taksonomi tumbuhan - Biologi UIN Alauddin Makassar

advertisement
PENUNTUN PRAKTIKUM
TAKSONOMI TUMBUHAN
Oleh :
Baiq Farhatul Wahidah, S.Si., M.Si
Nurlailah Mappanganro, S.p., M.p
Digunakan Dalam Lingkungan Sendiri
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah Rabbil Alamin atas berkat dan rahmat Allah SWT, penuntun
praktikum mata kuliah Taksonomi Tumbuhan dapat diselesaikan dengan baik.
Pada praktikum semester ini ada penggabungan antara Taksonomi tumbuhan rendah
dan taksonomi tumbuhan tinggi sesuai perubahan kurikulum di jurusan Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi UIN ALAUDDIN Makassar. Ada 12 unit yang akan dipraktikumkan
dari dua mata kuliah tersebut. Selain mahasiswa diharapkan mampu mengenali,
mengidentifikasi serta mengklasifikasikan beberapa tumbuhan baik dari golongan
tumbuhan tinggi maupun golongan tumbuhan rendah, kami berinisiatif juga memberikan
materi pengembangandan pembudidayaan spesies terpilih yang dalam semester ini
kelompok jamur ditentukan sebagai spesies terpilihnya.
Disadari bahwa penuntun praktikum ini masih jauh dari kategori kesempurnaan
yang dapat memuaskan semua kalangan dalam berbagai aspek. Oleh karena itu diharapkan
adanya masukan dan saran untuk lebih menyempurnakan penuntun ini di masa depan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penerbitan penuntun ini,
diucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat dan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.
Makassar,
Oktober 2016
PENDAHULUAN
PENGERTIAN TAKSONOMI
Allah SWT melengkapi dunia yang ditempati manusia dengan berbagai kekayaan
alam hayati baik flora maupun fauna. Beragamnya mahkluk hidup yang ada di bumi ini
yang ditunjukkan dengan adanya variasi bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya,
maka mendorong diperlukannya suatu cara untuk mengelompokkan mahkluk hidup agar
mudah dipelajari dan dipahami.
Para ilmuwan dari bidang biologi mengembangkan suatu sistem pengelompokan
yang memudahkan untuk memahami, mempelajari, dan mengenali mahkluk hidup dengan
suatu system klasifikasi. Cabang ilmu biologi yang mempelajari klasifikasi suatu mahkluk
hidup disebut dengan taksonomi atau sistematik. Bergantung pada golongan makhluk
hidup yang dijadikan obyek studi, apabila yang merupakan obyek studinya adalah
tumbuhan maka istilah yang digunakan adalah Taksonomi atau Sistematik Tumbuhan,
begitu juga berlaku pada obyek studi hewan Unsur utama yang menjadi ruang lingkup
Taksonomi
Tumbuhan
adalah
pengenalan
(identifikasi),
pemberian
nama
dan
penggolongan atau klasifikasi. Kata taksonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani Taxis
yang artinya susunan (arrangement) dan nomos artinya aturan (hukum), taksonomi
merupakan susunan berdasarkan aturan tertentu. Menurut Lawrence dalam bukunya
Taxonomy of Vascular Plants definisi dari taksonomi dengan perumusan yang
lebih sederhana, taksonomi adalah ilmu pengetahuan yang mencakup identifikasi, tatanama,
dan klasifikasi pada obyek biologi yang bila dibatasi pada tumbuhan saja sering disebut
dengan taksonomi tumbuhan. Pada penuntun praktikum ini selanjutnya akan dibagi menjadi
dua golongan besar, yaitu taksonomi tumbuhan rendah dan taksonomi tumbuhan tinggi.
KONSEP TAKSONOMI
Mengenai unsur utama yang tercakup dalam lingkup taksonomi tumbuhan seperti
identifikasi, tatanama, dan klasifikasi serta konsep-konsep dasar mengenai taksonomi
tumbuhan diuraikan sebagai berikut :
a. Identifikasi
 Selain mengadakan penggolongan atau klasifikasi, unsur utama dalam taksonomi
salah satunya adalah pengenalan atau identifikasi. Melakukan identifikasi
tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas (jati diri) suatu
tumbuhan (meliputi : menentukan nama yang benar, tempat yang tepat dalam sistem
klasifikasi)
 Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang
tepat dalam sistem klasifikasi.
 Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia
ilmu pengetahuan.
 Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan
yang ada dalam KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan).
 Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke
dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi
KITT.
 Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,
memerlukan sarana antara lain bantuan orang, specimen herbarium, buku-buku flora
dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis.
b. Tatanama
 Peraturan tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada kesamaan
pemahaman di antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia tentang apa yang dimaksud.
 Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan
sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya.
 Tujuan dari tatanama tumbuhan adalah sebagai berikut :
a. Sebagai media untuk komunikasi
b. Menunjukkan identitas tumbuhan
c. Menunjukkan adanya kekerabatan
 Sistem pemberian nama
Ada 2 sistem dalam taksonomi untuk sistem pemberian nama antara lain :
1. Nama daerah/nama lokal/nama umum
Pada awalnya nama suatu tumbuhan menggunakan bahasa induk orang yang
member nama, dengan demikian satu jenis tumbuhan dapat mempunyai nama yang
berbeda-beda sesuai dengan bahasa orang yang memberikannya.
Misal : orang Indonesia menyebut pisang, orang Inggris menyebut banana, orang Jawa
Timur menyebut gedang, orang Lombok menyebut puntik, orang Sunda menyebut cauk.
Nama daerah atau nama lokal ini dasar pemberian nama berbeda-beda dan mempunyai sifat
khusus, bersifat tidak universal artinya tanpa metode penamaan dan penggunaannya sangat
terbatas. Beragamnya sebutan atau bahasa untuk satu jenis tumbuhan dalam taksonomi
dikategorikan nama nama daerah/nama lokal/nama umum.
2. Nama ilmiah
Berkembangnya ilmu taksonomi tumbuhan, maka muncul nama ilmiah (scientific
name). Dimana sistem pemberian nama ilmiah ini bersifat netral dan dapat diterima semua
pihak, dimana setiap jenis memiliki satu nama ilmiah dan bahasa ilmiah yang dilatinkan
sehingga dapat diterima dan digunakan oleh seluruh ilmu taksonomi di seluruh dunia.
Sistem Penamaan Binomial, Tatanama binomial (binomial = dua nama) merupakan aturan
penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari system
taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah
nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Oleh
penyusunnya yaitu Carolus Linnaeus aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan
dan hewan, namun kemudian dikembangkan dan diterapkan juga untuk bakteri. Sebutan yang
disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Nama ilmiah seringkali disebut
sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang
diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang
pertama kali member deskripsi (deskriptor) kemudian dilatinkan.
 Aturan Penulisan
a) Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama genus di awal dan nama
spesies mengikutinya.
b) Nama genus SELALU diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan nama spesies
SELALU diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).
c) Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya, artinya: suatu teks yang
semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada judul suatu naskah, tidak
menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf kapital semua) kecuali untuk hal berikut:
o
Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis dengan huruf miring (huruf
o
Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus
italik), dan sebaliknya. Contoh : Cyprinus carpio, Marsilea crenata
dan nama spesies.
d) Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari deskriptor boleh diberikan
di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika
tulisan tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku
sekarang, nama deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh : Glycine max Merr., Passer
domesticus (Linnaeus, 1978) (Merr. adalah singkatan dari deskriptor (dalam contoh ini E.D.
Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max.
e) Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya menyusul dan
diletakkan dalam tanda kurung. Contoh : STRUKTUR PERKEMBANGAN ANATOMI
DAUN MELINJO (Gnetum gnemon L.)
f) Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya
cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik lalu nama spesies
secara lengkap.
Contoh : salah satu penyebab penyakit penting pada tanaman cabai adalah Fusarium
oxysporum, karena menyebabkan rendahnya produksi. Kehilangan produksi akibat F.
oxysporum ini berkisar 5-30%
g) Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama spesies tidak dapat
atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp." (zoologi dan botani) merupakan bentuk
jamak. Contoh : Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis; Adiantum spp., berarti
jenis-jenis Adiantum.
UNIT 1
DIVISI SCHIZOPHYTA (Tumbuhan Belah)
A. Dasar Teori
Ciri umum tumbuhan yang tergolong kedalam kelompok ini adalah berkembang
biak dengan membelah diri. Ciri lain dari kelompok ini antara lain: tubuh hanya terdiri atas
satu sel (uniseluler), protoplas belum terdifferensiasi dengan jelas sehingga inti belum
tampak nyata, demikian pula plastidanya. Selain itu organisme pada kelompok ini tidak
memiliki membran inti (bersifat prokariotik).
Tumbuhan belah dibagi kedalam dua kelas yaitu:
1. Kelas bakteria (Bacteria atau Schizomycetes)
Ciri-ciri bakteri:
a. Bersel tunggal
b. Bentuk sel bermacam-macam antara lain: peluru, bola, batang, bengkok, spiral. Bentuk
dasar ini dapat berubah bentuk pada kondisi tertentu, yang disebut involusi.
c. Ukuran tubuh bakteri bervariasi dan sangat kecil mulai dari yang kurang dari 0,1µ
sampai 100µ (1µ = 0,001 mm).
d. Umumnya bergerak passif tetapi ada beberapa jenis yang dapat bergerak aktif karena
dilengkapi bulu cambuk/flagel. Jumlah dan letak flagel berbeda-beda pada tubuh
bakteri seperti: monotrik, lofotrik, kopotrik, peritrik
Contoh bakteri: Rhizobium leguminosarum, Escherichia coli, dll.
2. Kelas ganggang hijau-biru (Cyanophyceae)
Ciri-ciri Ganggang hijau biru:
a. Umumnya tidak bergerak karena tidak memiliki bulu cambuk, kalau pun bergerak
hanya bergerak merayap yang meluncur pada alas yang basah. contoh pada
Oscillatoria.
b. Perkembangbiakan hanya secara vegetatif yaitu membelah diri. Secara generatif belum
pernah ditemukan.
c. Bisa berupa sel tunggal atau koloni berbentuk benang
Contoh
ganggang
hijau-biru:
Chroococcus
turgidus,
Gloeocapsa
sanguinea,
Oscillatoria, Nostoc, Anabaena cycadae, Anabaena azollae.
Gambar Bentuk-bentuk sel bakteri
(1)
(2)
(3)
Gambar Cyanophyta : (1) Anabaena sp,(2) Chroococcus sp. (3) Gloeocapsa
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri organisme yang tergolong bakteri dan
ganggang hijau-biru.
2. Mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk sel bakteri dan sel ganggang hijau-biru.
3. Mahasiswa mengenal beberapa organisme yang tergolong kedalam bakteri dan
organisme yang tergolong ganggang hijau-biru.
C. Alat dan Bahan
Alat:
1. Mikroskop
11. Silet
2. Objek glass
12. Pipet tetes
3. Deck glass
13. Gelas arloji
4. Silet
14. Alat tulis menulis
5. Pipet tetes
15. Lap kasar
6. Gelas arloji
16. Lap halus
7. Alat tulis menulis
17. Pensil warna
8. Mikroskop
18. Bunsen
9. Objek glass
19. Ose bulat
10. Deck glass
20. Metilen blue
Bahan:
a. Aquadest
b. Bintil akar kacang tanah/bintil akar putri malu/bintil akar kacang hijau/bintil akar
kacang panjang (pada umumnya anggota tumbuhan kacang-kacangan/polongpolongan).
c. Bintil akar pakis haji (Cycas rumphii), Azolla pinnata, air genangan berwarna hijau,
selaput lendir pada cadas atau tembok yang basah, dll.
d. Biakan bakteri (Escherichia coli, Streptococcus sp, Stapilococcus sp dll).
D. Cara Kerja
Pengamatan Sel Bakteri
a. Bintil akar
1. Iris dengan hati-hati dan setipis mungkin hingga nampak transparan bintil akar
tumbuhan kacang-kacangan.
2. Irisan tipis bintil akar diletakkan di atas objek glass
3. Dengan menggunakan pipet, irisan tersebut ditetesi setetes aquadest.
4. Tutup dengan deck glass. Kemudian amati preparat tersebut dengan mikroskop
cahaya.
5. Gambarkan sel bakteri yang anda temukan pada lembaran yang telah disiapkan serta
warnai sesuai warna sel tersebut.
b. Biakan bakteri
1. Ambil objeck glass yang bersih, kemudian dengan ose, teteskan air fisiologis pada
objek glass tersebut.
2. Tambahkan setetes air tersebut biakan murni bakteri, dan sebarkan hingga
membentuk lapisan rata yang tipis. Kering anginkan/fiksasi dengan melewatkannya
berkali-kali di atas nyala api bunsen.
3. Setelah hapusan tersebut kering, tambahkan cat methylen blue atau sapranin.
Diamkan selama kira-kira 1 menit. Kemudian bilas dengan air mengalir (usahakan
pembilasan tidak menyentuh hapusan tadi).
4. Kering anginkan diudara atau tutupi secara cepat dengan tissue hingga objeck glass
kering, selanjutnya amati dibawah mikroskop dengan prosedur yang benar.
5. Gambar penampakan koloni atau sel yang dilihat, susun klasifikasinya.
Pengamatan Sel Ganggang Hijau-biru
1. Lakukan pengamatan sel ganggang hijau-biru dengan prosedur yang sama dengan
pengamatan sel bakteri (bagian a.) tetapi gunakan bintil akar tumbuhan pakis haji
(Cycas rumphii).
2. Teteskan 1-2 tetes air genangan berwarna hijau di atas objek glass. Lalu tutup dengan
deck glass. Amati dengan mikroskop dan gambarkan sel ganggang yang anda temukan
serta beri pewarnaan yang sesuai dengan yang anda lihat.
3. Dengan prosedur yang sama dengan point 2, lakukan pengamatan untuk bahan yang
diperoleh dari selaput lendir pada batu/tembok yang basah.
Soal-soal
1. Tuliskan 5 contoh bakteri dan 5 contoh ganggang hijau-biru!
2. Apa perbedaan bakteri dan ganggang hijau-biru dilihat dari struktur organel selnya?
3. Apa persamaan bakteri dan ganggang hijau biru dilihat dari struktur membran inti
selnya?
4. Tuliskan manfaat simbiosis bagi bakteri, ganggang hijau-biru, dan tumbuhan inangnya!
UNIT 2
DIVISI THALLOPHYTA (Tumbuhan Thallus)
A. Dasar Teori
Kelompok tumbuhan dari divisi ini memiliki tubuh berbentuk thallus. Thallus
artinya belum dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun.
Ciri yang membedakan divisi ini dari divisi schizophyta adalah bahwa sel-sel yang
menyusun tubuhnya sudah memiliki membran inti (eukariotik) dan plastida yang
beranekaragam. Jika pada schizophyta spora merupakan suatu bentuk pertahanan pada
kondisi lingkungan yang kurang baik. Maka pada divisi ini spora merupakan alat
perkembangbiakannya. Berdasarkan cara hidupnya, divisi thallophyta dibedakan menjadi 3
anak divisi yaitu:
1. Ganggang (Algae) bersifat autotrof
2. Cendawan atau jamur (Fungi) bersifat heterotrof
3. Lumut kerak (Lichenes) merupakan mahluk hidup yang bersifat simbiotik
C
B
A
B
D
E
F
Gambar Algae : (A) Closterium sp (B) Cosmarium sp (C) Euglena sp (D)Pandorina sp (E)
Volvox sp (F) Ulotrix sp
(a)
(e)
(b)
(c)
(f)
(d)
(g)
Gambar Fungi : (a) Rhizopus stoloniferus (b) Aspergillus sp (c) Penisillium sp
(d) Sacharomices cereviceae (e) Volvariella volvaceae (f) Auricularia polytricha
(g) Ganoderma sp
Gambar Lichenes (Parmealia acetabulum)
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui ciri-ciri tumbuhan yang tergolong thallophyta.
2. Mahasiswa mengetahui perbedaan antara sub divisi algae, fungi dan lichenes
3. Mahasiswa mengetahui contoh tumbuhan yang tergolong thallophyta yang meliputi
kelompok algae, fungi dan lichenes.
C. Alat dan Bahan
1. Pengamatan Algae/ganggang
Alat:
a. Papan bedah
b. Pentul
c. Lup
d. Pinset
e. Alat tulis menulis
f. Pensil warna
g. Pipet tetes
h. Mikroskop
i. Deck glass dan objek glass
Bahan:
a. Awetan tumbuhan ganggang/ganggang yang masih segar (multiseluler) seperti:
Coulerpa sp, Sargassum sp, Halimeda sp, Turbinaria sp, dll.
b. Untuk ganggang uniseluler dapat diamati pada sampel air genangan berwarna hijau,
air got, dasar perairan baik air laut atau tawar, tanah-tanah yang basah, lapisan
lendir pada tembok yang basah.
2. Pengamatan Jamur
Alat:
1. Kamera digital/Hp dilengkapi dengan kamera digital
2. Mikroskop
3. Lup
4. Gelas arloji
5. Pipet tetes
6. Objek glass dan deck glass
7. Alat tulis menulis
8. Pensil warna
Bahan:
a. Untuk jamur makroskopis: Jamur kuping (Auricularia polytricha), Jamur merang
(Volvariella volvaceae), Jamur tiram, jamur shitake dll.
b. Untuk jamur mikroskopis:
-
Air tape
-
Tongkol jagung yang berjamur
-
Roti berjamur
-
Tempe
-
Atau bahan-bahan makanan lain yang sudah berjamur
3. Pengamatan Lichenes
Alat:
a. Papan bedah
b. Kamera digital
c. Alat tulis menulis
d. Pensil warna
Bahan:
Parmealia acetabulum, Usnea sp, dll.
A. Cara kerja
1. Pengamatan Algae
Ganggang multiseluler
a. Untuk ganggang yang multiseluler diamati dengan lup
b. Gambar bagian-bagian morfologi serta beri pewarnaan sesuai warna aslinya.
c. Bisa juga diambil gambarnya dengan kamera digital
d. Susun urutan klasifikasinya
Ganggang uniseluler
a. Setiap sampel bahan yang disiapkan diamati dengan mikrosokop
b. Gambar spesies yang ditemukan dan warnai sesuai warna organisme tersebut.
c. Susun urutan klasifikasinya
2. Pengamatan Fungi
Jamur makroskopis
a. Gunakan lup untuk mengamati bagian morfologi setiap jamur yang disiapkan.
b. Gambar jamur-jamur tersebut ataukah ambil gambarnya dengan kamera.
c. Susun urutan klasifikasinya
Jamur mikroskopis
a. Pada bahan cair gunakan pipet tetes untuk diteteskan pada objek glass kemudian
tutup dengan deck glass.
b. Pada bahan kering seperti roti berjamur, tongkol jagung berjamur, gunakan pinset
untuk mengambil sampel jamurnya. Sampel tersebut diletakkan pada objek glass
kemudian ditetesi dengan aquadest lalu ditutup dengan deck glass.
c. Amati dengan mikroskop.
d. Gambar jamur yang anda temukan serta beri pewarnaan seperti yang anda lihat.
e. Susun klasifikasinya.
3. Pengamatan Lichenes
a. Letakkan bahan diatas papan seksi/papan bedah
b. Gambar setiap bahan atau ambil gambarnya dengan kamera
c. Susun klasifikasinya
Soal-soal
1. Buatlah perbandingan antara algae, jamur dan lichenes
2. Tuliskan masing-masing 3 contoh algae, jamur dan lichenes
UNIT 3
DIVISI BRYOPHYTA (Tumbuhan Lumut)
A. Dasar Teori
Meskipun tumbuhan lumut masih berupa tumbuhan thallus tetapi sudah dipisahkan
dari divisi thallophyta. Tumbuhan lumut dapat ditemukan pada berbagai tempat seperti:
tanah, batu, gambut, kulit pohon dll.
Jika gametangium dan sporangium pada divisi thallophyta selalu memiliki dinding
dan terdiri atas sel-sel mandul maka pada divisi bryophyta tidak demikian. Kelompok
tumbuhan ini memiliki warna yang benar-benar hijau tidak sama dengan devisi thallophyta.
Dan untuk semua tumbuhan dalam kelompok ini memiliki susunan gametangium yang
sama.
Berdasarkan
bentuk
susunan
tubuh,
perkembangan
gametangium
dan
sporangiumnya maka tumbuhan lumut dibedakan dalam dua kelas yaitu:
1. Hepaticae (lumut hati), Contoh: Marchanthia polymorpha,
2. Musci (lumut daun), Contoh: Funaria hygrometrica, Andreaea petrophila,
Sphagnum sp, Polytrichum commune, Pogonatum cirrhatum.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar Lumut : (a) Polytrichum commune (b) Pogonatum cirrhatum (c) Sphagnum sp
(d) Andreaea sp
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui ciri-ciri tumbuhan yang tergolong tumbuhan lumut
2. Mahasiswa mengetahui ciri yang membedakan antara kelas musci dan kelas
hepaticae
3. Mahasiswa mengetahui contoh tumbuhan lumut yang mewakili kelas musci dan
kelas hepaticae
C. Alat dan Bahan
Alat:
1. Lup
2. Mikroskop
3. Objek glass dan deck glass
4. Alat tulis menulis
5. Pensil warna
6. Silet
7. Pinset
8. Papan seksi/papan bedah
Bahan:
1. Pada kelas hepaticae diwakili oleh Marchantia polymorpha yang telah memiliki
anteridiofor dan arkegoniofor.
2. Pada kelas musci dapat diwakili oleh beberapa spesies seperti funaria sp, Sphagnum
sp, Polytrichum sp, Pogonatum sp dll yang telah memiliki sporogonium.
D. Cara kerja
1. Amati tiap tumbuhan lumut yang disiapkan dengan lup atau mikroskop
2. Gambar utuh bagian morfologinya serta serta pengamatan bentuk spora. Warnai
dengan warna yang sesuai.
3. Susun urutan klasifikasinya.
Soal-soal
1. Bandingkanlah antara kelas musci dan kelas hepaticae
2. Apa yang dimaksud dengan istilah berikut:
a. Sporogonium
b. Arkegoniofor
c. Anteridofor
d. Kaliptra
e. Arkegonium
f. Anteridium
g. Keranjang eram
h. Seta
3. Tuliskan 5 contoh lumut daun dan beberapa contoh lumut hati.
UNIT 4
DEVISI PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)
A. Latar Belakang
Tumbuhan paku dipisahkan dari devisi sebelumnya karena kelompok tumbuhan ini
sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun atau sudah tergolong tumbuhan
kormus. Selain itu kelompok tumbuhan ini telah memiliki jaringan pembuluh. Namun
belum bisa dikelompokkan kedalam kelompok tumbuhan tinggi seperti kelompok
Spermatophyta karena tumbuhan paku belum menghasilkan biji. Alat perkembang biakan
tumbuhan paku masih menggunakan spora.
Komunitas tumbuhan paku sangat bervariasi baik ditinjau dari segi habitus, maupun
cara hidupnya. Habitusnya mulai dari yang sangat pendek dan sederhana sampai ke bentuk
yang seperti pohon.
Tumbuhan paku dari genus Cyathea dapat mencapai tinggi sekitar 7 m. Secara
morfologi, untuk menandai suatu tumbuhan apakah termasuk tumbuhan paku dapat dilihat
dengan adanya pertumbuhan pucuk yang melingkar/menggulung ataukah adanya bintikbintik yang kadang-kadang tumbuh teratur dalam barisan, bergerombol ataukah tersebar
pada permukaan bawah pada daun.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar Tumbuhan paku : (a) Adiantum peruvianum (b) Pteris ensiformis (c) Drinaria sp
(d) Asplenium sp
Gambar bentuk-bentuk sporangium pada tumbuhan paku
B. Tujuan
Mahasiswa mengetahui komunitas tumbuhan paku dengan melihat ciri-ciri secara
morfologi.
C. Alat dan Bahan
Alat:
1. Mikroskop
2. Objek glass dan Deck glass
3. Silet
4. Pipet tetes
5. Gelas arloji
6. Lap kasar
7. Lap halus
8. Kamera digital atau Hp yang dilengkapi dengan kamera digital.
9. Pinset
10. Buku album
11. Alat tulis menulis.
Bahan:
1. Tumbuhan paku yang permukaan bawah daunnya telah berbintik-bintik atau telah
memiliki sorus.
2. Karton manila sebagai latar.
3. Alkohol 70%
4. Aquadest
5. Koran
6. Label gantung
D. Cara Kerja
1. Tiap kelompok menyiapkan tumbuhan paku yang utuh (terdiri dari akar, batang dan
daun) antara 5-10 jenis yang permukaan bawah daunnya telah memiliki bintikbintik sorus.
2. Menempatkan tiap spesimen yang disiapkan di atas meja yang telah dialasi dengan
latar berupa karton manila.
3. Dengan kamera digital/Hp yang dilengkapi kamera digital, tiap spesimen dipotret
secara keseluruhan meliputi akar, batang, dan daun.
4. Potret letak-letak sorus pada permukaan bawah daun.
5. Dengan pinset, ambil satu sorus tumbuhan paku kemudian letakkan di atas objek
glass. Tetesi dengan air secukupnya dan tutup dengan deck glass.
6. Amati preparat yang telah dibuat dengan mikroskop cahaya.
7. Gambar bentuk sporangium dan bentuk spora yang ditemukan pada tiap jenis.
Ataukah potret bentuk sporangium dan spora tersebut jika ada kamera yang dapat
terhubung ke mikroskop.
8. Buatkan herbarium tiap spesies untuk setiap kelompok.
9. Berdasarkan data-data yang diperoleh dengan melihat langsung morfologi
tumbuhan paku dan informasi dari buku serta penjelasan asisten/dosen maka cari
nama spesimen tersebut lengkap dengan susunan klasifikasinya berdasarkan system
2 kingdom serta merujuk pada satu sumber.
10. Buatkan laporan lengkap hasil praktikum dan kumpul pada asisten pendamping.
11. Simpan dalam sebuah Compact Disk (CD) laporan yang telah di ACC oleh Asisten
dan koordinator Asisten untuk semua anggota kelompok kemudian kumpul pada
pertemuan praktikum berikutnya.
Soal-soal
1. Apa yang dimaksud dengan:
a. Sorus
b. Sori
c. Ental
d. Sporangium
e. Protalium
f. Sel bibir
g. Daun fertile
h. Daun steril
i. Anteridium
j. Arkegonium
k. Annulus
2. Gambarkan bentuk-bentuk sporangium lengkap dengan posisi annulusnya dan bentukbentuk spora!
3. Buatkan peta konsep urutan pngklasifikasian total dari tumbuhan paku mulai dari
tingkat kelas hingga genus beserta contoh spesiesnya! Berdasarkan pada satu penulis
saja atau sumber.
4. Kumpul jawaban anda pada tiap pertemuan beserta arsip dalam bentuk CD.
UNIT 5
BUDIDAYA JAMUR TIRAM
A. Dasar Teori
Untuk budidaya jamur tiram dapat menggunakan serbuk kayu (serbuk gergaji).
Kelebihan penggunaan serbuk kayu sebagai media antara lain mudah diperoleh dalam
bentuk limbah sehingga harganya relatif murah, mudah dicampur dengan bahan-bahan lain
pelengkap nutrisi, serta mudah dibentuk dan dikondisikan. Bahan-bahan untuk budidaya
jamur tiram yang perlu dipersiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan pelengkap.
Bahan baku (serbuk kayu/gergaji) yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur
mengandung karbohidrat, serat lignin, dan lain-lain. Dari kandungan kayu tersebut ada
yang
berguna
dan
membantu
pertumbuhan
jamur,
tetapi
ada
pula
yang
menghambat. Kandungan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur antara lain
karbohidrat, lignin, dan serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain adanya getah
dan zat ekstraktif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu serbuk
kayu yang digunakan untuk budidaya jamur sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak
banyak mengandung zat pengawet alami, tidak busuk dan tidak ditumbuhi oleh jamur atau
kapang lain. Serbuk kayu yang baik adalah serbuk yang berasal dari kayu keras dan tidak
banyak mengandung minyak ataupun getah.
Namun demikian serbuk kayu yang banyak mengandung minyak maupun getah
dapat pula digunakan sebagai media dengan cara merendamnya lebih lama sebelum proses
lebih lanjut.
Bahan-bahan lain yang digunakan dalam budidaya jamur pada media plastik
(log) terdiri dari beberapa macam yaitu bekatul (dedak padi), kapur (CaCO3), gips
(CaSO4). Penggunaan kantong plastik (log) bertujuan untuk mempermudah pengaturan
kondisi
(jumlah oksigen dan kelembaban media) dan penanganan media selama
pertumbuhan.
Kantong plastik yang digunakan adalah plastik yang kuat dan tahan panas
sampai dengan suhu 100 oC, Jenis plastik biasanya dipilih dari jenis polipropilen (PP).
Ukuran
dan ketebalan plastik terdiri dari berbagai macam. Beberapa ukuran plastik yang
biasa digunakan dalam budidaya jamur antara lain 20x30cm, 17x35cm, 14x25cm
dengan ketebalan 0,3mm-0,7mm atau dapat lebih tebal lagi.
Adapun bahan tambahan bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi
media tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen. Bekatul
yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis IR, pandan
wangi, rojo lele, ataupun jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang masih baru, belum
bau (penguk=jawa), dan tidak rusak.
Kapur merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca).
Di samping itu, kapur juga digunakan untuk mengatur pH media. Kapur yang
digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Unsur kalsium dan
karbon digunakan
untuk
meningkatkan
mineral
yang
dibutuhkan
jamur
bagi
pertumbuhannya.
Gips
(CaSO4)
digunakan
sebagai
sumber
kalsium
dan
sebagai
bahan
untuk memperkokoh media. Dengan kondisi yang kokoh maka diharapkan media tidak
mudah rusak.
B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara Budidaya Jamur Tiram.
C. Alat dan Bahan
Alat :

Kumbung jamur atau ruangan khusus untuk mengatur suhu panas dan dingin.

Rak Jamur.

Alat pengepres untuk pemadatan campuran media.

Alat pengaduk bibit ( Spatula ).
Bahan :

Bibit jamur tiram harus yang berkualitas.

Bekatul (dedak padi).

Air bersih untuk membasahi bekatul.

Kapur dolomite untuk mengatur PH.

Tepung jagung.

Kapas.

Serbuk gergaji (serguk gergaji kayu yang homogen bukan heterogen) dan hindari
serbuk kayu yang bergetah.

Bag Log
Tips :
 Budidaya yang termudah adalah menggunakan serbuk gergaji dari kayu sengon laut
 Letakkan kayu di lokasi yang terlindung, sebaiknya jangan kena hujan, karena nanti
akan kesulitan dalam menentukan kadar air
 Serbuk gergaji jangan langsung digunakan, tapi timbun dahulu selama kurang lebih 3
minggu
 Pada saat ditimbun, campur lah serbuk gergaji dengan kapur dengan perbandingan: 20
kg serbuk gergaji ditabur sekitar satu genggam kapur.
 Tujuan menaburkan kapur adalah untuk mengatur ph dari serbuk gergaji
 Ada baiknya tetap di cek ph sekitar 7.
 jika ph sampai 8 atau lebih 90% akan menyebabkan kegagalan
C. Cara Kerja :
1. Media

Serbuk gergaji ditambahkan air dengan kelembaban kira-kira 50 – 65%.

Apabila dicampur dengan tepung jagung maka kompsisinya adalah tepung jagung (
10% ), bekatul ( 10% ), dan serbuk gergaji ( 80% ). Apabila tanpa tepung jagung maka
serbuk gergajinya 15% dan 85%.

Campur dengan macam-macam media sampai rata.

Kasih kapur dolomite hingga PH menjadi netral atau 7.
2. Pengemasan Media

Masukkan dalam plastik bahan-bahan media yang sudah tercampur dengan rata.

Media kemudian dipres dengan rapat namun pada mulut pastiknya di beri cincin yang
fungsinya untuk memasukkan bibit jamur nantinya.

Tutup ujung media dengan kapas agar tak terkena uap.
3. Seterilisasi

Masukkan dulu sepatula yang akan di gunakan untuk menyebarkan bibit agar tidak
merepotkan saat seterilisasi alat.

Sepatula sebaiknya di bungukus dengan plastik dan di tutup agar lebih aman.

Masukkan dan tata media dalam drum pemanas untuk proses sterilisasi.

Panaskan media hingga suhunya mencapi 90 derajat dan bisarkan selama 8 sampai 9
jam.

Biarkan drum tetap tertutup untuk menghindari penguapan air pada tepi plastik.
4. Inokulasi Bibit Jamur

Cuci tangan dengan sabun anti kuman dan semprot dengan alkohol 70% untuk
meminimalisir kontaminan.

Angkat dan keluarkan sepatula dari plastik.

Buka tutup wadah bibit dan aduk dengan sepatula yang sudah seteril.

Buka kapas di mulut plastik dan masukkan bibit setelah itu tutup kembali dengan
kapas.

Pasang kembali tutup media.

Bibit siap di inkubasi.
5. Cara Inkubasi

Letakkan media yang sudah di beri bibit pada rak pentimpanan.

Lama inkubasi kurang lebih 40 hari dengan suhu optimal 22 hingga 28 derajat celsius.
6. Pemeliharaan

Selama masa pemeliharaan penutup baglog sebaiknya sedikit di buka.

Usahan ventilias udaranya lancar agar dapat mensuplai oksigen dengan baik.

Lakukan penyiraman setiap hari terutama pada saat tengah hari untuk mempertahankan
kelembaban udara.
7. Panen
Jamur tira putih sudah bisa di panen jika badan jamur sudah tumbuh besar dan lebar.
LATIHAN 6
Divisio
: Pinophyta
Sub Divisio
: Cycadophytina, Pinophytina, Gnetophytina
Classis
: Cycadopsida, Coniferopsida, Gnetopsida
Ordo
: Cycadales, Coniferales, Gnetales
A. TUJUAN
1. Mengenal sifat-sifat umum Gymnospermae
2. Mengenal beberapa jenis tumbuhan yang tergolong berbiji telanjang
B. BAHAN
1. Cycas rumphii Miq. (Pakis Haji)
2. Pinus merkusii Jung. (Pinus)
3. Gnetum gnemon L. (Melinjo)
4. Zamia curcas (Bunga Dollar)
5. Thuja orientalis L. (Pohon Natal)
C. CARA PRAKTIKUM
1. Buat gambaran habitat dari tanaman-tanaman tersebut
2. Gambarlah organ-organ tubuh dari setiap bahan tanaman yang tersedia
3. Gambarlah strobilus atau sporofit jantan dan betina serta sebutkan bagianbagiannya
4. Buatlah deskripsi organ-organ tubuh tersedia
5. Buatlah susunan klasifikasi dari setiap tanaman.
LATIHAN 7
Divisio
: Magnoliophyta
Sub Divisio
: Magnoliopsida
Classis
: Magnoliidae, Hamamelidae, Caryophyllidae, Dillenidae, Rosidae.
Ordo
: Magnoliales, Laurales, Piperales, Urticales, Casuarinales, Caryophyllales,
Polygonales, Theales, Malvales, Violales, Ebenales, Capparales, Rosales,
Fabales, Myrtales.
A. TUJUAN
1. Mengenal sifat-sifat Magnoliales, Laurales, Piperales, Urticales, Casuarinales,
Caryophyllales, Polygonales, Theales, Malvales, Violales, Ebenales, Capparales,
Rosales, Fabales, Myrtales.
2. Mengenal beberapa jenis yang tergolong ordo Magnoliales, Laurales, Piperales,
Urticales, Casuarinales, Caryophyllales, Polygonales, Theales, Malvales, Violales,
Ebenales, Capparales, Rosales, Fabales, Myrtales, beserta sifat dan cirinya.
B. BAHAN
1. Persea americana Mill. (Alpukat)
2. Annona muricata L. (Sirsak)
3. Peperomia pellucida L. (Kaca-kaca)
4. Artocarpus heterophylla Link (Nangka)
5. Ficus Sp (Karet)
6. Casuarina equisentifolia L. (Cemara Laut)
7. Nelumbo nucifera (Teratai)
8. Bougainville spectabilis Will (Kembang Kertas)
9. Mirabilis jalapa L. (Bunga pukul 4)
10. Amaranthus spinosus L. (Bayam duri)
11. Hibiscus rosa-sinensis L. (K. Sepatu)
12. Hibiscus tiliaceus L. (Waru)
13. Ceiba pentandra (L) Gaertin. (Kapok)
14. Carica papaya L. (Pepaya)
15. Cucurbita moschata (Duch) Poir. (Labu)
16. Opuntia vulgaris Mill. (Kaktus pipih)
17. Guazuma ulmifolia Lmk. (Jati belanda)
18. Theobroma cacao L. (Coklat)
19. Manilkara kauki (L.) Dubard (Sawo)
20. Brassica juncea (L.) Caern (Sawi hijau)
21. Moringa oleifera Lamk. (Kelor)
22. Kalanchoe pinnata (Lmk.) Pers (Cocor bebek)
23. Rosa hybrida Hort (Bunga Mawar)
24. Mimosa pudica L. (Putri malu)
25. Samanea saman (Jacq.) Merr. (Ki hujan)
26. Bauhinia acuminata L. (Bunga kupu-kupu)
27. Caesalpinia pulcherrima (L.) Swartz (Kembang merak)
28. Arachis hypogaea L. (Kacang tanah)
29. Clitoria ternatea L. (Kembang telang)
30. Vigna unguiculata (L.) Walp (Kacang panjang)
31. Lawsonia inermis L. (Pacar kuku)
32. Psidium guajava L. (Jambu biji)
33. Syzygium aqueum (Jambu biji)
C. CARA PRAKTIKUM
1. Buat gambaran habitat dari tanaman-tanaman yang tersedia
2. Gambarlah organ-organ tubuh setiap bahan tanaman yang tersedia
3. Buat filotaksis, diagram bunga dan rumus bunga setiap tanaman
4. Buatlah deskripsi organ-organ tubuh yang tersedia
5. Buatlah susunan klasifikasi dari setiap tanaman
LATIHAN 8
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Magnoliopsida
Sub Classis
: Rosidae, Asteridae,
Ordo
: Myrtales, Rhizophorales, Santales, Euphorbiales, Sapindales, Geraniales,
Apiales, Gentianales, Solanales, Lamiales, Scrophulariales, Asterales.
A. TUJUAN
1. Mengenal sifat-sifat ordo Myrtales, Rhizophorales, Santales, Euphorbiales,
Sapindales, Geraniales, Apiales, Gentianales, Solanales, Lamiales, Scrophulariales,
Asterales.
2. Mengenal beberapa jenis yang tergolong ordo Myrtales, Rhizophorales, Santales,
Euphorbiales, Sapindales, Geraniales, Apiales, Gentianales, Solanales, Lamiales,
Scrophulariales, Asterales, beserta cirinya.
B. BAHAN
1. Punica granatum L. (Delima)
2. Terminalia catappa L. (Ketapang)
3. Rhizophora mucronata L. (Bakau)
4. Dendrophthoe pentandra (L.) Miq (Benalu)
5. Euphorbia tiriucalli L. (Patah tulang)
6. Jatropha curcas L. (Jarak pagar)
7. Manihot esculenta Crantz (Ubi kayu)
8. Nephelium lappaceum L. (Rambutan)
9. Apium graveolens L. (Seledri)
10. Centella asiatica L. (Tapak kuda)
11. Mangifera indica L. (Mangga)
12. Citrus aurantifolia (Jeruk nipis)
13. Citrus maxima L. (Jeruk besar)
14. Averrhoa bilimbi L. (Belimbing wuluh)
15. Oxalis corniculata L. (Semanggi gunung)
16. Allamanda cathartica L. (Alamanda)
17. Nerium oleander L. (Oleander)
18. Plumeria acuminata W.T: Ait (Kamboja)
19. Calotropis gigantea (Willd) Dryand. (Biduri)
20. Capsicum annuum L. (Cabe besar)
21. Solanum melongena L. (Terung)
22. Solanum tuberosum L. (Kentang)
23. Solanum lycopersicum L. (Tomat)
24. Ipomea aquatica Forsk. (Kangkung)
25. Ipomoea batatas L. (Ubi jalar)
26. Lantana camara L. (Kembang telekan)
27. Tectona grandis L. F. (Jati)
28. Ocimum basilicum L. (Kemangi)
29. Orthosiphon stamineus (Kumis kucing)
30. Jasminum sambac L. (Melati)
31. Ixora coccinea L. (Asoka)
32. Morinda citrifolia L. (Mengkudu)
33. Eclipta prostrata L. (Urang aring)
34. Elephantopus scaber L. (Tapak liman)
35. Helianthus annuus L. (Bunga matahari)
36. Pluchea indica (L.) Less (Beluntas)
C. CARA PRAKTIKUM
1. Buat gambaran habitat dari tanaman-tanaman yang tersedia
2. Gambarlah organ-organ tubuh setiap bahan tanaman yang tersedia
3. Buat filotaksis, diagram bunga dan rumus bunga setiap tanaman
4. Buatlah deskripsi organ-organ tubuh yang tersedia
5. Buatlah susunan klasifikasi dari setiap tanaman
LATIHAN 9
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Liliopsida
Sub Classis
: Alismatidae, Arecidae, Commelidae, Zingiberidae, Lilidae.
Ordo
: Hydrocharitales, Arecales, Pandanales, Arales, Cyperales, Commelinales,
Bromeliales, Zingiberales, Liliales, Orchidales.
A. TUJUAN
1. Mengenal sifat-sifat ordo Hydrocharitales, Arecales, Pandanales, Arales, Cyperales,
Commelinales, Bromeliales, Zingiberales, Liliales, Orchidales.
2. Mengenal beberapa jenis yang tergolong ordo Hydrocharitales, Arecales,
Pandanales, Arales, Cyperales, Commelinales, Bromeliales, Zingiberales, Liliales,
Orchidales, beserta cirinya.
B. BAHAN
1. Hydrilla verticillata (L.F) Royle. (Hydrilla)
2. Cocos nucifera L. (Kelapa)
3. Caryota mitis (Palem sirip ikan)
4. Salacca edulis Reinw. (Salak)
5. Pandanus tectorius Soland ex Park. (Pandan)
6. Colocasia esculenta (L.) Schott. (Talas)
7. Rhoe discolor (Adam hawa)
8. Cyperus rotundus L. (Rumput teki)
9. Kyllinga monochepala (jukut pendul)
10. Bambusa vulgaris Schard (Bambu)
11. Cymbopogon citratus (DC) Stapf. (Serai)
12. Imperata cylindrica L. (Alang-alang)
13. Oryza sativa L. (Padi)
14. Zea mays L. (Jagung)
15. Saccharum officinarum L. (Tebu)
16. Paspalum conjugatum Berg. (Rumput pahit)
17. Ananas comosus (L.) Merr. (Nanas)
18. Musa paradisiaca L. (Pisang)
19. Languas galanga (L.) Stuns
20. Curcuma domestica Val. (Kunyit)
21. Zingiber officinale Roxb. (Jahe)
22. Costus spesiosus (Pacing)
23. Canna indica L. (Bunga tasbih)
24. Echornia crassipes (Mert.) (Eceng gondok)
25. Allium cepa (Bawang merah)
26. Lilium longiforium L. (Lili)
27. Zingiber officinale
28. Aloe arborescens Mill. (Lidah buaya)
29. Agave sisalana Perr (Nenas sebrang)
30. Balamcanda sinensis L.
31. Phalaenopsis amabilis (L.) BI (Anggrek bulan)
C. CARA PRAKTIKUM
1. Buat gambaran habitat dari tanaman-tanaman yang tersedia
2. Gambarlah organ-organ tubuh dari setiap bahan tanaman yang tersedia
3. Buat filotaksis, diagram bunga dan rumus bunga setiap tanaman
4. Buatlah deskripsi organ-organ tubuh yang tersedia
5. Buatlah susunan klasifikasi dari setiap tanaman
LATIHAN 10
CARA PENULISAN DESKRIPSI LENGKAP
Menyusun deskripsi atau diagnosis suatu jenis tumbuhan tidak boleh dilakukan
sembarang, tetapi harus juga menggunakan cara sehingga deskripsi atau diagnosis tertata
metodis dan sistematis, sehingga memudahkan para pemakainya. Berikut ini petunjuk
bagaimana menyusun deskripsi lengkap suatu jenis tumbuhan.
1. Habitus (Perawakan)
Suatu tumbuhan hendaknya disebut dulu habitusnya berupa: pohon, perdu, semak, dan
herba (terna). Kemudian menyusul umurnya (annual, bienal, dan perenial). Sebutkan
juga bagian lain dalam tanah selain akar, misal : umbi, akar rimpang dan lain-lain.
2. Akar
Susunan akar : serabut, tunggang, bagaimana percabgangan, bentuk dan sifat-sifat lain
(warna, bau, rasa). Adanya akar napas, tunjang, dan akar banir.
3. Batang
Ada tidak batang pokok, jauh dekatnya mulai ada percabangan, cara percabangan. Arah
tumbuh : tegak, berbaring merayap, memanjat, membelit, sifat-sifat lain seperti : bulat
persegi, segi tiga, berkayu, lemak, berair, ukurannya, ruas-ruas, permukaan, adanya
alat-alat lain seperti duri, rambut, lentisel, bergetah atau tidak.
4. Daun
Susunan daun : tunggal atau majemuk (menjari, menyirip rangkap atau tidak, genap,
gasal). Tata letak : berseling, berkarang, tersebar (mengikuti rumus berapa). Adanya
alat tambahan berupa daun penumpu, selaput bumbung, lidah-lidah masing-masing
diuraikan bentuknya, ukurannya, berkas runtuhnya atau tetap. Dijelaskan mengenai
upih, tangkai dan helai daun (ukuran, bentuk, bangun, warna, permukaan, dan
sebagainya).
5. Alat-alat lain
Jika belum disebut pada bagian batang dan cabang dapat pula dijelaskan mengenai :
kuncup, (tempat, jenis, dan sebagainya), alat-alat pembelit (cabang, daun atau akar
pembelit), atau pemanjat (kait, akar pelekat, duri), jenis duri, rambut gatal (bentuk dan
tempat), piala, alat untuk menangkap serangga.
6. Bunga
Tunggal, majemuk, tempat, cara penyerbukan. Dijelaskan mengenai daun pelindung,
tangkai bunga, kelopak tambahan, kelopak, mahkota, benang sari (tangkai, kelapa sari),
putik (bakal buah, tangkai, kepala putik). Untuk bunga majemuk (berbatas, tidak
berbatas, bulir, tandan, payung) dan sebagai9 berikut.
7. Buah
Jenis buah, nama khusus, warna, dapat dinamakan atau tidak.
8. Biji
Jumlah biji dalam tiap ruang, bentuk, warna.
Contoh Deskripsi Catharanthus roseus G. Don
Terna menahun, tinggi 2-5 m, getah putih. Akar tunggang, tidak banyak percabangan.
Batang sedikit banyak percabangan; bagian pangkal bundar, gundul, merah kecoklatan,
ø….. nm, ruas batang …. Cm. daun tunggal, berhadapan berseling, daun penumpu 2
pasang, di ketiak daun, segitiga bergigi, …. x …. nm; tangkai …. x …. Nm, sedikit
bersayap pada bagian atas, hijau muda, beralur, berambut sederhana ; tepi daun rata ; ujung
melancip ; tulang daun menyirip, ujung melengkung ke atas mengikuti tepi daun, putih
kekuningan. Bunga 1-2, di ketiak daun ; tangkai sangat pendek ca 1 x 0,5 nm, bunga mekar
tidak bersamaan ; daun kelopak 5, bebas, persisten pada buah, segi tiga memanjang, 5 x 1
nm, hijau, daun mahkota 5 ; bagian bawah bentuk tabung, tabung corolla membesar di
keliling bintil-bintil kecil 5 buah, 20-30 x 2,5 mm ; bagian atas bebas ; benang sari tepi
daun rata ; ujung melancip ; tulang daun menyirip, ujung melengkung ke atas mengikuti
tepi daun, putih kekuningan. Bunga 1-2, di ketiak daun ; tangkai sangat pendek ca 1 x 0,5
nm, bunga mekar tidak bersamaan ; daun kelopak 5, bebas, persisten pada buah, segi tiga
memanjang, 5 x 1 nm, hijau, daun mahkota 5 ; bagian bawah bentuk tabung, tabung corolla
membesar di keliling bintil-bintil kecil 5 buah, 20-30 x 2,5 mm ; bagian atas bebas ; benang
sari 5 menempel di bagian dalam tabung, berseling dengan cuping mahkota ; tangkai sari
0,5-0,9 x 0,4-0,5 mm, hijau kekuningan ; kepala sari bulat telur memanjang, 2-2,5 x 0,4-0,5
mm, bakal buah 2, superior, berselingan dengan kelenjar madu ; tangkai putik 1, ca 23 x 0,2
mm, hijau muda ; kepala putik bentuk silinder, ca 1 x 1 mm, berlendir, hijau muda. Buah 1
atau 2 berasal dari satu bunga, buah bumbung, bentuk gelendong, lurus atau
bengkok/melengkung ke arah luar, kedua ujung atas buah tumbuh saling menjauhi,
membuka memanjang, 1,8-3,2 x 0,2-0,3 cm, hijau, bila matang hijau kekuningan ; basal
tumpul ujung melancip. Biji banyak, bulat panjang sampai ginjal, 1-1,5 mm, pemukaan
kasar, hijau, bila matang hitam.
LATIHAN 11
LATIHAN MEMBUAT KUNCI DETERMINASI
CARA PRAKTIKUM :
1. Cari bahan tumbuhan dari 8 jenis yang berbeda dalam satu golongan familia yang
sama.
2. Buat kunci determinasinya dengan 2 cara, yaitu : yoked key (identited key) dan pararel
key (Bracketed key).
3. Bila ada kesulitan tanyakan pada asisten.
4. Hasil pekerjaan saudara harap diserahkan kepada asisten masing-masing, satu minggu
setelah acara latihan 7 selesai.
5. Hasil pekerjaan harap diketik dalam kertas HVS kuarto.
CARA PEMBUATAN KUNCI DETERMINASI
Cara pembuatan kunci determinasi adalah sebagai berikut :
 Guna menyusun kunci determinasi, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang
morfologi dan gaya membedakan sifat-sifat golongan yang satu terhadap golongan
yang lain dengan tajam.
 Tabel disusun secara dikotomis atau menggarpu. Ada dua macam kunci determinasi,
yaitu :
a. Yoked atau idented key, ini bila hanya sedikit karena membutuhkan ruangan yang
banyak, tetapi keuntungannya lebih cepat dan jelas untuk pengenalan.
b. Brackted atau paralel key, ini hanya memerlukan ruangan sedikit, jadi bisa untuk
bahan yang banyak, tetapi kurang untuk digunakan mendeterminasi.
Contoh yoked key. Familia Cucurbitaceae
1. Sulur sederhana tidak menggarpu atau tidak bercabang.
a) Bunga betina masing-masing dengan 2 staminodia kecil
Bronopsis.
b) Bunga betina stamodia.
c) Bunga jantan dengan Bractea bentuk perisai
Momordica.
d) Bunga jantan tidak berbractea
Cucumis.
2. Sulur menggarpu/bercabang.
a) Daun bercangap
b) Berumah satu, bunga kuning terang
Citrulus.
c) Berumah dua, bunga kehijauan
Abobra.
d) Daun berlekuk.
e) Bunga jantan dengan hypantium yang pendek atau tanpa :
Bunga kuning
Benincasa.
Yoked key di atas bisa dijadikan paralel key sebagai berikut :
Familia : Cucurbitaceae.
1. Sulur sederhana, tidak menggarpu, tidak bercabang
2. Sulur menggarpu/bercabang
3. Bunga betina masing-masing dengan 3 staminodia kecil
.
Bryonopsis.
4. Bunga betina tanpa staminodia
5. Bunga jantan dengan bractea bentuk tam
6. Bunga jantan tanpa bractea
.
Momordica.
Cucumis.
7. Daun bercangap
5
8. Daun berlekuk
6
9. Berumah satu; bunga kuning terang
Citrullus.
10. Berumah dua; bunga kehijauan
Abroba.
11. Bunga jantan dengan hypenthium panjang; bunga putih
Langenaria.
12. Bunga jantan dengan hypentium pendek atau tanpa; bunga kuning
Angka-angka di atas dapat pula diganti sebagai berikut :
A.
atau 1. a.
B.
atau 2. a.
BB.
atau 2. b.
C.
atau 3. a.
CC.
atau 3. b.
AA.
atau 1. b.
Benincasa.
B.
atau 4. a.
C.
atau 5. a.
CC.
atau 5. b.
BB.
atau 4. b.
C.
atau 6. a.
CC.
atau 6. b.
Perhatikan :
1. Baris-baris yang bernomor (1 dengan, -A dengan AA, 1 a. dengan 1 b. dan seterusnya)
disebut kuplet (couplet).
2. Masing-masing baris dari kuplet (1 A. 1 a. dan sebagianya) disebut bait (lead).
3. Tiap bait terdiri dari pokok (subjek) dan keterangannya (objek).
Jadi pada contoh bait 1 ; sulur adalah subjek dan sederhana dan seterusnya adalah
keterangan.
Dalam menyusun kunci, supaya diperhatikan/dikerjakan sebagai berikut :
1. Pisahkan bahan-bahan menjadi dua golongan yang mempunyai sifat-sifat jelas berbeda.
2. Pilihlah sifat-sifat yang berlawanan tersebut sebagai keterangan, sehingga kedua bait
membentuk suatu perbandingan yang berlawanan, yang satu menggambarkan sifat-sifat
yang definitif, sedang yang lain tak perlu definitif (bisa dipecahkan lagi).
3. Pokok dalam kedua bait dari satu kuplet harus sama. Pada contoh di atas dalam bait 2
dari kuplet 1, pokoknya adalah bunga betina.
4. Sebaiknya pokok (subjek) dari kuplet berikutnya untuk menuju pada suatu takson,
harus diusahakan jangan menggunakan pokok yang sama lagi, agar diperoleh gambaran
yang lebih banyak dari takson tersebut.
Pada contoh di atas :
a. Sulur sederhana dan seterusnya.
b. Bunga betina dan seterusnya
Bryonopsis.
Jadi pada pokok bait 2 jangan digunakan salur lagi.
5. Hindarkan penggunaan keterangan yang “overlapping” atau keterangan yang bersifat
perbandingan. Misalnya :
a. Bunga Majemuk
1. Bunga majemuk tandan : pedicellus 4-6 cm.
2. Bunga majemuk tandan atau bulir : pedicellus 6-10 cm.
b. Inflorrescentia
1. Inflorrescentia dengan pedunculus panjang ; daun sangat lebar.
2. Inflorrescentia dengan pedunculus pendek ; daun lebih sempit.
Pada contoh (1) terdapat “overlapping” yakni: pada 1) b tandan 6 cm, ini berarti bila
kita mendapat suatu bahan yang dideterminasi dengan bentuk inflorencia bentuk
tandan, maka diketahui apakah masuk 1) a atau 1) b, juga tentang ukuran 6 cm.
Demikian pula pada contoh 2)
dan seterusnya
Download