Volume 07, Nomor 01, Juni 2016 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Hadits dengan Model SAVI pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas III di MI Darun Najah Tulangan Sidoarjo Abstrak: Dalam pembelajaran menghafal hadits mata pelajaran AlQur’an Hadits, guru sering menggunakan metode ceramah dan menugaskan siswa untuk menghafal yang ada dibuku LKS sehingga siswa terlihat sangat pasif dan membosankan. Pada saat apersepsi di pelajaran berikutnya peserta didik sudah banyak yang lupa, dari 12 peserta didik dalam satu kelas hanya 25% peserta didik yang masih mampu mengingat hadits yang sudah dipelajari. Adapun permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan kemampuan menghafal hadits?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghafal hadits siswa setelah diterapkan model SAVI. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak satu siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, tindakan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas III di MI Darun Najah Tulangan Sidoarjo. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu non tes (penilaian sikap, hafalan dan, unjuk kerja). Dari hasil analisis didapatkan bahwa ketuntasan belajar siswa pada saat pre test ketuntasan belajar siswa masih mencapai 25%. Sedangkan di siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 58,3%. Jadi peningkatan secara klasikal dari pre test yang dilakukan oleh guru dan siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti sebanyak 33,3%. Kata Kunci: Kemampuan Menghafal Hadits, Al-Qur’an Hadits, Model SAVI. PENDAHULUAN Salah satu materi yang terpenting adalah belajar membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam (Suryani, 2012: 55). Oleh sebab itu Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih belajar Al-Qur’an adalah suatu kewajiban. Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an dan hadits dengan benar, serta hafalan terhadap surat-surat pendek dalam al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Hal ini sejalan dengan misi pendidikan dasar adalah untuk: (1) pengembangan potensi dan kapasitas belajar peserta didik, yang menyangkut: rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan berkomunikasi dan kesadaran diri; (2) pengembangan kemampuan membaca, menulis, menghitung dan bernalar, keterampilan hidup, dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan terhadan Tuhan YME; serta (3) fondasi bagi pendidikan berikutnya. Di samping itu, juga mempertimbangkan perkembangan psikologis anak, bahwa tahap perkembangan intelektual anak usia 6-11 tahun adalah operasional konkrit (Piaget). Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar juga merupakan masa social imitation (usia 6-9 tahun) atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang dapat memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya (keluarga, guru dan teman-teman sepermainan), usia 9-12 tahun sebagai masa second star of individualisation atau masa individualisasi, dan usia 12-15 tahun merupakan masa social adjustment atau penyesuaian diri secara sosial. Secara substansial mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam AlQur’an-Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Menghafal hadits sangatlah penting. Karena Al - Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup manusia yang utama. Al- Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril secara berangsur - angsur selama 23 tahun. (Mudasir, 2010: 15) mengatakan bahwa hadits adalah segalah perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum syara’ dan ketetapannya. Nabi Muhammad bersabda: “Cintailah Allah yang telah mencurahkan nikmat pada kalian, cintailah aku (Muhammad) dikarenakan aku mencintai Allah, dan cintailah Ahlu Baitku.” (HR. Baihaqi) (Thahir, 2014). Hadits ini menerangkan bahwa kita semua di anjurkan untuk mencintai beliau (Nabi Muhammad) tidak hanya sekedar mengikuti segala jejaknya namun juga dengan mengamalkan segala perkataan dan perbuatannya (Sunnah - Sunnahnya). Dengan demikian kita perlu menanamkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW melalui hadits–hadits sederhana yang harus dikenalkan kepada anak-anak di usia dini, terutama ditingkatan MI. Bukan sekedar dikenalkan saja, akan tetapi hadits juga harus di hafal dan di terapkan oleh anak-anak usia dini di kehidupan sehari-hari 74 Jurnal Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI dengan haarapan agar anak-anak terbiasa melakukan perkatan dan perbuatan yang sesuai seperti Nabi Muhammad dan baik menrut agama Islam. Jika hadits sudah di kenalkan, di hafal dan di terapkan kepada anak-anak usia dini, maka mereka akan mudah mengingatnya walaupun sudah beranjak dewasa kelak. Pepatah mengatakan: “Menuntut ilmu diwaktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan menuntut ilmu diwaktu tua bagai mengukir di atas air.” Bukan hanya itu saja, apabila kita mengenalkan hadits kepada anak-anak apalagi menghafal dan menerapkan pada kehidupan sehari-hari pemahaman anak lebih mudah untuk kita bentuk dan arahkan ke tingkah laku yang lebih baik. Oleh karena itu, KKM mata pelajaran Al-Qur’an hadits di MI Darun Najah yang di tetapkan dan harus dicapai adalah 7,5. Akan tetapi standar nilai ini masih sulit untuk di capai peserta didik di MI Darun Najah, banyak pembelajaran menghafal hadits Nabi yang ada di dalamnya. Peserta didik merasa kesulitan menghafal hadits dengan cepat dan tepat dari 12 peserta didik dalam satu kelas hanya 25% dari peserta didik yang masih mampu mengingat hadits yang sudah dipelajari. Artinya hanya 3 peserta didik yang masih mampu mengingat dan menghafal hadits dengan tepat dan benar. Setelah dianalisis, ternyata ditemukan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik MI Darun Najah Sidoarjo dalam menghafal yakni: (1) kondisi kelas yang kurang kondusif, (2) pembelajaran materi yang tidak menantang (3) kurang tertariknya peserta didik dalam pembelajaran tersebut (4) peserta didik sering merasa bosan apabila guru menyuruhnya menghafalkan hadits terus menerus, apalagi mengingat beserta artinya dengan melengkapi hadits di soasoal ulangan (5) kurangnya peran peserta didik MI Darun Najah Sidoarjo dalam proses pembelajaran. Disamping itu, jika ditinjau dari kompetensi guru mengajar, guru di MI Darun Najah rata-rata lulusan Madrasah Aliyah dan 50% lulusan sarjana. Kelas 1–3 guru kelas dan kelas 4-6 guru mata pelajaran. Suasana pada saat pembelajaran Al-Qur’an Hadits selalu tenang dan membosankan karena siswa hanya mendengarkan guru ceramah dan sesekali menghafalkan beberapa hadits yang ada di buku siswa. Alokasi waktu yang disediakan untuk pembelajaran Al-Qur’an Hadits 2 JP/minggu. Sebelum mengajar pembelajaran berlangsung guru tidak menyiapkan RPP terlebih dahulu ataupun melihat dan membaca RPP terlebih dahulu. Biasanya peserta didik disuruh membuka buku pelajaran, diterangkan sekilas tentang hadits tersebut, membaca haditsnya lalu menghafal dan maju satu persatu didepan kelas. Seakan–akan menghafal hadits dirasa tidak penting dan bapak/ibu guru juga sering tidak menindak lanjuti apa yang sudah peserta didik hafalkan. Dampaknya peserta didik akan bosan dalam mengikuti pelajaran tersebut, peserta didik juga hanya mampu menghafal pada saat pembelajaran berlangsung itu saja, satu pekan kemudian pada saat apersepsi untuk melafadzkan hadits yang sudah Jurnal 75 Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih dihafalkan pada pembelajaran sebelumnya banyak yang sudah lupa dan tidak mampu mengingatnya lagi. Begitu juga pada saat ulangan harian, UTS, maupaun UAS. Peserta didik selalu merasa kesulitan untuk mengerjakan soal yang berisi perintah melengkapi hadits, baik berupa soal pilihan ganda maupun uraian. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah pembelaajaran menghafal hadits dikarenakan gurunya yang kurang kretif dan inovatif dalam menyampaikan pembelajaran karena mengajarkan Hadits pada mata pelajaran AlQur’an Hadits hanya menggunakan metode ceramah dan sekedar menghafal saja. Dan pada saat pembelajaran gurunya juga belum mempersiapkan RPP terlebih dahulu. Oleh karena itu dalam meningkatkan kemampuan peserta didik MI darun Najah Kajeksan diperlukan upaya pengembangan dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran tertentu yang sekaligus dapat menghasilkan peningkatan kemampuan menghafal hadits MI Darun Najah Kajeksan. Tidak bisa hanya dibaca lalu dihafal saja karena penyediaan pengalaman belajar adalah: 10% dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan dengarkan, 70 % dari apa yang kita katakan, 90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan. Tidak kalah pentingnya apabila kita mengucapkan kosa kata langsung kita praktekkan dengan gerakan tubuh menggabungkan antara bayangan, imajinasi, dan kreatifitas yang ada di otak kanan (Idawati, 2011). Hal ini sesuai dengan karakteristik peserta didik MI yang masih aktif dan selalu ingin pembelajaran yang menyenangkan. Jadi seorang guru harus membawa pembelajaran dengan menekankan keaktifan siswa untuk mengalami dan berlatih sendiri. Menghafal hadits pun juga seperti itu sebaiknya harus menyenangkan dan kita gunakan sumber dan alat pembelajaran dari anggota tubuh kita dan sekeliling kita. Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis model pembelajaran yang memungkinkan dapat tercapainya kemampuan menghafal seperti yang disebutkan di atas adalah model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual). (Rusman, 2013: 373-374) Pembelajaran SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indra dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu, Somasi, Auditori, Visual, dan Intelektual. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan menggambarkan. Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan. 76 Jurnal Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang non linear, non mekanis, kreatif dan hidup. Berdasarkan analisis peneliti, menghafal hadits–hadits sederhana menggunakan model pembelajar SAVI memiliki peran untuk memudahkan belajar siswa terutama pada bidang studi Al-Qur’an Hadits sebab model ini merupakan suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan membawa suasana pembelajaran menyenangkan. Menurut Gegne, untuk meningkatkan kualitas belajar sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan dan dipertahankan, seorang tenaga pengajar perlu menyelaraskan fase belajar yang dialami pembelajar dengan peristiwa pembelajaran yang perlu dikondisikan oleh pengajar, sehingga tiap fase belajar dapat menghasilkan suatu aktivitas (proses belajar) yang maksimal dalam diri si belajar. Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti memilih judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Hadits dengan Model SAVI pada Siswa Kelas III Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MI Darun Najah Tulangan Sidoarjo”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual dapat meningkatkan kemampuan menghafal hadits peserta didik kelas MI Darun Najah pada mata pelajaran Al Qur’an hadits semester genap tahun ajaran 2014-2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menghafal hadits peserta didik MI Darun Najah pada mata pelajaran Al qur’an Hadits hingga mencapai nilai rata-rata kelas minimal 7,5. Adapun manfaat penelitian ini adalah; bagi penulis, penelitian ini mampu meningkatkan kemampuan dalam merancang strategi dan metode yang bervariasi dengan menerapkan model SAVI pada pembelajaran; Bagi peserta didik, untuk meningkatkan kemampuan menghafal hadits bagi peserta didik dalam proses pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits; Bagi guru Al-Qur’an Hadits, hasil PTK ini dapat menjadi masukan, menambah wawasan dn pengalaman serta memperkaya alternatif pilihan model pembelajaran sehingga guru Al-Qur’an Hadits dapat memilih atau mengkombinasikan dengan ,model lain untuk kepentingan peningkatan kualitas pada proses pembelajaran sehingga dpat meningkatkan kemampuan peserta didik; Bagi guru MI, sebagai guru MI khususnya di MI Darun Najah dapat memperleh informasi faktual PTK ini, dan dapat memanfaatkan dengan melakukan uji coba dengan setting kelas dan siswa yang lain; Bagi peneliti lain, hasil PTK ini dapat menjadi bahan refleksi untuk melakukan PTK lebih lanjut pada setting kelas, lokasi, waktu, dan subjek yang berbeda, sehingga keajegan model/metode SAVI dapat dibuktikan secara empiris. Jurnal 77 Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih KERANGKA KONSEPTUAL Kemampuan Menghafal Dalam proses pembelajaran di sekolah kemampuan yang dimiliki setiap peserta didik dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat perkembangannya. Adapun kemampuan berasal dari kata “mampu” yang mempunyai arti dapat atau bisa. Menurut (Susanto, 2011: 97) menjelaskan bahwa istilah kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil pembawahan dan latihan. Sedangkan ditinjau dari kamus bahasa Indonesia, kemampuan merupakan kesanggupan seseorang untuk berinteraksi disuatu masyarakat bahasa, antara lain mencakupi sopan santun memahami giliran bercakap-cakap. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai sesuatu keahlian yang merupakan bahwa sejak lahir dalam melakukan pekerjaan. Kata menghafal berasal dari kata حفظا – يحفظ – حفظyang berarti menjaga, dan melindungi (Yunus, 1990: 105). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan diluar kepaala tanpa melihat buku atau catatan lain (Anwar, 2003: 318). Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat. Kemampuan dalam menghafal adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan dengan menghafal yakni mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain dalam pengajaran pelajaran tersebut. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtida’iyah Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtida’iyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis AlQur’an dan Hadits dengan benar, serta hafalan terhadap surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtida’iyah meliputi: (1) pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur’an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. (2) hafalan surah-surah pendek dalam AlQur’an dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya, serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. (3) pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai hadis-hadis yang berkaitan dengan, kkeutamaaan membaca Al-Qur’an, kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, takwa, keutamaan 78 Jurnal Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI memberi, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih. Tujuan pembelajaran Al-Qur’an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah agar siswa mampu membaca, menulis, menghafal, mengartikan, memahami, dan terampil melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an-Hadits dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Inti ketakwaan itu ialah berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) Pembelajaran SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indra dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu, Somasi, Auditori, Visual, dan Intelektual (Rusman, 2013: 373-374). Model SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut Belajar Berbasis Aktivitas (BBA). Artinya, belajar dengan bergerak aktif dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh dengan pikiran terlibat dalam proses pembelajarn. Belajar model ini jauh lebih efektif daripada yang didasarkan pada prestasi, materi, dan media, sebab gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian otak yang akan terkoneksi oleh gerakan fisik adalah konteks motor, dimana fungsi otak bagian ini untuk berfikir memecahkan masalah. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus menggabungkan antara gerakan fisik dan seluruh indra yang ada (Suyadi, 2013: 102). Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan menggambarkan. Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menrangkan. Menurut Meier (Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut: (1) belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran, (2) belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi, (3) kerja sama membantu proses belajar, (3) pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan, (4) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri, (5) emosi positif sangat membantu pembelajaran, (6) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Model SAVI ini dilaksanakan dalam siklus pembelajaraan empat tahap (Rusman, 2013: 373-374): (1) persiapan dengan tujuan menimbulkan minat siswa, memberikan mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka ke dalam situasi optimal untuk belajar, (2) penyampaian untuk membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, dan cocok untuk semua gaya belajar (3) pelatihan, dengan tujuan untuk membantu pembelajar Jurnal 79 Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Indikator Ketercapaian Berdsarkan hasil pre test 12 siswa, rumusan masalah, dan tujuan penelitian ini, dapat ditetapkan indikator ketercapaian, yaitu: (1) terjadi peningkatan aktifitas siswa, (2) ketuntasan minimal yang diharapkan peneliti mencapai 50% siswa atau lebiih telah mampu menghafal hadits tentang persaudaraan dan minimal mencapai nilai 75. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini di laksanakan untuk melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran. Di dalam PTK ini seorang guru harus intropeksi, bercermin, merefleksi, atau mengevaluasi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang pengajar diharapkan cukup profesional. Dengan peningkatan kemampuan diri tersebut, secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran, keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek yang lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa. Dalam penelitian ini, peneliti bermitra dengan guru, yakni menggunakan bentuk kolaboratif. Ditinjau dari pendekatan yang digunakan, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif digunakan untuk membuktikan apakah suatu teknik pembelajaran bisa diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Sedangkan penelitian kualitatif digunakan untuk mencari sumber yang paling umum. Menurut (Emzir, 2012: 37) menjelaskan analisis data kualitatif tergantung pada keterampilan integratif dari peneliti. Interprestasi diperlukan karena data yang dikumpulkan jarang berbentuk angka dan karena data kaya rincian dan panjang. Data ini berupa lembar pengamatan aktivitas siswa, aktivitas guru, wawancara. Penelitian ini di laksanakan di MI Darun Najah Kajeksan Tulangan Sidoarjo tahun pelajaran 2014-2015. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei semester genap 2014-2015. Sedangkan subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas III sebanyak 12 orang dengan pokok bahasan menghafal hadits tentang persaudaraan. Rancangan Penelitian Peneliti menggunakan model penelitian tindakan kelas dalam melaksanakan meodel SAVI, “guru sebagai observer dan peneliti sebagai guru” dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, (Purwati, 2009: 12) yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: 1) 80 Jurnal Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI perencanaan (planning), 2) aksi atau tindakan (acting), 3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting). Secara keseluruhan, empat tahap andalan PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar di bawah ini. Identifikasi Masalah Perencanaan Refleksi Tindakan Siklus 1 Observasi Perencanan Ulang Gambar 1: Alur PTK model Kurt Lewin Tahapan-tahapan dalam siklus tersebut meliputi: pertama, sebelum melaksanakan tindakan, peneliti harus menyusun perencanaan (planning), yaitu dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. Kedua, setelah perencanaan tersusun dengan rapi dan matang, barulah peneliti melaksanakan tindakan (acting) yang telah dirumuskan pada RPP pada situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga, pada tahapan ini guru dan peneliti melaksanakan pengamatan (observing) di kelas yang meliputi: (1) mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar siswa-siswi dalam kelompok; (3) mengamati kelancaran dalam menghafalkan tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK. (4) aktifitas guru (5) aktifiitas guru. Teknik Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, catatan lapangan, penilaian non tes (penilaian sikap, hafalan dan penilaian unjuk kerja kelompok siswa). Jurnal 81 Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Rencana Pelaksanaan Pelajaran), lembar observasi, lembar wawancara, lembar kegiatan siswa, lembar penilaian non tes (rubrik penilaian sikap, rubrik penilaian hafalan, dan rubrik penilaian unjuk kerja kelompok). Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keaktifan suatu model dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa penilaian non tes yang terdiri dari: penilaian sikap, penilaian hafalan, dan penilaian unjuk kerja kelompok. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Dari analisis ini data yang diperoleh akan diolah dan disnalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu, (1) data hasil pengamatan tentang aktifitas guru dalam mengajar dan siswa dalam mengajar, (2) data dari hasil tes belajar siswa untuk mengetahui kemampuan siswa menghafal hadits. Analisis ini menggunakan statistik sederhana untuk menilai non tes. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi jumlah siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh rata- rata tes formatif dapat dirumuskan: ∑𝑋 𝑋̅ = ∑ 𝑁 Keterangan X : Nilai rata-rata ∑X : Jumlah semua nilai kuesioner siswa ∑N : Jumlah siswa. Untuk ketuntasan belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai prosentase 50% dengan nilai 75. Untuk menghitung presentasi ketuntasan belajar di gunakan rumus sebagai berikut: P= ∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 ∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100 % HASIL ANALISIS DATA PENELITIAN PER-SIKLUS Siklus I Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mencari guru yang akan dijadikan kolaborasi untuk mencari masalah atau kesulitan yang dihadapi guru didlam kelas sebagai sumber PTK dan juga menjadi observer. 82 Jurnal Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran dengan menggunakan model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual), lembar materi hadits persaudaraan, lembar observasi guru dan siswa, rubrik penilaian sikap, rubrik penilaian hafalan, dan rubrik unjuk kerja kelompok, rangkaian media. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2015 dikelas III dengan jumlah 12 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru dan guru kelas III MI Darun Najah tersebut bertindak sebagai pengamat. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran menggunakan model SAVI yang telah dipersiapkan yakni: 1. Penyampaian Peserta didik mendengarkan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan selama pembelajaran, yaitu menghafal hadits tentang persaudaraan. Kemudian peserta didik melihat dan mendengarkan guru melafadzkan hadits tentang persaudaraan dengan menggunkan gerakan tubuh yang sesuai dengan terjemahnya. (Auditori, Visual). Dalam tahap ini peserta didik sangat antusias mendengarkan dan menyimak gerakan guru. 2. Pelatihan Peserta didik melihat dan menirukan guru melafadzkan hadits tentang persaudaraan kembali perkata dengan menggunkan gerakan tubuh yang sesuai dengan terjemahnya. (Somatis, Auditory, Visual), pelafalan diulang beberapa kali sampai peserta didik hafal. Peserta didik melafadzkan hadits tentang sholat berjama’ah beserta gerakannya secara individu dan bergantian dan peserta didik sangat senang mengikuti pembelajaran yang telah berlangsung. Kemudian guru membagi peserta didik menjadi 3 kelompok, peserta didik menyusun teks hadits tentang persaudaraan yang telah diacak dalam amplop pada lembar kerja yang diberikan oleh guru. (Intelektual). Didalam kegiatan ini menjadikan siswa tidak ramai dan bermain, akan tetapi peserta didik sibuk mengerjakan tufgas kelompok dengan mengingat lafadz hadits beserta terjemah dan gerakannya secara sempurna. 3. Penampilan Hasil Perwakilan 1 anak untuk menyampaikan hasil jawaban didepan kelas, siswa yang lain menanggapi hasil presentasi (melengkapi, mengkonfirmasi, dan menyangga). Kemudian guru memberi penguatan terhadap hasil jawaban peserta didik, sedangkan peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya tentang hasil diskusi yang belum mereka mengerti. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Jurnal 83 Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih Tabel 1: Tabulasi Nilaian Hafalan Siswa Nilai Jumlah Siswa Ketuntasan 100 3 Tuntas 93,3 2 Tuntas 86,7 1 Tuntas 80 1 Tuntas 73,3 2 Belum Tuntas 53,3 2 Belum Tuntas 46,7 1 Belum Tuntas Jumlah Seluruh Nilai 953,2 Jumlah siswa yang tuntas 7 Jumlah siswa yang belum tuntas 5 Rata-rata nilai siswa 79,4 Presentasi ketuntasan 58,3% Tabel 2: Tabulasi Nilai Sikap Siswa Nilai Jumlah Siswa Keterangan 100 2 Tuntas 88,9 4 Tuntas 77,8 1 Tuntas 66,7 3 Belum Tuntas 55,6 1 Belum Tuntas 44,4 1 Belum Tuntas Jumlah Seluruh Nilai 933,5 Jumlah siswa yang tuntas 7 Jumlah siswa yang belum tuntas 5 Rata-rata nilai siswa 77,8 Presentasi ketuntasan 58,3% Tabel 3: Tabulasi Nilai Unjuk Kerja Kelompok Nilai Jumlah Siswa Keterangan 100 4 Tuntas 88,9 4 Tuntas 55,6 4 Belum Tuntas Jumlah Seluruh Nilai 978 Jumlah siswa yang tuntas 4 Jumlah siswa yang belum tuntas 8 Rata-rata nilai siswa 81,5 Presentasi ketuntasan 66,7% 84 Jurnal Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI Tabel 4: Tabulasi Hasil Nilai Siswa pada Siklus I yang didapat dari Penjumlahan Nilai Hafalan, Sikap dan Unjuk Kerja Kelompok dibagi 3 Nilai Jumlah Siswa Ketuntasan 100 2 Tuntas 92,6 1 Tuntas 90,3 2 Tuntas 86 1 Tuntas 76,3 1 Tuntas 72,6 1 Belum Tuntas 69,7 1 Belum Tuntas 69,4 1 Belum Tuntas 56,3 1 Belum Tuntas 51,1 1 Belum Tuntas Jumlah Seluruh Nilai 954,6 Jumlah siswa yang tuntas 7 Jumlah siswa yang belum tuntas 5 Rata-rata nilai siswa 79,55 Presentasi ketuntasan 58,3 % 80% 70% 60% 50% 40% Pra Siklus 30% Siklus I 20% 10% 0% Tuntas Belum Tuntas Grafik 1: Perbandingan Presentase Ketuntasan Belajar Pra Siklus dan Siklus I Ketuntasan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah 50% siswa MI Darun Najah minimal mencapai nilai 75. Dari tabel dan grafik di atas di peroleh nilai rata-rata siswa 79,55 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 58,3%. Hasil ini menunjukkan peningkatan yang sedikit lebih baik dari apa yang dialami guru mata pelajaran yang sebelumnya ketuntasan belajarnya masih mencapai 25%. Adanya peningkatan hasil belajar ini karena siswa lebih bersemangat untuk menghafal hadits melalui gerakan. Pada saat berkelompok untuk mengerjakan unjuk kerja siswa juga bersemangat mengerjakan karena sibuk mengingat-ingat hafalan hadits beserta terjemahannya serta isyarat gerakan dari hadits dan terjemahannya tersebut. Jurnal 85 Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih Refleksi Dalam tahap ini akan dikaji apa yang terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran SAVI. Dari data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: (1) guru belum bisa mengelola waktu dengan baik karena membutuhkan waktu yang lama, melebihi alokasi waktu yang di sediakan. (2) model ini menuntut adanya guru yang sempurna dalam menyampaikan pembelajaran. (3) selama proses belajar mengajar semua pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Meskipun ada beberapa hal yang belum sempurna, tetapi prosentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar dari 25% menjadi 58,3% siswa yang tuntas. (4) berdasarkan hasil pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung siswa sangat aktif, tertarik dan bersemangat untuk menghafal serta tidak merasa membosankan hanya melihat buku, membaca dan menghafalnya seperti halnya yang di perintah guru dalam pembelajran sebelumnya. Perbedaannya dengan pembelajaran ini adalah siswa menghafal tanpa melihat dan membaca buku akan tetapi langsung menghafal lafadz beserta terjemahannya perkata/perlafadz melalui gerakan yang dibimbing guru. (5) siswa lebih termotivasi untuk belajar lebih baik. Revisi Adapun langkah perbaikan yang dilakukan pada siklus ini adalah peneliti telah menerapkan pembelajaran model SAVI melafadzkan dan menerjemahkan hadits tentang persaudaraan menggunakan gerakan tubuh dan bekerja kelompok sehingga peserta didik mampu menghafal hadits tentang persaudaraan beserta terjemahannya tapi lafadz/kata dan keseluruhannya dengan cepat, baik dan benar serta sempurna. Dilihat dari kativfitas siswa pada proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Maka tidak dibutuhkan revisi yang terlalu banyak, hanya saja kurang baik dalam mengelola waktu karena terlalu banyak membutuhkan waktu dan yang diperlukan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pembelajaran selanjutnya dapat tercapai dengan baik. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh peserta didik menunjukkan bahwa penerapan model SAVI berimplikasi positif dalam meningkatkan kemampuan menghafal siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin cepatnya menghafal hadits dengan mengingat gerakan yang telah dipraktekkan oleh guru dan siswa. Siswa lebih bersemangat untuk menghafal hadits melalui gerakan. Pada saat berkelompok untuk mengerjakan unjuk kerja siswa juga bersemangat mengerjakan karena sibuk mengingat-ingat hafalan hadits beserta terjemahannya serta isyarat gerakan dari hadits dan terjemahannya tersebut Terbukti dengan semakin nilai rata-rata siswa yang diperoleh 79,55 dan ketuntasan belajar siswa 58,3%. Hasil ini menunjukkan 86 Jurnal Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI peningkatan yang sedikit lebih baik dari apa yang dialami guru mata pelajaran yang sebelumnya ketuntasan belajarnya masih mencapai 25%. . Berdasarkan analisis data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses pembelajaran SAVI dalam siklus ini mengalami peingkatan dari permasalahan sebelumnya. Hal ini berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam menghafal hadits. Dapat dilihat dari meningkatnya prosentase yang biasanya yang dicapai guru tersebut 25% namun pada pembelajaran ini mencapai 58,3%. Berdasarkan aktifitas data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses pembelajaran menghafal hadits tentang persaudaraan menggunakan model SAVI yang yang paling dominan adalah pada saat siswa menghafal hadits melalui gerakan yang menjadikan semangat baru bagi anak untuk menghafal yang tidak membosankan, dan juga pada saat mereka mengerjakan lembar kegiatan menyusun hadits tentang persaudaraan dan terjemahannya siswa sangat antusias karena saling bersaing dan bekerja keras mencari jawaban dengan mengingat-ingat kemabali hadits tersebut beserta gerakannya. Sedangkan aktifitas guru selama pembelajaran berlangsung melaksanakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model SAVI dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktifitas membimbing dalam menghafal melalui gerakan dengan penuh semangat dan nada yang tidak membosankan, mengamati siswa dalam pembelajaran tersebut melalui rubrik penilaian (penilaian sikap, hafalan, dan unjuk kerja), PENUTUP Kesimpulan Pembelajaran dengan menggunakan model SAVI memiliki dampak positif dalam meningkatkan aktifitas kemampuan menghafal hadits siswa MI Darun Najah yang ditandai pada saat pre test nilai rata-rata siswa 70,4 dan ketuntasan belajar siswa masih mencapai 25%. Sedangkan di siklus I rata-rata nilai siswa yang mencapai 79,55, sedangkan prosentase ketuntasan belajar siswa mencapai 58,3%. Jadi peningkatan secara klasikal dari pre test yang dilakukan oleh guru dan siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti sebanyak 33,3%. Saran Model, strategi, metode untuk mengaktifkan siswa dikelas sekarang sudah banyak sekali, maka dari itu sebaiknya seorang guru harus kreatif untuk menggali dan mencari model-model pembelajaran yang kreatif dan innovatif sehingga mampu mengaktifkan siswa didalam kelas, pembelajaran menjadi menarik, bersemangat, siswa pun tidak ,membosankan. Model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Auditori) merupakan salah satu cara yang tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan menghafal hadits siswa. Jurnal 87 Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih Bagi bagi siswa-siswi MI Darun Najah, dengan pelaksanaan PTK ini, diharapkan kemampuan menghafal haditsnya dapat meningkat. sedangkan bagi peneliti perlu adanya penelitian tindakan lebih lanjut lagi, karena penelitian ini hanya dilakukan oleh peneliti selama 2 hari 1 hari untuk wawancara dan 1 hari lagi untk melakukan tindakan observasi dikelas. Sehingga didalamnya tentu masih ada beberapa kekurangan. Dan penelitian selanjutnya harus ada perbaiakn dan penempurnaan dari penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih maksimal lagi. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Thahir, Ahmad. 2014. Fikih Sunnah untuk Anak. Surakarta: Ziyad Visi Media. Desy anwar. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, cet. II. Surabaya: Amelia. Eni Purwati, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Paket 5. Surabaya: LAPIS PGMI. Khoirotul Idawati. 2011. Teknik Menghafal Al-Quran Model File Komputer Metode Hanifida. Mahmud Yunus. 1990. Kamus Arab-Indonesia, cet. II. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuhryah. Mudasir. 2010. Ilmu Hadit. Bandung: Pustaka Setia. P. Joko Subagyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Persada Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalme Gur. Jakarta: Rajawali Persada. Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suryani. 2012. Hadits Tarbawi, Analisis Pedagogis Hadits-Hadits Nabi. Yogyakarta: Teras Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Emzir. 2012. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. 88 Jurnal