ETNOSENTRISME Ada satu suku Eskimo yang menyebut diri mereka suku Inuit yang berarti “penduduk sejati”. Sumner menyebutkan pandangan ini sebagai etnosentrisme, yang secara formal didefinisikan sebagai pandangan bahwa kelompoknya sendiri adalah pusat segalanya dan semua kelompok yang lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok tadi. Dengan kata lain etnosentrisme adalah kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik. etnosentrisme adalah kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik Etnosentrisme membuat kebudayaan kita sebagai patokan untuk mengukur baik buruknya, tinggi rendahnya dan benar ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan kebudayaan kita. sebagian besar meskipun tidak semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat bersifat etnosentrime. Etnosentrisme adalah suatu tanggapan manusiawi yang universal, yang ditemukan dalam seluruh masyarakat yang dikenal, dalam semua kelompok dan praktisnya dalam seluruh individu. Kepribadian dan Etnosentrisme Semua kelompok merangsang pertumbuhan etnosentrisme, tetapi tidak semua anggota kelompok sama etnosentris. Dalam bukunya The Authoritarian Personality, Adorno (1950) menemukan bahwa orangorang etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, pemeluk agama yang fanatik. Dalam pendekatan ini, etnosentrisme didefinisikan terutama sebagai kesetiaan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa disertai prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa lain. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Adorno (1950) menemukan bahwa orang-orang etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, Pengaruh Etnosentrisme a. Meningkatkan kesatuan, kesetiaan dan moral kelompok Kelompok-kelompok etnosentris tampak lebih bertahan daripada kelompok yang bersikap toleran. Etnosentrisme mengukuhkan nasionalisme dan patriotisme. Tanpa etnosentrisme, kesadaran nasional yang penuh semangat mungkin sekali tidak akan terjadi. b. Perlindungan terhadap perubahan Di negara Jepang pada abad ke-19, etnosentrisme telah dipakai untuk menghambat masuknya unsur asing ke dalam kebudayaan. Usaha menghambat perubahan kebudayaan semacam itu tidak pernah seluruhnya berhasil; perubahan terjadi pada bangsa Jepang. Karena tidak ada kebudayaan yang sama sekali statis, setiap kebudayaan harus berubah untuk mempertahankan kelangsungannya. Pada saat ini etnosentrisme di India membantu mempertahankan India dari kaum komunis, tetapi India tidak mungkin tetap non komunis bila tidak memodernisasikan teknologinya dan mengendalikan perkembangan penduduk dengan cepat dan perubahan ini dihambat oleh etnosentrisme. Jadi dalam situasi-situasi tertentu, etnosentrisme meningkatkan kestabilan kebudayaan dan kelangsungan hidup kelompok; dalam situasi lain, etnosentrisme meruntuhkan kebudayaan dan memusnahkan kelompok. Etnosentris mampu mempertahankan India dari Komunis HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Adalah ironis bahwa merka yang menganjurkan perubahan sering gagal karena etnosentrisme mereka. Mereka menolak cara kehidupan “penduduk asli” sebagai tidak berguna dan menganggap teknologi “modern” pasti unggul. Sebagai contoh program pengembangan pertanian Amerika telah sering gagal karena mereka mencoba memindahkan peternakan Amerika, tanaman-tanamkan Amerika dan teknologi pertanian Amerika ke negara-negara terbelakang. Lebih kongkrit lagi, di Amerika sendiri para penggembala domba masih menuntut untuk meneruskan meracun serigala, yang ditinjau dari segi lingkungan merusak dan sangat tidak efektif. Mereka tidak mengacuhkan cara yang sederhana dalam menggendalikan serigala seperti yang dilakukan oleh Suku Navajo dari Arizona selama beberapa generasi. Suku Navajo membesarkan anjing-anjing bersama-sama dengan domba mereka dan tidak memperlakukan mereka sebagai binatang kesayangan. Anjing-anjing itu melindungi domba-domba, biayanya murah dan tidak merusak lingkungan. Keyakinan etnosentris dalam teknologi tinggi dan sikap merendahkan orang-orang “terbelakang” sering menyebabkan kita buta terhadap hal-hal praktis. Suku Navajo memiliki cara yang lebih praktis untuk melindungi domba dengan biaya yang murah dan tidak merusak lingkungan HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos XENOSENTRISME Istilah ini berarti suatu pandangan yang lebih menyukai hal-hal yang berbau asing. Ini adalah kebalikan yang tepat dari kata etnosentrisme. Diyakini bahwa produk, gaya atau gagasan kita sendiri pasti lebih inferior daripada yang berasal dari luar. Ini adalah suatu pendirian bahwa sesuatu yang eksotis memiliki daya tarik khusus yang tidak dapat dicapai oleh sesuatu yang lazim. Faham ini didasarkan pada daya tarik yang asing dan yang jauh serta yang dibawa dari pusat kebudayaan yang jauh, yang dianggap jauh dari batas-batas lingkungan masyarakat sendiri yang kotor. Orang yang Xenosentris lebih bangga dengan budaya luar dari pada budaya dari negeri sendiri Ada banyak kesempatan ketika orang-orang merasa bahagia membayar lebih mahal untuk barangbarang impor dengan asumsi bahwa segala yang datang dari luar adalah lebih baik. Apakah mode-mode dari Perancis, barang-barang elektronik Jepang betul-betul unggul? Atau apakah orang-orang cenderung menganggap mereka hebat karena daya tarik label asing? Orang yang xenosentris dengan asumsi bahwa segala yang datang dari luar adalah lebih baik HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Mereka yang meninggalkan negaranya untuk tinggal di luar negeri bukanlah satu-satunya yang menolak etnosentrisme. Dalam setiap masyarakat beberapa orang menolak kelompok mereka atau beberapa bagian dari kebudayaannya. Ada orang kulit hitam yang anti identitas kulit hitam, kalangan aristokrat yang memimpin revolusi, para rohaniawan yang menanggalkan kepercayaannya dan seterusnya. Kaum Aristokrat yang memimpin Revolusi merupakan contoh xenosentrime, karena seharusnya kaum aristokrat menentang revolusi Apakah xenosentrisme didasarkan pada suatu akal atau hanya merupakan keangkuhan yang dangkal? Para sejarawan yang menyalahkan Amerika untuk segala kericuhan dunia dan para kritisi yang radikal yang dengan gembira mendamprat setiap keluarga Amerika, tetapi buta terhadap kekasaran dan kebrutalam kaum komunis, mungkin sama tidak rasionalnya dengan pengibar bendera yang etnosentris. Kebudayaan dan Biologi Suatu survai yang diselenggarakan oleh Food And Agricultural Organization of the United Nation (FAO) memperingatkan bahwa terjadinya peningkatan pemberian susu dengan botol dibanding dengan pemberian susu Asi di desa-desa telah menimbulkan dampak dramatis pada kekurangan gizi anak-anak dalam kelompok berpendapatan rendah, karena tidak seperti pada pemberian Asi yang steril dan penuh gizi, formula yang tidak bersih atau terlalu encer dapat meningkatkan gangguan pencernaan dan mempercepat kekurangan gizi. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN SUKU DOBU YANG CEMAS Andaikata bisa memilih, anak suku Dobu di Melanesia mungkin akan berpikir dua kali untuk mau dilahirkan ke dunia. Di alhir dalam keluarga di mana hanya paman (saudara laki-laki ibu) yang mungkin menyayanginya, terhadap siapa ia akan menjadi ahli warisnya. Ayahnya yang lebih tertarik kepada anak-anak saudara perempuannya biasanya membencinya. Sering juga ia tidak diharapkan oleh ibunya dan tidak jarang terjadi pengguguran kandungan. Kekurangan kehangatan dan kasih sayang menunggu setiap bayi di Dobu. Anak Dobu segera mengetahui bahwa ia hidup dalam dunia yang diatur oleh ilmu sihir. Mimpi buruk diinterpretasikan sebagai kejadian ilmu sihir di mana roh orang yang tidur hampir dapat melepaskan diri dari roh jahat. Tanaman tidak akan tumbuh bila nyanyian gaib seseorang tidak berhasil menyingkirkan ubi rambat dari kebun orang lain. Malah nafsu seksual tidak akan muncul apabila tidak menanggapi penyihiran cinta orang lain, yang membimbingnya menuju kepadanya, sementara daya sihir cinta seseorang menunjukkan keberhasilannya. Peta Kepulauan Melanesia Maksud buruk dan penghianatan merupakan kebajikan di Dobu dan rasa takut menguasai kehidupan orang Dobu. Setiap orang Dobu selalu merasa takut akan diracun. Makanan dijaga dengan waspada pada waktu dimasak dan hanya dengan beberapa orang tertentulah orang Dobu bersedia makan bersama. Pasangan orang Dobu tiap tahun tinggal bergantian di kampung keluarga istri dan suami, sehingga salah seorang dari pasangan itu selalu merupakan orang luar yang HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos dicurigai dan dihina, yang hidup dari hari kehari dengan kemungkinan diracun atau kecelakaan lain. Setiap saat setiap desa melindungi diri dari semua pasangan yang berkunjung dari desa lain, dan semua tamu ini tidak dapat dipercayai oleh yang punya rumah dan para tamu sendiri tidak saling percaya. Sungguh tidak seorang pun dapat dipercaya penuh; para suami cemas terhadap sihir isterinya dan takut terhadap mertua. Kehidupan Suku Dobu sangat mengerikan, tidak seorang pun dapat dipercaya penuh; para suami cemas terhadap sihir isterinya dan takut terhadap mertua Untuk suku Dobu, semua keberhasilan harus diamankan dengan mengorbankan orang lain, seperti halnya ketidakberuntungan yang disebabkan oleh sihir kedengkian. Ilmu sihir yang egektif merupakan kunci keberhasilan dan keberhasilan diukur dalam pelaksanaan pencurian dan rayuan. Zinah adalah universal, dan pelaku zinah yang berhasil sama halnya seperti pencuri yang berhasil, sangat di kagumi. Sepintas lalu, hubungan sosial di Dobu adalah cerah dan sopan meskipun keras dan tanpa humor. Pertentangan hanyalah sedikit, karena menghina atau bermusuhan berbahaya. Namun, teman-teman juga berbahaya. Persahabatan mungkin merupakan awal pengracunan atau pengumpulan bahan (rambut, kuku tangan) yang berguna untuk menyihir. Kepribadian yang bagaimana yang berkembang dalam kebudayaan semcam itu? Setiap orang Dobu bersifat bermusuhan, curiga, tidak dapat dipercaya, cemburu, penuh rahasia dan tidak jujur. Sifat-sifat ini merupakan tanggapan yang rasional, karena orang Dobu hidup dalam dunia yang penuh kejahatan, dikelilingi musuh dan tukang sihir. Pada akhirnya mereka yakin akan dihancurkan. Walaupun mereka melindungi diri dengan sihir mereka, tetapi merka tidak pernah merasakan perlindungan yang nyaman. Mimpi buruk mungkin menyebabkan mereka terkapar di tempat tidur berhari-hari. Orang Dobu dianggap paranoid yang memerlukan bantuan psikoterapi. Namun menganggap mereka paranoid begitu saja tidak betul, karena ketakutan mereka adalah benar dan bukan irasional; bahaya yang mereka hadapi adalah nyata bukan hayalan. Orang yang paranoid menghayalakan bahwa orang lain mengancamnya, tetapi di Dobu orang lain benar-benar mengancam anda! Maka kepribadian itu membentuk pola kepribadian yang normal dan berguna bagi kebudayaan tersebut. SUKU ZUNI YANG KOOPERATIF HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Suku Zuni di Meksiko adalah bangsa yang tenang dalam lingkungan yang sehat secara emosional. Kelahiran anak disambut dengan hangat, diperlakukan dengan kemesraan yang lembut dan banyak mendapat kasih sayang. Tanggung jawab dalam mendidik anak sungguh besar; seorang anak akn ditolong atau diperhatikan oleh setiap orang dewasa yang ada. Anak-anak jarang berperilaku salah; dan sekalipun mungkin dikata-katai, tetapi jarang dihukum. Rasa malu adalah alat kendali yang paling utama yang sangat sering ditimbulkan di depan orang lain. Pendapat orang lainlah, lebih dari hati nurani yang mengendalikan perilaku orang Zuni. Nilai-nilai orang Zuni menekankan hormat, kerjasama dan ketiadaan persaingan, agresivitas atau keserakahan Berkelahi dan perilaku agresif sangat tidak disetujui dan orang Zuni dididik untuk mengendalikan nafsu mereka pada usia muda. Pertengkaran terbuka hampir tidak tampak. Nilainilai orang Zuni menekankan hormat, kerjasama dan ketiadaan persaingan, agresivitas atau keserakahan. Ketidakwajaran dalam segala bentuk ditolak dan alkohol umumny aditolak karena mendorong perialku yang tidak wajar. Harta dinilai untuk penggunaan langsung, bukan untuk prestise atau simbol kekuasaan. Walaupun orang Zuni tidak ambisius, mereka memperoleh kekuasaan melalui pengalaman dalam upacara, nyanyian dan ajaran agama. Seorang yang “miskin” bukanlah seorang yang tidak memiliki harta, tetapi seorang yang tidak memiliki sumber dan hubungan yang bersifat seremonial. Kehidupan upacara memenuhi setiap segi kehidupan orang Zuni. Walaupun dikelilingi oleh kekuatan supranatural, kehidupan upacara tersebut biasanya tampak berguna, yang menghendaki agar masyarakat menjadi berbahagia. Kabar angin yang paling mengerikan adalah disangka menjadi tkang sihir. Setiap perilaku yang bersifat aneh dan agresif dapat menimbulkan kecurigaan seperti itu, sedangkan perilaku dan kekayaan yang menyolok dapat menarik perhatian dan dicurigai sebagai tukang sihir. Namun berarti bahwa kehidupan orang Zuni tidak dikuasai oleh ilmu sihir seperti orang-orang Dobu. Pemujaan adalah kegiatan utama. Sihir pendeta berpusat pada pengendalian cuaca, kesuburan manusa dan upacara penyembuhan. Keberhasilan datang karena partisipasi dalam upacara, yang memberikan rasa aman dan pengendalian terhadap lingkungan. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Kerjasama, perilaku yang wajar dan minimnya individualisme meresap dalam perilaku orang Zuni. Milik pribadi tidaklah penting dan siap untuk dipinjamkan pada orang lain. Setiap orang bekerja untuk kepentingan kelompok, bukan untuk kepentingan pribadi. Peran kepemimpinan jarang dicari tetapi harus dipaksakan pada seseorang. Isyu dan perselisihan diselesaikan secara wajar bukan dengan permohonan pada penguasa atau dengan mempertunjukkan kekuasaan atau dengan perdebatan yang berkepanjangan. Bangsa Zuni mempunyai kepercayaan diri dan dapat dipercaya. Bangsa Zuni merasa aman dan tentaram. Bangsa Zuni umumnya memiliki watak yang suka mengalah dan pemurah, sopan dan suka bekerja sama. Bangsa Zuni adalah orang-orang konformis yang tanpa pikir, karena menjadi seseorang yang nyata-nyata berbeda dari orang lain dapat menyebabkan seseorang atau kelompok itu sangat cemas. Kepribadian berbeda secara jelas dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya. Setiap masyarakat mengembangkan satu atau lebih jenis kepribadian yang cocok dengan kebudayaannya. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos KEBUDAYAAN PARA KONSUMEN Masyarakat Konsumen Menurut Baudrillard, kita hidup dalam era di mana masyarakat tidak lagi didasarkan pada pertukaran barang materi yang berdaya guna, melainkan pada komoditas sebagai tanda dan simbol yang signifikansinya sewenang-wenang dan tergantung kesepakatan dalam apa yang disebutnya “kode”. Baudrillard menganalogikan konsumsi pada masyarakat masa kini dengan bahasa sistem tanda dalam masyarakat primitif. Manusia sepanjang masa membutuhkan suatu simbol yang dipuja dan disembah. Jika dahulu ada pohoh, patung; masyarakat kini pun punya kultus-kultus sendiri seperti terhadap kemasan benda-benda, citra (image), televisi, serta terhadap konsep kemajuan dan pertumbuhan. Baudrillard menganalogikan konsumsi pada masyarakat masa kini dengan bahasa sistem tanda dalam masyarakat primitif Dalam masyarakat pascaindustrialis, produksi yang masif, terus-menerus dan berlebih membutuhkan konsumsi yang setara. Hasilnya adalah konsumsi yang juga terus-menerus dan berlebihan. Kemudian yang dibutuhkan adalah sarana “pembuangan”. Tampaknya ini yang terjadi saat ramai isu “dumping” seperti dilakukan Jepang; barang-barang elektronik produksinya dijual lebih murah di negara lain daripada di negaranya sendiri. Juga betapa keras usaha Amerika Serikat memaksa Indonesia untuk membeli paha ayam sisa produksinya. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Tampaknya ini yang terjadi saat ramai isu “dumping” seperti dilakukan Jepang; barang-barang elektronik produksinya dijual lebih murah di negara lain daripada di negaranya sendiri Menyoal Konsumerisme Dewi-dewi masyarakat konsumen dewasa ini adalah para selebriti yang tinggal di rumah mewah dan menghabiskan Rp100 juta perbulan untuk make-up kecantikan, para eksekutif yang naik mobil jaguar dan mengenakan busana Yves St. Laurent datau Guess luar dalam. Nyaris tak ada tempat lagi bagi orang yang bekerja membanting tulang di era konsumerisme ini. Dewi-dewi masyarakat konsumen dewasa ini adalah para selebriti yang tinggal di rumah mewah dan menghabiskan Rp100 juta perbulan untuk make-up kecantikan (Foto Mobil Mewah milik Jennifer Love Hewitt) Lebih dari konsumsi yang memang kegiatan mendasar manusia, kita tleah masuk dalam budaya baru: konsumerisme. Herry Priyono mendefinisikan keonsumerisme secara singkat dan jelas, “konsumerisme adalah konsumsi yang mengada-ada”. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Herry Priyono adalah dosen sekolah tinggi Filsafat Driyarkarya Jakarta Lebih lanjut dikemukakannya, “konsumerisme tak hanya menyangkut proses sosiopsikologis, tetapi juga berupa gejala ekonomi politik. Dalam banyak hal bisa dikatakan bahwa konsumerisme menjadi syarat mutlak bagi kelangsungan bisnis status dan gaya hidup”. Foto : Rumah mewah milik John Travolta lengkap dengan pesawat terbang pribadi Sistem tanda baru dewasa ini seperti dikatakan Baudrillard, adalah objek konsumsi, bukan sebagai benda itu sendiri sesuai daya gunanya, melainkan sebagai simbol status, identitas dan pengangkat rasa percaya diri. Maka isu dasar konsumerisme adalah kepemilikan status, kenyamanan dan percaya diri. Potret masyarakat konsumeristis ini nyata-nyata dapat dilihat di kota Jakarta. Tengok saja pusat-pusat perbelanjaan yang makin mirip dengan theme park seperti Disneyland. Seperti juga digambarkan Baudrillard sebagai fenomena drugstore dimana semua tersedia, mulai dari sembako, makanan, hiburan, salon kecantikan hingga sarana olahraga dan pentas kesenian. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Baudrillard menggambarkan fenomena mall sebagai fenomena drugstore dimana semua tersedia, mulai dari sembako, makanan, hiburan, salon kecantikan hingga sarana olahraga dan pentas kesenian Memang mall sendiri bukan patogen, semua kemudahan dan tawaran di dalamnya menjadi tanah subur bagi gaya konsumeristis. Apalagi jika budaya konsumerisme ini telah merasuk hingga melembaga dalam sistem politik. Menyimak anggaran belanja gubernur DKI Jakarta tahun 2003 menghabiskan Rp 65 juta untuk pakaian dinas, Rp 90 juta untuk jamuan kopi pagi, Rp 150 juta untuk belanja alat rumah tanggal, Rp 350 juta perjalanan dinas luar negeri dan Rp 887 juta untuk penyusunan pidato, tampaknya kebudayaan ini telah menjadi patologis di level politik. Konsumerisme sebagai budaya masayarakat abad ke-21 adalah budaya merusak yang mau tidak mau harus dilawan dengan berbagai gerakan dari gaya hidup individual yang antikonsumerisme hingga gerakan sosial politis menentang pelembagaannya menjadi korupsi. Konsumerisme sebagai budaya masayarakat abad ke-21 adalah budaya merusak HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos TUBUH DAN KESADARAN DALAM BUDAYA IMAJINASI Di dalam dunia imajinasi seperti yang dikemukakan Theodor Adorno, budaya antagonis menjadi budaya yang merajalela. Dunia ciptaan pasar, lewat media komunikasi telah menggilakan kebutuhan manusia atas penampakan lahir yang bukan hanya kebutuhan riil, tetapi terlebih kebutuhan yang tidak riil. Kita bisa melihat sendiri, dipacu oleh program gaya hidup yang dikemas dalam paket komersial, urusan kecantikan bagi perempuan zaman ini bukan hanya sekedar memantas-mantaskan diri di depan cermin, tetapi terlebih menjadi kebutuhan atas prestise. Budaya kebertubuhan justru bukan pertama-tama kebutuhan dari tubuh, namun justru diluarnya, yaitu gaya, mode, selera dan prestise. Theodor Adorno, Dunia ciptaan pasar, lewat media komunikasi telah menggilakan kebutuhan manusia atas penampakan lahir yang bukan hanya kebutuhan riil, tetapi terlebih kebutuhan yang tidak riil Hal ini menegaskan peran teknologi dalam menyebarkan budaya ciptaan. Bahkan bukan hanya menyebarkan tetapi bahkan mereproduksi realitas. “Realitas hidup” ciptaan media ini tidak menginduk pada realitas empiris, tetapi pada realitas simbolik, realitas imajiner. Salah satu contoh konstruksi budaya dari media ini adalah selebritis. Mereka menjadi figur elite yang diidolakan meskipun sebenarnya tidak mempunyai kekuasaan. Salah satu contoh konstruksi budaya dari media ini adalah selebritis. Mereka menjadi figur elite yang diidolakan meskipun sebenarnya tidak mempunyai kekuasaan Satu konsekuensi dari budaya seperti ini adalah penampilan lahiriah yang dipandang melampaui segalanya. Gaya hidup menjadi segalanya dan segalanya adalah gaya hidup. Gaya hidup menjadi komoditas dan komodiatas pun sepenuhnya diperuntukkan bagi pembentukan gaya HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos hidup. Dalam dunia seperti ini, manusia dibawa masuk ke dalam dunia ectasy yang dicirikan oleh kehidupan dengan kenikmatan semu, kebahagiaan ilusif dan keindahan halusinasi. Hidup seperti ini akhirnya menggiring manusia ke dalam jurang kehausan jiwanya. Kehausan yang membawanya bertanya akan keberadaan dirinya. Di satu sisi, bisa jadi ia menemukan diri sebagai satu unit sederhana, sepotong ikon dalam relasi budaya yang tercipta. Pandangan atas diri manusia dengan kebertubuhannya telah menjadi satu wacana yang begitu banyak dikupas dalam beberapa dekade terakhir ini. Kebertubuhan tanpa bentuk menjadi batu pijakan atas lahirnya “dunia tanpa bentuk” atau yang sering kita sebut sebagai dunia imajinasi. Dunia ini, dimana imajinasi dan teknologi menjadi kunci yang saling bertautan, sebenarnya tidak ada dan mendahului pengalaman nyata. Namun hebatnya dunia imajinasi ini mampu direprtesentasikan dan dialami sungguh sebagai “dunia nyata”. Salah satu contoh yang sangat mengagumkan adalah dunia virtual reality, yaitu dunia imajinasi ciptaan teknologi yang mampu melibatkan seluruh kebertubuhan seseorang bahkan emosi dan perasaannya. virtual reality, yaitu dunia imajinasi ciptaan teknologi yang mampu melibatkan seluruh kebertubuhan seseorang bahkan emosi dan perasaannya Perkembangan teknologi, khususnya jaringan media telekomunikasi, membawa dunia imajinasi ini bukan hanya dialami sebagai dunia personal, namun telah menjadi dunia komunal dan global. Karena itu pula satu hal yang tak mungkin diabaikan dalam penciptaan dunia seperti ini adalah “peran” kapitalisme lewat kekuasaan pasarnya. Melalui iklan-iklan di surat kabar, majalah, televisi, radio, internet dan sebagainya, pasar bisa menentukan dunia apa yang ideal dan dibutuhkan manusia, khususnya tubuhnya. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Tubuh manusia menjadi objek komoditas kapitalisme, melalui iklan-iklan di surat kabar, majalah, televisi, radio, internet dan sebagainya ditentukan apa yang ideal dan dibutuhkan manusia Karena itu semakin jelas tampak dimana-mana kemampuan pasar dalam “menggilakan” kebutuhan atas penampilan lahir lewat konsumsi barang-barang; bukan hanya yang riil tetapi terlebih kebutuhan yang tidak riil. Maka yang terjadi adalah penampilan lahiriah dipandang melampaui segalanya dan segalanya diukur lewat penampilan lahiriah. penampilan lahiriah dipandang melampaui segalanya dan segalanya diukur lewat penampilan lahiriah Konsekuensi dari dunia seperti ini adalah kecenderungan munculnya kehausan manusia akan pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan yang terus dicoba dipenuhi lewat dunia-dunia semu yang begitu ramai ditawarkan oleh dunia imajinasi. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos KEBUDAYAAN DAN PENYESUAIAN DIRI MANUSIA Kebudayaan dan Penyesuaian Biologis Kebudayaan mencakup banyak cara untuk membantu orang-orang dalam usahanya yang tidak henti-hentinya melawan alam. Semenjak manusia menderita kedinginan dan kepanasan, mereka memakai baju dan membangun rumah-rumah. Alam menyediakan buah-buahan; manusia menanam dan memeliharanya dan meningkatkan hasilnya. Tangan manusia merupakan sekop yang kurang kuat, tetapi buldoser-buldoser memperbaiki permukaan tanah. Manusia tidak dapat berlari cepat, berenang dengan baik, apalagi terbang, tetapi tidak ada mahluk lain yang dapat bepergian secepat mereka. Manusia adalah mahluk rapuh dan lemah, merupakan mangsa empuk kepanasan atau kedinginan, kehausan atau kelaparan. Dengan adanya kebudayaan mereka dapat melembabkan padang pasir dan mengeringkan daerah berawa, dapat bertahan hidup di daerah yang beku dan panasnya daerah tropis, malah dapat bertahan dalam perjalanan luar angkasa. Tangan manusia merupakan sekop yang kurang kuat, tetapi buldoser-buldoser memperbaiki permukaan tanah. Manusia tidak dapat berlari cepat, berenang dengan baik, apalagi terbang, tetapi tidak ada mahluk lain yang dapat bepergian secepat mereka Bila tadi dikatakan kebudayaan membantu manusia menyesuaikan diri pada lingkungannya, dalam banyak hal kebudayaan juga mengganggu penyesuaian biologis mereka. Setiap kebudayaan menawarkan banyak contoh pola yang berbahaya bagi kesejahteraan fisik. Kepercayaan orang Hindu yang melarang membunuh sesuatu telah menyebabkan India penuh dengan anjing-anjing yang berkeliaran, ternak yang kurus kering dan segala jenis parasit, jadi membuang-buang bahan makanan dan penyakit. Dengan kebudayaan kita telah meningkatkan senjata kita sampai kita dapat menghancurkan seluruh umat manusia. Kita mengikuti metode pertanian dan penggunaan lahan yang merusak tanah dan membanjiri daratan. Kita mencemarkan udara, mengotori aliran sungai dan meracuni makanan kita. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Dengan kebudayaan kita telah meningkatkan senjata kita sampai kita dapat menghancurkan seluruh umat manusia Kebudayaan dan Penyesuaian Sosial Beberapa norma kultural tampak seperti menghalangi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Norma-norma kebudayaan menanamkan perasaan-perasaan tertentu, misalnya rasa bersalah, rasa rendah diri atau hambatan-hambatan seksual sampai tingkat tertentu. Suatu budaya mungkin mencakup tempat yang kurang menyenangkan bagi golongan orang-orang tertentu. Maka di negara bagian India tertentu, janda-janda diharapkan mengorbankan dirinya dalam tumpukan kayu bakar dalam pembakaran jenazah suaminya sementara di Amerika sampai saat ini para wanita yang tidak menikah kurang lebih merupakan anggota yang diterima dengan baik dalam rumah tangga keluarganya. Beberapa norma kebudayaan mungkin bertele-tele sifatnya sehingga tidak praktis. Katanya, Ratu Marie Antoniette tidak bisa meperoleh segelas air dingin; karena tata cara istana mengharuskan gelas itu berpindah banyak tangan sehingga air sudah menjadi suam-suam kuku ketika sampai pada ratu. HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos Ratu Marie Antonietta Di kepulauan Torres di Melanesia, Rivers (1922) bercerita tentang bagaimana pembuatan kanu melibatkan serangkaian upacara magis yang sangat rumit sehingga hanya sekelompok kecil pembuat kanu turun temurun yang berani mencoba membuatnya. Orang yang sekalipun terampil bertukang dan ahli membangun kanu, karena merasa tidak memiliki kekuatan gaib yang bersifat magis itu, tidak pernah berpikir bagaiaman seharusnya membuat perahu. Oleh karena itu, ketika keluarga-keluarga pembuat kanu yang turun temurun itu punah, penduduk kepualuan Torres hidup tanpa kanu padahal mereka sangat membutuhkannya. Di kepulauan Torres di Melanesia, Rivers (1922) bercerita tentang bagaimana pembuatan kanu melibatkan serangkaian upacara magis yang sangat rumit sehingga hanya sekelompok kecil pembuat kanu turun temurun yang berani mencoba membuatnya HEFRI ASRA OMIKA, S.Sos