Mengenal sistem ketenaga kelistrikan Pertemuan 10 - 13 1 SISTEM TENAGA LISTRIK • Sistem Pembangkit – Gardu Induk Pembangkit/Step Up • Sistem Transmisi – Gardu Induk • Sistem Distribusi – Gardu Distribusi • Beban 2 1.1. PROSES PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Pusat Listrik Saluran Transmisi Gardu Induk Jaringan Distribusi JTM Gardu Distribusi S.R APP IR JTR 3 1.2. SISTEM TENAGA LISTRIK PLTU 150 kV Subsistem Distribusi Subsistem Distribusi GI GI 150 kV Subsistem Distribusi GI GI Subsistem Distribusi PLTGU PLTG GI Subsistem Distribusi Subsistem Distribusi Subsistem Distribusi GI GI 150 kV PLTA Masing-masing Subsistem Distribusi TIDAK ADA HUBUNGAN Listrik satu sama lain 4 PLTA / PLTGU GARDU INDUK STEP UP PLTG UNIT PENGATUR DISTRIBUSI SALURAN TRANSMISI INDUSTRI BESAR GARDU INDUK 70 kV PLTD GARDU INDUK 150 kV INDUSTRI MENENGAH / KECIL SALURAN TRANSMISI KANTOR / PERTOKOAN JARINGAN TM / TR SEKOLAH / PERGURUAN TINGGI PERUMAHAN 5 6 INDUSTRI BISNIS PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH TRAFO STEP DOWN GARDU STEP DOWN GARDU STEP-UP SISTEM PEMBANGKIT SOSIAL/ PUBLIK SISTEM TRANSMISI SISTEM DISTRIBUSI KONSUMEN 7 Pertemuan 10 Sistem Pembangkit (Konsep Dasar) 8 1.1. PENGERTIAN UMUM Secara harfiah yang dimaksud pembangkitan, adalah sesuatu atau hal-hal atau suatu aktivitas yang bisa membangkitkan sesuatu, atau timbulnya efek (hasil) tertentu akibat adanya pembangkitan. Dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksudkan pembangkitan adalah pembangkit tenaga listrik. Definisi pembangkit tenaga listrik : Suatu sub sistem dari sistem tenaga listrik yang terdiri dari instalasi elektrikal, mekanikal, bangunan-bangunan (civil works), bangunan pelengkap serta bangunan dan komponen bantu lainnya. Berfungsi untuk merubah energi (potensi) mekanik menjadi energi (potensi) listrik. Dalam mendefinisikan pengertian pembangkit listrik, akan muncul berbagai definisi/ pengertian, tergantung dari sudut mana orang melihat, memahami, mengasumsikan dan mendefinisikannya. 9 1.2. PRINSIP KERJA Potensi mekanik (air, uap, gas, panas bumi, nuklir, dan lain-lain) menggerakkan turbin yang porosnya (as-nya) dikopel dengan generator. Dari generator inilah energi listrik dihasilkan. Khusus untuk PLTD prinsip kerjanya agak berbeda, karena mesin diesel merupakan unit lengkap yang langsung menggerakkan generator (merupakan suatu unit yang rigid/ kompak. Penggerak mula (prime mover) yang berupa turbin diesel, turbin air, turbin uap, turbin gas, dan lain-lain, menggerakkan generator sinkron, sehingga dihasilkan energi listrik arus bolak-balik tiga fasa. Tegangan keluaran (output voltage) yang dihasilkan pembangkit tenaga listrik pada umumnya kecil dan sampai saat ini tegangan terbesar yang dihasilkan adalah 23 KV. Mengingat energi listrik tersebut akan disalurkan ke pusat-pusat beban yang jaraknya jauh, maka tegangannya dihasilkan terlebih dahulu dengan menggunakan trafo penaik tegangan (step-up transformer). 10 1.3. KOMPONEN UTAMA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Penggerak mula (prime mover), berupa : Mesin Diesel. Turbin (air, uap, gas). Beserta komponen dan perlengkapannya. Komponen listrik, antara lain : Generator dan perelengkapannya. Transformator dan perlengkapannya. Peralatan proteksi. Saluran kabel, busbar, dan lain-lain. Dan lain sebagainya. Komponen sipil, antara lain : Bendungan, pipa pesat (penstock), prasarana dan sarana sipil penunjang (untuk PLTA). Prasarana dan sarana sipil (pondasi peralatan, jalan, cable duct, dan lainlain). Gedung kontrol (control building) dan perlengkapannya. Komponen mekanisasi, misalnya : serandang peralatan, komponen pelengkap turbin, dan lain-lain. 11 1.4. PERMASALAHAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Masalah teknis : Penyediaan energi primer (air, BBM, batubara, gas, panas bumi, dan lainlain). Penjernihan air pendingin (untuk pembangkit termal). Masalah limbah, misalnya : • PLTU menghasilkan limbah yang mengandung gas SO2, CO2 dan Nox. • PLTD dan PLTG menghasilkan limbah berupa minyak pelumas. Masalah kebisingan (terutama PLTD dan pembangkit termal). Masalah pengoperasian, yang pada umumnya harus beroperasi nonstop selama 24 jam sepanjang tahun. Pemeliharaan. Gangguan dan kerusakan. Pengembangan pembangkitan. Perkembangan teknologi pembangkitan. Masalah Non Teknis : Masalah regulasi. Kesulitan mendapatkan lahan. Masalah sosial, misal : keengganan dan protes dari masyarakat. Masalah finansial (keterbatasan kemampuan likuiditas pemerintah, pembayaran ganti rugi yang mahal, dan lain-lain). In-kondusifitas berbagai hal (investasi, kambtibmas, sosial, hukum, dan lainlain). 12 1.5. JENIS PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Pembangkit mini/ mikro : Pembangkit Listrik Tenaga Mini/ Mikro Hidro (PLTMH). Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Catatan : - Pada umumnya dipasang di daerah terisolir dan melayani beban yang kecil/ terbatas. - Sebagian masih bersifat pengembangan. Pembangkit makro (kapasitas besar) : Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Pembangkit Listrik Tenaga GAs dan Uap (PLTGU). Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Catatan : - Pada umumnya dipasang di Pulau-Pulau Besar di Indonesia (Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi). - Untuk membangun PLTA, pada saat ini banyak menemui hambatan/ kendala. - PLTN di Indonesia saat ini masih bersifat sebagai obyek riset dan belum dibangun untuk melayani pelanggan listrik umum. 13 1.6. DUA JENIS OPERASI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Untuk melayani beban dasar, pada umunya jenis pembangkit : Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pembangkit Listrik Tenaga gas (PLTG) Pembangkit Listrik Tenaga Gas – Uap (PLTGU) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan pembangkit Listrik Tenaga Diesel, tergantung situasi dan kondisi. Untuk melayani beban dalam keadaan darurat, misalnya karena gangguan listrik dan untuk mengatasi beban puncak, pada umumnya jenis pembangkit : Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Catatan : Apakah pembangkit tenaga listrik dioperasikan untuk melayani beban dasar, beban dalam keadaan darurat atau beban puncak, pada kenyataannya sangat tergantung pada situasi dan kondisi yang ada, misal : untuk daerah terisolir yang hanya memiliki PLTD, maka PLTD tersebut akan dioperasikan terus menerus, tanpa melihat jenis beban yang dilayani. 14 1.3. PUSAT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN KOLAM TANDO Bukit Tabung Peredam (Surge Tank) Hutan Kolam Tando Air Terowongan Air H (m) Dasar Sungai Pipa Pesat P (kw) Q m3/det) Generator Katup Utama Turbin Proses konversi energi dalam Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA). 15 1.4. PLTA KOLAM TANDO : PELESTARIAN HUTAN PENTING Bendungan PLTA Mrica di Jawa Tengah dengan kapasitas 3 x 60,3 MW dimana tampak Bendungan beserta Pelimpasannya (sisi kiri) dan Gedung PLTA beserta Air Keluarnya (sisi kanan). Bendungan Waduk PLTA Saguling 4 x 175 MW dimana tampak Rock Fill Dam (sisi kiri) dan Pelimpasan (bagian tengah) serta Pintu Air untuk pengamanan Dam. 16 1.5. PUSAT LISTRIK TENAGA AIR RUN OFF RIVER PUSAT LISTRIK TENAGA AIR PRINSIP KERJA KOLAM TANDO HARIAN SALURAN TERBUKA PIPA UDARA SUNGAI KATUP OTOMATIS SALURAN TERTUTUP SARINGAN HALUS PIPA PESAT PINTU PENGATUR PERLENGKAPAN PEMELIHARAAN REGULATOR RODA GIGI TURBIN GENERATOR KOLAM / BAK PENGENDAP EXCITER PERLENGKAPAN PENYALURAN KATUP UTAMA SUNGAI PIPA PEMBUANGAN Prinsip kerja PLTA Run off River. 17 1.6. PUSAT LISTRIK TENAGA UAP TURBIN TEKANAN TINGGI UAP TURBIN TEKANAN SEDANG TURBIN TEKANAN RENDAH TURBIN TURBIN KONDENSOR LUVO ( PEMANAS UDARA) PEMBAKAR GAS BEKAS KETEL POMPA BAHAN BAKAR KIPAS TEKAN PAKSA LAUT / SUNGAI Prinsip kerja PLTU. 18 1.7. PLTU : PROSES KONVERSI ENERGI PANJANG Coal Yard PLTU Suralaya 4 x 400 MW dan 3 x 600 MW di Jawa Barat dimana tampak Conveyor Pengangkut Batu Bara dan Cerobong. PLTU Paiton milik PLN 2 x 400 MW di Jawa Timur dimana tampak Intake Air, Conveyor Batu Bara, Ketel Uap, dan Cerobong. 19 1.8. PUSAT LISTRIK TENAGA GAS B ahan B akar P engabut Udara T ransition P iece Gas B uang E nergi Listrik Ruang B akar P oros K ompresor T urbin Generator Transition piece: Tempat transisi / terjadinya perubahan. Prinsip kerja Unit Pembangkit Turbin Gas 20 1.9. PLTG : TEKNOLOGI SUHU TINGGI Turbin Gas buatan Alstom tipe GTX 100 dengan daya keluar ± 100 MW dimana yang tampak di depan adalah sisi gas buang. 21 1.10. PUSAT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP G G Pr G Pr Pr TG TG TG KU KU GB KU GB Uap GB HU Air HA Uap TU P Pr G Air Kd P Air Laut Skema sebuah Blok PLTGU yang terdiri dari 3 Unit PLTG dan sebuah Unit PLTU HU : Header Uap, Kd : Kondensor, Pr : Poros, HA : Header Air, G : Turbin Gas, TU : Turbin Uap, KU : Ketel Uap, G : Generator, GB : Gas Buang, P : Pompa 22 1.11. PLTGU : EFISIENSI TERMAL PALING TINGGI Heat-Recovery Steam Generator PLTGU Tambak Lorok Semarang dari Unit PLTG 115 MW. PLTGU Grati di Jawa Timur (Pasuruan) 23 1.12. PUSAT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI H ujan TU G H utan U ap Lapisan H umus Permukaan TanahK t Kd Air P Kantong U ap Sumber Air Lapisan Keras Magma Skema Sirkit Uap dan Air pada PLTP. TU : Turbin Uap, Kd : Kondensor Kontak Langsung, Kt : Katup, G : Generator, P : Pompa 24 1.13. HUBUNGAN ANTARA GENERATOR DENGAN REL SEHARUSNYA HORIZONTAL SEHARUSNYA HORIZONTAL P MS U j ung S al ur an K abel P MS P MT P or os G enerat or K abel TA TT Generator T i ang Penyangga T er mi nal G ener at or T er mi nal K abel S al ur an K abel Permukaan T anah P ondasi Hubungan antara generator dan rel. TA = Transformator Arus, TT = Transformator Tegangan, PMS = Saklar Pemisah / Disconnecting Switch (DS) PMT = Pemutus Tenaga / Circuit Breaker (CB) Di depan dan di belakang PMT harus selalu ada PMS, karena posisi pisau-pisau sakelar PMT tidak tampak. Posisi pisau-pisau PMS harus tampak 25 Pertemuan 11 Sistem Transmisi (Konsep Dasar) 26 SISTEM TRANSMISI JAMALI 27 SISTEM TRANSMISI JAMALI 28 SISTEM TRANSMISI JAMALI 29 INTERKONEKSI SUMATARA - JAWA 30 1.1. PENGERTIAN UMUM Secara etimologis yang dimaksud transmisi adalah pengiriman; jaringan atau penyaluran. Sedangkan penyaluran dapat diartikan : proses; perbuatan; cara menyalurkan. Dalam konteks pembahasan ini, yang dimaksud transmisi (penyaluran) adalah penyaluran energi listrik, sehingga mempunyai maksud : proses dan cara menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, misalnya : Dari pembangkit listrik ke gardu induk. Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya. Dari gardu induk ke jaring tegangan menengah dan gardu distribusi. Dari jaring distribusi tegangan menengah ke jaring tegangan rendah dan instalasi pemanfaatan. Lebih spesisifik lagi dalam pembahasan ini akan difokuskan pada Transmisi Tegangan Tinggi atau Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang ada di Indonesia. Pembahasannya bersifat praktis sesuai pengalaman dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dengan harapan para profesionalis di bidang pemasangan (konstruktor) instalasi listrik akan lebih mudah dalam mempelajari dan 31 memahaminya. 1.2. FUNGSI TRANSMISI Sebagaimana disebutkan dimuka bahwa transmisi tenaga listrik benfungsi untuk menyalurkan energi listrik dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sedangkan transmisi tegangan tinggi, adalah : Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya. Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi. Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan 150 KV. Beberapa hal yang perlu diketahui : Transmisi 30 KV dan 70 KV yang ada di Indonesia, secara berangsur-angsur mulai ditiadakan (tidak digunakan). Transmisi 70 KV dan 150 KV ada di Pulau Jawa dan Pulau lainnya di Indonesia. Sedangkan transmisi 275 KV dikembangkan di Sumatera. Transmisi 500 KV ada di Pulau Jawa. 32 1.3. JENIS TRANSMISI BERDASARKAN KUALIFIKASI TEGANGAN Selama ini ada pemahaman dari para profesionalis ketenagalistrikan, bahwa yang dimaksud transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi. Bahkan ada yang memahami bahwa transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (over head line). Sebenarnya transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah tegangan ultra tinggi (UHV), tegangan ekstra tinggi (EHV), tegangan tinggi (HV), tegangan menengah (MHV), dan tegangan rendah (LV). Di Indonesia, kosntruksi transmisi terdiri dari : Menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah, tegangan menengah dan tegangan tinggi. Menggunakan kabel udara untuk tegangan ekstra tinggi. Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari kualifikasi 33 tegangannya : 1.3.1. SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) 200 KV – 500 KV Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW. Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah : konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar. Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET, adalah masalah sosial yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain : Timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET. Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi. Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET. Dan lain sebagainya. Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km. 34 1.3.2. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV – 150 KV Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netral digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masingmasing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan berkas konduktor disebut Bundle Conductor. Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif adalah 100 km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km, maka tegangan jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehingga tegangan ini di ujung transmisi menjadi rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka sistem transmisi dihubungkan secara ring system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia. 35 SUTT 150 KV 36 1.3.3. SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV – 150 KV SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau JAwa), dengan beberapa pertimbangan : Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower. Untuk ROW juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi. Pertimbangan keamanan dan estetika. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi. Jenis kabel yang digunakan : Kabel yang berisolasi (berbahan) poly etheline atau kabel jenis Cross Link Poly Etheline (XLPE). Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper impregnated). Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan : Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core. Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core. Pertimbangan fabrikasi. Pertimbangan pemasangan di lapangan. 37 Lanjutan 1.3.3. Kelemahan SKTT : Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT. Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain. Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa sambungan sesuai kebutuhan. Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable) dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu : Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura). Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali). Beberapa hal yang perlu diketahui : Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan. Direncanakan akan didibangun sub nmarine cable Jawa – Sumatera. Untuk Jawa – Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang (diletakkan) di atas Jembatan Suramadu. 38 1.3.4. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV – 30 KV Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV. Secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini hampir semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV. Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen). Berdasarkan sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya hanya pada jarak (panjang) antara 15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari jarak tersebut, efektifitasnya menurun, karena relay pengaman tidak bisa bekerja secara selektif. Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada (kemampuan likuiditas, kondisi geografis, dan lain-lain), transmisi SUTM di Indonesia disalurkan jauh melebihi kondisi ideal di atas. 39 1.3.5. SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV – 20 KV Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah. Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM, adalah : Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM. Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota dan pemukiman padat. Pertimbangan segi estetika. Beberapa hal yang perlu diketahui : Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena harga kabel yang jauh lebih mahal dibandimg penghantar udara dan dalam pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan banyak pihak. Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering menimbulkan masalah, khususnya terjadinya kamacetan lalu lintas. Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM terpasang di wilayah PT. PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang. Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan SUTM. 40 1.3.6. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR) 40 VOLT – 1000 VOLT Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt. Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh : Susut tegangan yang disyaratkan. Luas penghantar jaringan. Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi. Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain). Di Indonesia (PLN), susut tegangan yang diijinkan adalah + 5 % dan – 10 %, dengan radius pelayanan berkisar 350 meter. Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage Twisted Cable (LVTC). 41 1.3.7. SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR) 40 VOLT – 1000 VOLT Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam tanah. Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW) tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi. Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan : Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya : karena menggunakan transmisi SKTM. Faktor estetika. Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah perkotaan, terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek estetika. Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan, antara lain : Biaya investasi mahal. Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah. Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif lama untuk perbaikannya. 42 1.4. PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI Adanya pertambahan dan pertumbuhan beban pada instalasi pemanfaatan. Karena pembangkit tenaga listrik pada umumnya lokasinya jauh dari pusat-pusat beban, sehingga untuk menyalurkan energi listrik harus dibangun transmisi tegangan tinggi. Pemilihan transmisi SUTT mempertimbangkan beberapa hal, antara lain : Biaya investasi (biaya pembagunan) jauh lebih murah jika dibanding transmisi SKTT. Untuk penyaluran yang jaraknya jauh, SUTT lebih mudah, lebih cepat dan lebih praktis dalam pelaksanaan pembangunannya. Koordinasi pada saat pelaksanaan pembangunan, lebih mudah, dan tidak melibatkan banyak pihak jika dibandingkan dengan SKTT. Pada saat beroperasi, jika terjadi gangguan mudah dalam perbaikannya. Route SUTT bisa melewati berbagai kondisi geografis, misal : dataran rendah (tanah rata), pegunungan, sungai, persawahan, perbukitan, dan lainlain. Untuk di Pulau JAwa, transmisi SUTT 150 KV telah terpasang secara terintegrasi melalui sistem interkoneksi (interconnection system). Sedangkan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi sedang dikembangkan menjadi sistem interkoneksi. 43 1.5. KETENTUAN JARAK AMAN/ RUANG BEBAS (ROW) Transmisi tenaga listrik yang bertegangan tinggi (SUTET, SUTT, SKTT, SKLTT), memiliki resiko tinggi terhadap keamanan dan kesehatan lingkungan, terutama menyangkut masalah besarnya tegangan dan pengaruh medan listrik yang ditimbulkannya. Satu hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi, adalah ketentuan jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada daerah yang dilalui oleh jalur transmisi tegangan tinggi. Dengan terpenuhinya jarak/ aman / ruang bebas (ROW) di sepanjang jalur transmisi tegangan tinggi, maka : Keamanan dan kesehatan lingkungan dapat terpenuhi dengan baik. Dampak secara teknik, keamanan, kesehatan dan sosial, dapat diterima oleh masyarakat. Pada jalur SUTT yang lama pada umumnya sepanjang jalur SUTT tidak boleh didirikan bangunan. Tetapi saat ini di sepanjang jalur SUTT banyak didirikan bangunan, dengan pertimbangan selama jarak aman/ ruang bebas (ROW) dipenuhi, maka keselamatan dan kesehatan lingkungan akan terpenuhi pula. 44