1 penentuan waktu datang gelombang tsunami di beberapa kota

advertisement
PENENTUAN WAKTU DATANG GELOMBANG TSUNAMI DI BEBERAPA KOTA
PANTAI SELATAN JAWA BARAT SEBAGAI INFORMASI PENTING DALAM
USAHA PENYELAMATAN SECARA PREVENTIF MENGHANDAPI BENCANA
TSUNAMI
Sutrisno
Dosen tetap Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Kecepatan gelombang tsunami yang disebabkan oleh Gempabumi Pangandaran 17 Juli 2006
yang mengarah ke kota-kota selatan Jawa Barat dihitung berdasarkan rumus :
v  gh
Dengan v,g, dan h berturut-turut adalah kecepatan, percepatan gravitasi bumi, dan kedalaman
laut. Dari harga kecepatan tersebut ditentukan kecepatan rata-rata berdasarkan variasi
kedalaman laut sehingga dapat diperoleh waktu datang gelombang tsunami ke kota-kota
tersebut dengan rumus :
x
 v( x)dx
v
0
x
,
t
x
v
Dengan t, x dan v berturut-turut adalah waktu penjalaran gelombang tsunami, jarak dari
epicenter ke pantai dan kecepatan rata-rata. Sedangkan waktu penjalaran gelombang seismik
diperoleh dari tabel Jeffrey-Bullen untuk gempa normal dengan kedalaman 33 km. Data
kedalaman laut yang digunakan untuk mendapatkan kecepatan penjalaran gelombang
tsunami diperoleh dari dari Program Pemetaan Tsunami WinITDB. Selisih waktu antara saat
dirasakan gempa dan datangnya gelombang tsunami di beberapa kota pantai selatan Jawa
Barat sebagai berikut:
Ujung Genteng
Sindang Barang
Karang Anyar
Kelapa Genep
Sindang Sari
:
:
:
:
:
42’44“
26’37”
29’47”
29’57“
35’13“
Pangandaran
Cilacap
Karang Bolong
Glagah
Parangtritis
:
:
:
:
:
56’18”
55’20”
56’32”
54’04”
56’46”
Interval waktu tersebut dapat digunakan sebagai informasi penting dalam usaha
penyelamatan secara preventif menghadapi bencana tsunami jika gempa tersebut terjadi lagi
di masa yang akan datang.
Kata kunci: interval waktu, tsunami, penyelamatan
1
I.PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belak a ng
Secara tektonik wilayah Indonesia berada pada jalur pertemuan tiga lempeng utama
dunia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Indonesia
sebagai wilayah kepulauan dengan tingkat kegempaan tinggi menyebabkan banyak gempa
yang berpusat di dasar laut. Beberapa gempa yang berpusat di laut dengan energi yang kuat
dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Secara historis, tsunami lebih banyak menimbulkan
korban jiwa dan harta benda dari pada gempanya sendiri.
Tsunami yang terjadi di wilayah Indonesia berasal dari gempa-gempa dekat (lokal)
sehingga waktu yang diperlukan untuk evakuasi sejak dirasakannya gempa bumi relatif
cukup singkat. Masih segar dalam ingatan kita tsunami yang disebabkan oleh gempa
Pangandaran 17 Juli 2006 telah menelan korban 395 orang meninggal dan memporakporandakan daerah lain, seperti: Cilacap, Karang Bolong (Kebumen, Jateng), pantai Samas
dan Parangtritis (Jogjakarta). Salah satu faktor penyebab ketidaksiapan menghadapi tsunami
adalah belum adanya informasi tentang interval waktu dari mulai gempa dirasakan oleh
masyarakat sampai datangnya gelombang tsunami.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi persiapan menghadapi tsunami apabila gempa
tersebut berulang di masa yang akan datang diperlukan informasi waktu kapan datangnya
gelombang tsunami setelah dirasakan gempa bumi. Dengan informasi ini diharapkan
perencanaan kegiatan evakuasi dapat dilakukan lebih cepat, tepat, dan akurat sehingga dapat
mengurangi jumlah kurban.
1.2. Permasalahan Penelitian
Salah satu ciri khas yang ditunjukkan oleh gempa bumi tektonik adalah mengalami
siklus dan akan berulang di masa yang akan datang. Tidak menutup kemungkinan bahwa
Tsunami Pangandaran yang disebabkan oleh gempa tanggal 17 Juli 2006 juga akan berulang
jika gempa tersebut terjadi lagi di masa yang akan datang.
Yang menjadi permasalahan adalah berapa lama waktu yang diperlukan dari saat
dirasakannya getaran gempa sampai datangnya gelombang tsunami di pantai, terutama di
daerah-daerah sepanjang pantai selatan Jawa Barat yang banyak penduduknya. Berangkat
dari permasalahan ini maka peneliti mencoba menghitung interval waktu antara saat
2
dirasakannya getaran gempa sampai datangnya gelombang tsunami di beberapa kota pantai
selatan Jawa Barat berdasarkan studi kasus Gempa Pangandaran 17 Juli 2006.
1.3. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah dengan membandingkan waktu datangnya gelombang
gempa dengan waktu datangnya gelombang tsunami di suatu tempat dapat diketahui interval
waktu dari saat dirasakannya getaran gempa sampai datangnya gelombang tsunami di tempat
itu.
Hipotesis ini akan diuji dengan mengunakan metode analisis distribusi jarak dan
kecepatan gelombang tsunami dan gelombang gempa di daerah penelitian. Dari hasil analisis
distribusi parameter tersebut dapat diperoleh waktu tiba gelombang tsunami dan gelombang
gempa di kota-kota pantai selatan Jawa Barat.
1.4. Tujuan P enelitian
Tujuan penelitian ini adalah menentukan waktu datangnya gelombang gempa dan
gelombang tsunami di kota-kota pantai selatan Jawa Barat yang banyak mengalami
kerusakan akibat tsunami 17 Juli 2006 lalu, yaitu Ujung Genteng, Sindang Barang, Karang
Anyar, Kelapa Genep, Sindang Sari, Pangandaran, Cilacap, Karang Bolong, Glagah, dan
Parang Tritis.
Dengan mengetahui kedua waktu datang diatas dapat ditentukan interval waktu antara
saat dirasakannya getaran gempa sampai waktu datangnya gelombang tsunami di kota-kota
yang rawan bencana tsunami tersebut.
1.5. Manfaat dan K egunaan P enelitian
Manfaat dan kegunaan hasil penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang
dapat membantu pemerintah daerah setempat dalam menyusun kebijakan penanggulangan
bencana tsunami terutama dalam proses evakuasi. Interval waktu antara saat merasakan
getaran gempa sampai waktu datangnya gelombang tsunami yang diperoleh dari hasil
penelitian dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan untuk evakuasi penduduk
dengan cepat, tepat, dan akurat. Dengan interval waktu yang sudah dapat diperkirakan kirakira model evakuasi seperti apa yang dapat dilakukan.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Teori Lempeng Tektonik
Untuk memahami proses terjadinya tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi
tektonik, perlu diketahui Teori Lempeng Tektonik. Teori ini merupakan teori yang sampai
saat ini masih banyak dianut untuk menjelaskan segala aktivitas dinamika yang terjadi pada
lapisan Lithosper.
Teori Lempeng Tektonik berawal dari pengamatan Alfred Wagener pada tahun 1915
yang menjelaskan bahwa adanya kesimetrisan bentuk antara pantai timur Amerika Selatan
dengan pantai barat Afrika yang kalau didekatkan akan melekat menjadi satu kesatuan benua
besar. Dari pengamatan tersebut lahirlah ”Continental Drift Theory” yang menyatakan bahwa
sekitar 250 juta tahun yang lalu benua-benua yang ada sekarang berasal dari pecahan dua
benua besar yang disebut Pangaea dan Gondwana.
Menurut teori lempeng tektonik, kerak bumi terpecah-pecah menjadi beberapa
bagian yang kemudian disebut Lempeng (Plate). Terdapat tujuh lempeng besar (Mega Plate),
yaitu : Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, Lempeng Amerika Utara, Lempeng Amerika
Selatan, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Afrika, dan Lempeng Antartika. Lempenglempeng tersebut bergerak dengan arah dan kecepatan yang berbeda antara lempeng satu
dengan lempeng yang lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut disebabkan oleh
adanya arus konveksi di dalam mantel bumi.
Gambar 1: Lempeng Tektonik
4
Pergerakan dinamis antar lempeng didefinisikan atas tiga tipe pergerakan, yaitu :
1).. Gerak Divergen atau Konstruktif, yaitu pergerakan dua buah lempeng tektonik atau lebih
yang bergerak saling menjauh satu sama lainnya yang mengakibatkan material mantel
naik keatas atau terjadi pergerakan mantel (mantel convection) membentuk lantai
samudra (sea floor spreading). Pergerakan mantel ini terjadi karena adanya pendinginan
dari atas dan pemanasan dari bawah sehingga mantel akan bergerak keatas.
2). Gerak Konvergen, yaitu pergerakan lempeng tektonik yang bergerak saling mendekat
(bertemu). Pergerakan ini dapat menyebabkan salah satu lempeng menyusup di bawah
lempeng yang lainnya, membentuk zona subduksi, atau menyebabkan lempeng-lempeng
saling bertumbukan keatas, membentuk zona tumbukan. Pada zona subduksi, pada
kedalaman sekitar 150 – 200 kilometer, karena gesekan dan tekanan yang tinggi, akan
terjadi diferensiasi magma yang dapat naik kepermukaan bumi menjadi gunung api.
3). Gerak Transform atau Konservatif, yaitu pergerakan lempeng yang bergerak lateral satu
sama lainnya atau bergerak saling bergesekan tanpa membentuk atau merusak lithosfera.
Mekanisme gempa bumi umumnya diakibatkan oleh deformasi batuan akibat adanya
sesar.
Berdasarkan gaya penyebabnya, sesar dapat dibagi menjadi :
1). Reverse fault atau Trust fault (sesar naik) yaitu sesar dimana hanging wall pada sesar
bergerak relatif naik terhadap footwall.
2). Normal fault (sesar turun) yaitu sesar dimana hanging wall pada sesar relative turun
terhadap foot wall.
3). Stike slip fault (sesar mendatar) yaitu sesar dengan arah gerakan relatif mendatar satu
sama lainya.
Gambar 2: Jenis Pergerakan Bidang Sesar
5
2.2. Teori Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu dari kata tsu dan nami. Tsu berarti
pelabuhan dan nami berarti gelombang. Istilah tersebut kemudian dipakai oleh masyarakat
untuk menunjukkan adanya gelombang laut besar yang disebabkan oleh gempa bumi. Lebih
tepatnya, tsunami diartikan sebagai gelombang laut yang terjadi secara mendadak yang
disebabkan karena terganggunya kestabilan air laut yang diakibatkan oleh gempa bumi
tektonik.
Gambar 3: Mekanisme Pergerakan Gelombang Tsunami
Tsunami dapat dibangkitkan oleh berbagai gangguan yang terjadi di dasar laut secara
tiba-tiba, diantaranya adalah gempa bumi tektonik, aktivitas gunung api bawah laut (volcanic
explosion), runtuhan (land slide) dekat pantai, ledakan nuklir dibawah laut dan akibat
kejatuhan meteor (secara teoritis). Dari berbagai penyebab tsunami diatas, gempa bumi
tektonik merupakan pembangkit utama gelombang tsunami. Besar kecilnya gelombang
tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik gempa bumi yang memicunya.
Bagian terbesar sumber gangguan impulsif yang menimbulkan tsunami dahsyat
adalah gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Tetapi tidak semua gempa bumi yang
episenternya berada di laut dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Gempa bumi yang dapat
menyebabkan terjadinya tsunami mempunyai persyaratan karakteristik, yaitu :

Magnitude gempanya (M) ≥ 6.5 SR.

Kedalaman gempanya (h) dangkal ≤ 60 km.

Pusat gempa (episenter) berada di dasar laut.

Jenis patahannya adalah normal fault (sesar turun) atau thrust fault (sesar naik).
6
Jika jenis patahannya adalah strike fault (sesar yang bergeser) maka kecil sekali
kemungkinan menimbulkan tsunami karena air laut tidak mengalami usikan yang berarti.
Dari ketiga jenis patahan tadi, thrust fault (sesar naik) dapat menimbulkan tsunami yang lebih
berbahaya karena gerakan patahannya melawan gravitasi. Sehingga memerlukan energi yang
cukup besar. Gempa yang terjadi di dasar laut tadi harus bisa merobek dasar laut, jika tidak
terjadi robekan maka sulit atau kecil kemungkinan untuk terjadinya tsunami. Semua syarat
tadi harus dipenuhi supaya dapat menyebabkan terjadinya tsunami.
Periode tsunami cukup bervariasi mulai dari dua menit hingga lebih dari satu jam.
Panjang gelombangnya sangat besar antara 100-200 km. Kecepatan gelombang tsunami
bergantung dari kedalaman laut. Secara garis besar, apabila kedalaman laut berkurang
menjadi setengah dari kedalaman laut sebelumnya, maka kecepatan penjalaran gelombang
akan menyesuaikan dengan berkurang menjadi seperempat dari kecepatan penjalaran
gelombang sebelumnya.
III. DATA DAN METODE PENELITIAN
3.1. Data Penelitian
Untuk keperluan perhitungan waktu penjalaran gelombang tsunami menggunakan data :
1). Data Gempa Bumi Utama :

Waktu
: 15:19:22 wib

Posisi
: 9.46 LS dan 107.19BT

Kedalaman
: 33 km

Magnitude
: 6.8 SR.
2). Data Kedalaman Laut
Daerah yang dihitung dibatasi dari 105-111 BT dan 7.5-10.5 LS dengan konsentrasi
beberapa kota pengamatan di sebelah selatan Jawa.
Jawa Barat :

Ujung Genteng
: 7.33 o LS dan 106.36 o BT

Sindang Barang
: 7.45 o LS dan 107.11 o BT

Karang Anyar
: 7.75 o LS dan 108.05 o BT

Kelapa Genep
: 7.81 o LS dan 108.28 o BT

Sinda ng Sari
: 7.79 o LS dan 10 8.43 o BT
7

: 7.74 o LS dan 108.01 o BT
Pangandaran
Jawa Tengah :

Cilacap
: 7.71 o LS dan 109.01 o BT

Karang Bolong
: 7.75 o LS dan 109.46 o BT
Jogjakarta :

Glagah
: 7.89 o LS dan 110.05 o BT

Parangtritis
: 8.01 o LS dan 110.33 o BT
Dari peta kontur kedalaman laut, diperoleh data profil kedalaman laut dari episenter menuju
tiap-tiap kota yang diamati sebagai berikut.
3.2. Metode Penelitian
Thorne Lay dan Terry C.Wallace merumuskan kecepatan gelombang tsunami, yaitu :
(3.1)
v  g .h
dimana :
v = kecepatan gelombang tsunami (m/s).
g = kecepatan gravitasi bumi (10 m/s2).
h = kedalaman laut (m).
Bila episenter dianggap sebagai asal mula terbentuknya tsunami di lautan, maka bila
profil kedalaman laut dari epicenter ke kota di pesisir laut diketahui, maka dapat dibuat
grafik hubungan kecepatan terhadap jarak. Untuk memudahkan perhitungan kecepatan
gelombang tsunami maka diwakili oleh kecepatan rata-ratanya, melalui perhitungan dengan
rumus :
x
 v( x)dx
v
0
(3.2)
x
Dalam prakteknya, perhitungan di atas disederhanakan menjadi :
v 
(v(x1). x  v(x2). x  ....  v(xn). x)
n -1
 (v 0  v1  v 2  v 3  v n )
x
n 1
8

 v( x)
n 1
(3.3)
Untuk mengetahui jarak dari titik episenter ke titk kota pengamatan digunakan perhitungan
dengan rumus segitiga bola, yaitu :
Cos  = sin  e sin  p + cos  e cos  p cos (  p   e )
(3.4)
dimana :
 e = lintang posisi epicenter.
 p = lintang posisi kota pengamatan.
 e = bujur posisi epicenter.
 p = bujur posisi kota pengamatan.
Dengan didapatnya kecepatan rata-rata gelombang tsunami v  , maka waktu penjalaran
gelombang tsunami dapat diketahui melalui perhitungan dengan rumus :
t
x
v
(3.5)
dimana :
t = waktu tempuh / travel time (sec).
x = jarak dari epicenter ke kota (m).
v = kecepatan rata-rata (m/s).
Sedangkan waktu penjalaran gelombang seismik diambil dari Tabel Jeffrey – Bullens untuk
gempa dangkal ( Normal, h = 33 km ).
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa
Dari tabel profil kedalaman laut dari episenter ke tiap-tiap kota pengamatan, dapat diketahui
kecepatannya sebagaimana dipaparkan di dalam tabel-tabel yang ada di bawah ini :
1. Data Profil Kecepatan Gelombang Tsunami Episenter – Ujung
Genteng
No.
Li n t an g
Buj ur
x ( met er)
h (met er)
v ( m/ s)
1
-9 . 4 6
10 7. 1 9
0
4. 8 89
22 1. 1 1
2
-9 . 0 1
10 7. 0 1
55 . 24 4
3. 2 21
17 9. 4 4
3
-8 . 6 1
10 6. 8 3
1 02 . 46 3
2. 0 21
14 2. 1 6
4
-8 . 2 2
10 6. 7 1
1 47 . 99 7
2. 8 53
16 8. 8 9
5
-7 . 7 9
10 6. 5 7
1 96 . 69 3
1. 9 88
14 0. 9 9
6
-7 . 6 1
10 6. 5 4
2 17 . 65 6
18 0
4 2. 4 2
7
-7 . 5 1
10 6. 4 8
2 31 . 39 4
14 4
3 7. 9 4
9
8
-7 . 4 1
10 6. 4 2
2 44 . 11 2
46
2 1. 4 4
9
-7 . 3 9
10 6. 3 9
2 51 . 51 7
28
1 6. 7 3
10
-7 . 3 3
10 6. 3 6
2 52 . 55 6
0
0
2. Data Profil Kecepatan Gelombang Tsunami Episenter – Sindang Barang
No.
Li n t an g
Bu j ur
x ( met er)
h (met er)
v ( m/ s)
1
-9 . 46
10 7. 1 9
0
4. 88 9
2 21 . 11
2
-8 . 96
10 7. 1 2
56 . 04 1
2. 31 1
1 51 . 98
3
-8 . 54
10 7. 1 1
1 02 . 50 5
2. 74 5
1 65 . 68
4
-8 . 05
10 7. 0 9
1 56 . 90 3
2. 86 2
1 69 . 17
5
-7 . 65
10 7. 1 4
2 00 . 98 7
1. 29 9
1 13 . 97
6
-7 . 45
10 7. 1 1
2 23 . 28 7
0
0
3. Data Profil Kecepatan Gelombang Tsunami Episenter – Karang Anyar
No.
Li n t an g
Buj u r
x (met er)
h (met er)
v ( m/ s)
1
-9 . 46
1 07 . 19
0
4. 8 89
22 1. 11
2
-9 . 02
1 07 . 42
5 5. 1 11
2. 4 73
15 7. 25
3
-8 . 66
1 07 . 66
1 02 . 99 1
3. 5 38
18 8. 09
4
-8 . 21
1 07 . 88
1 58 . 48 5
2. 4 95
15 7. 95
5
-7 . 96
1 07 . 97
1 87 . 66 5
4 49
6 7. 0 1
6
-7 . 87
1 08 . 02
1 99 . 08 9
70
2 6. 4 5
7
-7 . 75
1 08 . 05
2 12 . 46 3
0
0
4. Data Profil Kecepatan Gelombang Tsunami Episenter – Kelapa Genep
No.
Li n t an g
Buj u r
x ( met er)
h (met er)
v ( m/ s)
1
-9 . 46
1 07 . 19
0
4. 8 89
2 21 . 11
2
-9 . 02
1 07 . 41
54 . 1 17
2. 4 57
1 56 . 74
3
-8 . 66
1 07 . 66
10 2. 9 91
3. 5 38
1 88 . 09
4
-8 . 26
1 07 . 96
15 8. 2 63
3. 2 35
1 79 . 86
5
-7 . 97
1 08 . 08
19 2. 6 48
49 4
70 . 28
6
-7 . 87
1 08 . 16
20 6. 7 41
75
27 . 38
7
-7 . 81
1 08 . 28
22 0. 4 32
0
0
10
5. Data Profil Kecepatan Gelombang Tsunami Episenter – Sindang Sari
No.
Li nt an g
Buj u r
x ( met er)
h (met er)
v ( m/ s)
1
-9. 4 6
1 07 . 19
0
4. 8 89
2 21 . 11
2
-9. 0 5
1 07 . 44
6 6. 3 79
2. 4 81
1 57 . 48
3
-8. 6 9
1 07 . 71
1 01 . 59 3
3. 3 49
1 83 . 03
4
-8. 2 8
1 08 . 01
1 58 . 87 1
3. 1 71
1 78 . 07
5
-8. 0 5
1 08 . 18
1 91 . 23 6
3 58
59 . 83
6
-7. 9 6
1 08 . 28
2 05 . 81 7
90
29 . 99
7
-7. 8 9
1 08 . 35
2 16 . 67 7
75
27 . 38
8
-7. 7 9
1 08 . 43
2 29 . 99 2
0
0
6. Data Profil Kecepatan Gelombang Tsunami Episenter – Pangandaran
No.
Li n t an g
Buj u r
x (met er)
h (met er)
v ( m/ s)
1
-9 . 46
1 07 . 19
0
4 . 88 9
22 1. 1 1
2
-9 . 08
1 07 . 49
5 4. 4 35
2 . 39 8
15 4. 8 5
3
-8 . 78
1 07 . 79
1 00 . 66 2
2 . 55 9
15 9. 9 6
4
-8 . 38
1 08 . 11
1 56 . 76 1
3 . 21 2
17 9. 2 2
5
-8 . 15
1 08 . 39
1 97 . 94 8
5 09
71 . 34
6
-8 . 05
1 08 . 47
2 11 . 38 1
47
21 . 67
7
-7 . 93
1 08 . 51
2 24 . 29 9
1 01
31 . 78
8
-7 . 89
1 08 . 55
2 30 . 56 2
64
25 . 29
9
-7 . 85
1 08 . 56
2 34 . 65 4
13
11 . 40
10
-7 . 83
1 08 . 56
2 36 . 34 6
4
6 . 32
11
-7 . 79
1 08 . 58
2 40 . 32 7
3
5 . 47
12
-7 . 74
1 08 . 01
2 52 . 74 9
0
0
7. Data Profil Kecepatan Gelombang Tsunami Episenter – Cilacap
No.
Li n t an g
Bu j u r
x ( met er)
h (met er)
v ( m/ s)
1
-9 . 4 6
1 07 . 19
0
4 . 88 9
2 21 . 11
2
-9 . 1 3
1 07 . 55
5 4. 2 09
2 . 30 5
1 51 . 82
3
-8 . 8 6
1 07 . 88
10 1. 4 96
2 . 38 9
1 54 . 56
4
-8 . 4 9
1 08 . 22
15 7. 0 48
3 . 54 3
1 88 . 22
5
-8 . 1 9
1 08 . 52
20 4. 1 25
5 47
7 3. 9 6
6
-8 . 1 2
1 08 . 68
22 2. 4 35
1 15
3 3. 9 1
7
-8 . 0 5
1 08 . 75
23 3. 4 09
91
3 0. 1 6
8
-7 . 9 7
1 08 . 86
24 8. 4 27
96
3 0. 9 8
9
-7 . 8 5
1 09 . 02
27 0. 5 53
83
2 8. 8 0
11
10
-7 . 7 6
1 09 . 06
28 0. 5 52
8
8. 9 4
11
-7 . 7 1
1 09 . 01
28 0. 2 59
0
0
8. Data Profil Kecepatan Gelombang Tsunami Episenter – Karang Bolong
No.
Li nt an g
Bu j ur
x ( met er)
h (met er)
v ( m/ s)
1
-9 . 46
10 7. 1 9
0
4. 8 89
22 1. 1 1
2
-9 . 19
10 7. 5 9
54 . 49 2
2. 7 87
16 6. 9 4
3
-8 . 95
10 7. 9 2
98 . 84 6
2. 4 28
15 5. 8 2
4
-8 . 68
10 8. 3 5
1 55 . 1 62
3. 5 63
18 8. 7 5
5
-8 . 42
10 9. 7 7
3 08 . 7 71
2. 3 70
15 3. 9 4
6
-8 . 22
10 9. 0 3
2 46 . 2 89
3 86
62 . 1 2
7
-8 . 13
10 9. 1 1
2 59 . 2 58
1 55
39 . 3 7
8
-8 . 05
10 9. 1 9
2 71 . 6 24
1 13
33 . 6 1
9
-7 . 99
10 9. 2 7
2 82 . 7 18
85
29 . 1 5
10
-7 . 89
10 9. 3 7
2 98 . 2 02
1 35
36 . 7 4
11
-7 . 84
10 9. 4 3
3 06 . 8 51
20
14 . 1 4
12
-7 . 75
10 9. 4 6
3 15 . 4 62
0
0
9. Data Profil Kecepatan Gelombang Tsunami Episenter – Glagah
No.
Li n t an g
Buj u r
x (met er)
h (met er)
v ( m/ s)
1
-9 . 46
1 07 . 19
0
4. 8 89
22 1. 1 1
2
-9 . 24
1 07 . 22
2 4. 6 46
3. 2 03
17 8. 9 6
3
-9 . 07
1 08 . 01
1 00 . 79
2. 0 13
14 1. 8 8
4
-8 . 83
1 08 . 43
1 54 . 38 6
3. 5 26
18 7. 7 7
5
-8 . 59
1 08 . 89
2 11 . 97 5
3. 5 05
18 7. 2 1
6
-8 . 42
1 09 . 27
2 58 . 13 1
1. 3 64
11 6. 7 9
7
-8 . 27
1 09 . 54
2 92 . 38 7
1. 0 05
10 0. 2 4
8
-8 . 15
1 09 . 73
3 17 . 22 9
5 63
7 5. 0 3
9
-8 . 04
1 09 . 86
3 35 . 67 7
3 14
5 6. 0 3
10
-7 . 79
1 09 . 96
3 55 . 07
91
3 0. 1 6
11
-7 . 95
1 10 . 01
3 59 . 02 6
47
2 1. 6 7
12
-7 . 89
1 10 . 05
3 61 . 65 1
0
0
10. Data Profil Kecepatan Gelombang Tsunami Episenter – Parangtritis
No.
1
Li n t an g
Bu j u r
x ( met er)
h (met er)
v ( m/ s)
-9 . 4 6
1 07 . 19
0
4 . 88 9
2 11 . 11
12
2
-9 . 2 8
1 07 . 64
53 . 79 7
3 . 25 9
1 80 . 52
3
-9 . 1 1
1 08 . 04
10 2. 0 35
1 . 95 4
1 39 . 78
4
-8 . 9 7
1 08 . 48
15 3. 1 72
3 . 50 5
1 87 . 21
5
-8 . 8 7
1 08 . 94
24 8. 0 71
3 . 60 7
1 89 . 92
6
-8 . 5 7
1 09 . 41
26 5. 4 85
2 . 79 2
1 67 . 09
7
-8 . 4 1
1 09 . 61
29 2. 8 15
20 0
4 4. 7 2
8
-8 . 3 2
1 09 . 79
31 5. 1 23
46 8
6 8. 4 1
9
-8 . 2 3
1 10 . 01
34 0. 4 82
38 5
6 2. 0 4
10
-8 . 1 1
1 10 . 15
36 2. 1 29
32 9
5 7. 3 5
11
-8 . 0 8
1 10 . 24
37 1. 5 91
55
2 3. 4 5
12
-8 . 0 1
1 10 . 33
38 3. 9 08
0
0
Masing-masing tabel dihitung kecepatan rata – rata dan waktu penja laran
gelombang tsunami untuk setiap kota tempat pengamatan:
v (m/s)
t (sekon)
No.
Nama Ko ta
x (meter)
1
Uju ng Ge nt eng
252.55 6
97.11
2.600,40
2
Sindang Barang
223.28 7
136.98
1.629,60
3
Karang A nya r
212.46 3
116.83
1.818,00
4
Kelapa Genep
220.43 2
120.49
1.829,40
5
Sindang Sar i
229.99 2
107.11
2.146,80
6
Panga ndara n
252.74 9
74.03
3.414,00
7
Cilac ap
280.25 9
83.86
3.341,40
8
Karang Bo long
315.46 2
91.80
3.436,20
9
Glagah
361.65 1
109.73
3.295,80
10
Parangtr it is
383.96 8
110.96
3.459,60
Selisih waktu tiba antara gelombang tsunami dan gelombang gempa:
N o.
Nama K ot a
W aktu
P enj al a ra n
G el . Tsun ami
(se ko n)
2. 6 00 , 40
Wa kt u
Pe nj al ar an
G el . Sei s mi k
(se ko n)
3 5, 8 9
Sel i si h
(se ko n)
Sel i si h
( me ni t)
2. 56 4, 5 1
42 ’44 ”
1
Uj u ng Gent en g
2
S i nd an g Bar an g
1. 6 29 , 60
3 2, 0 8
1. 59 7, 5 2
26 ’37 ”
3
Kar an g An yar
1. 8 18 , 00
3 0, 6 0
1. 78 7. 4 0
29 ’47 ”
4
Kel a pa Gen ep
1. 8 29 , 40
3 1, 7 3
1. 79 7, 6 7
29 ’57 ”
5
S i nd an g S ari
2. 1 46 , 80
3 2, 9 4
2. 11 3, 8 6
35 ’13 ”
6
P an gand aran
3. 4 14 , 00
3 5, 9 2
3. 37 8, 0 8
56 ’18 ”
13
7
Ci l acap
3. 3 41 , 40
3 9, 3 9
3. 30 2, 0 1
55 ’20 ”
8
Kar an g B ol on g
3. 4 36 , 20
4 3, 9 8
3. 39 2, 2 2
56 ’32 ”
9
Gl a gah
3. 2 95 , 80
4 9, 8 8
3. 24 5, 9 2
54 ’05 ”
P ar an gt ri t i s
3. 4 59 , 60
5 2, 7 7
3. 40 6, 8 3
56 ’46 ”
10
4.2. Pembahasan
Dengan adanya hasil akhir berupa tabel waktu penjalaran gelombang tsunami dan
gelombang seismik, maka telah diketahui berapa lama waktu penjalaran gelombang tsunami
untuk mencapai daratan atau pantai di sepanjang pesisir pantai sebelah selatan Jawa (kotakota yang diamati).
Hal ini menghasilkan selisih waktu yang cukup besar antara waktu datang gelombang
tsunami dan waktu datang gelombang gempa. Dari hasil perhitungan diperoleh selisih waktu
tersebut antara 26-56 menit. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dirasakan adanya gempa,
masyarakat di pesisir pantai masih memiliki cukup waktu dalam melakukan evakuasi sebagai
tindakan penyelamatan.
V. KESIMPPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a). Selisih waktu datang antara gelombang tsunami dan gelombang gempa pada kota-kota
yang diamati :
Ujung Genteng
= 42’44”
Sindang Barang
= 26’37”
Karang Anyar
= 29’47”
Kelapa Genep
= 29’57”
Sindang Sari
= 35’13”
Pangandaran
= 56’18”
Cilacap
= 55’20”
Karang Bolong
= 56’32”
Glagah
= 54’05”
Parangtritis
= 56’46”
b). Dengan waktu yang cukup antara 26 sampai 56 menit, masih memungkinkan bagi
masyarakat yang bermukim di pantai untuk menjauh dari pantai dan menuju ke tempat
yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri dari kejaran gelombang tsunami.
14
5.2. Saran
a). Hasil kesimpulan tersebut dapat digunakan sebagai informasi perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mengevakuasi penduduk pantai sebelum gelombang tsunami datang.
b). Tsunami yang telah terjadi di Pangandaran akibat gempa pada tanggal 17 Juli 2006 yang
telah menelan banyak kurban jiwa dan harta hendaknya menjadi pelajaran bagi
masyarakat setempat agar lebih waspada untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Alonso-Finn. 1980. Fundamental University Physiscs. United States of America: AddisonWesley Publishing Company.
Jeffreys’ Near – Earthquake Tables.
Thorne Lay, Terry C. Wallace. 1995, Modern Global Seismology. London : United
Kingdom Edition.
Lea Prasetyo, Dra. 1992. Dasar-Dasar Fisika Universitas, Jakarta : Erlangga.
Gunawan Ibrahim, Subarjo, 2005. Pengetahuan Seismologi, Jakarta : Badan Meteorologi
dan Geofisika.
Resty Herdiani R. 2007. Estimasi Medan Waktu Penjalaran Gelombang Tsunami
Gempa Bumi Pangandaran 17 Juli 2006, Jakarta : Akademi Meteorologi dan Geofisika.
Ajeng Budi A. 2006. Seilisih Waktu Tempuh Gelombang Tsunami dan Gelombang
Gempa Bumi Aceh 26 Desember 2004, Jakarta : Akademi Meteorologi dan Geofisika.
15
LAMPIRAN 1:
16
LAMPIRAN 2:
PETA KONTUR KEDALAMAN LAUT
17
LAMPIRAN 3:
JEFFREYS' NEAR-EARTHQUAKE TABLE
DepthNormal
S-P
Secs
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Distance
km
21
36
48
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
201
211
221
231
241
251
261
271
281
291
301
311
321
331
341
351
361
371
381
391
401
410
P-H
Secs
6.5
8.0
9.6
11.0
12.3
13.8
15.1
16.3
17.6
18.8
20.1
21.4
22.7
23.9
25.2
26.5
27.8
29.1
30.4
31.8
33.1
34.4
35.7
37.0
38.2
39.5
40.8
42.1
43.4
44.7
46.0
47.3
48.6
49.8
51.1
52.4
53.7
55.0
56.2
S-P
Secs
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
1:00
1:01
1:02
1:03
1:04
1:05
1:06
1:07
1:08
1:09
1:10
1:11
1:12
1:13
1:14
1:15
1:16
1:17
1:18
1:19
1:20
1:21
1:22
Distance
km
420
430
440
450
460
470
480
491
501
511
521
531
541
551
561
571
581
591
601
611
621
631
641
651
661
672
682
692
702
713
723
733
743
753
764
774
784
796
806
18
P-H
Secs
57.5
58.8
1:00.0
1:01.2
1:02.6
1:03.9
1:05.2
1:06.5
1:07.7
1:09.9
1:10.3
1:11.6
1:12.9
1:14.2
1:15.4
1:16.7
1:17.9
1:19.2
1:20.4
1:21.7
1:23.0
1:24.2
1:25.5
1:26.7
1:28.0
1:29.4
1:30.7
1:32.0
1:33.2
1:34.6
1:35.9
1:37.2
1:38.5
1:39.8
1:41.1
1:42.4
1:43.6
1:45.0
1:46.3
S-P
Secs
1:23
1:24
1:25
1:26
1:27
1:28
1:29
1:30
1:31
1:32
1:33
1:34
1:35
1:36
1:37
1:38
1:39
1:40
1:41
1:42
1:43
1:44
1:45
1:46
1:47
1:48
1:49
1:50
1:51
1:52
1:53
1:54
1:55
1:56
1:57
1:58
1:59
2:00
Distance
km
816
826
836
846
856
866
876
886
896
906
917
927
937
947
957
967
977
987
997
1007
1018
1028
1038
1048
1058
1068
1078
1089
1099
1109
1120
1130
1141
1151
1161
1171
1182
1194
P-H Secs
1:47.6
1:48.8
1:50.1
1:51.3
1:52.6
1:53.8
1:55.0
1:56.3
1:57.6
1:58.9
2:00.2
2:01.5
2:02.7
2:04.0
2:05.2
2:06.5
2:07.7
2:08.9
2:10.2
2:11.5
2:12.8
2:14.0
2:15.3
2:16.5
2:17.8
2:19.0
2:20.3
2:21.6
2:22.9
2:24.1
2:25.4
2:26.7
2:28.0
2:29.3
2:30.6
2:31.0
2:33.1
2:34.4
19
Download