BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Sebagai guru seharusnya memiliki strategi dalam kegiatan belajar
agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Pemilihan model pembelajaran
merupakan salah satu langkah yang digunakan dalam menangani masalah masalah yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran menurut Sudrajat (2008) pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Apabila antara pendekatan,
strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai
menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah model pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan siasat guru
untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponen –
komponen pengajaran yang tidak hanya terjadi pada tahap perancangan
tetapi juga terjadi pada tahap implementasi atau pelaksanaan, bahkan pada
tahap pelaksanaan evaluasi.
Pembelajaran Sistem Kelistrikan pada sekolah umumnya guru
hanya merancang model pembelajaran dengan ceramah murni yang hanya
terbatas pada sumber belajar yang ada di sekolah tersebut tanpa siswa
melakukan kegiatan lain yang lebih menarik. Proses pembelajaran di
sekolah formal, tengah mengalami kejenuhan. Rutinitas proses belajar
yang cenderung kaku dan baku, tidak lagi mengutamakan ide kreativitas
berpikir setiap siswa. Pembelajaran yang diterapkan adalah peserta didik
5
6
menjelaskan semirip mungkin dengan apa yang tertulis dalam buku kalau
bisa hafal hingga koma dan titik, apabila tidak sama dalam buku dianggap
salah. Beginilah rupa dan sistem pendidikan yang telah kita jalani saat ini.
Sebagai guru otomotif yang akan mengembangkan model pembelajaran
dituntut menguasai materi sistem kelistrikan secara luas dan mendalam.
Pada penerapan kurikulum 2013 ini siswa dituntut mampu bekerja secara
mandiri dan mendapatkan hasil belajar yang baik. Jadi perlu adanya model
belajar yang tepat digunakan dalam kelas. Pada kurikulum 2013, model
Problem
Based
Learning
merupakan
model
pembelajaran
yang
memprioritaskan peserta didik aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Model Problem Based Learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang berprinsip kerjasama kelompok yang diperkirakan
mampu
mengembangkan
kemampuan
belajar
siswa.
Model
ini
merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawaban –
jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban
terhadap masalah.
Pengertian PBL menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson,
adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya
dirancang
masalah-masalah
yang
menuntut
siswa
mendapatkan
pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan
masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi
dalam
tim.
Proses
pembelajarannya
menggunakan
pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.
(Taufik Amir.M: 2010).
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model
pembelajaran yang membawa suasana belajar diarahkan oleh suatu
permasalahan sehari-hari. Peserta didik menganalisis masalah yang terjadi
pada
kehidupan
sehari-hari
mengenai
Sistem
Kelistrikan.
Dari
7
permasalahan yang mereka hadapi tersebut kemudian mendorong peserta
didik berpikir kreatif dan kritis untuk mengemukakan pendapat
mereka.Jadi, dalam penerapan model Problem Based Learning ini peserta
didik dapat melakukan penelitian sederhana yang berlatar belakang
permasalahan sehari – hari yang ada di dunia nyata terjadi di
lingkungannya. (Yayuk, 2014:12)
Proses pembelajaran yang dimulai dengan memberikan masalahmasalah dalam kehidupan nyata dan masalah ini siswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah
mereka punya sebelum (pro-knowledge) sehingga knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Menurut Erna Tutik Yustiani (2011: 8) PBL adalah salah satu
model pembelajaran yang berorientasi pada penyelesaian masalah
(Problem solving) dan dikembangkan dengan memanfaatkan teori-teori
dari John Dewey. Menurut Arends Problem dengan PBL yaitu Problem
Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang
digunakan untuk meningkatkan derajat berfikir ketingkat lebih tinggi dan
berorientasi pada masalah. Ada istilah-istilah lain yang sinonim dengan
PBL yaitu anchored instruction(Pembelajaran yang berakar pada
kehidupan nyata), authentic learning, project Based teaching dan
experiennced-based education(Pendidikan berdasarkan pengalaman), “
Sedangkan penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Afifah
Purnamaningrum dengan judul skripsi “Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kreatif Melalui Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran
Biologi Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 2 Surkarta Tahun Pelajaran
2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan presentase setiap sapek
kemampuan berpikir kreatif berdasarkan tes pada Siklus I belum
memenuhi target, ketercapaian aspek fluency sebesar 69,70%, kemampuan
berpikir luwes (flexibility) sebesar 63,64%, kemampuan berpikir orisinal
8
(originality) sebesar 47,73%, kemampuan memerinci (elaborasi) 56,82%,
kemampuan menilai (evaluasi) 49,24%. Hasil siklus II meningkat namun
ada aspek yang belum mencapai target. Ketercapaian aspek pada Siklus II
yaitu fluency 79,55%, flexibility sebesar 73,11%, originality sebesar
54,55%, elaborasi 60,23%, evaluasi 57,58%. Belum seluruhnya aspek
memenuhi target, sehingga tindakan dilanjutkan ke Siklus III. Hasil yang
dicapai pada siklus III aspek fluency 85,86%, flexibility sebesar 78,03%,
originality sebesar 63,64%, elaborasi 60,23%, evaluasi 62,12%. Seluruh
aspek kemampuan berpikir kreatif sudah memenuhi target, sehingga
tindakan dihentikan.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Masayuki (2016) yang berjudul
“The Effects of Problem-Based-Learning on the Academic Achievements
of Medical Students in One Japanese Medical School, Over a Twenty-Year
Period”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai akademik siswa
perempuan dan laki – laki mengalami kenaikan yang signifikan setelah
diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning.
Dari beberapa teori tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Problem Based Learning mempunyai pengertian membantu siswa untuk
mengembangkan kreativitas berfikir dan ketrampilan mengatasi masalah,
mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri.
Tujuan Problem Based Learning menurut Ibrahim dan Nur adalah
PBL dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman
nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri
yang mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari
penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri serta belajar
untuk menyelesaikan tugas – tugas itu secara mandiri dalam hidupnya
kelak (Yayuk 2014:13).
9
PBL adalah pedagogi yang berpusat pada siswa di mana siswa
belajar tentang subjek dalam konteks masalah yang kompleks, multifaset,
dan realistis (tidak harus bingung dengan pembelajaran berbasis proyek).
Tujuan dari PBL adalah untuk membantu siswa mengembangkan
pengetahuan yang fleksibel, keterampilan pemecahan masalah yang efektif,
belajar mandiri, keterampilan kolaborasi yang efektifdan motivasi intrinsik,
bekerja dalam kelompok. Peran instruktur adalah sebagai fasilitator
pembelajaran yang menyediakan perancah yang tepat dan dukungan dari
proses, pemodelan proses, dan pemantauan belajar.
Menurut Depdiknas, ciri utama pembelajaran berbasis masalah
meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan autentik,
multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penyeledikan dan menghasilkan
karya. Jadi, dalam pembelajaran berbasis masalah situasi atau masalah
yang terjadi menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep,
prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Problem Based Learning menekankan bahwa siswa berperan
sebagai seorang profesional dalam menghadapi permasalahan yang
muncul, meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi
yang minimal, siswa tetap dituntut menentukan solusi terbaik yang
mungkin ada. Problem Based Learning membuat perubahan dalam proses
pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya
berdiri di depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam
menyelesaikan
masalah
dengan
memberikan
langkah-langkah
penyelesaian yang sudah jadi, melainkan guru berkeliling kelas
memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu siswa lebih
sadar akan proses pembelajaran.
Menurut Ibrahim dan Nur Problem Based Learning terdapat lima
tahap utama, yaitu (1). Tahap orientasi pada masalah, (2).Tahap
mengorganisasikan
siswa
untuk
belajar,
(3).Tahap
membimbing
10
penyelidikan individu maupun kelompok, (4).Tahap mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, (5). Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah (Yayuk ,2014:15). Hal tersebut dijelaskan dalam tabel
berikut.
Tabel 2.1. Tahap Utama dan Tingkah Laku Guru dalam Problem Based
Learning
Tahap
Tingkah Laku
Tahap 1:
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi siswa kepada
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
masalah.
memotivasi siswa terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilihnya
Tahap 2:
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasi siswa
mengorganisasikan tugas belajar yang
untuk belajar
berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3:
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
Membimbing
informasi yang sesuai, melaksanakan
penyelidikan individual
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
maupun kelompok.
dan pemecahan masalah.
Tahap 4:
Guru membantu siswa dalam merencanakan
Mengembangkan dan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
menyajikan hasil karya.
laporan, video, model dan membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5:
Guru membantu siswa untuk melakukan
Menganalisa dan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mengevaluasi proses
mereka dan proses yang mereka gunakan
pemecahan masalah.
11
2. Kreativitas Berpikir
a. Pengertian Kreativitas Berpikir
Kreativitas berpikir dalam prosesnya lebih banyak menekankan
pada aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan dan keterincian menurut
Isaken et al (Ali, 2010: 8). Sedangkan menurut Mc Gregor merupakan
berpikir secara luas lebih dari apa yang diajarkan dan mengarah pada
penemuan gagasan baru, pendekatan baru, perspektif baru atau cara
baru dalam memahami sesuatu (Ali, 2010: 8). Sementara Martin
berpendapat bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan
berpikir yang dapat menghasilkan ide baru maupun cara baru dalam
menghasilkan sesuatu yang baru atau kreatif. Permasalahan yang
menantang dapat memunculkan ataupun menumbuhkan kreativitas
dalam berpikir (Ali, 2010: 8).
Kreativitas berpikir merupakan sebuah bentuk inovasi baru
dalam berpikir. Berpikir tidak selalu monoton pada hal yang itu-itu
saja melainkan bisa lebih dikembangkan secara luas berupa kelancaran,
keluwesan,
keterperincian,
kepekaan,
keaslian,
kebaruan
dan
pendekatan baru dalam menemukan gagasan atau ide baru.Hasil dari
berpikir yang lebih luas dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan
hebat.
Penelitian tentang kreativitas berpikir yang dilakukan oleh
Esen Ersoy dengan judul “The Effects of Problem-based Learning
Method in Higher Education on Creative Thinking” menunjukkan hasil
bahwa tidak hanya kemampuan kreativitas berpikir siswa perempuan
saja yang mengalami peningkatan, tetapi siswa laki-laki juga
mengalami peningkatan dalam kemampuan kreativitas berpikir. Jadi
seluruh siswa mengalami peningkatan dalam kemampuan kreativitas
berpikir setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based
Learnin.
Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Ulfi Atmaha
Rohmawati dengan judul skripsi “Peningkatan Kreativitas Berpikir
12
Dan Hasil Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share Dalam Mata Pelajaran Mekanika Teknik II SMK
Negeri 2 Surakarta”.
Terdapat 7 indikator kreativitas berpikir, penjelasan setiap
indikator kreativitas berpikir sebagai berikut :
1) Kelancaran (fluency), siswa dapat menghasilkan ide dalam
berbagai kategori atau bidang.
2) Keluwesan (flexibility), kemampuan siswa untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan terhadap suatu permasalahan
3) Keterperincian
(elaboration),
kemampuan
siswa
untuk
memecahkan masalah secara detail, yang didalamnya dilengkapi
dengan tabel, grafik, gambar, model, dan kata-kata.
4) Kepekaan (sensitivity), kemampuan siswa mendeteksi (mengenali
dan memahami) serta menanggapi suatu pernyataan situasi atau
masalah.
5) Keaslian (originality) kemampuan siswa dalam mencetuskan
gagasan dengan cara-cara yang asli tidak klise dan jarang diberikan
oleh kebanyakan orang.
6) Kebaruan siswa memiliki kemampuan untuk menghasilkan
gagasan atau ide baru.
7) Pendekatan baru, siswa memiliki kemampuan untuk menganalisa
masalah dengan metode yang berbeda.
Berdasarkan uaraian diatas maka kesimpulan kreativitas
berpikir sesuai dengan pendapat Torrance menyatakan kemampuan
kreativitas berpikir merupakan kemampuan dalam memikirkan
masalah, membuat perkiraan, menghasilkan ide baru, kemudian
mengkomunikasikan hasil (Ulfi, 2015: 10). Berdasarkan pendapat
tersebut kreativitas berpikir membuat kegiatan yang meliputi
memikirkan
masalah,
kemudian
membuat
hipotesis
untuk
menghasilkan ide baru kemudian dibagikan hasil pemikiran tersebut.
13
b. Prinsip-prinsip Kreativitas Berpikir
Teori kreativitas didasarkan pada suatu filosofi “from nothing
to get or create something”.Berdasarkan filosofi tersebut dapat
diketahui dari sesuatu yang awalnya tidak ada, kita dapat menciptakan
sesuatu yang bernilai. Proses pembelajaran pasti menemukan
kekurangan maupun kelebihan dalam materi pelajaran. Hal ini
menuntut siswa untuk berpikir lebih dalam untuk menemukan
gagasan-gagasan baru. Terdapat tujuh prinsip dalam kreativitas
berpikir (the basic of creative thinking) menurut Hendro (Ulfi, 2015:
11) yaitu :
1)
Memposisikan diri berbeda dengan yang lain (opposite atau think
differently)
2)
Berpikir dengan cara yang berbeda dari awalnya tidak ada untuk
memberikan hasil yang menakjubkan.
3)
Berpikir lebih detail atau rinci
4)
Berpikir jika ada yang ingin dicapai itu lebih sempurna dari orang
lain
5)
Apapun kesulitannya pasti ada jalan keluarnya
6)
Kesulitan dan inspirasi itu saling melekatkan diri, yang satu
selangkah lebih depan dan yang lainnya di belakang
7)
Pengetahuan hanya sebesar 1% sedangkan imajinasi sebesar 99%,
pengetahuan adalah alat sedangkan imajinasi adalah cara untuk
menemukan inspirasi. Sebagian tokoh besar dunia memiliki pola
pikir imajinasi yang kuat salah satunya Einstein.
c. Kegunaan Kreativitas Berpikir
Kreativitas berpikir harus didasarkan pada pola kreatif untuk
membantu memecahkan permasalahan guna menemukan pemecahan
solusinya. Kreativitas berpikir memiliki banyak manfaat dalam proses
pembelajaran. Ada beberapa kegunaan kreativitas dalam berpikir
menurut Hendro (Ulfi,2015:11):
14
1) Menemukan gagasan, ide, peluang dan inspirasi baru
2) Mengubah suatu permasalahan atau kesulitan dan kegagalan dalam
pembelajaran menjadi sebuah pemikiran yang cemerlang untuk
menemukan penemuan baru
3) Menemukan solusi yang inovatif
4) Mengubah
keterbatasan
yang
sebelumnya
ditemui
dalam
pembelajaran menjadi sebuah kekuatan atau keunggulan
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari kata “prestasi” dan “belajar”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895), Prestasi adalah hasil yang
telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Sedangkan menurut Soenarto (2009:1) tentang definisi dari prestasi
adalah bukti dari kemampuan, ketrampilan, sikap seseorang dalam
menyelesaikan suatu hal. Jadi, prestasi belajar mempunyai pengertian
penguasaan pemahaman dan ketrampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang
diberikan
oleh
guru.
Angka
tersebut
mencerminkan
tingkat
keberhasilan dalam hal sejauh mana ia mengusai pengetahuan,
keterampilan yang diperoleh dalam setiap mata pelajaran.
Prestasi belajar memberikan informasi seberapa banyak peserta
didik dapat menguasai pelajaran yang diberikan selama proses belajar
mengajar berlansung. Informasi tersebut dapat diketahui melalui alat
ukur yang berupa tes mauun non tes dalam proses evaluasi. Dari
penilaian hasil belajar tersebut dapat diperoleh bahwa guru bisa
mengetahui seberapa jauh pencapaian keberhasilan, penguasaan dari
peserta didik terhadap materi pelajaran yang disampaikan, dan
ketepatan atau keefektifan metode pelajaran.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi
belajar adalah suatu usaha maksimal yang dilakukan siswa setelah
15
mengikuti proses pembelajaran di kelas yang diakhiri dengan tes,
berupa kemampuan menguasai dan memahami materi pembelajaran
siswa, diwujudkan dalam bentuk angka atau huruf atau kalimat yang
menginformasikan sejauh mana penguasaan dan pemahaman materi
pembelajaran.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Seseorang tidak dapat mengandalkan kecerdasannya saja untuk
memperoleh prestasi belajar yang baik, sebab masih banyak faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yakni faktor dari dalam
dan faktor dari luar diri siswa. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut :
1) Faktor dari dalam diri siswa
Faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi Prestasi
Belajar adalah dapat dijadikan menjadi, pertama faktor fisiologis
atau kondisi jasmaniah. Kondisi fisilogis ini umumnya sangat
berpengaruh terhadapPrestasi Belajar yang lebih baik daripada
orang yang kekurangan gizi. Di samping kondisi fisiologis umum,
seperti tersebut di atas kondisi pancaindra, terutama penglihatan
dan pendengaran merupakan hal yang tidak kalah pentingnya, oleh
karena itu penyediaan alat-alat pembelajaran serta perlengkapan
yang memenuhi syarat serta penempatan murid-murid secara baik
dikelas akan sangat membantu. Faktor kedua adalah kondisi
psikologis.
Semua
keadaan
dan
fungsi
psikologis
besar
pengaruhnya terhadap proses belajar yang juga besifat psikologis.
Minat sangat mempengaruhi Prestasi Belajar seseorang. Jika
seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka dia
tidak akan berhasil dengan baik mempelajari hal tersebut.
2) Faktor dari luar diri siswa
16
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
mempengaruhi Prestasi Belajar bisa digolongkan menjadi dua,
pertama faktor-faktor non sosial, yang termasuk dalam kelompokkelompok faktor ini, misalnya keadaan udara, suhu, cuaca, waktu
(pagi, siang dan malam), tempat (letak gedungnya), instrumentnya
(seperti alat tulis-menulis dan alat-alat peraga). Faktor-faktor tersebut
di atas dapat membantu meningkatkan Prestasi Belajarsiswa. Letak
sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat.
(Soenarto, 2009 : 125).
Kedua, faktor-faktor sosial dalam belajar. Yang dimaksudkan
faktor-faktor sosial
adalah faktor manusia dan perwakilannya
(manusia itu sendiri tidak langsung hadir). Kehadiran orang lain pada
waktu sesorang sedang belajar sering kali merupakan suatu gangguan,
misalnya paa waktu satu kelas sedang mengadakan ujian, lalu banyak
anak-anak lainnya bercakap-cakap disamping kelas. Hal ini akan
membawa pengaruh terhadap hasil prestasi belajarnya. Kecuali
kehadiran yang langsung mungkin juga orang lain hadir secara tidak
langsung, contohnya potret seseorang, nyanyian lewat radio taperecorder, dimana hal-hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor
penganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak ditujukan kepada
sesuatu yang sedang dipelajari atau aktifitas belajar. (Soenarto, 2009 :
86).
c. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi Belajar penting untuk dipermasalahkan
karena
mempunyai beberapa fungsi utama lain :
1) PrestasiBelajarsebagai indikator kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik.
2) Prestasi Belajar sebagai indikator dari suatu institusi pendidikan.
Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan
17
indikator
untuk
mengukur
bagus
tidaknya
suatu
institusi
pendidikan.
3) Prestasi Belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar-mengajar anak didik
merupakan masalah yang utama, karena anak didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah
diprogamkan dalam kurikulum.
Prestasi Belajar yang dicapai seseorang akan tergantung dari
tingkat potensinya (kemauannya) baik yang berupa kecerdasan
maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi, cenderung untuk
memperoleh Prestasi Belajar yang tinggi pula, sebaliknya yang
berpotensi rendah akan cenderung mendapat prestasi yang rendah
pula.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual antara teori
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
penting. Pendekatan model pembelajaran Problem Based Learning
dirancang dan dipersiapkan oleh guru yang berfungsi sebagai pemicu
semangat belajar serta membantu siswa dalam menyelesaikan masalah
dan bekerja secara tim. Pada kondisi awal diketahui rendahnya siswa
dalam memahami materi dari Sistem Kelistrikan, metode yang
digunakan
pada
proses
pembelajaran
kurang
memaksimalkan
kreativitas siswa dalam berpikir sehingga hasil belajar siswa menurun.
Guru sebagai fasilitator menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learningdan merencanakan tahapan pembelajaran melalui
tahap Siklus I dan Siklus II. Penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar
siswa terutama pada mata pelajaran Sistem Kelistrikan, dapat
memaksimalkan kreativitas dalam berpikir, sehingga prestasi belajar
dapat meningkat.
18
Sebagai gambaran penelitian tindakan kelas ini dapat dibuat
kerangka berpikir sebagai berikut :
Kondisi Awal
Penelitian
1. Rendahnya pemahaman materi
2. Metode yang digunakan kurang memaksimalkan
siswa dalam berpikir kreatif
3. Prestasi belajar siswa rendah
Guru menerapkan model
Siklus I
Problem Based Learning
Siklus II
Kondisi yang
diharapkan
1. Siswa lebih bersemangat
2. Kreatifitas berpikir meningkat
3. Prestasi Belajar meningkat
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti uraian di atas,
diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penerapan Problem BasedLearning dapat meningkatkan Kreativitas
Berpikir pada Kelas XI TKRD SMK Negeri 2 Surakarta.
2. Penerapan ProblemBased Learning dapat meningkatkan Prestasi Belajar
pada Kelas XI TKRD SMK Negeri 2 Surakarta.
Download