan pula perjungan terpimpin dibawah komando langsung oleh Ahmad Dahlan. Perjuangan kolektif yang di gagas oleh Dahlan merupakan manifestasi dari sifat manusia sebagai mahluk sosial serta menjadi spirit gerakan kebudayaan hidup kolektif lewat sebuah wadah yang bernama organisasi. Ketiga, sosialisme Ahmad Dahlan memiliki kesamaan konsep dasar dengan sosialisme barat yakni pentingnya distribusi harta kekayaan (keadilan distribusi). Kesamaan berikutnya adalah sama-sama menginginkan adanya budaya gotong royong, kolektifitas (anti budaya individualisme). Dengan demikian, sosialisme yang dipraktikan Ahmad Dahlan lebih menitik beratkan sosialisme sebagai etika sosial, bukan sosialisme dalam kerangaka teori ekonomi- politik. Keempat, sosialisme Ahmad Dahlan bukan sebuah gerakan sosialisme dalam bingkai gerakan politik, namun lebih bernuansa gerakan sosial. Karena sifat gerakannya lebih condong sebagai gerakan sosial maka Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh yang cukup berani mengambil sikap kooperatif bukan sikap konfrontatif dengan kelompok pemerintahan kolonial. Akibat sikap kooperatif yang dilakukan Ahmad Dahlan maka berdampak terhadap Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, yakni keluarnya “fitnah” politik yang dilakukan oleh tokoh Islam, di antaranya adalah dari Haji Misbach yang menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah kelompok Islam kapitalis. Fitnah ini terjadi karena ketidak ikutsertaan Muhammadiyah dalam aksi-aksi politik konfrontatif melawan pemerintahan penjajah.64 Lebelisasi Muhammadiyah sebagai kelompok Islam kapitalis dimuat diberbagai media cetak diantara Islam Bergerak, Sinar Hindia, Doenia Baroe, Oetoesan Hindia dan Medan Moeslim. 64 Hiqmah, H.M Miscbah Kisah Haji merah, h. 26. Selain corak gerakan sosialisme dalam bingkai gerakan non politik yang dijalankan oleh Ahamad Dahlan, sosialisme Ahamad Dahlan bukanlah sosialisme yang berwatak konfrontasi sosial, yakni melakukan perlawanan sosial terhadap kaum kapitalis lokal yang oleh kelompok Islam kiri Indonesia pada saat itu di kenal dengan kelompok bangsawan feodal, para pejabat pegawai pemerintah kolonial, pedagang Cina yang mendominasi sektor perdagangan. Dengan demikian sosialisme Ahmad Dahlan adalah sosialisme tanpa konflik kelas. 65 Karena sosialisme Ahmad Dahlan bukanlah sosialisme tanpa konfilk kelas, maka sebagai konsekuensinya sosialisme Ahamad Dahlan memiliki segmentasi perjuangan yang bersifat luas, yakni tidak terpolarisasi hanya pada kelompok buruh Atas berbagai serangan politik terhadap Muhammadiyah yang di anggap tidak sosialis sejati serta merupakan dari bagaian Islam kapitalis, Muhammadiyah pun merespon dengan mengeluarkan sebuah pernyataan politik, bahwa masalah sosialisme dalam Muhammadiyah bukanlah sesuatu yang di perdebatkan lagi mengingat Muhammadiyah telah berbuat lewat gerakan penolong kesengsaraan. Hal tersebut bisa terlihat dalam berita tahunan Muhammadiyah Hindia Timur tahun 1927 “Soal perkara sosialisme di dalam Moehammadijah, ropenya tidak di keloerkan lagi, kareana amal Moehammadijah tentang pertolongan kepada kesengsaraan jang sangat teratoer lagi baik, itoelah jang mendjadi di djawab yang tidak boleh di bantah lagi. Dahoeloe orang 65 Saud El Hujaj, “ Nalar Negara Dalam Gerakan Muhammadiyah,” Jurnal Tanwir Volume I (Mei 2003) : h. 77. mentjela Moehammadijah, di katakannja tidak mentjintai bangsa dan menolong rakjat jang fekir. Tjatjian jang seroepa ini adalah kembali kepada dirinja sendiri. Dimanakh perkoempoelan Boemipoetra jang menegoehkan pemiliharaan anak-nak jatim dan orang-orang miskin jang sangat sengsara itoe? Moehammadijah dengan seada-adanja, soedah mengadakan pertolongan itoe, sedang poliklinik bertambah di Solo, Tegal dan Malang”.66 Dalam konteks yang berbeda, akis-aksi sosialisme Ahmad Dahlan sesungguhnya telah merambah pada aksi perjuangan dalam menegakan (supremasi) hak-hak dasar manusia seperti hak atas pendidikan, hak atas kesehatan serta hak atas penghidupan yang layak. Sebuah gerakan serta isu yang kini masih diperbincangkan serta diperjuangankan baik dalam skala nasional, regional hingga skala global. Singkat kata, selain tokoh sosialis Dahlan pun merupakan tokoh pejuang supremasi hak-hak manusia. B. Saran Selama ini literatur yang bertebaran hanya membahas tentang Ahmad Dahlan sebagai tokoh gerakan pembaharu serta sebagai tokoh gerakan Islam murni Indonesia. Semoga dengan munculnya tulisan yang bertemakan sosialisme Ahmad Dahlan menjadi celah lahirnya literatur baru yang membahas wajah lain Ahmad Dahlan. Selain itu, dengan kehadiran tulisan ini diharapkan pula akan membuka ruang dialektika bahwa sosialisme Islam dalam konteks Indonesia, bukan hanya milik H.O.S Tjokroaminoto dan Agus Salim tetapi juga Ahmad Dahlan. Dengan hadirnya tulisan ini diharapkan pula bisa melahirkan serta memperbanyak penelitian tentang sosialisme Ahmad Dahlan. 66 El Hujaj, “Nalar Negara Dalam Gerakan Muhammadiyah,” h. 78. Kehadiran tulisan ini (Sosialisme Ahmad Dahlan) sesungguhnya memiliki urgensi yang cukup startegis. Pertama, terhadap keluarga besar Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan sebuah upaya untuk menyatakan bahwa didalam pemikiran Ahmad Dahlan sebagai individu serta Muhammadiyah sebagai sebuah institusi sesungguhnya tertanam benih-benih sosialisme. Hal ini penting. Mengingat, benih-benih sosialisme dalam pemikiran Ahmad Dahlan serta benih-benih sosialisme dalam tubuh Muhammadiyah seiring perjalanan waktu nyaris terlupakan. Kedua, kepada kaum muda yang masih menggandrungi sosialisme. Dengan hadirnya tulisan ini bisa diharapkan memberikan tambahan wacana bahwa sosialisme Islam adalah sosialisme moderat. Islam adalah agama sosialisme, namun di sisi lain Islam mengakomodir kapitalsime (melegitimasi kepemilikan individu). Dengan demikian kita dapat membuat pernyataan Islam satu agama merangkul dua ideologi. DAFTAR PUSTAKA Adam, Ian. Ideologi Politik Mutakhir Konsep, Ragam, Kritik dan Masa Depannya. Yogyakarta: Qalam, 2000. Black, Antoni. Pemikiran Politik Islam, Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini. Jakarta : Serambi, 2006. Crick, Bernard. Sosialisme. Surabaya : Pustaka Promethea, 2001. Dahlan, Muhidin M (ed) . Sosialisme Religius, Suatu Jalan Keempat. Yogyakarta : Kerasi Wacana, 2000. Damami, Muhammad. Akar Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2006. Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : Rajawali Press, 2007. Enginner, Ali Asgar. Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta : Pusataka Pelajar, 2003. Eben, Stein dkk. Isme-isme Dewasa Ini. Jakarta : Erlangga, 1994. Elhujjah, Saud, Nalar Negara Dalam Muhammadiyah, dalam Tanwir Jurnal Agama dan Peradaban. Jakarta : Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2006. Hadjid, KRH. Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, Tujuh Falsafah dan Tujuh Belas Kelompok Ayat. Yogyakarta : LPPI PP Muhammadiyah, 2006. Hadjid, KRH. Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Pergerakan Muhammadiyah. Yogyakarta : Siaran. Hefner, Rober W & Sukidi. Api Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan. Yogyakarta : Multi Press, 2008. Huda, Nor. Islam Nusantara, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007 Hikmah, Nor. Haji Misbach Kisah Haji Merah. Jakarta : Komunitas Bambu, 2008. Hadikusuma, Djarnawi. Aliran Pembahrauan Islam Dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai K.H. Ahmad Dahlan. Yogyakarta : Persatuan. Jainuri, Achmad. Ideologi Kaum Reformis Melacak Pandangan Keagamaan Muhammadiyah Periode Awal. Surabaya : LPAM, 2002 Mulkhan, Abdul Munir. Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah. Yogyakarta : Percetakan Persatuan Islam. 1990. -----------------. Pesan dan Kisah K.H. Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyan. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007. Mintz, S. Jeanne. Muhammad, Marx, Marhaen Akar Sosialisme Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2003 Pasha, Kamal Musthafa. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta : Citra Karsa Mandiri, 2005. Rais, Muhammad Amin. Membangun Politik Adiluhung Membumikan Tauhid Sosial Menegakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Bandung : Zaman Wacana Mulia, 1998. Rapar, J H. Filsafat Politik Plato, Aristoteles, Machiavelli. Jakarta : Rajawali Press, 2002. Surur, Bahrus. Teologi Aman Saleh Membongkar Nalar Kalam Muhammadiyah Kontemporer. Surabaya : LPAM, 2005 Salam, Junus. Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan. Jakarta : Depot Pengajaran Muhammadiyah, 1968. Sya’rawi, Mutawalli. Islam diantara Komunisme dan Kapitalisme. Jakarta : Gema Insani Press, 1991. Supriyadi, Eko. Sosialisme Islam, Pemikiran Ali Syari’ati. Yogyakarta : Pusataka Pelajar, 2003. Schmandt, Henri J. , Filsafat Politik Kajian HIstoris Dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005. Salam, Solichin. K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia. Jakarta : Jayamurni, 1963. Suwarono, Puspo Margono. Gerakan Islam Muhammadiyah. Yogyakarta : Persatuan, 1986. Saefullah. Pemikiran Politik Muhammadiyah Dari Ahmad Dahlan Hingga Amin Rais. Tanwir Jurnal Agama dan Peradaban. Jakarta : Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2006. Syoedja, Muhammad. Cerita Tentang K.H. Ahmad Dahlan Catatan Haji Muhammad Soedja. Diakes dari www.muhammadiyah.or.id Sjahrir, Sutan. Sosialisme Indonesia Pembangunan. Jakarta : LEPPENAS, 1985 Yusuf, Yunan. Ensiklopedi Muhammadiyah. Jakarta : Rajawali Press, 2005. Artikel Koran, Berita dan Website. Hadi, Abdul W H, “ Islam, Marxisme dan Persoalan Sosialisme di Indonesia”, diakses dari www.icas-Indonesia.org. K S, Usman, “Dari Gamal Abdul Nasser Sampai Hassan Hanafi”, Koran Tempo, 9 Mei 2004. Sparaque, Ted, “Sosialisme Abad 21 Memilah Kaum Reforamis dari Kaum Revolusioner” , diakses dari www.prp-indonesia.org. Majalah Tempo, Bapak Republik Yang Dilupakan, Edisi Khusus Kemerdekaan, Edisi 11-17 Agustus 2008