BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data WHO (2008) menyebutkan bahwa terdapat 5 besar peringkat kanker di dunia yang di klasifikasikan sesuai dengan jenis kelamin, pada laki – laki yaitu kanker paru, kanker prostat, kanker rektum, kanker lambung dan kanker hati. Sedangkan pada wanita yaitu kanker payudara, kanker rektum, kanker servix, kanker paru dan kanker lambung. Terjadinya kanker paru pada laki – laki menempati urutan pertama yaitu sebesar 33,8% dengan angka kematian sebanyak 29,2% terjadi di seluruh dunia. Sedangkan pada wanita angka kejadian untuk kanker paru sebanyak 13,5% dengan angka kematian sebanyak 10,9% terjadi di seluruh dunia. (Globocan, 2008). Melihat data dari IARC, Globocan 2002, WHO 2005 di Eropa Selatan terdapat 617,300 penyakit kanker, kanker paru menempati posisi utama dari 3 besar penyakit kanker yang ada selain kanker prostat dan kanker rektal. Di Amerika Utara ditemukan 1,570,500 kasus penyakit kanker, kanker paru menempati urutan ke dua setelah kanker prostat dan kanker rektal. Di Asia Timur, terdapat 524,900 kasus penyakit kanker, kanker paru menempati urutan pertama setelah kanker hati dan kanker rectal. WHO (2005). Hasil survey penyakit tidak menular yang dilakukan oleh Direktorat Jendral PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan kesakitan disebabkan oleh kanker paru adalah sebesar 30 %. Depkes RI, (2004). Sedangkan di Jawa Tengah kasus penyakit kanker paru yang ditemukan pada tahun 2011 meningkat, dari 13.277 kasus menjadi 19.637 kasus, dimana Kanker paru ditemukan 954 kasus (4,86%). Menurut data dari RSP dr Ario Wirawan, Salatiga data penyakit kanker paru selama tahun 2012 adalah sebanyak 21 orang. (RSP dr Ario Wirawan, Januari 2013). Kanker paru merupakan salah satu penyakit yang termasuk di dalam penyakit terminal. Penyakit terminal adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, dan akhirnya meninggal dunia. Sebagian ahli menganggap orang menderita penyakit terminal, apabila kondisi penyakitnya tidak mengalami perubahan yang berarti, dan tidak ada obat atau sarana penyembuhan lain yang dapat diupayakan, sehingga mungkin orang akan meninggal paling lama 12 bulan ke depan. Seseorang yang didiagnosis mengidap penyakit terminal biasanya hanya memiliki sisa hidup yang tidak lama lagi. Hal ini berarti bahwa waktu kematiannya lebih jelas diketahui dan menjadi suatu hal yang pasti, membuat rasa tidak terima, takut, marah, cemas dan sedih menghinggapi pasien dan keluarganya. Ross, (1970). Pasien dengan kanker paru yang merupakan salah satu penyakit terminal umumnya menunjukkan perasaan dan tingkah laku yang perlu dipahami oleh mereka yang merawatnya. Wagner (1984). Perilaku “Caring” dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, caring merupakan heart of profession artinya komponen yang fundamental dan fokus serta unik dari keperawatan. Watson, (1988). Caring dalam kasus – kasus penyakit terminal seperti kanker paru menjadi menarik karena biasanya akan memerlukan sangat besar perhatian untuk pasien untuk dapat menjalani kehidupan normal seperti biasanya. Dalam hal ini, perawat memiliki peran yang vital dalam memberikan dukungan pada pasien. Berg dan Danielson (2007). Liu, Mok dan Wong (2006) menghasilkan penelitian di China bahwa penerapan caring dalam keperawatan yang diterima oleh pasien kanker yaitu perawat mempunyai pengetahuan professional yang berkualitas, memiliki sikap dan harapan dalam praktik keperawatan dan menyediakan tentang kebutuhan informasi, dukungan secara emosional dan praktik, maupun selalu ada ketika dibutuhkan oleh pasien kanker. Ketika perawat melakukan observasi dan mengkaji pasien, pasien juga melakukan observasi dan mengevaluasi perawat. Kebiasaan dan sikap perawat akan menimbulkan sebuah kesan bagi pasien bahwa seorang perawat menerapkan Caring atau tidak. Liu, Mok dan Wong juga menemukan bahwa pasien sering merasa sensitive dengan bahasa non verbal perawat, pasien dengan kanker memperlihatkan stress mereka saat dilakukan tindakan keperawatan. Kebutuhan dukungan psikologis pasien akan terpenuhi jika perawat mengetahui rasa frustasi yang pasien perlihatkan. Lebih lanjut masih dalam penelitian yang sama, pasien memiliki ekspektasi mereka sendiri terhadap kebiasaan perawat yang merawat mereka, sikap caring perawat yang diberikan, penampilan perawat dalam memberikan konsep caring atau tidak. Hal ini memberikan pengaruh secara langsung pada perasaan pasien dengan kanker. Menjadi penting bagi perawat untuk melanjutkan peningkatan pengetahuan professional praktik keperawatan, sikap dan skill yang berkompeten sebagaimana kecakapan mereka dalam memberikan informasi, dukungan emosional dan praktik selalu ada ketika dibutuhkan oleh pasien dengan kanker. Keluarga dianggap sebagai salah satu unit dalam perawatan kesehatan. Dalam hal ini perawat harus mempunyai perspektif yang lebih luas untuk memberikan kebutuhan kesehatan bagi kedua belah pihak, yaitu pasien dan keluarganya secara keseluruhan. Hanson, (2005). Dukungan kepada keluarga pasien dengan kanker paru menjadi tanggung jawab yang besar oleh seorang perawat dan hal itu sangat dibutuhkan oleh keluarga. Dalam penelitianya, Plant, Moore, Richardson di United Kingdom (2011) menggambarkan kebutuhan - kebutuhan anggota keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sakit kanker paru yaitu dukungan emosional, dukungan secara praktik dan kebutuhan informasi, bahkan kombinasi dari ke tiga hal tersebut. Anggota keluarga membutuhkan perawat sebagai sosok yang bisa dipercaya, seseorang dimana keluarga dapat membangun sebuah hubungan, seseorang yang bisa mendengarkan cerita psikologi distress keluarga tentang anggota keluarganya. Karena hal ini, membangun hubungan saling percaya menjadi intervensi yang sentral bagi seorang perawat. Penelitian ini menggambarkan bahwa dukungan emosional, dukungan secara praktik dan kebutuhan informasi akan membantu anggota keluarga merasakan bentuk support dari perawat. Bentuk support seperti hal di atas memberikan dampak yang sangat kuat kepada keadaan emosional anggota keluarga pasien. Dalam penelitian di Hongkong, China, oleh Mok dan Chiu (2004) menemukan bahwa ada 4 kategori besar dalam hubungan perawat dengan pasien – pasien terminal, yaitu membangun hubungan saling percaya, perawat menjadi bagian dari keluarga, menemani dalam sepanjang perjalan pasien saat masih hidup sampai masuk proses dying, memperluas pengetahuan. Respon dihasilkan setelah hubungan saling percaya dibangun dan perawat tidak hanya bertugas sebagai tenaga professional kesehatan, tetapi juga menjadi bagian dari keluarga atau teman baik. Perawat mengembangkan demonstrasi hubungan saling percaya sebagai salah satu pendekatan secara keselurahan untuk mengaplikasikan konsep caring, menunjukkan kepedulian mereka tentang penyakit pasien, menyadari kebutuhan – kebutuhan yang tidak bisa diungkapkan oleh pasien, memberikan rasa nyaman tanpa harus ditanya terlebih dahulu, dapat dipercaya, cakap, kompeten dan mendedikasikan kepedulian mereka untuk pasien. Dalam penelitiannya, Wafa, Ali dan Ayoub (2010) di Monsoura University Hospital, mengungkapkan bahwa menerapkan konsep “Caring” dalam pasien terminal biasanya sulit untuk dilakukan. Hal ini menjadi sulit karena para penyedia layanan kesehatan harus menghadapi kematian dan kecemasan, seperti stress secara emosional. Hasil penelitian ini menemukan bahwa mayoritas sampel yang diambil yaitu perawat (58,9) dilaporkan mereka berusaha untuk menerapkan “Caring” dan memberikan support secara emosional pada pasien – pasien terminal dan keluarganya dan hanya 3,6% dari sample penelitian yang mengungkapkan bahwa mereka tidak tertarik untuk membicarakan tentang kematian pada pasien dan memiliki kecenderungan untuk tidak menerima kemandirian pasien dalam mengambil setiap keputusan. Penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa perlunya untuk mengembangkan program pendidikan yang mengajarkan perawat untuk mengerti tentang keefektifan mekanisme koping, kecemasan dalam menghadapi kematian dan mengidentifikasi rintangan – rintangan yang membuat prinsip “Caring” sulit diaplikasikan dalam merawat pasien terminal. Pengetahuan ini akan meningkatkan perhatian para perawat tentang perannya dalam menerapkan “Caring” pada pasien terminal. Begitu banyak publikasi tentang caring perawat yang telah dilakukan di berbagai negara, namun masih sangat sedikit diketahui bagaimana praktik caring oleh perawat pada pasien kanker paru berdasarkan pengalaman anggota keluarga di Indonesia. Oleh sebab itu penting dilakukan penelitian untuk menggali pengalaman anggota keluarga tentang praktik caring perawat pada pasien kanker paru. 1.2. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang terjadi adalah ketika seseorang menderita penyakit kanker paru yang merupakan tergolong penyakit terminal mereka membutuhkan perhatian dan caring tidak hanya dari pihak keluarga tetapi juga dari tenaga medis yang menangani. Berdasarkan fenomena ini, maka penelitian ini ingin menggambarkan bagaimana caring yang diberikan oleh perawat kepada pasien dengan kanker paru dilihat dari pengalaman keluarga. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian adalah bagaimana pengalaman anggota keluarga tentang caring perawat pada pasien dengan kanker paru? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman anggota keluarga selama pasien kanker paru di rawat di RS dr Ario Wirawan Salatiga tentang caring perawat. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Secara Teoretis Pengembangan studi tentang konsep caring dalam dunia keperawatan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang keperawatan saat memberikan asuhan keperawatan. 1.5.2 Secara Praktis 1.5.2.1 Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini, dapat dijadikan sebagai acuan untuk melihat pelayanan yang diberikan khususnya dalam bidang keperawatan dalam rangka mewujudkan RS yang memiliki jenis pelayanan kanker yang sedang dirancang oleh pihak RSP dr. Ario Wirawan Salatiga. 1.5.2.2 Bagi perawat Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat, terutama untuk meningkatkan aplikasi konsep caring pada saat memberikaan asuhan keperawatan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien yang diberikan oleh perawat.