Penguatan Orientasi Nilai Profesi Guru Dalam Menyiapkan

advertisement
Penguatan Orientasi Nilai Profesi Guru Dalam Menyiapkan Generasi
Berkualitas Dan Berintegritas Menyongsong Generasi Emas 2045
Oleh :
Drs. Sulistiyono, M.Pd
[email protected]
FKIP-UT UPBJJ Surabaya
Abstrak
Guru merupakan jabatan atau pekerjaan profesi yang membanggakan. Bukan
hanya karena profesi guru selalu diperingati setiap 25 Nopember sebagai Hari Guru
Nasional (HGN). Tetapi, pekerjaan profesi guru memiliki martabat yang tinggi dalam
pandangan masyarakat. Mengingat, guru menduduki posisi kedua perannya setelah orang
tua. Akan tetapi, kemulyaaan serta harkat dan martabat yang begitu luhur itu sudah
layaklah disandang oleh para guru di Indonesia?
Persoalan tentang rendahnya kualitas guru dari data hasil uji kompetensi dan
pengkambinghitaman guru akibat terjadinya degradasi nilai dan krisis kepribadian serta
dampak teknologi informasi dan komunikasi yang telah memposisikan sebagai guru yang
tidak memiliki akal, perasaan, dan tidak humanistik bahkan penyiapan menyongsong
generasi emas 2045 dan era MEA bukanlah persoalan yang sedehana. Untuk itu,
integritas, loyalitas, dan profesionalitas menjadi syarat utama agar dimiliki oleh seorang
guru. Sebab, guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan mencerminkan sikap mental
serta komitmennya terhadap peningkatan kualitas profesionalnya. Karena, guru sebagai
pelaku pendidikan itu dapat membangun nasionalisme, membentuk warga negara yang
baik dan mereformasi masyarakat.
Sentralitas dan strategisnya peran guru dalam keseluruhan pendidikan sebagai
proses budaya dapat dikaji dari prasyarat kualifikasi profesi guru serta pengakuan
terhadapnya sebagai tenaga professional yang memegang jabatan fungsional. Sentralitas
dan strategisnya peran guru dalam pemberdayaan manusia dan masyarakat Indonesia
bukan tidak mengandung berbagai tantangan. Hal ini terjadi karena perubahan struktur
masyarakat salah satunya merupakan akibat terjadinya perubahan orientasi nilai profesi
guru. Sebab, pendidikan sebagai proses budaya adalah proses sarat nilai. Bagi setiap
pelaku pendidikan (=guru) yang terlibat dalam proses pendidikan harus memiliki
orientasi nilai yang jelas sesuai dengan hakikat pendidikan sebagai proses budaya.
Orientasi yang berkembang dan menjadi paradigma dalam perkembangan dunia
pendidikan yaitu tradisi rekonstruksionisme dan public issues. Di samping perspektif
pendekatan Neuro Associative Conditioning (NAC). Keduanya, menghendaki perubahan
orientasi nilai budaya lama yang membentuk cara berpikir guru selama ini, ke arah
orientasi nilai budaya yang membentuk cara berpikir baru.
Akan tetapi, apapun bentuknya tentang orientasi nilai profesi guru yang
dianutnya, yang terpenting diarahkan agar guru sebagai pelaku pendidikan merasakan
bahwa itu memang bermanfaat dan mereka butuhkan. Sebab, tanpa merasakan adanya
manfaat, akan sulit untuk menjadi suatu kebutuhan. Semoga generasi emas yang
berkualitas dan berintegritas bisa terbentuk dan harapan bangsa kita mencetak generasi
yang kompetitif dapat terwujudkan.
Kata Kunci: Penguatan, orientasi nilai profesi guru, generasi berkualitas dan
berintegritas, MEA
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
126
tahunnya yang genap berusia 72 tahun,
PENDAHULUAN
Guru merupakan jabatan atau hendaknya
kita
pekerjaan profesi yang membanggakan. menjadikan
para
guru
momentum
dapat
untuk
Bukan hanya karena profesi guru selalu berintrospeksi dan berefleksi. Persoalan
diperingati setiap 25 Nopember sebagai tentang rendahnya kualitas guru seperti
Hari Guru Nasional (HGN). Tetapi, yang
pekerjaan
profesi
guru
dipetakan
oleh
Kementerian
memiliki Pendidikan dan Kebudayaan bahwa
martabat yang tinggi dalam pandangan kompetensi 1,6 juta guru melalui uji
masyarakat.
menduduki
Mengingat,
posisi
setelah orang tua.
kedua
guru kompetensi hasilnya lebih dari 1,3 juta
perannya guru memiliki nilai ujian di bawah 60
Tidak terlalu dari
rentang
0
hingga
100.
Uji
berlebihan jika ada ungkapan: guru kompetensi guru itu mencakup para
adalah digugu dan ditiru; jika guru guru di TK, SD, SMP, sekolah luar
kencing berdiri maka murid akan biasa, SMA, dan SMK. Dari ujian ini,
kencing
berlari.
Bahkan,
dalam hanya 192 guru, sebagian besar guru
filosofis Madura ada sebutan: bapak- SMP, yang mencapai nilai 90-100.
babuk, guru, rato (bapak-ibu, guru, Sementara hampir 130.000 guru yang
ratu). Oleh karena itu, harkat dan nilainya antara 0 dan 30 (Kompas,
martabatnya sejajar dengan orang tua 2015).
(bapak dan ibu) sehingga tidak ada
Terlebih
dengan
perubahan
istilah mantan bagi seorang guru sama zaman yang menyebabkan terjadinya
seperti kepada orang tua (bapak-ibu). degradasi nilai, krisis kepribadian, dan
Boleh kita menyebut mantan (Presiden, goncangnya
kebhinnekaan
yang
DPR, Bupati, dll.) tetapi tidak ada melanda negeri kita yang sudah berada
mantan (bapak-ibu dan guru). Akan diambang kritis. Laku perbuatan yang
tetapi, kemulyaaan serta harkat dan kurang santun ditunjukkan dikalangan
martabat yang begitu luhur itu sudah anak muda. Diperparah lagi semangat
layaklah disandang oleh para guru di keadaban luntur terkikis oleh kondisi
Indonesia?
Pada
carut marutnya kebudayaan. Bangsa
tahun
2017
tepatnya kita yang dikenal memiliki peradaban
tanggal 25 Nopember 2017, diulang yang tinggi dengan adat ketimurannya,
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
127
kini tinggal kenangan sejarah. Artinya, mengembangkan dirinya sesuai dengan
masih patutkah mengatakan bahwa kita tuntutan
perkembangan
adalah bangsa yang berbudaya tinggi, sehingga keberadaannya
zaman
senantiasa
beradab, dan santun? Hal tersebut, memberikan makna profesional.
yang membuat segenap komponen
bangsa
merasa
resah.
Sementara itu, bila prediksi
Bahkan, bahwa
perkembangan
dunia
akan
celakanya gurulah yang dikambing- mengarah pada kawasan tepi Pasifik itu
hitamkan.
benar
maka
perubahan-perubahan
Bahkan, tantangan ke depan transformatif yang bersifat struktural
bagi pekerjaan profesi guru bukan akan serta tantangan globalisasi dan era
menjadi
ringan.
Peran
teknologi MEA
juga
akan
melanda
bangsa
informasi dan komunikasi pada era ini Indonesia. Dalam konteks perubahan
tampaknya telah menggeser peran guru dan gejolak baru ini, tidak akan dapat
dalam mendidik siswanya. Bisa jadi dihindari lagi pengembangan investasi
memposisikan sebagai guru yang tidak di sektor pendidikan dan guru sebagai
memiliki akal, perasaan, dan tidak pelakunya memiliki nilai dan peran
humanistik.
Kompleksitas
persoalan strategis. Karena, guru sebagai pelaku
yang dihadapi guru juga bertambah pendidikan
itu
dapat
membangun
terutama dalam rangka mempersiapkan nasionalisme, membentuk warga negara
generasi
emas
2045.
Untuk
itu, yang baik dan mereformasi masyarakat.
integritas, loyalitas, dan profesionalitas Sebagaimana yang disebutkan oleh
menjadi syarat utama bagi seorang Swift bahwa paling sedikit ada empat
guru. Karena, pekerjaan guru memang fungsi pendidikan dalam masyarakat.
mengabdi kepada bangsa dan negara. Pertama, harus menanamkan nilai-nilai
Sebagaimana pendapat Suyatno dan dan norma-norma masyarakat yaitu
Asep (2013) bahwa guru yang memiliki pendidikan dibuat untuk mengembangprofesionalisme tinggi akan tercermin kan dalam diri anak-anak keyakinan,
dalam sikap mental serta komitmennya kebiasaan berpikir, dan bertindak yang
terhadap perwujudan dan peningkatan dianggap perlu dan diharapkan dalam
kualitas profesional melalui berbagai masyarakat. Kedua, pendidikan harus
cara dan strategi. Ia akan selalu mempertahankan
solidaritas
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
social
128
dengan mengembangkan dalam diri satunya merupakan akibat terjadinya
anak-anak rasa ikut memiliki bersama perubahan orientasi nilai profesi guru.
dengan keterikatan pada cara hidupnya Sebab,
pendidikan
sebagai
proses
seperti yang mereka pahami. Ketiga, budaya adalah proses sarat nilai. Bagi
pendidikan
harus
mrnyampaikan setiap pelaku pendidikan (=guru) yang
pengetahuan yang meliputi warisan terlibat dalam proses pendidikan harus
sosial.
Keempat,
pendidikan
juga memiliki orientasi nilai yang jelas
diharapkan mengembangkan pengeta- sesuai
huan baru (Sudjiman & Librata, 1989).
Lembaga
pendidikan
dengan
hakikat
pendidikan
sebagai proses budaya. Bagaimana
formal halnya dengan orienasi nilai profesi
merupakan suatu sistem. Salah satu guru Indonesia saat ini?
komponennya adalah guru. Setiap guru
memiliki tanggung jawab besar dan
strategis dalam keseluruhan proses
pendidikan
sebagai
institusi
pembudayaan,
pemasyarakatan,
dan
pembangsaan.
Sentralitas
dan
strategisnya
peran
guru
dalam
keseluruhan pendidikan sebagai proses
budaya dapat dikaji dari prasyarat
kualifikasi profesi guru pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan serta
pengakuan terhadapnya sebagai tenaga
professional yang memegang jabatan
Sentralitas
guru
dan
dalam
strategisnya
pemberdayaan
manusia dan masyarakat Indonesia
bukan tidak
tantangan.
Orientasi
Nilai
dalam
Pilihan
Pekerjaan
Orientasi
nilai
mengandung
makna sebagai standar keberhargaan
dan sesuatu yang berharga. Orientasi
nilai bagi seseorang merupakan standar
serta prinsip yang dimiliki, diyakini,
dan digunakan oleh individu atau
masyarakat
untuk
melegitimasi,
mengekspektasi, dan mengacu pada
keberhargaan
sesuatu
(Berger
&
Luckman, 1990). Nilai akan tetap
fungsional.
peran
PEMBAHASAN
mengandung berbagai
Hal
ini
terjadi
karena
dijunjung
tinggi
dan
memberikan
kenyamanan terhadap hidup sesorang.
Sebagaimana
Koentjaraningrat
mengungkapkan bahwa standar atau
prinsip yang berstatus sebagai nilai
sentral
dalam
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
129
perubahan struktur masyarakat salah
menempati
posisi
keyakinan manusia atau masyarakat nilai
sosial
(social
values),
nilai
dan dijunjung tinggi dalam hidup pendidikan (educational values), nilai
kesehariannya (1987). Orientasi nilai jabatan atau pekerjaan (occupational
seseorang
merupakan
pengalamannya
yang
hasil
bersifat
dari values), dan nilai waktu senggang
unik (leisure-time
values).
Nilai
diri
sehingga struktur nilai pada setiap berkaitan dengan orientasi nilai yang
individu juga bersifat unik. Bahkan, dimiliki dan diyakini oleh setiap pribadi
orientasi nilai seseorang senantiasa dan pengaruhnya terhadap kehidupan
berubah dan kontekstual. Tetapi, yang dunia pekerjaannya meliputi: inisiatif,
pasti bahwa begitu orientasi nilai identitas diri, harga diri, tanggung
menjadi milik dan keyakinan diri, jawab, kebebasan, dan keterbukaan.
orienatsi nilai akan diterima sebagai Nilai sosial berkaitan dengan arti
suatu kriteria berharga (criteria of penting atau makna sosial dari pilihan
worth) yang akan menjadi ajukan pekerjaan dan pandangan orang lain
dirinya dalam bersikap dan mengambil atau
keputusan.
masyarakat
pekerjaannya
terhadap
serta
pilihan
pengaruhnya
Bagi setiap orang, pengambilan terhadap orientasi nilai sosial dunia
keputusan terhadap pilihan pekerjaan pekerjaan. Nilai pendidikan berkaitan
erat kaitannya dengan masalah emosi, dengan
kognisi
atau
rasional,
dan
arti
penting
atau
makna
sikap pekerjaan dalam pengembangan potensi
seseorang. Pilihan pekerjaan sebagai atau kecakapan diri. Nilai pekerjaan
bentuk
keputusan
akhir
seseorang berkaitan dengan nilai yang terdapat di
merupakan persoalan sikap. Sedangkan dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
sikap dan perilaku seseorang sangat Nilai waktu luang berkaitan dengan
ditentukan oleh orientasi nilai yang adanya kesempatan diri untuk rileks,
dimiliki
dan
diyakininya.
Dengan rekreasi,
aktivitas
untuk
demikian, persoalan pilihan pekerjaan mengekspresikan diri yang tersedia atau
bagi seseorang merefleksikan persoalan diberikan di dalam pilihan pekerjaan.
orientasi nilai.
Di antara orientasi nilai di atas,
Menurut Holllis (1978) orientasi yang terpenting dalam bahasan tentang
nilai meliputi nilai diri (self values), orientasi nilai dalam pilihan pekerjaan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
130
seseorang adalah nilai pribadi (self transformatif
values),
yang
merupakan
terhadap
seluruh
unsur konstruksi pendidikan.
Para penggagas transformative
orientasi nilai kunci (key ingredients)
dalam mengukur derajat kebahagiaan academic knowledge berasumsi bahwa
diri yang dapat mereka raih dari semua
pengetahuan
merefleksikan
pengalaman-pengalaman dalam dunia secara relasional antara kekuasaan dan
pekerjaannya. Sungguh pun demikian, sosial dalam masyarakat. Tujuan umun
arti dan makna dari orientasi nilai lain transformative
academic
knowledge
tidak dapat diabaikan. Sebab, jika adalah mengerti masyarakat sehingga
seseorang terlalu berorientasi pada nilai memungkinkan
untuk
diubah
dan
pribadi maka mereka sering menjadi dikembangkan. Berdasarkan paradigma
kurang berarti dan kurang bahagia transformatif ini tujuan pendidikan
(Hollis, 1978).
Orientasi
adalah
Nilai
dalam
Sistem
Pendidikan Nasional
Dewasa
ini
orientasi
pada
partisipasi diri dalam proses-proses
sosial menjadi paradigma baru dalam
perkembamngan dunia pendidikan yang
dikenal sebagai tradisi rekonstruksionisme dan public issues. Tradisi ini
berkembang di Amerika Serikat pada
pertengahan 1980-an sebagai akibat
kelahiran paham postmodernisme dan
persoalan-persoalan rasial. Kelahiran
paham
baru
ini
selanjutnya
menimbulkan perubahan transformatif
pada epistemologi dan mainstream
academic knowledge pendidikan yang
pada
gilirannya
mengubah
secara
membentuk,
membimbing,
melahirkan,
membangkitkan
dan
membentuk sikap atau komitmen diri,
bakat-bakat dan daya ekspresif pada
pribadi seseorang untuk berpartisipasi
aktif
dalam
perubahan
tindakan-tindakan
dan
pengembangan
masyarakat.
Orientasi
dipertimbangkan
nilai
yang
adalah
dapat
Neuro
Associative Conditioning (NAC) yang
dicetuskan
oleh
Robbins
(1994).
Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang mengubah cara berpikir seseorang
dalam mentransformasikan pola dan
tujuan
hidup
sesuai
harapannya.
Pendekatan NAC dapat memberikan
kesadaran untuk melakukan tindakan ke
luar
dari
kebiasaan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
yang
131
mengkungkungnya
agar
pencapaian pada akhirnya membawa konskuensi
prestasi menjadi lebih baik. Orientasi lebih jauh terhadap orientasi nilai
nilai
yang
terkandung
dalam dalam pembangunan dan tanggung
pendekatan NAC ini tampaknya layak jawab baru pendidikan nasional dalam
dipertimbangkan
dalam
penyeleng- meningkatkan kualitas manusia dan
garaan pendidikan nasional. Terutama kualitas masyarakat Indonesia. Kualitas
juga
dimiliki
oleh
setiap
guru. tersebut akan terartikulasikan dalam
Mengingat, cara pandang dan berpikir upaya: pertama, membentuk manusia
prospektif akan sangat cocok dengan Pancasilais
sebagai
manusia
perubahan struktur dan pembangunan pembangunan yang berkualitas tinggi
pendidikan masa depan.
Pada
dan
prinsipnya,
mengubah
dan
mampu
kedua,
berkompetitif;
upaya memberi dukungan bagi setiap upaya
meningkatkan pengembangan
masyarakat,
bangsa,
kompetensi dan profesionalisme guru dan Negara Indonesia yang berdasarkan
telah
dilakukan
sejak
Pemerintah. Salah
lama
oleh ideologi Pancasila.
satunya melalui
Acuan
normatif
tentang
penetapan standar kompetensi yang identitas karakteristik manusia dan
harus dimiliki oleh guru, sebagaimana masyarakat
Indonesia
masa
depan
tertuang dalam Permendiknas Nomor sebagai sui generis sistem pendidikan
16
Tahun
2009
tentang
Standar nasional berbagai orientasi nilai dalam
Minimal Akademis dan Kompetensi sistem
Pendidik.
seorang
Peraturan
pendidik
standar
pendidikan
dapat
mensyaratkan diidentifikasi sebagai berikut: nilai
harus
kompetensi
memenuhi religious, nilai etik, moral, nilai ilmu
pedagogik, pengetahuan
dan
kepribadian, sosial, dan profesional, kesehatan,
nilai
yang terintegrasi ke dalam kinerja tanggung
jawab
pendidik.
Kedua
nasional
teknologi,
nilai
kemandirian,
nilai
sosial-kebangsaan,
nilai harmoni (sosial, ekologis, dan
paradigma
baru religius), nilai berorientasi masa depan,
pendidikan ini, juga mempengaruhi nilai kreativitas dan inovatif, nilai
paradigma
konstruksi
sistem profesionalitas, nilai kedisiplinan, nilai
pendidikan nasional Indonesia yang
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
132
solidaritas, nilai ekonomis, dan nilai dan
kesejarahan.
orientasi
nilai
profesi
yang
prospektif (nilai profesionalitas).
Bertolak
dari
pemikiran Orientasi
Nilai
dalam
Pekerjaan
proyektif tentang kecenderungan dan Profesi Guru
tantangan di masa depan serta idealitas
dan
realitas
merupakan
maka
wahana
Cara yang mungkin cukup tepat
pendidikan untuk mengungkap dimensi-dimensi
pengembangan orientasi nilai dalam pilihan pekerjaan
sumber daya manusia yang utama. profesi guru adalah dengan melakukan
Karena
itu,
visi
dan
strategi analisis
historis
terhadap
tradisi
pembangunan pendidikan di Indonesia pekerjaan profesi guru mulai dari awal
ke depan adalah pemenuhan terhadap perkembangannya
tuntutan kualitas dengan mengedepan- Tsuchiya
hingga
(1976)
kan berbagai orientasi nilai baru dalam historisnya
dalam
saat
ini.
analisis-
menyimpulkan
bahwa
pemantapan pendidikan nasional. Di tradisi pekerjaan guru bersumber dan
antara berbagai orientasi nilai baru berkembang dari tradisi mistik-religius.
tersebut
yang
barang
kali
dapat Menurutnya, istilah guru merujuk pada
ditonjolkan adalah nilai ekonomis, nilai sosok pribadi yang dipandang ahli
ilmu pengetahuan dan teknologis, nilai dalam masalah perjalanan mistik atau
tanggung jawab sosial-kebangsaan, dan kebatinan
seseorang
dan
mumpuni
nilai profesionalitas. Dengan demikian, dalam menuntun orang lain untuk
sistem pendidikan nasional setidaknya ngelmu. Dalam tradisi mistik- religius
mendasarkan pada empat fungsi yaitu ini,
(1)
mempersiapkan
tenaga
seorang
guru
harus
memiliki
kerja wahyu, mencapai tingkatan mistik yang
terampil dan ahli (nilai ekonomis), (2) tinggi,
memiliki
sifat-sifat
dan
mencerdaskan kehidupan bangsa (nilai pengetahuan gaib, mampu menanggung
ilmu pengetahuan), (3) memantapkan kesengsaraan duniawi, serta memiliki
identitas dan integritas kebangsaan ketenangan jiwa dan memiliki sifat(nilai
tanggung
kebangsaan),
pelaku
dan
pendidikan
jawab
(4)
sosial- sifat seorang bapak. Sebagai seorang
menyiapkan guru,
(=guru)
apapun jasa-jasa yang telah
yang diberikan tidak mengharapkan imbalan
profesional dengan memiliki komitmen (sepi
ing
pamrih).
Bahkan,
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
suatu
133
kewajiban bagi dirinya untuk dapat aktivitas keguruan menjadi sebuah
menghidupi dirinya sendiri. Bila sang profesi masih merupakan persoalan
guru mampu menempatkan diri dengan yang masih kabur.
cara dan sifat demikian maka dia akan
Bertolak
dari
pemikiran
dipercaya, dihormati, dan dipatuhi para Anderson yang mengaitkan konsep
Nasihat-nasihatnya guru pinandito dengan sosok seorang
pengikutnya.
dianggap sebagai sabda pinandita-ratu. cendekiawan intelektual, tampaknya
Perspektif
historis ini memunculkan kita dapat menemukan benang kusut
konsepsi bahwa guru adalah yang tentang
awal
pembentukan
dan
digugu dan ditiru. Berdasarkan historis perkembangan orientasi nilai profesi
ini, orientasi nilai pekerjaan profesi guru. Senada dengan Anderson, Shils
guru
adalah
nilai
religius,
nilai dalam Hartoko (1970)
memasukkan
tanggung jawab, nilai kemandirian, dan guru ke dalam golongan cendekiawanmenihilkan
dalam
orientasi
nilai intelektual yang merupakan jabatan
intelektual-praktis
ekonomis.
Akan
tetapi,
perspektif harapan
dan
Andersen (1988) dalam mengungkap masyarakat
yang
lahirdari
permintaan
modern
yang
dalam
semakin
perjalanan tradisi guru menemukan terspesialisasikan khususnya di bidang
esensi yang berbeda tentang orientasi pendidikan.
Tradisi
kecendekiaan
nilai profesi guru. Menurutnya, guru pekerjaan profesi guru menurut Shils,
pinandito
berbeda dengan kaum dapat ditemukan tentang keniscayaan
intelegensia. Guru pinandito adalah terhadap
sosok seorang cendikiawan intelektual berbobot
prasyarat kualifikatif
yang
intelektual berat. Artinya,
yang jauh dari kehidupan politik. untuk memasuki jenjang pekerjaan
Sedangkan, kaum intelegensia adalah profesi guru, seseorang terlebih dahalu
mereka yang berada di dalam struktur harus melewati suatu jenjang studi
administrasi
politik
pemerintah. intelektual yang sangat ketat dan
Dengan demikian, bahasan historis di terorganisasi,
atas
sekalipun
bisa
dengan
yang
diatur
menurut
jelas kebiasaan atau syarat-syarat formal.
menelusuri perkembangan tradisi guru,
Dalam pandangan Shils, tradisi
tetapi pertanyaan kapan guru dan kecendekiaan pekerjaan profesi guru
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
134
dan keguruan lebih jelas. Mengajar tanggung jawab profesi guru dalam
sebagai aktivitas pokok dari pekerjaan mewariskan
dan
profesi guru sebagai jabatan intelektual unsur-unsur
tradisi
praktis,
tidaklah
sebatas
mengembangkan
kecendekiaan
pada kepada kalangan generasi muda. Di
pengertian sebagai aktivitas menyam- pihak lain, mengajar merupakan bentuk
paikan,
mengalihkan
sejumlah tanggung jawab profesi guru dalam
informasi/pengetahuan atau materi ajar membina
kepada
siswa
dan
mengembangkan
sekedar kebudayaan bersama (common culture)
atau
menyelesaikan rancangan pembelajaran yang berkaitan dengan pembinaan dan
di dalam suatu proses pembelajaran. pengembangan
Tetapi, mengajar adalah suatu aktivitas moral
kesatuan
budaya
etika
bangsa,
dan
kesadaran
profesional. Lahir dan berkembang dari terhadap identitas budaya bangsa, serta
suatu tradisi dan kreativitas profesi. pada pembinaan dan pengembangan
Shils bahkan menempatkan aktivitas substansi simbolisme budaya yang memengajar sebagai pekerjaan intelektual lambangkan masyarakat kebangsaan.
praktis, yang secara professional dan
Bagi seorang guru, aktivitas
fungsional dilakukan oleh para ahli di mengajar
sebagai
bidang pendidikan. Dalam pemikiran profesinya
Shils,
dimensi
intelektualitas
aktivitas
pokok
sebenarnya
dari mengintegrasikan
telah
kedua
aktivitas
mengajar diindikasikan oleh adanya profesi lainnya yaitu aktivitas penelitian
tradisi dan kreativitas keintelektualan. atau membuat karya tulis/karya ilmiah
Puncak dari tradisi dan kreativitas di bidang pendidikan dan aktivitas
mengajar sebagai pekerjaan profesi pengembangan kurikulum. Sebab, pada
guru adalah kompetensi dan kode etik setiap aktivitas mengajar selain sebagai
guru.
wahana
aplikasi
kurikulum,
juga
Memaknakan mengajar sebagai mencakup di dalamnya aktivitas ujiaktivitas
pewarisan
budaya,
Shils empirik
mengklasifikan profesi guru sebagai bijak
golongan
intelektual
guru secara sistematis dan
terhadap
practicalities
reproduktif. kurikulum sebagai ide dan juga sebagai
Sebagai aktivitas reproduktif di satu aktivitas
pengembangan
kurikulum
pihak, mengajar merupakan bentuk praktis (the real curriculum) di kelas.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
135
Dengan demikian, aktivitas penelitian terhadap
eksistensinya
sebagai
the
dan pengembangan kurikulum tidak liberation person baik bagi dirinya
harus
dimaknai
sebagai
aktivitas sendiri
maupun
dalam
emansipasi
professional yang lepas sama sekali proses pendidikan. Di satu pihak,
dengan tugas dan tanggung jawab sekalipun
melakukan pembelajaran.
Untuk
tujuan
guru
mengikuti
ini,
senantiasa
tetap
berpijak
pada
dan
selama spesifikasi
kurikulum
yang
telah
melakukan aktivitas mengajar, guru ditetapkan dalam menyelenggarakan
secara professional harus senantiasa pembelajaran, tetapi pada saat yang
membebaskan profesionalitasnya dari bersamaan dia juga melakukan ujiasumsi peran yang dipegangnya selama emperik secara kritis, sistematis, dan
ini yaitu bahwa guru sebagai satu- bijak terhadap kurikulum. Di pihak
satunya
pemegang
dominasi
dan lain,
bila
sasaran
akhir
proses
otoritas
pembentukan pengetahuan, pendidikan adalah kemandirian siswa
keputusan bagaimana proses mengajar maka peran guru sebagai the liberation
dan belajar harus diterjadikan, pengalih person harus bersifat netral dalam
budaya, pengenal pengetahuan, serta keseluruhan proses pendidikan dan
asumsi bahwa siswa berada di dalam menmpatkan siswa dalam posisi di luar
pikiran kosong.
jangkauan otoritasnya.
Mengintegrasikan
mengajar,
mengembangkan
meneliti,
kurikulum
aktivitas
Kualifakasi profesi guru dalam
dan perspektif emansipasi diri dan proses
dalam pendidikan ini bergayut erat dengan
atribut kualifikatif profesi guru, berarti fungsi dan peran institusi sekolah
telah menempatkan guru sebagai a sebagai konteks sosial bagi setiap orang
member of the scientific community melakukan berbagai hubungan yang
yang secara bersamaan melakukan tiga penuh makna yaitu satu dengan yang
aktivitas profesi yaitu sebagai guru lainnya
saling
asuh
pengajar di kelas, pembuat kebijakan pengasuhan itu bisa
pendidikan, dan peneliti pendidikan.
keyakinan,
sikap,
serta
setiap
mempengaruhi
pengetahuan,
Implikasi pengembangan peran tindakan, inspirasi, dan aspirasi.
profesi guru juga adalah pengakuan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
136
Dalam
tradisi dan perwujudan tingkah laku. Cara
perspektif
intelektualitas
ini
kita
dapat berpikir yang terkait dengan orientasi
mengungkap berbagai dimensi dari nilai tertentu kerapkali disebut dengan
orientasi
nilai
perjalanan
yang
pekerjaan
setidak-tidaknya
melingkupi budaya ( culture ). Dengan demikian,
profesi
dari
guru, pendekatan
proyeksi Conditioning
kualifikasi profesi guru.
Neuro
Associative
(NAC)
mensyaratkan
Dengan guru sebagai pelaku pendidikan untuk
semangat orientasi nilai yang prospektif berpikir prospektif. Sebab, bertindak di
diharapkan
gerakan
reformasi tengah kondisi struktur sosial, kukltur,
pendidikan
terus
berlanjut. dan ekologi yang mulai berubah dan
Sebagaimana semangat pembaharuan berkembang berdasarkan cara berpikir
pendidikan di Jepang dengan filsafat yang telah tertinggal sangatlah tidak
Herbertnya yang berbunyi: Man can efektif.
Bahkan
bisa
menjadi
not build up his character, develop his berbahaya. Tantangan kita sekarang,
mind, or cultivate his talents without sangat
bergantung
pada
berhasil
education that education is for all tidaknya kita dalam mengembangkan
classes (Dimyati, 1988).
Sedangkan
cara berpikir, cara hidup, dan cara
dalam
perspektif bertindak
yang
cocok
untuk
era
pendekatan
Neuro
Associative kompetetitif ini. Einstein mengatakan
Conditioning
(NAC)
menghendaki bahwa kita tidak akan bisa meme-
perubahan orientasi nilai budaya lama cahkan suatu persoalan dengan cara
yang membentuk cara berpikir guru berpikir yang menimbulkan persoalan
selama ini, ke arah orientasi nilai itu sendiri (Laszlo, 1997). Dibutuhkan
budaya yang membentuk cara berpikir suatu kreativitas dalam mengembangbaru. Cara berpikir tergantung dari kan cara berpikir baru. Hal ini seiring
orientasi nilai yang diacunya. Dengan dengan
pendekatan
baru
dalam
kata lain, seseorang atau sekelompok memandang diri sendiri, orang lain, dan
orang
akan
seperangkat
menjunjung
nilai
tertentu
tinggi fenomena zaman. Karena itu, berpikir
sebagai dalam kontek yang demikian kita
sistem makna dan menjadi energi memerlukan nilai-nilai, etika, serta cara
pendorong yang mengendalikan sikap hidup dan bertingkah laku yang baru.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
137
pembudayaan,
KESIMPULAN
pemasyarakatan,
dan
formal pembangsaan.
Orientasi yang berkembang
dalam merekonstruksi masyarakat dan
bangsa Indonesia
tidak lepas dari adalah orientasi pada partisipasi diri
Lembaga
pendidikan
akibat terjadinya perubahan orientasi dalam proses-proses sosial. Orientasi
menjadi
paradigma
dalam
nilai dalam sistem pendidikan nasional. ini
Orientasi nilai yang dijadikan pegangan perkembangan dunia pendidikan yang
sebagai
tradisi
akan selalu berkembang mengikuti dikenal
perkembangan zaman. Beberapa hal rekonstruksionisme dan public issues.
yang
bisa
dibandingkan
antara Di samping itu, perspektif pendekatan
pendidikan zaman dahulu dan saat ini. Neuro Associative Conditioning (NAC)
Pertama, orientasi dan tradisi yang menghendaki perubahan orientasi nilai
terbentuk di masyarakat tetap sama budaya lama yang membentuk cara
seperti zaman kolonial, yaitu menjadi berpikir guru selama ini, ke arah
pegawai negeri. Kedua, menurunnya orientasi nilai budaya yang membentuk
prestise pada profesi guru. Padahal, cara berpikir baru. Memformulakan
adalah cara berpikir baru dan cara bertindak
pekerjaan yang terpandang dan tidak baru bukan berarti kita harus
mementingkan materi. Seperti sosok meninggalkan format yang lama.
zaman
dulu
profesi
guru
Umar Bakri dengan sepeda ontelnya Apalagi, peradaban dan tradisi yang
dan ungkapan bahwa guru adalah telah membentuk pola pemikiran
masyarakat
pahlawan tanpa tanda jasa.
termasuk
para
pelaku
satu pendidikan tidaklah bernilai rendah.
komponen pelaku pendidikan harus Terlebih kita tahu bahwa Negara
memiliki orientasi nilai yang jelas Jepang maju dan termasuk Negara yang
tentang profesinya sesuai dengan kompetitif tidak pernah meninggalkan
Guru
sebagai
salah
guru tradisi dan budayanya. Untuk itu,
memiliki tanggung jawab besar dan kekuatan budaya dan tradisi yang kita
strategis dalam keseluruhan proses miliki dapatnya dijadikan kekuatan
pendidikan
sebagai
institusi dalam membangun kecerdasan serta
hakikat
pendidikan.
Sebab,
memantapkan identitas dan integritas
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
138
Washington D.C: St. Lucie
Press.
kebangsaan. Memang bukan hanya
pelaku pendidikan (=guru) dan sekolah
saja yang bertanggung jawab terhadap Berger, P. L. dan Luckmann, Thomas. 1990.
TAFSIR
SOSIAL
ATAS
pembentukan
kecerdasan
serta
KENYATAAN
:
Risalah
TentangSosiologi
pemantapan identitas dan integritas
Pengetahuan. Jakarta: LP3ES.
kebangsaan, tetapi pelaku pendidikan
(=guru) dan
sekolah harus lebih Dimyati.
2006.
Belajar
dan
mengambil inisiatif untuk membentuk Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
dan
membangun
siswa-siswanya
menjadi manusia yang beradab. Karena
sekolah dan pelaku pendidikan (=guru)
Hartoko,
Dick. 1980.
Cendekiawan.
Gramedia.
Golongan
Jakrta:
juga diberi peran mengemban misi Koentjaraningrat. 1987. Kebudayaan
Mentalitas
dan
menjadi agen penataan dan perubahan
Pembangunan.
Jakarta:
kehidupan masyarakat.
Gramedia
Untuk itulah, apapun bentuknya
Laszlo, Ervin. 1997. Milenium Ke-3:
tentang orientasi nilai profesi guru yang
Tantangan dan Visi. Jakarta: Abdi
dianutnya, yang terpenting diarahkan
Tandur
agar guru sebagai pelaku pendidikan
merasakan
bahwa
itu
memang Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 Tahun 2009
bermanfaat dan mereka butuhkan.
tentang Standar Minimal
Sebab, tanpa merasakan adanya
Akademis dan Kompetensi
Pendidik.
manfaat, akan sulit untuk menjadi suatu
kebutuhan. Semoga generasi emas yang Robbins, A. 1994. Unlimited Power ,
berkualitas dan berintegritas bisa New York: Mc. Graw-hill.
terbentuk dan harapan bangsa kita Suyanto dan
Jihat, Asep. 2013.
Menjadi
Guru Profesional.
mencetak generasi yang kompetitif
Jakarta: Erlangga.
dapat terwujudkan.
Swiff,
D.F. 1989.
Sosiologi
Pendidikan:
Perspektif
DAFTAR PUSTAKA
Pendahuluan
yang
Analitis,
Anderson, T.D. 1988. Transforming
terj. Panuti Sudjiman dan
Leadership.
New York :
Greta Librata Jakarta: Bharata
Niaga Media.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
139
Download