PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP INDIVIDU YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI KELURAHANPORIS PLAWAD KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG 2011 Skripsi diajukan guna memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) ALFIANA SUCI ROMADHON 107104000389 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP INDIVIDU YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta DISUSUN OLEH ALFIANA SUCI ROMADHON NIM 107104000389 Jakarta, November 2011 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M i PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 13 Desember 2011 Penguji I Ns. Eni Nuraini, S. Kep, M. Sc NIP: 198008022006042001 Penguji II Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM NIP : 197905202009011012 Penguji III Ns. Tjahyanti K, M.Kep, Sp.Kep J ii PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 13 Desember 2011 Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta iii LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. iv RIWAYAT HIDUP Nama : Alfiana Suci Romadhon Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 14 Desember 1989 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jln. KH Mustofa RT 001/04 Al-fitroh Poris plawad Cipondoh Tangerang Telepon/Hp : 085710608831 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. MI Al-fitroh (1995-2001) 2. SLTP Negeri 10 Tangerang (2001-2004) 3. (2004-2007) MAN ipondoh 4. S-1 Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2007-2011) Pengalaman Organisasi 1. Anggota SABARA polsek metro Cipondoh (2006-2007) 2. Anggota divisi keilmuan BMJ Ilmu keperawatan (2007-2008) 3. Ketua divisi infkom BEMJ Ilmu Keperwatan ( 2010-2011) 4. Ketua divisi Medis LK ESQ (2011-2013) v FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Desember 2011 Alfiana Suci Romadhon, NIM: 10710400038 Persepsi Masyarakat Terhadap Individu yang Mengalami Gangguan Jiwa di Kelurahan Poris Plawad Kecamatan Cipondoh Tangerang, 2011 xvi + 87 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 4 lampiran ABSTRAK Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh orgnisme atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrasi dalam diri individu (walgito 2001), persepsi temasyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa dapat diteliti melalui self percepstion ataupun secara external perseption. Self perception adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam individu menjadi objek dalam dirinya sendiri, sedangkan external perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar individu. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa. Di Kelurahan Poris Plawad Cipondoh Tangerang tujuan khusus mengetahui external perception masyarakat tentang gangguan jiwa dan mengetahui self perception masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa. Jenis penelitian menggunakan deskriptif eksploratif dan variabelnya adalah persepsi Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011, dengan jumlah sampel 115 responden dari masyarakat Kelurahan Poris Plawad Cipondoh Tangerang dan tekhnik pengambilan sampel menggunakan tekhnik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 115 responden (60%) adalah perempuan, tingkat pendidikan SMA 69 responden (56%) serta usia responden dimulai dari 16-50 tahun. Sebanyak 110 responden (95,7%). Berpersepsi baik, 5 responden(4,3%.) berpersepsi sangat baik dan tidak ada yang berpersepsi tidak baik apalagi bepersepsi sangat tidak baik. self perseption masyarakat yang sangat baik sebanyak 68 responden (59%) dan sebanyak 47 responden (41%) berpersepsi baik, external perception masyarakat berpersepsi baik 110 responden (95,7%). Dan beberapa berpersepsi sangat baik yaitu 5 responden (4,3%). Berdasarkan hasil penelitian diharapkan masyarakat dapat berperan serta dalam penyembuhan penderita ganguan jiwa, khususnya yang berada di Kelurahan Poris Plawad Cipondoh Tangerang. Kata kunci: persepi, masyarakat dan gangguan jiwa Daftar bacaan: 17 (2000-2009) vi FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF JAKARTA Undergraduateed Thesis, December 2010 HIDAYATULLAH Alfiana Suci Romadhon, NIM: 107104000389 Public perception about person who have mental disorder in Poris Plawad Cipondoh Tangerang xvi + 87 pages + 14 table + 2 charts + 4 attachments ABSTRACT Perception is an organization, interpretation process to stimulus which accepted by organism or individual so that become a meaningful and an activity which intergration in individual (Walgito 2001). Community perception to person who have mental disorder can be investigated from self perception or from external perception. Self perception is a perception which occur because stimulus come from individual who become object in it self. External perception is a perception which occur because stimulus from outside the individual. General purpose this research is to know public perception about person who have mental disorder in Poris Plawad Cipondoh Tangerang. Special purpose this research is to know community external perception and self perception about person who have mental disorder. Research type was descriptive explorative and the variable is perception. This research was held on August 2011 with the number of samples 115 respondents from Poris Plawad Cipondoh Tangerang community and sampling techniques using simple random sampling. Data’s collection were done by collecting the questioner from the respondents. Analysis which use in this research is univariate analysis. Outcome from this research showing from 115 respondents 60% are women, 56% or 69 respondents their education are high school and 95,7% respondents age from 16-50 years old. Perception 5 respondents or 4,3% are good, there are no very good perception, bad perception or very bad perception. Community’s self perception which very good are 69 respondents or 59% and 47 respondents or 41% have good perception. External perception which very good are 95,7% and 5 respondents or 4,3% have very good perception. Based in this research outcome community participants could become a meaningful contributing in healing mental disorder patients especially in Poris Plawad Cipondoh Tangerang. key word: perception, Public and mental disorder Reading list : 17 (2000-2009) vii LEMBAR PERSEMBAHAN Kuhaturkan doa yang teriing air mata Tak mungkin cukup untuk membalas airmata yang telah engkau keluarkan ibu Berkat doa dan perjuanganmu Ku terus melangkah dan maju Lamunanku melukis indah tentang mu. senyapnya malam takkan jua menghitung jasa-jasamu debur luapan ombak,takkan mampu menandingi kasih dan sayangmu. Aku putri kecilmu yang dulu kau puja dengan tangis bahagia mu. kini bergelut dengan kerasnya hidup,lepas dari timangan mu. hingga tak ku sadari intaian maut ku sendiri. OH...IBUKU.,WAHAI...AYAHKU!,... sematkanlah RIDHOmu untukku.supaya TUHAN mencintaiku,.karna TUHAN meminta bersyukurku kepadaNYA dan juga kepada mu. viii KATA PENGANTAR اﻟﺴ ﻼم ﻛ ﻢیﻋﻞ ورﺣﻤﺔ اﷲ وﺑﺮﻛ ﺎت Bismillairrahmaniirrahim Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tak lupa disampaikan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang. Atas izinNya lah skripsi dengan judul “Persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa di Kelurahan Poris Plawad Cipondoh Tangerang 2011” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat akhir dari suatu program akademikIlmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapat gelar S.kep. Akan tetapi peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan peneliti terhadap pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis melihat fakta dan realita yang ada serta bagaimana pemecahan masalah dari suatu fenomena yang terjadi disekitarnya. Penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menginginkan memberikan ucapan terimakasih yang mungkin hanya bisa dituliskan dalam skripsi kepada: 1. Prof. DR (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dra. Farida Hamid, M.Pd, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ix 4. Ibu Tien Gartinah, M.N. Selaku Ketua Program Studi dan Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kp, S.Mat. Sebagai Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan (PSIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Tjahyanti k. M.kep, Sp. Kep. J dan Bapak Waras Budi Utomo S. Kep, M.KM Selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikiranya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi. 6. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan khususnya dosendosen Ilmu Keperawatan yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta staf akademik Program Studi Ilmu Keperawatan, Bapak Azib dan Ibu Syamsiah. 7. Kepala Litbang Linmas Tangerang, Kelurahan Poris Plwad yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian. 8. Ucapan terimakasihku teristimewa kepada keluarga, terutama ibu yang selalu memberikan doanya, motivasinya, kasih sayangnya dan dukunganya baik moral maupun spiritual demi keberlangsungan studiku dan masa depanku dan ayah yang selalu menjadi motivatorku, serta adikku (Dede maulana hasannudin). 9. Sahabat-sahabat terbaikku di keperawatan (Latifah, Uswatun Hasanah, Atni, Dina, Mega, Risti ) yang selalu memberikan motivasi dan doanya. 10. Sahabat terbaiku (Budi, Firdaus, Edwin, Syifa dan Dita ) kalian yang selalu mendukung dan menberikan motivasi serta doa untuku 11. Beberapa kanda-kanda di LK ESQ , (Eky Muryadi, Sarah fatimah dan Tati) teman-teman relawan LK ESQ yang memberikan doanya dan motivasinya. 12. Keluarga Besar PSIK UIN khususnya teman-teman angkatan 2007, kakakkakak dan adik-adik PSIK yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya. Terima kasih atas semangat dan dukungan kalian. x 13. Seluruh warga Kelurahan Poris Plawad karena telah membantu kelancaran proses penyusunan skripsi . Penulis menyadari skripsi ini masi jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kesempurnaan itu dapat terbentuk dengan sebuah kritikan dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga rahmat Allah selalu tercurahkan kepada kita semua. واﻟﺴ ﻼم ﻛ ﻢیﻋﻞ Ciputat, November 2011 Alfiana Suci Romadhon xi DAFTAR ISI LEMBAR PESETUJUAN ........................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... v LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................... vi ABSTRAK................................................................................................................. vii ABSTRACT ............................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix DAFTAR ISI ............................................................................................................ xiv DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xviii DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xx BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5 C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 5 D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6 1. Tujuan Umum ........................................................................................... 6 2. Tujuan Penlitian ....................................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6 F. Ruang Lingkup ............................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 8 A. PERSEPSI .................................................................................................. 8 1. Pengertian Persepsi ................................................................................... 8 2. Syarat Terjadinya Persepsi ........................................................................ 10 3. Proses Terjadinya Persepsi........................................................................ 10 4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ........................................................ 11 5. Macam-macam Persepsi ........................................................................... 14 6. Persepsi dalam Pandangan Al-Qur’an ...................................................... 15 xii B. INDIVIDU DAN MASYARAKAT ............................................................. 15 a. Pengertian Individu dan Masyarakat ......................................................... 15 b. Ciri Masyarakat Berdasarkan Georafis ...................................................... 17 c. Fungsi masyarakat terhadap individu ........................................................ 18 d. Stigma dan diskriminasi di masyarakat ..................................................... 19 e. Sehat Jiwa ................................................................................................ 20 C. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa ............................................................. 21 1. Gangguan Kognisi ................................................................................... 22 2. Gangguan Sensasi ..................................................................................... 23 3. Gangguan Persepsi….. .............................................................................. 26 4. Gangguan perhatian ................................................................................. 26 5. Ganguan ingatan ....................................................................................... 27 6. Gangguan asosiasi .................................................................................... 30 7. Gangguan pertimbangan ........................................................................... 31 8. Gangguan pikiran ..................................................................................... 32 9. Gangguan isi pikir .................................................................................... 36 10. Fobia ........................................................................................................ 38 11. Gangguan kesadaran ................................................................................. 39 12. Gangguan orientasi ................................................................................... 41 13. Gangguan kemauan ................................................................................. 41 14. Gangguan emosi dan afek ........................................................................ 43 15. Gangguan psikomotor ............................................................................... 44 D. KRITERIA SEHAT JIWA ......................................................................... 47 E. ISTILAH PERILAKU ABNORMAL ........................................................ 51 F. PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA ............................................... 52 1. Keprawatan Jiwa ...................................................................................... 52 2. Peran perawat ........................................................................................... 54 3. Peran perawat dalam masing-masing tingkat pelayanan kesehatan ............ 55 BAB III KEARANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL ..................... 57 A. Kerangka Konsep .......................................................................................... 57 B. Definisi Oprasional ....................................................................................... 58 xiii BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 60 A. Desain Penelitian .......................................................................................... 60 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 60 C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 60 1. Populasi ................................................................................................. 60 2. Sampel .................................................................................................. 61 3. Teknik Pengambilan sampel ................................................................... 62 D. Alat Pengumpul Data .................................................................................... 63 E. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................................ 64 1. Pengumpulan data .................................................................................. 64 2. Tahap pengumpulan data ........................................................................ 64 F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ......................................................... 65 1. Uji Validitas ........................................................................................... 65 2. Reabilitas .............................................................................................. 65 G. Pengolahan Data ........................................................................................... 66 1. Editing .................................................................................................. 66 2. Coding ................................................................................................... 67 3. Scoring ................................................................................................... 67 4. Entri data ............................................................................................... 67 5. Cleaning data ......................................................................................... 67 H. Tehnik Analisa Data ...................................................................................... 68 I. Etika Penelitian ............................................................................................ 68 1. Prinsip –prinsip penelitian ...................................................................... 68 2. Masalah Etika penelitian ........................................................................ 68 BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................ 71 A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................................................. 71 B. Karakteristik Responden ............................................................................... 72 1. Proporsi Responden................................................................................ 72 2. Jenis kelamin.......................................................................................... 73 3. Usia ....................................................................................................... 73 4. Pendidika n ............................................................................................ 74 xiv C. Persepsi Responden....................................................................................... 74 1. Self persepsion ....................................................................................... 75 2. Eksternal Peseption ............................................................................... 76 BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................................... 77 A. Interpretasi dan Diskusi Hasil ........................................................................ 77 B. Distribusi Demografi Responden................................................................... 77 1. Jenis Kelamin ......................................................................................... 77 2. Usia ....................................................................................................... 78 3. Pendidikan ............................................................................................. 78 C. Distribusi Persepsi Eksternal perseption dan self perseption ......................... 78 D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 80 E. Implikasi Penelitian....................................................................................... 81 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 83 A. Kesimpulan ................................................................................................... 83 B. Saran ............................................................................................................ 84 1. Bagi Masyarakat..................................................................................... 84 2. Bagi Peneliti selajutnya .......................................................................... 84 3. Bagi Institusi Pendidikan dan Ilmu Keprerawatan .................................. 84 DAFTAR PUSTAKA xv DAFTAR TABEL No. tabel Tabel 3.1 Definisi operasional..................................................................................... 58 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden............................................ 73 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden ........................................................ 73 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden ................................... 74 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden..................................................... 74 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Self Perseption Responden .......................................... 75 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Eksternal Perseption Responden ................................. 76 xvi DAFTAR BAGAN No. Bagan Bagan 2.1 Proses Terbentuknya Persepsi .................................................................... 11 Bagan 3.1 Kerangka konsep ........................................................................................ 55 xvii LAMPIRAN Lampiran 1. Surat ijin penelitian 2. Informed consent 3. Kuesioner 4. Hasil analisa univariat xviii 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. (WHO 1947 dalam Hidayat, 1999). Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No.23,1992 dalam Hidayat, 1999). Kesehatan tidak dipandang dari fisik saja agar tercipta kesehatan yang holistik maka diperlukan pula jiwa yang sehat, kesehatan jiwa itu sendiri adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Undang-undang kesehatan jiwa No.3/th 1966 dalam Depkes RI). Indikator sehat jiwa meliputi sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungannya (Stuart & Laraia 1998 dalam Yosep, 2007). Kesehatan jiwa meliputi kemampuan individu dan kelompok lingkungannya untuk berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan, perkembangan yang optimal, dengan menggunakan kemampuan mentalnya (kognisi, afeksi, dan relasi) memiliki 1 2 prestasi individu serta kelompoknya konsisten dengan hukum yang berlaku (Yosep, 2007). Ketika individu sudah tidak bisa berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan, perkembangan yang optimal, dengan menggunakan kemampuan mentalnya (kognisi, afeksi, dan relasi) memiliki prestasi individu serta kelompoknya dengan hukum yang berlaku maka individu tersebut dapat dikatakan mengalami gangguan kejiwaan, gangguan jiwa adalah bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psikis. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antara manusia, dan sebagainya ( Yosep, 2007). Jumlah penderita gangguan jiwa menurut badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2002 menunjukkan bahwa 154 juta orang secara global mengalami depresi dan 25 juta orang menderita skizofrenia; 15 juta orang berada di bawah pengaruh penyalahgunaan zat terlarang. Lima puluh juta orang menderita epilepsi. Sekitar 877.000 orang meninggal karena bunuh diri tiap tahunnya (Yosep, 2007). Data Riset Kesehatan Daerah 2007 dari Badan Penelitian Perkembangan Departemen Kesehatan RI (Depkes RI, 3 2008) menunjukan prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 0,46% atau 4,6 permil dengan kata lain 100 penduduk Indonesia 4-5 diantaranya menderita gangguan jiwa berat, prevalensi tertinggi terdapat di propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (2,03%), diikuti oleh Aceh (1,85%), dan Sumatra Barat (1,67%) berdasarakan angka prevalensi tersebut, maka prevalensi gangguan jiwa berat diketiga wilayah tersebut diatas prevalensi nasional sedangkan untuk Jumlah penderita gangguan mental emosional adalah 11,6% sementara untuk DKI Jakarta adalah 14,1%. Data tersebut menunjukan banyaknya penderita gangguan jiwa atau masalah psikososial di Indonesia. persepsi masyarakat tentang penderita gangguan mental (gangguan jiwa) mengarah pada stigma dan diskriminasi, persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integgrasi dalam diri individu (Walgito, 2001) dan persepsi adalah daya mengenal barang kualitas atau hubungan dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah panca indra dapat merangsang (Maramis, 2004). Stigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri negatif yang menempel pada diri seseorang karena pengaruh lingkungannya (Departemen Pendidikan Nasional, 2001 dalam Noorkasani. dkk, 2007 ). Misal, stigma masyarakat tentang pencandu napza, stigma sosialnya adalah sekali pecandu selamanya pecandu. Sesungguhnya seseorang dapat berubah 4 jika dibantu, didukung dan didorong untuk berubah, seorang pecandu dapat berubah jika diberi kesempatan dan dukungan untuk berubah termasuk dukungan lingkungan yang positif. Demikian pula pada penderita gangguan jiwa yang telah dinyatakan sembuh dan dikembalikan ke keluarganya, sering kambuh lagi karena adanya stigma masyarakat bahwa mereka tidak dapat sembuh. Mereka dikucilkan dari pergaulan di lingkungannya, tidak diberi peran dan dukungan sosial setra diejek (Noorkasani. dkk, 2007). Diskriminasi adalah perilaku yang dihasilkan oleh steriotip atau prasangka lalu di tunjukan dalam tindakan yang terbuka atau rencana tertutup untuk menyingkirkan, menjauhi, atau membuka jarak baik bersifat fisik maupun sosial dengan kelompok tertentu. Diskriminasi didasarkan pada variasi bentuk identitas yang mungkin bersifat institusional (melalui aturan atau organisasi tertentu) dan melalui hubungan antar pribadi (Liliweri, 2002). Dari uraian tersebut persepsi masyarakat akan mempengaruhi sikap dan perlakuan mereka terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa. Dukungan atau penerimaan masyarakat akan menjadi treatment tersendiri untuk penderita gangguan jiwa dalam proses penyembuhannya. Pada studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui observasi pada beberapa penderita gangguan jiwa di Kelurahan Poris Plawad Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang didapatkan, keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa atau kecacatan, mereka melakukan tindakan yang tidak memanusiakan manusia Seperti; dikurung dalam ruanggan gelap dan sempit, membiarkannya berkeliaran dengan kondisi 5 yang memprihatinkan dengan kedaan pakaian lusuh kotor dan tidak terawat. masyarakat sekitar yang mengetahuinya hanya membiarkan saja dan bersikap tidak perduli. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Poris Plawad Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Untuk memudahkan peneliti dalam birokrasi dan peneliti juga telah mengenal karakteristik wilayah tersebut. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ingin diteliti adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa di Kelurahan Poris Plawad, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. C. Pertanyaan Penelitian Melihat rumusan masalah diatas, yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: 1. 2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang gangguan jiwa? Bagaimana persepsi masyarakat terhadap individu yang mangalami gangguan jiwa. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa. 6 2. Tujuan khusus a. Mengetahui eksternal perception masyarakat tentang gangguan jiwa b. Mengetahui self perception masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa E. Manfaat Penelitian 1. Untuk klien Hasil Penelitian ini dapat menjadi masukan pada klien dan keluarga dalam melakukan perawatan kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa terhadap penerimaan penderita gangguan jiwa di 2. masyarakat. Untuk masyarakat Dapat memberi masukan untuk masyarakat tentang persepsi mereka mengenai individu dengan gangguan jiwa. 3. 4. Untuk institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau dasar dalam proses pembelajaran keperawatan jiwa. Untuk institusi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan puskesmas agar kasus-kasus gangguan jiwa dapat terdeteksi secara dini dan pelayanan kesehatan 5. jiwa dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Untuk profesi keperawatan Hasil penelitian ini akan diperoleh persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa, sehingga dapat menjadi 7 tamabahan ilmu pengetahuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. 6. Untuk penelitian yang akan datang Hasil penelitian mengembangkan ini dapat penelitian dijadikan selanjutnya sebuah informasi yang berkaitan untuk dengan gangguan jiwa. 7. Untuk peneliti a. Memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dalam melaksanakan fungsi perawat sebagai peneliti b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri mengenai gambaran persepsi masyarakat tehadap individu yang mengalami gangguan jiwa. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan disain kuantitatif dengan pendekatan deskriptif eksprolatif yang tujuannya untuk memperoleh informasi tentang gambaran persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Responden penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Poris Plawad Kecamatan Cipondoh kota Tangerang. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Kehidupan individu tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan fisik maupun sosial, dalam interaksi ini individu menerima rangsangan atau stimulus dar luar dirinya, persepsi merupakan proses akhir dari penghambatan yang di awali dari proses penginderaan, yaitu proses yang diterima stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu di teruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang suatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dan dapat menegrti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Istilah persepsi biasanya di gunakan untuk mengunggkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami. Persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan, penginderaan. Pesepsi ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indra kita (penginderaan) untuk di kembangkan sedemikianrupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Saleh, 2002). 8 9 Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang. Dalam proses persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek. Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh orgnisme atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrasi dalam diri individu (Walgito, 2001) dan pesrpespsi adalah daya mengenal barang kualitas atau hubungan dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah panca indra dapat merangsang (Maramis, 2004). Dengan demikian, persepasi dapat di artikan sebagai proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang di amati, baik yang ada diluar maupun dalam diri individu. Ciri-ciri umum dunia persepsi, pengindraan terjadi dalam suatu objek tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna. a. Modalitas: rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk 10 b. penciuman, suhu untuk perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat c. permukaan bagi peraba dan sebagainya. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang), kita dapat mengatakan atas,bawah,tinggi-rendah,luas- d. sempit,latar depan-latar belakang, dan lain-lain. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti e. cepet-lambat,tua-muda. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek atau gejalagejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu. 2. Syarat Terjadinya persepsi a. Adanya objek b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi c. Adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus d. Saraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (saraf pusat atau pusat kesadaran). Otak dibawa melalui saraf motorik untuk mengadakan respon 3. Proses Terjadinya Persepsi Menurut Sunaryo (2002) persepsi melewati tiga proses yaitu; a. Proses fisik adanya objek menstimulus reseptor atau alat indra 11 b. Proses fisiologis kemudian stimulus tersebut merangsang saraf sensoris di otak c. Proses psikologis proses terjadinya di dalam otak sehingga individu menyadari yang diterima. Gambar 2.1. Skema proses terjadinya pesrsepsi (Sunaryo 2002) Objek Stimulus Reseptor Otak Saraf sensori Saraf motorik Persepsi 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Dalam pendekatan konvensional, persepsi masih selalu dikaitkan dengan faktor-faktor syaraf dan faalnya saja. Misalnya: persepsi tentang dalam (3 dimensi) di tentukan oleh pandangan dua mata (binokuler) dimana terdapat perbedaan antara stimuli yang ditangkap oleh retina kanan dan retina kiri. pengaruh kebudayaan termasuk 12 kebiasaan hidup, nampak juga dalam berbagai gejala hubungan manusia dengan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. a. Faktor-Faktor Fungsional Faktor-faktor fungsional ini juga disebut sebagai faktor personal atau perseptor, karena merupakan pengaruh-pengaruh di dalam individu yang mengadakan persepsi seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lainnya. Berarti persepsi bersifat selektif secara fungsional sehingga obyek-obyek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Termasuk dalam faktor fungsional ini adalah pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang sosial budaya. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi karakteristik orang menentukan respon atau stimulus. b. Faktor-Faktor Struktural Faktor struktural merupakan pengaruh yang berasal dari sifat stimulus fisik dan efek-efek yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu Prinsip yang bersifat struktural yaitu apabila kita mempersepsikan sesuatu, maka kita akan mempersepsikan sebagian suatu keseluruhan. Jika kita ingin memahami sutau peristiwa, kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah, tetapi harus mendorongnya dalam hubungan keseluruhan. Sebagai contoh dalam memahami seseorang kita harus melihat masalah-masalah yang dihadapinya, konteksnya maupun lingkungan sosial budayanya. 13 Dalam mengorganisasi sesuatu, kita harus melihatn konteksnya. Walaupun stimulus yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus yang kita persepsi. Menurut Shaleh dan Wahab (2004) Karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi: a. Perhatian yang selektif Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian tidak berarti harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya untuk itu, individu memustakan perhatianya pada rangsanganrangsangan tertentu sajadengan demikian objek-objek atau gejala b. lain tidak akan tampil kemuka sebagai objek pengamatan. Ciri- ciri rangsangan Rangsangan yang bergerak di antara rangsangan yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga ra ngsangan yang paling besar diantara yang keci; yang kontras dengan latar belakangnya c. dan intensitas rangsangannya paling kuat. Nilai dan kebutuhan individu Seorang seniman tentu mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya di bandingkan seseorang yang bukan seniman, atau seorang anak dari glongan ekonomi rendah melihat koin lebih lebih besar daripada anak-anak orang kaya. 14 d. Pengalaman terdahulu Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagai mana seseorang mempersepsi dunianya. Setelah manusia menginderakan objek dilingkungannya, ia memproses hasil penginderaannya itu dan timbullah makna tentang objek itu pada diri manusia yang bersangkutan yang dinamai persepsi. Persepsi ini selanjutnya menimbulkan reaksi yang sesuai dengan refleks (Bell 1989 dalam Shaleh & Wahab 2004). 5. Macam-Macam Persepsi. Ada dua macam persepsi yaitu: external perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar individu. Self-perceptio, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam individu menjadi objek dalam dirinya sendiri. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitar maupun tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (self perception). Dengan dua alat penghubung antar individu dengan dunia luar adalah alat indra. Persepsi merupakan suatu proses yang di dahului pengindraan, yaitu dengan di terimanya stimulus oleh reseptor di teruskan ke otak atau pusat saraf yang di organisasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu menyadari apa yang di lihat dan didengarkan (Sunaryo 2002). 15 6. Persepsi dalam pandangan Al-qur’an Persepsi adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifaan diberikan sebagai macam keistimewaan yang salah satunya adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks dibandingkan makhluk Allah yang lainnnya. B. Individu dan Masyarakat 1. Pengertian Individu dan Masyarakat Individu adalah manusia yang berdiri sendiri secara otonom yang mempunyai keunikan, berbeda satu sama lain, tetapi berkolerasi dengan yang lain dan harus mempertanggungjawabkannya pada Allah SWT. a. Individu dan lingkungan, Sebagai makhluk individu selalu berinterkasi dengan lingkungannya itu bisa berbentuk benda mati dan bis aberupa benda hidup. Benda hidup terdiri dari tumbuhtumbuhan, hewan dan manusia. b. Individu dalam kehidupan sosial Dalam kehidupan sosial, individu berinteraksi dengan kehidupan dan kenyataan sosial. Kenyataan dlam kehidupan sosial. Dapat berupa social things (benda-benda sosial). Dan social fact (kenyataan sosial). Masyarakat adalah Sekumpulan manusia yang saling bergaul, saling berinteraksi. Masyarakat merupakan satu-kesatuan hidup manusia 16 atau society, dalam bahasa arab berarti ikut serta, berpartisipasi (Koentjaraningrat, 1990 dalam Efendi 1998 ). Ciri-ciri masyarakat yang dikemukakan Koentjaraningrat adalah : a. b. Interaksi antar warganya Adat istiadat, norma-norma, hukum-hukum dan aturan-aturan c. d. khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku masyarakat. Suatu komunitas dalam waktu Suatu rasa identitas kuta yang mengikat semua warga. Dengan demikian masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang beriteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu terkait oleh suatu rasa identitas kebersamaan (Koentjaraningrat 1990 dalam Efendi 1998). Menurut linton (2000). Masyarakat mengandung beberapa unsur: a. Manusia yang hidup bersama. Didalam ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan beberapa jumlah manusia yang harus ada akantetapi secara teorisis adalah dua orang b. yang hidup bersama. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia yang dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti. Mereka juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan ataupun perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut. 17 c. sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiapa anggota kelompok merasa terikat satu dengan yang lainnya. 2. Jenis-jenis Masyarakat Berdasarkan Geografis Memiliki Karakteristik yang Berbeda Menurut Safrudin (2002) a. Masyarakat desa Adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan kerjasama dalam berhubungan secara erat dan tahan lama dengan sifat-sifat yang hampir sama (homogen) disuatu daerah tertentu dengan matpencaharian dari sektor agraris (Syafrudin, 2009). Ciri-ciri masyarakat desa: 1) Dalam masyarakat desa diantara warga mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat 2) Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan 3) Sebagian besar masyarakat desa hidup dari pertanian. 4) Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam mata pencaharian, agama, adat istiadat. b. Masyarakat kota Masyarakat kota adalah suatu himpunan penduduk tidak agraris yang bertempat tinggal didalam dan sekitar atau kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan. 18 Pengertian masyarakat kota lebih di tekankan pada sifat-sifat serta ciri-ciri yang berada pada kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ciri-ciri masyarakat kota: 1) Kehidupan keagamaan berkurang jika dibandingkan dengan masyarakat desa. 2) Orang kota pada umumnya dapat mengurus diri sendiri. 3) Pembagian kerja warga kota tegas dan batas-batasnya nyata. 4) Kemungkinan untuk mendapat kerja juga lebih banyak 5) Jalan pikiran rasional. 6) Jalan kehidupan cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu. Perubahan faktor-faktor sosial juga tampak dengan nyata c. Masyarakat pinggiran Masyarakat yang tinggalnya di daerah-daerah pinggirankota yang kehidupannya selalu di warnai dengn kegelisahan dan kemiskinan dan mencari nafkah dengan cara menjadi pemulung. c. Fungsi masyarakat terhadap individu Dengan adanya stuktur, maka secara fisiologis anggoat masyarakat merasa berada pada batasan kewenangan tertentu dalam setiap melakukan aktifitasnya;individu senantiasa menyesuaikan diri dengan keterlibatan dan keturunan masyarakat yang ada. Nilai-nilai dan norma kemasyarakatan yang dapat diharapkan berfungsi sebagai pembatas perilaku individu agar tidak melanggar batas-batas hak dan 19 kepentingan anggota masyarakat yang lain (Syani, 1995 dalam Badrujaman). Struktu masyarakat berfungsi sebagai pengawas sosial, yaitu sebagai penekan kemungkinan pelanggaran yang dapat terjadi terhadap norma-norma, nilai-nilai dan peraturan-peraturan yang ada, sehingga disiplin dalam kelompok dapat dipertahankan. Pengawasan dimaksudka sebagai tujuan untuk kedisiplinan para anggota kelompok dan menghindarkan atau membatasi adanya penyelewengan dari anggota kelompok. d. Stigma dan Diskriminasi di Masyarakat 1. Pengertian Stigma menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ciri negatif yang menempel pada diri seseorang karena pengaruh lingkungannya (Departemen Pendidikan Nasional, 2001). Diskriminasi adalah perilaku yang dihasilkan oleh steriotip atau prasangka lalu di tunjukan dalam tindakan yang terbuka atau rencana tertutup untuk menyingkirkan, menjauhi, atau membuka jarak baik bersifat fisik maupun sosial dengan kelompok tertentu. Diskriminasi didasarkan pada variasi bentuk identitas yang mungkin bersifat institusional (melalui aturan atau organisasi tertentu) dan melalui hubungan antar pribadi (Liliweri, 1994). 20 2. Stigma di Masyarakat Stigma masyarakat tentang pencandu napza, stigma sosialnya adalah sekali pecandu selamanya pecandu.”sesungguhnya seseorang dapat berubah jika dibantu, didukung dan didorong untuk berubah, seorang pecandu dapat berubah jika diberi kesempatan dan dukungan untuk berubah termasuk dukungan lingkungan yang positif. Demikian pula pada penderita gangguan jiwa yang telah dinyatakan sembuh dan dikembalikan ke keluarganya, sering kambuh lagi karena adanya stigma masyarakat bahwa mereka tidak dapat sembuh. Mereka dikucilkan dari pergaulan di lingkungannya, tidak diberi peran dan dukungan sosial setra diejek (Noorkasani, Heryati, & Ismail, 2007). e. Sehat Jiwa 1. Pengertian Kesehatan jiwa adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya. Terdapat beberapa pola yang ada dalam kesehatan jiwa. Yaitu pola simtomatis,pola penyesuaian diri, pola pengembangan potensi, dan pola agama. Pola simtomatis adalah pola yang berkaitan dengan gejala dan keluhan. Kesehatan mental berarti terhindarnya seseorang dari segala gejala, keluhan, dan gangguan mental, baik berupa neurosis maupun psikosis. Pola penyesuaian diri adalah pola yang berkaitan dengan seseorang (Bastaman 1995 dalam Stuart, 2007). 21 Kesehatan jiwa adalah penyesuaian manusia terhadap dunia dan satu sama lain sesuai Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejalagejala yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar amanusia, dan sebagainya (Yosef , 2007). C. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa 1. Gangguan kognisi Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannnya seseorang individu menyadari dan memepertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal). Bagian-bagian dari proses kognisi bukan merupakan kekuatan terpisah-pisah, tetapi sebenarnya ia merupakan cara dari seorang individu untuk berfungsi dalam hubungannnya dengan lingkungannya. 22 2. Gangguan sensasi Sensasi atau penginderaan adalah pengetahuan atau kesadaran atau suatu rangsang. Terdapat 6 macam sensasi yaitu: rasa kecap, rasa raba, rasa cium, penglihatan, pendengaran, dan kesehatan. Untuk setiap sensasi harus ada rangsang yang dapat diartikan sebagai setiap perubahan energi luar yang dapat menimbulkan suatu jawaban. a) Hiperestesia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan abnormal dari kepekaan dalam proses penginderaan, baik terasa b) panas, dingin, nyeri atau raba. Anestesia adalah suatu keadaan dimana tidak didapatkan sama sekali perasaan pada penginderaan. Sifatnya dapat menyeluruh, setempat, atau sebagian saja. Dibedakan pada anestesia fungsional c) daerah anestesia yang terkena tidak sesuai persyaratan yang biasanya menimbulkan anestesi. Parestesia adalah keadaan dimana terjadi perubahan pada perasaan yang normal (biasanya rasa raba), misalnya kesemutan. Parestesia bisa berupa:acropraestesia adalah keadaan dimana terjadi perasaan menebal pada ujung-ujung ekstermitas (baal). Aestereognosis adalah keadaan dimana terjadi kegagalan atau d) benda dengan rasa raba. Sinestesia adalah suatu keadaan dimana rangsangan yang sesuai e) dengan alat indra tertentu, di tanggapi oleh indra yang lain. Hiperosmia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kepekaan berlebihan indra penciuman (fungsi membau). 23 f) Hiperkinestesia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan g) kepekaan yang berlebihan terhadap perasaan gerak tubuh Hipokinestesia adalah keadaan dimana terjadi penurunan kepekaan terhadap perasaan gerak tubuh. 3. Gangguan Persepsi Persepsi atau pencerapan, adalah kesadaran akan suatu rangsang yang dimengerti. Jadi persepsi adalah sensasi ditambah dengan pengertian yang di dapat dari proses interaksi dan asosiasi macam-macam rangsang yang masuk atau dengan perkataan lain dapat disebutkan sebagai pengalaman tentang benda-benda dan kejadian yang ada pada saat itu.( Maramis, 2004). a) Ilusi adalah suatu persepsi yang salah/palsu, dimana ada atau pernah ada rangsangan dari luar. Ilusi sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dapat mengekspresikan emosi atau motivasi yang sangat kuat dengan melakukan interpretasi yang salah terhadap gambaran penginderaan. Keadaan tersebut biasanya secara sadar di represi dan nantinya secra dinamis akan diinterpretasikan sebagai ilusi. b) Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang “khayal” halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang “terepsesi” halusinasi dapat terjadi karena dasar-dasar organik fungsional, psikotik, maupun histerik. 24 Jenis-jenis halusinasi a. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) Paling sering di jumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditunjukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita dertengkar ataupun berdebat dengan suara-suara tersebut. Suara tersebuat dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan mungkin datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau bahkan yang menakutkan dan kadang-kadang mendesak/memerintah untuk berbuat sesuatu seperti membunuh dan merusak (Yosep, 2007). b. Halusinasi penglihatan (visual, optik) Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran. Menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan. c. Halusinasi penciuman (olfaktorik) Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita sebagi suatu kombinasi moral. 25 d. Halusinasi pengecapan (gustatorik) Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastrik lebih jarang daripada gustatorik. e. Halusinasi raba (taktil) Merasa diraba, disentuh, ditiup, atau seperti ada ulat, yang bergerak dibawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia. f. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenian dengan waham kebesaran terutama mengenai organ-organ. g. Halusinasi kinestetik Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruangan atau angota badannya yang bergerak-gerak, misalnya “phantom phenomenon” atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu. h. Halusinasi viseral Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.sering pada skizofrenia dan sindrom lobus parietalis. Misalnya merasa dirinya terpecah 26 menjadi dua. Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannnya yang tidak sesuai dengan kenyataan, misalnya perasaan bahwa segala sesuatu yang di alaminya seperti di dalam mimpi. 4. Gangguan perhatian Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsang. Agar suatu perhatian dapat memeperoleh hasil, harus ada 3 syarat yang dipenuhi yaitu: inhibisi, disini semua rangsangan yang tidak termasuk objek perhatian harus disingkirkan; apersepsi, yang dikemukakan hanya hal yang berhubungan erat dengan objek perhatian; adaptasi alat-alat yang digunakan harus berfungsi baik karena diperlukan untuk penyesuaian terhadap objek pekerjaan.(Maramis, 2004). Beberapa gangguan perhatian a) Distraktibiliti adalah perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsangan yang tidak berarti, misalnya: suaranyamuk, suara kapal, orang lewat, dan sebagainya. b) Aproseksia adalah suatu keadaan dimana terdapat ketidak sanggupan c) untuk memperhatikan secara tekun terhadap situasi/keadaan tanpa memandang pentingnya masalah tersebut. Hiperproseksia adalah suatau keadaan dimana terjadinya pemusatan/konsentrasi perhatian yang berlebihan, sehingga 5. sangat mempersempit persepsi yang ada. Gangguan ingatan 27 Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Jadi proses ingatan terdiri dari 3 unsur yaitu: pencatatan (mencamkan, reception and registration), penyimpanan (menahan, retention, preservation), pemanggilan kembali (recalling). Gangguan ingatan terjadi bila terdapat gangguan pada satu atau lebih dari tiga unsur tersebut, faktor yang mempengaruhi adalah keadaan jasmaniah (kelelahan, sakit, kegelisahan), dan umur. Sesudah usia 50tahun fungsi ingatan akan berkurang secara bertahap.(Yosep, 2007). Berikut beberapa gangguan ingatan: a) Amnesia Ketidak mampuan mengingat kembali pengalaman yang ada, dapat bersifat sebagian atau total retrograd/antegrad dan dapat timbul oleh faktor organik/psikogen. Sebab organik, kerusakan pada unsur pencatatan dan penyimpanan, sedangkan sebab psikogen karena proses pemanggilan kembali terhalang oleh faktor psikologis. Pada amnesia psikogen: tidak ada gangguan kesadaran, tidak ada kerusakan fungsi intelek tual yang bersifat selektif terhadap kejadian yang tidak menyenangkan, dapat terjadi penyembuhan secara tiba-tiba dan sempurna. b) Hipernemsia 28 Suatu keadaan pemanggilan kembali yang berlebihan sehingga seseorang dapat menggambarkan kejadian-kejadian yang lalu dengan sangat teliti sampai kepada hal-hal sekecil-kecilnya. Sering keadaan mania, paranoia, dan katatonik. c) Paramnemsia (pemalsuan/pemulihan ingatan) Adalah gangguan dimana terjadi penyimpangan/pemiuhan terhadap ingatan-ingatan lama yang dikenal dengan baik. Hal ini terjadi akibat distorsi proses pemanggilan paramnesia berguna sebagai pelindung terhadap rasa takut. d) Konfabulasi yaitu keadaan dimana secara sadar seorang mengisi lubanglubang dalam ingatannya dengan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan, akan tetapi yang bersangkutan percaya akan kebenarannya. e) Pemalsuan retrospektif disebut sebagai ilusi ingtan yang berbentuk sebagai jawaban terhadap kebutuhan afektif. Penderita akan memberikan kesimpulan yangsalah terhadap suatu kejadian dengan menambahkan hal-hal yang keil dibuatnya sendiri atau menghubungkan dengan pengalaman yang tidak berdasarkan kenyataan sama sekali. f) Deja vu (ilusi ingatan) 29 suatu perasaan seakan-akan pernah melihat sesuatu yang sebenarnya belum pernah dilihatnya. Keadaan ini timbul apabila saat itu mempunyai ingatan asosiasi dengan pengalaman masalalu yang sengaja dilupakan, biasanya pengalaman tersebut pusat konflik yang direpresi secara konsekuen. g) De jamais vu suatu perasaan palsu terhadap suatu kejadian yang sebenarnya pernah dialaminya tetapi saat ini dirasakan belum atau tidak pernah dialaminya/dilihatnya. Gejala ini sering terjadi pada skizofrenia, psikoneurosis, lesi pada lobus temporalis, misalnya epilepsi, kelelahan dan toksis. 6. Gangguan asosiasi Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon/konsep lain, yang memang sebelumnyaberkaitan dengannya (Maramis, 2004) Dalam kehidupan mental normal, proses asosiasi terjadi secara terus menerus dengan pola-pola tertentu. Faktor-faktor yang menentukan pola-pola dalam proses asosiasia antara lain: 1. 2. 3. 4. Keadaan lingkungan pada saat itu Kejadian-kejadian yang baru terjadi Pelajaran dan pengalaman sebelumya Harapan-harapan dan kebiasaan seseorang 30 5. Kebutuhan dan riwayat emosionalnya Beberapa bentuk gangguan asosiasi: 1) Retradasi (perlambatan); adalah proses asosiasi yang berlangsung lebih lambat dari biasanya. 2) Kemiskinan ide; suatu keadaan dimana terdapat kekurangan asosiasi syang dapat dipergunakan. 3) Perseversi; suatu keadaan dimana suatu asosiasi diulang-ulang kembali secara terus menerus yang seakan-akan mengambarkan seseorang tidak sanggupa lagi untuk melepaskan ide yang telah diucapkan. 4) Fligth of ideas (lari cita, pikiran melompat-lompat); suatu keadaan dimana aliran asosiasi berlangsung sangat cepat yang tampak dari perubahan isi pembicaraan dan pikiran. Di sini tampak ide belum selesai disusul dengan ide yang lain. 5) Inkoherensi; suatu keadaan dimana aliran asosiasi tak berhubungan satu dengan yang lain.dapat berbentuk sebagai “gado-gado kata” (word salad) atau suatu neologisme (pembentukan kata-kata baru yang tidak berarti). Inkoherensi dapat dikatakan suatu “asosiasi longgar”. 6) Blocking (hambatan. benturan); suatu keadaan dimana terjadi kegagalan membentuk asosiasi, mulai dari situasi sementara akibt reaksi emosional yang kuat sampai pada blocking yang lama seperti terdapat pada penyakit jiwa yang berat disini penderita tidak dapat menerangkan mengapa dia berhenti. 31 7) Aphasia; suatu keadaan dimana terjadi kegagalan sebagian atau seluruhnya untuk menggunakan atau memahami bahasa. Dalam beberapa buku, gangguan asosiasi dimasukan dalam gangguan arus pikiran. 7. Gangguan pertimbangan Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk membandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas. Membandingkan disini meliputi istilah tentang ”besarnya kepentingan”, ”kebenarannya”, “kebaikannya”, ”kecantikannnya dan sebagainya. Tiga hal yang akan mendukung berfungsinya pertimbangan yaitu: aparat sensoris yangmampu mempunyai persepsi diskriminasi yang teliti. Ingatan yang penuh dengan data-data sebagai dasar untuk membandingkan. Aparat motoris yang mempunyai keterampilan atau kemampuan untuk memutuskan serta adanya mekanisme inhibisi untuk aktivitas yang berlebihan. Dalam beberapa buku masalah pertimbangan ini dibahas dalam gangguan proses berpikir (isi pikiran) beberapa bentuk waham. 32 8. Gangguan pikiran Pikiran umum adalah meletakan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan seseorang. Berpikir merupakan suatu proses dalam mempersatukan atau menghubungkan ide-ide dengan membayangkan, membentuk pengertian untuk menarik kesimpulan, serta proses-proses yang lain untuk membentuk ide-ide baru. Jadi dalam prses berpikir meliputi proses pertimbangan, pemahaman, ingatan serta penalaran (Yosep, 2007). Proses berpikir yang normal mengandung ide, simbol, dan asosiasi yang terarah pada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas yang dapat menghantar pada suatu penyelesaian yang berorientasi pada kenyataan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses berpikir yaitu: 1) Faktor somatik (gangguan otak dan kelelahan) 2) Faktor psikologik (gangguan emosi dan psikosa) 3) Faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial tertentu) Beberapa bentuk gangguan proses berpikir: a. Gangguan bentuk pikiran (produksi; termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan terarah pada suatu tujuan: b. Pikiran deristik Adalah bentuk pikiran dimana tidak ada hubungan antara proses mental dengan pengalamannya yang sedang berjalan. Di sini 33 proses mental tidak sesuai atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.\ c. Pikiran autistik Gangguan dalam proses berpikir dimana terjadi kegagalan dalam membedakan batas antara kenyataan dan fantasi. Dengan berpikir autistik seorang dapat memuaskan keinginannnya secara khayalan (imaginatif) dengan mengabaikan usaha-usaha untuk memuaskan secara realistik. d. Pikiran yang non-realistik Bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan. Merupakan gejala yang menonjol pada skizofrenia hebefrenik disamping tingkah laku yang kekanak-kanakan. Ketiga bentuk pikiran tersebut bisa dibedakan, kadang-kadang dijadikan satu dengan memakai salah satu istilah saja. e. Pikiran obsesif Gangguan pikiran dimana satu ide selalu datang berulang-ulang, irasional dan secara sadar tak diinginkan, tapi tidak dapat dihilangkan. f. Konfabulasi Gangguan pikiran dimana seorang mempersatukan hal-hal atau kejadian yang tidak berkaitan, dalam suatu usaha untuk mengisi kekosongan pikiran yang timbul karena kehilangan ingatan.Gangguan arus atau jalan pikiran meliputi cara dan laju proses asosiasi dalam pemikiran: 34 g. Flight of idea (lari, cita pikiran melompat-lompat melayang) adalah keadaan dimana terjadi perubahan yang mendadak, cepat dalam pembicaraan, sehingga suatu ide belum selesai sudah disusul oleh ide yang lain. Dikatakan yang berasal dari dalam maupun luar. Suatu kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan artinya akan meimbulkan suatu pikiran baru “clang associaton”. h. Retardasi (perlambatan) yaitu keadaan dimana terjadi perlambatan dalam jalan pikiran seseorang, sering dijumpai pada penderita skizofrenia dan psikosa efektif fase depresi. i. Presevarasi, yaitu suatu keadaan dimana seseorang secara berulang memberitahukan suatu ide, pikiran atau thema secara berlebihan. j. Circumstantiality (pikiran berbelit-belit, pikiran berputar-putar) yaitu suatu keadaan dimana untuk menuju secara tidak langsung kepada ide pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh-remeh yang menjemukan dan tidak relevan. Sering didapat pada anak/orang terbelakang (MR), epilepsi dan gangguan jiwa senil yang tidak berat. k. Inkoherensi, yaitu suatu keadaan dimana terdapat gangguan dalam bentuk bicara, pembicaraannnya sukar atau tidak dapat ditangkap maksudnya. Inkoherensi ini dapat dikatakan sebagai suatu asosiasi yang ekstrim. Pada inkoherensi ada gado-gado kata “(word salad). 35 l. Blocking (hambatan, halangan, benturan) yaitu suatu keadaan dimana jalan pikiran secara tiba-tiba berhenti, hal ini tidak dapat diterangkan oleh penderita. Kemungkinan disebabkan oleh aktivitas yang kompleks dan dominan akibat efek yang tidak enak atau disetujui. m. Logorea, yaitu banyak bicara dimana kata-kata baru yang tidak n. dipahami secara umum. Neologisme, yaitu membentuk kata-kata baru yang tidak di o. pahami secara umum. Irelevansi, yaitu suatu keadaan dimana isi pikiran atau ucapan tidak ada hubungannnya dengan pernyataan atau dengan hal p. yang sedang dibicarakan. Aphasia, yaitu suatu keadaan dimana seseorang tidak atau sukar mengerti pembicaraan orang lain (sensorik) dan atau tidak dapat atau sukar bicara (motorik). Sering terjadi pada kerusakan otak. 9. Gangguan isi pikiran (meliputi isi pikiran non verbal atau isi pikiran yang diceritakan) 1) Waham suatu kepercayaan yang terpaku dan tidak dapat dikoreksi atas dasar fak ta dan kenyataan. Tetapi harus dipertahankan, bersifat patologis dan tidak terkait dengan kebudayaan setempat. Adanya waham menunjukan suatu gangguan jiwa yang berat, isi waham dapat menerangkan pemhaman terhadap faktor-faktor dinamis 36 penyebaba gangguan jiwa. Terbentuknya kepercayaan yang bersifat waham adalah sebagai perlindungan diri terhadap rasa takut dan untuk pemuasan kebutuhan. Waham ada yang sistematis dan tidak sistematis, diklasifikasi menurut isinya dan isi waham biasanya mempunyai kecenderungan untuk menguasai/menonjol (Maramis, 2004) 2) Waham kebesaran (waham ekspansif) Suatu kepercayaan palsu dimana seseorang memperluas atau memperbesar kepentingan dirinya, baik mengenai kualitas tindakan/kejadian /orang disekelililng, dalam bentuk tidak realistik. Waham ini timbul akibat perasaan yang tidak wajar, tidak aman, dan rasa dan rasa rendah diri yang secara sadar dihalangi oleh komponen ideal dan efektif dari waham itu sendiri. Isi dari waham kebesaran sering menunjukan kekecewaan, kegagalan, dan perasaan tidak aman (Yosep, 2007). 3) Waham depresif (menyalahkan diri sendiri; Kepercayaan yang tidak berdasar. Menyalahkan diri sendiri akibat perbuatan-perbuatannya yang melanggar kesusilaan atau kejahatan lain. Waham depresif sering dirasakan sebagai; waham bersalah (perasaan bersalah, kehilangan harga diri), waham sakit (gangguan perasaan tubuh yang berasal dari viseral yang dipengaruhi oleh keadaan emosi ), waham miskin (kehidupan perasaan nilai sosial). 37 4) Waham somatis (waham hipokondria); Kecenderungan yang menyimpang dan bersifat dungu (bizarre) mengenai fungsi dan keadaan tubuhnya, misalnya penderita merasa tubuhnya membusuk atau mengeluarkan bau busuk. 5) Waham nihilistik; Suatu kenyataan bahwa dirinya atau orang lain sudah meninggal atau dunia ini sudah hancur. 6) Waham kejar; Penderita yakin bahwa ada orang yang sedang mengganggunya, menipunya, memata-matai atau menjelekan dirinya. 7) Waham hubungan; Keyakinan bahwa ada hubungan langsung antara interpretasi yang salah dari pembicaraan, gerakan atu digunjingkan. 8) Waham pengaruh; Keyakinan yang palsu bahwa dia adalah merupakan subyek pengaruh dari orang lain atau tenaga gaib yang tidak terlibat. 9) Ideas reference (pikiran hubungan) Suatu keadaan yang mana pembicaraan orang, benda atau kejadian dihubungkan dengan dirinya sendiri. Penderita mungkin menyadari pikirannya tidak masuk akal, misalnya bunyi burung dikira suatu berita bagi dirinya. 38 10) Pre-okupasi Adanya suatu pikiran yang terpaku hanya pada sebuah ide saja, yang biasanya berhubungan dengan keadaan emosional yang kuat. 11) Thougth insertion (sisip pikiran). Adalah suatu perasaan bahwa ada pikiran dari luar yang disispkan yang dimasukan kedalam otaknya. 12) Thougth board cast (siar pikir) Adalah suatu perasaan bahwa pikirannya telah disiarkan melalui radio, televisi, kawat listrik dan lampu. 10. Fobia Fobia adalah rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh penderita walau disadari bahwa hal tersebut irasional. Fobia dapat mengakibatkan suatu kompulsi, bentuk fobia bervariasi dan banyak yang mengenai benda serta keadaan. 11. Gangguan kesadaran Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya sendiri melalui pancaindera dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri. Bila kesadaran itu baik, maka terjadi orientasi (waktu tempat dan orang) dan pengertian yang baik pula serta informasi akan 39 digunakan secara afektif (melalui ingatan dan pertimbangan). Bentukbentuk gangguan kesadaran (Maramis, 2004) 1) Kesadaran kuantitatif a) Kesadaran yang kemampuan menurun; persepsi, suatu perhatian kesadaran dan dengan pemikiran yang b) c) berkurang secara keseluruhan. Apatis (kesadaran seperti orang yang mengantuk). Somnolen (kesadaran seperti orang yang mengantuk benar, d) memberi jawaban bila dirangsang). Sopor (hanya bereaksi dengan rangsangan yang kuat, ingatan, e) orientasi dan pertimbangan sudah hilang). Subkoma dan koma (tidak didapat f) rangsangan apapun). kesadaran yang meninggi; keadaan reaksi yang meningkat reaksi terhadap terhadap suatu rangsangan, disebabkan oleh zat toksik yang 2) merangsang otak atau oleh faktor psikologik. Kesadaran kualitatif Terjadi perubahan dalam kualitas kesadaran, dapat ditimbulkan oleh keadaan toksik, organik, dan psikogen. a) Stupor, karena faktor psikogen didapatkan pada keadaan b) katatonia, depresi, epilepsi, ketakutan, dan reaksi disosiasi. Twiligth state (keadaan dini, senja, senjakala); kehilangan ingatan atas dasar psikologik yang mana kesadaran terganggu dan mengaburkan, dalam beberapa keadaan sehingga penderita tidak sangat mengenali lingkungannya. Dapat disertai halusinasi dengar, sehingga dapat melakukan tindakan tertentu. Biasanya penderita 40 lupa tentang tindakan selama senja dan seolah-olah dalam c) mimpi, brlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Fuge; suatu periode penurunan kesadaran dengan pelarian menimbulkan banyak setres, tetapi dapat mempertahankan d) kebiasaan dan ketrampilannya. Confusion (bingung) ; gangguan keadaan karan rusaknya aparat sensoris dimana didapatkan kesulitan pengertian, e) mengacau, disorientasi disertai gangguan fungsi asosiasi. Tranco (trans); keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas terhadap mendadak lingkungan roman yang biasanya mukatampak mulai seperti secara bengong, kehilangan akal atau melamun. Dapat ditimbulkan oleh hipnosa atau upacara kepercayaan. 12. Gangguan orientasi Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubungannya dengan waktu, ruang, dan terhadap dirinya serta orang lain. Disorientasi atau gangguan orientasi dapat timbul sebagai gangguan dan kesadaran, mngenai waktu, mengenai tempat dan mengenai orang. Disorientasi dapat terjadi pada setiap 41 gangguan jiwa yang mana ada kerusakan yang hebat dari ingatan, pesepsi, dan perhatian. 13. Gangguan Kemauan Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan- keinginan dipertimbangkan untuk kemudian diputuskan dilaksanakan sampai mencapai tujuan (Maramis, 2004). Proses kemauan sebagai berikut: 1) Saat terlihat (terdiri dari tanggapan dan tegangan yang cukup kuat). 2) Saat objektif (sudah ada yang diingini, walau hanya dalam niat saja, tetapi benda yang menjadi tujuannya sudah ada). 3) Saat aktual (timbul kesadaran akan keingina dan menghendaki, tindakan sudah dikhayalkan dan dialami). 4) Saat subyektif (berupa tindakan kemauan itu sendiri, dengan kesdaran penuhdan menggunakan segala daya dan tenaga). Kemauan dapat dirusak oleh gangguan emosional, gangguangangguan kognisi, kerusakan otak organik, dalam keadaan tidak terlatih atau bahkan terlalu banyak latihan. Bentuk-bentuk gangguan kemauan: 1) Abulia (kemauan yang kemah); suatu keadaan inaktivitas sebagai akibat ketidak sanggupan membuat keputusan atau memulai suatuntingkah laku. 42 2) Negativisme; ketidaksanggupan dalam bertindak atas sugesti dan tidak jarang terkadi melakukan sesuatu yang bertentangan 3) dengan yang disugestikan. Kekakuan (rigiditas); ketidak mampuan memiliki keleluasaan dalam memutuskan untuk merubah suatu tingkah laku, misal stereotipe yang merupakan sikap atau gerakan mekanis yang 4) dilakukan berulang-ulang. Kompulsi; suatu keadaan dimana seseorang merasa didorong untuk melakukan suatu tindakan, yang disadari sebagai suatu 5) irasional atau tidak ada gunanya. Kleptomania (mencuri konpulsif), yaitu sering mencuri barang 6) yang mempunyai arti simbolis dan biasanya tidak bernilai. Pyromania (membakar konpulsif), dipandang sebagi suatu 7) bentuk simbolis pemuasan seksual. Mencuci tangan berulang-ulang dengan tidak dapat dicegah atau dikuasai. 14. Gangguan Emosi dan Afek Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan emosional seseorang , menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai omponen fisiologik. Dikaitkan dengan pengertian afek, maka emosi merupakan manifestasi afek keluar disertai oleh banyak komponen fisiologik, biasanya berlangsung relatif singkat. Kdang-kadang istilah emosi dan afek tidak dibedakan dan dipakai bersama-sama (Yosep, 2007). 43 Bentuk-bentuk gangguan emosi dan afek: 1) Euforia; emosi yang menyenangkan, masa riang, senang gembira, bahagia yang berlebihan dan tidak sesuai keadaan, hal 2) ini menunjukan adanya gangguan. Elasi; eforia yang berlebihan disertai motorik sering merupakan emosi yang labil dan sering berubah menjadi mudah 3) tersinggung. Eksaltasi; elasi yang berlebihan dan biasanya disertai dengan 4) sikap kebesaran (waham kebesaran). Eklasi (kegairahan); gairah yang berlebihan disertai rasa aman, damai, dan tenang biasanya berhubungan dengan perasaan 5) keagamaan yang kuat. Inapropiate afek (afek yang tidak sesuai);, adalah suatu gejala gangguan emosi dimana dijumpai perbedaan yang jelas antara emosi yang tampak dengan situasi yang menyebabkannya, misalnya tertawa ketika suatu musibah. 44 6) Afek yang kaku (rigid), suatu keadaan dimana rasa hati tetap dipertahankan, walau terdapat rangsangan yang biasanya 7) menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan. Emosi labil adalah suatu gejala dimana terdapat ketidak stabilan yang berlebihan dan bermacam emosional, cepat berubah dari 8) emosi satu pada emosi yang lain. Cemas dan depresi merupakan gejala yang terlihat dari ekspresi 9) muka atau tingkah laku. Ambivalensi adalah emosi dan afek yang berlawana yang timbul bersama-sama pada seseorang, suatu objek atau keadaan, benci 10) tapi rindu. Apatis, kurang atau tidak ada sama sekali reaksi emosional 11) dalam keadaan- keadaan yang seharusnya menimbulkan emosi. Emosi yang tumpul dan datar, penguragan atau tidak ada sama sekali tanda-tanda ekspresi afektif. 15. Gangguan psikomotor Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa, sehingga merupakan afek bersama yang menegenai badan dan jiwa. Juga meliputi kondisi, perilaku motorik dari suatu perilaku (Yosep, 2009). Bentuk-bentuk gangguan psikomotor 1) Aktivitas yang meningkat. 45 2) Hiperaktivitas, hiperkinesia, aktivitas dan pergerakan yang 3) 4) berlebihan dengan intensititas respon yang meningkat. Hipertonisitas, peningkatan gangguan otot tubuh Gaduh gelisah katatonik, aktivitas motorik yang tampak tidak bertujuan, berkali-kali dan seakan-akan tak dipengaruhi oleh 5) rangssangan dari luar. Aktivitas yang menurun a) Hipoaktivitas, hipokinesia, aktivitas dan pergerkan berkurang dengan intensitas respon yang menurun. b) Kelambanan motoris, aktivitas berkurang menyeluruh, c) misal pada orang suprakatatonik. Atonisitas, keadaan tonus dan kontraksi otot yang abnormal dapat menyeluruh atau sebagian saja. d) Paralisa, kehilangan fungsi otot baik secara keseluruhan 6) atau sebagian saja. Aktivitas yang terganggu atau tidak sesuai. a) Ataksia, tidak terdapat koordinasi pada gerakan tungkai atau dalam sikap berdiri. b) Apraksia, tidak sanggup memanipulasi benda dengan cara c) yang terarah. Atetosi, gerakan terus memerus, difus, seperti tungkai dan dirasakanya nyeri. d) Gerakan khoreiform, gerakan tidak teratur secara terus menerus yang tidak dikuasai oleh kemauan. 46 e) Spasme, kontraksi otot-otot sebagian atau seluruh yang f) tidak dikuasai oleh kemauan. Tremor, kontraksi serat-serat otot yang ringan dan ritmis, yang tidak dikuasai, dapat lambat atau cepat, kasar atau halus teratur atau tidak teratur. g) Konvulsi, kejang terus-menerus pada daerah tubuh yang luas dan biasanya dengan kehilangan kesadaran. h) Aktivitas yang berulang-ulang. i) Katalepsi, mampertahankan secara kaku posisi badan j) tertentu. Fleksibilitas serea, salah satu bentuk katalepsi, yang mana posisi badan yang dibuat orang lain dipertahankan terus. k) Stereotipi, gerakan salah satu badn beruang-ulang dan tidak l) bertujuan. Manerisma, gerakan stereotipi dan teaterikal, berbentuk rituil dan selalu diulang-ulang. m) Otomatisme perintah dia menurut sebuah perintah secara otomatis tanpa disadari. n) Otomatisme, berbuat sesuatu secara otomatis sebagi ekspresi simbolik aktivitas tak sadar. o) Ehopraksia, langsung meniru gerakan orang lain padasaat dia melihat. p) Ekholalia, langsung mengulangi atau meniru apa yang dikatakan orang lain. 47 q) Negativisme; suatu pertahanan psikologik yang diperhatikan dengan melawan atau menentang terhadap apa yang disuruh. Ada 2 macam, yaitu; aktif, (melaksanakan sebaliknya dari apa yang diperintahkan); pasif (tidak r) melaksanakan apa yang diperintahkan, contoh; mutisme) Aversi, suatu reaksi yang agresif dan tegas yang diperlihatkan dengan melawan, mendengki, membenci, nonkooperatif, menolak, dan kadang-kadang menunjukan reaksi stupor. D. Kriteria Sehat Jiwa Menurut pendapat Oldewelt (1979) kriteria sehat jiwa adalah: 1. Memiliki perasaan yang harmonis dan seimbang 2. Selalu merasa aman dan terjamin (pasti, tepat, dan berhati-hati) 3. Memiliki kepercayaan, baik terhadap diri sendiri maupun 4. terhadap orang lain. Punya kemampuan untuk memahami dan mengontrol diri 5. 6. 7. sendiri. Memiliki kepribadian yang matang dan terintegrassi secara utuh Punya relasi sosial yang memuaskan Mempunyai stuktur sistem syaraf yang sehat, dan memiliki daya 8. lentur untuk beradaptasi. Bahagia, bebas/merdeka jiwanya, luhur dan memiliki kesusialaan 9. serta memeluk agama dan mempunyai pedoman Tidak sakit agar dapat produktif 48 Ciri-ciri pribadi sehat berdasarkan aspek penyesuaian dirinya (Saanin, 1979 dalam Yosep, 2007). 1) Ditinjau dari aspek sikap terhadap dirinya sendiri. Ciri perilakunya: menunjukan penerimaan diri, memiliki jati diri yang memadai (positif), memiliki penilaian yang realistik terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan. 2) Ditinjau dari aspek realitas ciri perilakunya memiliki pandangan yang realistik terhadap diri sendiri dan terhadap dunia, orang, 3) mempunyai benda di sekelilingnya. Ditinjau dari aspek integrasi. Ciri perilakunya: berkepribadian utuh, bebas dari konflikkonflik batin yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik 4) terhadap stres. Ditinjau dari aspek kompetensi. Ciri perilakunya: memiliki kompetensi fisik, intelektual, emosional, dan sosial yang memadai untuk mengatasi berbagai 5) problem hidup. Di tinjau dari aspek otonomi. Ciri perilakunya: memiliki kemandirian, tanggung jawab, dan penentuan diri yang memadai disertai kemampuan cukup untuk membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial. 6) Di tinjau dari aspek pertumbuhan aktualisasi diri. 49 Menunjukan kecenderungan ke arah menjadi semakin matang, semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri pribadi. Harus cermat memeriksa kriteria-kriteria tersebut. Dan semua itu adalah pengertian yang relatif. Tidak ada seorang pun yang dapat memenuhi kriteria ini dengan sempurna. Seseorang mungkin kurang dalam satu segi, tetapi masi memiliki kesehatan yang baik, bebrati dia dianggap sebagai rang yang normal. Sebaliknya, kalau seseorang berkurang terlalu banyak karakteristik (sifat-sifat) atu menunjukan kekeurangan yang asangat dalam satu-dua sifat maka kemungkinan besar dia dia nggap abnormal (Saanin 1979 dalam Yosep). E. Istilah Perilaku Abnormal Ada bebebrapa istilah yang sering dipakai secara bergantian sejalan dengan gejala perilaku berkelainan yaitu: perilaku abnormal, perilaku maladaptif, gangguan mental, dan ketidakwarasan. (Carson 1980 dalam Suliswati 2000). a. Perilaku abnormal Istilah ini memiliki arti yang bermacam-macam. Kadangkadang untuk menunjuk aspek batiniah kepribadian, aspek perilaku yang dapat langsung diamati, atau keduanya kadang-kadang yang di maksud hanyalah perilaku spesifik tertentu seperti phobia, atau kategori perilaku yang lebih kompleks seperti skizophreni. Kadang 50 kadang diartikan sebagai problem atau masalah yang bersifat kronik atau berkepanjangan atau hanya berupa simptomsimptom seperti pengaruh obat-obatan tertentu yang bersifat akut atau temporer atau cepat hilang. Secara kasar sama artinya dengan gangguan mental (jiwa) dan dalam konteks yang lebih luas sama artinya dengan perilaku maladaptif. b. Perilaku maladaptif Istilah ini memiliki arti luas meliputi setip perilaku yang mempunyai dampak merugikan bagi individu dan atau masyarakat. Pemakaiannya tidak hanya mencakup gangguan –gangguan seperti neurosis dan psikosis yang bermacam-macam jenisnya, melainkan juga berbagai bentuk perilaku baik peprorangan maupun kelompok seperti praktik bisnis curang, prasangka ras atau golongan, alienasi atau ketersaingan atau apatisme c. Gangguan mental Istilah ini menunjuk pada semua bentuk perilaku abnormal, mulai dari yang ringan sampai yang melumpuhka. Ada yang kuarang senang dengan istilah ini karena dipandang mengandaikan adanya dualisma antara jiwa dan badan, serta memberikan kesan seolah-olah selalu terjadi gangguan serius terhadap fungsi kehidupan norma. Namun istilah ini diterima secara resmi (Yosep, 2007). 51 d. Psiko patologi Istilah ini Berarti ilmu yang secara khusus elakukan kajian tentang perilaku abnormal atau gangguan mental. Namun sering juga dipakai sebagai istilah lin bagi kedua istilah tersebut 1) Penyakit jiwa Dulu istilah ini sering disebut sama dengan penyakit gangguan mental. Kini dipersempit hanya meliputi gangguan-gangguan yang meilbatkan patologi otak atau berupa disoraganisai kepribadian yang parah. Istilah ini memang cocok bila di maksud adalah gangguan-gangguan yang benar melumpuhkan, namun rasanya kurang tepat untuk gangguan yang lebih disebabkan oleh proses belajar yang tidak semestinya. 2) Gangguan perilaku Secara khusus istilah ini menunjukan gangguan–gangguan yang disebabkan oleh proses belajar yang tidak semestinya, seperti gagal mempelajari jenis-jenis kemampuan yang diperlukan (contoh ketidak mampuan mencintai lawan jenis, tidak memiliki konsep diri yang positif dan sebagainya). Atau terlanjur mempelajari bentuk-bentuk perilaku yang maladaptif (contohnya: anak yang menjadi remaja yang agresif karena mencontoh perilaku orang tuanya dan tekanan keadaan dalam keluarga yang tidak harmonis). 52 3) Penyakit mental Dulu istilah ini menunjuk pada gangguan-gangguan yang berkaitan dengan patologi otak. Kini istilah itu sudah jarang dipakai. 4) Ketidakwarasan Ketidakwarasan (insanity) merupakan istialh hukum yang mengandung arti bahwa individu yang di kenai prediket tidak waras secara mental tidak mampu mempertanggung jawabkan perbuatan-perbuatannya atau tidak mampu melihat konsekuensi – konsekuensi dari tindakan – tindakannya. Akibatnya, jika ia melakukan perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana terhadapnya tidak dapat dikenakan tuntutan hukuman. Jelas, istilah tersebut menunjuk pada gangguan mental yang serius. F. Peran Perawat Kesehatan Jiwa 1. Keperawatan Jiwa Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, denagn mengguanakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, 53 mempertahankan, dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas). Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia (Suliswati, 2004) Tatanan tradisional dari keperawatan jiwa mencakup fasilitas psikiatri, pusat kesehatan mental masyarakat unit psikiatri di rumah sakit umum, fasilitas-fasilitas tempat tinggal dan praktik pribadi. Dengan diprakarsainya bentuk baru pelayanan kesehatan, timbul suatu tatana alternatif sepanjang rentang asuhan keperawatan jiwa. Tatana tersebut meliputi pelayanan di rumah, program rawat inap parsial, puast-pusat penitipan, panti asuhan, atau rumah kelompok, hospice, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan, klinik pelayanan utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas pengelolaan perawatan dan organisasi pemeliharaan kesehatan. Prinsip keperawatan jiwa berlandaskan paradigma dapat ditinjau dari empat komponen yaitu mausia, lingkugan, kesehatan, dan keperawatan (Depkes RI, 2000). 2. Peran Perawat Perawat berperan dalam mengobservasi perubahan, baik kecil maupun menetap yang terjadi pada klien, mendemonstarsikan penerimaan, respek, memahami klien dan mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi speran perawat adalah, sebagai 54 pendidik,sebagai pemimpin di dalam situasi yang bersifat lokal, nasional,dan internasional; sebagai “surrogate parent” dan sebagai konselor. Perawat berkerjasama dengan lembaga kesehatan mental, konsultasi dengan yayasan kesejahteraan, memberikan pelayanan kepada klien di luar klinik, aktf melakukan penelitian dan membantu pendidikan masyarakat. Dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa, perawat jiwa dapat melakukan aktivitas pada tiga area utama ( Stuart dan Sundeen,1995 dalam Yosep 2007): a. Aktivitas memberikan asuhan keperawatan langsung kepada b. c. klien. Aktivitas komunikasi Aktivitas dalam pengelolaan (manajemen keperawatan) Dalam hubungan perawat klien, elemen peran keperawatan jiwa meliputi: a. b. c. d. e. f. Kompetensi klinik Advokasi klien keluarga\ Tanggung jawab fiskal (keuangan) Kerjasama antara disiplin ilmu bidang keperawatan Tanggung gugat sosial Parameter etik legal 55 3. Peran perawat dalam masing-masing tingkat pelayanan kesehatan jiwa a. peran dalam prevensi primer 1) Memberi penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa. 2) Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan, dan pendidikan. 3) Memberikan pendidikan dalam kondisi normal, pertumbuha dan perkembangan , dan pendidikan seks. 4) Melakukan rujukan yang sesuai sebelum gangguan jiwa terjadi, berdasarkan pada stresor dan perubahan kehidupan yang potensial. 5) Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri dimasa mendatang. 6) Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga dan meningkatkan fungsi kelompok. 7) Aktif dalam kegiatan masyarakat dan politik yang berkaitan dalam kesehatan jiwa b. Peran perawat dalam prevensi sekunder 1) Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa. 2) Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah 3) Memberi pelayanan kedaruratan psikiatri 4) Menciptakan lingkunagn terapeutik. 5) Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan. 56 6) 7) 8) 9) Memberi pelayanan pencegahan bunuh diri Memberikan konsultasi Melaksanankan intervensi krisis Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada berbagai tingkat usia. 10) Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yang telah teridentifikasi masalah yang dialaminya. c. Peran perawat dalam prevensi tersier 1) Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi 2) Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari fasilitas kesehatan jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas. 3) Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat siang) pada klien. 57 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas. Persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa perlu diteliti, agar melalui penelitia ini dapat memberi pemahaman masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa. Dibawah ini dijelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan penelitian di Kelurahan, kecamatan Cipondoh, Kota Tngerang. Persepsi 1. External perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar individu 2. Self-perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam individu menjadi objek dalam dirinya sendiri Bagan 3.1 Kerangka Konsep 55 58 B. Definisi Operasional Definisi orperasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional secara berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Variabel Persepsi masyarakat Definisi Operasional proses Cara Ukur kuesioner diterimanya Alat Hasil Ukur Ukur Skala 0-25% = Likert sangat tidak rangsangan setuju (sangat melalui panca tidak baik) indra yang 26-50% = didahului oleh tidak setuju perhatian (tidak baik) sehingga 51-75% = masyarakat setuju (baik) mampu 76-100 = mengetahui, sangat setuju mengartikan, (sangat baik) Skala Pengukuran Ordinal59 dan menghayati tentang hal yang di amati, baik yang ada diluar maupun External diri. Persepsi perseption, seseorang dalam kuesioner Skala 0-10:sangat likert tidak setuju Ordinal (sangat tidak tentang suatu hal baik Dipengruhi oleh rangsangan- 11-20: tidak rangsangan dari setuju (tidak luar. baik 21-30: setuju (baik) 31-40: sangat setuju (sangat baik) Self- Persepsi perseption seseorang yang tidak setuju bersal dari (sangat tidak dirinya sendiri baik ) setelah melihat objek tanpa dipengaruhi rangsangan dari luar. kuesioner 0-15: sangat 16-30: tidak setuju (tidak baik) 31-45: setuju Ordinal 60 BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan dengan jenis penelitian deskriptif eksploratif, yaitu jenis rancangan penelitian yang bertujuan untuk menemukan yang menarik perhatian, yang belum diketahui, belum dipahami, belum dikenali, sesuatu yang baru dari hasil eksplorasi yang mendalam pada obyek tertentu (menurut Kotler, 2003). Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu. B. Lokasi dan Waktu penelitian Sebelum pelaksanaan penelitian yang sebenarnya, peneliti akan melaksanakan uji coba kuesioner mengenai persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja kecamatan Cipondoh. pada kelurahan yang berbeda pada bulan Juli 2011. Penelitian sebenarnya dilaksanakan di kelurahan poris plawad pada bulan Agustus C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik 60 61 kesimpulannya (Sugiono, 2004; Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Poris Plawad, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. dimana akan memudahkan peneliti dalam birokrasi dan peneliti sudah mengetahui karakteristik wilayah tersebut. Serta dalam studi pendahuluan didapatkan hasil keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa atau kecacatan, mereka melakukan tindakan yang tidak memanusiakan manusia Seperti; dikurung dalam ruanggan gelap dan sempit, membiarkannya berkeliaran dengan kondisi yang memprihatinkan dengan kedaan pakaian lusuh kotor dan tidak terawat. masyarakat sekitar yang mengetahuinya hanya membiarkan saja dan bersikap tidak perduli. 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat kelurahan Poris Plawad yang sekitar wilayah kerja kelurahan tersebut. yaitu dengan mengambil beberapa anggota populasi menjadi sampel yaitu disesuaikan dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan. Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi 1) Masyarakat kelurahan Poris Plawad, sekitar wilayah kerja kelurahan tersebut terdapat penderita gangguan jiwa. 62 2) Mampu berkomunikasi dengan baik, tidak terganggu pendengaran dan penglihatannya. 3) Mampu membaca dan menulis 4) Usia 15tahun atau lebih b. Jumlah Sampel Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (Univariat). Dikemukakan bahwa ukuran besar sampel diambil dengan menggunakan rumus Estimasi (Nursalam, 2003), yaitu : n = Z21-α/2 x P x (1-P) d² Keterangan : n : Besarnya sampel Z²1-α/2 : Confident interval = 95% = 1,96 P : Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi= 50% = 0,5 d : Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan. Peneliti menggunakan presisi sebesar 10% = 0,1 n = (1,96)² x 0.5x (1-0,5) / (0.1)² n = 0.9604 / 0.01 n = 96,04 = 96 sampel 63 Peneliti juga mengantisipasi apabila terjadi data yang mengurangi kelengkapan dengan menambah jumlah sampel sebanyak 10 % dari jumlah responden sebenarnya (Aziz, 2008), dengan perhitungan sebagai berikut: 10% x 96 = 9.6 = 9 Jadi dari 96 sampel + 9 sampel cadangan = 105 sampel Pada pelaksanaanya, pengumpulan data melibatkan 115 warga kelurahan Poris Plawad dikarenakan wilayah yang luas dan populasi yang bnyak. Dalam Kelurahan tersebut terdapat 11 RW dan 48 RT. 3. Teknik Pengambilan Sempel Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sempel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sempel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan secara acak. Besar semple cukup, ciri-ciri populasi terwakili dan variasi antar unit. D. Alat pengumpulan data Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu data demografi meliputi inisial nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan. 64 Bagian kedua kuisioner berisi 25 pernyataan tentang persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa. Penilaian untuk pernyataan 1-13 persepsi positif masyarakat yaitu: skala Likert Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju dan Sangat tidak setuju Sedangkan penilaian pernyataan 14-25 pernyataan negatif mengenai penderita gangguan jiwa juga menggunakan skala Likert, yaitu: Sangat tidak setuju, Tidak setuju, Setuju, dan Sangat setuju. Pada pernyataan no: 5, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 24, dan 25 adalah pernyataan self perseption sedangkan sisanya pernyataan no : 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 18, 19, 21, 22, dan 23 adalah pertanyaan eksternal perseption E. Tehnik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data Pengumpulan data dilaksananakan pada bulan Mei 2011. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan memakai kuesioner. 2. Tahap pengumpulan data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Pengumpulan data dilakukan di kantor Litbang Linmas Kota Tangerang dengan prosedur sebagai berikut : a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukkan kepada Litbang Linmas Kota Tangerang. 65 b. Setelah mendapat persetujuan dari Litbang Linmas kota Tangerang, peneliti meyerahkan surat permohonan tersebut kepada ketua Litbang Linmas kota Tangerang. Setelah itu peneliti melakukan teknik random sampling atau pengambilan sampel secara acak. F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing – masing skor item pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut (Arikunto, 2006). Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment. r hitung = r hitung n = Koefisien korelasi = Jumlah responden ∑Xi = Jumlah skor item ∑Yi = Jumlah skor total Uji validitas ini dilakukkan di Kelurahan poris plawad pada RT 001/04 yang berbeda dilakukan pada 30 responden. hasil r tabel 66 menunjukkan nilai 0,367. Beberapa pertanyaan 4, 5, 6, 9, dan 13 dikeluarkan karena tidak sesuai dengan uji satatistik. 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alfa Cronbach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel. Uji kuesioner dilakukan untuk menguji kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian gambaran persepsi masyarakat Pertanyaan dan pernyataan pada uji kuesioner ini diajukan kepada masyarakat kelurahan poris plawad RT 001/04 Tangerang dengan jumlah responden sebanyak 30, pada tanggal 06 Agustus sampai dengan 08 Agustus 2011 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Hasil dari uji reliabilitas penelitian menunjukkan nilai Alpha Crombach (α) dri variabel, yaitu pada variable persepsi adalah 0.711 dari 14 pertanyaan karena pertanyaan 10, 16, 11, 1, 2, 3, 24, 8, 14, 7, dan 15. Di keluarkan karena tidak sesuai dengan syarat uji statistik. Jadi sisa 14 pertanyaan tersebut menunujukkan bahwa pertanyaan dalam kuisioner dapat dikatakan reliabel. 67 G. Pengolahan Data Proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah-langkah pengolahan data diantaranya: 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul 2. Codinng Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. 3. Scoring Tahap ini meliputi nilai masing-masing pernyataan dan penjumlahan hasil scoring dari semua pernyataan. 4. Entry data Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. 68 5. Cleaning data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer. H. Tekhnik Analisa Data Analisa data dilakukan dengan mengunakan komputer, yaitu analisa univariat. Analisa univariat adalah analisis yang dilakukkan pada dua atau lebih variabel yang hanya memiliki satu variabel terikat (Setiadi, 2007). Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari faktor persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa. I. Etika Penelitian 1. Prinsip-prinsip Etika Penelitian Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga peneliti yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain: a. Prinsip Manfaat Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk 69 kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema etik. b. Prinsip Menghormati Manusia Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek penelitian. c. Prinsip Keadilan Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia. 2. Masalah Etika Penelitian Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut: a. Inform Consent Inform cosent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Inform consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan 70 memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan inform consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya. b. Anonimity (Tanpa Nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalah penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. c. Confidentiality (Kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil riset. 71 BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Kelurahan poris plawad terletak di sebelah timur Kota Tangerang dengan luas Wilayah 205 Ha terdiri dari Tanah Darat 205 Ha, Tanah Sawah 0 Ha, dan Tanah Rawa 0 Ha. Letak ketinggian dari permukaan laut sekitar 12 Km dengan curah hujan rata-rata 2200 mm/tahun. Wilayah Kelurahan Poris Plawad terdiri dari 11 RW (Rukun Warga) dan 48 RT (Rukun Tetangga). Jarak dari ibu kota negara sekitar 26 Km, jarak dari ibu kota provinsi Banten sekitar 75 Km dan jarak dari Ibu Kota Tangerang sekitar 5 Km yang dihubungkan oleh jalan negara/provinsi/kota dengan batas- batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan : Sungai Mookevaart (Cisadane)/ Kec. Batuceper. 2. Sebelah timur berbatasan dengan : kel. Poris gaga Baru kec.Batu ceper Kel. Poris Plawad Utara Kec.Cipondoh 3. Sebelah selatan berbatasan dengan : Kel. Poris Plawad Utara Kec. Cipondoh 4. Sebelah barat berbatasan dengan : Kel. Tanah Tinggi Kec.Cipondoh Jumlah seluruh pendukduk yang ada di wilayah kerja kelurahan poris plawad dibagi berdasarkan: 1. Kepala keluarga Laki-laki : 3,202 orang Perempuan : 200 orang Jumlah : 3,402 orang 71 2. Jumlah penduduk Laki-laki : 7,285 orang Perempuan : 5,943 orang Jumlah : 13,228 orang B. Karakteristik Responden 1. Proporsi Responden 72 Dibagi berdasarkan jumlah RT yang ada diwilayah kerjakelurahan poris plawad, dari 48 RT di dapatkan beberapa RT yg menjadi responden. RT 2. 01 Jumlah Responden 29 responden 04 30 responden 08 28 responden 05 28 responden Total 115 responden Jenis kelamin Data jenis kelamin disajikan dalam bentuk tabel dan menggunakan data numerik 73 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Kelurahan Poris Plawad 2011 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total Frekuensi 46 69 115 prosentase 40% 60% 100 Dari tabel 5.1 diatas menunjukan bahwa pada penelitian ini jumlah yang paling banyak menjadi responden adalah perempuan dengan jumlah 69 responden atau 60% dari total responden sedangkan jumlah responden 3. laki-laki adalah 46 atau 40% dari total responden. Usia Data umur responden disajikan dalam bentuk tabel dan menggunakan data numerik. Tabel 5.2 Usia reponden di Kelurahan Poris Plawad Jumlah Mean Median Mode 29 28 32 maksimum minimum 50 16 Dari tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa rata usia responden adalah 29, usia yang terbanyak adalah 32, terendah usia yang menjadi responden 4. adalah 16,dan tertinggi usia responden adalah 50. Pendidikan Data pendidikan disajikan dalam bentuk tabel dan menggunakan data numerik. 74 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Kelurahan Poris Plawad 2011 Tidak sekolah SD SMP SMA PT Total Ferkuensi 1 8 25 65 16 115 Prosentase % 0,9 7 22 57 14 100 Dari tabel 5.3 diatas menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan setingkat SMA yaitu sebesar 65 orang atau 56 %, berikutnya SMP sebanyak 25 orang atau 22%. Pendidikan perguruan tinggi yaitu sebanyak 16 orang atau 13% , dan hanya sebagian kecil responden yang tidak sekolah sebanyak 1orang atau 0,9%. C. Persepsi Responden Tabel 5.4 menggambarkan hasil persepsi responden. Hasil persepsi dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu sangat tidak baik, tidak baik, baik, dan sangat baik. 75 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Terhadap Individu yang mengalami gangguan jiwa di Kelurahan Poris Plawad Tangerang 2011 n = 115 Frekuensi 0 0 110 5 115 Sangat tidak baik Tidak baik Baik Sangat baik Total percent 0 0 95.7 4.3 100 Tabel 5.4 menunjukan bahwa mayoritas reponden berpersepsi baik yaitu 110 responden atau 95,7%. Dan beberapa berpersepsi sangat baik yaitu 5 responden atau 4,3%. Dan tidak ada yang berpersepsi tidak baik apalagi bepersepsi sangat tidak baik. Persepsi responden dibagi berdasarkan self perseption, dan eksternal 1. perseption berikut hasil dari self perseption dan eksternal perseption. Sefl perception Tabel dibawah ini menunjukan hasildari sefl perseption responden. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Self Perseptio Responden Terhadap Individu yang mengalami gangguan jiwa di Kelurahan Poris Plawad Tangerang 2011 Sangat tidak baik Tidak Baik Baik Sangat baik Total Frekuensi 0 Percent% 0 0 47 68 0 41 59 115 100 Tabel 5.5 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki self perseption yang sangat baik sebanyak responden 68 atau 59% dan 76 sebanyak 47 responden atau 41% berpersepsi baik, tidak ada yang berpersepsi tidak baik atau sanagt tidak baik. 2. Eksternal Perception Tabel dibawah ini menunjukan hasildari eksternal perseption responden. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Eksternal Perseption Responden Terhadap Individu yang mengalami gangguan jiwa di Kelurahan Poris Plawad Tangerang 2011 Sangat tidak baik Tidak Baik Baik Sangat baik Total Frekuensi 0 0 110 5 115 Persentase (%) 0 0 97 Tabel 5.6 menunjukan bahwa sebagian besar reponden berpersepsi baik yaitu 110 responden berpersepsi baik atau 95,7%, 5 responden atau 4,3% berpersepsi sangat baik dan tidak ada yang berpersepsi tidak baik apalagi bepersepsi sangat tidak baik. 77 BAB VI PEMBAHASAN Bab ini mengurakan mengenai pembahasan yang meliputi interpretasi dan deskripsi hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan selanjutnya akan dibahas juga implikasi penelitian terhadap keperawatan dan penelitian yang berhubungan dengan persepsi masyarakat . A. Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian ini seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan untuk Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa. selama bulan Agustus 2011 di Kelurahan Poris Plawad dengan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 115 responden pada 4 RT. Penelitian disini akan menjelaskan tentang persepsi masyarakat, ekternal perseption dan self perseption. B. Distribusi Demografi Responden 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian dapat terlihat bahwa sebagian besar responden adalah wanita (60%) atau 69 responden sedangkan pria hanya 40% atau sekitar 46 responden. Ini dikarnakan dalam pengambilan semple lebih banyak perempuan. 78 2. Usia Berdasarkan hasil penelitian bahwa usia yang menjadi responden adalah dimulai dari usia 16 tahun usia77yang terbanyak adalah 32, rata-rata usia responden adalah 29 tahun., dan tertinggi usia responden adalah 50 tahun 3. Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan setingkat SMA yaitu sebesar 65 orang atau 56 %, berikutnya SMP sebanyak 25 orang atau 22%. Pendidikan perguruan tinggi yaitu sebanyak 16 orang atau 13% , dan hanya sebagian kecil responden yang tidak sekolah sebanyak 1orang atau 0,9%. C. Distribusi Persepsi Ekaternal perseption dan self perseption Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh orgnisme atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrasi dalam diri individu (walgito 2001) dan pesrpespsi adalah daya mengenal barang kualitas atau hubungan dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah panca indra dapat merangsang (Maramis 2000). Persepsi memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Menafsirkan makna inderawi melibatkan sensasi, atensi, ekspektasi, motivasi, memori, dan prasangka sosial (DesiDerato1976 dalam Lutfi 2009). Hasil penelitian menggambarkan hampir semua reponden berpersepsi baik yaitu 110 responden berpersepsi baik atau 95,7%. Dan beberapa berpersepsi 79 sangat baik yaitu 5 responden atau 4,3%. Dan tidak ada yang berpersepsi tidak baik apalagi bepersepsi sangat tidak baik. Persepsi disini mengambarkan Kehidupan individu tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan fisik maupun sosial, dalam interaksi ini individu menerima rangsangan atau stimulus dari luar dirinya, terhadap penderita gangguan jiwa. Dengan persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan, melalui media masa atau sumbersumber berita dan persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa (Sunaryo, 2002). Self perseption adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam individu menjadi objek dalam dirinya sendiri (sunaryo, 2002). Dari hasilpenelitian sebagian besar responden memiliki self perseption yang sangat baik sebanyak responden 68 atau 59% dan sebanyak 47 responden atau 41% berpersepsi baik, tidak ada yang berpersepsi tidak baik atau sanagt tidak baik. External perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar individu Dari hasil penelitian mayoritas reponden berpersepsi baik yaitu 110 responden berpersepsi baik atau 95,7%. Dan beberapa berpersepsi sangat baik yaitu 5 responden atau 4,3% tidak ada yang berpersepsi tidak baik, dan bepersepsi sangat tidak baik. kesediaan informasi, ketika seseorang menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan sebuah persepsi, serta persepsi dapat timbul berdasarkan kebutuhan individu tersebut (sunaryo, 2002). 80 Hasil persepsi tersebut dipengaruhi oleh masyarakat tersebut atau individu tersebut terhadap interpretasi seseorang tentang apa yang dilihatnya dipengararuhi oleh karakteristik individual, seperti sikap, motif, kepentingan, minat pengalaman dan harapan (Lutfi 2009). Masyarakat sudah memiliki pemahaman yang baik terhadap penderita gangguan jiwa sehingga mereka tidak lagi menstigma negatif terhadap penderita gangguan jiwa. Menurut responden pederita gangguan jiwa juga manusia yang berhak mendapat penghidupan yang layak dan mendapat pengobatan dan penanganan, merekapercaya bahwa penderit gangguan jiwa dapat sembuh karena dari beberapa responden memiliki pengalaman mengenai penderita gangguan jiwa, yaitu warga sekitar rumahnya, saudara, dan teman mereka ada yang pernah mengalami gangguan jiwa dan sekarang sudah hidup normal seperti sedia kala. Sebagian besar dari mereka setuju dengan pendapat yang tertera dalam kuesioner bahwa dukungan masyarakat dapat meningkatkan kesembuhan pada penderita gangguan jiwa, mereka tidak lagi takut terhadap orang gila (penderita gangguan jiwa) yang ada disekitar mereka, bahkan mereka beranggapan jika sudah ada yang berperilaku diluar sewajarnya mereka kan segera antisipasi dan membawanya kerumah sakit sebagai langkah awal penanganan pada penderita gangguan jiwa. 81 D. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini, keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:. 1. Belum ada instrumen pengumpulan data yang baku dalam penelitian ini, sehingga instrumen dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur yang didapatkan mengenai persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa dan sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. 2. Houthrone effect ; subjek penelitian mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden. 3. Subyek penelitian terlalu banyak dan luas 4. Data yang di kumpulkan kurang karena pihak-pihak terkait tidak mempunyai data yang dibutuhkan. 5. Peneliti mencari sendiri penderita gangguan jiwa yang berada di wilayah penelitian. E. Implikasi Hasil Penelitian 1. Implikasi Terhadap Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahaun keperawatan, khususnya pada lansia dan dijadikan sebagai 2. rujukan tambahan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Implikasi Terhadap Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan dalam melakukan 82 asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan jiwa, karena dari hasil penelitian persepsi masyarakat sebagian besar adalah baik, 3. Implikasi Terhadap Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar penelitian selanjutnya bagi peneliti dan peneliti lainnya. 83 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Gambaran jenis kelamin responden di Kelurahan Poris Plawad Cipondoh Tangerang sagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyakan 69 responden, sedangkan laki-laki berjumlah 31 2. responden. Gambaran usia responden di mulai sejak usia 16 tahun sampai , usia 3. 50tahun. Gambaran pendidikan responden pada penelitian ini sebagian besar adalah SMA hanya sedikit yang tingkat pendidikannya sampai 4. perguruan tinggi dan tidak sekolah. Gambaran persepsi masyarakat pada penelitian ini adalah sebagian besar reponden berpersepsi baik yaitu 110 responden atau 95,7%. Dan beberapa berpersepsi sangat baik yaitu 5 responden atau 4,3%. Dan tidak ada yang berpersepsi tidak baik apalagi bepersepsi sangat tidak 5. baik. Gambaran self perseption masyarakat adalah sebagian besar responden memiliki self perseption yang sangat baik sebanyak responden 68 atau 83 84 59% dan sebanyak 47 responden atau 41% berpersepsi baik, tidak ada 6. yang berpersepsi tidak baik atau sanagt tidak baik. Gambaran eksternal perseption masyarakat sebagian besar reponden berpersepsi baik yaitu 110 responden berpersepsi baik atau 95,7%. Dan beberapa berpersepsi sangat baik yaitu 5 responden atau 4,3%. Dan tidak ada yang berpersepsi tidak baik apalagi bepersepsi sangat tidak baik. B. Saran 1. Bagi masyarakat Penelitian tentang gambaran persepsi masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa didapatkan sebagian besar mempunyai persepsi baik, untuk itu diharapkan bagi masyarakat untuk meningkatkan persepsi serta tindakan pencegahan dan perawatan individu yang mengalami gangguan jiwa. Peningkatan persepsi ini bisa dengan cara pembuktian pemberian tindakan pencegahan dan perawatannya agar penderita gangguan jiwa bisa merasakanya. Seperti memberikan dukungan masyarakat, serta motivasi dan dorongn juga tidak mengucilkan mereka. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa persepsi masyarakat terhadap Individu yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar baik, dari self perseption maupun eksternal perseptio hasilnya adalah baik. Oleh karena itu, peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian kepada aspek yang lebih luas lagi, mengembangkan variabel-variabel yang belum diteliti, dan metode 85 yang lebih lengkap untuk lebih menyempurnakan penelitian ini dan juga dapat menggunakan analitik sehingga mengetahui hubungan antar variabel. 3. Bagi Institusi Pendidikan dan Ilmu Keperawatan a. Meningkatkan peran instansi terkait serta perawat khususnya keperawatan keperawatan jiwa dalam pelaksanaan pembinaan masyarakat, karena masyarakat cenderung berpersepsi baik, b. diharapakan sikap dan perilaku juga baik. Memberikan saran dan pertimbangan kepada instansi tertinggi dalam penyusunan kebijakan upaya meningkatkan kesejahteraan c. pe.nderita gangguan jiwa. Menambah bahan literatur mengenai masyarakat tentang gangguan jiwa. gambaran persepsi 86 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta. 2006 Depkes RI. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Balai Pustaka. 2000 Efendi Nasrul. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC 1998 Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawtan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008. ______________________. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008 Lutfi Ikhwan, dkk. Psikologi Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Ciputat. 2009 Liliweri Alo. Makna budaya dalam komunikasi Atar Budaya. Yogyakarta : LKis 2002 Maramis,W.F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Uiniversity Perss. 2004 Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2002 Nursalam. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Segung Seto. 2001 Noorkasiani, dkk. Sosiologi Keperawatan. Jakarta : EGC 2007 Perry & Potter. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC 2002 Shaleh, Abdul Rahman dan Wahab, Muhib Abdul . Psikologi Suatu Pengantar Perspektif dalam Islam. Jakarta: Kencana. 2004. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. 2002. Suliswati,dkk. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Kedokteran EGC.2004 Semiun, Yustinus. Kesehatan mental. Yogyakarta: Kanisius. 2006 Syafrudin. Sosial Budaya Dasar. Jakarta: CV Trans Info Media. 2009 Stuart, Gail W. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. 2002 87 WHO. Kesehatan Mental, Hak Asasi dan Legislasi edisi Khusus tentang Kesehatan Mental. 2005;The Lancet, 4 September , 2007, Yosep, Iyus. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. 2007 INFORMED CONSENT PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP INDIVIDU YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI KELURAHAN PORIS PLAWAD KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TAHUN 20011 Assalamualaikum. WR. WB Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang mengadakan penelitian untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan tugas akhir (skripsi). Untuk itu saya mohon kepada bapak/ibu (sebagai responden studi saya) dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini. Dalam kuesioner ini jawaban bapak/ibu akan dijaga kerahasiaannya sehingga kejujuran bapak/ibu dalam menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai. Terima kasih banyak atas bantuan dan kerjasama bapak/ibu untuks peran sertanya dalam studi saya. TTD Hormat Saya, Responden (Peneliti) Alfiana Suci Romadhon Nomor Responden LEMBAR KUESIONER Petunjuk Pengisian: 1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan 2. Pertanyaan di bawah ini mohon di isi semuanya 3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/ibu yang paling sesuai dengan kondisi yang dialami dengan memberikan tanda cek list ( √ ) 4. Isilah titik yang tersedia dengan jawaban yang benar A. Karakteristik Responden 1. Nama Lengkap : …………………. 2. Jenis Kelamin : a. Laki – Laki 3. Umur : ………………………………….. 4. Pendidikan Terakhir : a. Tidak Sekolah c. SMP e. Perguruan Tinggi b. Perempuan b. SD d. SMA 1. Persepsi pilihlah salah satu jawaban untuk setip pertanyaan berikut dengan memberikan tanda cek list ( √ ) pada kolom yang tersedia. NO Pertanyaan 1. Gangguan jiwa adalah perilaku abnormal yang dilakukan oleh seseorang seperti ngomong sendiri, bicara kacau, emosinya mudah berubah, tiba-tiba menagis kemudian tertawa, menarik diri dari lingkungn keluarga dan sosial. 2. Gangguan jiwa itu dapat terjadi karena seseorang yang tidak dapat menyelesaikan masalah yang dialami. 3. Gangguan jiwa adalah penyakit keturunan Orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa itu tidak dapat disembuhkan walaupun sudah dirawat di rumah sakit jiwa dan dinyatakan sembuh Menurut saya orang dengan gangguan jiwa yang selama ini menjadi objek kekerasan baik fisik dan juga seksual. Gangguan jiwa adalah penyakit yang tidak disadari dan timbul dengan sendirinya Gangguan jiwa dapat menyerang siapa saja Seorang pecandu narkoba adalah orang yang terganggu jiwanya, akibat mengkonsumsi obat-obatan terlarang tersebut Tekanan dari lingkungan keluarga dan masyarakat dapat memicu terjadinya gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah penyakit yang tidak ada obatnya. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Gangguan jiwa itu terjadi karena dirasuki oleh makluk halus (stan atau Setuju Sangat Tida Sangat Tidak setuju k setuju setuju jin) 12. 13 14. 15. 16. Saya pernah mendengar jika penderita gangguan jiwa itu dapat sembuh jika lingkungan sekitar membantu dan mendukungnya Menurut saya penderita gangguan jiwa adalah manusia yang haknya dilindungi Menurut saya Penderita gangguan jiwa sudah tidak berguna lagi karena sudah tidak dapat berfikir dengan menggunakan akalnya Saya yakin penderita gangguan jiwa itu menyusahkan Menurut saya Penderita gangguan jiwa tidak perlu mendapat pengobatan 17. Menurut saya penderita gangguan jiwa itu lebih baik di kurung saja karena akan memganggu orang lain 18. Jika ada anggota keluarga saya yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, maka hal itu akan sangat memalukan dan dapat merusak nama baik keluarga. 19. Jika ada anggota keluarga atau orangorang disekitar saya sudah menunjukan perilaku lain di luar kebiasaan, misal suka menyendiri, melamun, dan menunjukan perilaku diluar batas kewajaran. Maka perlu dicurigai dan segera mendapat pertolongan. 20. Saya pernah bertemu orang dengan gangguan jiwa di jalan dengan keadaan lusuh kotor dan bau., kelihatan menjijikan sehingga membuat saya ketakutan. 21 Orang dengan gangguan kesehatan jiwa adalah hal yang sangat menakutkan karena dapat melakukan kekerasan kepada orang lain 22. Penderita ganggu jiwa itu berbahaya 23. Penderita gangguan jiwa sebaiknya di jauhi 24. Menurut saya gangguan jiwa itu adalah kutukan 25. Menurut saya penderita gangguan jiwa itu sudah tidak dapat berkomunikasi lagi jadi sebaiknya diabaikan saja keberadaannya INFORMED CONSENT PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP INDIVIDU YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI KELURAHAN PORIS PLAWAD KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TAHUN 20011 Assalamualaikum. WR. WB Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang mengadakan penelitian untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan tugas akhir (skripsi). Untuk itu saya mohon kepada bapak/ibu (sebagai responden studi saya) dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini. Dalam kuesioner ini jawaban bapak/ibu akan dijaga kerahasiaannya sehingga kejujuran bapak/ibu dalam menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai. Terima kasih banyak atas bantuan dan kerjasama bapak/ibu untuks peran sertanya dalam studi saya. TTD Hormat Saya, Responden (Peneliti) Alfiana Suci Romadhon Nomor Responden LEMBAR KUESIONER Petunjuk Pengisian: 1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan 2. Pertanyaan di bawah ini mohon di isi semuanya 3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/ibu yang paling sesuai dengan kondisi yang dialami dengan memberikan tanda cek list ( √ ) 4. Isilah titik yang tersedia dengan jawaban yang benar A. Karakteristik Responden 1. Nama Lengkap : …………………. 2. Jenis Kelamin : a. Laki – Laki 3. Umur : ………………………………….. 4. Pendidikan Terakhir : a. Tidak Sekolah c. SMP e. Perguruan Tinggi b. Perempuan b. SD d. SMA 1. Persepsi pilihlah salah satu jawaban untuk setip pertanyaan berikut dengan memberikan tanda cek list ( √ ) pada kolom yang tersedia. NO Pertanyaan 1. Gangguan jiwa adalah perilaku abnormal yang dilakukan oleh seseorang seperti ngomong sendiri, bicara kacau, emosinya mudah berubah, tiba-tiba menagis kemudian tertawa, menarik diri dari lingkungn keluarga dan sosial. 2. Gangguan jiwa itu dapat terjadi karena seseorang yang tidak dapat menyelesaikan masalah yang dialami. 3. Gangguan jiwa adalah penyakit keturunan Orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa itu tidak dapat disembuhkan walaupun sudah dirawat di rumah sakit jiwa dan dinyatakan sembuh Menurut saya orang dengan gangguan jiwa yang selama ini menjadi objek kekerasan baik fisik dan juga seksual. Gangguan jiwa adalah penyakit yang tidak disadari dan timbul dengan sendirinya Gangguan jiwa dapat menyerang siapa saja Seorang pecandu narkoba adalah orang yang terganggu jiwanya, akibat mengkonsumsi obat-obatan terlarang tersebut Tekanan dari lingkungan keluarga dan masyarakat dapat memicu terjadinya gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah penyakit yang tidak ada obatnya. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Gangguan jiwa itu terjadi karena dirasuki oleh makluk halus (stan atau Setuju Sangat Tida Sangat Tidak setuju k setuju setuju jin) 12. 13 14. 15. 16. Saya pernah mendengar jika penderita gangguan jiwa itu dapat sembuh jika lingkungan sekitar membantu dan mendukungnya Menurut saya penderita gangguan jiwa adalah manusia yang haknya dilindungi Menurut saya Penderita gangguan jiwa sudah tidak berguna lagi karena sudah tidak dapat berfikir dengan menggunakan akalnya Saya yakin penderita gangguan jiwa itu menyusahkan Menurut saya Penderita gangguan jiwa tidak perlu mendapat pengobatan 17. Menurut saya penderita gangguan jiwa itu lebih baik di kurung saja karena akan memganggu orang lain 18. Jika ada anggota keluarga saya yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, maka hal itu akan sangat memalukan dan dapat merusak nama baik keluarga. 19. Jika ada anggota keluarga atau orangorang disekitar saya sudah menunjukan perilaku lain di luar kebiasaan, misal suka menyendiri, melamun, dan menunjukan perilaku diluar batas kewajaran. Maka perlu dicurigai dan segera mendapat pertolongan. 20. Saya pernah bertemu orang dengan gangguan jiwa di jalan dengan keadaan lusuh kotor dan bau., kelihatan menjijikan sehingga membuat saya ketakutan. 21 Orang dengan gangguan kesehatan jiwa adalah hal yang sangat menakutkan karena dapat melakukan kekerasan kepada orang lain 22. Penderita ganggu jiwa itu berbahaya 23. Penderita gangguan jiwa sebaiknya di jauhi 24. Menurut saya gangguan jiwa itu adalah kutukan 25. Menurut saya penderita gangguan jiwa itu sudah tidak dapat berkomunikasi lagi jadi sebaiknya diabaikan saja keberadaannya LAMPIRAN Case Processing Summary N Cases Valid % 30 100.0 0 .0 30 100.0 Excludeda Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .711 14 Item Statistics Mean Std. Deviation N A4 A5 A6 A9 A12 A13 A17 A18 A19 A20 2.30 2.93 3.10 3.00 3.03 3.13 2.87 3.03 2.43 2.30 .877 .521 .548 .000 .556 .507 .973 .890 .858 .535 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 A21 A22 A23 A25 2.73 3.00 3.23 3.00 .691 .743 .568 .743 30 30 30 30 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted A4 A5 A6 A9 A12 A13 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A25 Frequencies 37.80 37.17 37.00 37.10 37.07 36.97 37.23 37.07 37.67 37.80 37.37 37.10 36.87 37.10 Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha Item Deleted 17.614 18.144 18.000 19.334 17.237 18.240 14.530 16.547 17.885 18.166 16.240 15.334 16.671 14.645 Total Correlation .129 .207 .223 .000 .387 .193 .520 .276 .098 .194 .469 .593 .504 .728 if Item Deleted .726 .707 .706 .715 .690 .708 .664 .705 .730 .708 .677 .658 .677 .638 Statistics jk N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum usia pendidikan persepsi 115 115 115 115 0 1.60 2.00 2 .492 1 2 184 0 29.79 28.00 23a 8.504 16 50 3426 0 3.76 4.00 4 .812 1 5 432 0 66.83 67.00 65a 4.935 55 86 7685 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Frequency Table jk Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent laki-laki 46 40.0 40.0 40.0 perempuan 69 60.0 60.0 100.0 115 100.0 100.0 Total usia Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent 16 1 .9 .9 .9 17 2 1.7 1.7 2.6 18 2 1.7 1.7 4.3 19 5 4.3 4.3 8.7 20 7 6.1 6.1 14.8 21 4 3.5 3.5 18.3 22 1 .9 .9 19.1 23 9 7.8 7.8 27.0 24 6 5.2 5.2 32.2 25 5 4.3 4.3 36.5 26 2 1.7 1.7 38.3 27 9 7.8 7.8 46.1 28 7 6.1 6.1 52.2 29 1 .9 .9 53.0 30 9 7.8 7.8 60.9 31 5 4.3 4.3 65.2 32 3 2.6 2.6 67.8 33 2 1.7 1.7 69.6 34 1 .9 .9 70.4 35 7 6.1 6.1 76.5 36 6 5.2 5.2 81.7 37 1 .9 .9 82.6 38 1 .9 .9 83.5 39 1 .9 .9 84.3 40 4 3.5 3.5 87.8 41 1 .9 .9 88.7 43 1 .9 .9 89.6 44 1 .9 .9 90.4 45 3 2.6 2.6 93.0 46 2 1.7 1.7 94.8 47 2 1.7 1.7 96.5 48 1 .9 .9 97.4 50 3 2.6 2.6 100.0 115 100.0 100.0 Total pendidikan Cumulative Frequency Valid tidak sekolah Percent 1 SD Valid Percent .9 Percent .9 .9 8 7.0 7.0 7.8 SMP 25 21.7 21.7 29.6 SMA 65 56.5 56.5 86.1 PT 16 13.9 13.9 100.0 115 100.0 100.0 Total Descriptives Descriptive Statistics N hasilpersepsi Valid N (listwise) Minimum 115 Maximum 3 Mean 4 Std. Deviation 3.04 .205 115 Frequencies Statistics hasilpersepsi N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum 115 0 3.04 3.00 3 .205 3 4 350 hasilpersepsi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik 110 95.7 95.7 95.7 sangat baik Total 5 115 4.3 100.0 4.3 100.0 100.0 Frequencies Statistics hasilpersepsi N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum 115 0 3.04 3.00 3 .205 3 4 350 hasilpersepsi Cumulative Frequency Valid baik sangat baik Total Percent Valid Percent Percent 110 95.7 95.7 95.7 5 4.3 4.3 100.0 115 100.0 100.0 Case Processing Summary Cases Valid N jk * hasilpersepsi Missing Percent 115 N 100.0% Percent 0 .0% jk * hasilpersepsi Crosstabulation Count hasilpersepsi baik jk laki-laki 43 perempuan Total sangat baik Total 3 67 110 46 2 5 Total 69 115 N Percent 115 100.0% Frequencies Statistics ekternal.persepton.kat N Valid 115 Missing 0 ekternal.persepton.kat Cumulative Valid Frequency Percent Valid Percent Percent 1 .9 .9 .9 109 94.8 94.8 95.7 5 4.3 4.3 100.0 115 100.0 100.0 sangat tidak baik baik sangat baik Total Frequencies ekternal.persepton.kat Cumulative baik sangat baik Total Frequency Percent Valid Percent Percent 110 95.7 95.7 95.7 5 4.3 4.3 100.0 115 100.0 100.0