Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) ANALISIS RASIO CAMEL UNTUK MENILAI KESEHATAN BANK PADA PERUSAHAAN LQ-45 DI BEI Leader Peace Mirdhani [email protected] Budiyanto [email protected] Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the application of CAMEL ratios which consist of CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, and LDR in order to assess the health of bank during the period of 20082012 in accordance with the circular of Bank Indonesia no. 6/23/DPNP of 2004. The samples are 5 banks of LQ-45 groups which are listed in Indonesia Stock Exchange during the period of 2008-2012. The sampling determination technique is performed by using saturated sampling method. The source of data is the secondary data in the form of financial statement which has been obtained from STIESIA Investment Gallery of Indonesia Stock Exchange Surabaya. This research determines the predicate of banks’ health. The result of the research shows that from the banks which have been examined, five banks gain very health predicate on CAR, ROA, and BOPO ratios. Four banks gain very health predicate and one bank gains health predicate on KAP ratio. Five banks gain unhealthy predicate on NPM ratio. Four banks gain very health predicate and one bank gains quite health predicate on LDR ratio. Keywords: financial statements, camel ratio analysis, and healthy level ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi rasio CAMEL meliputi CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, dan LDR dalam rangka menilai kesehatan bank selama periode tahun 2008-2012 sesuai dengan ketentuan SE BI No.6/23/DPNP tahun 2004. Sampel penelitian terdiri dari lima bank kelompok LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Teknik penentuan sampling dengan menggunakan metode sampling jenuh. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan lengkap yang diperoleh dari Galeri Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya. Penelitian ini menetukan predikat kesehatan bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari bank yang diteliti, lima bank memperoleh predikat sangat sehat pada rasio CAR, ROA, dan BOPO. Empat bank memperoleh predikat sangat sehat, dan satu bank memperoleh predikat sehat pada rasio KAP. Lima bank memperoleh predikat tidak sehat pada rasio NPM. Empat bank memperoleh predikat sangat sehat, dan satu bank memperoleh predikat cukup sehat pada rasio LDR. Kata Kunci : laporan keuangan, analisis rasio camel, dan tingkat kesehatan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 2 PENDAHULUAN Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di bidang keuangan. Deregulasi tersebut telah mengakibatkan kebutuhan dana secara langsung maupun tidak langsung melalui perbankan. Kondisi ini mendorong tumbuhnya perbankan kita baik menyangkut produk perbankan, jumlah bank maupun jumlah cabang yang pada gilirannya semakin banyak menjangkau masyarakat yang membutuhkan jasa perbankan. Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, sektor perbankan memiliki potensi dan peluang yang besar dalam peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi masyarakat dan sektor usaha. Bagi suatu negara bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan usaha dengan cara menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana berupa pinjaman (kredit) serta memberikan jasa-jasa bank lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Mengingat bank memiliki fungsi sebagai financial intermediary, maka bank dituntut untuk menjaga kinerjanya agar bank memperoleh kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap bank akan terwujud apabila bank mampu menjaga meningkatkan kinerjanya secara optimal. Dengan demikian bank dituntut untuk meningkatkan kesehatannya dalam rangka meningkatkan kinerjanya. Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi tersebut bank dapat memberikan layanan yang baik kepada masyarakat dan bermanfaat bagi perekonomian Indonesia. Dengan kata lain bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, menjalankan fungsi intermediasi, dapat membentuk kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat mendukung efektifitas kebijakan moneter. Dalam peraturan tentang penilaian tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan dari peraturan terdahulu dalam beberapa hal yang bersifat menyempurnakan. Pada peraturan sebelumnya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi BI No. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 dan Surat Keputusan Direksi BI No. 30/277/KEP/DIR tahun 1998 analisis CAMEL ditetapkan sebagai panduan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Seiring dengan perkembangan dalam dunia perbankan, dalam peraturan yang baru menambahkan faktor sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to market risk) karena dianggap sangat penting untuk diperhitungkan dalam kehidupan perbankan saat ini. Atas dasar tersebut Bank Indonesia sebagai lembaga yang bertugas mengawasi dan menilai perbankan di Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 yang berisi tentang panduan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Peraturan perbankan yang baru dalam menilai tingkat kesehatan bank digunakan analisis CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity and Sensitivity to market risk ). Penilaian CAMELS bersifat self-assessment yaitu dihitung berdasarkan penilaian dari pihak internal bank itu sendiri. Dengan kata lain pengukuran tersebut sulit dilakukan karena akan terkait dengan unsur kerahasiaan bank. Terlebih lagi bobot yang diberikan Bank Indonesia melalui peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, pada indikator “S” tidak ada Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 3 bobotnya (0). Karena keterbatasan data tersebut maka dalam penelitian ini hanya menggunakan metode CAMEL. Dalam menilai kesehatan bank, digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity). Kelima aspek tersebut dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Indikator- indikator yang digunakan dalam tingkat kesehatan bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional Pendapatan (BOPO), dan Loan Deposit Ratio (LDR). Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan agar lebih mudah dan sistematis, serta dipahami maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana aplikasi rasio CAMEL untuk menilai kesehatan bank pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dengan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui aplikasi rasio CAMEL dalam rangka menilai kesehatan bank pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pengertian Bank dan Perbankan Menurut Taswan (2010:6) menyatakan bahwa pengertian bank sering disamakan dengan pengertian perbankan. Padahal dua hal yang sangat berbeda. Bank hanya mencakup aspek kelembagaan. Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu: (1) Menurut Sinkey (1986), bahwa yang dimaksud bank adalah department store of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan. (2) Menurut UU No. 10 Tahun 1998 (revisi UU No. 14 Tahun 1992) bahwa yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jenis Bank Menurut Martono (2002:28) mengemukakan bahwa dari sejarah perkembangan perbankan di Indonesia yang telah beberapa kali mengalami perubahan perundangundangannya, maka jenis bank dapat dilihat dari aspek fungsinya, kepemilikannya, status atau kedudukan, dan cara menentukan harga. Dilihat dari aspek fungsinya Sesuai dengan Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967, jenis bank menurut fungsinya terdiri atas: (a) Bank Umum, (b) Bank Pembangunan, (c) Bank Tabungan, (d) Bank Pasar, (e) Bank Desa, (f) Bank Lumbung Desa. Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, bank dikategorikan menjadi dua jenis yaitu, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dilihat dari aspek kepemilikannya, dalam arti siapa yang memiliki bank tersebut yang dapat dilihat dari akte pendiriannya dan berapa jumlah saham yang dimiliki, terdiri dari: (a) Bank milik pemerintah, (b) Bank milik swasta nasional, (c) Bank milik koperasi, (d) Bank milik swasta asing, (e) Bank campuran. Dari aspek status dapat dilihat berdasarkan status dan kedudukan bank diukur dari kemampuannya melayani masyarakat yang terdiri dari jumlah produk yang ditawarkan, modal, serta kualitas pelayanannya, diantaranya Bank Devisa dan Bank non Devisa. Dilihat dari aspek cara menentukan harga, jenis bank dilihat dari cara menetapkan harga baik harga beli maupun harga jual dapat dibagi dua, yaitu: Bank Konvensional dan Bank Syariah. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 4 Fungsi dan Tujuan Bank Menurut Kuncoro (2002:67) terdapat 3 fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi, yaitu: (1) Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, (2) Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. (3) Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang. Karakteristik Bank Menurut Taswan (2010:6) menyatakan bahwa pemahaman terhadap karakteristik bank sangat diperlukan dalam mengelola bank. Beberapa karakteristik bank antara lain: (1) Bank adalah lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan mereka yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral, (2) Bank juga merupakan industri yang kegiatannya mengandalkan kepercayaan sehingga harus selalu menjaga kesehatannya. (3) Pengelola bank dalam melakukan kegiatannya juga selalu dituntut senantiasa menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan kebutuhan profitabilitas yang wajar serta modal yang cukup sesuai dengan penanamannya. (4) Bank juga dapat dipandang sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter yang mempunyai kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan. (5) Secara operasional bank mempunyai ciri khas yaitu aktiva tetapnya relatif rendah, hutang jangka pendeknya lebih banyak jumlahnya dan perbandingan antara aktiva dengan modal (financial leverage) sangat besar. Sekuritas Pada Pasar Modal Saham yang menurut Suhartono dan Fadlillah (2009:40) Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Memiliki saham berarti memiliki perusahaan. Umumnya investor membeli saham karena prospek perusahaan, bila prospek perusahaan membaik maka harga saham juga akan meningkat. Jenis Saham, diantaranya Saham biasa (common stock): saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap claim. Saham preferen (preferred stock): saham yang memiliki karakteristik gabungan antara saham biasa dan obligasi. Sedangkan Nilai Saham, diantaranya Par Value (nilai nominal/ nilai pari), Base Price & Base Value (harga dasar & nilai dasar), Market Price & Market Value (Harga pasar & Nilai pasar). Indeks LQ45 Intensitas transaksi setiap sekuritas di pasar modal berbeda-beda. Sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang sangat tinggi dan aktif diperdagangkan di pasar modal, namun sebagian sekuritas lainnya relatif sedikit frekuensi transaksi dan cenderung bersifat pasif. Hal ini menyebabkan perkembangan dan tingkat likuiditas IHSG menjadi kurang mencerminkan kondisi real yang terjadi di bursa efek. Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham di BEI dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan. Kriteria-kriteria berikut digunakan untuk memilih ke45 saham yang masuk dalam indeks LQ45 menurut Tandelilin (2010:87) sebagai berikut: (1) Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular, (2) Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar, (3) Telah tercatat di BEI selama paling sedikit 3 bulan, (4) Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah hari transaksi di pasar regular. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 5 Pengertian Laporan Keuangan Perbankan Menurut penggunaannya, laporan keuangan bank dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu laporan keuangan untuk masyarakat, laporan keuangan untuk keperluan manajemen bank, dan laporan keuangan untuk keperluan pengawasan Bank Indonesia. Ketiga kelompok pengguna laporan keuangan bank tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, sehingga bentuk dan jenis laporan keuangan yang disusun oleh bank juga harus disesuaikan dengan tujuan masing-masing pengguna laporan dimaksud. Untuk kepentingan masyarakat, laporan keuangan bank harus mengikuti pedoman dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 31 Revisi 2000) tentang akuntansi perbankan. Dalam PSAK tersebut laporan keuangan bank untuk masyarakat terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Untuk kepentingan pengawasan Bank Indonesia, jenis dan cara penyajian laporan keuangan bank harus disajikan sesuai ketentuan tentang pelaporan bank umum yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Sedangkan untuk keperluan manajemen, laporan keuangan bank disusun sesuai dengan kepentingan internal perusahaan (Bastian dan Suhardjono, 2006:236). Tujuan Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2003:240), pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri. Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut: (1) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki, (2) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang, (3) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu, (4) Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut, (5) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu, (6) Memberikan informasi tentang perubahanperubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank, (7) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan. Pihak-pihak yang Berkepentingan Menurut Kasmir (2003:241) menyatakan bahwa dalam praktiknya pembuatan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, disamping pihak manajemen dan pemilik perusahaan itu sendiri. Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan bank menurut Kasmir (2003:241) adalah sebagai berikut: (1) Pemegang saham, (2) Pemerintah, (3) Manajemen, (4) Karyawan, (5) Masyarakat Luas. Jenis-jenis Laporan Keuangan Bank Menurut Kasmir (2003:242) bahwa sama seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SAK dan SKAPI. Artinya laporan keuangan dibuat sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dalam praktiknya jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Neraca, (2) Laporan Komitmen dan Kontinjensi, (3) Laporan Laba-Rugi, (4) Laporan Arus Kas, (5) Catatan atas Laporan Keuangan, (6) Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi. Pentingnya Laporan Keuangan Bank Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 6 Laporan keuangan bank dimaksudkan untuk memberikan informasi berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan dan kinerja bank. Seluruh informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank kepada publik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja bank yang dicapai selama periode tertentu. Oleh karena itu laporan keuangan bank harus memenuhi syarat mutu, dan karakteristik kualitatif. Dengan demikian pihak-pihak pengguna laporan keuangan dapat menggunakannnya tanpa dihinggapi keraguan, sementara bagi manajemen bank bahwa laporan keuangan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan strategis dan untuk mendukung operasional bank. Selain disampaikan kepada pemegang saham dan Bank Indonesia, laporan keuangan bank wajib pula disampaikan kepada lembaga lain yang berkepentingan terhadap perkembangan usaha bank, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), lembaga pemeringkat di Indonesia, asosiasi perbankan di Indonesia, Institut Bankir Indonesia (IBI), 2 (dua) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan, dan 2 (dua) majalah ekonomi dan keuangan (Taswan, 2010:151). Analisis Rasio Keuangan Bank Analisis rasio keuangan sangat diperlukan bagi penilaian prestasi usaha yang telah dilakukan oleh sebuah bank, terutama bagi manajemen penyusunan kebijaksanaan strategi bank. Maksud dari pembahasan terhadap analisis rasio keuangan dalam bank adalah untuk menyajikan suatu cara guna mengungkapkan kondisi keuangan, kesehatan, dan prestasi usaha suatu bank. Analisis rasio keuangan tersebut diharapkan sangat membantu dalam mengadakan analisis kondisi intern bank pada umumnya dan kondisi keuangan bank pada khususnya. Dari penyajian laporan keuangan terdapat banyak sekali analisis rasio keuangan yang bisa dikembangkan dan dihasilkan dari data yang tersedia. Masing-masing rasio keuangan tersebut mempunyai kegunaannya sendiri-sendiri serta tergantung dengan posisi keuangan yang akan dilihat. Seperti di dalam perusahaan, analisis rasio keuangan itu bisa dikelompokkan menjadi empat jenis analisis rasio, yaitu analisis likuiditas, leverage, aktivitas, dan keuntungan. Menurut Harmono (2009:106), analisis rasio keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam lima aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas (rasio leverage), dan rasio nilai perusahaan. Tingkat Kesehatan Bank Analisis Rasio CAMEL Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI tanggal 12 April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, kriteria penetapan peringkat komposit dapat digolongkan menjadi 5 peringkat komposit yaitu sebagai berikut: Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 7 Tabel 1 Peringkat Komposit Peringkat Komposit 1 2 3 4 5 Keterangan Mencerminkan bahwa bank tergolong sangat sehat dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan. Mencerminkan bahwa bank tergolong sehat dan mampu mengatasi pengaruh negatif namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. Mencerminkan bahwa bank tergolong cukup sehat namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif. Mencerminkan bahwa bank tergolong kurang sehat dan sensitif terhadap negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan koraktif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. Mencerminkan bahwa bank tergolong tidak sehat dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. Sumber: Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI tanggal 12 April 2004 Dalam rangka penerapan ketentuan yang memerlukan persyaratan tingkat kesehatan bank maka predikat Tingkat Kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 sebagai berikut: 1. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 1 (PK-1) atau peringkat komposit 2 (PK-2). 2. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Cukup Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 3 (PK-3). 3. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Kurang Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 4 (PK-4). 4. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 5 (PK-5). Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari: 1. Penilaian Capital/ Kecukupan Modal Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumbersumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2005:121). Dalam menilai capital suatu bank dapat menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 8 Tabel 2 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Permodalan Rasio CAR ≥ 12% 9% ≤ CAR < 12% 8% ≤ CAR < 9% 6% < CAR < 8% CAR ≤ 6% Peringkat 1 (sangat sehat) 2 (sehat) 3 (cukup sehat) 4 (kurang sehat) 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 2. Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Rasio Kualitas Aktiva Produktif merupakan rasio yang mengukur kemampuan kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank untuk menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin besar rasio ini menunjukkan semakin menurun kualitas aktiva produktif (Taswan, 2010:167). Besarnya nilai KAP dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: Menurut Harmono (2009:117) menyatakan bahwa Aktiva produktif yang diklasifikasi dengan kriteria sebagai berikut. 1) 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus. 2) 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar. 3) 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan. 4) 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet. Aktiva produktif meliputi beberapa hal berikut. 1) Kredit yang diberikan bank dan telah dicairkan. 2) Surat-surat berharga (baik surat berharga pasar uang maupun surat berharga pasar modal). 3) Penyertaan saham. 4) Tagihan pada bank lain. Tabel 3 Matriks Kriteria Peringkat Komponen KAP Rasio KAP ≤ 2% 2% < KAP ≤ 3% 3% < KAP ≤ 6% 6% < KAP ≤ 9% KAP > 9% Peringkat 1 (sangat sehat) 2 (sehat) 3 (cukup sehat) 4 (kurang sehat) 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 3. Rasio Kualitas Manajemen (Management Quality) Merupakan rasio yang diukur dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM). Menurut (Dendawijaya, 2005) Net Profit Margin yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 9 dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai beikut: Rasio NPM mengacu pada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko, seperti risiko kredit, bunga, kurs valas, dan lain-lain. Tabel 4 Matriks Kriteria Peringkat Komponen NPM Rasio Peringkat NPM ≥ 100% 81% ≤ NPM < 100% 66% ≤ NPM < 81% 51% ≤ NPM < 66% NPM < 51% 1 (sangat sehat) 2 (sehat) 3 (cukup sehat) 4 (kurang sehat) 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 4. Penilaian Profitabilitas (Earnings) a. Return On Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2005:118). Besarnya nilai Return On Assets dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: Tabel 5 Matriks Kriteria Peringkat Komponen ROA Rasio Peringkat ROA > 1,5% 1,25% < ROA ≤ 1,5% 0,5% < ROA ≤ 1,25% 0% < ROA ≤ 0,5% ROA ≤ 0% 1 (sangat sehat) 2 (sehat) 3 (cukup sehat) 4 (kurang sehat) 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 b. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Dendawijaya (2005:119), mengemukakan bahwa rasio beban operasional adalah perbandingan antara beban operasional dan pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, maka beban dan pendapatan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 10 operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: Tabel 6 Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO Rasio Peringkat BOPO ≤ 94% 94% < BOPO ≤ 95% 95% < BOPO ≤ 96% 96% < BOPO ≤ 97% BOPO > 97% 1 (sangat sehat) 2 (sehat) 3 (cukup sehat) 4 (kurang sehat) 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 5. Penilaian Likuiditas Loan to Deposite Ratio LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank adalah sebagai berikut. a. KLBI (kredit likuiditas Bank Indonesia) (jika ada). b. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat. c. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi. d. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan. e. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari bulan. f. Modal pinjaman. g. Modal inti. Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Menurut Harmono (2009:121) menyatakan bahwa berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia modal inti bank terdiri atas modal yang telah disetor pemilik bank, agio saham berbagai cadangan, laba ditahan, serta laba tahun berjalan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 11 Tabel 7 Matriks Kriteria Peringkat Komponen LDR Rasio Peringkat LDR ≤ 75% 1 (sangat sehat) 75% < LDR ≤ 85% 2 (sehat) 85% < LDR ≤ 100% 3 (cukup sehat) 100% < LDR ≤ 120% 4 (kurang sehat) LDR > 120% 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity). Kelima faktor tersebut merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor, maka bank tersebut akan mengalami kesulitan. Jika digunakan kelima faktor CAMEL dalam penilaian kesehatan bank maka persentase setiap faktor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL No. Faktor yang dinilai Komponen Bobot 1. Capital CAR 25% 2. Asset KAP 30% 3. Management NPM 25% 4. Earning a. ROA 5% b. BOPO 5% 5. Liquidity LDR 10% Jumlah : 100% Sumber: Bank Indonesia 2004 Penelitian Terdahulu No. 1. Nama Peneliti dan Judul Penelitian Lailutfah (2013) dengan judul penelitian “MENGANA LISIS KESEHATAN PERBANKAN DENGAN METODE CAMEL PADA BANK KONVENSIO NAL DI BURSA EFEK INDONESIA” Tabel 9 Maping Hasil Penelitian Terdahulu Variabel Teknik Analisis Peneliti CAR ROA BOPO LDR 1. Mengumpulkan dan mengelompokkan sampel penelitian mulai dari periode 2009-2011 perusahaan perbankan. 2. Menghitung nilai rasio dari masing-masing bank meliputi CAR, ROA, BOPO, dan LDR. 3. Membandingkan rasiorasio keuangan periode 2009-2011, serta menilai dan menentukan predikat terhadap perusahaan perbankan. Hasil Hasil yang diperoleh adalah 32 perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut, bank yang memiliki Net Profit Tertinggi ada 28 bank, sedangkan untuk bank yang memiliki Net Profit Terendah adalah Bank Pundi Indonesia Tbk, Bank QNB Kesawan Tbk, Bank ICB Bumiputera Tbk dan Bank Internasional Indonesia Tbk. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 12 2. 3. Almilia dan Herdiningtyas (2005) dengan judul penelitian “ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALA H PADA LEMBAGA PERBANKAN PERIODE 2000-2002” Variabel dependen: kondisi bank bermasalah dan bank tidak bermasalah Varibel independe n: CAR, ATTM, APB, NPL, PPAPAP. PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR. Pengujian hipotesis I adalah analisis normalitas data dengan uji Kolmogorov Smirnov. Jika data tidak normal maka digunakan uji beda non parametrik dengan menggunakan Mann Whitney U sebaliknya jika data normal digunakan Independen T-test. Rahmawati (2012) dengan judul penelitian “ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP TRANSPARA NSI PERBANKAN ”. Variabel 1. Menghitung nilai dari terikat: setiap variabel yang transparan digunakan dalam si model regresi, yaitu: Variabel CAR. NPL, NIM, ROA, bebas: BOPO, LDR CAR, NPL, 2. Melakukan analisis NIM, ROA, regresi setelah BOPO, menghitung data yang digunakan dalam LDR penelitian. 3. Melakukan uji hipotesis yang meliputi: uji t, uji normalitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas Pengujian hipotesis II digunakan untuk menentukan pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap prediksi kondisi bermasalah bank. CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap kondisi bermasalah, APB berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, NPL berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, PPAPAP berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kondisi bermasala, ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, NIM berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, dan BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap kondisi bermasalah. 1. Varibel CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap transparansi. 2. Variabel NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap transparansi. 3. Variabel NIM berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap transparansi. 4. Variabel ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi. 5. Variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap transparansi. 6. Variabel LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap transparansi. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 13 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah lima perusahaan perbankan kelompok LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2008-2012. Mengingat jumlah populasi hanya lima perusahaan perbankan, maka penulis membuat keputusan untuk meneliti semua laporan keuangan lengkap selama periode 2008-2012 dari masing-masing bank, dikarenakan data yang dibutuhkan diperoleh dengan mudah dari Galeri Bursa Efek Indonesia yang berada di STIESIA Surabaya. Sehingga dalam metode sampling, penelitian ini tergolong sampling jenuh. Teknik Pengumpulan Data Cara memperoleh data dalam penelitian ini dengan penulis mendatangi langsung bagian kepustakaan Galeri Bursa Efek Indonesia yang berada di STIESIA Surabaya untuk meminta dokumen berupa laporan keuangan lengkap perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tergolong LQ-45 dan memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan selama periode 2008-2012. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini variabel yang dianalisis adalah sebagai berikut : 1. Rasio CAMEL a. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumbersumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dalam menilai capital suatu bank dapat digunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: b. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Rasio Kualitas Aktiva Produktif merupakan rasio yang mengukur kemampuan kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank untuk menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin besar rasio ini menunjukkan semakin menurun kualitas aktiva produktif. Besarnya nilai KAP dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: c. Rasio Kualitas Manajemen (Management Quality) Merupakan rasio yang diukur dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM) yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 14 d. Return On Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Besarnya nilai Return On Assets dapat dihitung dengan rumus berdasarkan ketentuan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: e. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio beban operasional adalah perbandingan antara beban operasional dan pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Besarnya nilai BOPO dapat dihitung berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: f. Loan to Deposite Ratio (LDR) Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan berdasarkan dengan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut: g. Kesehatan Bank Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, profitabilitas, dan likuiditas. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif yang dinyatakan dengan predikat sesuai peringkat komposit. Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL. Dalam rangka penerapan ketentuan yang memerlukan persyaratan tingkat kesehatan bank maka predikat Tingkat Kesehatan Bank dalam penelitian ini mengacu pada Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang kriteria penetapan peringkat kompositnya dapat digolongkan menjadi 1-5 peringkat komposit. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah: (1) Menghitung nilai rasio CAMEL dari masing-masing bank meliputi CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, dan LDR. , (2) Membandingkan rasio CAMEL selama periode 2008-2012 dengan Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit sesuai ketentuan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 dari masing-masing perusahaan perbankan, (3) Mengintepretasi hasil perbandingan pada butir dua diatas untuk menentukan predikat kesehatan dari masing-masing perusahaan perbankan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 15 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Menghitung nilai rasio CAMEL meliputi CAR, KAP,NPM, ROA, BOPO, dan LDR 1. Penilaian Permodalan (CAR) (CAR) Berikut perhitungan dan pembahasan Tabel 10 Hasil Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) Periode 2008-2012 (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Tahun Rata-rata 2008 2009 2010 2011 2012 BCA 14,54% 14,72% 19,92% 19,05% 17,11% 17,06% Danamon 15,66% 25,16% 23,67% 28,61% 29,27% 24,47% BRI 12,70% 12,46% 14,35% 16,42% 17,20% 14,62% Mandiri 16,29% 17,30% 16,19% 20,14% 20,06% 17,99% BNI 13,27% 14,38% 23,24% 22,10% 17,81% 18,16% Sumber: Data Diolah 2. Penilaian Kualitas Aktiv Produktif (KAP) Berikut perhitungan dan pembahasan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Tabel 11 Hasil Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Periode 2008-2012 (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Tahun Rata-rata 2008 2009 2010 2011 2012 BCA 1,06% 1,14% 0,14% 0,19% 0,13% 0,53% Danamon 2,58% 4,31% 2,42% 2,10% 2,40% 2,76% BRI 1,45% 2,09% 2,32% 1,53% 0,60% 1,59% Mandiri 1,37% 0,46% 1,03% 0,91% 0,79% 0,91% BNI 3,13% 2,48% 2,01% 1,12% 1,06% 1,95% Sumber: Data Diolah 3. Penilaian Manajemen (NPM) Berikut perhitungan dan pembahasan Net Profit Margin (NPM) Tabel 12 Hasil Perhitungan Net Profit Margin (NPM) Periode 2008-2012 (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Tahun Rata-rata 2008 2009 2010 2011 2012 BCA 29,92% 29,68% 41,04% 44,03% 40,56% 37,04% Danamon 9,49% 8,67% 20,69% 20,42% 21,83% 16,22% BRI 21,20% 20,68% 25,71% 31,75% 37,66% 27,4% Mandiri 19,43% 21,94% 27,61% 33,64% 37,70% 28,06% BNI 7,35% 12,77% 21,78% 28,95% 31,72% 20,51% Sumber: Data Diolah Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 16 4. Penilaian Rentabilitas (Earnings) (ROA) Berikut ini adalah penjelasan dari perhitungan dan pembahasan ROA Tabel 13 Hasil Perhitungan Return on Asset (ROA) Periode 2008-2012 (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Tahun Rata-rata 2008 2009 2010 2011 2012 BCA 3,14% 3,16% 3,28% 3,56% 3,31% 3,29% Danamon 2,49% 2,40% 3,38% 3,24% 3,52% 3,01% BRI 3,58% 3,12% 3,68% 3,99% 4,32% 3,73% Mandiri 2,25% 2,74% 3,10% 2,99% 3,22% 2,86% BNI 0,95% 1,51% 2,20% 2,49% 2,67% 1,96% Sumber: Data Diolah 5. Penilaian Rentabilitas (Earnings) (BOPO) Berikut ini adalah penjelasan dari perhitungan dan pembahasan BOPO Tabel 14 Hasil Perhitungan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Periode 2008-2012 (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Tahun Rata-rata 2008 2009 2010 2011 2012 BCA 35,98% 35,02% 37,38% 31,46% 26,47% 33,26% Danamon 42,44% 42,28% 31,27% 35,73% 31,47% 36,63% BRI 30,05% 34,76% 26,28% 28,52% 26,45% 29,21% Mandiri 45,86% 48,53% 42,47% 42,28% 35,29% 42,88% BNI 40,39% 42,75% 37,68% 36,22% 31,91% 37,79% Sumber: Data Diolah 6. Penilaian Likuiditas (LDR) Berikut ini adalah penjelasan dari perhitungan dan pembahasan LDR Tabel 15 Hasil Perhitungan Loan to Deposite Ratio (LDR) Periode 2008-2012 (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Tahun Rata-rata 2008 2009 2010 2011 2012 BCA Danamon BRI Mandiri BNI 51,51% 84,05% 75,72% 56,25% 63,57% 48,29% 85,01% 76,43% 57,79% 59,24% 53,47% 89,81% 70,90% 68,92% 65,40% 60,67% 96,25% 71,87% 77,71% 65,67% 67,79% 97,95% 76,52% 83,68% 74,29% 56,34% 90,61% 74,28% 68,87% 65,63% Sumber: Data Diolah Interpretasi Hasil Perbandingan dengan Pemberian Predikat Nilai Kesehatan Perusahaan Perbankan Berikut ini hasil penilaian kesehatan bank yang meliputi CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, dan LDR seperti yang tercantum dalam tabel 16 dibawah ini: Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 17 No. 1. Nama Bank Bank Central Asia Tbk 2. Bank Danamon Indonesia Tbk 3. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 4. Bank Mandiri (Persero) Tbk 5. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Tabel 16 Rekapitulasi Predikat Perusahaan Perbankan Periode 2008-2012 Rasio Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 CAR SS SS SS SS SS KAP SS SS SS SS SS NPM TS TS TS TS TS ROA SS SS SS SS SS BOPO SS SS SS SS SS LDR SS SS SS SS SS CAR SS SS SS SS SS KAP S CS S S S NPM TS TS TS TS TS ROA SS SS SS SS SS BOPO SS SS SS SS SS LDR S CS CS CS CS CAR SS SS SS SS SS KAP SS S S SS SS NPM TS TS TS TS TS ROA SS SS SS SS SS BOPO SS SS SS SS SS LDR S S SS SS S CAR SS SS SS SS SS KAP SS SS SS SS SS NPM TS TS TS TS TS ROA SS SS SS SS SS BOPO SS SS SS SS SS LDR SS SS SS S S CAR SS SS SS SS SS KAP CS S S SS SS NPM TS TS TS TS TS ROA CS SS SS SS SS BOPO SS SS SS SS SS LDR SS SS SS SS SS Kesimpulan SS SS TS SS SS SS SS S TS SS SS CS SS SS TS SS SS SS SS SS TS SS SS SS SS SS TS SS SS SS Sumber : Data Diolah Keterangan: SS = Sangat Sehat S = Sehat CS = Cukup Sehat KS = Kurang Sehat TS = Tidak Sehat Pembahasan 1. Permodalan (CAR) CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. CAR menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi di bidang perkreditan. Semakin tinggi CAR maka semakin besar kemampuan permodalan yang ada untuk Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 18 menutupi kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat berharga. Dari pemaparan diatas tentang rasio CAR perusahaan perbankan kelompok LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut selama periode 2008 sampai 2012 semua bank memperoleh predikat sangat sehat meskipun rasionya mengalami naik turun, karena CAR lebih besar sama dengan 12% sesuai dengan matriks kriteria peringkat komponen permodalan yang dikeluarkan oleh SE BI No.6/23/DPNP tahun 2004. Hal ini mencerminkan bahwa dari kelima perusahaan perbankan tersebut mampu menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank. Adapun dari kelima perusahaan perbankan tersebut selama periode 2008 sampai 2012 yang memperoleh CAR tertinggi adalah Bank Danamon sebesar 29,27% pada tahun 2012 sedangkan yang terendah adalah BRI sebesar 12,46% pada tahun 2009. 2. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) merupakan rasio yang mengukur kemampuan kualitas aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank untuk menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank dan sebagai nilai tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif berdasarkan kriteria tertentu. Aktiva produktif merupakan aktiva yang menghasilkan suatu kontribusi pendapatan bagi bank. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin besar rasio ini menunjukkan semakin menurun kualitas aktiva produktif. Dari uraian diatas mengenai rasio KAP, terdapat dua perusahaan perbankan kelompok LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memperoleh predikat sangat sehat selama periode 2008 sampai 2012, yaitu BCA dan Bank Mandiri yaitu KAP lebih kecil sama dengan 2% sesuai dengan matriks kriteria peringkat komponen KAP yang dikeluarkan oleh SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004. Hal ini mencerminkan bahwa perusahaan mampu menekan APYD serta memperbesar total aktiva produktif yang akan meningkatkan laba. Pada Bank Danamon selama periode 2008 sampai 2012 memperoleh predikat sehat kecuali di tahun 2009 yang memperoleh predikat cukup sehat. Bank BRI pada tahun 2008 memperoleh predikat sangat sehat, namun di tahun 2009 dan 2010 memperoleh predikat sehat. Pada tahun 2011 dan 2012 BRI kembali memperoleh predikat sangat sehat. Kemudian yang terjadi pada BNI yaitu bank tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti pada tahun 2008 memperoleh predikat cukup sehat, tahun 2009 sampai 2010 memperoleh predikat sehat, dan pada tahun 2011 sampai 2012 memperoleh predikat sangat sehat. Adapun dari kelima perusahaan perbankan tersebut selama periode 2008 sampai 2012 yang memperoleh KAP terbaik adalah BCA sebesar 0,13% pada tahun 2012 sedangkan yang terburuk adalah Bank Danamon sebesar 4,31% pada tahun 2009. 3. Manajemen (NPM) Semakin besar Net Profit Margin (NPM) suatu bank, mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasi pokoknya juga semakin baik. Dari uraian tentang rasio NPM perusahaan perbankan kelompok LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut selama periode 2008 sampai 2012, semua bank memperoleh predikat tidak sehat karena NPM lebih kecil dari 51% sedangkan untuk hasil rasio NPM lebih besar sama dengan 100% berpredikat sangat sehat sesuai dengan matriks kriteria peringkat komponen NPM yang dikeluarkan oleh SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004. Hal tersebut mencerminkan bahwa dari kelima perusahaan perbankan yang Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 19 diteliti memiliki manajemen yang buruk dimana hal tersebut dapat mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba. Adapun dari kelima perusahaan perbankan tersebut selama periode 2008 sampai 2012 yang memperoleh NPM tertinggi adalah BCA sebesar 44,03% pada tahun 2011 sedangkan yang terendah adalah Bank Danamon sebesar 8,67% pada tahun 2009. 4. Rentabilitas (Earnings) (ROA) Semakin besar Return on Asset (ROA) pada suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Dari pemaparan diatas mengenai rasio ROA pada kelima perusahaan perbankan kelompok LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut diatas hampir semua bank memperoleh predikat sangat sehat yaitu ROA lebih besar dari 1,5% sesuai dengan matriks kriteria peringkat komponen ROA yang dikeluarkan oleh SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004. Apabila perusahaan memperoleh predikat sangat sehat berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Hanya ada satu bank yang memperoleh predikat cukup sehat yaitu Bank Negara Indonesia tahun 2008 sebesar 0,95%. Adapun dari kelima perusahaan perbankan tersebut selama periode 2008 sampai 2012 yang memperoleh ROA tertinggi adalah BRI sebesar 4,32% pada tahun 2012 sedangkan yang terendah adalah BNI sebesar 0,95% pada tahun 2008. 5. Rentabilitas (Earnings) (BOPO) Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Dari pemaparan diatas tentang rasio BOPO perusahaan perbankan kelompok LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut selama periode 2008 sampai 2012, semua bank memperoleh predikat sangat sehat karena BOPO lebih kecil sama dengan 94% sesuai dengan matriks kriteria peringkat komponen BOPO yang dikeluarkan oleh SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004. Hal ini mencerminkan bahwa dari ke lima perusahaan perbankan tersebut mampu mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Adapun dari kelima perusahaan perbankan tersebut selama periode 2008 sampai 2012 yang memperoleh BOPO terbaik adalah BRI sebesar 26,28% pada tahun 2011 sedangkan yang terburuk adalah Bank Mandiri sebesar 48,53% pada tahun 2009. 6. Likuiditas (LDR) Semakin tinggi Loan to Deposite Ratio (LDR) memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Kekurangan likuiditas pada suatu bank dapat mengakibatkan pengaruh yang lebih luas dan berdampak negatif pada sistem perbankan. Dari uraian diatas mengenai rasio LDR, terdapat dua perusahaan perbankan kelompok LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memperoleh predikat sangat sehat selama periode 2008 sampai 2012, yaitu BCA dan BNI dengan nilai rasio LDR lebih kecil sama dengan 75% sesuai dengan matriks kriteria peringkat komponen LDR yang Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 20 dikeluarkan oleh SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004. Hal ini berarti bahwa BCA dan BNI mampu membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Kemudian, ketiga bank lainnya memperoleh predikat yang beragam. Bank Danamon pada tahun 2008 memperoleh predikat sehat, dan tahun 2009 sampai 2012 bank tersebut memperoleh predikat cukup sehat. Sedangkan, selama periode 2008 sampai 2012 Bank Rakyat Indonesia memperoleh predikat sehat selama dua periode, dan selama kurun waktu tiga periode berikutnya mendapat predikat sangat sehat ditahun 2010 dan 2011. Untuk LDR pada Bank Mandiri memperoleh predikat sangat sehat selama tiga tahun berturut-turut, dua tahun berikutnya yaitu pada tahun 2011 sampai 2012 LDR pada Bank Mandiri memperoleh predikat sehat. Adapun dari kelima perusahaan perbankan tersebut selama periode 2008 sampai 2012 yang memperoleh LDR terbaik adalah BCA sebesar 51,51% pada tahun 2008 sedangkan yang terburuk adalah Bank Danamon sebesar 97,95% pada tahun 2012. Pada Rasio LDR, Bank yang membahayakan adalah Bank Danamon karena disetiap tahunnya semakin memburuk. Kesulitan likuiditas seringkali menjadi tanda-tanda awal bahwa suatu bank akan mengalami kesulitan finansial yang lebih serius. Kesulitan ini biasanya diawali dengan menurunnya simpanan (deposits) masyarakat yang menyebabkan kekurangan alat likuid sehingga terpaksa harus melakukan peminjaman antar bank dan menjual aktiva cadangannya. Kesulitan itu akan bertambah parah jika bank-bank lain mulai menolak memberikan bantuan/pinjaman kepada bank-bank yang bermasalah. Dalam keadaan sulit, bank cenderung akan berusaha memperoleh pinjaman dana dengan biaya berapapun untuk menjaga citranya. Keadaan ini berarti bank mengorbankan profit untuk kepentingan likuiditas. Dalam penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian terdahulu, dimana penelitian ini menghasilkan bahwa dari ke lima bank yang diteliti untuk CAR dan BOPO selama periode tahun 2008-2012 memperoleh predikat sangat sehat. Untuk rasio ROA, KAP, dan LDR memperoleh predikat yang beragam dari setiap tahunnya, sedangkan Net Profit Margin memiliki nilai yang rendah sehingga memperoleh predikat tidak sehat dimana perusahaan memiliki manajemen yang buruk yang dapat mempengaruhi pada perolehan laba yang buruk pula, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh saudari Ika Lailutfah tidak menganalisis rasio Net Profit Margin (NPM) tetapi, menghasilkan bahwa dari 32 perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut, bank yang memiliki Net Profit Tertinggi ada 28 bank, sedangkan untuk bank yang memiliki Net Profit Terendah adalah Bank Pundi Indonesia Tbk, Bank QNB Kesawan Tbk, Bank ICB Bumiputera Tbk dan Bank Internasional Indonesia Tbk. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Jika CAR sangat sehat mencerminkan bahwa perusahaan mampu menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank. Jika KAP sangat sehat mencerminkan bahwa perusahaan mampu menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Jika NPM sangat sehat mencerminkan bahwa perusahaan memiliki manajemen yang baik dan berpengaruh pada perolehan laba yang baik pula. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Semakin besar NPM berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya. Jika ROA sangat sehat Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 21 mencerminkan bahwa perusahaan mampu memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Jika BOPO sangat sehat mencerminkan bahwa perusahaan mampu mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional, dan jika LDR sangat sehat mencerminkan bahwa perusahaan mampu membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Keterbatasan Keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak menambahkan faktor sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to market risk) karena dianggap sangat penting untuk diperhitungkan dalam kehidupan perbankan saat ini sesuai peraturan yang baru. Penilaian CAMELS bersifat self-assessment yaitu dihitung berdasarkan penilaian dari pihak internal bank itu sendiri. Dengan kata lain pengukuran tersebut sulit dilakukan karena akan terkait dengan unsur kerahasiaan bank. Terlebih lagi bobot yang diberikan Bank Indonesia melalui peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, pada indikator “S” tidak ada bobotnya (0). DAFTAR PUSTAKA Almilia, L. S. dan W. Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7 No.2 Nopember 2005. Bank Indonesia. 2004. Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. 12 April 2004. Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. 31 Mei 2004. Jakarta. Bastian, I. dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Buku 2. Salemba Empat. Jakarta. Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi kedua. Ghalia Indonesia. Bogor. Harmono. 2009. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Edisi Pertama. PT Bumi Aksara. Jakarta. Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kuncoro, M dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan. Edisi pertama. BPFE. Yogyakarta. Lailutfah, I. 2013. Menganalisis Kesehatan Perbankan dengan Metode CAMEL pada Bank Konvensional di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Pertama. EKONISIA. Yogyakarta. Rahmawati, Y. Y. 2012. Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Transparansi Perbankan (Study pada Bank Umum yang Terdaftar tahun2007-2011). Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya. Sinkey JR, Joseph F. 1986. Commercial Bank Financial Management In The Financial – Service Industry, Macmillan Publishing Company, Second edition. Suhartono, dan F. Qudsi. 2009. Portofolio Investasi dan Bursa Efek Pendekatan Teori dan Praktek. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Kanisius. Yogyakarta. Taswan. 2010. Manajemen Perbankan Konsep, Teknik dan Aplikasi. Edisi kedua. UPPSTIM YKPN. Yogyakarta. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967. Tentang Pokok-Pokok Perbankan. 30 Desember 1967. Jakarta. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 22 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 10 November 1998. Jakarta.