Journal of Primary Education

advertisement
JPE 4 (2) (2015)
Journal of Primary Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
BERMAIN PERAN UNTUK PENINGKATKAN RASA CINTA TANAH AIR
SISWA KELAS V PADA MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Rosnawati, H.T Atmaja, P. Suhandini
Prodi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Diterima Oktober 2015
Disetujui Oktober 2015
Dipublikasikan
November 2015
Penelitian berfokus pada pengembangan model pembelajaran berbasis masalah-bermain peran
untuk meningkatkan rasa cinta tanah air siswa. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan model
pembelajaran yang valid, efektif dan praktis. Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan.
Sistem pendukung model pembelajaran yang dikembangkan antara lain silabus pembelajaran,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa
(LKS), serta instrumen pembelajaran yang terdiri dari Lembar observasi, lembar angket pengukuran
rasa cinta tanah air, dan lembar soal. Penelitian dilakukan pada siswa kelas V SDN Muktiharjo Lor
Genuk kota Semarang. Model pembelajaran yang dikembangkan tergolong valid. Respon positif
siswa terhadap pembelajaran 80% dan guru memberi komentar yang baik, sehingga model
pembelajaran yang dikembangkan praktis digunakan. Rasa cinta tanah air siswa pada kelas
eksperimen berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan pada kelas pembanding hanya mencapai
kategori tinggi. Hasil belajar meningkat dengan kualitas peningkatan tinggi pada kelas eksperimen
sedangkan pada kelas pembanding meningkat dengan kualitas peningkatan pada kategori sedang.
________________
Keywords:
Problem-Based Learning,
Role Playing, Patriotism,
Learning Outcomes
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
The research focuses on the development of problembased learning-role playing model to enhance the students'
patriotism. The purpose of this study was to obtain a valid learning model, effective and practical. The method
is research and development. Support system of learning model developed include syllabus (planning for
learning), Learning Implementation Plan (RPP), equipped with Instructional Materials Student Worksheet
(LKS), as well as learning an instrument consisting of a sheet of observation, measurement questionnaire sheet
of the students' patriotism, and the booklet. The study was conducted in fifth grade in SDN Muktiharjo Lor
Genuk Semarang. Learning model developed relatively valid. The positive response of 80% of students towards
learning and teachers gave good comments, so that the learning model developed practical use. The students'
patriotism in the experimental class are at very high category, while in the comparative class (controll class) only
reached the high category. Learning outcomes increased with the increase of high quality in the experimental
class while in comparison class (control class) increases with the quality improvement in the medium category.
© 2015 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi:
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
E-mail: pps.unnes.ac.id
ISSN 2252-6889
147
Rosnawati dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)
PENDAHULUAN
Pembelajaran yang berlangsung selama ini
kurang bervariasi dan belum mengakomodasikan
kebutuhan siswa aktif. Pembelajaran IPS dengan
model konvensional, yakni ceramah dan tanya
jawab adalah pembelajaran yang telah lama
berlangsung dan tidak mengecewakan hasilnya.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah
model pembelajaran yang berlandaskan pada
pengalaman belajar penemuan melalui kegiatan
belajar aktif yang berorientasi masalah dan
memecahkannya dalam kegiatan penemuan baik
individu
maupun
kelompok.
Model
pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan
prinsip teori belajar Bruner (teori belajar
penemuan), dimana siswa secara aktif terlibat
dalam kegiatan belajar melalui inquiry
(penemuan). Pada usia SD, siswa berada pada
tahap perkembangan berpikir operasional
konkret, suatu fase perkembangan berpikir yang
memahami suatu permasalahan yang konkret,
contohnya suatu situasi permasalahan abstrak
yang diperankan dalam kegiatan role playing,
sehingga
menimbulkan
suasana
belajar
menyenangkan di sela-sela kegiatan berpikir
tingkat tinggi (kritis).
Peran guru dalam pembelajaran aktif dan
menyenangkan adalah menggiring pemahaman
siswa sehingga terkait dengan pengetahuan awal
siswa agar menimbulkan kebermaknaan. Peran
guru dalam pembelajaran berbasis masalah agar
menimbulkan kebermaknaan bagi siswa adalah
dengan dengan memahami apa yang telah
dipahami siswa dan berusaha menghubungkan
pengetahuan yang telah dipahami siswa dengan
pengetahuan baru hasil penemuan yang
dilakukan siswa.
Model pembelajaran Berbasis Masalah
berangkat dari kebutuhan siswa aktif dalam
mencari dan menemukan pengetahuan baru
melalui pengalaman pemecahan masalah. Model
ini memiliki kekuatan untuk membiasakan siswa
memecahkan masalah yang ada dalam
pembelajaran maupun masalah sosial yang
terjadi di lingkungannya. Kekuatan lainnya
antaralain dapat mengakrabkan guru dan siswa
maupun antar siswa melalui diskusi kelompok
dan diskusi kelas dalam misi bersama untuk
memecahkan masalah, sehingga siswa memiliki
keterampilan pemecahan masalah sebagai bekal
dalam menghadapi kehidupan di masyarakat
kelak. Untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan, bermain peran adalah salah
satu solusi yang dapat dilakukan untuk
mempresentasikan pemecahan masalah yang
dilakukan
bersama
kelompok
dengan
memerankan bagaimana suatu masalah tersebut
dipecahkan. bermain peran menjadikan suatu
pembelajaran menyenangkan sebab model ini
menjadikan
masalah
yang
dipecahkan
sebelumnya bersifat abstrak menjadi masalah
konkret setelah diperankan. Inilah salah satu
kelemahan model pembelajaran berbasis masalah
yang dapat ditutupi dengan kegiatan bermain
peran. Belajar pemecahan masalah dan
mempresentasikan hasil pemecahan masalah
dalam
kegiatan
bermain
peran
akan
menimbulkan prinsip belajar aktif (teori belajar
penemuan Bruner) dan menyenangkan dan
dalam kegiatan bermain peran, dimana siswa
mengekspresikan sikap dan perasaannya secara
sah.
Berangkat dari prinsip pembelajaran aktif
dan menyenangkan untuk menimbulkan
kebermaknaan pembelajaran bagi siswa, sebagai
solusi atas permasalahan di lapangan yakni
kesulitan guru dalam menginternalisasikan nilai
cinta tanah air dalam kehidupan siswa, maka
dipilih
topik
penelitian
dengan
judul
Pengembangan Model Berbasis MasalahBermain Peran (PBM-BP) untuk Meningkatkan
Rasa Cinta Tanah Air Siswa Kelas V Pada Materi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Hal ini
sejalan dengan kurikulum KTSP (2006) yang
menuntut variasi model pembelajaran dalam
menyelenggarakan pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian
pengembangan
model
pembelajaran berbasis masalah-bermain peran
(PBM-BP) ini didesain dengan menggunakan
pendekatan penelitian pengembangan (research
and Development). Menurut Sugiono (2010:407),
metode pengembangan adalah metode penelitian
148
Rosnawati dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)
yang digunakan untuk menghasilkan produk
model pembelajaran serta menguji keefektifan
model pembelajaran hasil pengembangan.
Pengembangan model pembelajaran berbasis
masalah-bermain peran (PBM-BP) ini bertujuan
untuk memadukan kekuatan kedua model ini
untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan
pemecahan masalah melalui kegiatan aktif
dalam belajar penemuan (discovery learning)
namun menyenangkan dalam kegiatan bermain
peran untuk menanamkan nilai aektif siswa
terhadap materi pelajaran sehingga internalisasi
nilai rasa cinta tanah air lebih efektif.
Sugiono (2007: 298) mengungkapkan
bahwa metode penelitian pengembangan ini
memiliki prosedur dengan 9 langkah penelitian,
antara lain (1) identifikasi masalah ; (2)
pengumpulan informasi ; (3) desain produk ; (4)
validasi desain ; (5) perbaikan desain ; (6) ujicoba
produk ; (7) revisi produk ; (8) ujicoba pemakaian
; (9) revisi produk tahap akhir. Masalah
pembelajaran IPS diidentifikasi melalui studi
pustaka
dan
studi
observasi
kegiatan
pembelajaran IPS SD. Pengumpulan data
dilakukan dengan melakukan wawancara dengan
wali kelas VA dan VB SDN Muktiharjo Lor
Genuk, Kota Semarang. Desain produk
dilakukan berdasarkan solusi permasalahan yang
setelah melakukan diskusi forum kecil bersama
praktisi lapangan dan dosen pakar. Setelah
mendesain produk, kemudian dilakukan validasi
desain untuk mendapatkan produk yang valid.
menguji kevalidan produk dilakukan dengan
meminta dosen pakar untuk memvalidasi
(memberi penilaian dan masukan pada produk
yang dikembangkan). produk yang telah
divalidasi oleh pakar kemudian diujicobakan
pada skala kecil serta merevisi produk setelah uji
coba skala kecil. Selanjutnya dilakukan uji coba
skala luas untuk menguji keefektifan dan
kepraktisan
model
pembelajaran
yang
dikembangkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dan pengembangan model
pembelajaran berbasis masalah-bermain peran
pada mata pelajaran IPS kelas V menghasilkan
produk antara lain : (1) model pembelajaran
berbasis masalah-Bermain Peran; (2) perangkat
model yang terdiri dari silabus pembelajaran,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
bahan ajar yang memuat Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) ; (3) instrumen evaluasi yang terdiri dari
lembar observasi pembelajaran serta lembar
angket dan soal tes. Output penerapan model
pembelajaran ini antara lain: (1) peningkatan
hasil belajar siswa; (2) nilai cinta tanah air pada
siswa setelah penerapan model PBM-BP. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
model
pembelajaran berbasis masalah valid, efektif dan
praktis digunakan pada kelas V SD. Model
pembelajaran memperoleh skor kevalidan
sebesar 3,68 (sangat valid); silabus pembelajaran
memperoleh kevalidan sebesar 3,79 (sangat valid)
; RPP sebesar 3,67 (sangat valid) ; bahan ajar
sebesar 3,45 (sangat valid) ; LKS sebesar 3,63
(sangat valid) ; soal tes sebesar 3,67 (sangat valid)
; lembar angket sebesar 3,55 (sangat valid) dan
lembar observasi sebesar 3,75 (sangat valid). rasa
cinta tanah air siswa pada kelas eksperimen
memperoleh skor sebesar 3,51 (sangat baik)
sedangkan pada kelas kontrol (pembanding)
memperoleh skor 2,53. Hake (1998) merumuskan
kualitas peningkatan hasil belajar berdasarkan
perhitungan N-Gain (Gain ternormalisasi). Hasil
perhitungan N-Gain menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa pada kelas eksperimen meningkat
dengan kualitas peningkatan tinggi dengan nilai
N-Gain 0,78, sedangkan pada kelas kontrol
(pembanding) sebesar 0,425 sehingga masuk
kategori kualitas peningkatan sedang. Respon
positif siswa ditunjukkan dengan skor rerata
siswa dalam satu kelas sebesar 3,20 dari skor
maksimal 4,00. Hal ini menunjukkan respon
positif siswa sebesar 80 %. Respon pengguna
(guru)
terhadap
model
pembelajaran
menunjukkan skor sebesar 3,125 dari skor
maksimal 4,00, sehingga tanggapan positif guru
sebesar 78,125%. Untuk melihat perbandingan
kualitas peningkatan hasil belajar pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dapat dilihat pada
Gambar 1.
149
Rosnawati dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)
Eksp.
Kontr
Gambar 1. Perbandingan Kualitas Peningkatan Hasil Belajar siswa Kelas Ekeperimen dan Kelas
Kontrol
Berdasarkan gambar 1 tersebut di atas,
dapat kita lihat bahwa besar peningkatan hasil
belajar pada kelas eksprimen lebih besar daripada
besar peningkatan hasil belajar pada kelas
kontrol. hal ini membuktikan bahwa penerapan
model pembelajaran berbassi masalah-bermain
peran lebih efektif jika dibandingkan dengan
penggunaan model pembelajaran konvensional
dengan berceramah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hendriyanti
(2013) dengan judul “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPS Kelas V SD Bermuatan Cinta
Tanah Air Dengan Metode Sosiodrama” dan
penelitian yang dilakukan oleh Yuliastuti (2013)
dengan judul “Keefektifan Metode Bermain Di
Sentra ABITA (Aku Bangga Indonesia Tanah
Airku) Dalam Meningkatkan Kemandirian dan
Rasa Nasionalisme Di TK Negeri Pembina Kota
Pekalongan”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran berbasis masalahbermain peran (PBM-BP) memiliki peran
mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar
penemuan untuk memperoleh pengatahuan
mengenai materi pembelaran. Selain itu, teori
Ausubel sangat relevan dengan penelitian ini
dengan teori belajar bermakna dalam dengan
mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan
pengetahuan awal siswa. Suatu konsep
pembelajaran disampaikan dengan terlebih
dahulu mengingatkan siswa pada pembelajaran
terdahulu. Pada akhir pembelajaran dilakukan
refleksi diri dengan dibimbing oleh guru untuk
mengkaitkan pengetahuan yang sudah diterima
siswa dengan alam pikiran dan perasaan siswa
(afeksi). Nilai cinta tanah air terbentuk ketika
siswa merasa terhubung secara afeksi dengan
materi pembelajaran, sesuai dengan pendapat
Popham (1995). Kegiatan bermain peran dalam
mempresentasikan hasil pemecahan masalah
dimaksudkan untuk membantu siswa memahami
masalah yang abstrak dalam kegiatan belaajr
penemuan menjadi lebih konkret setelah
diperankan.
Bermain
peran
membantu
menumbuhkan nilai afektif siswa seperti paparan
Zaini dkk (2008:100) bahwa kekuatan model
pembelajaran bermain peran adalah (1)
menjadikan problem/masalah yang abstrak
menjadi konkret; (2) mendorong peserta didik
dalam memanipulasi pengetahuan dengan cara
yang
dinamik
dalam
kegiatan
yang
menyenangkan ; (3) memfasilitasi eksprsesi sikap
dan perasaan peserta didik dengan sah melalui
kegiatan bermain peran yang menyenangkan; (4)
mengembangkan pemahaman yang empatik ; (5)
dapat menghayati peristiwa yang berlangsung
150
Rosnawati dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)
dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir
hikmah yang terkandung di dalamnya dengan
penghayatan siswa sendiri. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hendrix dan Shannon (2012) dalam jurnal
internasional science and teacher. Dalam jurnal
tersebut, Hendrix dan Shannon mengungkapkan
bahwa pembelajaran dengan drama kreatif yang
diintegrasikan ke dalam pembelajaran berbasis
penemuan dasar memiliki pengaruh terhadap
sikap dan konsep yang diterima siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasai
masalah-bermain peran (PBM-BP) adalah valid,
efektif dan praktis untuk diterapkan pada anak
usia kelas V SD sesuai tingkat perkembangan
siswa yang masih pada tahap operasional
konkret. Pada usia tersebut, siswa belum dapat
berpikir secara abstrak, sebab usia perkembangan
mereka masih berada pada tahap operasional
konkret. Penerapan model pembelajaran hasil
pengembangan menunjukkan bahwa model
pembelajaran hasil pengembangan ini memiliki
keterbatasan antara lain (1) perangkat
pembelajaran masih terbatas pada mata pelajaran
IPS kelas V, khususnya pada materi Proklamasi
Kemerdekaan ; (2) pada fase orientasi siswa,
perlu lebih banyak bimbingan guru terutama
ketika
eksplorasi
materi.
Guru
perlu
membimbing siswa untuk membaca materi dan
menjelaskan inti pokok materi untuk memastikan
siswa benar-benar terhubung dengan topik materi
yang akan dibahas; (3) diterapkan hanya pada
satu sekolah, sehingga belum tentu cocok
diterapkan pada sekolah lain yang memiliki
karakteristik berbeda dengan sekolah uji coba.
Keterbatasan produk hasil pengembangan
mendorong peneliti untuk memberi saran-saran
yang diperlukan untuk menyempurnakan produk
hasil penelitian sebagai berikut : (1)
Pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan tidak
hanya pada mata pelajaran IPS dan pada materi
tertentu, namun dapat juga megembangkan
model pembelajaran berbasis masalah-bermain
peran (PBM-BP) pada mata pelajaran lainnya ;
(2) dalam penerapan model pembelajaran
berbasis masalah-bermain peran (PBM-BP) guru
dapat memberi bimbingan berupa ceramah
bervariasi sebagai pengantar pembelajaran
sebelum kegiatan belajar penemuan, agar siswa
benar-benar
terhubung
dengan
topic
pembelajaran yang akan dipelajari ; (3) Penelitian
dapat dilakukan pada subjek uji coba dalam skala
yang lebih luas dan melibatkan responden yang
lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Hake, R.R. 1998. Interactive engagement methods in
introductory mechanics courses. Departement of
Physics, Indiana University, Bloomingtoon.
Hendriyanti, L., M. 2013. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPS Kelas V SD Bermuatan
Cinta Tanah Air dengan metode Sosiodrama.
Tesis. Universitas Negeri Semarang.
Hendrix, Eick & Shannon. 2012. The Integration of
Creative Drama in an Inquiry-Based
Elementary Program: The Effect on Student
Attitude and Conceptual Learning. J Sci
Teacher Educ. Vol. 23:823–846.
Popham, William James. 1995. Classroom Assessment:
What Teachers Need to Know (7th
Edition). Established in USA.
Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif,
Kulaitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
_______. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
_______. 2011. Motode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Yuliastuti, Sari. 2013. Keefektifan Metode Bermain di
Sentra Abita (Aku Bangga Indonesia Tanah
Airku) dalam Meningkatkan Kemandirian dan
Rasa Nasionalisme di TK Negeri Pembina
Kota Pekalongan. Tesis. Universitas Negeri
Semarang.
Zaini, H, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.
151
Download