lpsk - DPR RI

advertisement
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESI
---------------------------------
LAPORAN SINGKAT
RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN
LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK)
--------------------------------------------------(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)
Tahun Sidang
Masa Persidangan
Rapat ke
Sifat
Jenis Rapat
Hari/tanggal
Waktu
Tempat
Ketua Rapat
Sekretaris Rapat
Hadir
Izin
Acara
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
2010-2011.
III.
Terbuka.
Rapat Dengar Pendapat.
Senin, 7 Februari 2011.
Pukul 10.15 – 13.10 WIB.
Ruang Rapat Komisi III DPR RI.
Fahri Hamzah, SE / Wakil Ketua Komisi III DPR RI.
I.B Rudyanto, SH., MH / Kepala Bagian Set.Komisi III DPR-RI.
29 orang Anggota Komisi III DPR-RI.
5 orang Anggota.
- Membahas laporan kinerja LPSK Tahun 2010.
- Membahasn masalah aktual yang terkait dengan tugas dan
wewenang LPSK.
KESIMPULAN/KEPUTUSAN
I. PENDAHULUAN
Rapat Dengar Pendapat Komisi III DPR RI dibuka pukul 10.15 WIB oleh Wakil Ketua
Komisi III DPR RI, Fahri Hamzah, SE dengan agenda rapat sebagaimana tersebut
diatas.
II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN
1. Komisi III DPR RI meminta penjelasan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
(LPSK) terkait perkembangan pembahasan Rancangan Revisi Undang-Undang
Perlindungan Saksi dan Korban, Undang – undang No 13 Tahun 2006.
2. Komisi III DPR RI meminta penjelasan LPSK tentang Perkembangan Pembahasan
terkait Hak Keuangan, Kedudukan Protokoler dan perlindungan keamanan bagi
anggota LPSK.
3. Komisi III DPR RI meminta penjelasan LPSK tentang pelaksanaan tugas dan
wewenang LPSK selama tahun 2010, terutama pelaksanaan tugas yang penting
dan strategis dalam upaya memberikan perlindungan pada saksi dan korban
dalam semua tahap proses peradilan pidana dalam lingkungan peradilan, dan
harap dilampirkan data-data terkait, yang dapat menggambarkan kinerja LPSK.
D:\317587531.doc
1
4. Komisi III DPR RI meminta penjelasan LPSK terkait upaya yang akan dilakukan
dan telah dilakukan LPSK dalam rangka memperkuat kelembagaannya melalui
koordinasi intensif dengan lembaga yang terkait dan lebih proaktif dalam
memenuhi harapan masyarakat.
5. Komisi III DPR RI meminta penjelasan LPSK tentang jumlah saksi dan korban
yang dilindungi berikut jenis perkaranya selama tahun 2011, bentuk
perlindungannya, apakah ada saksi dan korban dalam perkara yang menonjol
seperti menjadi whistle-blower dalam kasus tindak pidana korupsi, mafia hukum
atau narkotika.
6. Komisi III DPR RI meminta penjelasan LPSK tentang perkembangan upaya
perlindungan terhadap Gayus Tambunan terkait dengan dugaan atas kasus mafia
perpajakan.
7. Terkait dengan diberhentikannya 2 (dua) anggota LPSK, apakah diperlukan
tambahan 2 (dua) anggota sebagai pengganti dan bagaimana mekanisme yang
telah dijalankan LPSK.
8. Meminta penjelasan lebih lanjut tentang kinerja LPSK yang belum dirasakan
maksimal, sehingga soal kredibilitas dan eksistensinya dipertanyakan oleh
masyarakat.
9. Meminta penjelasan LPSK terkait dengan adanya rencana Gayus Tambunan yang
akan meminta perlindungan kepada LPSK. Sampai sejauhmana kebenaran dari
berita tersebut.
10. Bagaimana LPSK melakukan perubahan indentitas dan keberadaan, bagi saksi
yang dilindungi.
11. Perlu dicermati kekuatan atau kewenangan LPSK terhadap perlindungan kepada
“Whistle Blower”. Mengingat banyaknya perlindungan hukum yg diberikan, apakah
LPSK tidak akan mirip tugas dan fungsinya seperti LBH lakukan selama ini.
12. Meminta kepada LPSK untuk lebih proaktif dalam menangani saksi maupun
korban khususnya yang terkait dengan kasus-kasus besar dan kasus apa saja yg
telah ditangani oleh LPSK selama ini.
13. Apakah LPSK pernah menerima permintaan untuk perlindungan saksi maupun
korban dalam kasus terpidana terorisme.
14. Meminta LPSK agar menjelaskan lebih lanjut SOP yang LPSK selama ini jalankan
dan meminta kepada LPSK untuk dapat memberikan SOP nya kepada Komisi III.
15. Meminta
kepada
LPSK
untuk
lebih
proaktif,
khususnya
memperkenalkan/mensosialisasikan prosedur kepada masyarakat untuk
memperoleh pelindungan hukum dalam kapasitasnya sebagai saksi dan korban.
16. Meminta penjelasan lebih lanjut terkait dengan pergantian antar waktu 2 (dua)
anggota LPSK. Apakah pergantian tersebut langsung ditetapkan oleh Presiden
tanpa melalui fit and proper test di Komisi III DPR RI.
17. Sampai saat ini LPSK belum menerima upaya
permohonan dari Gayus
Tambunan, LPSK akan menerima semua permohonan sesuai standar yg berlaku
tanpa dilakukan pembedaan.
18. LPSK menjelaskan bahwa kerjasama dalam dan luar negeri telah dilakukan dan
akan terus ditingkatkan, serta melakukan perbandingan perlindungan saksi di
negara-negara lain.
19. Terkait dengan pergantian antar waktu 2 (dua) anggota LPSK, PP No30 Tahun
2009 tentang Tatacara Pengangkatan dan Pemberhentian anggota LPSK,
dijelaskan terhadap mekanisme pergantiannya cukup Ketua LPSK mengajukan
nama kepada Presiden, dan DPR cukup diberikan tembusannya.
20. LPSK menjelaskan terkait pembahasan Rancangan Revisi Undang – Undang
Perlindungan Saksi dan Korban atas Undang – Undang No. 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban, diantaranya sebagai berikut:
o Penyusunan Naskah Akademik dan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dalam
rangka revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan
Saksi dan Korban telah disusun sejak Juli 2010. Rangkaian kegiatan tersebut
mencakup penyusunan dan pembahasan di dalam tim perumus pada LPSK
D:\317587531.doc
2
dan serangkaian kegiatan FGD/Konsultasi daerah di Jogja, Pekanbaru,
Makassar dan Jakarta. Dalam penyusunan Naskah Akademik dan DIM Revisi
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 ini, LPSK juga telah melibatkan
berbagai pihak, diantaranya Komisi III DPR RI, Anggota Satgas Mafia Hukum,
dan kalangan akademisi.
o Sebagai tindak lanjut penyusunan dan pembahasan Revisi, LPSK telah
menyerahkan Draft Naskah Akademik dan Daftar Inventarisasi Masalah
kepada Menteri Hukum dan HAM untuk mendapatkan izin prakarsa Presiden
dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2011 atau 2012, hal ini
mengingat revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 belum masuk dalam
Prolegnas 5 (lima) tahunan.
o Dalam rangka proses tindak lanjut di Kementerian Hukum dan HAM tersebut,
saat ini LPSK sedang melakukan penyempurnaan Naskah Akademik
bekerjasama dengan Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) dan
diharapkan pada bulan April tahun ini, telah siap Naskah Akademik yang akan
di bahas di Ditjen Perundang-undangan dan diharapkan telah siap pula Draft
RUU revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006.
21. LPSK menjelaskan terkait pembahasan terkait hak keuangan, kedudukan
protokoler, dan perlindungan keamanan bagi anggota LPSK, diantaranya sebagai
berikut:
 LPSK telah melakukan penyusunan dan pembahasan 2 (dua) Rancangan
Peraturan Presiden sejak 2009 yakni Rancangan Peraturan Presiden tentang
Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi, Tata Kerja, Dan Sistem Manajemen
SDM Pada LPSK serta Rancangan Peraturan Presiden tentang Hak Keuangan,
Perlindungan Hukum Dan Perlindungan Keamanan Bagi Anggota LPSK.
 Draft Rancangan Peraturan Presiden tersebut telah diserahkan LPSK kepada
Kementerian Hukum dan HAM untuk dilakukan harmonisasi antar Departemen
terkait terhadap rancangan peraturan presiden tersebut.
 Dalam perkembangannya, draft rancangan peraturan presiden tersebut telah
melalui rapat interdept sebanyak empat kali yakni pada tanggal 1 Februari
2010 di Kementerian Hukum dan HAM, 12 Maret 2010 di kantor LPSK,Tanggal
29 Maret 2010 di Kantor Kementerian Sekretaris Negara dan 12 Juli 2010 di
Kantor Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi.
 Hasil dari pertemuan interdept tersebut, karena belum adanya pengaturan yang
signifikan mengenai LPSK sebagai lembaga negara dan kewenangan LPSK
untuk dapat mengatur sistem Manajemen SDM sendiri dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, maka
Rancangan Peraturan Presiden yang semula terdiri dari Rancangan Peraturan
Presiden tentang Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi, Tata Kerja, dan
Sistem Manajemen SDM Pada LPSK serta Rancangan Peraturan Presiden
tentang Hak Keuangan, Perlindungan Hukum Dan Perlindungan Keamanan
Bagi Anggota LPSK, berubah menjadi Rancangan Peraturan Presiden tentang
Hak Keuangan Anggota LPSK.
 Dengan tidak di setujuinya Rancangan Peraturan Presiden tentang
Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi, Tata Kerja, Dan Sistem Manajemen
SDM Pada LPSK serta Rancangan Peraturan Presiden tentang Hak Keuangan,
Perlindungan Hukum Dan Perlindungan Keamanan Bagi Anggota LPSK yang
telah disiapkan tim perumus pada LPSK, menyebabkan belum adanya
pengaturan mengenai sistem manajemen SDM pada LPSK dan tidak adanya
pengaturan mengenai kedudukan protokoler dan perlindungan keamanan bagi
anggota LPSK.
 Dengan tidak adanya pengaturan tersebut, mengakibatkan tidak adanya
jaminan terhadap pegawai LPSK yang selama ini telah melakukan kerja-kerja
operasional perlindungan Saksi dan Korban yang merupakan pegawai Non
PNS.
D:\317587531.doc
3

Selain itu, ketidakjelasan hak yang diberikan kepada Anggota LPSK karena
tidak adanya kejelasan bahwa LPSK merupakan Lembaga Negara dan
Anggota LPSK adalah pejabat negara dalam ketentuan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
 Saat ini draft Rancangan Peraturan Presiden telah dilakukan kajian dan
penyusunan Rancangan Peraturan Presiden oleh Tim pada Kantor
Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi dan masih menunggu persetujuan
dari Menteri Keuangan. Dalam upaya mempercepat pengaturan kelembagaan
LPSK, pimpinan dan Anggota LPSK telah menemui Menteri PAN dan
Reformasi Birokrasi pada tanggal 13 Januari 2011 hasil dari pertemuan
tersebut, Menteri akan melakukan peninjauan kembali terhadap sejumlah
Peraturan Presiden yang terkait dengan kesekretariatan dan hak Anggota
LPSK untuk mengakomodir staf fungsional LPSK dan kelembagaan LPSK
serta pemberian hak-hak anggota LPSK. Selanjutnya, direncanakan pertemuan
interdept antara Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, Sekretariat
Negara, Kementerian Keuangan dan LPSK.
22. LPSK menjelaskan terkait pelaksanaan tugas dan wewenang LPSK selama tahun
2010, diantaranya sebagai berikut :
o Berkenaan penanganan permohonan yang masuk ke LPSK yang di kelola oleh
Unit Penerimaan Permohonan LPSK, diinformasikan selama tahun 2010
terdapat 154 (seratus lima puluh empat) permohonan. Dari 154 (seratus lima
puluh empat) permohonan yang diajukan kepada LPSK sebanyak 133 (seratus
tiga puluh tiga) permohonan telah dibahas dalam rapat paripurna atau 86 %
dari keseluruhan permohonan yang masuk. Sedangkan 21 (dua puluh satu)
permohonan lainnya saat ini masih dalam tahap penelahaan (pendalaman),
dalam tahap investigasi, atau sedang dalam proses koordinasi dengan instansi
terkait lainnya yang berwenang sebelum diajukan dalam laporan telaahan
permohonan dalam rapat paripurna Anggota LPSK.
o Dari 133 (seratus tiga puluh tiga) permohonan yang telah dibahas dalam rapat
paripurna tersebut 53 (lima puluh tiga) permohonan diputuskan untuk diterima
dan
selanjutnya diproses dalam layanan perlindungan, bantuan, serta
kompensasi dan restitusi. 4 (empat) permohonan diputuskan dikembalikan
kepada Satgas untuk dilakukan pendalaman ulang terkait pemenuhan syarat
formil atau materiil maupun perlu dilakukan koordinasi dengan instansi terkait
lainnya.
o Rapat Paripurna Anggota LPSK dalam tahun 2010 memutuskan 76 (tujuh
puluh enam) permohonan untuk tidak diterima (ditolak), dengan beberapa
dasar pertimbangan seperti : pertama, permohonan tidak memenuhi syarat
formil dan materiil sebagaimana persyaratan yang dinyatakan oleh undangundang; kedua, tidak dilengkapinya berkas-berkas yang dimintakan oleh
satuan tugas UP 2 LPSK kepada pemohon sampai dengan batas waktu yang
telah ditentukan; ketiga, subyek dan obyek permohonan bukan merupakan
kewenangan LPSK.
23. LPSK menjelaskan terkait Peningkatan Kapasitas Kelembagaan LPSK,
diantaranya sebagai berikut:
 Upaya-upaya yang dilakukan LPSK pada tahun 2010 dalam rangka
memperkuat kelembagaan melalui koordinasi dengan lembaga yang terkait
adalah dengan melakukan serangkaian pembangunan dan pengembangan
kerjasama dengan berbagai instansi terkait dan berwenang. Pada tahun 2010
LPSK telah menandatangani Nota Kesepahaman Perlindungan Saksi dan
Korban dengan Kementerian Hukum dan HAM, Badan Narkotika Nasional,
Komisi Pemberantasan Korupsi dan Lembaga Administrasi Negara dalam
rangka mendukung Administrasi kelembagaan dan penguatan SDM.
 Dalam rangka mewujudkan kerjasama operasional perlindungan saksi dan
korban LPSK juga telah merintis menyusun pedoman tekhnis kerjasama
dengan KPK, dengan Kepolisian RI, Komisi Perlindungan Anak Indonesia,
KOMNAS Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan KOMNAS HAM.
D:\317587531.doc
4
 Selain menjalin kerjasama dengan Instansi Penegak Hukum, LPSK juga
menjalin kerjasama dengan Lembaga Internasional seperti kerjasama dengan
War Crime Study Centre University of California Berkeley, UNODC (United
Nations Office Drugs and Crime),US Department of Justice. Pada acara
Workshop Perlindungan Saksi dan Korban se Asia Tenggara dan Kawasan
Lainnya (29 November – 1 Desember 2010), LPSK mengundang peserta dari
berbagai negara, yang dihadiri oleh utusan dari Lembaga perlindungan saksi
dari Malaysia, Thailand, Philipina,Brunei Darusalam, Timor Leste, Australia dan
Selandia Baru.
 Dalam forum tersebut juga dihadiri oleh peserta dari dalam Negeri yaitu
Pimpinan Pengadilan Tinggi se Indonesia, Pimpinan Kepolisian daerah se
Indonesia, Pimpinan Kejaksaan Tinggi se Indonesia dan Kanwil
Kemenkumham se Indonesia yang pada ujung acara itu dilakukan
penandatangan Kespakatan Unsur penegak Hukum dalam rangka membina
kerjasama dan mewujudkan kapasitas serta kemampuan untuk melakukan
aktivitas perlindungan saksi dan/atau Korban dalam setiap proses peradilan
pidana, yang ditandatangani oleh unsur Kepolisian RI, Kejaksaan Agung RI,
Mahkamah Agung RI, KPK, Peradi dan LPSK.
 Pada tahun 2011 ini LPSK telah mengadakan berbagai pertemuan audiensi
dengan Pimpinan KPK, Jaksa Agung dan Pimpinan Badan Pengawas Pemilu
berkaitan dengan saksi tindak pidana pemilu. Direncanakan pada tahun 2011
akan direalisasikan kerjasama teknis dengan beberapa instansi
yakni
Mahkamah Agung, PPATK, Peradi, dan Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Sosial RI.
24. LPSK menjelaskan terkait perkembangan upaya perlindungan terhadap Gayus
Tambunan, diantaranya sebagai berikut:
Mengenai upaya perlindungan terhadap Gayus Tambunan, diinformasikan sampai
saat ini belum ada permohonan yang diajukan kepada LPSK. Baik yang
disampaikan oleh yang bersangkutan langsung, kuasa hukumnya, atau penegak
hukum yang terkait dan berwenang. Namun dari ekspose media massa, kuasa
hukum Gayus berencana akan mengajukan permohonan pada Senin tanggal 7
Februari 2011.
25. Terkait penyusunan DIM dan naskah akademis revisi UU No.13 Tahun 2006
dilibatkan juga berbagai pihak, dari DPR RI, Anggota Satgas Pemberantasan
Mafia Hukum, Kalangan Akademisi dan Penegak Hukum. Diharapkan RUU ini
dapat dimasukan ke dalam Proglenas 2011 atau 2012.
26. Beberapa hal yang perlu dimasukkan dalam kepentingan revisi tersebut,
diantaranya sebagai berikut:
- Perlindungan terhadap “whistle blower” yang belum diatur.
- Hak asasi korban yang masih bersifat umum dan perlu adanya penjelasan secara
detail mengurangi kendala di lapangan (mis : pendampingan dari LPSK masih
mendapat kendala di dalam proses peradilan) diharapkan kesekretariatan LPSK
ditingkatkan dari esselon 2 menjadi esselon 1, sehingga diperoleh kemandirian.
- Kewenangan-kewenangan LPSK yang semakin diperjelas.
27. LPSK telah menyusun 2 (dua) Perpres tentang tata kerja dan manajemen SDM,
dan hak keuangan, perlindungan hukum dan keamanan bagi anggota LPSK.
Selama proses pembahasan masih mengalami hambatan terutama rencana
peraturan presiden tentang tata kerja dan SDM.
28. Rencana Peraturan Presiden mengenai hak keuangan belum juga diterbitkan
karena adanya pertimbangan dari Menpan yaitu bahwa akan ada peraturan
secara menyeluruh perihal penggajian bagi lembaga-lembaga non struktural (tidak
perlembaga) . Sehingga peraturan presiden perihal hak-hak keuangan tidak akan
terbit dalam waktu dekat. Demikian juga mengenai hak-hak mendapat keamanan
belum mendapat kejelasan.
D:\317587531.doc
5
29. Sebaran wilayah permohonan yang masuk ke LPSK masuk dari berbagai wilayah
(terbesar dari Pulau Jawa), sebaran ini menjadikan pertimbangan untuk
pembentukan LPSK daerah.
30. Bentuk-bentuk perlindungan yang diberikan adalah perlindungan fisik, hukum
(pendampingan) dan perlindungan fisik dan hukum.
31. Pembangunan dan pengembangan kerjasama dengan berbagai instansi (BNN,
KPK, Komnas HAM, dsb) merupakan upaya yang dilakukan LPSK dalam rangka
peningkatan pelayanan. Upaya kerjasama dengan lembaga-lembagan luar juga
dilakukan (Lembaga Perlindungan Saksi di Negara-negara Asean, dsb).
Kerjasama SDM dilakukan dengan lembaga Polri, KPK, Menpan dan lain-lain.
32. Jenis tindak pidana sesuai permohonan adalah 154 pemohon, status permohon
bermacam-macam (saksi, pelapor, korban , tersangka dan terpidana).
33. Selain perlindungan secara fisik, LPSK juga melakukan pelayanan medis,
psikologi, restitusi, pendampingan. Terkait kasus Susno Duadji, LPSK telah
memberikan perlindungan tetapi untuk menempatkan di “Safe House” belum dapat
dilakukan, akan tetapi pendampingan di dalam penyidikan dan persidangan telah
dilakukan.
34. Banyak juga pemohon khawatir setelah mereka menyampaikan laporan kepada
LPSK, akan dituntut balik atau dikriminalisasi, hal-hal seperti ini perlu dirinci di
dalam revisi UU.
35. Terkait dengan penggantian ke 2 (dua) anggota LPSK (S.K. Presiden sudah
terbit), akan tetapi salah satu anggota yang diberhentikan melakukan tuntutan
melalui PTUN. Pada bulan Desember 2010 PTUN menolak tuntutan tersebut,
tetapi yang bersangkutan melakukan banding. Untuk melakukan antisipasi LPSK
membentuk pansel terdiri dari 5 (lima) orang dari berbagai instansi. Sesuai aturan
PAW, Ketua LPSK menyampaikan usulan nama-nama kepada Presiden untuk
dipilih dan ditetapkan.
36. Terkait anggaran Tahun 2010 yang terserap sebanyak 40%, hambatan karena
anggaran baru keluar pada bulan April 2010, terkait standar biaya umum yang
digunakan SBU 2010 sedangkan yg diberlakukan SBU 2008 sehingga terdapat
perbedaan jumlah.
37. Bahwa saksi dan korban merupakan individu/unsur yang sangat penting, sehingga
perlu adanya terobosan. Sehingga perlu ditingkatkan pelayanan/perlindungan
terutama bagi “whistle blower”.
38. Terkait dengan masalah kesekretariatan dari LPSK, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi keberatan apabila kesekretariatan LPSK
dijabat oleh Pejabat Eselon I.
39. Mengingat LPSK dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada
Presiden, LPSK pernah mengajukan surat untuk bertemu dengan Presiden namun
sampai saat ini LPSK belum dapat diterima oleh Presiden.
40. LPSK meminta kepada Komisi III DPR RI untuk mengambil inisiatif melakukan
rapat gabungan dengan mengundang Bappenas, Menkopolhukam, Menteri
Keuangan dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi
untuk membicarakan permasalahan-permasalahan sebagaimana yang telah
disampaikan oleh LPSK sehingga dalam menjlankan tugas dan fungsinya LPSK
dapat berjalan dengan maksimal.
III. KESIMPULAN / PENUTUP
1. Komisi III DPR mendesak LPSK mengidentifikasi usulan yang dapat dilakukan
oleh DPR, sehingga DPR dapat mengundang dan mempertanyakan kepada
lembaga yang terkait dalam masa sidang yang akan datang.
D:\317587531.doc
6
2. Komisi III DPR mendukung langkah LPSK untuk melakukan percepatan
pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan
menjadi agenda prioritas Program Legislasi Nasional Tahun 2011.
3. Komisi III meminta LPSK untuk menunda penggantian dua anggota LPSK yang
berdasarkan Perpres No. 30 tahun 2009 tentang tata cara pengangkatan dan
pemberhentian Anggota LPSK yang dianggap bertentangan dengan Undang –
undang No 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban sampai ada
kejelasan dari Menteri Hukum dan Ham terkait Perpres tersebut.
Rapat ditutup tepat pukul 13.10 WIB
PIMPINAN KOMISI III DPR RI
WAKIL KETUA,
FAHRI HAMZAH, SE
D:\317587531.doc
7
Download