Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

advertisement
ISLAM DAN SOSIALISME
TELAAH ATAS PEMIKIRAN DAN AKSI K.H. AHMAD DAHLAN
Disusun Oleh :
IBNU TSANI
NIM: 204033203127
Jurusan Pemikiran Politik Islam
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1430 H / 2009 M
Lembar Pengesahan
Islam dan Sosialisme:
Studi Komparatif Pemikiran H.O.S Tjokroaminoto dan Sutan Sjahrir
Skripsi diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. SOS)
Oleh
SUPYAN
NIM : 204033203131
Pembimbing
Dr. Shobahussurur, M.A
NIP. 150 289 244
Program Studi Pemikiran Politik Islam
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1430 H / 2009 M
Pengesahan Panitia Ujian
Skripsi berjudul “ISLAM DAN SOSIALISME TELAAH ATAS PEMIKIRAN
DAN AKSI K.H. AHMAD DAHLAN”, telah diujikan dalam sidang
munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Februari 2009. Skripsi ini telah ditetapkan
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program
Studi Pemikiran Politik Islam.
Ciputat, 5 Februri 2009
Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Harun Rasyid, M.A
NIP. 150 232 921
Drs. Rifqi Muchtar, M.A
NIP. 150 282 120
Anggota,
Penguji I,
Penguji II,
Drs. Agus Nugraha, M. Si
NIP. 150 299 478
Dr. Yusron Rozak,MA
NIP. 150 216 359
Pembimbing,
A.Bakir Ihsan, M.Si
NIP. 150 326 915
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan in telah saya cantumkan
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 5 Februari 2009
IBNU TSANI
Abstraksi
Dalam beberapa literatur yang tersedia hingga opini yang berkembang di publik
ketika membicarakan sosok Ahmad Dahlan maka pernyataan yang keluar adalah
Ahmad Dahlan sebagai tokoh pembaharuan serta tokoh pemurnian Islam. Pun
Demikian halnya ketika berbicara tentang Sosialisme Islam maka semua literaur
serta opini tertuju kepada nama H.O.S Tjokroaminoto serta Agus Salim.
Padahal tidak demikian adanya, Selain sebagai tokoh gerakan pembaharuan serta
pemurnian Islam di Indonesia, sesungguhnya dalam pemikiran serta praktik
keagamaan yang di jalankan oleh Ahmad Dahlan tertanam benih-benih
sosialisme. Sosialisme Ahmad Dahlan bukanlah sosialisme dalam bingkai teori
serta pemikiran ekonomi - politik namun sosialisme Ahmad Dahlan adalah
sosialisme dalam bingkai etik sosial. Sosialisme Ahmad Dahlan pun bukan pula
sosialisme konflik antar kelas namun sosialisme yang merangkul semua
kelompok. Sosialisme Ahmad Dahlan pun bukan sosialisme yang mengharamkan
kepemilikan individu.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Pencipta yang tidak di
ciptakan, Penguasa yang tidak dikuasai, karena atas intervensi Nya penulis
berhasil menyelesaikan salah satu kewajiban akademik yang merupakan prasyarat
dalam rangka meraih gelar Sarjana Sosial di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terimaksih tak lupa penulis haturkan kepada berbagai pihak yang
ikut memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi “Islam dan Sosialisme
Telaah Atas Pemikiran Dan Aksi K.H. Ahmad Dahlan”. Adapun ucapan
terimakasih penulis haturkan sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Amin Nurdin, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Agus Darmaji, M.Fils dan Ibu Dra. Wiwi Sajaroh, M. Ag
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pemikiran Politik Islam
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Harun Rasyid, M.A dan Drs. Rifqi Muchtar, M.A selaku
Ketua dan Sekretaris Program Non Reguler Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak A. Bakir Ihsan, M. Si selaku Dosen Pembimbing atas semua
dedikasi dan perhatiannya dalam memberikan masukan dan bimbingan
selama proses penulisan skripsi.
6. Seluruh dosen dan staff pengajar pada Program Studi Pemikiran
Politik Islam (PPI) yang telah sangat banyak memberikan sumbangan
ilmiah selama penulis menempuh proses perkuliahan.
7. Seluruh jajaran, staff, dan petugas di Perpustakaan Utama UIN Jakarta,
Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Freedom
Institute, Perpustakaan PP Muhammadiyah Kantor Jakarta yang telah
membantu menemukan berbagai buku sumber terkait penyusunan
skripsi.
8. Ucapan terimakasih dengan segala kerendahan hati tak lupa penulis
ucapkan kepada kedua orang tua yang telah melahirklan, membimbing
sehingga penulis bisa menduduki bangku perguruan tinggi. Kepada
kakak serta adik-adik, Dini Mahdini, Agus Mahesa Fitri, Elang
Sumartalaga, Noviarrizqoh, Ade Mahendra. Mohon maaf apabila
jarang berkumpul dirumah.
9. Kepada seluruh teman-teman sepermainan di jurusan Pemikiran Politik
Islam Angkatan 2004, Azwar Aziz, Achmad Chudori, Asep
Muharudin, Ahmad Sa’di, Buchori, Fadil Zen, Ijudin Fahmi, Iin
Sholihin, Indra Permana, Istina, Muksin, Mardiah (Fakultas Tarbiyah),
Nurdin, Saiman Vidianata, Surono, Tauhid Hudini, Yulita, Yusuf
Fadhli, Zulfikar. Ucapan spesial terimaksih penulis ucapkan kepada
teman satu kotak Iyan Sofyan Hamid (v-onk), Nor Iskak, Pujiono
walau dalam keadaan susah, senang, lapar, berhutang masih bisa
bercanda, tertawa serta berdiskusi. Walaupun terkadang tiga mahluk
Tuhan teraneh tersebut mengggangu dan merusak konsentrasi selama
proses penyusunan skirpsi.
10. Ucapan terimakasih dan penghargaan secara tulus tak lupa penulis
sampaikan kepada teman-teman sepermainan dan seperjuangan di
Menara 62. Ahmad Imam Mujadid Rais, Apep Fajar Kurniwan, Budi
Wiryono, Bahtiar Dwi Kurniawan, Dian Rahmawati, Deni Wahyudi
Kurniawan, Denden Firman Arif, Eri Ahmad Sunandar, Endang
Tirtana, Eka Budi Santoso, Elyusra Muallimin, Herni Ramdlaningrum,
Juniardi Firdaus, Jasra Putra, Lutfia Putri Ramadhani, Mashuri
Mashuda, Muhammad Muzakir, Mulyoto, Riyadh Candrawati, Satia
Candra Wiguna, Sanusi Ramadhan, Siti Fatimah, Umar Rahmat atas
sumbangan moril maupun materil. Tak lupa penulis mengucapkan
terimaksih kepada bidadari motivasi Aishe Gunawan, Imel Putri Dewi,
Leni Wahyuni Kamal, Nova Herlina. Serta seseorang yang saat ini
belum bisa disebutkan.
11. Tak lupa penulis mengucapkan terimaksih kepada Dr. Abdul Mu’ti.
M.Ed, Dr. Lili Gani. M.Si, Drs. Muhammad Ihsan M.Si, Rizaludin
Kurniawan M.Si, Raja Juli Antoni MA. Atas kepercayaannya
mengelola berbagai program sehingga penulis mampu menyelesaikan
kuliah
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
i
LEMBAR
PENGESAHAN
...........................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................….
iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
DAFTAR ISI ........................................................................……………….
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah . ..........................................................…
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................…. 18
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 19
D. Metode Penelitian........................................................................... 19
E. Sistematika Penulisan ..........................................................…….. 20
BAB II BIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN
A. Latar Belakang Keluarga ..........................................................…. 21
B. Latar Belakang Pendidikan ........................................................… 23
C. Riwayat Organisasi dan Karir ....................................................… 24
D. Karya - Karya ..........................................................…………….. 25
E. Pokok- Pokok Pemikiran dan Rekam Jejak Pembaharuan Islam . 29
BAB III SOSIALISME DAN SOSIALISME ISLAM
A. Sejarah dan Pengertian Sosialisme ................................................ 41
B. Relasi Islam dan Sosialisme .....................................................…. 59
C. Sosialisme Islam ..........................................................………….. 68
BAB IV SOSIALISME AHMAD DAHLAN
A. Akar Sosialisme ..........................................................………….. 79
B. Teologi Sosialisme ..........................................................………... 87
C. Aksi-Aksi Sosialisme ..........................................................…….. 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................……………….. 95
B. Saran ..........................................................……………………... 99
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................…...................... 101
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara dan berdebat tentang ideologi adalah sebuah aktifitas yang
menguras energi serta konsentrasi. Betapa tidak, mengingat dalam perjalanan
peradaban manusia ideologi merupakan panduan yang bersifat ilmiah serta
sakral, bahkan tidak jarang kita jumpai bagi para penganut ideologi tertentu,
ideologi telah menjadi agama baru. Hal ini terjadi karena ideologi memiliki
fungsi yang cukup signifikan yakni sebagai pusat rujukan, alat pemersatu bagi
kelompok tertentu dalam merumuskan serta mewujudkan sebuah cita-cita
yang dianggap ideal. Singkat kata ideologi harus ditanam dalam otak,
dipahami, ditaati dan diamalkan. Jikalau tidak, maka konsekuensi yang timbul
adalah lebelisasi tidak loyal bahkan penghianat terhadap amanat serta
ketetapan yang telah dirumuskan dalam ideologi. Karena fungsinya sebagai
alat pemersatu tidak jarang benturan antar ideologi terjadi. Hal ini terjadi
karena adanya istilah kawan serta lawan dalam konteks persaingan antar
ideologi.
Sosialisme yang kemudian bermetamorfosis menjadi sosialisme
Indoensia adalah ideologi yang poluler serta dikembangkan oleh tokoh-tokoh
masa pergerakan nasional merupakan ideologi import dari negeri Belanda. Di
katakan import karena massifikasi wacana sosialisme di Indonesia diadopsi
serta dipelajari dari beberapa tokoh yang mengenyam pendidikan hingga
tokoh-tokoh yang diasingkan di negeri Belanda oleh pemerintahan kolonial.
Adalah Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang dipimpin
oleh H.J.F.M. Sneevliet yang mempopulerkan pemikiran sosialisme di
Indonesia. Namun selain ISDV menjadi partai yang mempopulerkan
sosialisme di Indonesia, ada pula partai politik di Belanda yang berhaluan
sosialis yang ikut memberikan kontribusi bagi perkembangan sosialisme
Indonesia. Partai Pekerja Sosial Demokrat (Sociaal Democratische Arbeiders
Partaij). SADP merupkan partai yang memperjuangkan agar Indinesia
menjadi negara yang merdeka. Selain itu, SADP merupkan partai yang
memperjuangkan kebijakan politik etis Belanda. Melaui jalur parlemen, SADP
memperjuangkan keringan pajak, reformasi sistem peradilan hingga perbaikan
nasib buruh di Indonesia.1
Namun
ketika
berbicara
tentang
sosialisme
Indonesia,
sesungguhnya benih-benih sosialisme telah tertanam di dalam kehidupan
masyarakat Indonesia dengan istilah gotong-royong. Dalam konteks gerakan
politik, benih-benih sosialisme telah berkembang di Indonesia pada tahun
1890 di Jawa Tengah dengan aktor gerakan kelompok petani. Gerakan politk
tersebut tercatat dalam sejarah bangsa dengan gerakan Saminisme. Gerakan
Saminsme diambil dari pelopor gerakan tersebut yang bernama Samin yang
berkat kegigihanya mampu merekut 3000 kepala keluarga. Saminisme adalah
gerakan pemberontakan kaum tani terhadap pemerintah kolonial yang
dianggap melakukan politik eksploitasi. Bentuk gerakan protes tersebut di
1
Jeanne S. Mintz, Muhammad, Marx, Marhaen Akar Sosialisme Indonesia (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar,2003) cet II, h.29-30.
lakukan dengan cara memboikot (tidak mengakui) eksistensi pemerintahan
kolonial, menolak membayar pajak. Adapun tuntutan Gerakan Saminisme
adalah keinginan untuk menentukan nasib secara mandiri.2
Seperti halnya sosialisme di Barat, sosialisme Indonesia pun
memiliki ragam corak. Mulai dari sosialisme sekuler -universal serta
sosialisme religius. Sosialisme religius (Islam) memiliki dua corak sosialisme
murni serta komunisme. Gerakan serta wacana sosialis-komunisme kemudian
populer dengan zaman kiri Islam dan Islam Merah. Islam kiri berkembang
sekitar tahun 1920-an yang bertujuan melakukan perlawanan terhadap praktik
ekonomi kapitalis yang dipraktik oleh kaum penjajah. Sedangkan visi
keislaman pada era Islam kiri adalah adanya upaya koalisi ideologis yang
populer dengan istilah Islam dan sosialisme serta Islam dan komunisme.
Dalam perjalananya, upaya memadukan antara Islam dengan sosialisme serta
komunisme ternyata mengalami perkembangan yang cukup signifikan serta
mampu menjadi kekuatan alternatif dalam melakukan gerakan perlawanan
terhadap kekuatan ekonomi kapitalis yang dipraktikan oleh kaum penjajah.
Dari kubu Islam komunis muncul nama yang cukup populer yakni Haji
Misbach yang kemudian terkenal dengan julukan haji merah. Haji Misbach
menegaskan, untuk melakukan perlawanan terhadap kekuatan kapitalisme
penjajah Belanda yang sangat eksploitatif serta menindas maka perlu di
kembangkan sebuah ideologi yang memadukan antara kekuatan ideologi
komunisme dengan Islam sebagai modal dalam melakukan perlawanan politik.
2
Mintz, Akar Sosialisme Indonesia, h.23.
Dari asumsi tersebut Haji Misbach kemudian membuat pernyataan, apabila
orang yang mengaku Islam tetapi menolak komunisme saya berani
menyatakan ia bukanlah Islam yang sejati.3
Haji Misbach meyakini bahwa memperjuangkan masyarakat tanpa
kelas sama rata sama rasa adalah sebuah cita-cita politik yang sangat mulia,
oleh karenanya umat Islam perlu mengadopsi serta mempelajari ajaran
komunisme serta mensinergikannya dengan ajaran Islam. Bagi Misbach salah
satu tugas utama seorang muslim adalah menyelamatkan dunia dari praktik
kesewenang-wenangan, kedzaliman dan kekejian orang-orang serakah yang
munafik.4 Orang yang serakah, munafik itulah yang disebut kaum kapitalis
oleh Haji Misbach, mengapa kaum kapitalis penting untuk dilawan. Haji
Misbach memberikan argumentasi mengapa kaum kapitalis harus dilawan,
bagi Haji Misbach kapitalisme identik dengan praktik menghisap dan
menindas serta membuat rakyat sengsara.5 Atas dasar motifasi ingin
membebaskan rakyat Indonesia dari cengkraman kapitalisme Belanda yang
eksploitatif dan menindas Haji Misbach kemudian menggulirkan gagasan
perpaduan ideologis antara Islam dan komunisme.
Misbach meyakini bahwa komunisme adalah salah satu modal dalam
mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan umat manusia, mengapa karena
komunis merupakan jawaban serta kritik terhadap hegemoni kapitalisme.
Kapitalisme bagi Misbach adalah ketamakan. Ketamakan inilah yang
kemudian manusia menjadi cinta buta terhadap uang. Cinta buta terhadap uang
3
Nor Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah (Jakarta : Komunitas Bambu, 2008), h. 31.
Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah, h.32.
5
Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah, h.35.
4
inilah yang kemudian melahirkan ketamakan, dan ketamakan akan melahirkan
eksploitasi serta penindasan terhadap sesama manusia.6
Sedangkan dari kubu sosialisme Islam muncul nama H.O.S
Tjokroaminoto, Tjokro seorang tokoh penggerak Sarekat Islam memiliki
pemikiran bahwa eksploitasi ekonomi yang dipraktikan kaum penjajah
memiliki akar ideologis kapitalisme, selanjut kapitalisme melahirkan
kolonialisme. Berangkat dari asumsi tersebut Tjokro kemudian mengeluarkan
gagasan tiga nilai pokok yakni kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan.7
Berangkat dari asumsi tersebut, Tjokro kemudian menyimpulkan bahwa tidak
ada isme lain atau tidak ada sosialisme yang yang lebih indah dan mulia selain
dari sosialisme Islam. Sosialisme Islam dalam pandangan Tjokro bukanlah
sosialisme yang mengharamkan aktifitas umat manusia untuk menjadi kaya,
namun sosialisme Islam menolak cara-cara mendapatkan harta dengan caracara penindasan serta eksploitatif (riba), selain itu menurur Tjokro sosialisme
Islam pun tidak melarang atau mengahambat keaktifan serta kegiatan orang
lain.8
Dari kubu sosialisme sekuler-universal muncul nama Tan Malaka,
seorang tokoh yang oleh banyak pengamat dianggap sebagai bapak pendiri
Republik. Tan Malaka merupakan salah satu tokoh yang menghendaki adanya
koalisi ideologis antara komunisme dengan Islam dalam rangka merebut serta
mengusir penjajah di Indonesia Bagi Tan Malaka Islam sebagai sebuah agama
6
Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah, h.39.
Nor Huda, Islam Nusantara, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Yogyakarta :
AR-RUZ Media, 2008) Cet. I. h, 418
8
Huda, Islam Nusantara, h. 423.
7
memiliki ajaran-ajaran revolusioner yakni menghendaki sebuah tatanan
kehidupan sosial bebas dari praktik penindasan serta eksploitatif. Selain itu
Islam pun menganjurkan kepada pemeluknya agar menjauhkan diri dari
budaya eksploitatif serta menindas. Niat Tan Malaka untuk memadukan antara
ideologi komunis dengan Islam disampaikan pertemuan sidang komitren
komunis Internasional. Gagasan tentang koalisi ideologis disampaikan oleh
Tan Malaka dalam pidatonya di arena Kongres Internasional Komunis
keempat
“Pan Islamisme punya sejarah panjang. Pertama saya ingin bercerita tentang
pengalaman kami berkerjasama dengan kelompok muslim di Hindia. Kami
berkerjasama dengan Sarekat Islam yang memiliki satu juta mungkin juga tiga
atau empat juta. Namun karena ada kritik yang tidak mengenakan terjadi
perpecahan. Namun kami membangun hubungan kembali dengan Sarekat
Islam.”9
Tak cukup sampai disitu, Tan Malaka pun mengingatkan agar para
pemimpin Partai Komunis tetap menjaga hubungan baik dengan tokoh-tokoh
Sarekat Islam. Selain itu Tan Malaka juga mengingatkan tentang pentingnya
memelihara dan mempertahankan persatuan antara Partai Komunis dengan
Sarekat Islam. Menurut Tan Malaka perpecahan antara Partai Komunis dan
Sarekat Islam hanya akan mempersulit langkah politik dalam mengusir
penjajah. Sarekat Islam dan Partai Komunis mempunyai misi politik yang
sama yakni mengusir imperialisme Belanda. Bagi Tan Malaka perpecahan
antara Partai Komunis dan Sarekat Islam merupakan langkah politik adu
domba yang dilakukan kaum imperialis. Semakin sengitnya perbedaan antara
Partai Komunis dan Sarekat Islam akan berakibat munculnya kesempatan
9
Majalah Tempo, “Bapak Republik Yang Dilupakan”., Edisi 11-17 Agustus 2008, h. 60.
yang sangat luas kaum imperialis untuk melumpuhkan gerakan kemerdekaan
Indonesia.10
Sebagai seorang nasionalis-komunis Tan Malaka pun pernah
melakukan kritik terhadap Darsono yang dianggap telah menjauhkan Partai
Komunis dengan Sarekat Islam. Selain upaya konsolidasi antara kelompok
komunis dengan Islam, Tan Malaka pun melakukan sebuah sikap politik
akomodatif dengan cara ikut menyetuji perbaikan peraturan penyelenggaraan
ibadah haji. Atas berbagai upaya yang dilakukan oleh Tan Malaka dalam
rangka mempersatukan antara kelompok Islam dan Komunisme sebagai modal
politik untuk melakukan perjuangan mengusir kelompok imperialis Belanda
mendaptkan
perhatian
dari
kelompok
Islam,
diantaranya
adalah
Muhammadiyah, bahkan ketika Muhammadiyah sempat mengundang Tan
Malaka untuk memberikan pidato tentang komunisme, niat baik dari
Muhammadiyah pun disambut baik namun sayang Tan Malaka keburu
ditangkap oleh pemerintah kolonial.11
Sebagai seorang tokoh komunis yang juga seorang muslim, Tan
Malaka Memang memiliki ketertarikan yang cukup serius terhadap gagasan
Pan Islamisme yang kebetulan juga berkembang di Indonesia. Dalam
pandangan Tan Malaka gagasan Pan Islamisme merupakan gagasan
perjuangan seluruh bangsa muslim di dunia termasuk di Indonesia, Pan
Islamisme bukan hanya perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan
10
11
Majalah Tempo, “Bapak Republik Yang Dilupakan”, h. 52.
Majalah Tempo, “Bapak Republik Yang Dilupakan”, h. 53.
kapitalisme Belanda tetapi terhadap seluruh kekuatan jaringan kapitalisme
internasional.12
Selain Tan Malaka, Pemikiran sosialisme Sutan Sjahrir merupakan
salah satu tokoh yang cukup ikut memberi warna dialetika sosialisme di tanah
air. Sosialisme Sjahrir adalah sosialisme yang mengacu pada konsep
kerakyatan. Bagi Sjahrir, Indonesia dapat dikatakan telah menerapkan
sosialisme manakala ekonomi didasarkan atas kepemilikan bersama. Karena
kepemilikan bersama menurut Sjahrir distribusi pendapatan janganlah hanya
terkonsentrasi ditangan kelompok pemilik harta yang telah mapan . Karena hal
ini dapat menimbulkan disharmoni antara kelompok pemilik harta dengan
kelompok rakyat kecil. Ketika distribusi pendapatan hanya terkonsentrasi
ditangan kelompok pemilik harta yang telah mapan, maka keadilan,
kebahagian serta kemakmuran akan sulit direalisasikan.13
Sosialisme kerakyatan kemudian dijabarkan dalam beberapa kebijakan,
pertama. Penghapusan kewajiban pajak bagi individu yang berpenghasilan
dibawah standar. Kedua, Jaminan sosial bagi pekerja yang meliputi jaminan
kesehatan serta asuransi bagi pekerja yang mengalami kecelakaan dalam
bekerja. Jaminan sosial bagi para Manula serta pekerja yang telah pensiun.
Ketiga, Pelarangan kerja bagi anak dibawah usia lima belas tahun. Keempat,
pelarangan bekerja bagi wanita yang sedang hamil. Kelima, mengatur distibusi
pendapatan agar tidak terkonsentarsi ditangan sekelompok orang. Keenam,
mewujudkan hak atas kesehatan serta hak atas pendidikan bagi rakyat.
12
13
297.
Majalah Tempo, “Bapak Republik Yang Dilupakan”, h. 53.
Sutan Sjahrir, Sosialisme Indonesia Pembangunan (Jakarta : LEPPENAS, 1986) h.
Ketujuh, menghapuskan sistem kerja paksa. Kedelapan, Penguasaan aset-aset
vital, kekayaan alam oleh negara bagi kepentingan rakyat serta menghilangkan
ketergantuan terhadap modal asing. 14 Dengan demikian puncak dari sosialisme
Sjarir adalah mempertahankan serta memperjuangakan eksistensi negara
kesejahteraan. Dengan konsep dasar kebijakan bernama kebijakan jaminan
kemakmuran.
Ketika sosialisme kerakyatan menjadi basis pemikiran sosialisme
Sjahrir maka sebagai konsekuensinya Sjahrir menegaskan bahwa sosialisme
akan sangat berguna manakala dioperasionalkan dengan cara-cara yang
menolak kekerasan serta diktatorianisme. Karena diktatorianisme serta
kekerasan bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi. Bagi Sjahrir salah tujuan
utama politik sosialisme adalah membebaskan rakyat dari praktik totaliter
yang absolut. Ketika praktik politik totalitarian merajalela maka kemandirian
serta kebebasan rakyat akan terkubur.15 Dari uraian tersebut, dapat dikatakan
Sjarir menolak konsep praktik sosialisme yang dijalankan oleh Lenin dengan
konsepnya bernama diktator ploretar.
Seperti tokoh sosialisme-komunisme lainnya, plihan Sjarir untuk
mengumandangkan
serta
mengkampanyekan
sosialisme
berdasar
pemikirannya bahwa kapitalisme merupakan ideologi serta sistem ekonomipolitik yang menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini terjadi karena
kapitalisme cenderung eksploitatif serta menciptakan disharmoni sosial –
14
15
Sjahrir, Sosialisme Indonesia Pembangunan,h.65-67.
Sjahrir, Sosialisme Indonesia Pembangunan, h. 139.
politik. Dan yang terpenting pula bagi Sjahrir kapitalisme mengahncurkan
derajat manusia.
Pada fase pergerakan nasional bangsa, salah satu fenomena yang
cukup menarik adalah menjamurnya berbagai organisasi, mulai dari organisasi
sosial- kemasyarakatan hingga organisasi politik. Salah satu organisasi
kemasyarakatan yang ikut tumbuh dan berkembang adalah Muhammadiyah,
sebuah organisasi yang terlahir dari hasil kreasi spektakuler K.H. Ahmad
Dahlan. Melalui perjuangan Ahmad Dahlan, kini Muhammadiyah memiliki
1132 Sekolah Dasar, 1769 Madrasah Ibtidaiyah/ Madrasah Diniyah, 1184
Sekolah Menengah Pertama, 534 Madrasah Tsanawiyah, 511 Sekolah
Menengah Atas, 263 Sekolah Menengah Kejuruan, 172 Madrasah Aliyah, 67
Pondok Pesantren, 55 Akademi, 4 Politeknik, 70 Sekolah Tinggi, 36
Universitas, 345 amal usaha kesehatan, 330 panti asuhan dan panti santunan,
190 Baitul Mal Wa Tamwil, 880 Koperasi warga Muhammadiyah.16 Dengan
amal usaha yang bertebaran maka wajar almarhum Nurcholis Madjid
menyebut Muhammadiyah sebagai cerita sukses gerakan Islam di Indonesia.
Dalam lembaran sejarah Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh yang
mendapatkan lebel “kafir” dan “liberal” pada zamannya. Lebel “kafir” dan
“liberal” ia dapatkan akibat keberaniannya menentang arus masyarakat. Aksi
menentang arus Ahmad Dahlan merupakan buah ijtihadnya yang sengat kental
aroma pemurnian serta pembaharauan. Pembaharuan yang ia lakukan bukan
16
h.viii.
PP Muhammadiyah, Profile Muhammadiyah. (Yogyakarta : PP Muhammadiyah, 2005)
hanya dalam ranah wacana namun ia aplikasikan ke dalam seluruh sektor
kehidupan. Mulai dari ranah agama, sosial serta pendidikan.
Dari sepak terjangnya, baik pemikiran maupun tindakan yang cukup
kontroversi, ternyata apa yang dilakukan oleh Dahlan tidak lah sia-sia, lewat
kreasi serta inovasinya yang sangat jenius ternyata mendapatkan pengakuan
“abadi” bahkan bisa dirasakan serta diparktikan hingga saat ini. Dan yang
terpenting pula dari jerih payah serta perjuangan yang dilakukan oleh Dahlan
mendapatkan apresiasi oleh elemen anak bangsa dengan gelar tokoh
pembaharu. Bukan hanya oleh anak bangsa, upaya serta perjuangannya pun di
apresiasi oleh negara dalam bentuk gelar pahlawan nasional.
Terlepas
dari
pengahargaan
yang
didapatkan
sebagai
tokoh
pembaharu, sesungguhnya Ahmad Dahlan adalah tokoh yang memiliki
karakter sosialis yang cukup kuat baik dalam pemikiran maupun amalan sosial
yang ia rumuskan serta praktikan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bisa
dilihat dari bagimana komitmen serta keberpihakan Dahlan terhadap kaum
dhuafa. Dengan gagasan penolong kesengsaraan umum Dahlan mencoba
melakukan pembenahan terhadap nasib umat yang relatif terbelakang terutama
terhadap mereka yang hidup dalam pelukan kemiskinan. Tak tanggungtanggung Dahlan dan rekan-rekannya pun mendirikan berbagai fasilitas publik
yang bisa dinikmati oleh kaum papa. Dan penting pula untuk dicatat,
komitmennya terhadap nasib kaum dhuafa yang terbelakang justru terinsiprasi
dari Al Qur’an surat Al Ma’un yang secara tegas memberikan ciri-ciri tentang
pendusta agama. Sebuah wahyu dari Tuhan yang menggambarkan tentang
pentingnya agama memberikan kontribusi nyata terhadap berbagai persoalan
kemanusiaan.
Apa yang dikerjakan Ahmad Dahlan sesunggunya adalah sebagai
upaya untuk mewujudkan perubahan sosial masyarakat Indonesia pada
umumnya dan umat Islam pada khususnya. Perubahan sosial yang di
agendakan serta di cita-citakan oleh Ahmad Dahlan adalah perubahan yang
melahirkan kemajuan umat Islam yang sedang mengalami keterbelakangan,
kebodohan dan kemiskinan.
Dalam perspektif kalam apa yang dilakukan Ahmad Dahlan tidak lain
adalah sebuah upaya penerjemahan secara praksis dari konsep ketauhidan
yang tertuang dalam konsepsi ketauhidan Islam. Fenomena kemiskinan yang
dibumbui eksploitasi terhadap sesama manusia merupakan fenomena yang
tidak tauhid. Karena tauhid yang jernih, seimbang akan melahirkan keadilan
sosial, karena tauhid menuntut di tegakannya keadilan sosial.17 Dengan
demikian menyantuni yang miskin dengan memberikan akses pendidikan dan
kesehatan tak lain merupakan bentuk kesatuan tujuan hidup yakni kebahagian
dunia, konsep kesatuan kemanusiaan dimana semua manusia berhak
mendapatkan pelayaanan sosial tanpa memandang status sosial serta
kedudukan.
Konsep kalimat keesaan Allah, haruslah diturunkan serta diaplikasikan
secara progersif, konsep keesaan Allah mencakup empat kesatuan, yaitu
17
Muhammad Amin Rais, Membangun Politik Adiluhung Membumikan Tauhid Sosial
Menegakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Bandung : Zaman Wacana Mulia, 1998), h.125-126 .
kesatuan penciptaan, kesatuan kemanusiaan, kesatuan pedoman hidup,
kesatuan tujuan hidup.18
Dari pendekatan kalam, apa yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan
adalah perpaduan antara kalam yang bersifat teoposentris diimbangi oleh
kalam yang bersifat antroposentris (landasan praksis sosial) dalam rangka
mengamalkan ajaran sosial yang tertuang di dalam wahyu.
Dalam konteks fungsi agama, apa yang di lakukan Dahlan adalah
sebuah upaya untuk melebarkan fungsi agama dari sekedar fungsi legitimasi
eksitensi Tuhan serta kebenaran ajaran agama di perluas menjadi fungsi kritik
sosial sekaligus sebagai fungsi perbaikan sosial. 19
Dengan demikian salah satu identitas pembaharuan yang dilakukan
oleh Ahmad Dahlan dalam lingkup agama adalah bahwa agama merupakan
sumber
inspirasi
penghapusan
serta
fenomena
legitimasi
yang
tidak
dalam
Islami
melakukan
pembongkaran,
(kemiskinan,
kebodohan,
penindasan). Singkat kata iman, sholat harus berbanding lurus dengan
tanggung jawab serta kepekaan sosial.
Argumentasi yang dijabarkan diataslah
yang melatarbelakangi
mengapa penulis mengambil tema pembahasan tentang sosialisme Ahmad
Dahlan yang kemudian terangkum dengan judul Islam dan Sosialisme Telaah
Atas Pemikiran Dan Aksi K.H. Ahmad Dahlan. Tema tersebut diambil sebagai
upaya untuk memperkenalkan wajah lain dari Ahmad Dahlan yang selama ini
dikenal sebagai tokoh pembaharu di mata publik. Dengan memperkenalkan
18
Rais, Membangun Politik Adiluhung, h. 124 .
Achmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis Melacak Pandangan
Muhammadiyah Pada Periode Awal. (Surabaya : LPAM, 2005), h. 80
19
Keagamaan
wajah lain Ahmad Dahlan diharapakan bisa memperkaya dialektika
pembahasan sosok yang dicap “kafir dan liberal” di zamannya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan pembahasan tentang pemikiran sosialisme
K.H. Ahmad Dahlan, maka pembatasan masalah dalam tulisan ini mencakup
akar sosialisme Ahmad Dahlan, teologi sosialisme Ahmad Dahlan, dan aksiaksi sosialisme apa saja yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan
Sedangkan perumusan masalah pada penulisan akan mengeksplorasi
bagaimana pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan serta bagaimana praktik
sosialisme yang dijalankan oleh Ahmad Dahlan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Memberikan perspektif baru dalam pembahasan tentang sosok tokoh
berpengaruh yang pernah hidup di Republik ini yang bernama Ahmad
Dahlan yang selama ini lebih populer sebagai tokoh pembaharu.
2. Menelaah secara mendalam corak sosialisme Ahmad Dahlan
3. Untuk memenuhi tugas akhir serta kewajiban akademis dalam rangka
menyelesaikan program S1
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
didapatkannya gambaran tentang kerangka berfikir serta praktik keagamaan
yang bercorak sosialis dari salah seorang pahlawan nasional (Ahmad Dahlan)
yang turut memberikan kontribusi dalam upaya melakukan pencerahan dalam
perjalanan sejarah bangsa terutama dalam hal mengubah kondisi sosial
masyarakat.
D. Metode Penelitian
Pembahasan tentang Islam dan Sosialisme Telaah Atas Pemikiran Dan
Aksi K.H. Ahmad Dahlan menggunakan metode kualitatif. Ada pun teknik
pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulan berbagai dokumen yang
bersumber dari buku, jurnal, majalah, koran (studi pustaka) yang bertemakan
seputar sosok, serta pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan bahan-bahan terkait
pembahasan skripsi. Sedangkan metode pembahasan dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif-analitis.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam tulisan ini terdiri dari lima bab. Bab pertama,
berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika
penulisan. Bab dua akan membahas tentang biogarfi KH Ahmad Dahlan, yang
terdiri dari latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, pokok-pokok
pemikiran K.H. Ahmad Dahlan serta karya Ahmad Dahlan. Rekam jejak
pembaharuan Islam Ahmad Dahlan, riwayat karir serta organisasi Ahmad
Dahlan. Bab tiga sebagai kerangka teori mencoba mengeksplorasi tentang
sosialisme, dengan tema pembahasan sejarah sosialisme dan pengertian
sosialisme. Selain itu, pada bab tiga juga akan membahas tentang sosialisme
Islam serta relasi antara Islam sebagai agama samawi dengan sosialisme yang
merupakan produk kebudayaan barat. Bab empat, mencoba menguraikan
tentang sosialisme perspektif K.H. Ahmad Dahlan. Pada bab ini akan
mengulas serta melacak akar sosialisme Ahmad Dahlan, teologi sosialisme
Ahmad Dahlan, aksi-aksi sosialisme Ahmad Dahlan yakni penolong
kesengsaraan umum. Sedangkan bab lima yang merupakan bab terakhir dalam
tulisan ini berisikan tentang kesimpulan terhadap pemikiran, serta parktik
keagamaan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam bingkai
sosialisme religius.
BAB II
BIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN
A. Latar Belakang Keluarga
K.H Ahmad Dahlan merupakan putra ke empat dari pasangan Siti
Aminah dan K.H. Abu Bakar. Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada
tahun 1886 dengan nama asli Muhammad Darwis. K.H. Ahmad Dahlan
mempunyai enam saudara kandung, Nyai Khotib Harun, Nyai Muchsin atau
Nyai Lurah Achamad Nur, Nyai Muhammad Saleh, Nyai Haji Abdurrahman,
Nyai Haji Muhammad Faqih dan Muhammad Basir.20
Dari garis keturunan ibu Ahmad Dahlan merupakan cucu Penghulu
Keraton Yogyakarta yaitu K.H. Ibrahim, sedangkan dari garis keturunan
ayahnya Ahmad Dahlan memiliki garis keturunan (hubungan darah) dengan
Maulana Malik Ibrahim. Ayah Ahmad Dahlan adalah putra K.H. Sulaiman
dari ayah K.H Murtadla yang ayahnya Ki Demang Juru Kapisan, adalah putra
Maulana Sulaeman yang dikenal dengan Kiai Ageng Gribig dari Maulana
Fadlullah. Dari Maulana Fadlullah inilah garis keturunan Ahmad Dahlan
memiliki hubungan darah dengan Maulana Malik Ibrahim. Maulana Malik
Ibrahim dikenal sebagai penyiar Islam di daerah Jawa Timur tepatnya di
Gresik sekitar abad ke 15. Salah seorang putera Malik Ibrahim bernama
Maulana Ishaq yang memiliki putera benama Maulana ‘Ainul Yaqin.
20
Abdul Munir Mulkhan, Pesan dan Kisah Kyai Ahmad Dahlan dalam Hikmah
Muhammadiyah (Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007), h. 6-7.
Pada Usia 24 tahun, Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah. Dari
perkawinannya dengan Siti Walidah, Ahmad Dahlan dikaruniai enam orang anak
yakni Siti Johanah (lahir tahun 1890), Siraj Dahlan (lahir tahun 1898), Siti Busyro
(lahir tahun 1903), Siti Aisyah (lahir tahun 1905), Irfan Dahlan (lahir kembar
bersama Siti Aisyah), Siti Zuharoh (lahir tahun 1908).
Selain menikah dengan Siti Walidah, Ahmad Dahlan juga menikah
dengan empat orang janda yaitu Nyai Haji Abdullah yang kemudian di
karuniai seorang anak bernama R. Duri. Ahamad Dahlan juga menikahi Nyai
Rum yang kemudian mempunyai anak namun meninggal semasa bayi. Dari
pernikahannya dengan Nyai Aisyah beliau dikaruniai seorang anak yang
bernama Dandanah. Dan janda terakhir yang dinikahi adalah Nyai Sholihah,
dari pernikahannya dengan Nyai Sholihah Ahmad Dahlan tidak mendapatkan
keturunan.21
Sepulang dari ibadah haji, Muhammad Darwis kemudian berganti
nama menjadi Ahmad Dahlan, beliau wafat ada tanggal 23 Februari 1923
setelah menderita sakit yang berkepanjangan. Atas berbagai jasanya, Ahmad
Dahlan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah melalui Surat
Keputusan Presiden No 657 Tahun 1961. Adapun dasar penetapan pemerintah
memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Ahmad Dahlan adalah.22
1. K.H. Ahmad Dahlan merupkan pelopor gerakan kebangkitan umat Islam
untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus
belajar dan berbuat
21
22
Mulkhan, Warisan Intelektual K.H, Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah, h. 62 .
PP Muhammadiyah, Profile Muhammadiyah Tahun 2005, h. 22.
2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak
memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang
menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat,
dengan dasar iman dan Islam
3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha
sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan
kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiah) telah
mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan
dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria
B. Latar Belakang Pendidikan
Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh yang tidak pernah mengeyam dan atau
mendapatkan pendidikan secara formal dengan memasuki sekolah tertentu, namun
ia mendapatkan pelajaran secara otodidak serta berguru kepada seorang ahli atau
kepada para ulama. Selain mendapatkan pendidikan membaca dan menulis dari
ayahnya, Ahmad Dahlan pun berguru kepada beberapa Ulama. Ahmad Dahlan
mempelajari ilmu fiqih dari K.H. Muhammad Shaleh, belajar ilmu nahu kepada
K.H. Muchsin dan K.H. Abdul Hamid, Ilmu Falaq di pelajarinya dari K.H. Raden
Dahlan. Dari K.H. Kiai Mahfud Dahlan mempelajari ilmu fiqih dan hadits, Syekh
Khayyat merupakan guru Ahmad Dahlan dalam mempelajar ilmu hadits. Belajar
qiroatul qur’an kepada Syekh Amin dan Sayyid Bakri Satock. Ilmu hadits pun ia
pelajari dari Mufti Syafii dan Sayyid Ba-bussijjil, untuk ilmu falaq Dahlan belajar
kepada Syekh Misri Makkah. Selain ilmu agama, Dahlan mempelajari ilmu
pengobatan dan racun kepada Syekh Hassan.
Ketika bermukim di Mekkah, Ahmad Dahlan pun berguru kepada beberapa ulama
diantaranya Syekh Muhammad Khatib dari Minangkabau, Kiai Nawawi dari
Banten, Kiai Mas Abdullah dari Surabaya, Kiai Faqih dari Pondok Mas Kumbang
Gresik. Selain berguru kepada beberapa ulama Ahmad Dahlan pun banyak
membaca karya-karya Imam Al Ghazali, Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan
Rasyid Ridho.
C. Riwayat Organisasi dan Karir
Sebelum fokus pada Muhammadiyah, Ahmad Dahlan pernah aktif dan
menjadi pengurus organisasi kemasyarakatan baik organisasi bercorak
nasionalis maupun Islam. Pada tahun 1910 Ahmad Dahlan bergabung di
dalam kepengurusan Jamiat Khair dan menjadi anggota ke 770. Selain itu
Dahlan pun bergabung aktif di dalam Sarikat Islam baik sebagai anggota
maupun penasehat. Menjadi anggota sekaligus penasehat organisasi Budi
Utomo cabang Yogyakarta. Anggota Pantia Tentara Pembela Kanjeng Nabi
Muhammad S.A.W.23 Selain menjadi pengurus dari berbagai organisasi yang
telah diuraikan.
Selain aktif diberbagai organisasi kemasyarakatan, Ahmad Dahlan pun
pernah
23
menjadi
tenaga
pengajar
dibeberapa
sekolah.
Diantaranya,
Junus Salam, Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya (Jakarta :
Depot Pengadjaran Muhammadiyah, Cet II. 1968), h. 10.
Kweekscholl (sekolah khusus para raja) di Jetis Yogyakarta, Sekolah Pamong
Praja (Opleidingschool voor Inlandsch Amtenaren) di Magelang.24
Selain menjadi tenaga pengajar, Dahlan pun pernah menjadi tenaga
khotib di Masjid Keraton Yogyakarta. Dari profesinya sebagai khotib Dahlan
mendapat gaji sebesar 7 Gulden. Di sela-sela aktifitasnya sebagai tenaga
pengajar, khotib Masjid Keraton. Dahlan pun mengerjakan aktifiats ekonomi
dengan cara berjualan batik di tanah Jawa serta sempat pula berdagang di
Medan Deli.25
D.
Karya - Karya
Sebagai tokoh yang lebih mengedapankan aksi dan atau amal dalam
kehidupan, ketika kita hendak melacak karya tulis Ahmad Dahlan kita akan
sulit menjumpai. Hal ini karena memang Ahmad Dahlan bukanlah tipe tokoh
yang gemar mengumpul teori serta pemikirannya dalam bentuk sebuah buku
atau pun jurnal. Namun dalam sepanjang perjuangan hidupnya, Ahmad
Dahlan pernah mengeluarkan risalah dalam sebuah pidato pengantar yang
disampikan dalam kongres Muhammadiyah tahun 1922, naskah pidato
tersebut berjudul kesatuan hidup manusia.
Kesatuan hidup manusia, adalah renungan bahkan dapat dikatakan
pesan K.H. Ahmad Dahlan tentang rambu-rambu dalam kehidupan manusia.
Rambu - rambu tersebut diantaranya. 26
24
Salam, Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan, h. 9.
Salam, Riwayat Hidup K.H. ahmad Dahlan, h. 8-9.
26
Mulkhan, Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan, h. 123-129
25
1. Meskipun manusia memiliki kebangsaan yang berbeda namun harus tetap
bersatu, hal ini dikarenakan karena manusia merupakan satu keturunan
yang berasal dari nabi Adam. Kesatuan manusia akan menimbulkan
perdamaian serta kesejahteraan dalam kehidupan.
2. Persatuan serta kedamaian dunia bisa tercipta apabila seorang pemimpin
memiliki karakteristik kepemimpinan yang kuat. Salah karakteristik
pemimpin yang menyebabkan kerusakan dimuka bumi adalah lemahnya
persatuan di antara para pemimpin, akibat perpecahan ini maka yang
timbul adalah konflik di antara para pemimpin. Persatuan dan kedamaian
dalam dunia pun bisa dirusak oleh para pemimpin manakala para
pemimpin tidak memiliki konsistensi antara perbuatan dengan ucapan.
Selain itu, pemimpin pun akan membuat kerusakan dimuka bumi
manakala para pemimpin belum menaruh perhatian secara serius terhadap
kebaikan dan kesejahteraan manusia. Hal ini terjadi karena para pemimpin
sibuk memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri serta kelompoknya.
3. Untuk menuju jalan persatuan umat, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Pemimpin dalam memimpin harus mengetahui karakteristik
umat yang dipimpinnya, kondisi sosiologis, serta adat-istiadat. Dalam
mengambil keputusan pemimpin harus berfikir jernih tanpa harus tergesagesa.
4. Selanjutnya sebagai jalan menuju persatuan umat, para pemimpin harus
bisa berinovasi (ijtihad) serta tidak tabu terhadap sesuatu yang baru (ilmu
pengetahuan), karena bisa jadi sesuatu yang baru bisa berguna dan
merupakan jalan menuju kebenaran serta kebahagian. Aspek yang lainnya
yang harus diperhatikan pemimpin adalah menjahui sikap diskriminatif
terhadap umat manusia yang memiliki perbedaan kebangsaan, dalam
mengambil keputusan pemimpin hendaknya bersumber kepada hukum
yang syah, akal sehat serta hati yang suci.
5. Jalan mencapai maksud dan tujuan manusia. Setiap manusia mempunyai
kehendak, dan ketika berbicara kehendak maka manusia memiliki maksud
dan tujuan. Sesungguhnya tujuan utama manusia adalah keselamatan serta
kebahagian dunia dan akhirat, untuk mewujudkan tujuan itu maka harus
mempergunakan akal yang sehat. Akal yang sehat adalah akal yang
mampu memilih hal dengan cermat serta pertimbangan yang diikuti oleh
sikap memegang teguh hasil keputusan.
6. Kebutuhan utama manusia. Setiap manusia memiliki serta mempunyai
kebutuhan, selain kebutuhan makan dan harta benda, ada pula kebutuhan
manusia yang lebih penting yakni kebutuhan akan pendidikan. Pendidikan
merupakan alat untuk pencerdasan akal manusia. Orang yang pintar itu
memahami sesuatu yang mendatangkan kesenangan dan kesusahan,
sedangkan orang bodoh adalah sebaliknya. Orang pintar selalu berikhtiar
dengan sunguh-sungguh mencari jalan yang menyenangkan serta
menghindari dari kondisi yang mengarah kepada kesusahan dan
penderitaan. Akan tetapi sesungguhnya orang yang pintar namun
melalaikan petunjuk Allah dan tidak ingat akan takut kepada Allah secara
pasti walau perlahan akan terjerumus kedalam kesusahan serta kealpaan.
Selain Tali Pengikat Hidup, Ahmad Dahlan pun pernah membuat
sebuah prasaran pidato yang berjudul Persatuan Dunia Islam. Pernyataannya
tersebut disampikan dalam acara Kongres Umat Islam tahun 1922 yang ia
gagas bersama Cokroaminoto di Cirebon. Adapun Persatuan Umat Islam yang
dijabarkan oleh Ahmad Dahlan adalah. 27
1. Persatuan dunia Islam adalah sesuatu yang harus dituju oleh umat Islam,
semua orang Islam harus menjadi satu badan sehingga memiliki daya
guna.
2. Pergerakan umat Islam hendaknya mengaruh kepada satu tujuan yakni
keselamatan dunia, keselamatan akhirat serta perdamaian umat manusia.
3. Setiap pembicaraan yang menyangkut umat Islam hendaknya dibicarakan
secara bersama, orang Islam hendaknya jangan tabu dalam melakukan
kerjasama dengan siapa pun untuk keperluan hidup semua orang.
4. Sekarang ini dapat dikatakan sebagai masa menuju kebangkitan Islam, hal
ini ditandai dengan banyaknya organisasi berazaskan Islam. Selain itu
sekarang pun kita dapat melihat begitu banyak organisasi Islam seperti
Sarekat Islam, Muhammadiayah dan lain-lainnya.
5. Islam sejati adalah sesuatu yang harus diperhatikan oleh umat Islam dalam
rangka menuju keselamatan. Islam sejati adalah Islam yang bersumber
pada al-Qur’an dan sunnah sekaligus menghargai akal sehat dan ilmu
pengetahuan. Islam sejati pun harus di imbangi oleh upaya mencegah
27
Syaifullah, “Pemikiran Politik Muhammadiyah Dari Ahmad Dahlan Hingga Amin Rais,”
Jurnal Tanwir Volume I (Mei 2003) : h. 17.
kemungkaran serta menyeru kepada kebaikan (amar ma’ruf nahi munkar)
serta tolong-menolong.
E.
Pokok- Pokok Pemikiran dam Rekam Jejak Pembaharuan Islam
Sebelum membahas tentang pokok-pokok pikiran K.H. Ahmad Dahlan, terlebih
dahulu akan dijabarkan beberapa relasi pemikiran tokoh-tokoh pembaharu Islam
pada abad ke 19 yang merupakan sumber inspirasi serta memiliki keterkaitan
dengan pemikiran serta praktik keagamaan yang difahami serta dipraktikan oleh
Ahmad Dahlan.
1. Muhammad Abduh. Lahir di Mesir tahun 1849 M/ 1226 H, merupakan
salah satu murid serta teman seperjuangan Jamaluddin al-Afghani. Adalah
tokoh yang menyadari akan pentingnya memahami dan menguasai ilmuilmu umum (barat), selain itu salah satu ciri khas dari pemikiran Abduh
adalah tentang pentingnya membuka pintu ijtihad secara lebar dan luas
dikalangan umat Islam mana kala tidak ditemukan kepastian secara
ekplisit dari sumber hukum Islam yakni Al Qur’an dan Hadis. Bagi Abduh
salah satu sebab kemunduran umat Islam adalah karena adanya budaya
jumud yang sangat kokoh dikalangan umat Islam, salah bentuk kejumudan
itu adalah kebekuan dalam memahami ajaran-ajaran Islam yang bersumber
dari Al Qur’an dan Hadis. Masih menurut Abduh, fanatisme terhadap para
mujtahid seperti Imam Syafi’i, Maliki, Hambali dan Hanafi juga
merupakan salah satu sebab mengapa budaya jumud lahir dan berkembang
dengan subur dikalangan umat Islam.28 Dari uraian singkat tentang
Muhammad Abduh, di dapatkan sebuah titik temu antara Abduh dan
Ahmad Dahlan yakni kedua tokoh tersebut tidak mendikotomikan antara
ilmu umum (barat) dengan ilmu agama. Serta kedua tokoh tersebut
memiliki kesamaan tentang pentingnya sebuah ijtihad. Masih dalam
kerangka kesamaan berfikir antara Abduh dan Ahmad Dahlan, kedua
tokoh tersebut merupakan tokoh yang sama-sama tidak berafiliasi terhadap
salah satu empat mazhab imam (bebas mazhab)
2. Jamal al-Din al-Afghani. Merupakan tokoh perintis gerakan anti
imperialisme barat, karena sikapnya yang anti terhadap imperealisme barat
maka Afghani mengeluarkan sebuah gagasan politik yang bernama Pan
Islamisme. Pada saat tinggal di Paris Afghani bersama Muhammad Abduh
mendirikan sebuah perkumpulan berskala internasional yang diberi nama
Al-Urwah al-Wusqha. Adapun tujuan didirikan organisasi tersebut adalah
untuk mengembalikan kejayaan serta martabat Islam, membersihkan umat
Islam dari praktik penyimpangan serta membebaskan umat Islam dari
praktik imperialisme barat. Afghani merupakan tokoh muslim modernis
yang menginginkan perumusan ulang terhadap warisan masa lampau,
seperti
kehidupan
nabi
dan
kehidupan
generasi
salaf
dengan
menghidupkan semangat ijtihad. Melalui pembaharuan Afghani meyakini
umat Islam akan menjadi kuat dalam melawan dominasi barat. Seperti
tokoh modernis lainnya, Afghani pada hakikatnya ingin menjadikan Islam
28
Yunan Yusuf dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah (Jakarta : Rajawali Press, 2005), h. 1-3.
sesuai dengan pemikiran barat modern dan ilmu pengetahuan yang
berkembang ketika itu. Namun diantara sikap moderatnya itu Afghani
tetap menganjurkan umat Islam tetap memegang teguh sumber hukum
Islam (al - Qur’an dan Hadis).
dikumandangkan
oleh
Afghani
Secara
adalah,
umum gagasan
pertama.
yang
Membangkitkan
kesadaran bangsa timur tentang perlunya memahami serta membaca
penyebab
kemunduran
umat
Islam
sekaligus
mencari
solusi
penyelesaiannya. Kedua, Menumbuhkan sikap optimisme dikalangan umat
Islam terhadap potensi kebangkitan yang dimiliki oleh umat Islam. Ketiga,
mengajak umat Islam untuk kembali kepada sumber ajatan Islam yang
benar (al- Qur’an dan Hadis) dan mengikuti praktik kegamamaan Islam
murni seperti yang dipraktikan oleh generasi salaf. Keempat, membuang
persepsi dikalangan umat Islam bahwa mereka tidak dapat membangun
peradaban maju selama berpegang pada ajaran agama. Kelima,
memberikan akses inforamsi kepada umat Islam tentang perkembangan
politik, sains, tekhnologi dan budaya masyarakat barat. Keenam,
menguatkan solidaritas dikalangan umat Islam.29 Pada point ini terdapat
titik temu pemikiran antara Ahmad Dahlan dengan Afgahni, titik temu
tersebut adalah kesamaan tentang keinginan untuk mempraktikan serta
mengupayakan apa yang disebut dengan Islam murni (salafisme), titik
temu berikutnya diantara kedua tokoh tersebut adalah adanya kesamaan
cita-cita yakni ingin merubah nasib serta kondisi umat Islam agar terbebas
29
Yunan Yusuf dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, h. 7-10.
dari berbagai penyakit sosial seperti keterbelakangan, selain itu kedua
tokoh tersebut pun sama-sama berpedoman kepada Al Qur’an, Sunnh dan
Ijtihad dalam melakukan proses perubahan sosial terhadap umat Islam.
Titik temu kedua tokoh tersebut berikutnya adalah sama-sama mengambil
sesuatu yang positif dari kebudayaan barat tentang perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi.
3. Rasyid Ridha. Berbicara tentang Rasyid Ridha adalah berbicara tentang
Abduh dan Afghani, mengingat baik Abduh maupun Ridho merupakan
anak didik dari Afghani. Adapun gambaran umum tentang pemikiran
Rasyid Ridho adalah, pertama. Paham serta praktik keagamaan umat
Islam telah menjauh dari ajaran Islam yang suci-murni. Untuk
mendapatkan kemurnian serta kesucian umat Islam maka umat Islam harus
dijauhkan dari berbagai bentuk bid’ah, khurrafat serta syiriq. Kedua,
kesatuan umat Islam harus bersifat universal, yakni tidak didasarkan atas
kesatuan bahasa dan bangsa namun haruslah didasarkan atas kesamaan
iman dan Islam. Umat Islam pun perlu mengedepankan sikap toleransi
mana kala terjadi perbedaan mazhab diantara umat Islam. Ketiga,.
perlunya keterlibatan wanita dalam setiap aktifiats kehidupan masyarakat.
Keempat, budaya sufi yang berkarakter pasif, pasrah terhadap keadaan
tanpa adanya ikhtiar merupakan sesuatu yang bertentangan dengan Islam,
karena Islam adalah agama yang dinamis dan serta tidak memiliki ajaran
pesimisme.30 Dari uraian sekilas tentang pikiran Ridha, maka antara Ridho
dan Ahmad Dahlan memiliki kesamaan pandangan, yakni menyangkut
tentang pentingnya eksistensi serta partisipasi perempuan dalam berbagai
sektor kehidupan. Dahlan merupakan tokoh yang sangat menghargai
terhadap eksistensi perempuan, hal ini dibuktikannya dengan berdirinya
‘Aisyiah sebuah organisaasi perempuan dimana organisasi tersebut
didirikan atas kolaborasi antara Ahmad Dahlan dengan istrinya nyai
Walidah. Kesamaan lainnya adalah Dahlan pun merupakan tokoh yang
sangat anti terhadap budaya pasrah terhadap nasib, ini dibuktikan dengan
praktik keagamaan yang dilakukannya dengan merubah kondisi sosial
masyarakat ketika ia masih hidup.
Adapun pokok-pokok pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dapat dijabarkan
sebagai berikut.31
1. Berorganisasi untuk keteraturan. Manusia sebagai mahluk sosial adalah
sesuatu yang tidak bisa dibantah, karena manusia merupakan mahluk
sosial yang tak bisa hidup tanpa orang lain, maka manusia membutuhkan
manusia (individu) yang lain untuk menjalani proses kehidupan. Dalam
konteks ini Ahmad Dahlan mengambil sebuah kesimpulan bahwa apa
yang telah dicita-citakannya tidak mungkin berhasil tanpa melibatkan
orang lain untuk bergerak secara kolektif. Maka untuk mewujudkan apa
yang telah dicita-citakannya, Ahmad Dahlan pun mendirikan sebuah
organisasi yang bernama Muhammadiyah. Dibentuknya organisasi, tidak
30
Mustafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan
Islam (Yogyakarta : Citra Karsa Mandiri, 2005), h. 64-65.
31
Mulkhan, Warisan Intelektual Ahmad Dahlan, h. 64-65.
lain merupakan sebuah alat agar apa yang telah dirumuskan menjadi lebih
teratur serta terarah baik dalam hal perencanaan maupun dalam hal
pelaksanaan. Mendirikan persyarikatan Muhammadiyah adalah bentuk
kongkrit Ahmad Dahlan Dalam menafsirkan perintah Al Qur’an (Ali
Imran :104)
2. Ilmu pengetahuan sebagai sumber pencerahan. Untuk melakukan adaptasi
serta mampu menghadapi berbagi macam tuntutan zaman, maka ilmu
pengetahuan merupakan formulasi jitu dalam membaca perubahan zaman.
Atas dasar pentingnya ilmu pengetahuan, Dahlan pun mendirikan berbagai
lembaga pendidikan yang memiliki karakter kuat yakni tidak adanya
dikotomi serta pemisahan antara ilmu umum dan ilmu agama. Dengan
ilmu pengetahuan maka akan menjauhkan manusia dari budaya taqliq,
fatalisme. Ketika budaya taqliq serta fatalisme telah terkikis maka
semangat berijtihad pun akan terbangun
3. Beragama itu beramal. Agama tanpa amal adalah pincang. Islam sebagai
agama yang memiliki jargon rahmatan lil ‘alamin, menganjurkan kepada
umatnya agar menjadikan amal sebagai bagian dari bentuk ketaatan
terhadap ajaran Islam, al-Qur’an sering kali menggandengkan kata shloat
dengan zakat, iman dengan amal. Dengan demikian Islam adalah agama
yang mementingkan serta mewajibkan umatnya umat melakukan tindakantindakan praksis salah satu contohnya adalah memberikan sebagian harta
dijalan Allah. Penolong kesengsaraan umum adalah amalan kongkrit
Ahmad Dahlan didalam kehidupan.
4. Al - Qur’an harus berbanding lurus dengan perbuatan. Bagi Dahlan Al
Qur’an bukanlah kitab suci yang hanya sekedar untuk dibaca, dihafalkan,
serta difahami, tetapi lebih dari itu, Al - Qur’an perlu dipraktikan. Ahmad
Dahlan memiliki lima cara untuk memahmi Al - Qur’an, pertama,
mengerti artinya. Kedua, memahami tafsir dan maknanya. Ketiga, jika
mendapatkan larangan dari Al - Qur’an bertanyalah kepada diri sendiri,
apakah tersebut telah ditingglkan. Keempat, jikalau mendapatkan perintah
perbuatan dari Al Qur’an bertanyalah kepada diri sendiri, apakah perintah
berbuat tersebut telah dilaksanakan. Kelima, jikalau yang keempat belum
teralisir maka janganlah mempelajari ayat Al Qur’an yang lain.
5. Berjuang dan beramal memerlukan sasaran. Untuk mewujudkan cita-cita
perjuangan maka dibutuhkan sasaran perjuangan. Adapun sasaran
perjuangan (da’wah dan amal) Ahmad Dahlan adalah orang-orang fakir
miskin, mustadhafin. Dilakukan salah satunya dengan memberikan
santuan sosial. Sasaran berikutnya adalah para pemilik harta, upaya yang
dilakukan adalah dengan membangun kesadaran para pemilik harta agar
secara ikhlas menyisihkan sebagian harta yang dimilikinya. Sasaran
berikutnya adalah kaum intelektual, cara yang ditempuh dengan
melakukan dialog serta memberikan ceramah dihadapan pengurus Budi
Utomo.
6. Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah. Alqur’an yang merupakan
panduan serta pedoman didalam kehidupan merupakan sumber inspiarsi
didalam kehidupan, jikalau tidak ditemukan kaidah hukum secara eksplisit
maka ditentukan berdasarkan nalar dengan mempergunakan pikiran logis
serta ijtima’ dan qiyas.
Adapun buku-buku yang dibaca dan menjadi inspirasi K.H. Ahmad
Dahlan adalah;32
1. Risalah Tauhid karangan Muhammad Abduh
2. Tafsir Djuz Amma karangan Muhammad Abduh
3. Kansul Ulum
4. Dairatur-Maarif karangan Farid Wadjidi
5. Fil Bid’ah karangan Ibnu Taimiyah
6. Al Islam wan Nasrannijah karangan Muhammad Abduh
7. Idharulhaq karangan Rahmatullah Al Hindi
8. Kitab Almanar
9. Kitab Al Urwatul Wusqo
10. Kitab Syubuhatunnashara wal Hudjatul Islam karangan Muhammad
Abduh
Sebagai tokoh yang populer dengan ikon pembaharuan Islam,
sepanjang hidupnya Ahmad Dahlan berupaya melakukan agenda pembaharuan
Islam dalam berbagai sektor kehidupan. Adapun agenda pembaharuan Islam
yang berhasil dilakukan oleh Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut ;
1
Keagamaan. Karena Dahlan meyakini sumber hukum dalam Islam adalah
al-Quran
dan
memperkenalkan
32
Hadits,
gerakan
maka
Islam
sebagai
konsekuensinya
tanpa
mazhab
Dahlan
sebagai upaya
Solichin Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia (Jakarta : Jayamurni,
1963), h. 22.
meminimalisir budaya fanatisme, sehingga pintu ijtihad terbuka lebar
dikalangan umat Islam. Selain menggagas Islam tanpa mazhab Dahlan pun
melakukan pembaharuan dalam hal ibadah merubah arah kiblat mesjid
keraton. Memperkenalkan Islam murni, dengan menolak pemujaan
terhadap barang-barang, bangunan yang dianggap pusaka serta keramat,
meneguhkan prinsip bahwa Allah merupakan satu-satu Nya untuk
meminta dan memohon, mempraktikan khutbah pada saat ibadah Sholat
Jum’at tanpa menggunakan bahasa arab.
2. Pendidikan. Menghapus dikotomi antara ilmu dunia dengan ilmu agama,
kemudian menggabungkan antara pelajaran ilmu umum dengan ilmu agama.
Merubah sistem surau dengan sistem klasikal.
3. Kesehatan. Merubah kebiasaan masyarakat, dari berobat kepada dukun,
mengunjungi tempat keramat. Menjadi berobat kepada dokter serta
mengunjungi klinik atau rumah sakit.
4. Pemberdayaan perempuan. Bagi Ahmad Dahlan perempuan bukanlah
mahluk yang harus dimarginalkan, perempuan mempunyai hak yang sama
dengan laki-laki untuk beraktifitas dan berkreatifitas. Sebagai bentuk
komitmennya terhadap pemberdayaan perempuan, Dahlan mendirikan
perkumpulan perempuan bernama Sapa Tresna. Dalam perjalanannya Sapa
Tresna berubah menjadi
bagaian / badan khusus wanita dalam
Muhammadiyah yang bernama ‘Aisyiyah. Tak cukup sampai disitu,
Dahlan pun mendatangkan guru khusus dari Bandung yang bernama Jeffer
Akik untuk mengajari menjahit serta keterampilan tangan, merias diri.
Bahkan dan pun memberikan pelajaran retorika, ia pun mendirikan
musholla khusus perempuan, memberikan kesempatan kepada perempuan
untuk mengelola secara otonom Aisyiyah.33
5. Kebenaran manusia adalah relatif. Bagi Ahmad Dahlan kebenaran manusia
tidaklah bersifat absolut. Karena kebenaran manusia bersifat relatif, maka
K.H. Ahmad Dahlan menegaskan sumber kebenaran bisa berasal dari
orang yang kita anggap lawan. Untuk menunjukan pemikirannya tersebut,
K.H. Ahmad Dahlan sering melakukan diskusi, debat dengan pendeta
kristiani. Dalam perjalanan hidupnya, Ahmad Dahlan pernah diskusi
dengan Pastor Van lith, Pastor Van Driesse, Pastor Domnie Bakker, Pastor
Dr Zwinjer. Bahkan pada saat pertemuannya dengan Pastor Domnie
Bakker, Ahmad Dahlan membuat pernyataan ;
“Marilah kita sama-sama keluar dari agama, kemudian mencari,
menyelidiki agama mana yang paling benar. Kalau ternyata
kemudian agama Protestan yang benar, saya bersedia masuk agama
Protestan. Akan tetapi sebaliknya, apabila agama Islam yang benar.
Anda pun harus masuk agama Islam”.34
Pernyataan yang sama pun Ahmad Dahlan ucapkan pada saat
berdiskusi dengan seorang pendeta bernama Dr. Laberton. Dalam diskusi
dengan Laberton, Ahmad Dahlan membuat pernyataan
“jikalau dalam pembicaraan kita ini nanti ternyata bahwa yang benar
itu agama Kristen, saya bersedia masuk agama tuan. Bagaimana tuan
nanti?.Bersediakah tuan masuk Islam, jikalau ternyata agama Islam
yang benar?.”35
33
34
35
Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 54.
Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 55.
Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 56.
K.R.H. Hadjid salah satu murid Ahmad Dahlan menegaskan,
bahwa Ahmad Dahlan menyayangkan sikap sebagian manusia yang
merasa bahwa kebenaran sejati hanya milik dirinya serta kelompoknya,
sedang diluar kelompoknya adalah salah. Fenomena tersebut juga terjadi
pada umat Islam, kelompok Ahlu Sunnah wal Jamaah merasa paling baik,
sedang kelompok Mu’tazilah adalah kelompok yang salah.36 Renungan
Ahmad Dahlan yang merasa risau dengan fenomena aksi monopoli
kebenaran, terlihat dari renungannya yang ditulis oleh Hadjid
“kebayakan diantara manusia berwatak angkuh dan takabur,
mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri”.37
Tak hanya bergaul dengan pendeta kristen, Dahlan pun bertemen
dan bergaul dengan seorang dokter kristen yang bernama Ofringa. Bahkan
Ofringa pernah menasehati Ahmad Dahlan sebagai seorang teman disaat
beliau sakit akibat kesibukan aktivitasnya
“Saya mengetahui apa yang menjadi cita-cita tuan. Dan sebagai
seorang dokter, saya pun mengetahui penyakit yang kiai derita.
Penyakit kiai ini tidak memerlukan titirah, tapi cukup di rumah
saja. Sakit kiai ini hanya memerlukan istirahat, lainnya tidak.”38
Karena penganut Islam inklusif, maka wajar ada salah seorang
dokter kristen yang bernama van de Borne memberikan respon terhadap
pribadi Ahmad Dahlan kepada keluarganya ;
“Kamu sekalian beruntung mempunyai K.H. Ahmad Dahlan ini.
Beliau bukanlah sembarang orang. Saya baru sekali ini menjumpai
seorang yang sifat-sifatnya demikian. Andai kata tanah Jawa
36
K.R.H. Hadjid, Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Gerakan
Muhammadiyah (Yogyakarta : Siaran), h. 11.
37
K.R.H. Hadjid, Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 9.
38
Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 26.
(Indonesia) mempunyai orang demikian ini tiga saja, saya percaya
tanah Jawa akan beruntung sekali dan berbahagia”.39
Selain berdialog serta berdiskusi dengan tokokh kristiani Ahmad
Dahlan pun melakukan hal yang sama dengan kelompok yang berhaluan
kiri. Ahmad Dahlan pernah memberi ruang untuk berdikusi dan berdialog
kepada Indisch Sociaal Democratische Partij (kemudian berubah nama
menjadi Partai Komunis Indonesia) untuk membahas kebijakan represif
pemerintah Belanda serta untuk menerangkan seputar wacana sosialisme. 40
Kesempatan tersebut pun kemudian tidak disia-siakan oleh ISDV, adalah
Semaun serta Darsono yang kemudian menghadiri forum yang telah
disediakan oleh Ahmad Dahlan.
6. Memperkenalkan metodelogi hisab dalam menentukan 1 Ramadhan
dan 1 Syawal. Sekaligus mempelopori aktifitas sholat hari raya Idul
Fitri mau pun Idul Adha di lapangan terbuka.41
7. Memprakasai pendirian badan penyelenggara haji. Ada pun badan
yang didirikan oleh Ahmad Dahlan Bagian Penolong Haji.42 Dengan
aktifiats, mencarikan sarana transportasi, pemukiaman serta bimbingan
haji baik pada saat di tanah air maupun pada saat di tanah suci.
39
Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 25.
Jainuri, Ideologi Kaum Reformis, h. 115.
41
Hadikusuma, Aliran Pembaharuan Islam, h. 80.
42
Muhammad Syoedja, Cerita Tentang K.H. Ahmad Dahlan Catatan Haji Muhammad
Syoeda. h. 118-120 diakses dari www.muhammadiyah.or.id.
40
BAB III
SOSIALISME DAN SOSIALISME ISLAM
A. Sejarah dan Pengertian Sosialisme
Sebelum membahas tentang definisi sosialisme maka terlebih dahulu
penulis mencoba membahas tentang definisi ideologi, sebagai konsep yang
terkait dengan sosialisme. Destutt de Tracy merupakan tokoh yang
mempopulerkan istilah ideologi. Tracy memposisikan ideologi sebagai konsep
yang berhadap-hadapan dengan agama (konfrontatif), tujuan yang utama
sudah tentu mencari kebenaran di luar dari ajaran-ajaran agama. Dalam
kerangka umum ideologi didefinisikan
“Suatu sistem kepercayaan yang memuat nilai-nilai
kepercayaan dan di organisir secara rapih sebagai basis
filsafat, sains, program ekonomi-politik yang menjadi
pandangan hidup, aturan berfikir, merasa, dan bertindak
individu atau kelompok”.
Jhon Storey mendefinisikan ideologi menjadi beberapa konsepsi
ideologi. Pertama, ideologi merupakan pelembagaan terhadap sebuah gagasan
secara sistematis yang kemudian diaktualisasikan oleh sekelompok orang.
Pengertian seperti ini bisa didapatkan dalam sebuah organisasi partai politik.
Kedua, ideologi adalah sebuah upaya proganda untuk menenggelamkan serta
mengalihkan terhadap sebuah realitas tertentu. Pengertian ini bisa dijumpai
bagaimana adanya upaya politik dari kaum kapitalis bahwa kapitalisme adalah
kunci tunggal untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran tanpa
memperhatikan berbagai kelemahan dari sistem kapitalisme. Hal ini tentu saja
di lakukan dengan seleksi yang sangat ketat ketika hendak di tampilkan di
hadapan publik. Ketiga, ideologi bisa di kaitkan dengan defenisi kedua namun
tergantung motifnya. Yakni memiliki tujuan bagaimana meraih simpati publik
terhadap sebuah pemikiran, program yang dimiliki oleh ideologi tertentu serta
kelompok ideologis tertentu. Keempat, ideologi bukan hanya pelembagaan
gagasan namun dalam kerangka praktik didalam kehidupan sehari-hari.
Terkadang aktifitas manusia sehari-hari seperti kebudayaan yang berkembang
dan di praktikan didalam kehidupan sehari-hari, sebagai salah satu contoh
adalah praktik serta faham keagamaan yang di jalankan dan di yakini memiliki
relasi ideologis
Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia ideologi didefinisikan
menjadi tiga definisi
“Pertama kumpulan konsep yang tersistematis yang dijadikan asas
pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup. Kedua, cara berfikir seseorang atau suatu golongan. Ketiga,
paham, teori yang berpadu kedalam satu program sosial-politik.”
Ramlan Subakti mendefinesikan ideololgi dengan dua pendekatan
yakni fungsional dan struktural. Dalam konteks fungsional ideologi di artikan
sebagai seperangkat ide tentang cita-cita bersama (kebaikan). Ideologi secara
fungsional di klasifikasikan menjadi dua tipe yakni doktrinal serta
pragmatisme. Ideologi di katakan doktrinal manakala gagasan yang
tergandung di dalam ideologi di strukturkan secara detail kemudian di
doktrinkan kepada masyarakat dan atau para penganut ideologi tersebut.
Ketika ideologi telah didoktrinkan (terlaksana) maka langkah yang ditempuh
adalah evaluasi serta monitoring. Sedangkan ideologi melalui pendekatan
struktural di artikan sebagai sistem pembenaran (legitimasi).
Dengan demikian ideologi adalah sekumpulan gagasan yang terdiri
dari sistem keyakinan, tujuan serta cita-cita yang berfungsi sebagai alat
pembenaran, pemersatu serta pusat rujukan dalam fikir dan bertindak (sumber
pengetahuan)
Sosialisme secara bahasa (etymologi) berasal dari kata socius yang
memiliki arti teman atau sahabat dengan demikian sosialisme adalah faham
yang mengedepankan pertemanan atau persahabatan sebagai pandangan
hidup. Kata sosialisme muncul pertama kali pada tahun 1827 dalam sebuah
majalah Cooperative Magazine, kemudian kata sosialisme muncul pula pada
jurnal La Globe tahun 1832. Pemaknaan sosialisme pada majalah serta jurnal
tersebut memiliki keragaman, namun secara garis besar bermakna sebuah
sistim masyarakat kolektif yang lebih menekankan kooperatif ketimbang
kompetitif, sosiabilitis melawan pemenuhan diri yang individualisme, kontrol
sosial terhadap praktik akumulasi serta pemakaian harta pribadi, persamaan
ekonomi menurut penghargaan pada kebaikan, pengahargaan yang dinilai
berdasarkan kebutuhan.
Sebelum muncul istilah pada majalah Cooporative serta jurnal Globe,
secara konseptual sosialisme telah muncul pada era peradaban Yunani di mana
Plato menjabarkan pemikiran idealnya tentang sebuah negara. Negara ideal
dalam bayangan Plato akan tercipta manakala negara mampu mengawasi serta
menjadi institusi yang sangat kuat (dominan) dalam hal pengendalian
kepemilikan harta benda baik untuk kalangan pejabat, elit politik hingga
rakyat biasa. Dalam pandangan Plato negara menjamin semua kebutuhan
penguasa, pemenuhan kebutuhan tersebut dimaksudkan agar penguasa
memiliki komitmen serta waktu penuh untuk mengurus masyarakat. Maka
ketika segala kebutuhan telah dipenuhi, penguasa tidak lagi di perkenankan
memiliki harta kekayaan yang bersifat pribadi (kepemilikan pribadi).
Pengendalian serta pengontrolan terhadap kepemilikan pribadi bagi Plato
memiliki tujuan untuk mencegah budaya rakus di masyarakat serta mencegah
konflik dan disharmoni dikalangan masyarakat yang dicirikan dengan
hilangnya sikap persaudaraan serta kesenangan yang merupakan kebutuhan
manusia. Sebagai seorang filosof politik, Plato pun telah mencetuskan
pembagian kelas sebelum Karl Marx. Plato membagi kelas yang terdiri dari
kelas pembantu yakni kelompok militer, kelas penguasa beserta pembantunya
serta kelas golongan karya.
Ideologi sosialisme merupakan ideologi yang berkembang di Eropa
terutama Inggris dan Perancis pada saat revolusi industri dikedua negara
tersebut.
Sosialisme
di
Inggris
maupun
Perancis
mengalami
fase
perkembangan yang bervariatif. Sosialisme di Inggris yang cukup menjadi
wacana pada tahap awal adalah sosialisme utopia yang digambarkan oleh
Thomas More (1478-1535). Istilah Utopia diambil dari hasil pemikiran More
yang mendambakan sebuah negeri impian. Ada pun gambaran negeri impian
adalah masyarakat tinggal bersama dalam tempat yang sama, makan serta
kebutuhan
disedikan
bersama,
hingga
semua
kepemilikan
menjadi
kepemilikan bersama.
Fase perkembangan setelah sosialisme utopia adalah sosialisme
komunitas kolektif. Sosialisme ini di kumandangkan oleh Robert Owen (17711858) yang merupakan penggerak sosialisme di Inggris, Charles Fourier
(1772-1837) dan Louis Blanc (1811-1882). Sosialisme komunitas-kolektif
adalah sebuah sosialisme yang lahir dari kritik terhadap sosialisme utopia
yang di anggap tidak mungkin teralisir bahkan dapat di katakan khayalan
politik.
Pemikiran Robert Owen tentang sosialisme komunitas-kolektif di
tuangkan dalam karyanya yang berjudul The New View Society (1816), Owen
merupakan pengusaha Inggris yang menginginkan ada keterlibatan negara
dalam pembangunan ekonomi masyarakat berdasarkan sistem kerjasama
(koperasi), untuk mewujudkan gagasannya Owen membuat sebuah proyek di
berapa tempat di antaranya Indiana Amerika Serikat. Adapun yang menjadi
salah satu basis pemikiran sosialisme Owen adalah kritik terhadp praktik
industri yang mementingkan diri sendiri, jauh dari nilai-nilai kemanusiaan
yang mengakibatkan penurunan derajat manusia. Bagi Owen bekerja adalah
hak rakyat, dan ekonomi koperasi akan mampu mendidik serta memperbaiki
moral manusia.
Sebagai pengusaha Owen menginginkan adanya sistem ekonomi yang
lebih berkeadilan
serta
menolak budaya
eksploitasi manusia
yang
mengatasnamakan keuntungan. Selain itu Owen ingin memperjuangkan
bahwa manusia maupun buruh memiliki hak-hak kemanusiaan yang harus di
tegakkan. Walaupun manusia berupaya mengejar keuntungan ekonomi namun
hak-hak manusia harus tetap di jaga.
Selain Owen, ada pula nama Charles Fourier seorang tokoh sosialis
Perancis yang memiliki kesamaan ide dengan Owen. Karakteristik sosialis
Charles di tuangkan dalam sebuah kerangka dasar bahwa hidup dan bekerja
haruslah menyenangkan, dan untuk mendapatkan kesenangan dalam bekerja,
maka manusia harus membentuk komunitas yang dikembangkan atas nilainilai kerjasama. Ketika komunitas telah terbentuk serta nilai-nilai kerjasama
telah dibangun, tahapan berikutnya adalah setiap manusia harus memiliki
sarana serta alat untuk bekerja secara produktif.
Terkait dengan tugas komunitas, Charles menjelaskan tentang
beberapa tugas dari sebuah komunitas. Tugas pertama adalah mengelola kerja
yang sesuai dengan kebutuhan anggota komunitas. Komunitas bertugas
menjamin agar setiap kebutuhan hidup anggotanya terpenuhi. Adapun jumlah
komunitas yang ideal menurut Charles adalah sekitar 1600 penduduk.
Untuk merealisasikan gagasannya, Charles membuat sebuah proyek
seperti halnya Robert Owen. Proyek Charles bernama phalanax. Adapun
fokus dari proyek dari Charles adalah daerah pertanian. Dalam proyeknya
tersebut Charles menegaskan bahwa setiap individu bekerja harus sesuai
dengan kesukaan, kecakapan serta bakat yang di miliki setiap individu yang
merupakan anggota komunitas. Tak lupa Charles melakukan distribusi
keuntungan dengan rincian pekerja mendapatkan 5/12 bagian, manajer
memperoleh 4/12 bagian, dan pemilik modal mendapatkan bagian sebesar
3/12 bagian.
Selain Charles, Perancis pun memiliki tokoh sosialis yang bernama
Louis Blanc (1811-1882) yang merupakan putra dari anak pegawai kelas
rendah di Perancis. Gagasan besar sosialisme Blanc adalah perlunya intervensi
anggaran negara dalam pembentukan unit ekonomi. Walau negara sebagai
pihak pemberi modal, namun aktifitas ekonomi harus dijalankan serta di
kelola oleh pekerja. Ketika para pekerja telah membayar konpensasi dari uang
yang di keluarkan oleh negara maka hasil dari seluruh keuntungan di serahkan
sepenuhnya kepada pekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Selain
menyediakan anggaran untuk mesin serta kebutuhan produksi negara pun
harus memikirkan uang pensiun para pekerja.
Perancis yang merupakan salah satu pusat perkembangan ideologi
sosialis memiliki pula tokoh sosialis utopia. Jikalau Inggris memiliki Thomas
More, maka Perancis memiliki Saint Simon (1760-1825). Konsep dasar
sosialis yang menjadi pemikiran Simon adalah bahwa setiap manusia berhak
mendapatkan dan memiliki kekayaan, selama hasil kekayaan serta
keuntungannya itu tidak diperoleh melalui cara-cara yang kurang baik. Setiap
kekayaan yang di miliki setiap manusia harus di kelola serta di distribusikan
dengan baik kepada setiap manusia. Selain itu Simon menegaskan bahwa
setiap manusia berhak untuk mendapatkan kekayaan serta penghargaan secara
layak ketika manusia telah bekerja keras. Simon pun menegaskan bahwa
kekayaan yang melekat, yang di miliki setiap manusia memiliki tanggung
jawab sosial dari kekayaan yang dimilikinya.
Setelah sosialisme di Inggris dan Perancis mengalami kemunduran,
maka tampilah Karl Marx (1818-1883) yang menganggap pemikiran serta
konsep sosialisme para pendahulunya di anggap sangat utopis serta tidak
memiliki kerangak teori serta basis filsafat yang komprehensif. Marx pun
kemudian populer sebagai bapak sosialis ilmiah.
Berbicara tentang Marx, maka kita akan menemukan sebuah pemikiran
yang kental akan nuansa konflik serta pertentangan. Secara umum Marx
mengemukakan pemikiran sosialisme kedalam beberapa teori. Teori yang
menyangkut konflik yang cukup populer adalah teori pertentangan kelas.
Dalam terori ini, Marx menegaskan bahwa kehidupan dibumi adalah
kehidupan yang diwarnai oleh pertentangan dan atau pertarungan sosial antar
kelas. Kelas yang dimaksud oleh Marx adalah bahwa kelas yang dibawah akan
selalu melakukan aksi resistensi terhadap kelas yang di atas dalam rangka
pemenuhan kesejahteraan
Salah satu pemikiran Marx yang juga menjadi basis pemikirannya
adalah materialisme historis. Dalam pemikiranya tersebut, Marx menganggap
bahwa relasi ekonomi merupakan faktor utama dalam membentuk wajah
sebuah sejarah. Dengan demikian faktor ekonomi merupakan faktor tunggal
serta faktor penting dalam membuat arah serta wajah sejarah. Karena faktor
ekonomi merupakan faktor penentu maka dalam pandangan Marx sistem
sosial, politik, budaya bahkan agama di tentukan atau akan mengikuti struktur
serta relasi ekonomi.
Selain materialisme histroris, ada pula materialisme dialektik yang
menjadi salah satu basis pemikiran Marx. Materialisme dialektik adalah
pemikiran Marx yang menegaskan bahwa materi sebagai satu-satunya realitas,
dari proses realitas tersebut kemudian muncullah sebuah pertentangan. Proses
pertentangan terlahir sebagai wujud dari gerakan materi yang bersifat
dialektis. Adapun materialisme yang dimaksud oleh Marx adalah sumber
keberadaan benda-benda alamiah yang selalu bergerak dinamis tanpa ada
proses berhenti.
Selain pemikiran tentang materialisme historis dan materialisme
dialektik, Marx pun mengumandangkan tentang perlunya revolusi politik yang
dilakukan secara radikal bahkan jikalau perlu dilakukan dengan kekerasan.
Tujuan utama dari revolusi sosial adalah menjungkirbalikan kekuasaan dari
tangan borjuis ke tangan kaum proletar. Revolusi bisa berhasil manakala kaum
proletar telah memiliki kesadaran serta keyakinan bahwa mereka telah
tertindas. Untuk itu perlu di adakan sebuah gerakan revolusi yang bertujuan
menjungkirbalikan keadaan. Untuk meembangun kekuatan revolusi maka
sebuah tim lingkar inti yang bertugas melakukan propaganda dan agitasi.
Tugas tersebut di lakukan oleh kelompok yang bernama diktator proletar.
Memasuki abad 20, Sosialisme Marx tidak otomatis mati secara
alamiah namun masih memiliki pengikut setia, salah satu pengkiut setianya
adalah Vladimir Illich Lenin (1870-1924). Lenin menjadi pembicaraan karena
keahlian menerjemahkan pemikiran Marx yang ia tuangkan dalam karyanya
yang berjudul The Development of Capitalism in Rusia, The Highest Stage of
Capitalism serta What Is to Be Done.
Secara umum pemikiran Marx dengan Lenin memang memiliki
kesamaan, kesamaan itu diantaranya adalah Lenin menghendaki perebutan
kekuasaan sebagai modal utama dalam melakukan perubahan. Untuk
melakukan revolusi dalam rangka pengambil alihan kekuasaan Lenin
menganggap penting sayap politik dalam bentuk organisasi atau serikat. Lenin
beranggapan dengan kekuatan yang kecil namun apabila diorganisir serta
dikelola secar rapih yang diimbangi oleh disiplin yang kuat maka kekuasan
dapat diraih.
Untuk membangun cita-citanya tersebut Lenin menyatakan
bahwa tugas utama kepemimpian komunis serta kaum revolusioner hanyalah
satu yakni menghantam, menyerang serta menghancurkan kekuatan sistem
politik status quo. Setelah kekuasaan berhasil di rebut maka tugas berikutnya
adalah mengganti sistem politik status quo dengan sistem berdasarkan prinsipprinsip komunisme. Kesamaan pemikiran lainnya antara Marx dengan Lenin
adalah kedua tokoh tersebut sama-sama menyakini bahwa politik komunisme
mampu di terapkan di berbagai belahan dunia.
Sebagai ahli organisasi serta propaganda, setidaknya ada beberapa
strategi politik yang di lakukan Lenin dalam rangka mewujudkan cita-citanya.
Pertama, melakukan propaganda dengan mengeluarkan pernyataan sebagai
partai
rakyat
yang
akan
mengabdi
untuk
rakyat
dengan
agenda
memperjuangnkan demokrasi, kebebasan, dan menghentikan segala praktik
ketidak adilan. Kedua, Mengadakan penyusupan ke dalam organisasi buruh,
partai politik dan pemerintahan, tentara. Tujuan penyusupan tidak lain untuk
memecah soliditas lawan-lawan politik. Dan cara teakhir adalah cara yang
memang wajib di tempuh oleh kelompok komunis adalah dengan melakukan
revolusi politik dengan cara-cara kekerasan.
Namun di antara persamaan antara Marx dan Lenin, kedua tokoh
tersebut pun memiliki perbedaan tentang konsepsi diktator proletar. Dalam
pandang Lenin diktator proletar adalah sebuah konsep pendekatan politik yang
terkemas dalam sebuah organisasi yang bernama partai komunis, dengan
demikian partai komunis merupakan representasi kaum ploretar. Asumsi ini di
bangun oleh Lenin karena ia kurang meyakini terhadap kemampuan politik
serta kemampuan mengorganisir kaum proletar dalam melaksankan aksi-aksi
politik. Sementara itu, Marx berpendapat sebaliknya. Diktator ploretar adalah
lebih bernuansa sistem integrasi ekonomi, selanjutnya Marx menganggap
bahwa diktator ploretar adalah konsep yang bersifat transisi sementara.
Seiring
perjalanan
waktu
cita-cita
politik
komunisme
yang
diperjuangkan oleh Lenin mengalami kemunduran. Puncak dari kemunduran
tersebut di tandai dengan keluar kebijakan politik yang di gagas Lenin sebagai
penguasa yakni dengan memperbolehkan kepemilikan pribadi secara terbatas.
Karena mengalami kegagalan perjuangan memaksa Lenin harus hengkang dari
Rusia, dan akhirnya Lenin meninggal secara tragis oleh agen intelejen
pemerintah yang dulu pernah di kuasainya
Setelah Lenin meninggal. Sosialisme-komunis kemudian dilajutkan
oleh penerusnya yakni Stalin, Stalin berhasil melakukan pengambil alih
kekuasaan ketika melihat lemahnya legitimasi serta dukungan kekuasaan yang
dimiliki Lenin. Stalin membuat kebijakan di masa kepemimpinanya dengan
dua kebijakan prioritas yakni pertanian dan industri.
Konsep kebijakan Stalin secara garis besar menghapuskan kebijakan
yang dibuat oleh Lenin ketika ia berkuasa. Dalam bidang pertanian, Stalin
menerapkan kebijakan pertanian kolektif dengan menghapuskan lahan
kepemilikan pertanian secara individual. Stalin beralasan bahwa kepemilikan
secara individual bertentangan dengan prinsip politik komunis. Tujuan praktik
pertanian kolektifitas adalah untuk mempercepat proses produksi. Untuk
mendukung programnya, petani dibuat kedalam kelompok petani proletar.
Petani hanya boleh berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama anggota
proletar. Selain itu tujuan dibentuknya kelompok petani proletar adalah untuk
mempermudah kontrol produksi serta sepak terjang petani. Selain itu
kebijakan tersebut juga bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja dalam
rangka memperkuat program industrialisasi.
Sedangkan dalam bidang industri, Stalin memprioritaskan pada
pengembangan industri pertahanan dan tekhnologi dalam rangka memperkuat
eksistensi negara. Selain industri pertahanan serta tekhnologi Stalin pun
mengembangkan industri barang-barang rumah tangga sebagai upaya
membangun sayap ekspnasi ekonomi nasional ketingkat global. Untuk
menyukseskan program kebijakan industri, Stalin menerapkan kebijakan yang
hampir sama dengan petani. Serikat buruh yang merupakan sayap organisasi
partai komunis, menerapkan kebijakan loyalitas kepada pemerintah dalam hal
sistem pengupahan, jam kerja. Selain itu buruh pun dilarang untuk berpindahpindah kerja.
Memasuki abad 21, sosialisme pun mengalami perkembangan baru,
perkembangan tersebut kemudian populer dengan istilah sosialisme abad 21.
Secara garis besar sosialisme abad 21 berkembang sebagai bentuk perlawanan
terhadap tesis yang di keluarkan oleh Francis Fukuyama bahwa abad 21
merupakan abad berakhirnya sejarah, hal ini di tandai dengan kemenangan
demokrasi liberal sebagai pemain tunggul sistem pemerintahan dunia dan
ideologi dunia.
Dengan demikian sosialsme abad 21 tidak lagi mengambil refrensi
terhadap pemikiran Karl Marx Lenin dan Stalin. Sosialisme abad 21 menjadi
sebuah wacana serta gerakan masif pada saat keberhasilan rakyat Venezuela
melakukan revolusi Amerika Latin di bawah komando Hugo Chavez. Dengan
demikian sosialisme abad 21 adalah sosialisme yang tumuh dan berkembang
dikawasan Amerika Latin. Dalam sosialisme abad 21, formulasi yang di
tempuh tidak lagi mengadopsi pemikiran Marxisme dan Leninisme tentang
perjuangan kelas, namun formulasi yang di tempuh adalah sebuah upaya
bagaimana membangun keseimbangan serta kesinambungan antara sistem
sosialisme dengan kapitalisme. Selain itu konsep pertentangan antar kelas
tidak lagi diadopsi, dengan demikian semua elemen masyarakat dapat
berdampingan secara sosial. Selain itu perjuangan yang dilakukan bukan
melalui jalan revolusi dengan kekerasan namun lebih mengedepankan
pendidikan politik dengan cara pemantapan ideologi serta mengupayakan
perjuangan melalui lembaga-lemabga negara seperti parlemen dalam rangka
mewujudkan masyarakat sosialis.
Sebagai sebuah ideologi, sosialisme terlahir sebagai sikap keprihatinan
terhadap kondisi sosial-politik masyarakat pada zaman Revolusi Industri di
Inggris dan benua Eropa pada abad ke 18-19. Revolusi Industri di Eropa di
tandai dengan berbagai penemuan baru salah satunya adalah mesin-mesin
untuk industri, dalam perkembangannya mesin-mesin untuk industri mulai
menggusur tenaga manusia. Revolusi industri dalam perjalananya ternyata
merubah pula tatanan ekonomi masyarakat, manusia mulai mengalami
pergerseran oreantasi ekonomi, lahan pertanian mulai ditinggalkan, sistem
pabrik menggantikan proses pengelolaan di rumah tangga, revolusi industri
juga dicirikan oleh berkembangnya arus modal yang berorientasi mencari
keuntungan yang besar disegala sektor kehidupan.
Berkembangnya arus modal dengan oreantasi mengambil keuntungan
yang sebesar-besarnya menjadi titik pangkal lahirnya sistem ekonomi
kapitalisme. Sistem kapitalisme di tandai dengan adanya keinginan agar
kepemilikan individu dalam sirkulasi ekonomi merupakan sesuatu yang harus
di lestarikan serta dilindungi, salah satunya adalah kepemilikan individu
terhadap alat produksi serta sumber produksi (tanah, pabrik, mesin, kekayaan
alam), selain itu ekonomi kapitalisme di tandai dengan produksi di lakukan
bukan dalam konteks kegunaan tetapi untuk keuntungan semata. Kapitalisme
pun berkeinginan memberlakukan kebijakan ekonomi pasar, di mana setiap
individu di perbolehkan membuat keputusan ekonomi sesuai dengan
kepentingan, pengalaman dan kemampuan.
Ekonomi kapitalisme menjadi kian masif akibat terjadinya perubahan
kerangka teori ekonomi, adalah Adam Smith yang mempelopori perombakan
teori ekonomi. Smith dengan pemikiran ekonominya berpendapat bahwa
“Barang konsumsi, bukan emas atau perak, adalah bentuk
kekayaan yang terpenting. Dan produksi sebagai kunci
kemakmuran ekonomi. Smith juga berpendapat bahwa
pemerintah seharusnya tidak turut campur tangan dalam industri
dan perdagangan karena regulasi pemerintah akan mempengaruhi
jalannya hukum-hukum ekonomi alamiah dan harmoni dalam
kepentingan dalam alam. Kemakmuran suatu bangsa bagi Smith
bisa di tingkatkan dengan memberikan setiap orang kesempatan
yang seluas-luasnya untuk memenuhi kepentingannya sendiri,
maka kemakmuran tertinggi bisa di capai dengan membiarkan
alam bergerak menurut hukumnya sendiri (kompetisi pasar
bebas).”
Untuk memperkuat ekonomi kapitalis Smith pun mempopulerkan
sebuah teori dengan judul teori tangan yang tak kelihatan.
“Jika kita berusaha dan mengerjakan kebaikan bersama secara
langsung, kita kerap kali gagal. Tetapi jika kita mengerjakannya
tidak secara langsung, oleh masing-masing mengejar kepentingan
kita sendiri, cita -cita kita bisa tercapai.”
Dalam perjalanannya, kapitalisme menuai banyak kritik, kapitalisme
menimbulkan berbagai persoalan di dalam kehidupan, dalam pandangan
kaum penolak kapitalisme, kapitalisme mempunyai dosa-dosa sosial-politik,
diantaranya
1. Kapitalisme hanya melahirkan kelas sosial didalam masyarakat, karena
berlakunya sistem kelas maka pertentangan serta konflik antar kelas sulit
untuk di hindari
2. Kapitalisme merusak watak manusia, karena dalam kapitalisme
tersimpan budaya individualistik, tamak, materialisme, konsumerisme,
serta kompetisi yang tidak sehat, semua itu terjadi karena ingin meraih
keuntungan dan kekayaan
3. Kapitalisme adalah sistem dehumanisasi, hal ini terjadi karena dengan
sistem kapitalisme ternyata pengangguran serta kemiskinan makin tak
terbendung
4. Ekonomi dengan kedaulatan pasar, merusak ekonomi kerakyatan,
sehingga melahirkan kediktatoran pasar
Dampak dari berkembangnya ekonomi kapitalisme menimbulkan
berbagai pemikiran alternatif dengan tujuan merombak sistem ekonomi
kapitalisme, adanya pemikiran serta konsep alternatif selain kapitalisme inilah
yang menjadi titik pijak lahirnya sosialisme, oreantasi utama dari sosialisme
tidak lain adalah menghapuskan ekonomi kapitalisme dan mengubah dengan
ekonomi sosialis. Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
sosialisme merupakan respon kritis atas dominasi kapitalisme. Mengapa perlu
konsep alternatif, karena kapitalisme identik dengan ketidak adilan. Dalam
kapitalisme buruh berkerja keras demi memenuhi kuota produksi namun
imbalan (upah) dibawah standar, dalam kapitalisme keuntungan dari produksi
hanya di nikmati kaum pemilik produksi.
Untuk menggantikan ekonomi kapitalisme, para penganut sosialisme
merumuskan konsep dasar sosialisme dengan rumusan sebagai berikut
1. Ekonomi di dasarkan atas kepemilikan bersama (kerakyatan), dengan
demikian hak milik dikurangi atau tidak ada sama sekali
2. Adanya distribusi kekayaan serta kesataraan kekuatan dan kesempatan
3. Setiap individu berkerja demi komunitas dan memberikan kontribusi
kebaikan bersama, dari dan oleh masing-masing untuk sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan
4. Melestarikan sifat-sifat kemanusiaan sehingga tidak ada lagi distorsi
tehadap sifat kemanusiaan seperti ketamakan dan kemiskinan, sehingga
manusia memiliki rasa kepedulian
5. Barang-barang dibagikan secara gratis
6. Produksi dilakukan atas dasar kegunaan bukan lagi atas dasar motif
mencari keuntungan belaka
Dari uraian diatas, kita bisa mengambil sebuah gambaran umum
bahwa ideologi sosialisme dalam bingkai ekonomi - politik adalah sebuah
ideologi yang berangkat dari kesadaran kemanusiaan, dari kesadaran tersebut
kemudian melahirkan solidaritas sosial-politik. Solidaritas politik inilah yang
kemudian melahirkan sebuah cita-cita bahwa manusia harus terbebas dari
praktik
eksploitasi
ekonomi,
karena
mengatasnamakan keuntungan hanya
eskploitasi
ekonomi
yang
akan membuat nilai-nilai suci
kemanusian terkubur di dalam lubang yang mengatasnamakan keuntungan.
Selain itu sosialsme dapat diartikan sebagai ideologi yang menginginkan
pentingnya keadilan distribusi serta perlunya ada upaya politik dari negara
untuk mencegah, mengurangi kepemilikan individu hingga pengusaan negara
dalam sektor industri yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Bila kapitalisme mengagungkan kepentingan pribadi, maka sosialisme
memuliakan kepentingan publik. Jika kapitalisme mendewakan kekayaan
individu, maka sosialisme mengupayakan pemerataan kesejahteraan publik.
Jika kapitalisme mempraktikan eksploitasi terhadap alam dan manusia demi
memberi keuntungan pada segelintir orang. Maka sosialisme mengupayakan
keharmonisan dengan alam dan martabat manusia. Jika kapitalisme
memperkenankan konflik untuk berebut sumberdaya dan memaksa pihak yang
lemah untuk tunduk, Sosialisme berupaya memajukan perdamaian. Jika
kapitalisme menghancurkan perikehidupan bertani dengan perampasanperampasan tanah. Sosialisme berusaha memajukan pertanian dengan melatih
kaum tani bekerja dengan cara produksi yang modern dalam kemandirian dan
kebersamaan. Pendeknya, sosialisme berusaha membalik segala keburukan
dan dampak kapitalisme
Sementara itu, dalam konteks etika sosial, ideologi sosialisme dapat
dimaknai sebagai sebuah pandangan sosial yang mengkampanyekan,
memperjuangakan nilai-nilai kehidupan yakni solidaritas sosial, keadilan
sosial sebagai basis nilai yang paling utama dalam setiap kehidupan manusia.
Kedua nilai tersebut (solidaritas sosial dan keadilan sosial) merupakan sumber
serta falsafah sosial yang harus di tegakan dalam rangka mencegah disharmoni
sosial didalam kehidupan umat manusia.
B. Relasi Islam dan Sosialisme
Ungkapan provokatif yang dikeluarkan Marx bahwa agama adalah
candu bagi masyarakat agaknya menjadi momentum bagi kita (umat bergama)
untuk melakukan evaluasi terhadap pemahaman serta praktik keagamaan yang
kita jalankan. Evaluasi ini penting setidaknya untuk memberikan penjelasan
terhadap Marx secara umum dan kepada mereka yang anti terhadap agama
karena adanya anggapan bahwa agama tidak memberikan kontribusi serta
solusi yang signifikan serta nyata dalam menyelesaikan berbagai persoalan
kemanusian yang terjadi di dunia.
Sebagai agama yang populer dengan ikon rahmatan lil ‘alamin, Islam
adalah agama yang memiliki konsep, tawaran serta solusi terhadap berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia. Sebagai contoh Islam dalam
Al Qur’an sering kali menduetkan kata sholat dengan zakat, iman dengan
amal. Dari penjelasan tersebut kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa
Islam adalah agama yang sangat menyeimbangkan antara kesalehan sosial
dengan kesalehan individual (hubungan terhadap Tuhan serta hubungan
terhadap sesama manusia)
Dalam konteks relasi antara Islam dan sosialisme, memang bukanlah
sebuah pembahasan yang mudah untuk dibahas, hal ini terjadi karena adanya
polemik (pro dan kontra) tentang relasi Islam dan sosialisme.
Ali Syari’ati tokoh intelektual asal Iran, memberikan gambaran bahwa
Islam adalah agama sosialis. Syari’ati melukiskan bagaimana Islam sebagai
agama langit memiliki karakteristik sebagai agama sosialis,
bagi Syari’ati
Islam bukanlah agama yang status quo, namun Islam adalah agama yang
memiliki nuansa pembebasan. Dalam konteks sosiologi bagi syari’ati Islam
adalah agama yang berfungsi sebagai kekuatan serta inspirasi dalam
melakukan revoluasi sosial dalam membebaskan masyarakat tertindas baik
secara kultural maupun politik. Syari’ati menegaskan bahwa Islam bukanlah
agama yang hanya berbicara tentang aktifitas ritual dan fiqih yang tidak
menyinggung masalah politik terlebih masalah sosial kemasyarakatan. Islam
bukan pula agama yang statis yang hanya membahas moral antara manusia
dengan penciptanya.
Selain Islam sebagai agama pembebasan, Syari’ati pun menegaskan
bahwa masyarakat Islam yang paling ideal adalah masyarakat tanpa kelas.
Bagi Syari’ati Islam menuntut tercipta sebuah tatanan sosial masyarakat yang
berkeadilan, sebuah gerakan yang membebaskan manusia dari praktik
diskriminasi manusia atas dasar ras, kelas, keturunan serta harta kekayaan.
Oleh karenanya setiap muslim bagi Syari’ati wajib memperjuangkan
masyarakat egaliter yang bebas dari praktik diskrimiasi sosial dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang egaliter dimana masyarakat mampu menikmati
segala hak-hak yang memang menjadi hak setiap manusia. Untuk
mempopulerkan pemikirannya, Ali Syari’ati menegaskan bahwa praktik
eksploitasi,
ketidakadilan,
penindasan
serta
pemerkosaan
kemanusiaan merupakan sebuah bentuk kemusyrikan.
nilai-nilai
Dalam konteks ekonomi Syari’ati menegaskan bahwa sistem
ekononomi Islam adalah sistem yang menuntut pemenuhan kebutuhan
manusia secara merata. Asumsi yang di bangun Syari’ati adalah asumsi yang
berdasarkan praktik kebijakan yang dilakukan oleh Ali Bin Abi Tholib
khalifah keempat Islam. Ali memberikan gaji kepada pejabat serta pekerja
secara merata, gaji yang sama kepada semua kelompok masyarakat baik tokoh
politik, perwira serta pekerja. Persamaan hak bagi Syari’ati adalah ruh
ekonomi Islam bahkan harus terpenuhi ketika berbicara tentang aspek
ekonomi Islam. Keadilan bagi Syari’ati bukan hanya semata-mata prinsip
agama namun sumber semangat serta nilai yang mengatur seluruh aspek
ajaran Islam.
Sedangkan sebagai basis teologis, Ali Syari’ati dalam menguatkan
pemikirannya tentang relasi sosialisme dengan Islam, yakni melakukan
refleksi tentang kisah-kisah umat yang tertuang di dalam al-Qur’an. Syari’ati
melakukan refleksi terhadap ayat-ayat al-Qur’an dengan memberikan
penjelasan bahwa didalam al-Qur’an telah menggambarkan dua klasifikasi
kelompok sosial. Karaketeristik kedua kelompok sosial tersebut saling
bertentang satu dengan yang lainnya. Syari’ati secara
garis besar
mengklasifikasikan dua kelompok tersebut yakni kelompk penindas (zalimun)
dan kelompok tertindas (mustadh’afin). Kelompok penindas terdiri dari
bebarapa unsur kelompok yang memiliki kekuasaan serta kekuatan di dalam
masyarakat yakni kelompk mala’, yaitu golongan bangsawan dan aristokrat,
serta kelompok mutraf yaitu kelompok orang-orang kaya pemilik modal.
Sedangkan kelompok tertindas adalah kelompok kaum lemah dan teraniaya
(kelompok Habil).
Syari’ati menyimpulkan bahwa wahyu pertama al-Qur’an tidak pernah
memberikan dukungan terhadap penguasa melainkan menentang penguasa
tersebut. Ia mencontohkan nabi Ibrahim berperang melawan Namruj, Musa
berperang melawan Fira’un yang terkenal kejam, otoriter dan menindas dalam
memerintah. Nabi Isa yang bukan dalam kalangan bangsawan muncul
menentang kekuasaan Romawi yang dominatif. Nabi Muhammad yang
seorang pengembala dan yatim-piatu berjuang mementang sistem eksploitatifkapitalis masyarakat arab. Ali Syari’ati meyakini bahwa al-Qur’an di turunkan
kepada nabi dan rasul untuk membebaskan umat manusia dari praktik
kesewenag-wenangan, penindasan serta ukuran status sosial berdasarkan atas
ras, status sosial dan kekayaan. Selain itu al-Qur’an menurut Syari’ati juga di
turunkan untuk membebaskan kebodohan dan keterbelakangan sosial.
Untuk memperkuat pemikiran relasi antara sosialisme dengan Islam,
Syari’ati
pun
pandangannya,
melakukan
nabi
di
refleksi
utus
tentang
kebumi
fungsi
kenabian.
sesungguhnya
memiliki
Dalam
misi
kemanusiaan. Baginya, nabi di utus kebumi untuk melakukan proses revolusi
sosial yang bersifat permanen dengan oreantasi revoluasi yakni menegakan
keadilan, persaudaraan kemanusiaan serta memperjuangkan masyarakat tanpa
kelas, dimana sumber produksi harus berdampak pada kesejahteraan umat
manusia sehingga sumber produksi harus menjadi milik bersama. Selain itu
Syariati menegaskan bahwa para nabi yang di beri mandat untuk melakukan
perubahan struktur sosial seperti Musa, Isa, Muhammad justru berasal dari
kelompok masyarakat bawah bukan dari kelompok pemilik modal apalagi
kaum bangsawan.
Sayyid Qutub yang merupakan juru bicara Ikwanul Muslimin Mesir
menegaskan bahwa antara sosialisme versi barat memang memiliki persamaan
dengan Islam sebagai sebuah agama, namun sosialisme barat adalah sebuah
prodak kebudayaan jahiliyah yang sangat sekuler. Oleh karena itu antara
sosialisme barat dengan Islam tidak mungkin disenergikan. Sayyid Qutub
berpendapat sosialisme barat memang mengutamakan kesejateraan namun
mengabaikan nilai-nilai spritual.
Hasan Hanafi mempopulerkan Islam kiri sebagai respon atas dominasi
kapitalisme serta imperialisme budaya, politik, ekonomi barat terhadap negara
dunia ke tiga yakni dunia Islam. Hassan Hanafi menjadikan basis Islam kiri
dengan mengacu pada karakteristik wahyu al-Qur’an, bagi Hanafi wahyu yang
di turunkan Tuhan tidaklah bersifat statis. Wahyu yang di turunkan oleh
Tuhan adalah berisi spirit pembebasan serta perubahan sosial bagi masyarkat
bawah, melestarikan nilai-nilai kemanusiaan serta membela kepentingan orang
banyak. Selanjutnya Hassan Hanafi menegaskan bahwa Islam adalah protes,
oposisi serta revoluasi. Hassan Hanafi menafsirkan Islam kekuatan perubahan
sosial dengan multi tafsir. Pertama, Islam sebagai sumber ketundukan
terhadap elit politik dan penguasa kelas atas. Kedua, Islam sebagai revolusi,
yang di berlakukan serta di perjuangkan oleh kelompok kelas yang memiliki
kekuasaan serta kelompok miskin. Jikalau Islam ditafsir sebagai kekuatan anti
status quo, maka Islam harus di tafsirkan sebagai agama perlawanan.
Asgar Ali membangun kerangka konsepsi relasi sosialisme dengan
Islam dengan memaparkan beberapa teks ayat-ayat al-Qur’an yang
menegaskan bahwa Islam merupakan agama yang menyatakan perang
terhadap kapitalisme yakni dengan mengecam penimbunan harta benda yang
tidak di sisihkan kepada kaum fakir - miskin, anak yatim, janda.. Dengan
demikian al-Qur’an menurut Asgar tidak ingin harta kekayaan hanya
terkosentrasi di tangan orang-orang kaya saja. Selain berbicara tentang
penentangan terhadap parktik menimbunan harta benda secara sepihak, alQur’an pun melegitimasi terhadap kaum tertindas unuk melakukan
perlawanan terhadap kaum penindas yang melakukan praktik penindasan.
Asgar juga menjelaskan hadits nabi yang melarang praktik monopoli
kelebihan serta kepemilikan tanah. Nabi mengajarkan bahwa apabila memiliki
kelebihan tanah maka pemilik tanah harus mendistribusikan kepemilikan
tanahnya kepada orang lain hal ini bertujuan agar orang lain bisa menggarap
tanah tersebut dengan pembagian keuntungan yang bervariatif mulai dari
sepertiga, seperempat atau setengah dari hasil panen.
Dalam perspektif sejarah, Asgar pun menjelaskan bagaimana
Muhammad memberikan persetujuan terhadap orang miskin untuk melakukan
perlawanan terhadap orang kaya yang mengakibatkan orang miskin kelaparan,
bahkan Muhammad memberikan gelar mujahid kepada orang miskin yang
meninggal dalam perjuangannya merubah nasib agar terbebas dari kemiskinan
. Bahkan Muhammad pun melarang pembelian padi yang masih hijau oleh
tengkulak karena hanya mengakibatkan kesengsaraan terhadap petani. Pada
era Khulafaurasyidin Asgar menjelaskan bagimana kisah Abu Dharr yang
mengkritik khalifah Usman Bin Affan yang tidak memiliki sikap terhadap
praktik pengumpulan harta benda di tangan segelintar pejabat hingga keluarga
besar Usman.
Asgar pun menguraikan pendapatnya tentang konsep kepemilikan
dalam Islam, bagi Asgar bahwa konsepsi kepemilikan tidak bersifat absolut.
Sehingga Islam mengeluarkan konsep distribusi. Karena kepemilikian dalam
Islam tidak bersifat absolut dan al-Qur’an menegaskan bahwa dalam harta
orang yang kaya terdapat harta orang miskin yang merupakan hak orang
miskin, maka Asgar menyimpulkan bahwa zakat, infaq, shadaqoh, bukanlah
sekedar konsep amal yang berwatak ritual belaka namun mendistribusikan
harta melalui zakat, infaq, shadaqoh merupakan spirit untuk menegakan
supremasi hak kaum miskin. Selain konsep zakat, infaq, shadaqoh adalah
sebuah upaya untuk mencegah praktik eksploitasi antar sesama. Jikalau
supremasi hak ini tidak di jalankan maka kemiskinan akan sulit di hindari.
Sedangkan kemiskinan adalah sesuatu yang dibenci oleh Islam karena
kemiskinan mendekatkan pada kekafiran.
Beranjak dari beberapa uraian diatas, Asgar kemudian menafsirkan
bahwa yang di maksud riba dalam Islam adalah eksploitasi yakni
mendapatkan harta kekayaan melalui praktik eksploitatif. Dan eksploitaif
dekat dengan penindasan, dan penindasan akan mengakibatkan kemiskinan
struktural.
Sementara itu dalam konteks upaya membangun relasi antara Islam
dan sosialisme di tanah air pun marak di lakukan. Bung Hatta, memberikan
sebuah analisa relasi antara Islam dan sosialisme, dengan menegaskan bahwa
“Agama Islam memberontak terhadap budaya kapitalisme yang sangat
eksploitatif, menghisap dan menindas, yang menurunkan derajat
kemanusiaan, yang membawa sistem lebih jahat dari sistim
perbudakan dari pada feodalisme.”
Dari asumsi yang dikeluarkan oleh Hatta, ia mencoba memberikan
gambaran bahwa manusia di bumi ini harus memiliki etika dalam pengelolaan
bumi, segela kekayaan yang ada di bumi adalah sesuatu yang harus bisa di
nikmati oleh semua orang, mengingat segala yang ada di bumi kepunyaan
Allah yang di amanatkan kepada manusia untuk kemakmuran seluruh manusia
bukan untuk segelintir manusia.
Masih dalam konteks dialektika relasi Islam dan sosialsime di
Indonesia, Tjokroaminoto menegaskan bahwa sosialisme Islam lebih tua
ketimbang sosialisme barat, hal ini bisa dilacak dari sosialisme yang di
praktikan oleh nabi Muhammad. Muhammad sebagai nabi telah mempraktikan
sosialisme Islam dalam bingkai sosialisme industri serta sosialisme negara.
Pembebasan Bilal sebagai budak merupakan bentuk sosialisme Islam dalam
konteks sosialisme industri. Sebelum Islam datang budak merupakan manusia
yang menjadi korban eksploitatif, dengan datangnya Islam perilaku terhadap
buruh di rubah. Budak merupakan manusia yang berhak mendapatkan
kesejahteraan dari keuntungan pemilik modal.
Selain sosialisme industri, Muhammad pun mempraktikan bagaimana
sosialisme negara. Ketika nabi memimpin segala sesuatu di kelola oleh negara
mulai dari tanah, hingga pengelolaan keuangan, semua dikelola oleh negara
dan di distribusikan untuk kesejahtraan manusia.
C. Sosialisme Islam
Membahas tentang sosialisme Islam, maka pertanyaan fundamental
yang perlu dijelaskan adalah apakah sosialisme Islam memiliki kerangka
konsep berbasis pada ajaran yang termuat dalam al-Qur’an dan hadits ataukah
murni berbasis pada ajaran (falsafah) materialisme sebagaimana yang
berkembang di Barat. Pertanyaan berikutnya adalah bagimanakah konsep
sosialisme Islam. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka kita perlu
menelusuri salah satu karakteristik agama Islam. Sebagai agama rahmat untuk
semesta alam, Islam bukanlah agama yang memihak diantara dua kubu
ekstrim yang selalu berkonfrontasi yakni kiri dan kanan. Namun Islam adalah
agama yang berada pada posisi tengah (tidak terjabak pada titik kiri maupun
pada titik kanan).
Mutawwali Sya’rawi menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang
memberikan ruang pada manusia untuk memenuhi fitrah manusia yakni
kepemilikan harta benda atau kekayaan. Namun cara mendapatkan harta atau
kekayaan, Islam memberikan rambu-rambu dengan tujuan tidak merugikan
orang banyak. Mutawwali menegaskan bahwa pelarangan kepemilikan harta
benda dan kekayaan secara otomatis akan membunuh fitrah manusia serta
mengharamkan cita-cita individu manusia.
Mutawwali juga menegaskan bahwa dalam konsep harta dalam Islam
sesungguhnya memiliki dimensi sosial-kemanusiaan. Dalam kepemilikan
harta Islam tidak hanya berbicara materi semata namun dibumbui pula nilainilai persaudaraan. Konsep persaudaraan dalam harta dalam pandangan Islam
dapat ditelaah dari ajaran Islam menyangkut distribusi harta kepada manusia
yang tidak mempunyai harta, dengan demikian manusia yang tidak memiliki
harta bisa menikmati kebahagian dari harta yang disisihkan oleh yang
memiliki harta berlebih.
Selain itu, salah satu karakteristik sosialisme Islam adalah ada sebuah
pengakuan tauhid tentang siapa sesungguhnya yang berkuasa dimuka bumi
ini. Dengan demikian sosialisme Islam tidak memandang manusia sebagai
pengusa tunggal atau bersifat absolut di muka bumi. Dengan demikian
manusia wajib tunduk atas berbagai aturan yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Selain itu sosialisme Islam dalam perjuangannya melibatkan etik agama serta
pesan-pesan Ilahiah.
Sementara itu, Gamal Abdul Nasser memformulasikan sosialisme
Islam sebagai konsep bukan untuk bertujuan menghapus perbedaan kelas
namun menciptakan kondisi sosial dimana kelompok antar kelas dapat hidup
secara damai, serta menjalankan fungsinya masing-masing, tanpa ada praktik
saling mendominasi dan pemerasan. Hal tesebut menurut Nasser karena Islam
adalah agama yang menganjurkan keadilan dan persamaan antar manusia.
Sosialisme Islam berkembang pertama kali di Timur Tengah.
Perkembangan sosialisme Islam tidak terlepas dari adanya konflik ideologis
antara blok barat (kapitalisme), dengan blok timur (komunis). Sosialisme
Islam pertama kali dipelopori oleh Gamal Abdul Nasser yang mengadopsi
teori imperialisme Marx. Selain faktor tersebut, Sosialisme Mesir pun terjadi
akibat runtuhnya Republik Persatuan Dunia Arab pada Tahun 1961. Salah satu
program sosialisme Nasser adalah menghapuskan perbedaan kelas serta
melindungi dan memenuhi kebutuhan dasar kelompok kelas tertindas. Dengan
membatasi kepemilikan perorangan. Dengan kebijakan pembatasan jumlah
kepemilikan tanah. Bila ada individu yang kepemilikan tanahnya melebihi dari
ketetapan yang telah ditentukan oleh pemerintah, maka tanah tersebut di
bagikan kepada orang miskin, kaum miskin kemudian mendapatkan jatah
kepemilikan sebesar lima hektar. Pun demikian halnya dengan sektor
pertanian. Selain itu Naser pun melakukan kebijakan subsidi anggaran dengan
tujuan harga kebutuhan pokok bisa di jangkau masyarakat. Nasser melakukan
kebijakan penguasaan negara terhadap seluruh kekayaan dengan tujuan
keadilan distribusi kepada rakyat. Singkat kata dengan sosialisme Nasser
menginginkan Mesir sebagai negara yang melindungi hak-kak kaum fakirmiskin, melarang penumpukan kekayaan secara sepihak serta membangun
budaya tolong menolong antar individu.
Untuk mengkaji lebih dalam sosialisme Islam, kita bisa menelaah
beberapa ayat al-Qur’an yang memiliki keterkaitan spirit dengan sosialisme.
Secara garis besar sosialisme adalah faham yang sangat menitik beratkan
penegakan keadilan sosial untuk mereka yang tertindas karena adanya sistem
yang melahirkan ketidakadilan. Keadilan dalam Islam merupakan salah satu
nilai pokok yang sangat di hormati serta dijunjung tinggi bahkan sangat
dianjurkan untuk menegakannya, al-Qur’an Surat al-Maidah/5: 8 menyatakan :
“ Berlakulah adil, dan itu lebih dekat kepada taqwa”
Tak cukup sampai di situ, menegakan keadilan merupakan perintah
yang harus di laksanakan, selain itu menegakan keadilan merupakan perbuatan
yang akan mendekatkan kepada Sang Pencipta, hal tersebut dikemukakan alQur’an Surat al-‘Araf/7: 29
“Katakanlah : Tuhanku memerintahkan supaya kamu berbuat adil.”
Perintah adil merupakan perbutan yang dekat dengan Tuhan dijelaskan
dalam Surat al-Hujurat/49: 9
“Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil.”
Dari uraian ayat al-Qur’an, kita bisa mengambil sebuah kesimpulan
bahwa taqwa sebagai manifestasi religius terhadap Sang Pencipta tidak hanya
berdimensi ibadah ritual saja tetapi taqwa pun mencakup dimensi
kemanusiaan yakni menegakan keadilan sosial
Karakter sosialisme Islam adalah berikutnya adalah menentang keras
praktik pengumpulan harta kekayaaan secara sepihak di tangan segelintir
orang (monopoli) tanpa ada tanggung jawab sosial dalam bentuk
pendistribusian kekayaan kepada mereka yang kurang beruntung secara
material. Sosialisme Islam pun berbicara perihal penentangan terhadap praktik
pengumpulan kekayaan dengan cara-cara eksploitatif. Sebagai kitab
kemanusiaan al-Qur’an menggambar bagaimana komitmen Islam tentang
distrubsi kekayaan, selain itu al-Qur’an pun melakukan kecaman terhadap
praktik eksploitasi pengumpulan harta benda melalui cara-cara yang bersifat
ekspolitatif (riba). Al-Qur’an pun menggambarkan pula hukuman apa yang di
terima manusia yang enggan berbagi dengan harta yang di miliknya. Terkait
dengan distrubusi kekayaan al-Qur’an Surat Adzariyat/51:19 menjelaskan
“Dan pada harta-harta mereka ada hak orang miskin yang meminta
dan orang miksin yang tidak mendapatkan bagiannya.”
Kemudian al-Qur’an pun memberikan peringatan serta kecaman
terhadap manusia yang enggan melakukan distrubsi kekayaan, hal tersebut
dijelaskan dalam al-Qura’an Surat at-Taubah/9 : 34
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya dijalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka
siksa yang pedih.”
Sedangakan terkait dengan komitmen Islam terhadap larangan
mempraktikan ekonomi eksploitatif (riba), tercantun dalam al-Qur’an Surat alBaqaroh/ 2 :278-279
“Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berikanlah
sisa riba yang belum di ambil jika kamu sungguh-sunguh beriman.”
“Dan jika kamu mengadakan riba, ketahuilah, Allah dan Rasul Nya
akan memerangi kamu. Tetapi jika kamu bertaubat, maka bagimulah
harta yang pokok itu. Tiada kamu menganiaya dan tiada kamu di
aniayai.”
Komitmen Islam terhadap penolakan praktik ekomomi kapitalis yang
cenderung eksploitatif serta anti terhadap distibusi kekayaan secara sepihak
memiliki tiga unsur ruang lingkup penolakan yang terdiri dari peringatan,
larangan bahkan hingga ancaman (hukuman). Komitmen Islam terhadap
larangan praktik penimbunan harta ditegaskan kembali dalam al-Qur’an Surat
al-Humazah/104: 1-7
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat dan pencela. Yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitung nya. Dia mengira
bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak,
sesunguhnya dia akan di lemparkan kedalam hutomah. Dan tahukah
kamu apakah hutomah itu. Yaitu api (yang disediakan) Allah yang di
nyalahkan. Yang membakar sampai kehati. ”
Sosialisme Islam pun memiliki komitmen kemanusiaan yakni
keberpihakan yang cukup kuat terhadap mereka yang tertindas (mustadh’afin).
Komitmen tersebut (keberpihkan terhadap kaum yang tertindas) dapat di
jumpai dalam al-Qur’an Surat Annisa/ 4 : 75
“Mengapa kamu tidak mau berjuang dijalan Allah dan (membela)
orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita, maupun anakanak yang semua berdo’a” Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari
negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami penolong dari
sisi Engkau.”
Selain itu al-Qur’an pun banyak menceritakan kisah para Rasul yang di
utus kebumi dengan misi melakukan pembebasan terhadap umat manusia yang
di perlakukan semena-mena baik oleh penguasa maupun oleh individu yang
memiliki kekuasaan. Sebagai salah satu contoh bagimana kisah nabi Musa
melakukan pembelaan terhadap kaum Bani Israil yang ditindas oleh Fir’aun.
Kekejaman Fir’aun digambarkan dalam al-Qur’an Surat al-Qashash/ 28: 4
“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka
bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dengan menindas
segolangan dari mereka, menyembelih anak laki-laki dan membiarkan
hidup anak-anak perempuan mereka. Sesunggunya Fir’aun telah
berbuat kerusakan.”
Ketika praktik penindasan Fir’aun kian merajalela, maka nabi Musa
pun di utus oleh Allah. Perintah tersebut di abadikan di dalam al-Qur’an Surat
asy Syu’araa/26 : 10
“ Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa, datangailah kaum yang
zalim itu.”
Al-Qur’an pun banyak memberikan penjelasan bahwa di turunkannya
nabi dan atau rasul ke bumi bukan hanya untuk melakukan perintah
menyembah Allah namun nabi dan rasul diutus ke bumi untuk mencegah serta
menghilangkan praktik penindasan yang mengakibatkan kesengsaraan bagi
umat manusia di muka bumi. Komitmen kemanusiaan Islam terhadap kaum
tertindas kemudian di tindak lanjuti dengan menyatakan bahwa kaum tertindas
sebagai pewaris bumi. Komitmen tersebut dapat dilihat dalam Surat alQashash / 28 : 5
“Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang
tertindas dibumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka
menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).”
Dari eksplorasi diatas kita bisa mendapatkan gambaran bahwa
sosialisme Islam memiliki kesamaan spirit karakter dengan sosialisme barat,
namun yang penting untuk dicatat bahwa sosialsme Islam bukan di dasarkan
atas pendekatan materialisme semata namun sosialisme Islam adalah
sosialisme yang berdasarkan nilai-nilai ketauhidan. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa bagi umat Islam menegakan dan mempraktikan sosialisme
adalah perintah yang di anjurkan oleh Tuhan dengan dasar kitab suci. Dengan
demikian sosolisme Islam adalah sosialisme barat yang dibumbui iman.
Namun diantara persamaan antara Islam dan sosialisme barat, ternyata
memiliki perbedaan antara sosialisme Islam dengan sosialisme barat.
Jikalau sosialisme barat menentang kepemilikan kekayaan secara
individu, berbeda dengan Islam. Kepemilikan kekayaan individu di dalam
Islam justru mendapatkan pembenaran (diperbolehkan) tetapi Islam pun
mengingatkan cara mendapatkan kekayaan harus jauh dari praktik tercela yang
mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Al –Qur’an Surat al-Baqaroh/2 : 188
memberikan larangan mendapatkan harta melalui jalan kebatilan
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
diantara kamu dengan jalan yang batil, dan jangnlah kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim suapaya kamu dapat memakan
sebagian dari pada harta orang lain dengan jalan berbuat dosa,
padahal kamu mengetahui.”
Komitmen Islam terhadap larangan mendapatkan harta dari harta yang
bukan menjadi hak sertiap manusia juga di pertegas oleh al-Qur’an Surat
Annisa/4 : 2
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta
mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan
jangan kamu memakan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhya
tindakan-tindakan tersebut adalah dosa yang besar.”
Selain dua point tersebut, al-Qur’an pun memberikan nasehat agar
penggunaan harta di gunakan secara proporsional, anjuran tersebut tertera
dalam Surat Thaha/20 : 81
“Makanlah diantara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepada
mu, dan janganlah kamu melampui batas yang menyebabkan kemurkaan
Ku menimpa mu.”
Namun agar keadilan distribusi kekayaan tetap terlaksana, Islam pun
mengeluarkan konsep zakat, infaq dan shodaqoh terhadap mereka yang
kekurangan secara materi, sehingga orang yang tidak memiliki harta bisa
menikmati kesejahteraan sosial. Dengan demikian di samping menghalalkan
kepemilikan harta secara individual Islam pun memberikan catatan agar
kepemilikan harta setiap individu di dapatkan dengan cara yang tidak
membuat orang lain sengsara serta memakan korban akibat mendapat harta
kekayaan. Dan yang tepenting pula bahwa dalam Islam kaum pemilik modal
atau mereka yang memiliki harta bukanlah musuh seperti dalam bayangan
komunis. Islam menempatkan kaum pemilik modal dengan kekayaannya
adalah kelompok yang belum memiliki kesadaran untuk mendistribusikan
kekayaan, untuk membangun kesadaran pemilik modal dan pemilik harta harta
maka Islam menghadirkan konsep zakat.
Perbedaan kedua antara sosialisme barat dengan Islam adalah jikalau
sosialisme barat lebih mementingkan kaum buruh dan atau pekerja sebagai
sasaran menegakan keadilan, tidak halnya dengan Islam. Bagi Islam mencegah
praktik ketidakadilan berlaku universal terhadap seluruh manusia tanpa
memandang perbedaan kelompok masyarakat.
Perbedaan berikutnya antara sosialisme barat dengan Islam adalah cara
menempuh perjuangan dalam mewujudkan cita-cita serta cara menyelesaikan
masalah. Sosialisme-komunis dalam memperjungkan cita-cita seringkali
mengedepankan cara-cara kekerasan yang acap kali berakhir dengan
mengeluarkan darah. Lain halnya dengan Islam, Islam lebih mengedepankan
cara-cara persuasif yakni dialog (musyawarah) serta dengan cara-cara anti
kekerasan (perdamaian). Dialog (musywarah) adalah salah satu nilai yaang di
kampanyekan serta di serukan oleh Islam, al-Qur’an Surat Ali ‘Imran / 2 : 159
dan Surat asy- Syuura/ 42 : 38.
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauh dari kamu. Karena itu maafkanlah mereka
mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarah lah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada Nya.”
“Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan
mendirikan sholat, sedang urusan meraka (diputuskan) dengan
musyawarah antara meraka, dan mereka menafkahkan sebagain rezeki
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
Sedangkan terkait dengan budaya damai serta santun didalam
kehidupan manusia di jelaskan didalam al-Qur’an Surat an-Nahl /16: 125.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhan mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dijalan Nya dan Dia lah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.”
Secara garis besar sosialisme Islam dapat diartikan sosialisme yang di
dasarakan atas perintah Tuhan yang tertuang di dalam kitab suci al-Qur’an
(sosialisme Qur’ani), sosialisme di praktikan sebagai wujud ketaqwaan
terhadap perintah Tuhan bukan semata motif ekonomi (materialisme). Selain
itu sosialisme Islam adalah sosialisme yang santun tanpa kekerasan serta
pertumpahan darah, sosialisisme Islam pun sosialisme moderat yakni menolak
sistem kapitalisme yang eksploitatif anti terhadap distribusi kekayaan namun
memberikan jaminan kepemilikan kekayaan secara individu dengan catatan
khusus yakni kekayaan yang didapatkan bukan dari praktik eksploitatif serta
merugikan orang banyak dan mewajibkan distrubusi kekayaan melalui zakat,
infaq dan shodaqoh.
BAB IV
SOSIALISME AHMAD DAHLAN
A. Akar Sosialisme
Sebagai pengantar dalam membahas sosialisme Ahmad Dahlan, maka
terlebih dahulu kita perlu menelaah apa yang menjadi motivasi Ahmad Dahlan
dalam melakukan aktifitas sosial (pembelaan terhadap masyarakat) yang
membuat namanya terukir indah dalam catatan sejarah perjalanan bangsa.
Pemetaan terhadap motivasi Ahmad Dahlan merupakan titik pangkal dalam
memahami sosialisme yang dipraktikan serta digagas oleh Ahmad Dahlan
Secara garis besar yang dimaksud dengan akar sosialisme Ahmad
Dahlan adalah gagasan dasar yang menjadi landasan berfikir sosialisme
Ahmad Dahlan. Pada bab ini akan di uraikan empat kerangka fondasi yang
menjadi basis pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan. Pertama, renungan
tentang kematian. Kedua, renungan tentang pendusta agama. Ketiga renungan
tentang distribusi harta benda. Keempat, etika welas asih
Berbicara tentang kematian bagi sebagian orang adalah isu yang
kurang menarik serta seksi, namun tidak demikian bagi Ahmad Dahlan. Bagi
Dahlan merenungkan tentang kematian adalah sebuah renungan tentang
kemanusiaan serta renungan tentang aktifitas sosial (amal shaleh).
Meninggalkan dunia namun tanpa ada bekal yang dibawa bagi Ahmad Dahlan
adalah sesuatu yang berbahaya. Bahaya yang di maksud Ahmad Dahlan
adalah apabila manusia telah di jemput maut namun tidak memiliki bekal amal
saleh adalah sebuah kecelakaan. Bekal yang membuat manusia terhindar dari
bahaya maut adalah amal saleh selama hidup di dunia.
Sebagai seorang tokoh agama, Dahlan sering kali mengingatkan teman
serta dirinya sendiri tentang apa yang harus di perhatikan sebelum maut
menjemput manusia. Dahlan sering kali mengingatkan rekan serta dirinya
tentang kematian dalam rangkaian sebuah renungan
“Bermacam-macam corak ragamnya mereka mengajukan pertanyaan
soal-soal agama. Tetapi tidak ada satu pun yang mengajukan
pertanyaan demikian, harus bagaimanakah supaya diriku selamat dari
api neraka?, harus mengerjakan perintah apa?, beramal apa?, menjauhi
dan meningggalkan apa?”.43
Selain renungan tersebut, Ahmad Dahlan pun menulis bahan renungan
tentang kematian yang ia tulis dalam papan tulis dan menjadi sebuah renungan
pribadi, renungan pribadi tersebut berisi
“Hai Dahlan, coba bayangkanlah seolah-seolah badanmu sendiri hanya
berhadapan dengan Allah saja, dan di hadapanmu ada bahaya maut,
peradilan, hisab atau pemeriksaan, surga dan neraka. (hitungan terakhir
itulah yang akan menentukan nasibmu). Dan fikirkanlah, renungkanlah
apa-apa yang mendekati engkau dari pada sesuatu yang ada di
mukamu (bahaya) dan tinggalkanlah selain itu”. 44
Dua uraian renungan tentang kematian yang di lakukan oleh Ahmad
Dahlan, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kematian yang menjadi bahan
perenungannya adalah kematian yang berdimensi kemanusiaan. Bagi Ahmad
Dahlan kehidupan dunia itu penting namun diantara perjalanan kehidupan
duniawi janganlah melupakan kematian, dan kehidupan di dunia yang di
warnai oleh kebaikan dengan menolong sesama manusia dalam kebaikan
43
KRH. Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Tujuh Falsafah dan Tujuhbelas Kelompok
Ayat Al-Qur’an (Yogyakarta : Lembaga Pustaka dan Informsai PP Muhammadiyah, 2006), Cet. II,
h. 11.
44
Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 10.
merupakan modal serta bekal setelah kehidupan dunia berakhir manakala maut
menjemput manusia.
Setelah reunungan tentang kematian, faktor kedua yang menjadi basis
pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan adalah renungan tentang pendusta
agama. Jikalau Marx menolak agama sebagai dasar perjuangan, jikalau
peradaban barat ingin menyingkirkan agama dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara namun Dahlan berfikir sebaliknya. Agama merupakan sumber
motifasi serta sumber rujukan dalam melakukan perubahan sosial. Agama
(Islam)
merupakan
agama
yang
berdiri
diatas
dua
keseimbangan
“memanjakan Tuhan” sekaligus “memanjakan manusia”. Dari konsep ke
seimbangan antara kesalehan religius dengan kesalehan sosial menunjukan
bahwa beragama haruslah beramal. Beramal (berbuat kebajikan, tolongmenolong) merupakan ruh serta inti dari ajaran agama, dengan demikian
beragama adalah perpaduan iman dan amal.
Terkait dengan renungan tentang pendusta agama, Dahlan terinspirasi
dari surat al-Ma’un yang memberikan paparan bahwa pendusta agama adalah
orang yang tidak menolong anak yatim dan orang miskin serta orang yang
sholat tetapi sholat yang di kerjakannya tidak memiliki dampak sosial bagi
umat manusia yang menderita. Penjabaran al-Qur’an tentang pendusta agama
merupakan salah satu falsafah yang melahirkan aksi-aksi sosial yang
dilakukan langsung oleh Ahmad Dahlan, pendusta agama pun ia tanamkan
kepada para rekan serta muridnya untuk di fahami serta diamalkan lewat aksiaksi kongkrit. Menanamkan kesadaran tentang perlunya komitmen melakukan
aksi-aksi kongkrit berbasis falsafah pendusta agama bisa terlihat dari cara
Ahmad Dahlan memberikan pemahaman tentang surat al-Ma’un kepada
murid-muridnya dalam forum pengajian
“Salah seorang murid bertanya, mengapa tidak ada tambahan
pelajaran. Kemudian Ahmad Dahlan menjawab, apakah kamu sudah
mengerti benar ?. Kemudian muridnya menjawab, kami sudah hafal
semua. Dahlan kemudian mengajukan pertanyaan, kalau kamu sudah
hafal apakah sudah kamu amalkan ?. Murid kemudian menjawab,
bukankah surat al-Ma’un pun berulangkali kami baca untuk rangkapan
al-Fatihah. Dahlan kemudian menjawab, Bukan itu yang saya maksud,
di amalkan artinya di praktikan, di kerjakan!. Rupanya saudara-saudara
belum mengamalkan. Oleh karena itu, mulai pagi ini saudara-saudara
agar berkeliling mencari orang miskin. Kalau sudah dapat, bawah
pulang kerumahmu masing-masing. Berilah mereka mandi dengan
sabun yang baik, berilah pakian yang bersih, berilah makan dan minum
serta tempat tidur yang baik di rumahmu. Sekarang pengajian ditutup
sampai saudara melakukan petunujuk-petunjuk saya tadi.45
Tentang point pendusta agama, secara garis besar Dahlan ingin
merubah pandangan tentang Islam yang di fahami pada zamannya. Islam yang
di inginkan Ahmad Dahlan adalah Islam yang bukan hanya berbicara seputar
ibadah ritual belaka, tetapi Islam adalah agama yang memiliki komitmen
terhadap penderitaan manusia, dengan demikian Islam rahmatan lil alamin
yang di gagas oleh Ahmad Dahlan adalah Islam yang memiliki kontribusi
nyata serta kongkrit dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh manusia. Di lain sisi, pendusta agama yang di renungkan oleh
Ahmad Dahlan menjadi momentum pencegahan anggapan bahwa agama
candu bagi kehidupan manusia
Renungan ketiga yang menjadi basis pemikiran sosialisme Ahmad
Dahlan adalah renungannya tentang manusia yang terbebas dari tahanan serta
45
Salam, K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya, h. 60.
penyembahan terhadap harta benda. Bagi Dahlan salah satu ciri orang yang
beragama adalah orang yang terbebas dari keinginan menimbun harta benda.
Harta benda merupakan bencana bagi orang beragama manakala harta yang
dimiliki tidak dibagikan (di distribusikan) kepada mereka yang tidak memiliki
harta kekayaan. Harta benda merupakan rezeki dari Allah yang harus
disyukuri oleh manusia. Salah satu bentuk rasa syukur itu adalah dengan
mendistribusikan harta yang di miliki di jalan Allah. Renungan tentang
terbebas dari tahanan harta benda dapat di lihat tentang argumentasi Ahmad
Dahlan tentang ciri orang beragama
“Orang beragama ialah orang yang jiwanya menghadap kepada Allah
dan berpaling dari lainnya. Bersih tidak dipengaruhi oleh lain-lainnya,
hanya tertuju kepada Allah, tidak tertawan oleh kebendaan dan harta
benda. Sikap ini di buktikan dan di lihat dari kesadaran menyerahkan
harta benda dan dirinya kepada Allah”.46
Komitmen terhadap jihad untuk mendistribusikan harta menjadi bagian
dari kehidupan Ahmad Dahlan. Hal ini bisa terbaca dari ungkapan Ahmad
Dahlan yang berbunyi
“Sangat banyak orang meninggalkan amal shaleh seperti yang tersebut
dalam al-Qur’an karena mementingkan kesenangan. Banyak juga umat
Islam yang menjalankan amal shaleh tetapi mereka mementingkan amal
yang sunnat, tidak memperhatiakn amal yang wajib, seperti berjihad
mengorbankan harta benda dan jiwa dalam fiisabilillah.47
Masih dalam konteks jihad menurut Ahmad Dahlan. Bagi Dahlan
jikalau manusia hendak mendapatkan kebahagian didunia maka ia harus
berusaha dengan sunguh-sungguh dalam urusan dunia. Pun demikian halnya
dengan urusan akhirat. Jikalau manusia menginginkan surga, maka ia harus
46
47
Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 68.
Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 96.
melakukan usaha dengan sungguh-sungguh, salah satu usaha untuk menggapai
surga menurut Ahmad Dahlan adalah membela agama Allah dengan cara
berjuang dengan mengorbankan jiwa, raga dan harta benda. Renungan tersebut
diungkapan Ahmad Dahlan secara lengkap
“Orang yang hendak mencari surga tentu tidak akan berhasil masuk
surga apabila tidak berani berjihad, yaitu bersunguh-bersungguh dalam
membela agama Allah dengan penuh pengorbanan jiwa, raga dan harta
benda”.48
Akar sosialisme berikutnya yang menjadi renungan serta menjadi basis
akar sosialisme Ahmad Dahlan yakni etika welas asih (cinta-kasih). Etika
welas asih Ahamad Dahlan merupakan sekumpulan nilai-nilai (cinta-kasih)
dalam kehidupan yang memiliki cakupan yang cukup luas diantaranya. Bahwa
kebenaran dan kebaikan Islam adalah kebenaran dan kebaikan yang
bermanfaat bagi orang lain, selanjutnya etika welah asih dicirikan dengan
kesucian hati. Kesuciaan hati dipraktikan dengan ketulusan serta kesediaan
menawan hawa nafsu duniawi, bersedia melakukan pengorbanan, memiliki
komitmen tinggi dalam memperjuangkan kebaikan dan kebenaran.49 Ketika
etika welah asih yang menolak penumpukan modal serta sebagai sumber
pijakan gerakan advokasi kaum tertindas yang kemudian diikuti oleh
pelelangan harta pribadi Ahmad Dahlan untuk memperoleh dana perjuangan
membuat dr Soetomo bersedia serta tertarik menjadi dokter di rumah sakit
48
Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 119.
Robert W. Hefner dan Sukidi Mulyadi, Api Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan
(Yogyakarta : Multi Press, 2008), h. 107.
49
Muhammadiyah sekaligus penasehat Muhammadiyah tanpa mendapatkan
gaji.50
Dari beberapa uraian diatas, terdapat pula sebuah renungan Ahmad
Dahlan sebagai bentuk kritik terhadap pemimpin yang tidak mau menolong
manusia yang lemah bahkan tidak jarang pemimpin melakukan aksi
penindasan terhadap manusia yang lemah dan bodoh. Kritik tersebut, dapat
terlihat dari renungan Ahmad Dahlan
“Kebanyakan pemimpin-pemipin rakyat, belum berani mengorbankan
harta benda dan jiwanya untuk berusaha tertolongnya umat manusia
dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya
mempermainkan, memperalat, manusia yang bodoh-bodoh dan
lemah”.51
Selain empat akar sosialisme Ahmad Dahlan yang yang telah
dijabarkan diatas, sosialisme Ahmad Dahlan juga mendapatkan momentum
politik dengan diberlakukannya kebijakan politik etis yang dicanangkan oleh
Belanda. Politik etis merupakan titik pangkal munculnya kesadaran berbangsa
dan bernegara di kalangan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan ketika itu.
Politik etis adalah politik yang bersifat dilematis bagi pemerintah Belanda.
Adalah Van Deventer yang menjadi salah satu “pejuang” diberlakukannya
politik etis Belanda. Bagi Van Deventer politik etis merupakan sesuatu yang
wajar, mengingat kekayaan yang di miliki Indonesia telah memberikan
kontribusi nyata bagi pendapatan kapaital pemerintah Belanda, oleh Van
50
51
Hefner dan Sukidi, Api Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan, h. 11.
Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 28.
Deventer politik etis di jabarkan dengan tiga program yakni edukasi, irigasi
dan emigrasi.52
Namun dalam perjalanannya, politik etis tidak bisa dinikmati oleh
seluruh rakyat. Sebagai contoh dari penjabaran edukasi, pendidikan hanya bisa
di nikmati oleh mereka yang memiliki kekayaan, selain itu pendidikan hanya
bisa di nikmati oleh kalangan darah biru yang terdiri keluarga keraton yang
kemudian memunculkan istilah priyayi. Dominasi kaum priyayi kemudian
menjadi celah menjamurnya budaya feodal, di mana kaum priyayi yang terdiri
anggota keluarga keraton, pegawai pemerintah Belanda adalah kelompok
masyarakat yang harus di hormati serta di sanjung. Selain itu, politik etis juga
belum bisa membebaskan rakyat dari eksploitasi ekonomi hal ini di sebabkan
masih kuatnya ekonomi dengan sistem tanam paksa di mana petani di
eksploitasi secara besar-besaran dalam rangka memenuhi kebutuhan dagang
pemerintah Belanda. Dengan demikian politik etis juga memiliki motif politik
yakni mempertahankan serta melanggengkan penjajahan yang di laksanakan
oleh pemerintah Belanda, politik etis hanyalah startegi politik agar persepsi
bahwa pemerintah Belanda adalah penjajah yang baik, karena memenuhi
berbagai kebutuhan masyarakat melalui kebijakan politik etis. Terlepas dari
realisasi politik etis. Namun dalam konteks sejarah politik etis ikut
memberikan kontribusi munculnya kebangkitan gerakan politik tanah air serta
kebangkitan sumberdaya politik.
52
Mohammad Damami, Akar Gerakan Muhammadiyah, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru,
2000) h. 18.
B.
Teologi Sosialisme
Teologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata theos
yang berarti Allah dan logos yang berarti ilmu. Teologi secara sederhana
didefinisikan oleh A. H. Strong, sebagai ilmu tentang Allah dan hubunganhubungan antara Allah dan alam semesta. Karena Teologi itu merujuk kepada
Allah, maka, Thomas Aquinas, mendefinisikannya secara spesifik, sebagai
pikiran Allah, ajaran Allah dan memimpin kepada Allah.53 Dalam
perjalanannya istilah teologi bukan hanya monopoli agama kristen namun
telah menjadi milik semua agama dan menjadi kajian para cendekiawan dari
berabagai agama. Dengan demikian yang dimaksud dengan teologi sosialisme
Ahmad Dahlan adalah sosialisme yang berdasarkan ajaran Allah dalam bentuk
firman-firman Allah yang tertuang didalam kitab suci al-Qur’an.
Pada bab tiga yang merupakan kerangka teori dalam tulisan ini telah di
singgung bahwa sosialisme adalah sebuah ideologi yang lahir dari bentuk
keprihatinan
atas
maraknya
ideologi
kapitalisme
yang
cenderung
individualistik dalam hal kekayaan serta dalam lingkup kehidupan sosial
kemasyarakatan, maka sosialisme pun lahir dengan salah satu agenda politik
yang terdapat dalam ideologi sosialisme adalah adanya distribsui kekayaan.
Pun demikin hal dengan Ahmad Dahlan. Ia mencoba merenungi salah satu
wahyu Allah yang berbicara tentang pentingnya manusia terbebas dari tahanan
harta benda. Salah satu bentuk tafsir yang di kembang Dahlan adalah dengan
menyatakan bahwa mendistribusikan harta di jalan Allah adalah salah satu
53
Bahrur Surur, Teologi Amal Saleh Membongkor Nalar Kalam Muhammadiyah (Surabaya
: LPAM, 2005), h. 17.
jihad terbesar bagi manusia. Gagasan Dahlan tersebut terinspirasi dari alQur’an Surat at-Taubah/ 9 : 34-35
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta dengan jalan yang batil dan mereka menghalanghalangi (manusia) dari Jalan Allah. Dan orang yang menyimpan emas
dan perak dan tidak membelanjakan harta tadi di jalan Allah, maka
gembirakanlah mereka dengan siksa yang pedih. Pada hari di
panaskan emas dan perak itu di dalam neraka jahanam, lalu dibakar
denganya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka, inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa
yang kau simpan”.
Dari surat at-Taubah tersebut K.H. Ahmad Dahlan membuat sebuah
kesimpulan bahwa memiliki dan mencari harta benda adalah kebutuhan
manusia yang semua itu dipergunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup. Namun dalam mencari harta benda hendaknya di lakukan dengan caracara yang sebaik-baiknya. Setelah kebutuhan hidup tercukupi maka
distribusikanlah harta dijalan Allah dan jangan pula bermewah-mewahan serta
bermegah-megahan dengan harta yang dimilik dan melampaui batas
kewajaran. 54
Selain surat at-Taubah, sosialisme Ahmad Dahlan terkait dengan distribsusi
harta kekayaan pun terinspirasi dari al-Quran Surat al- Fajr / 89 : 17-23
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim.
Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. Dan kamu
memakan harta pusaka dengan cara mencampur-baurkan (yang halal dan
yang bathil). Dan kamu mencintai harta benda dengan kencintaan yang
54
Hadjid, Palajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 77-78.
berlebihan. Jangan (berbuat demikian) apabila bumi di goncangkan
berturut-turut. Dan datanglah Tuhan mu, sedang malaikat berbaris-baris.
Dan pada hari itu di perlihatkan neraka jahanam, dan pada hari itu ingatlah
manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.”
Dari ayat ini Ahmad Dahlan kemudian mengambil sebuah kesimpulan
bahwa orang beragama itu ialah orang yang terbebas dari tahanan harta benda.
Jikalau manusia sunguh-sungguh mengamalkan ajaran agama Islam, maka
manusia tidak akan segan-segan (berani) membuang kebiasaan mencintai
harta benda secara berlebih-lebihan. Sikap ini di tandai dengan perbuatan
ikhlas mendistribusikan, mengorbankan harta benda yang di miliki di jalan
Allah. Selain itu, melalui ayat ini Dahlan menegaskan bahwa ancaman dan
siksa Allah nyata terhadap manusia yang tidak mendistribsukan harta benda.55
Surat berikutnya yang menjadi basis teologi Ahmad Dahlan adalah surat alMaun yang menggambarkan secara progresif siapakah yang di katakan
sebagai pendusta agama. Al-Ma’un memberikan gambaran walaupun orang
sudah mengerjakan perintah agama (Islam) namun masih dapat dikatakan
sebagai pendusta agama. Surat al-Ma’un /117: 1-7, memberikan gambaran
tentang pendusta agama.
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. Itulah orangorang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan
memberikan makan orang miskin. Maka celakalah bagi mereka yang
sholat. Yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya. Orang-orang
yang berbuat ria. Dan enggan menolong dengan barang yang
berguna.”
55
Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 62
Dari surat al-Maun Ahmad Dahlan menerjemahkan dengan tafsiran
yang sangat progresif bahwa sholat bukan hanya gerakan anggota badan
namun sholat haruslah memiliki implikasi sosial didalam kehidupan sosial
kemasyarakatan. Jikalau sholat manusia tidak memiliki dampak dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan, maka pendusta agama menjadi sesuatu yang
tercipta yang sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Ma’un. Sholat yang
memiliki implikasi sosial di cirikan oleh Ahmad Dahlan dengan tidak
menghambakan diri kepada nafsu harta benda dan mencintai secara berlebihan
terhadap harta benda. Sholat yang memiliki dampak sosial dicirikan pula
dengan kesedian menolong dan memperhatikan nasib anak yatim secara ikhlas
tanpa mengharap pujian serta tanpa dipamerkan kepada masyarakat (terjauh
dari sifat riya’). 56
Terkait dengan tafsir al-Ma’un, Amin Rais menafsirkan surat al-Ma’un
dengan tafsiran yang disebut empat pesan penting al-Ma’un
“Pertama, orang yang menelantarkan kaum dhuafa tergolong di dalam
mereka yang mendustakan agama. Kedua, ibadah sholat memiliki
dimensi sosial yang kelewat jelas, dalam arti tidak ada faedah sholat
bila tidak dikerjakan dimensi sosialnya. Ketiga, melakukan amal shaleh
tidak boleh dibarengi dengan riya’. Dan keempat, termasuk golongan
mendustakan agama adalah mereka yang tidak mau menolong orang
lain, yang bersikap egois dan egosentrisme.”57
Ayat sosialisme berikutnya yang basis teologi sosialisme Ahmad
Dahlan adalah sebuah kata dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 92 yakni alBirru (amal saleh).
56
57
h. 15.
Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 66-65.
Yunan Yusuf dkk, ed, Masyarakat Utama Konsep dan Strategi, (Jakarta : Perkasa, 1995)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesunggunya Allah mengetahui”.
Dalam sebuah forum pengajian Wal ‘Asri yang biasa dikelola Ahmad
Dahlan untuk murid-muridnya, Dahlan menafsirkan al-Birru kepada muridnya
adalah amal saleh. Amal saleh yang paling utama dari ayat tersebut bagi
Dahlan adalah membelanjakan (distribusi) harta benda yang paling dicintai.
Mendistribusikan harta benda yang paling dicintai bagi Ahmad Dahlan adalah
seperti mengupas kulit sendiri. Ali Imran ayat 92 diartikan secara bebas oleh
Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya dengan ungkapan
“Kamu sekalian walaupun sudah menjalankan amal saleh, kamu
belum diakui baik, belum menjadi orang abrar, sehingga kamu
berani menguliti kulit mu sendiri. Artinya, kamu berani
membelanjakan harta benda mu yang paling kamu cintai”. 58
C.
Aksi-aksi Sosialisme
Gagasan bentuk aksi nyata Ahmad Dahlan dikemas dalam sebuah
gerakan yang bernama penolong kesengsaraan umum. Sebagai sebuah konsep
aplikatif lapangan gagasan penolong kesengsaraan umum yang di lakukan
oleh Ahmad Dahlan terinspirasi dari pidato Dr. Soetomo pada kongres
Muhammadiyah ke 26 di Surabaya yang berjudul penolong kesengsaraan
umum.59 Dr Soetomo merupakan salah satu tokoh nasional yang menjadi
anggota penasehat Muhammadiyah. Penolong kesengsaraan umum merupakan
tafsir Ahmad Dahlan yang berakar pada gagasan tentang pendistribusian harta
benda serta berlomba-lomba dalam kebaikan.
58
59
Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 158.
Mulkhan, Pesan dan Kisah K.H Ahmad Dahlan, h. 10.
Melalui konsep penolong kesengsaraan umum Ahmad Dahlan
kemudian melakukan berbagai aktifitas sosial yang menyangkut hajat hidup
orang banyak di antaranya memerangi kebodohan dan keterbelakangan
masyarakat, cara yang di tempuh adalah dengan mendirikan lembaga
pendidikan. Ada pun nama sekolah yang di rintis oleh Dahlan pada awalnya
bernama al-Qismul Arqo. Nama sekolah tersebut pun dirubah menjadi Hooger
Muhammadiyah
School,
kemudian
berubah
nama
kembali
menjadi
Kweekscholl Islam. Pada tanggal 1 Januari 1932 sekolah tersebut berubah
menjadi Madrasah Muallimin dan Madrasah Muallimat Muhamamdiyah.
Untuk urusan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, cara yang ditempuh
adalah dengan mendirikan rumah sakit dan balai pengobatan. Rumah sakit
rintasan K.H. Ahmad Dahlan kemudian bermetamorfosis menjadi Rumah
Sakit PKU (penolong kesengsaraan umum) Muhammadiyah di Yogyakarta
Sedangkan untuk menolong anak yatim-piatu serta yang terlantar
Ahmad Dahlan mendirikan panti asuhan. Tidak hanya panti asuhan, untuk
kepentingan anak-anak Ahmad Dahlan mendirikan sekolah taman kanakkanak (kinder Garten) yang di berinama Siswa Praja. Sekolah tersebut
kemudian berganti nama menjadi Bustanul Atfal.60 Untuk masyarakat umum
terlantar Dahlan membangun rumah miskin. Berbagai program kemanusiaan
serta fasilitas sosial yang digagas serta didirikan oleh Ahmad Dahlan
semuanya diperuntukan terhadap kelompok mustadh’afin diberikan secara
cuma - cuma.
60
Solichin Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia. h.48
Selain membangun sekolah, rumah sakit dan balai pengobatan, panti
asuhan.
Dahlan
pun
melakuakn
gerakan
filantropi
Islam,
yakni
mengumpulkan, mengelola dan mendistribusikan dana zakat dan infaq untuk
fakir - miskin. Pada awalnya gerakan tersebut hanya beranggota segelintir
orang dalam bentuk panitia pengumpulan zakat. Gerakan pengumpulan zakat
di lakukan pertama kali tahun 1910.61 Seiring perjalan waktu, aktifitas
pengelolaan zakat dan shadaqoh kemudian di kelola oleh sebuah badan khusus
yang bernama Majelis Wakaf dan Keharta Bendaan.
Selain pengelolaan dana zakat dan shadaqoh, Dahlan pun mempelopori
gerakan pengelolaan serta pendistribusian hewan kurban. Gerakan ini pertama
kali dilakukan pada tahun 1911.62
Dari berbagai aktifitas sosial yang bermacam-macam tersebut
kemudian di kelola secara rapih dalam sebuah badan yang bernama Majelis
Penolong Kesengsaraan Umum. Adapun konsep dasar dari Penolong
Kesengsaraan Umum adalah ;63
1. Menanamkan kesadaran akan pentingnya kewajiban tolong menolong
dalam kebaikan dan taqwa
2. Menggerakan anggota-anggota untuk beramal dan tolong menolong
sebagai upaya untuk mewujudkan cita-cita persyarikatan
61
Tabel Sejarah Muhammadiyah, diakses dari www.muhammadiyah.or.id
Tabel Sejarah Muhammadiyah, artikel di akses pada tanggal 12 Januari 2009 dari : www.
muhammadiyah .or .id
63
Margono Puspo Suwarno, Gerakan Islam Muhammadiyah (Yogyakarta : Persatuan,
1986). Cet. III, h. 61-62.
62
3. Membantu dan mengkoordinir kegiatan masyarakat serta organisasi Islam
lainnya yang bergerak dalam bidang yang sejalan dengan tujuan dan citacita persyarikatan.
4. Mengupayakan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah, badan serta
lembaga-lembaga non pemerintah
5. Menyelenggarakan pendidikan untuk :
A. Membentuk tenaga kemanusiaan yang memiliki karakteristik ke
Islaman dan Ke Muhammadiyahan
B. Menanankan nilai-nilai ke Islaman dan ke Muhammadiyahan kepada
tenaga pertolongan
C. Meningkatkan
keterampilan
serta
kecerdasan
petugas
pertolongan
D. Membuat proyek percontohan kemanusiaan dimasyarakat
tenaga
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbicara tentang sosialisme Ahmad Dahlan, maka kita akan
mendapatkan sebuah kesimpulan. Pertama, sosialisme yang di fahami serta
dipraktikan oleh Ahmad Dahlan adalah sosialisme yang berpatokan,
bersumber serta terinspirasi kitab suci al-Qur’an (sosialisme religius). Dengan
demikian sosialisme Ahmad Dahlan bukanlah sosialisme yang mengambil
dasar pada falsafah materialisme absolut sebagaimana sosialisme yang lahir
dan berkembang di negara barat.
Kedua, sosialisme Ahmad Dahalan adalah sosialisme kolektif bukan
sosialisme terpimpin sebagaimana yang digagas oleh Karl Marx. Mengapa
sosialisme Dahlan lebih bersifat sosialisme kolektif, pertanyaan ini bisa kita
jawab dengan tafsiran Ahmad Dahlan terahadap Surat al-Imran / 3 :104
“Dan hendaklah ada sekelompok umat diantara kamu yang menyeru
kepada kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran, mereka itulah
orang-orang yang beruntung.”
Terinspirasi dari surat tersebut, Ahmad Dahlan kemudian mengumpulkan kolega
seperjuangannya untuk mendirikan persyarikatan Muhammadiyah. Dengan
mendirikan Muhammadiyah, sesungguhnya Ahmad Dahlan menginginkan
perjuangan yang bersifat kolektif (berjamaah) bukan perjuangan yang
individualistik bukan pula perjungan terpimpin dibawah komando langsung oleh
Ahmad Dahlan. Perjuangan kolektif yang di gagas oleh Dahlan merupakan
manifestasi dari sifat manusia sebagai mahluk sosial serta menjadi spirit gerakan
kebudayaan hidup kolektif lewat sebuah wadah yang bernama organisasi.
Ketiga, sosialisme Ahmad Dahlan memiliki kesamaan konsep dasar dengan
sosialisme barat yakni pentingnya distribusi harta kekayaan (keadilan distribusi).
Kesamaan berikutnya adalah sama-sama menginginkan adanya budaya gotong
royong, kolektifitas (anti budaya individualisme). Dengan demikian, sosialisme
yang dipraktikan Ahmad Dahlan lebih menitik beratkan sosialisme sebagai etika
sosial, bukan sosialisme dalam kerangaka teori ekonomi- politik.
Keempat, sosialisme Ahmad Dahlan bukan sebuah gerakan sosialisme
dalam bingkai gerakan politik, namun lebih bernuansa gerakan sosial. Karena
sifat gerakannya lebih condong sebagai gerakan sosial maka Ahmad Dahlan
merupakan salah satu tokoh yang cukup berani mengambil sikap kooperatif
bukan sikap konfrontatif dengan kelompok pemerintahan kolonial. Akibat
sikap kooperatif yang dilakukan Ahmad Dahlan maka berdampak terhadap
Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, yakni keluarnya “fitnah” politik yang
dilakukan oleh tokoh Islam, di antaranya adalah dari Haji Misbach yang
menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah kelompok Islam kapitalis. Fitnah
ini terjadi karena ketidak ikutsertaan Muhammadiyah dalam aksi-aksi politik
konfrontatif melawan pemerintahan penjajah.64 Lebelisasi Muhammadiyah
sebagai kelompok Islam kapitalis dimuat diberbagai media cetak diantara
Islam Bergerak, Sinar Hindia, Doenia Baroe, Oetoesan Hindia dan Medan
Moeslim.
64
Hiqmah, H.M Miscbah Kisah Haji merah, h. 26.
Selain corak gerakan sosialisme dalam bingkai gerakan non politik
yang dijalankan oleh Ahamad Dahlan, sosialisme Ahamad Dahlan bukanlah
sosialisme yang berwatak konfrontasi sosial, yakni melakukan perlawanan
sosial terhadap kaum kapitalis lokal yang oleh kelompok Islam kiri Indonesia
pada saat itu di kenal dengan kelompok bangsawan feodal, para pejabat
pegawai pemerintah kolonial, pedagang Cina yang mendominasi sektor
perdagangan. Dengan demikian sosialisme Ahmad Dahlan adalah sosialisme
tanpa konflik kelas. 65
Karena sosialisme Ahmad Dahlan bukanlah sosialisme tanpa konfilk
kelas, maka sebagai konsekuensinya sosialisme Ahamad Dahlan memiliki
segmentasi perjuangan yang bersifat luas, yakni tidak terpolarisasi hanya pada
kelompok buruh
Atas berbagai serangan politik terhadap Muhammadiyah yang di anggap tidak
sosialis sejati serta merupakan dari bagaian Islam kapitalis, Muhammadiyah pun
merespon dengan mengeluarkan sebuah pernyataan politik, bahwa masalah
sosialisme dalam Muhammadiyah bukanlah sesuatu yang di perdebatkan lagi
mengingat Muhammadiyah telah berbuat lewat gerakan penolong kesengsaraan.
Hal tersebut bisa terlihat dalam berita tahunan Muhammadiyah Hindia Timur
tahun 1927
“Soal perkara sosialisme di dalam Moehammadijah, ropenya tidak di
keloerkan lagi, kareana amal Moehammadijah tentang pertolongan
kepada kesengsaraan jang sangat teratoer lagi baik, itoelah jang
mendjadi di djawab yang tidak boleh di bantah lagi. Dahoeloe orang
65
Saud El Hujaj, “ Nalar Negara Dalam Gerakan Muhammadiyah,” Jurnal Tanwir Volume
I (Mei 2003) : h. 77.
mentjela Moehammadijah, di katakannja tidak mentjintai bangsa dan
menolong rakjat jang fekir. Tjatjian jang seroepa ini adalah kembali
kepada dirinja sendiri. Dimanakh perkoempoelan Boemipoetra jang
menegoehkan pemiliharaan anak-nak jatim dan orang-orang miskin
jang sangat sengsara itoe? Moehammadijah dengan seada-adanja,
soedah mengadakan pertolongan itoe, sedang poliklinik bertambah di
Solo, Tegal dan Malang”.66
Dalam konteks yang berbeda, akis-aksi sosialisme Ahmad Dahlan
sesungguhnya telah merambah pada aksi perjuangan dalam menegakan
(supremasi) hak-hak dasar manusia seperti hak atas pendidikan, hak atas
kesehatan serta hak atas penghidupan yang layak. Sebuah gerakan serta isu
yang kini masih diperbincangkan serta diperjuangankan baik dalam skala
nasional, regional hingga skala global. Singkat kata, selain tokoh sosialis
Dahlan pun merupakan tokoh pejuang supremasi hak-hak manusia.
B. Saran
Selama ini literatur yang bertebaran hanya membahas tentang Ahmad Dahlan
sebagai tokoh gerakan pembaharu serta sebagai tokoh gerakan Islam murni
Indonesia. Semoga dengan munculnya tulisan yang bertemakan sosialisme
Ahmad Dahlan menjadi celah lahirnya literatur baru yang membahas wajah lain
Ahmad Dahlan. Selain itu, dengan kehadiran tulisan ini diharapkan pula akan
membuka ruang dialektika bahwa sosialisme Islam dalam konteks Indonesia,
bukan hanya milik H.O.S Tjokroaminoto dan Agus Salim tetapi juga Ahmad
Dahlan. Dengan hadirnya tulisan ini diharapkan pula bisa melahirkan serta
memperbanyak penelitian tentang sosialisme Ahmad Dahlan.
66
El Hujaj, “Nalar Negara Dalam Gerakan Muhammadiyah,” h. 78.
Kehadiran tulisan ini (Sosialisme Ahmad Dahlan) sesungguhnya
memiliki urgensi yang cukup startegis. Pertama, terhadap keluarga besar
Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan sebuah upaya untuk menyatakan
bahwa
didalam
pemikiran
Ahmad
Dahlan
sebagai
individu
serta
Muhammadiyah sebagai sebuah institusi sesungguhnya tertanam benih-benih
sosialisme. Hal ini penting. Mengingat, benih-benih sosialisme dalam
pemikiran Ahmad Dahlan serta benih-benih sosialisme dalam tubuh
Muhammadiyah seiring perjalanan waktu nyaris terlupakan.
Kedua, kepada kaum muda yang masih menggandrungi sosialisme.
Dengan hadirnya tulisan ini bisa diharapkan memberikan tambahan wacana
bahwa sosialisme Islam adalah sosialisme moderat. Islam adalah agama
sosialisme, namun di sisi lain Islam mengakomodir kapitalsime (melegitimasi
kepemilikan individu). Dengan demikian kita dapat membuat pernyataan
Islam satu agama merangkul dua ideologi.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Ian. Ideologi Politik Mutakhir Konsep, Ragam, Kritik dan Masa
Depannya. Yogyakarta: Qalam, 2000.
Black, Antoni. Pemikiran Politik Islam, Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini.
Jakarta : Serambi, 2006.
Crick, Bernard. Sosialisme. Surabaya : Pustaka Promethea, 2001.
Dahlan, Muhidin M (ed) . Sosialisme Religius, Suatu Jalan Keempat. Yogyakarta
: Kerasi Wacana, 2000.
Damami, Muhammad. Akar Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta : Fajar
Pustaka Baru, 2006.
Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : Rajawali Press, 2007.
Enginner, Ali Asgar. Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta : Pusataka
Pelajar, 2003.
Eben, Stein dkk. Isme-isme Dewasa Ini. Jakarta : Erlangga, 1994.
Elhujjah, Saud, Nalar Negara Dalam Muhammadiyah, dalam Tanwir Jurnal
Agama dan Peradaban. Jakarta : Pusat Studi Agama dan Peradaban,
2006.
Hadjid, KRH. Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, Tujuh Falsafah dan Tujuh Belas
Kelompok Ayat. Yogyakarta : LPPI PP Muhammadiyah, 2006.
Hadjid, KRH. Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Pergerakan
Muhammadiyah. Yogyakarta : Siaran.
Hefner, Rober W & Sukidi. Api Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan. Yogyakarta
: Multi Press, 2008.
Huda, Nor. Islam Nusantara, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007
Hikmah, Nor. Haji Misbach Kisah Haji Merah. Jakarta : Komunitas Bambu,
2008.
Hadikusuma, Djarnawi. Aliran Pembahrauan Islam Dari Jamaluddin Al-Afghani
Sampai K.H. Ahmad Dahlan. Yogyakarta : Persatuan.
Jainuri, Achmad. Ideologi Kaum Reformis Melacak Pandangan Keagamaan
Muhammadiyah Periode Awal. Surabaya : LPAM, 2002
Mulkhan, Abdul Munir. Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal
Muhammadiyah. Yogyakarta : Percetakan Persatuan Islam. 1990.
-----------------. Pesan dan Kisah K.H. Ahmad Dahlan dalam Hikmah
Muhammadiyan. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007.
Mintz, S. Jeanne. Muhammad, Marx, Marhaen Akar Sosialisme Indonesia.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2003
Pasha, Kamal Musthafa. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta :
Citra Karsa Mandiri, 2005.
Rais, Muhammad Amin. Membangun Politik Adiluhung Membumikan Tauhid
Sosial Menegakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Bandung : Zaman
Wacana Mulia, 1998.
Rapar, J H. Filsafat Politik Plato, Aristoteles, Machiavelli. Jakarta : Rajawali
Press, 2002.
Surur, Bahrus. Teologi Aman Saleh Membongkar Nalar Kalam Muhammadiyah
Kontemporer. Surabaya : LPAM, 2005
Salam, Junus. Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan. Jakarta : Depot Pengajaran
Muhammadiyah, 1968.
Sya’rawi, Mutawalli. Islam diantara Komunisme dan Kapitalisme. Jakarta : Gema
Insani Press, 1991.
Supriyadi, Eko. Sosialisme Islam, Pemikiran Ali Syari’ati. Yogyakarta : Pusataka
Pelajar, 2003.
Schmandt, Henri J. , Filsafat Politik Kajian HIstoris Dari Zaman Yunani Kuno
Sampai Zaman Modern. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005.
Salam, Solichin. K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia. Jakarta :
Jayamurni, 1963.
Suwarono, Puspo Margono. Gerakan Islam Muhammadiyah. Yogyakarta :
Persatuan, 1986.
Saefullah. Pemikiran Politik Muhammadiyah Dari Ahmad Dahlan Hingga Amin
Rais. Tanwir Jurnal Agama dan Peradaban. Jakarta : Pusat Studi Agama
dan Peradaban, 2006.
Syoedja, Muhammad. Cerita Tentang K.H. Ahmad Dahlan Catatan Haji
Muhammad Soedja. Diakes dari www.muhammadiyah.or.id
Sjahrir, Sutan. Sosialisme Indonesia Pembangunan. Jakarta : LEPPENAS, 1985
Yusuf, Yunan. Ensiklopedi Muhammadiyah. Jakarta : Rajawali Press, 2005.
Artikel Koran, Berita dan Website.
Hadi, Abdul W H, “ Islam, Marxisme dan Persoalan Sosialisme di Indonesia”,
diakses dari www.icas-Indonesia.org.
K S, Usman, “Dari Gamal Abdul Nasser Sampai Hassan Hanafi”, Koran Tempo,
9 Mei 2004.
Sparaque, Ted, “Sosialisme Abad 21 Memilah Kaum Reforamis dari Kaum
Revolusioner” , diakses dari www.prp-indonesia.org.
Majalah Tempo, Bapak Republik Yang Dilupakan, Edisi Khusus Kemerdekaan,
Edisi 11-17 Agustus 2008
Download