IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DI SMK AL-HASRA BOJONGSARI DEPOK Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Oleh Irfan Ardian NIM 1110018200040 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DI SMK AL-HASRA BOJONGSARI DEPOK Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidika (S.Pd) Oleh Irfan Ardian 1110018200040 Dibawah Bimbingan Masyhuri, AM. M. Pd NIP. 19500518 198703 1002 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul Implementasi Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok disusun oleh Irfan Ardian, NIM. 1110018200040, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas. Jakarta, 26 Juni 2014 Yang Mengesahkan, Pembimbing Masyhuri . AM, M. Pd. NIP. 19500518 198703 1002 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul Implementasi Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok disusun oleh IRFAN ARDIAN Nomor Induk Mahasiswa 1110018200040, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 27 Agustus 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S. Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan. Jakarta, 27 Agustus 2014 SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Irfan Ardian NIM : 1110018200040 Jurusan : Manajemen Pendidikan Alamat : Jalan Cemara II Rt 002/01 No. 74 Pamulang Barat, Tangerang Selatan, Banten. MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Implementasi Manajemen Konflik di SMK ALHasra Bojongsari Depok adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama Pembimbing : Masyhuri . AM, M. Pd. NIP : 19500518 198703 1002 Jurusan/Program Studi : Manajemen Pendidikan Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, 23 Juli 2014 UJI REFERENSI Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DI SMK AL-HASRA BOJONGSARI DEPOK” yang disusun oleh Irfan Ardian NIM 1110018200040 Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, Telah disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal, 26 Juni 2014. Jakarta, 26 Juni 2014 Dosen Pembimbing Drs. Masyhuri, AM. M. Pd ABSTRAK Irfan Ardian, NIM : (1110018200040), Implementasi Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan satu variabel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan manajemen konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. Selain itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kepala sekolah dalam mengoptimalkan penerapan manajemen konflik. Penelitian yang dilakukan ini memperoleh hasil: 1) Manajemen konflik di sekolah secara tertulis dan terprogram tidak ada, 2) Dalam penerapan manajemen konflik disekolah, kepala sekolah kurang berkomunikasi dengan para bawahannya, 3) Konflik diselesaikan oleh kepala sekolah hanya melibatkan orang-orang tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat konflik yang dihadapi, bahkan terkadang kepala sekolah mengambil sikap sendiri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Kurangnya komunikasi antara kepala sekolah dengan bawahan dan para siswa, 2) Terdapat hubungan yang baik antara guru dan siswa, yang mana para guru selalu menjalin komunikasi dengan baik kepada para siswanya, 3) Kepala sekolah menjalin komunikasi dengan bawahannya hanya disaat tertentu saja, dan kepala sekolah mengoptimalkan manajemen konflik dengan memahami hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik setiap individu, karena karakteristik individu tentunya berbeda-beda di sekolah, serta dengan mengadakan buku pembinaan yang dikhususkan untuk para guru dan buku kasus untuk para siswa. Hal tersebut untuk memperhatikan kemungkinan timbulnya kasus. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada sekolah: 1) Seharusnya kepala sekolah dapat menjalin komunikasi yang baik dengan bawahannya dan juga dengan para murid, 2) Sekolah membuat program dalam menangani konflik yang terjadi di sekolah secara tertulis, 3) Untuk para guru agar dapat lebih profesional dalam menjalankan tuganya sebagai pendidik, dan tidak membawa permasalahan yang sedang dihadapi ke dalam kelas, 4) Seharusnya sekolah memiliki guru BK sendiri untuk dapat membatu dalam menangani konflik yang terjadi di sekolah. Kata kunci : Manajemen, Konflik. i ABSTRACT Irfan Ardian, NIM: (1110018200040), The Implementation of Conflict Management in SMK AL-hasra Bojongsari Depok, Thesis Program Tier One (S-1) Faculty of Tarbiyah and Teaching Science Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta in 2014. This research is a qualitative research with one variable. The objectives of this research are to get representation of the implementation of conflict management in SMK Al-Hasra Bojongsari Depok and to know how the head master optimizes the implementation of conflict management. There are three results of this research, those are: 1) there was no written and structured conflict management at school. 2) In the implementation of conflict management, the head master did not have a good communication with the employee. 3) Conflict that was solved by the head master involved certain people; rely on the kind and level of the conflict, sometimes, the head master decided the solution by himself. The results of this research showed that: 1) There is lack of communication between head master, employee and students. 2) There is a good relationship between teachers and students that the teachers always build a good communication with their students. 3) The head master is only build a communication with his employee in a certain time, and also the head master try to optimize the conflict management by understanding things that related with characteristic of each person, because each person has a different characteristic. As well by organizing book founding especially for teachers and book cases for the students. It is to pay attention to the possibility of the case. Recommendations for school are, 1) The head master have to build a good communication to employees and students, 2) School should make a program written to solve the conflicts, 3) Teachers should be more professional in doing their job as educators and do not bring their own problems outside the school into the class, 4) School should have a counselor to help solving the conflict that happen in the school. Keywords : Management, Conflict. i KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Implementasi Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra” ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan laporan ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Drs. Nurlena Rifa’i, P.hd, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Selaku Ketua Prodi Manajemen Pendidikan. 3. Masyhuri .AM, MPd, Selaku dosen pembimbing skripsi. 4. SMK Al-Hasra Bojongsari Depok, yang telah bersedia menjadi tempat penelitian skripsi saya. 5. Keluarga dan khususnya kedua Orang Tua saya yang selalu menyemangati dan mengingatkan untuk cepat menyelesaikannya. 6. Teman-teman Seperjuangan (Faiz Bi’amrillah, Sholahuddin Misbah, Yusuf Amrullah, Rizky Nurmeida, Silvia Khoerunnisa, Jeani kartika, Novitasari Akbariyah) yang telah saling bahu-membahu dan saling menyemangati dalam menyelesaikan skripsi kita masing-masing. ii 7. Teman-teman kelas, jurusan Manajemen Pendidikan angkatan 2010 yang tak bisa saya sebutkan satu persatu yang sama-sama telah berjuang. 8. Semua sahabat-sahabat saya yang selalu mensuport dan menyemangati saya. 9. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberikan pembelajaran dan inspirasi untuk saya. 10. Seluruh kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang ciputat dan khususnya Komisariat Fakultas Tarbiyah. 11. Seluruh teman-teman saya yang juga tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga Proposal skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya. Ciputat, 14 April 2014 iii DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................. i KATA PENGANTAR................................................................................ ii DAFTAR ISI............................................................................................... iv DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................ 5 C. Pembatasan Masalah ........................................................... 5 D. Rumusan Masalah .............................................................. 5 E. Tujuan Penelitian ............................................................... 5 F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ..................................... 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Manajemen.......................................................................... 7 1. Pengertian Manajemen .................................................. 7 2. Fungsi-Fungsi Manajemen ............................................ 9 3. Peran Kepala Sekolah .................................................... 14 4. Peran Bimbingan Konseling .......................................... 19 B. Konflik ............................................................................... 21 1. Pengertian Konflik ......................................................... 21 2. Transisi dalam Pikiran Konflik ...................................... 23 iv 3. Sumber-Sumber Konflik ................................................ 24 4. Jenis-Jenis Konflik ......................................................... 25 5. Komponen-Komponen Konflik ...................................... 31 6. Pengaruh Konflik ........................................................... 32 C. Manajemen Konflik ........................................................... 36 1. Pengertian Manajemen Konflik ......................................36 2. Tujuan Manajemen Konflik ...........................................37 3. Gaya Manajemen Konflik ..............................................40 4. Strategi dalam Penyelesaian Konflik .............................42 D. Penelitian yang Relevan ......................................................44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ................................................................ 46 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 46 1. Tempat Penelitian .......................................................... 46 2. Waktu Penelitian ............................................................ 46 C. Metode Penelitian................................................................ 47 D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ..................... 48 1. Sumber Data .................................................................. 48 2. Pengumpulan Data ......................................................... 49 E. Kisi-kisi Wawancara ...........................................................51 F. Teknik Analisa Data ........................................................... 51 G. Triangulasi .......................................................................... 52 v H. Validitas .............................................................................. 53 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................... 55 1. Sejarah SMK AL-Hasra Bojongsari Depok .................. 55 2. Visi dan Misi SMK AL-Hasra ...................................... 58 3. Identitas Sekolah ........................................................... 59 4. Struktur Organisasi ....................................................... 60 5. Tenaga Pendidik dan Kependidikan ............................. 61 6. Daftar Jumlah Peserta Didik ......................................... 62 7. Sarana dan Prasarana .................................................... 63 B. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................. 64 1. Perencanaan .................................................................. 64 2. Pengorganisasian .......................................................... 67 3. Penerapan ..................................................................... 68 4. Pengawasan .................................................................. 71 5. Jenis Konflik ................................................................ 73 6. Penyebab Konflik ........................................................ 74 7. Penanganan Konflik .................................................... 75 8. Pengaruh Konflik ........................................................ 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................... 80 B. Saran ................................................................................. 80 vi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL 2.1. Tabel penelitian yang relevan .................................................................44 3.1. Tabel Waktu penelitian ...........................................................................46 3.2. Tabel Kisi-kisi wawancara .................................................................... .51 viii DAFTAR GAMBAR 2.1. Gambar arti manajemen ........................................................................ 7 2.2. Gambar pendapat para ahli tentang fungsi-fungsi manajemen ............. 10 2.3. Gambar hubungan di antara fungsi-fungsi manajemen ......................... 14 2.4. Gambar siklus konflik destruktif............................................................ 29 2.5. Gambar siklus konflik konstruktif ......................................................... 30 2.6. Gambar Struktur konflik tradik ............................................................. 32 2.7. Gambar hubungan antara intensitas konflik dan biaya konflik.............. 34 ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Wawancara Lampiran 2. Visi dan Misi Program Perbankan Syariah Lampiran 3. Visi dan Misi Program Teknik Komputer Jaringan Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 6. Buku Pembinaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Lampiran 7. Berita Acara Pemanggilan Lampiran 8. Biodata Penulis x BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Masalah Konflik sudah terjadi dalam diri manusia mulai dari pertama kali manusia di ciptakan. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Al Israa’:61 ََ َل َءأ َ ۡ ُ ُ ِ َ ۡ َﺧﻠَﻘۡ ﺖ َ ِ ۡ ِ ۡذ ُ ۡ َ ِ ۡ َ َ ِ َ ِٱ ۡ ُ ُ وا ْ َم َد َ َ َ ُ ٓوا ْ إ ِ ٓ إ ٦١ طِ ﯿﻨٗ ﺎ Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?” (QS. Al Israa’: 61)2 Kemudian konflik berlanjut pada zaman jahilliyah yaitu pada masa Rasulullah SAW dan terus berlanjut hingga zaman yang intelektualitas dan modern seperti saat ini, selalu saja konflik terjadi. Entah sampai kapan konflik akan dapat terhapuskan dan tidak akan pernah berakhir dalam kehidupan. Konflik terjadi ketika adanya sebuah perbedaan baik dalam berpendapat maupun dari aspek-aspek lain dalam sebuah organisasi. Dan konflik tidak hanya terjadi dalam suatu organisasi, melainkan juga bisa terjadi dimanapun. Dapat juga terjadi di lingkungan masyarakat, perusahaan, agama, sekolah, dan dimana saja tempat kita berada selama masih ada kehidupan, akan terus ada sebuah permasalahan dan terbebas dari permasalahan, hal tersebutlah yang seringkali mendatangkan konflik. Terjadinya sebuah konflik akan sangat merugikan dalam berbagai hal. Baik dalam komunikasi, psikologis, waktu, pekerjaan, maupun materi atau biaya yang dikeluarkan. 2 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: CV. Aisyiah, 1971), h. 433 1 2 Di dalam lingkungan sekolah, konflik dapat dialami oleh berbagai pihak, baik konflik internal yaitu antara murid dengan murid, guru dengan guru, murid dengan karyawan sekolah, karyawan sekolah dengan guru, atau bahkan konflik eksternal yang terjadi antar sekolah dengan sekolah ataupun dengan masyarakat. Hal tersebut terjadi dikarenakan sekolah merupakan tempat berkumpul dari semua karakteristik sifat dan sikap yang berbeda-beda, yang saling bertemu dan saling bersosialisasi didalam sekolah. Tentunya mempunyai pendapat atau pandangan yang beraneka ragam dengan keinginan dan harapannya dapat terpenuhi melalui sikap dan perilaku yang mereka tunjukkan. Beberapa masalah di atas dapat menyebabkan terjadinya konflik di dalam sekolah. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut perlu melakukan bimbingan atau pemahaman terhadap masalah yang dihadapi. Sedangkan konflik eksternal di sekolah biasanya lebih kepada faktor persaingan antar sekolah. Dalam hal ini kita tak bisa melepaskannya dari sosok seorang manajer. Menurut Abi Sujak, seorang manajer harus mampu mempengaruhi, dan mengarahkan tindakan seseorang atau sekelompok orang pada suatu organisasi dalam upaya pendayagunaan sumberdaya manusia, sumberdaya materiil, teknologi, maupun sumberdaya finansial demi tercapainya tujuan organisasi secara efektif.3 Seorang manajer apabila di sekolah ialah sosok kepala sekolah, kepala sekolah seharusnya dapat mengendalikan semua yang terjadi dalam sekolah, sehingga para guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada hakikatnya pendidikan yang baik tidak berarti terbebas dari sebuah konflik baik yang terjadi dalam sekolah ataupun dalam dunia pendidikan. Namun demikian pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu mengelola konflik menjadi hal yang baik demi kemajuan pendidikan 3 Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1, h. VII 3 dimasa mendatang, dan mampu membentuk karakteristik peserta didik yang bermartabat demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak orang yang memandang konflik sebagai hal yang negatif dan harus dihindari. Konflik di anggap sebagai hal yang akan memecahkan sebuah hubungan yang terjalin antara satu individu dengan individu lain atau antar organisasi. Pada dasarnya apabila kita mampu mengendalikan atau mengelola konflik dengan baik tentunya konflik tersebut akan memberikan manfaat yang positif terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Menurut Walton sebagaimana dikutip oleh Winardi dalam bukunya Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, “konflik timbul apabila terdapat ketidak sesuaian paham pada sebuah situasi sosial, mengenai persoalan-persoalan substansi, dan antagonisme emosional. (Walton, 1969)”.4 Dalam Al-Qur’an pun telah dijelaskan larangan untuk bermusuhan, dan Allah SWT menginginkan umatnya untuk saling memberi kepada sesama dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana dijelaskan dalam surat An-nahl ayat 90 menjelaskan sebagai berikut: َِ ِ ٱ ۡ َ ۡ َ ٓء ٰ َ ۡ َ َ ٓي ذِي ٱ ۡ ُ ۡ َ ٰ َو ِ ٰ َ ۡ ِ ۡ إ ِن ٱ َ َ ۡ ُ ُ ِ ۡ َ ۡ لِ ٱَو َُ ۡ َ َ ُون ََ ۡ ُ ُ ِ َ ِ ۡ َ ۡ َوٱ ۡ ُ َ ِ َوٱ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-nahl: 90)5 Tidak semua sekolah memiliki atau mampu mengendalikan sebuah konflik baik yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi. Sekolah yang baik adalah sekolah yang salah satunya adalah memiliki kemampuan untuk mengendalikan konflik, atau dengan kata lain memiliki manajemen konflik yang baik. Karena sekolah yang memiliki manajemen konflik yang baik 4 Winardi, Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2001), Cet. 2, h. 165. 5 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op. Cit., 415. 4 tentunya memiliki strategi-strategi dalam mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Contohnya seperti tawuran pelajar, tidak semua sekolah mampu menangani tawuran pelajar yang sering kita jumpai saat ini. SMK AL-Hasra Bojongsari merupakan salah satu sekolah kejuruan yang berada di daerah Bojongsari Sawangan Depok yang memiliki manajemen konflik yang baik. SMK AL-Hasra berbeda dengan SMK pada umumnya yang mana sekolah ini memiliki cara-cara tertentu dalam mengatasi dan mencegah konflik yang terjadi pada siswanya ataupun konflik-konflik yang terjadi di dalam ataupun diluar sekolah. Hal ini terjadi karena adanya kerjasama yang baik dan berjalan dengan harmonis antara semua aspek yang terkait di dalam sekolah. Hubungan yang baik antara satu sama lain di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok yang penulis perhatikan berlangsung harmonis dan menyenangkan namun tentu terkadang terjadi konflik didalamnya, konflik tersebut terjadi karena berbagai hal seperti perbedaan pandangan, latar belakang, dan sebagainya. Dan konflik yang pernah terjadi di SMK AL-Hasra salah satunya adalah konflik antar guru dan siswa yang mana siswa merasa kurang puas dengan cara mengajar guru yang dikarenakan kurangnya kemampuan mengajar guru, dan siswa merasa tidak puas dengan cara mengajar guru tersebut. Sedangkan konflik yang terjadi antara guru dan kepala sekolah disebabakan karena guru merasa tidak adil dengan kebijakan yang dilakukan oleh kepala sekolah sedangkan para guru tidak paham dengan kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan atau gambaran yang penulis uraikan diatas, penulis berminat untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut dan membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DI SMK AL-HASRA BOJONGSARI DEPOK”. 5 C. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya: 1. Kurangnya komunikasi antara kepala sekolah kepada guru. 2. Kurangnya keharmonisan antara guru dan siswa. 3. Belum optimalnya bimbingan konseling disekolah. 4. Belum optimalnya penanganan program pendidikan akhlaq (Baca Tulis Qur’an). D. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan untuk membatasi penelitian agar bisa fokus, maka penulis membatasi masalah yang akan di teliti sebagai berikut: 1. Implementasi manajemen konflik oleh kepala sekolah SMK-AL-Hasra Bojongsari Depok. 2. Konflik interpersonal di lingkungan SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. E. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi manajemen konflik di SMK Al-Hasra Bojongsari Depok? 2. Bagaimana cara kepala sekolah mengoptimalkan manajemen konflik di SMK Al-Hasra Bojongsari Depok? F. Tujuan Penelitian 6 1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan manajemen konflik di SMK Al-Hasra Bojongsari Depok. 2. Untuk mengetahui manajemen konflik yang optimal di SMK Al-Hasra Bojongsari Depok. G. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1. Untuk Penulis: a. Menambah pengetahuan mengenai manajemen konflik. b. Menambah wawasan bagaimana cara mengelola suatu konflik di sekolah dan menjadikan hasil dari mengelola konflik sebagai hasil yang positif. c. Membantu dalam mengembangkan sebuah teori mengenai manajemen konflik. 2. Untuk sekolah: a. Sebagai masukan bagi sekolah, untuk perencanaan dan pengembangan lebih lanjut. b. Memberikan informasi kepada kepala sekolah agar lebih baik dalam mengelola konflik yang terjadi di sekolah. 3. Untuk Pembaca: a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan bagi pembaca terutama bidang pendidikan tentang hubungannya dengan penerapan manajemen konflik di sekolah. b. Dapat dijadikan bahan refrensi untuk peneliti selanjutnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Manajemen 1. Pengertian Manajemen Menurut George R. Terry dan Leslie W. Rue dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen, “Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan organisasional atau maksudmaksud yang nyata”.3 Lebih lanjut dijelaskan oleh Luther Gulick dalam bukunya “Manajemen as a science” sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko mendefinisikan “Manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan”. 4 Sedangkan James A. F. Stoner dalam bukunya Manajemen Prentice sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko menyatakan bahwa “manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan”.5 Manajemen Perencanaan Pengorganisasian Penyusunanpersonalia Pengarahan Pengawasan Anggota Organisasi (Bawahan) Tujuan Organisasi 6 Gambar 2. 1. Arti Manajemen. 3 George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 1. 4 T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet.13, h. 11. Ibid., h. 8. 6 Ibid., h. 10. 5 7 8 Dari beberapa pengertian di atas terlihat bahwa cukup banyak pendapat dan pengertian mengenai manajemen, dan dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah ilmu seni merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi yang dilakukan oleh seorang manajer yang membuat sistem untuk dapat bekerjasama dalam sebuah organisasi untuk mencapai sebuah tujuan yang telah direncanakan. Manajemen adalah sebuah kegiatan yang erat kaitannya dengan pengelolaan dan mengatur secara tersistem baik itu mengatur keuangan atau mengatur sebuah organisasi, hal tersebut dilakukan agar semuanya berjalan dengan baik, karena tanpa adanya sebuah manajemen dirasa sulit untuk dapat mencapai target atau tujuan. Dan dari sebelumnya yang menjelaskan manajemen secara umum, kemudian mencoba untuk diterapkan manajemen dalam sebuah organisasi khususnya untuk manajemen dalam konflik. Konflik biasanya timbul dikarenakan adanya salah persepsi atau pendapat atau dengan kata lain adanya masalah komunikasi dalam sebuah organisasi ataupun juga dalam hubungan antar individu. Penjelasan tersebut selaras dengan T. Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul Manajemen, ia mengemukakan pendapat bahwa Konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggotaanggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumberdaya-sumberdaya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.7 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik dalam sebuah organisasi merupakan serangkaian penanganan atau pengendalian masalah-masalah yang terjadi dalam sebuah organisasi sehingga semua aspek atau anggota dalam sebuah organisasi tersebut dapat bekerja sama demi tercapainya sebuah tujuan seperti yang telah direncanakan. 7 Ibid., h. 346. 9 Sebuah organisasi takkan berjalan tanpa adanya manajemen, karena manajemen merupakan bentuk kerja yang di anggap penting yang dapat menggerakkan kemana organisasi tersebut akan berjalan dan seorang manajer merupakan pemimpin dalam menggerakkan organisasi tersebut, umpamanya sebuah sekolah yang memusatkan perhatian lebih untuk sekolah tersebut lebih maju dan berkembang dibandingkan dengan sekolah lainnya, atau sekolah tersebut ingin mendapatkan akreditasi yang lebih baik dari sebelumnya. Kemudian dikarenakan intensifnya perhatian tersebut disanalah peran manajemen, manajer dan semua aspek bekerja lebih giat demi mencapainya tujuan yang diinginkan. 2. Fungsi-Fungsi Manajemen Menurut Henri Fayol sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko mengatakan bahwa “perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pemberian perintah dan pengawasan adalah fungsi-fungsi utama dari manajemen”.8 Dan berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli manajemen mengenai fungsi-fungsi manajemen yang di gambarkan dalam gambar 2.2. 8 Ibid., h. 21. 10 Fungsi-Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli Henri Luther George Ernest Koontz & Oey William James Fayol Gulick Terry Dale O’donnel Liang Newman Stoner Lee Planing Organizing Comm anding Staffing Coordi nating Staffing Stafing Directing Directing Directing Coordinating Inovating Reporting Actuating Directing Coordinating Assembling & Resources Loading Directing Coordinating Controling Gambar 2.2. Beberapa pendapat para ahli manajemen tentang fungsi-fungsi manajemen. 9 Dari gambar 2.2. yang disampaikan oleh para ahli manajemen di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen tidak lepas dari adanya sebuah perencanaan, pengorganisasian serta adanya pengawasan yang dilakukan langsung oleh seorang manajer, fungsi-fungsi yang lain atau berbeda-beda sesuai dengan pendapat para ahli tersebut pada dasarnya sama yakni sama-sama fungsi dari manajemen. 9 Ibid., h. 22. 11 a. Perencanaan Menurut T. Hani Handoko, “Perencanaan (planing), adalah 1) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan 2) penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metoda, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan”.10 Beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai pengertian dari perencanaan menurut beberapa ahli sebagaimana dikutip oleh M. Manullang dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar manajemen : 1) Menurut pendapat Louis A. Allen. ia mengatakan, Planning is the determination of course of action to achieve a desired result. Jadi perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. 2) Hampir mendekati perumusan yang di berikan oleh Louis A. Allen mengenai perencanaan, Charles Bettleheim, mengatakan, a plan consits of the totality of arrangements decided upon in order to carry out a project, jadi perencanaan adalah rencana meliputi keseluruhan pengaturan yang diputuskan dalam rangka melaksanakan proyek. 3) Menurut pendapat Koontz dan O’donnel, lain lagi formulering mereka. berkata, “Planning is the function of a manager which involves the selection from among alternatives of objectives, policies, procedures and programs.” Jadi di terjemahkan: perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari berbagai alternatif dari tujuan, kebijaksanaan, prosedur, dan program.11 Setelah dijelaskan dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian dari perencanaan, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah sebuah rangkaian rencana, strategi, metode serta alternatif lain yang dipilih dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan bersama. 10 11 Ibid., h. 23. M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Medan: Ghalia Indonesia, 1990), Cet. 13, h. 38-39. 12 b. Pengorganisasian Menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Perilaku Organisasi dijelaskan bahwa “Pengorganisasian berarti mengubah rencanarencana menjadi tindakan-tindakan dengan bantuan kepemimpinan dan motivasi”.12 Sedangkan menurut T. Hani Handoko “pengorganisasian adalah penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan”.13 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang sebelumnya telah dibuat yang kemudian dikelola dengan menentukan sumber daya-sumber daya yang pekerjaan mereka tetap di dampingi oleh seorang manajer sebagai pemimpin dan sosok pemberi motivasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan. c. Penyusunan Personalia Menurut T. Hani Handoko, “Penyusunan personalia (staffing) adalah penarikan (recruitment), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif ”.14 Dari penjelasan tersebut jelas bahwa penyusunan personalia merupakan sebuah tindak lanjut yang dilakukan dalam proses manajemen yang mana ketika pengorganisasian telah dilakukan langkah selanjutnya yaitu penyusunan personalia (Staffing) yang telah ditentukan melalui proses penarikan dan kemudian ditempatkan serta penentuan tugas mereka masing-masing agar berjalan secara efektif dan produktif dalam mencapai sebuah tujuan dari manajemen. d. Pengarahan Menurut M. Manulang, bila rencana pekerjaan sudah tersusun, struktur organisasi ditetapkan dan posisi dalam perusahaan telah diisi, berkewajibanlah pimpinan menggerakan bawahan, memutar 12 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2, h. 27. T. Hani Handoko, Op. Cit., h. 24. 14 Ibid. 13 13 roda mesin perusahaan dan mengkoordinasi, agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat direalisasi.15 Pendapat tersebut selaras dengan pendapat T. Hani Handoko yang berpendapat bahwa “sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun personalianya, langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan”.16 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengarahan merupakan tindak lanjut dari proses manajemen yang sebelumnya telah dilakukan yaitu merencanakan pekerjaan yang akan dilakukan, kemudian membentuk struktur organisasi dan menyusun atau menetapkan personalia beserta tugas-tugasnya. Barulah langkah selanjutnya seorang pemimpin memberi arahan atau perintah kepada karyawannya untuk bergerak dan merealisasikan tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan pemimpin mengawasi serta mengkoordinasi pekerjaan para karyawan agar berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. e. Pengawasan Menurut T. Hani Handoko, “pengawasan (controlling) adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan”.17 Sedangkan menurut Winardi “pengawasan adalah seorang manajer harus mampu mengupayakan agar hasil aktual dari organisasi sesuai dengan hasil yang direncanakan untuk organisasi tersebut”.18 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh seorang manajer untuk memastikan pekerjaan apa yang telah dilakukan, menilainya, atau bahkan mengoreksi pekerjaan yang telah dilakukan agar dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan ditetapkan. 15 M. Manulang, Op. Cit., h. 119. T. Hani Handoko, Op. Cit., h. 25. 17 Ibid. 18 Winardi. Loc. Cit. 16 14 Hubungan diantara fungsi-fungsi manajemen dapat dijelaskan dengan gambar 2.3 berikut ini. 1. Perencanaan Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi dan penyusunan strategi, kebijaksanaan, program, dan lain-lain. 5. Pengawasan Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan penambilan tindakan korektif. 2. Pengorganisasian Penentuan sumber daya & kegiatan yang di butuhkan. Menyusun organisasi atau kelompok kerja, penugasan wewnang dan tanggung jawab serta koordinasi. 3. Penyusunan Personalia Seleksi, latihan, pengembangan, dan orientasi karyawan. 4. Pengarahan Motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk mengarahkan karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan kepadanya. Gambar 2.3 Hubungan di antara fungsi-fungsi manajemen.19 Dari gambar di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsifungsi dari manajemen saling terkait antara satu sama lain mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, dan pengawasan, dan dari fungsi-fungsi tersebut memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. 3. Peran Kepala Sekolah a. Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik) Menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ia mengemukakan pendapat bahwasanya sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme 19 T. Hani Handoko, Op. Cit., h. 26. 15 kepala sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya.20 Dari penjelasan tersebut jelas bahwa kepala sekolah harus berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru di dalam kelas. Dan faktor pengalaman kepala sekolah akan sangat menentukan dan mempengaruhi sekali bagaimana profesionalisme seorang kepala sekolah. Karena kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang mampu menentukan strategi seperti apa yang akan di lakukan dalam mengembang dan memperbaiki kinerja para guru dan para staff yang ada di sekolah. b. Kepala Sekolah sebagai Administrator Kepala sekolah sebagai administrator maksudnya adalah selain menjadi seorang pemimpin dalam sekolah, kepala sekolah juga harus dapat melakukan tugas-tugas administrasi sekolah seperti pengelolaan arsip-arsip sekolah, data-data guru dan siswa, serta tugas-tugas yang umumnya dilakukan oleh seorang administrator. Menurut E. Mulyasa, secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.21 c. Kepala Sekolah sebagai Manajer Manajer merupakan seorang yang memimpin dalam sebuah organisasi. Tugas seorang manajer adalah menjalankan fungsi-fungsi dari manajemen seperti merencanakan, menentukan struktur gorganisasi, mengarahkan, dan mengawasi demi mencapai target telah direncanakan dan ditetapkan. Dan apabila disekolah sosok 20 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, h. 100. 21 Ibid., h. 107. 16 manager adalah kepala sekolah, kepala sekolah yang berperan besar dalam melaksanakan fungsi-fungsi dari manajemen tersebut dengan bantuan dari staff sekolah dan para guru. Peran dan strategi yang diterapkan kepala sekolah sebagai seorang manajer akan sangat menentukan perkembangan sebuah sekolah. oleh karena itu tingkat profesionalisme seorang kepala sekolah akan sangat mempengaruhi dalam mencapai tujuan-tujuan yang akan dicapai. d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor Kepala sekolah selain tugasnya sebagai pemimpin dalam sekolah, ia juga harus dapat mengawasi dan mengendalikan apa yang dikerjakan oleh para guru dan para staff disekolah, hal tersebut dilakukan agar apa yang dikerjakan oleh bawahannya dapat sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang akan dicapai. Menurut E. Mulyasa jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan disekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.22 Dari penjelasan dari E. Mulyasa tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang kepala sekolah sebagai supervisor harus dapat mengawasi dan mengendalikan kinerja para tenaga pendidik dan kependidikan, hal tersebt dilakukan untuk mengendalikan kegiatan pendidikan yang sedang berlangsung disekolah agar dapat berjalan sesuai dengan arah tujuan yang ingin dicapai. e. Kepala Sekolah sebagai Leader Menurut Wahjosumijo (1999: 110) sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa, ia mengemukakan bahwa “kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, 22 Ibid., h. 111. 17 keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan”.23 Lebih lanjut dijelaskan oleh E. Mulyasa, bahwa kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.24 Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin (leader) haruslah memiliki beberapa hal yang harus dimiliki dalam memimpin serta mengendalikan sekolah. Kemampuan tersebut adalah kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, dan pengetahuan profesional, serta kepala sekolah juga harus mampu mengambil keputusan dan berkomunikasi dengan baik. Hal tersebut dibutuhkan kepala sekolah untuk mengetahui tingkat keprofesionalan seorang kepala sekolah. f. Kepala Sekolah sebagai Innovator Menurut E. Mulyasa, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.25 Lebih lanjut dijelaskan oleh E. Mulyasa, “kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel.”26 Dari penjelasan E. Mulyasa tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai innovator harus memiliki cara-cara yang 23 Ibid., h. 115. Ibid. 25 Ibid., h. 118. 26 Ibid. 24 18 tepat dalam memberikan teladan yang baik kepada para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, serta dapat mengembangkan model dan proses pembelajaran yang inovatif. Karena seorang kepala sekolah sebagai innovator akan terlihat ketika ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel sebagaimana yang telah dijelaskan oleh E. Mulyasa sebelumnya. g. Kepala Sekolah sebagai Motivator Menurut E. Mulyasa “sebagai pimpinan dalam sekolah seorang kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada tenaga kependidikan dalam melakukan tugas dan fungsingya”.27 Lebih lanjut dijelaskan oleh E. Mulyasa, yang mengatakan “motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB)”.28 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai seorang motivator harus memiliki cara yang tepat dalam memberikan motivasi kepada pendidik dan tenaga kependidikan agar dapat menjalankan tugasnya secara secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dan ditetapkan. 27 28 Ibid., h. 120. Ibid. 19 4. Peran Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan Konseling Dalam sebuah manajemen konflik yang terjadi di sekolah tentu peran dari bimbingan konseling juga dibutuhkan dalam membantu mengatasi terjadinya konflik di sekolah. Dijelaskan dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling yang ditulis oleh Prayitno dan Erman Amti yang menjelaskan bahwa Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagi prosedur, cara dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut Konselor) pada individu (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah-masalah yang di hadapi klien.29 Dijelaskan pula dalam buku Bimbingan Konseling yang ditulis oleh Amin Budiamin dan Setiawati yang menyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan anak dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan.30 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor kepada klien yang berfokus pada penyelesaian masalah yang sedang dihadapi oleh klien serta hal yang berkaitan dengan keseluruhan program pendidikan. 29 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2, h. 130. 30 Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan Konseling¸ (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1, h. 5. 20 b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar murid dapat: 1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang. 2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin. 3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya. 4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.31 Dari setiap butir-butir tujuan bimbingan dan konseling yang telah dipaparkan tersebut, terlihat jelas bahwa tujuan dari bimbingan dan konseling ialah untuk membantu individu mengembangkan diri secara maksimal dan menjadi bekal yang bermanfaat yang dapat berguna dalam kehidupannya kelak. c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Di dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dijelaskan bahwa fungsi dari bimbingan dan konseling dapat dikelompokan menjadi empat fungsi pokok, yaitu: 1) Fungsi Pemahaman Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien, serta pemahaman tentang lingkungan klien oleh klien.32 2) Fungsi Pencegahan Ada suatu slogan yang berkembang dalam bidang kesehatan, yakni “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Slogan ini relevan dengan bimbingan dan konseling yang mendambakan 31 32 Ibid., h. 9. Prayitno dan Erman Amti, Op. Cit. h. 197. 21 sebaikna individu tidak mengalami suatu masalah. Menurut Horner & McElhaney sebagaimana dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti yang menyatakan bahwa bagi konselor profesional upaya pencegahan tidak sekadar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis. Oleh karena itu, pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang amat penting.33 3) Fungsi Pengentasan Orang yang mengalami masalah itu dianggap berada dalam suatu keadaan yang tidak mengenakkan sehingga ia perlu diangkat atau dikeluarkan dari bendanya yang tidak mengenakkan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu adalah upaya pengentasan melalui pelayanan bimbingan dan konseling.34 4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan Apabila berbicara tentang “pemeliharaan”, maka pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah baik, kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai tambah daripada waktuwaktu sebelumnya. Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharaan yang membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan.35 B. Konflik 1. Pengertian Konflik “Istilah konflik berasal dari kata kerja bahasa latin configere yang berarti saling memukul. Dari bahasa latin diadopsi kedalam bahasa inggris, conflict yang kemudian diadopsi kedalam bahasa Indonesia, konflik”.36 Menurut Wirawan dalam bukunya Konflik dan Manajemen Konflik yang menyatakan bahwa “Konflik diartikan sebagai proses pertentangan yang diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang 33 Ibid., h. 202. Ibid., h. 209. 35 Ibid., h. 215. 36 Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 4. 34 22 saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang mengeluarkan keluaran konflik”.37 Selaras dengan pengertian yang dikemukakan oleh Wirawan, Winardi dalam bukunya Manajemen Konflik menjelaskan bahwa konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi.38 Kemudian menurut Joyce Hocker dan William Wilmot sebagaimana dikutip oleh Robby I. Chandra dalam bukunya Konflik dalam hidup sehari-hari mengatakan bahwa “ada berbagai pandangan tentang konflik yang umumnya tersebar secara merata di dalam berbagai budaya di seluruh dunia”.39 a. Konflik adalah hal yang abnormal karena hal yang normal adalah keselarasan. b. Konflik sebenarnya hanyalah suatu perbedaan atau salah paham. c. Konflik adalah gangguan yang hanya terjadi karena kelakuan orangorang yang tidak beres.40 Menurut Peg Pickering dalam bukunya How to Manage Conflict yang menyatakan bahwa “Pada dasarnya konflik terjadi bila dalam suatu peristiwa terdapat dua atau lebih pendapat atau tindakan yang dipertimbangkan. Konflik tidak harus berarti berseteru, meski situasi ini menjadi bagian dari situasi konflik”.41 Banyaknya definisi atau pengertian yang berbeda-beda mengenai konflik yang telah dikemukakan oleh para ahli. Dan dari berbagai macam pendapat yang telah di kemukakan oleh para ahli tersebut mengenai pengetian dari konflik, dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan kegiatan atau perseteruan antara dua kelompok atau lebih yang saling 37 Ibid., h. 5. Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1 h. 1. 39 Robby I. Chandra, Konflik dalam hidup sehari-hari, (yogyakarta: Kanisius, 1992), cet. 6, 38 h. 15. 40 Ibid., h. 15-16. Peg Pickering, How to manage conflict, (Kiat menangani konflik), (Jakarta: Airlangga, 2001 ), h. 1. 41 23 bertikai dikarenakan perbedaan pendapat yang terjadi baik dilingkungan masyarakat, agama, perusahaan, sekolah, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan terjadinya sebuah konflik. 2. Transisi dalam Pikiran Konflik Menurut Stephen P. Robbins yang menyatakan bahwa tepat sekali kalau dikatakan bahwa sudah ada “konflik” mengenai peran konflik dalam kelompok dan organisasi. Satu aliran pemikiran tela berargumen bahwa konflik harus dihindari, bahwa konflik menandakan suatu salahfungsi di dalam kelompok. Kita menyebutnya yakni tradisional.42 Terdapat tiga perspektif mengenai transisi dalam pikiran konflik menurut Stephen P. Robbins : a. Pandangan Tradisional. Pandangan tradisional itu konsisten dengan sikap-sikap yang dominan mengenai perilaku kelompok dalam dasawarsa 1930-an dan 1940-an. Konflik dilihat sebagai suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya keterbukaan dan kepercayaan antara orang-orang, dan kegagalan para manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi para karyawan.43 b. Pandangan Hubungan Manusia “Posisi hubungan manusia berargumen bahwa konflik merupakan hal yang wajar dalam semua kelompok dan organisasi. Karena konflik itu tidak terelakan, aliran hubungan manusia membela penerimaan baik konflik. Mereka merasionalakan eksistensinya”.44 c. Pandangan Interaksionis Pendekatan interaksionis mendorong konflik atas dasar bahwa kelompok yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis dan tidak tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi. Oleh karena itu, sumbangan utama dari pendekatan interaksionis mendorong pemimpin kelompok untuk 42 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), ( Jakarta: Prenhallindo, 1996), Cet. 2 h. 125. 43 Ibid. 44 Ibid. 24 mempertahankan suatu tingkat minimum berkelanjutan dari konflik, cukup untuk membuat kelompok itu hidup, kritis diri dan kreatif.45 Dari pendapat mengenai transisi dalam pemikiran konflik tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu aliran pemikiran menyatakan bahwa konflik itu harus dihindari, karena konflik menandakan suatu salah fungsi di dalam kelompok dan dalam transisi pemikiran konflik pendapat tersebut sebagai pandangan tradisional. Dan dalam transisi dalam pikiran konflik terdapat tiga perspektif, yang pertama yaitu yang tadi telah disebutkan yakni pandangan tradisional, kemudian pandangan hubungan manusia, dan yang terakhir yaitu pandangan interaksionis. Dari ketiga perspektif tersebut, semua memiliki pandangannya masing-masing mengenai konflik seperti yang telah penulis paparkan diatas menurut pendapat Stephen P. Robbins. 3. Sumber-Sumber Konflik Konflik bersumber karena terdapatnya perbedaan pendapat antar anggota dalam sebuah organisasi yang mana setiap anggota kelompok tersebut memiliki persepsi masing-masing yang mereka sama-sama anggap benar persepsi mereka tersebut. Dalam buku Perilaku Organisasi yang di tulis oleh Hendayat Soetopo di jelaskan bahwa “sumber terjadinya konflik dalam organisasi termasuk organisasi sekolah antara lain: 1) masalah komunikasi, 2) struktur organisasi, 3) faktor manusia (Smith, Mazzarella, dan piele, 1981)”.46 Dari sumber terjadinya konflik tersebut jelas bahwa masalah komunikasi dapat memicu terjadinya konflik karena adanya salah faham (Miss communication) yang terjadi antara si penerima pesan dan pemberi 45 Ibid. Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet. 1, h. 272. 46 25 pesan. Lalu masalah selanjutnya adalah struktur organisasi, struktur organisasi dapat memicu konflik karena dalam sebuah struktur organisasi setiap anggota organisasi yang terdapat dalam struktur tersebut telah memiliki pekerjaan yang telah di tentukan bagiannya masing-masing yang mana ketika adanya perbedaan pendapat atas dasar kepentingan individu yang terjadi dalam struktur organisasi tersebut tentu akan dapat memicu terjadinya konflik. Dan faktor ke tiga yaitu faktor manusia, faktor manusia dapat memicu terjadinya konflik karena manusia memiliki perbedaan sifat dan karakteristik seseorang yang saling bertemu dalam sebuah organisasi dan mengungkapkan pendapat mereka masingmasing yang saling memiliki kepentingan hingga mereka bersikap apatis dengan pendapat yang lain dan menganggap pendapatnyalah yang benar. 4. Jenis-Jenis Konflik Jenis Konflik dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah orang yang terlibat konflik, yaitu konflik personal dan konflik intrapersonal. a. Konflik Personal (Perorangan) Menurut Wirawan konflik personal adalah “konflik yang terjadi dalam diri seorang individu karena harus memilih dari sejumlah alternatif pillihan yang ada atau karena mempunyai kepribadian ganda”.47 Kemudian Winardi mengemukakan bahwa “konflik di dalam individu sendiri terjadi karena kelebihan beban peran-peran (Role Overloads) dan ketidak mampuan peranan orang yang bersangkutan (Person-Role Incompatibilities)”.48 Konflik ini terdiri atas, antara lain sebagai berikut : 1) Konflik Pendekatan-pendekatan (Approach to aproach Conflict) Menurut Wirawan konflik pendekatan-pendekatan yakni “konflik yang terjadi karena harus memilih dua alternatif yang berbeda, 47 48 tetapi sama-sama Wirawan, Op. Cit., h. 55. Winardi, Manajemen Konflik., Op, Cit., h. 8. menarik atau sama baik 26 kualitasnya”.49 Dan pendapat ini selaras dengan Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku Organisasi yang menyatakan bahwa “konflik ini terjadi apabila seseorang mempunyai pilihan antara dua macam alternatif atau lebih, dengan hasil-hasil positif”.50 Lebih lanjut dijelaskan oleh Winardi dalam bukunya yang berjudul Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen, ia menjelaskan “konflik demikian meliputi situasi dimana seseorang harus memilih dua alternatif positif, dan yang sama-sama memiliki daya tarik yang sama”.51 dan apabila diambil contoh adalah seperti apabila kita mendapat tawaran pekerjaan yang sangat membanggakan keluarga dengan melanjutkan kuliah disebuah universitas baik yang ditawarkan oleh keluaga. 2) Konflik menghindar ke menghindar (avoidance to avoidance conflict) Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku Organisasi, ia menjelaskan konflik menghindar ke menghindar terjadi apabila seseorang harus memilih dua macam alternatif atau lebih yang memiliki dampak negatif. 52 Selaras dengan pendapat Winardi, Wirawan mengatakan bahwa “konflik menghindar ke menghindar adalah konflik yang terjadi karena harus memilih alternatif yang sama-sama harus di hidari”.53 Sedangkan Sebagai contoh, seseorang harus menjual mobil untuk melanjutkan sekolah, atau tidak menjual mobil dan tidak bisa melanjutkan sekolah. 49 Wirawan. Loc. Cit. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi., Op. Cit., h. 392. 51 Winardi, Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. 2. h. 167. 52 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi. Loc. Cit. 53 Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik., Op. Cit., h. 55. 50 27 3) Konflik pendekatan ke menghindar (approach to avoidance conflict) Konflik yang terjadi karena seseorang mempunyai perasaan positif dan negatif terhadap sesuatu yang sama. 54 dan sebagai contoh, seorang yang ingin melamar pekerjaan ke sebuah perusahaan, dan ia menyiapkan berkas-berkas untuk dikirim kepada perusahaan tempat ia akan mengirim lamaran pekerjaan tersebut, namun ia takut ia di tolak oleh perusahaan tersebut dan akan membuatnya sia-sia, oleh karena itu ia mengurungkan niatnya dan tidak jadi mengirim lamaran kerja tersebut. b. Konflik Interpersonal Menurut Wirawan, “konflik interpersonal adalah konflik pada suatu organisasi di antara pihak-pihak yang terlibat konflik dan saling tergantung dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi”.55 Konflik interpersonal dapat terjadi dalam tujuh bentuk, yakni : 1) Konflik antar manajer, Bentuk Konflik di antara manajer atau birokrat organisasi dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai pimpinan organisasi. 2) Konflik antar manajer dan pegawainya, Konflik ini terjadi antara manajer kerja dan karyawan bawahannya. Objek yang menjadi konflik sangt bervariasi tergantung dari aktivitas organisasinya. 3) Konflik hubungan industrial, Konflik ini terjadi antara organisasi atau perusahaan dan para karyawannya dengan serikat pekerja. 4) Konflik antar kelompok kerja, Dalam organisasi, terdapat sejumlah kelompok kerja yang melaksanakan tugas yang berbeda untuk mencapai tujuan organisasi yang sama. 5) Konflik antara anggota kelompok kerja dan kelompok kerjanya, Suatu kelompok kerja mempunyai anggota yang memiliki keragaman pendidikan, agama, latar belakang budaya, pengalaman, kepribadian. Dan semua perbedaan ini bisa 54 55 Ibid. Ibid. 28 menimbulkan konflik dalam melaksanakan tugas dan fungsi tim kerjanya. 6) Konflik interes, Konflik yang bersifat individual dan interpersonal. Konflik jenis ini terjadi dalam diri seorang pegawai yang terlibat konflik, yaitu antara keharusan melaksanakan ketertarikan organisasi dan ketertarikan individunya. 7) Konflik antara organisasi dan pihak luar organisasi, Konflik ini terjadi antara suatu organisasi atau perusahaan dan pemerintah; perusahaan dan perusahaan lainnya; perusahaan dan pelanggan; perusahaan dan lembaga swadaya masyarakat; serta perusahaan dan masyarakat.56 c. Konflik Antar Organisasi Menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Konflik, ia menyatakan bahwa “konflik yang terjadi antara organisasi-organisasi pada umumnya dipandang dari sudut persaingan yang mencirikan perusahaan-perusahaan swasta”.57 Lebih lanjut dijelaskan oleh Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku Organisasi, biasanya konflik macam ini dinamakan persaingan (Competition). Konflik demikian dianggap sebagai faktor yang menyebabkan timbulnya produk-produk baru, teknologi-teknologi baru, dan jasa-jasa baru, harga-harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber-sumber daya secara lebih efisien.58 Dari penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa konflik antar organisasi terjadi karena adanya persaingan antar organisasi, namun konflik tersebut dianggap baik karena dapat menciptakan hal baru seperti teknologi, jasa, dan sebagainya sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Winardi. d. Konflik Destruktif dan Konflik Konstruktif Jenis konflik juga dapat dikelompokkan menjadi konflik destruktif (konflik kontraproduktif) konstruktif (konflik produktif) dan juga konflik 56 Ibid., h. 56. Winardi, Manajemen Konflik, Op, Cit., h. 11. 58 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Op. Cit., h. 439. 57 29 1) Konflik Destruktif Menurut Hendayat Soetopo dalam bukunya Perilaku Organisasi konflik destruktif adalah “konflik yang memiliki nilai negatif bagi organisasi. Dengan konflik justru mendatangkan kerusakan bagi organisasi”.59 Sedangkan menurut Wirawan konflik destruktif adalah “pihak-pihak yang terlibat konflik tidak fleksibel atau terkesan kaku karena tujuan konflik didefinisikan secara sempit yaitu untuk mengalahkan satu sama lain”.60 dan inilah gambaran siklus dari konflik destruktif yang terlihat pada gambar 2.4. Konflik Respon Negatif Win & lose solution Kompetisi dan agresi Kesehatan organisasi menurun Gambar 2.4. Siklus konflik destruktif.61 Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa konflik destruktif adalah konflik yang bersifat negatif dan pihak-pihak yang terlibat konflik terkesan saling mengalahkan satu sama lain. Hal tersebut jelas hanya akan merusak sebuah organisasi apabila tidak cepat ditangani dengan baik. 59 Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, Op. Cit., h. 274. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, Op. Cit., h. 62. 61 Ibid. 60 30 2) Konflik Konstruktif Menurut Wirawan, “Konflik konstruktif adalah konflik yang prosesnya mengarah kepada mencari sebuah solusi mengenai substansi konflik”.62 Sedangkan menurut Hendayat Soetopo “konflik konstruktif adalah konflik yang mengandung nilai positif bagi pengembangan organisasi”.63 Dan lebih lanjut di jelaskan oleh Abi Sujak dalam bukunya Kepemimpinan Manajer, manajer yang memandang konflik sebagai sesuatu yang konstruktif akan menghadapi suatu konflik dengan sikap yang positif, dan memandang konflik sebagai suatu kejutan baru yang mengunggah minat untuk mengetahui lebih jauh dan sebagai suatu tantangan.64 Dalam konflik konstuktif terjadi siklus konflik konstuktif, dan dapat terlihat pada gambar 2.5. Organisasi Lebih sehat Kompromi atau kolaborasi Give and take Respon positif Konflik Gambar 2.5. Siklus Konflik Konstruktif.65 62 Ibid., h. 59. Hendayat Soetopo. Loc. Cit. 64 Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1, h. 152. 65 Wirawan, Op. Cit., h. 61. 63 31 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik konstruktif adalah konflik yang prosesnya lebih ke dalam mencari inti dari konflik dan memiliki nilai positif bagi perkembangan organisasi, serta konflik konstruktif di anggap sebagai kejutan baru dalam konflik. Dan dapat dilihat pada siklus konflik konstruktif di atas, disana dijelaskan bahwa pihakpihak yang terlibat dalam sebuah konflik tersebut sadar akan terjadinya konflik dan pihak-pihak tersebut mencoba untuk meresponnya secara positif, ketika mereka telah merespon secara positif untuk menyelesaikan konflik tersebut secara give and take, setelah itu kedua belah pihak yang terlibat dalam konflik berupaya berkompromi dan berkolaborasi atau bekerjasama hingga terciptalah solusi-solusi yang memuaskan kedua belah pihak yang terlibat konflik. 5. Komponen-Komponen Konflik Ketika membahas mengenai konflik tentu tidak akan lepas dari sebuah komponen konflik yang mungkin bersifat mendasar, komponenkomponen tersebutlah yang nantinya akan menentukan kemana konflik akan berkembang, apakah akan menuju kepada konflik yang bersifat konstruktif atau mungkin akan menuju kepada konflik yang bersifat destruktif. Menurut C. R. Mitchell sebagaimana dikutip oleh Winardi Dalam buku Manajemen Perilaku Organisasi menjelaskan bahwa komponen konflik yang mendasar digariskan menjadi tiga macam komponen, komponen tersebut berupa sebuah situasi konflik (A Conflict Situation), perilaku konflik (Conflict Behavior), sikap dan persepsi-persepsi tentang konflik (Conflict Attitudes and Perceptions).66 Perhatikan gambar dibawah ini : 66 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Op. Cit., h. 386. 32 Situasi Perilaku Sikap Gambar 2.6. Struktur Konflik Tradik.67 Dari uraian dan gambar yang telah di jelaskan mengenai komponen-komponen konflik terlihat bahwa ketiga komponen tersebut saling berkaitan erat satu sama lain. Mulai dari situasi, perilaku dan sikap, ketiga komponen tersebut cukup berperan dalam perkembangan konflik dan semuanya sama-sama dapat menimbulkan terjadinya sebuah konflik. 6. Pengaruh Konflik Konflik bukanlah hal yang harus ditakuti dalam kehidupan, karena konflik apabila di kelola dengan baik akan berpengaruh besar baik dalam kehidupan umat manusia maupun dalam sebuah organisasi dalam mencapai tujuan dari organisasi. Menurut Wirawan, “konflik mempunyai pengaruh positif dan negatif yang dapat menciptakan perubahan bagi kehidupan umat manusia yang akan mengubah kehidupan manusia menjadi lebih baik”.68 a. Pengaruh Positif Konflik mempunyai beberapa pengaruh positif yang dapat memberikan pengaruh besar dalam kehidupan umat manusia yang dapat merubah manusia menjadi lebih baik melalui konflik. 1) Menciptakan Perubahan Menurut Wirawan, “Konflik dapat menciptakan perubahan dalam kehidupan umat manusia menjadi lebih baik”.69 Sedangkan menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Perilaku Organisasi, menciptakan perubahan merupakan “upaya untuk mencari cara67 Ibid. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, Op. Cit., h. 106. 69 Ibid. 68 33 cara menyelesaikan konflik, bukan saja membuahkan inovasi dan perubahan, tetapi hal tersebut dapat menyebabkan perubahan lebih diterima, bahkan diinginkan”.70 contohnya seperti perubahan dari zaman jahilliyah ke zaman yang penuh intelektualitas seperti saat ini dan perubahan tersebut tentu takkan pernah lepas dari terjadinya sebuah konflik. 2) Membawa objek konflik ke permukaan Tanpa adanya sebuah konflik, pokok permasalahan yang terpendam dalam diri pihak-pihak yang terlibat konflik tidak akan muncul kepermukaan, dan tanpa adanya pokok permasalahan yang muncul kepermukaan, masalah yang terpendam itu tidak akan dapat terselesaikan.71 3) Memahami orang lain lebih baik Konflik membuat orang memahami adanya orang lain atau lawan konflik yang berbeda pendapat, berbeda pola pikir, dan berbeda karakter. Perbedaan itu perlu dimanajemeni dengan baik agar menghasilkan solusi yang menguntungkan dirinya atau kedua belah pihak.72 4) Persaingan yang menyebabkan timbulnya konflik Menurut Winardi, “para karyawan yang mengalami suatu suasana kompetitif antara para sesama pekerja sehubungan dengan soal performa, dapat dimotivasi untuk mencurahkan upaya lebih intensif guna “memenangkan” persaingan demikian”.73 70 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Op. Cit., h. 389. Wirawan, Op. Cit., h. 107. 72 Ibid. 73 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi., Op. Cit., h. 389. 71 34 b. Pengaruh Negatif Selain konflik miliki pengaruh positif, tentunya konflikpun memiliki pengaruh negatif yang sangat berpengaruh dalam kehidupan umat manusia. 1) Biaya konflik Terjadinya sebuah konflik tentu tak terlepas dari biaya konflik yang digunakan untuk melakukan interaksi konflik dalam bentu sumbersumber, seperti energi fisik, energi psikologi, uang, waktu dan peralatan. Semakin sering konflik yang terjadi maka semakin banyak biaya yang dikeluarkan.74 Selaras dengan Wirawan, Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku Organisasi pun menjelaskan bahwa “waktu dan uang merupakan dua macam sumber-sumber daya penting yang kerapkali dialihkan ke arah penyelesaian konflik”.75 Dan inilah kurva hubungan antara intensitas konflik dan biaya konflik yang terlihat pada gambar 2.7. Kurva Intensitas Konflik Biaya Konflik Rendah Intensitas Konflik Tinggi Gambar. 2.7 Hubungan antara intensitas konflik dan biaya konflik.76 74 Wirawan, Op. Cit., h. 109. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi., Op. Cit., h. 390. 76 Wirawan, Op. Cit., h. 108. 75 35 2) Merusak hubungan dan komunikasi diantar pihak-pihak yang terlibat konflik Konflik, terutama konflik destruktif menurunkan kualitas dan intensitas hubungan diantar pihak-pihak yang terlibat konflik. Konflik dapat menimbulkan rasa benci, marah, antipati, terhadap lawan konflik. Hal inilah yang dapat merusak hubungan komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat konflik.77 3) Merusak sistem organisasi Menurut Wirawan, “Konflik dapat merusak sistem dan menciptakan sinergi negatif produksi subsistem yang bekerja dalam kesatuan sistem lebih kecil daripada jumlah produksi. Keadaan ini menimbulkan ketidakpastian pencapaian tujuan organisasi”.78 Dan selaras dengan pendapat Wirawan, Winardi berpendapat bahwa “sumber-sumber daya keorganisasian bukannya langsung ditunjukan ke arah pencapaian tujuan-tujuan yang dikehendaki, tetapi mereka habis digunakan untuk menyelesaikan konflik”.79 4) Kehilangan waktu kerja Jika konflik berkembang menjadi konflik destruktif, 10-30% waktu manajer dan bawahannya digunakan untuk menyelesaikan konflik. Dari sini dapat diketahui bahwa kerugian produktivitas dan kerugian lainnya baik di dalam perusahaan maupun organisasi akan diketahui.80 5) Kesehatan Konflik tentunya akan menyebabkan pihak yang terlibat konflik marah, stres, kecewa, emosional, dan irasional. Selanjutnya, 77 Wirawan. Loc. Cit. Ibid. 79 Winardi. Loc. Cit. 80 Wirawan, Op. Cit., h. 111. 78 36 keadaan tersebut dapat menyebabkan seseorang sakit atau bahkan sampai meninggal dunia.81 Dari penjelasan mengenai pengaruh konflik sebagaimana dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh konflik dapat dibedakan menjadi pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif tentu akan sangat membantu dalam kehidupan umat manusia dan juga dapat membantu dalam dalam mengembangkan dan memperbaiki internal suatu organisasi. Dan sebaliknya, pengaruh negatif tentu akan menciptakan sebuah hal negatif yang akan mengganggu kehidupan manusia terlebih apabila konflik telah berubah mejadi konflik destruktif yang juga akan merugikan perkembangan sebuah organisasi apabila tidak di manajemeni dengan baik. C. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Setelah sebelumnya membahas mengenai manajemen dan konflik secara umum, selanjutnya dapat mengerucut kedalam pembahasan mengenai manajemen konflik. Menurut Wirawan, “manajemen konflik didefinisikan sebagai proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan”.82 Sedangkan Abi Sujak menjelaskan bahwa “manajemen konflik mengacu kepada suatu intervensi yang didisain untuk mengurangi konflik yang meledak atau untuk meningkatkan konflik dengan harapan dapat mengatasi kelesuan organisasi”.83 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik merupakan proses menyusun strategi yang akan diterapkan dalam 81 Ibid. Ibid., h. 129. 83 Abi Sujak, Op. Cit., h. 150. 82 37 mengatasi sebuah konflik yang sedang terjadi dan mengendalikan konflik tersebut untuk menghasilkan sebuah harapan yang diinginkan bersama dalam sebuah organisasi. Tanpa adanya penangan yang tepat konflik tidak akan terselesaikan dan mungkin akan menjadi konflik yang lebih luas yang mana semua pihak yang terlibat konflik akan memfokuskan fikiran, tenaga, dan fikiran mereka bukan untuk mengembangkan produktivitas mereka dalam sebuah organisasi melainkan mereka akan terus terlibat konflik dan akan saling menghancurkan lawan konflik yang mereka hadapi, disanalah peran manajemen konflik digunakan untuk menyelesaikannya. 2. Tujuan Manajemen Konflik Konflik merupakan hal yang akan dapat menghambat tujuan yang diinginkan dalam sebuah organisasi. Seperti contoh di sekolah yang ingin meningkatkan akreditasi sekolah tersebut, dalam hal ini tentu butuh kerja sama yang baik dari semua aspek terkait dalam sebuah sekolah tersebut mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan sampai dengan staff sekolah dan aspek lainnya yang terkait. Namun apabila terdapat sebuah konflik antara pihak-pihak yang akan membantu dalam pencapaian tujuan sekolah dalam meningkatkan akreditasi sekolah tentu tujuan tersebut akan sulit untuk di wujudkan sebelum konflik yang terjadi itu terselesaikan. Berikut ini adalah beberapa tujuan dari manajemen konflik menurut Wirawan dalam bukunya Konflik dan Manjemen konflik : a. Mencegah gangguan kepada anggota organisasi untuk memfokuskan diri pada visi, misi dan tujuan organisasi Organisasi yang mapan tentunya memiliki visi, misi, dan tujuan yang strategis. Dan ketiganya harus dicapai atau direalisasikan dengan cara yang sistematis dan dalam suatu kurun waktu yang direncanakan. Dan 38 konflik akan mengganggu perhatian anggota organisasi dalam pencapaian visi, misi dan tujuan yang strategis.84 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik apabila dapat di konsep secara matang tentu akan dapat mencegah terjadinya konflik yang akan mengganggu para anggota dalam mencapai visi, misi dan tujuan dari organisasi yang akan mereka capai. b. Memahami orang lain dan menghormati keberagaman Seorang anggota organisasi tidak mungkin menyelesaikan tugasnya sendiri, tentu membutuhkan bantuan dari rekan kerjanya. Ia harus dapat berkomunikasi dengan baik. Ia harus memahami bahwa rekan kerjanya memiliki berbagai perbedaan, seperti suku, agama, bahasa, perilaku, pola fikir, dan sebagainya.85 Dari penjelasan tersebut jelas bahwa seorang angota organisasi tentu butuh bantuan dari rekan kerja atau anggota organisasi lain dalam menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu seorang anggota organisasi diharuskan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat memahami berbagai macam karakter sifat rekan anggota organisasi lain yang tentunya berbeda-beda mulai dari suku sampai pola fikirnya. Manajemen konflik cukup bereperan dalam membantu mencegah terjadinya konflik yang mungkin akan timbul karena terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam organisasi tergantung bagaimana seorang manajer mengolah manajemen konflik tersebut. c. Meningkatkan kreativitas Menurut Sy. Landrau, Barbara Landau, dan Daryl Landau (2001) sebagaimana dikutip oleh Wirawan yang mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi di tempat kerja dapat dapat di manajemeni untuk 84 85 Wirawan, Op. Cit., h. 132. Ibid. 39 menciptakan kreativitas dan inovasi. Ketiga praktisi manajemen konflik ini mengemukakan pula jika di manajemeni dengan baik konflik dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi untuk mengembangkan pihak-pihak yang terlibat konflik.86 Dari pendapat ketiga praktisi manajemen konflik tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila suatu konflik dapat dimanajemeni dengan baik tentu akan menciptakan sebuah kreativitas. Dan hal tersebut kembali lagi tergantung kepada sosok manajer bagaimana ia dapat mengolah manajemen konflik tersebut dalam mengembangkan kreativitas yang timbul dalam organisasi. d. Menciptakan prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik Organisasi yang mapan dapat belajar dari berbagai situasi konflik yang dihadapi. Dari pembelajaran tersebut, prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik dikembangkan. Jika prosedur dan mekanisme berhasil menyelesaikan konflik secara berulang-ulang, hal ini akan menjadi norma budaya organisasi. Namun jika tidak dimenajemeni dengan baik, konflik akan menyebabkan disfungsional organisasi.87 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah organisasi dapat belajar ketika sedang menghadapi konflik. Disanalah mereka akan sama-sama memikirkan prosedur dan mekanisme seperti apa yang dapat menyelesaikan sebuah konflik. Ketika hal tersebut telah didapat melalui prosedur dan mekanisme yang dilakukan secara berulang-ulang dalam menyelesaikan konflik, maka hal tersebut akan menjadi norma budaya organisasai sebagaimana yang telah dikatakan oleh wirawan diatas. Semua itu tergantung dari proses manajemen konflik berlangsung dalam organisasi dan bagaimana seorang manajer dalam menyelesaikan sebuah konflik. Dari tujuan-tujuan manajemen konflik yang telah di jelaskan diatas, dapat disimpulkan pula bahwa tujuan dari manajemen konflik 86 87 Ibid. Ibid., h. 133. 40 adalah sebuah cara yang dilakukan untuk memperbaiki atau mencegah terjadinya sebuah konflik dalam organisasi yang mana tentunya akan mengganggu kinerja dari para anggota atau pihak-pihak yang berada dalam suatu organisasi. 3. Gaya Manajemen Konflik Menurut Wirawan, “gaya manajemen konflik adalah pola perilaku orang dalam menghadapi situasi dalam konflik”.88 a. Gaya penghindaran (avoidance) Dengan gaya ini pihak yang menghadapi konflik cenderung menarik diri dari situasi konflik atau bersikap netral. Dan jika tidak terpecahkannya suatu konflik akan berpengaruh pada tugas-tugas manajerial. Maka dengan gaya menghindari konflik ini akan dapat mengarah pada hasil organisasi yang negatif.89 Sedangkan menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Konflik, gaya manajemen konflik penghindaran adalah “bersikap tidak kooperatif, dan tidak aseratif; menarik diri dari situasi yang berkembang, dan atau bersikap netral dalam segala macam “cuaca””. 90 b. Gaya penghalusan (Smoothing) Gaya penghalusan adalah kecenderungan untuk meminimalkan perbedaan yang terjadi, dengan menekankan dapat diterimanya ide bagi khalayak dalam situasi konflik. Ketika manajer menggunakan gaya penghalusan, manajer bertindak seolah-olah akan hilang bila sampai pada waktunya, maka cenderung untuk kerjasama.91 Sedangkan menurut Wirawan, “Perhatian seorang manajer yang rendah terhadap produksi, sedangkan tinggi perhatiannya terhadap 88 Ibid., h. 134. Abi Sujak, Op, Cit., h. 166-168. 90 Winardi, Manajemen Konflik., Op, Cit., h. 18. 91 Abi Sujak, Op. Cit., h. 168. 89 41 bawahannya cenderung memberikan akomodasi jika menghadapi konflik”.92 c. Gaya pemaksaan (forcing) Menurut Abi Sujak, “Gaya ini mempunyai kecenderungan menggunakan kekuasaan untuk mendominasi orang lain dan memaksa orang lain untuk menyetujui atas dasar posisinya”.93 Sedangkan menurut Wirawan yang menyatakan bahwa perhatian seorang manajer yang tinggi terhadap produksi, sedangkan rendah perhatiannya terhadaap orang yang dipimpinnya (bawahannya) cenderung akan menggunakan gaya manajemen konflik ketika memanajemeni konflik. Ia berupaya memaksakan kehendaknya untuk meningkatkan produksi dengan mengabaikan orang lain jika menghadapi situasi konflik.94 d. Gaya kompromi (Compromise) Menurut Abi Sujak, “gaya kompromi adalah gaya yang mempunyai kecenderungan untuk mengorbankan minat dengan mengambil kesepakatan untuk mencapai suatu persetujuan”.95 Sedangkan menurut Wirawan, perhatian seorang manajer yang sedang (tidak tinggi atau tidak rendah) terhadap produksi dan bawahannya cenderung berkompromi jika memanajemeni konflik. Ia mau untuk berkompromi mengenai tingkat produksi organisasi demi memenuhi kesejahteraan bawahannya.96 e. Gaya kolaboratif (Collaborative) Menurut Abi Sujak, gaya kolaboratif adalah keinginan untuk mengidentifikasi sebab-sebab yang melatarbelakangi konflik, membagi informasi secara terbuka, dan mencari jalan pemecahan dengan mempertimbangkan keuntungan-keuntungan 92 Wirawan, Op. Cit., h. 139. Abi Sujak, Op. Cit., h. 169. 94 Wirawan, Op. Cit., h. 138. 95 Abi Sujak, Op. Cit., h. 170. 96 Wirawan. Loc. Cit. 93 yang akan 42 diperoleh.97 Sedangkan menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Konflik, bersikap kooperatif, maupun aseratif; berupaya untuk mencapai kepuasan benar-benar setiap pihak yang berkepentingan, dengan jalan bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada; mencari dan memecahkan masalah demikian rupa, hingga setiap orang mencapai keuntungan sebagai hasilnya.98 f. Gaya Decoupling ( Melepaskan Kaitan) Menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Perilaku Organisasi, sesuatu organisasi mungkin didesain demikian rupa hingga ia secara langsung mengurangi interdependensi antara departemen-departemen yang ada.99 Lebih lanjut dijelaskan oleh Winardi, dengan jalan menyediakan bagi departemen-departemen sumber-sumber daya dan persediaanpersediaan yang terlepas dari sumber-sumber daya dan persediaanpersediaan bagi departemen-departemen lainnya akan menyebabkan terlepasnya ikatan (Decouple) departemendepartemen tersebut hingga dengan demikian dapat dikurangi kecenderungan terjadinya konflik interdepartemental.100 4. Strategi dalam Penyelesaian Konflik Terdapat beberapa strategi dalam menyelesaikan sebuah konflik yang terjadi di dalam sebuah organisasi, di antaranya: a. Kompromis Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku Organisasi, ia menyatakan bahwa “melalui tindakan kompromis, para manajer berupaya menyelesaikan konflik dengan meyakinkan masingmasing pihak dalam perundingan bahwa mereka perlu mengorbankan sasaran-sasaran tertentu, agar dapat dicapai sasaran lain”.101 97 Abi Sujak. Loc. Cit. Winardi, Manajemen Konflik., Op, Cit., h. 19. 99 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi., Op. Cit., h. 419. 100 Ibid. 101 Ibid., h. 453. 98 43 Dari penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kompromis merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh seorang manajer untuk mencoba meyakinkan salah satu pihak untuk mengorbankan tujuan yang diinginkan salah satu pihak tersebut demi tercapainya tujuan bersama. b. Meratakan (Smoothing) Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku Organisasi, ia menyatakan bahwa “meratakan merupakan sebuah cara lebih diplomatik untuk menyelesaikan konflik di mana sang manajer meminimasi tingkat dan pentingnya tingkat ketidaksepakatan dan ia membujuk salah satu pihak untuk “mengalah””.102 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa meratakan merupakan cara yang dilakukan manajer dengan cara meminimasi atau menekan tingkat ketidakspakatan yang terjadi diantara kedua belah pihak dan ia mencoba secara sepihak untuk membujuk salah satu pihak untuk mengikuti keinginan pihak lain (mengalah). c. Suara Terbanyak (Majority Rule) Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Konflik, ia menyatakan bahwa suara terbanyak adalah upaya untuk menyelesaikan konflik kelompok melalui pemungutan suara, di mana suara terbanyak menang (Majority vote) dapat berjalan secara efektif , apabila para anggota menganggap prosedur yang bersangkutan sebagai prosedur yang “fair”.103 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa suara terbanyak merupakan cara yang diambil melalui pemungutan suara, yang mana suara terbanyak dalam pemungutan suara tersebutlah yang menang. Biasanya proses pemungutan suara ini dilakukan ketika strategi-strategi yang sebelumnya dilakukan tidak menemukan titik 102 103 Ibid., h. 452. Winardi, Manajemen Konflik., Op. Cit., h. 86 44 terang dalam menyelesaikan konflik, barulah strategi pemungutan suara ini dilakukan. D. Hasil Penelitian yang Relevan Penulis : Evi Yanti. Judul : Implementasi Manajemen Konflik di SMP PGRI 1 Ciputat. Tahun : 2011 Yang membedakan skripsi penulis dengan skripsi yang ditulis oleh Evi Yanti dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut : No 1. Pembahasan Evi Yanti Penulis Fokus Memfokuskan Permasalahan masalah hanya kepada kepada konflik antara siswa, konflik Memfokuskan antara masalah guru guru, dan kepala sekolah. dan staff. 2. Populasi dalam Populasi Penelitian digunakan yang Populasi yang digunakan seluruh adalah 15% dari jumlah guru bidang study dan guru, 15% dari jumlah siswa staff administrasi. yang diwakilkan oleh OSIS, Kepala Sekolah, dan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum dan Bimbingan Konseling. 3. Metodologi Menggunakan Menggunakan Penelitian metodologi penelitian penelitian kualitatif murni kualitatif kuantitatif dan dengan hasil metodologi deskriptif dengan analisis data. hasil persentase. 4. Teknik Menggunakan Pengumpulan wawancara teknik Menggunakan teknik dan observasi, wawancara, dan 45 Data 5. Teknik Data angket. Analisa Menggunakan analisis (persentase). study dokumen. teknik Menggunakan teknik statistik klasifikasi, kategorisasi, dan interpretasi. Tabel. 2.1 Penelitian yang relevan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara jelas mengenai implementasi manajemen konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK AL-Hasra yang terletak di Jalan Raya Ciputat – Parung Km. 24, Bojongsari, Depok, Telp. (021) 7491141, Fax: (021) 7491141. Alasan penulis melakukan penelitian di sekolah ini karena sekolah ini memiliki konsep yang cukup baik dalam mengatasi sebuah konflik di dalam sebuah sekolah. Contoh kecilnya yaitu terbukti bahwa pada umumnya siswa SMK sering melakukan tawuran antar pelajar, namun siswa sekolah ini tidak pernah melakukan kegiatan negatif tersebut. Hal tersebut terjadi karena selain sanksi yang tegas namun mendidik, sekolah juga rutin mengadakan pengajian bulanan yang dilakukan di rumah siswa secara bergantian tiap bulannya. Hal ini penulis ketahui ketika melakukan pengamatan selama penelitian ini berlangsung. 2. Waktu Penelitian Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Tahun 2014 Februari Pengesahan Proposal Skripsi Bimbingan dengan dosen pembimbing 46 Maret April Mei 47 Observasi ke SMK AL-Hasra Wawancara dan pengumpulan data Analisis data E. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis yang berfokus pada wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menurut Zainal Arifin dalam bukunya Penelitian Pendidikan, “metode penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif ”.1 Demikian pula menurut Nyoman Kutha Ratna dalam bukunya Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, ia menyatakan bahwa Metode kualitatif “secara keseluruhan merupakan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi”.2 Sejalan dengan Nyoman Kutha Ratna, Bogdan dan Taylor (1975:5) sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, ia mendefinisikan “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.3 Dari penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil yang didapat dari penelitian dalam bentuk kata-kata tertulis ataupun lisan secara jelas tanpa adanya manipulasi data. 1 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 11, h. 140. 2 Nyoman Kutha Ratna, Teori, metode, dan Teknik penelitian sastra, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 3, h. 46. 3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 28, h. 4. 48 Adapun alasan penulis menggunakan pendekatan penelitian ini adalah karena penulis bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan secara mendalam mengenai permasalahan yang terkait dalam penelitian ini. Dengan demikian penulis sendiri akan lebih mudah mengetahui dan memahami gambaran dari objek yang akan diteliti. F. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data Sumber data adalah asal darimana data itu diperoleh. Dan dalam menentukan sumber data tentu penulis terlebih dahulu menentukan siapa saja individu dalam penelitian yang akan dijadikan sumber data atau darimana saja data tersebut akan didapatkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Data primer Menurut Husein Umar, “data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kusioner yang biasa dilakukan oleh peneliti”.4 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer ialah kepala sekolah SMK AL-Hasra karena dalam penerapan manajemen konflik kepala sekolahlah yang paling mengetahui bagaimana penerapan manajemen konflik di sekolah, 1 orang wakil kepala sekolah bidang kurikulum, 5 orang guru dan 5 orang siswa yang diwakili oleh pengurus OSIS. Dengan jumlah keseluruhan terdapat 12 responden. 4 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 42. 49 b. Data sekunder Menurut Husein Umar, data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel atau diagramdiagram. Data sekunder digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut.5 Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder ialah data-data yang dimiliki oleh sekolah seperti data jumlah tenaga pendidik dan kependidikan, data jumlah peserta didik, tata tertib guru, tata tertib siswa, kode etik guru, dan data-data lain yang dianggap penting dan terkait dalam penerapan manajemen konflik di sekolah. 2. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah sejumlah cara yang dapat dilakukan dalam suatu penelitian untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam setiap pengumpulan data baik itu dengan cara wawancara, angket, observasi ataupun dokumentasi tentu tidak akan pernah lepas dari namanya kekurangan dan kelebihan. Dan untuk mengantisispasi kemungkinan yang tidak diharapkan seperti ketidaktepatan dalam hasil penelitian, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang diharapkan teknik tersebut dapat mendapatkan hasil yang dibutuhkan dalam penelitian. Dan teknik yang peneliti akan gunakan dalam penelitian adalah antara lain sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah sebuah pengamatan secara langsung pada tempat penelitian untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Observasi merupakan salah satu hal penting dalam penelitian, karena dengan observasi keadaan keseluruhan ditempat melakukan penelitian akan dapat dirasakan dan diketahui secara menyeluruh oleh peneliti. 5 Ibid. 50 Pada tahap ini yang peneliti lakukan adalah mengamati bagaimana keseharian kepala sekolah, baik dalam memimpin rapat, mengambil keputusan dan kegiatan lain yang terkait dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu peneliti akan mengamati bagaimana keseharian para guru dan siswa di dalam lingkungan sekolah. b. Wawancara Menurut Husein Umar, wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang pelaksanaanya dapat secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk di jawab pada kesempatan lain.6 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data, informasi dan fakta, guna mengungkap dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian tersebut. Selain itu alasan peneliti menggunakan teknik wawancara adalah untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, dan data-data lainnya untuk melengkapi keseluruhan hasil penelitian ini. Adapun objek dalam melakukan wawancara adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, 5 orang guru, dan 5 orang siswa yang diwakili oleh pengurus OSIS. c. Studi Dokumen Menurut Zainal Arifin, “studi dokumen atau teks merupakan kajian yang menitikberatkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteksnya”.7 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik studi dokumen dengan maksud dapat mengumpulkan data yang berkaitan 6 7 Ibid., h. 51. Zainal Arifin, Op. Cit., h. 152. 51 dengan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian seperti daftar guru, daftar siswa, hasil rapat yang peneliti amati, foto-foto dan dokumen-dokumen atau data-data lain yang dianggap penting memiliki keterkaitan terhadap data yang diperlukan dalam penelitian mengenai penerapan manajemen konflik di sekolah. G. Kisi-Kisi Wawancara Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara No. Variabel 1. Manajemen 2. Konflik Indikator Nomor Soal Perencanaan 1,2,3,4. Pengorganisasian 5,6,7,8,9,10,11,12. Penerapan 13,14,15,16. Pengawasan 17,18,19,20. Jenis Konflik 21. Penyebab Konflik 22,23,24,25. Penanganan 26,27,28,29. Konflik 30,31,32. Pengaruh Konflik H. Teknik Analisa Data Setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian dikumpulkan dengan lengkap dari narasumber, tahap berikutnya adalah analisis data. Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sehingga dapat menyimpulkan hasil yang dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan dan permasalahan yang diajukan oleh peneliti. Untuk mengolah dan menganalisa hasil data penelitian yang telah terkumpul dari narasumber terkait, dilakukan tiga langkah yaitu sebagai berikut: 52 1. Proses klasifikasi Proses ini dilakukan dengan cara mengelompokan jawaban-jawaban dari sumber data berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait implementasi manajemen konflik. 2. Proses kategorisasi Proses ini dilakukan dengan cara mengelompokan data yang didapat dalam penelitian berdasarkan ruang lingkup masalah yang diteliti. 3. Proses interpretasi Proses ini dilakukan dengan cara mencari persamaan dan perbedaan dari aspek-aspek jawaban masalah, sehingga kemudian dapat ditarik kesimpulan. I. TRIANGULASI Menurut Zainal Arifin, “Triangulasi adalah penggunaan berbagai metode dan sumber daya dalam pengumpulan untuk menganalisis fenomena yang saling berkaitan dari perspektif yang berbeda”.8 Menurut Norman K. Denkin dalam Mudjia Raharjo (2010) sebagaimana dikutip oleh Zainal Arifin “triangulasi meliputi empat hal, yaitu: triangulasi metode, triangulasi antarpeneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), triangulasi sumber data, triangulasi teori”9. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. Untuk mengetahui bagaimana program tersebut diterapkan, maka peneliti melakukan observasi data ke tempat yang menjadi objek penelitian dan melakukan kegiatan secara mendalam dan menyeluruh mengenai penerapan manajemen konflik dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait yang dapat membantu dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Setelah data telah diperoleh, kemudian dilakukan pengecekan dengan cara dibandingkan antara hasil dari wawancara, hasil observasi dan hasil dari studi 8 9 Ibid., h. 164. Ibid. 53 dokumen. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan keserasian antara hasil data yang di dapat dari ketiga teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini. J. Validitas (Keabsahan) Validasi atau validitas adalah sebuah cara untuk mengetahui tingkat ketepatan alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian. Jadi jika yang di dapat dalam sebuah penelitian adalah kebaikan, maka yang dijelaskan oleh peneliti juga haruslah kebaikan. Menurut Emzir dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif mengemukakan bahwa “validitas merujuk pada masalah kualitas data dan ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan proyek penelitian”.10 Sedangkan menurut Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Administrasi mengemukakan bahwa “hasil penelitian yang valid bila, terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”.11 Sedangkan menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Masyarakat yang ditulis oleh Manasse Malo dan Sri Trisnoningtias menjelaskan bahwa “suatu pengukuran dari suatu konsep tertentu yang dianggap sebagai ukuran yang valid jika ia berhasil mengukur konsep tersebut”.12 Dari penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa validasi merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk mengukur ketepatan data yang didapat dalam penelitian dengan data yang sesungguhnya ada pada objek penelitian. Atau dengan kata lain data tersebut dapat dikatakan valid apabila data tersebut sesuai dengan data yang sesungguhnya ada pada objek penelitian. 10 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), Cet. 1, h. 78. 11 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV ALFABETA, 1998), h. 96. 12 Manasse Malo dan Sri Trisnoningtias, Metode Penelitian Masyarakat, (tt.p. t.p., tt), h. 73. 54 Menurut Licoln dan Guba dalam Trochim (2008) sebagaimana dikutip oleh Emzir mengusulkan empat kriteria untuk menilai kualitas penelitian kualitatif.13 1. Kredibilitas (Credibility) Kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut. Karena dari perspektif ini tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik perhatian dari sudut pandang partisipan.14 2. Transferabilitas (Transferability) Kriteria transferabilitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer kepada konteks atau seting yang lain.15 3. Dependabilitas (Dependability) Menekankan perlunya peneliti memperhitungkan konteks yang berubahubah dalam penelitian yang dilakukan. Penelitian bertaanggung jawab menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalaam seting dan bagaimana perubahan-perubahan tersebut dapat memengaruhi caraa pendekatan penelitian dalam studi tersebut.16 4. Konfirmabilitas (Confirmability) Kriteria Konfirmabilitas atau objektivitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian dapat dikonfirmasikan oleh orang lain.17 13 Emzir, Op. Cit. h. 79. Ibid. 15 Ibid., h. 80. 16 Ibid. 17 Ibid., h. 81. 14 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah SMK AL-Hasra Bojongsari Depok Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Al-Hasra berdiri pada tahun 1999 dengan dua pilihan program yang ditawarkan yaitu Program Penjualan dan Administrasi Perkantoran yang bertujuan mempersiapkan siswa yang kompeten untuk bekerja sesuai dengan bidang yang diajarkan. Disusul dengan penambahan program diklat Perbankan Syariah pada tahun 2005 yang untuk pertama kalinya diadakan di kota Depok dan program diklat Teknik Komputer dan Jaringan pada tahun 2010. Berikut adalah Periode kepemimpinan kepala Sekolah SMK Al-Hasra : 1. Yuhaeni, S.Pd, Kepala SMK (1999 – 2005) 2. Endang Triastuti, SE, Kepala SMK (2005 – 2007) 3. Drs. Cik Hakim, Kepala SMK (2007 – 2010) 4. Dra. Helmidar, Kepala SMK (2010 – 2011) 5. Abdul Hamid, S.Ag, Kepala SMK (2011 – 2014) Disadari betul bahwa lembaga pendidikan sekolah Al-Hasra harus mampu berada di garda paling depan perkembangan dunia pendidikan Indonesia, dan itu hanya mungkin jika diikuti dengan kemampuan untuk mengantisipasi setiap perkembangan sains dan teknologi yang di dasari oleh nilai-nilai spiritual Islam yang kuat. Kesadaran itu kemudian dijabarkan melalui kerangka kerja yang terencana dan terprogram, baik menyangkut pembinaan tenaga edukatif, peningkatan proses belajar mengajar maupun penciptaan suasana yang kondusif bagi terselenggaranya proses pendidikan dengan lancar dan tertib. Upaya kearah itu, yang telah dilakukan antara lain: 55 56 a. Melakukan pembinaan terhadap mutu tenaga edukatif SMK AlHasra secara terprogram dan terencana dengan alokasi dana yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan yayasan. b. Menambah dan meningkatkan mutu dan jumlah koleksi buku-buku di perpustakaan SMK Al-Hasra yang diharapkan dapat merangsang minat baca siswa, serta untuk membangun tradisi keilmuan yang harus bisa ditumbuhkembangkan sedini mungkin dalam diri siswa Al-Hasra dan meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Menambah dan terus menerus menyediakan peralatan serta bahan laboratorium IPA yang akan mengundang gairah siswa untuk melakukan riset dan pembuktian-pembuktian ilmiah secara terarah dan mendalam. d. Mengadakan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan kepribadian dan kemampuannya dalam bidang kepemimpinan, keorganisasian, kesenian, keterampilan dan kemasyarakatan sehingga tercipta dinamika kehidupan akademik dan kesiswaan yang sehat dan konstruktif. e. Membimbing siswa agar terampil dalam penggunaan / pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi dengan upaya menambah dan terus menerus menyediakan peralatan teknologi informasi dan komunikasi di laboratorium komputer sesuai dengan perkembangan teknologi, serta memberikan pelatihan keterampilan penggunaan/pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi bagi guru maupun karyawan SMK Al-Hasra. f. Melengkapi instrument musik di laboratorium musik Al-Hasra dengan berbagai instrument musik dengan tujuan untuk mengasah ketajaman rasa dan apresiasi seni khususnya seni musik siswa AlHasra. Melalui musik, kehalusan jiwa dan budi pekerti siswa di latih. Melalui nusik pula, bakat dan minat siswa disalurkan menjadi 57 sebuah keterampilan hidup yang yang bermanfaat dan berguna kelak. g. Menciptakan suasana yang kondusif, nyaman dan segar bagi terlaksananya proses belajar mengajar. h. Penataan dan pelayanan administrasi SMK yang lebih baik kearah manajemen administrasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi. i. Menyusun serta menyiapkan program publikasi Al-Hasra secara terencana dan terprogram untuk setiap tahunnya. j. Meningkatkan kualitas hubungan menciptakan kegiatan-kegiatan dan komunikasi dengan yang memungkinkan terjalinnya hubungan yang harmonis dan positif antara sekolah dengan masyarakat lingkungannya k. Seiring dengan upaya-upaya peningkatan mutu di atas Al-Hasra juga terus berupaya meningkatkan sarana fisik yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pendidikan yang tertib dan nyaman. Terakhir, dengan hadirnya gerbang pendidikan sekolah AlHasra, atas redha dan hidayah dari Allah SWT. Putra-putri bangsa terbaik dapat mengembangkan kepribadiannya menjadi muslim dan muslimah yang kuat iman dan taqwanya kepada Allah, luas dan dalam ilmu pengetahuannya, beretos kerja tinggi, santun dan memiliki kepedulian sosial.1 Dari sejarah SMK Al-Hasra yang telah dijelaskan tersebut dapat terlihat bahwa SMK Al-Hasra bercita-cita tinggi dalam melahirkan seseorang yang memiliki kepribadian yang baik. Bukan hanya pada siswanya namun juga pada kualitas para tenaga pendidiknya, dan SMK Al-Hasra melakukan berbagai upaya untuk menciptakan keharmonisan di dalam sekolah. Salah satu upayanya yaitu dengan terus berupaya meningkatkan kualitas hubungan dan komunikasi dengan menciptakan 1 Data-data SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, Tahun 2013-2014. 58 kegiatan-kegiatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan yang harmonis dan positif antara sekolah dengan masyarakat lingkungannya hingga meminimalisir terjadinya konflik di sekolah. 2. Visi dan Misi SMK AL-HASRA a. Visi SMK AL - HASRA “Terwujudnya lulusan yang Islami, kompeten dalam bidangnya, mandiri, mampu bersaing dalam pasar kerja internasional dan/ atau masuk perguruan tinggi”. b. Misi SMK AL – HASRA Untuk mewujudkan VISI SMK AL-Hasra tersebut, maka ditentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan berikut ini: 1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran untuk menanamkan nilai-nilai Aqidah Islam, ketaatan menjalankan ibadah, dan berakhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari; 2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan mata pelajaran kejuruan (teori dan praktik) yang diakui oleh lembaga sertifikasi kejuruan; 3) Mengembangkan sikap dan jiwa entrepreneurship pada peserta didik; 4) Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran bahasa asing serta penguasaan teknologi; 5) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran mata pelajaran science; dan 6) Melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler untuk menggali dan mengembangkan minat, bakat dan potensi siswa. Dari visi dan misi SMK Al-Hasra tersebut dapat disimpulkan bahwa SMK Al-Hasra memiliki tujuan ingin menghasilkan lulusan yang islami dan dapat bersaing dalam pasar kerja internasional oleh karena itu 59 SMK Al-Hasra melakukan berbagai cara untuk mewujudkan tujuan tersebut. Mereka pun terus mendidik para siswanya dengan pendidikan akhlaq, yang mana hal tersebut dilakukan agar para siswanya memiliki kepribadian yang baik dan bermoral serta saling menghargai. Karena kepribadian yang baik dan bermoral serta saling menghargailah yang akan mempererat tali persaudaraan dan tidak akan menimbulkan sebuah perpecahan atau konflik. 3. Identitas Sekolah Identitas Resmi NSS : 344020517038 Nama Sekolah : SMK AL-HASRA Status : Swasta PBM : Pagi Alamat : Jalan Raya Ciputat – Parung Km.24 Desa : Bojongsari Baru Kecamatan : Bojongsari Kota : Depok Kode Pos : 16516 Akreditasi : Jurusan Perbankan Syariah : A Jurusan Teknik Komputer Jaringan : B Tahun berdiri : 1999 Telepon : (021) 7491141, Fax: (021) 7491141 E-mail : [email protected] Surat Keputusan (SK) Pendirian Nomor : 3087 / I02.1 / Kep / 0I / 99 Tanggal : 27 Juli 1999 Lembaga yang mengeluarkan SK : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat Kepala Sekolah 60 Nama : Abdul Hamid, S.Ag NIP :- Nomor SK : 222/SK – KY/VII/2011 Tanggal SK : 2 Juli 2011 Lembaga yang mengeluarkan SK : Yayasan Pendidikan AL – HASRA 4. Struktur Organisasi SMK AL-Hasra memiliki struktur organisasi sebagaimana yang disajikan sebagai berikut: SMK AL-HASRA STRUKTUR ORGANISASI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Kepala Sekolah Abdul Hamid, S. Ag. Komite Sekolah Andi Suhandi, S.Pd. Staf Administrasi Kurikulum & Persuratan Hijriyani Mardhotillah, SE. Kepegawaian & Kesiswaan Ratna Komala Dewi Keuangan & Operator Alif Aryadillah Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Wakil Kepala Sekolah Bagian Keuanngan & Sapras Wakil Kepala Sekolah Bagian Industri Dra. Helmidar Drs. Cik Hakim Nova Hartati, S.Pd Kepala Program Perbankan Syariah Kepala Program Teknik Komputer & Jaringan Drs. Cik Hakim Tusam, S.Pd Wali Kelas Dewan Guru Siswa - Siswi Gambar 4.1. Struktur Organisasi SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 61 Struktur organisasi SMK AL-Hasra Bojongsari Depok terdiri dari kepala sekolah, komite, staf administrasi dibagi menjadi 3 yaitu bagian kurikulum dan persuratan, bagian kepegawaian dan kesiswaan, keuangan dan operator. Wakil kepala sekolah yang dibagi menjadi 3 yaitu wakil kepala sekolah bagian kurikulum, wakil kepala sekolah bagian keuangan, dan wakil kepala sekolah bagian industri. Kepala program, wali kelas, dewan guru, dan siswa. 4. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Berikut adalah daftar nama tenaga pendidik dan kependidikan di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. Tabel 4.1 Tenaga Pendidik dak Kependidikan NO NAMA JABATAN 1 Abdul Hamid, S. Ag. Kepala Sekolah 2 Helmidar, Dra. Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum 3 Cik Hakim, Drs. Wakil Kepala Sekolah Bagian Keuangan & Sapras 4 Nova Hartati, S. Pd. Wakil Kepala Sekolah Bagian Hubungan Industri 5 Tusam, S. Pd. Kepala Program TKJ 6 Deswita, Dra. Guru 7 Ismidarsyah, S. Pd. Wali Kelas XII.PB 8 Juryati, S. Pd. Wali Kelas XI.TKJ.1 9 Nur'aini, S.E.I. Guru 10 Sawitri Retno W., S. Pd. Wali Kelas X.PB & Pembina OSIS 11 Suratin, S. Pd. Wali Kelas X.TKJ 12 Ahmad Jawoto, S. Pd. Guru 13 Arny Sulistiyowati, S.E. Wali Kelas XI.PB 14 Baihaki Ari Nugraha Guru 15 Dede Siti Hojariah, S. Pd. I. Guru 62 16 Etty Mulyati, Dra. Guru 17 Henny Dyah K., S. T. Guru 18 M. Jamarudin Guru 19 Rizal, S. Pd. Wali Kelas XI.TKJ.2 20 Siti Rohma, S. Kom. Guru 21 Sri Hastuti, S. Pd. Wali Kelas XII.TKJ.2 22 Suryani, S. Kom. Guru 23 Syaiful Aziz, S. Kom. Guru 24 Alif Aryadillah Staf TU Bagian Keuangan dan Operator Sekolah 25 Hijriyani Mardhotillah, S. E. Staf TU Bagian Kurikulum & Persuratan 26 Ratna Komala Dewi Staf TU Bagian Kesiswaan & Kepegawaian 27 Idrus Mono Layanan Khusus Bagian Kebersihan 28 Nana Sutrisna Layanan Khusus Bagian Keamanan Tabel. 4. 1 Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMK AL-Hasra. Keterangan: * PB : Perbankan Syariah * TKJ : Teknik Komputer Jaringan 5. Daftar Jumlah Peserta Didik Jumlah pesserta didik Tahun pelajaran 2013-2014 seluruhnya berjumlah 237 orang. Yang mana penyebaran jumlah peserta didik tiap kelas terdapat perbedaan yang tidak merata. Kelas X terdapat 2 rombongan belajar, kelas XI terdapat 3 rombongan belajar, dan kelas XII terdapat 3 rombongan belajar. Dan berikut adalah daftar jumlah peserta didik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. Tabel 4.2 Daftar Jumlah Peserta Didik Kelas Jurusan Wali Kelas Jenis Kelamin Laki-laki X PB Sawitri Retno, S. Pd 6 JML Perempuan 34 40 63 X TKJ Suratin, S. Pd 29 4 33 XI PB Arny Sulistiyowati, S. 9 28 37 Pd XI TKJ I Rizal, S. Pd 20 3 23 XI TKJ II Hj. Juryati, S. Pd 20 3 23 XII PB Dra. Deswita 3 35 38 XII TKJ I Ismidarsyah, S. Pd 20 2 22 XII TKJ II Sri Hastuti, S. Pd 19 2 21 Tabel. 4.2 Daftar Jumlah Peserta Didik di SMK AL-Hasra. Keterangan: * PB : Perbankan Syariah * TKJ : Teknik Komputer Jaringan 6. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana sekolah merupakan suatu faktor yang sangat mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Jika sarana dan prasarana yang ada disekolah tidak mendukung, maka proses belajar mengajar akan terhambat dan pengelolaan kelas pun akan sulit dilaksanakan. Dan adapun sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah adalah sebagai berikut. Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana No. Ruang Jumlah 1 Kelas 7 2 Guru 1 3 Tata Usaha 1 4 Kepala Sekolah 1 5 Kurikulum 1 64 6 Sapras Keuangan 1 7 Toilet Guru 2 8 Toilet Siswa 2 9 Kantin 1 10 Koperasi 1 11 Lapangan Badminton 1 12 Lapangan Upacara 1 13 Sport Center 1 14 Perpustakaan 1 15 Lab. Komputer 1 16 Lab. Bank Mini 1 17 Lab. Bahasa 1 18 Lab. TKJ 1 19 Lab. Unit Produksi 1 20 Lab. Kimia 1 21 Masjid 1 22 Uks 1 23 Gardu Jaga 1 24 Gudang 1 Jumlah 32 Tabel. 4.5 Sarana dan Prasarana di SMK AL-Hasra. B. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan data hasil penelitian yang telah penulis peroleh, hasil penelitian ini meliputi implementasi manajemen konflik di SMK AL-HASRA Bojongsari Depok. Dan hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : Implementasi Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok a. Perencanaan 65 Manajemen konflik dapat diartikan sebagai cara penyusunan atau strategi dalam mengatasi sebuah konflik yang sedang terjadi dan mengendalikan konflik tersebut untuk menghasilkan sebuah harapan yang diinginkan bersama dalam organisasi. Dalam segi perencanaan dalam mengelola konflik peran dari kepala sekolah akan sangat berpengaruh dalam mengendalikan konflik yang terjadi dalam sekolah. Karena apabila seorang kepala sekolah tidak mampu merencanakan konsep yang matang dalam mengendalikan konflik yang terjadi dalam sekolah tentu sebuah konflik yang terjadi dalam sekolah tidak akan terselesaikan dan hal tersebut akan berdampak negatif untuk perkembangan sekolah. Pentingnya perencanaan dalam mengendalikan konflik di sekolah, menurut Sawitri Retno yang menyatakan bahwa “Manajemen konflik di dalam sekolah berperan sangat penting dan harus direncanakan dengan baik, karena manajemen konflik berperan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di sekolah”.2 Sedangkan dalam perencanaanya menurut Abdul Hamid yang menyatakan bahwa: “... perencanaan di sekolah secara terprogram dalam pengelolaan konflik tidak ada, namun yang dilakukan sebagai kepala sekolah ialah dengan cara membangun komunikasi kepada bawahan dengan baik dan mampu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan sifat setiap individu, karena sifat setiap individu tentunya berbeda-beda di sekolah. Selain itu ketika terjadi konflik, kepala sekolah akan langsung memangil pihak yang terkait saja, misalnya ketika terjadi konflik pada guru mata pelajaran, kepala sekolah akan memanggil guru mata pelajaran yang bermasalah tersebut. Hal tersebut dilakukan karena merupakan tanggung jawab sebagai kepala sekolah yang menaungi mereka semua ...”3 Dari pemaparan yang telah disampaikan oleh Abul Hamid tersebut terlihat bahwa dalam perencanaannya secara tertulis sekolah tidak ada, 2 Wawancara dengan Sawitri Retno, Guru dan juga Pembina OSIS di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (24 April 2014, pukul 09.45 WIB), di Ruang Guru SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 3 Wawancara dengan Abdul Hamid, Kepala Sekolah di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (23 April 2014, pukul 09.10 WIB), di Ruang Kepala Sekolah SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 66 namun sebagai kepala sekolah hanya melakukan melalui komunikasi dan mempelajari karakter sifat setiap individu yang ada di sekolah. Dan ketika terjadi konflik kepala sekolah akan memanggil pihak yang terkait untuk diselesaikan agar tidak berlarut-larut. Dengan demikian, penanganan terhadap konflik dilaksanakan menurut kasus yang timbul melalui pengendalian kasus. Dan dalam perencanaannya kepala sekolah tidak selalu melibatkan seluruh para bawahannya hanya perwakilan dari para guru sesuai dari spesifikasi dan pimpinan saja sekolah saja. Penjelasan tersebut sesuai dengan yang dijelaskan oleh Abdul Hamid yang menjelaskan bahwa “dalam penanganan konflik di sekolah kepala sekolah hanya melibatkan orang perorang tergantung spesifikasi dari konflik yang sedang dihadapi”.4 Pendapat tersebut juga dijelaskan oleh Jamaruddin yang menyatakan bahwa “dalam perencanaan penyelesaian konflik, kepala sekolah tidak melibatkan seluruh guru dan staff di sekolah, kepala sekolah hanya melibatkan orang-orang tertentu dalam sekolah saja tergantung dari masalahnya”.5 Perencanaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengendalikan konflik disekolah adalah dengan mengadakan buku pembinaan yang dikhususkan untuk para guru dan buku kasus untuk para siswa. Hal tersebut untuk memperhatikan kemungkinan timbulnya kasus. Pendapat tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Helmidar yang menyatakan bahwa “dalam mengendalikan konflik di sekolah kepala sekolah mengadakan buku pembinaan untuk para guru dan buku kasus untuk para siswa yang mana setiap guru yang bermasalah ataupun siswa yang bermasalah di data untuk diberi penanganan berjenjang”.6 4 Wawancara dengan, Abdul Hamid. Wawancara dengan Jamaruddin, Guru di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (30 April 2014, pukul 11.05 WIB), di Ruang Guru SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 6 Wawancara dengan Helmidar, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (30 April, pukul 08.05 WIB), di Ruang Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum. 5 67 Dari penjelasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan manajemen konflik di sekolah dapat terlihat sudah terkonsep dengan baik. Hanya saja kepala sekolah tidak melibatkan seluruh pihak dan hanya melibatkan pihak terkait yang sesuai dengan spesifikasi konflik yang dihadapi saja. Dan untuk dapat mengontrol konflik yang terjadi di sekolah, kepala sekolah mengadakan buku pembinaan yang dikhususkan untuk para guru dan buku kasus untuk para siswa. Hal tersebut dilakukan agar kepala sekolah dapat mendata guruguru dan siswa yang bermasalah untuk diberikan penanganan yang berjenjang. Sebagaimana teori yang ada mengenai perencanaan, dari hasil yang didapat dalam penelitian ini terlihat sekolah telah menerapkan fungsi dari perencanaan dalam mengendalikan konflik disekolah. Hanya saja sekolah tidak memiliki perencanaan pengendalian konflik secara terprogram. b. Pengorganisasian Dalam pengorganisasiannyapun kepala sekolah tidak melibatkan seluruh aspek yang ada di sekolah dan hanya melibatkan pihak-pihak terkait saja tergantung pada tingkat masalah yang sedang di hadapi oleh sekolah. Hal tersebut sebagaimana yang di jelaskan oleh Sawitri Retno yang menyatakan bahwa: “... dalam pengorganisasiannya ketika sebuah masalah dapat diselesaikan pada tingkat pimpinan saja maka kepala sekolah tidak melibatkan guru-guru, dan ketika masalah tersebut cukup berbahaya dan butuh pendapat dari para guru, maka kepala sekolah akan mengajak para guru untuk membantu dalam menyelesaikannya. Karena permasalahan itu ada yang dapat ditangani oleh wali kelas sendiri dan pimpinan sendiri atau semua pihak dilibatkan ...”7 Dari pemaparan yang telah disampaikan oleh Sawitri tersebut dapat dikatakan bahwa dalam pengorganisasiannya tergantung pada masalah yang terjadi di sekolah. Kepala sekolah hanya melibatkan pada tingkat 7 Wawancara dengan Sawitri Retno. 68 pimpinan saja untuk mengorganisasikannya ketika masalah tersebut dapat diselesaikan pada tingkat pimpinan. Namun ketika masalah tersebut membutuhkan pendapat para guru, kepala sekolahpun akan mengorganisasikan para guru untuk membantu dalam menyelesaikannya. Dalam pengorganisasiannya kepala sekolah sudah seharusnya dapat berkomunikasi dengan baik kepada para bawahannya. Karena apabila ada guru atau bawahannya yang bermasalah dengan cara mengajarnya, kepala sekolah sebagai pimpinan harus dapat berkomunikasi dengan guru tersebut untuk memberikan solusi dan motivasi agar guru tersebut memperbaiki cara mengajarnya. Hal tersebut sebagaimana yang di kemukakan oleh Suratin yang menyatakan bahwa “ketika ada guru yang sedang bermasalah dengan pribadinya hingga hal tersebut berdampak pada mengajarnya, untuk hal-hal yang bersifat pribadi kepala sekolah langsung berkomunikasi dengan guru tersebut dan memotivasinya. Ini dilakukan agar guru tersebut dapat memperbaiki cara mengajarnya”8 Dari pemaparan yang telah disampaikan oleh Suratin, terlihat bahwa dalam mengorganisasikan bawahannya kepala sekolah selalu memantau kinerja para guru. Dan ketika terdapat guru bermasalah, kepala sekolah langsung berkomunikasi dengan guru tersebut dan memotivasinya agar guru tersebut dapat termotivasi dan memperbaiki cara mengajarnya. Dari sana dapat terlihat bahwa dalam mengorganisasikan bawahannya kepala sekolah selalu memperhatikan setiap perilaku atau kinerja bawahannya dan langsung mengambil sikap ketika terjadi masalah. c. Penerapan Begitupun dalam penerapan manajemen konflik di sekolah, agar penerapan dapat berjalan dengan baik tentu butuh kerjasama yang baik dari semua pihak, baik dari kepala sekolah, guru, staff dan semua aspek yang terkait. Namun dalam penerapannya masih terdapat kekurangan yang 8 Wawancara dengan Suratin, Guru di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (24 April 2014, pukul 10.20 WIB), di Ruang Guru SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 69 terjadi di sekolah seperti kepala sekolah kurang berkomunikasi dengan baik dengan para guru. Seperti yang di jelaskan oleh Suratin yang menyatakan bahwa “dalam penerapannya kepala sekolah hanya melibatkan beberapa pihak saja dan kurang berkomunikasi dengan semua pihak”.9 Selaras dengan yang di kemukakan oleh Suratin, dalam penerapannya Ismidarsyah menyatakan bahwa “kepala sekolah dalam beberapa hal kurang berkomunikasi dengan para guru dan kepala sekolah hanya mengambil sikap sendiri”.10 Dari penjelasan yang di sampaikan oleh Suratin dan Ismidarsyah tersebut terlihat bahwa dalam penerapan manajemen konflik di sekolah, kepala sekolah tidak melibatkan semua pihak dan hanya melibatkan pihakpihak tertentu saja seperti pada tingkat pimpinan saja. Selain itu kepala sekolahpun hanya mengambil sikap sendiri. Hal tersebut dilakukan kepala sekolah dikarenakan terkadang bawahannya tidak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh kepala sekolah. Pendapat tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Hamid yang menyatakan bahwa “terkadang dalam penerapan manajemen konflik kepala sekolah langsung mengambil sikap sendiri. Hal tersebut dikarenakan bawahan terkadang tidak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh kepala sekolah”.11 Dari uraian yang telah dijelaskan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa dalam penerapan manajemen konflik dan kebijakan lain di sekolah para guru beranggapan bahwa kepala sekolah kurang berkomunikasi dengan para guru atau bawahannya. Namun menurut menurut kepala sekolah sendiri hal tersebut dilakukan karena terkadang para bawahannya tidak mengerti dengan apa yang dimaksud atau yang diinginkan oleh kepala sekolah. Oleh karena itu terkadang kepala sekolah mengambil sikap sendiri tanpa berkomunikasi terlebih dahulu. 9 Wawan cara dengan Suratin. Wawan cara dengan Ismidarsyah, Guru di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (30 April 2014, pukul 09.15 WIB), di Ruang Guru SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 11 Wawancara dengan Abdul Hamid. 10 70 Di SMK Al-Hasra tidak memiliki guru Bimbingan Konseling (BK), peran BK di sekolah digantikan oleh wali kelas dan pembina OSIS. Seperti yang dikemukakan oleh Suratin yang menyatakan bahwa “sekolah tidak memilik guru BK dan peran BK tersebut digantikan oleh wali kelas dan pembina OSIS dan ketika permasalah sudah klimaks permasalahan tersebut akan disampaikan kepada pimpinan”.12 Pendapat tersebut selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Helmidar yang menyatakan bahwa “disekolah belum memiliki guru BK, dan peran BK dirangkap oleh wali kelas, pembina OSIS, wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan Kepala Sekolah”.13 Dari pendapat yang dikemukakan oleh Suratin dan Helmidar tersebut terlihat bahwa sekolah tidak memiliki guru BK sendiri. Dan dalam penerapannya, peran dari BK di sekolah dirangkap oleh wali kelas, pembina OSIS, wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan kepala sekolah. Seharusnya untuk membantu sekolah dalam memperbaiki akhlaq siswa agar lebih taat terhadap para guru, sekolah mengadakan kegiatankegiatan yang dapat memperdalam akhlaq siswa tersebut. Menurut kepala sekolah yang menyatakan bahwa “dalam memperbaiki akhlaq siswa selain dengan mengadakan pengajian bulanan, sekolah juga mengadakan kegiatan BTQ (Baca Tulis Qur’an). Namun kegiatan tersebut dilakukan hanya ketika terdapat jam pelajaran kosong saja”.14 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan BTQ dapat dikatakan kurang berjalan efektif, karena kegiatan tersebut dilakukan hanya ketika terdapat jam pelajaran kosong saja. Sebagaimana teori yang ada mengenai penerapan, dari hasil yang didapat dalam penelitian ini terlihat kepala sekolah dalam menerapkan 12 Wawan cara dengan Suratin. Wawawncara dengan Helmidar. 14 Wawancara dengan Abdul Hamid. 13 71 fungsi dari penerapan pengendalian konflik disekolah kurang berkomunikasi dengan para bawahannya. Seharusnya sebagaimana teori yang ada mengenai penerapan, selain kepala sekolah memberikan arahan kepada bawahannya untuk bergerak sesuai dengan perencanaan yang ada, seharusnya kepala sekolah juga dapat berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik dengan para bawahannya agar pekerjaan dapat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. d. Pengawasan Dalam penerapan manajemen konflik disekolah, agar semua berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan agar keadaan di dalam sekolah menjadi terkendali, selain adanya perencanaan, pengorganisasian, penerapan, juga dibutuhkan pengawasan. Hal tersebut dilakukan oleh kepala sekolah, kepala sekolah mengawasi keadaan di sekolah baik itu kinerja para bawahannya ataupun keadaan siswanya. Dalam melakukan pengawasan dalam manajemen konflik di sekolah, kepala sekolah bekerja sama dengan beberapa aspek seperti dengan pembina OSIS, dan juga pihak keamanan sekolah. Pendapat tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Hamid yang menjelaskna bahwa “dalam pengawasan yang dilakukan, kepala sekolah melibatkan pembina OSIS, dan pihak keamanan sekolah untuk membantu kepala sekolah mengawasi dan memberi informasi ketika terjadi konflik”.15 Selain itu pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengawasi siswa dan bawahannya adalah dengan cara mengontrol ke dalam kelas untuk memperhatikan keadaan siswa dan guru. pendapat tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Jamaruddin yang menyatakan bahwa “pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan datang ke kelas untuk mengontrol kegiatan pembelajaran guru dan siswa hal tersebut untuk mengetahui bagaimana keharmonisan yang terjalin 15 Wawancara dengan Abdul Hamid. 72 antara siswa dan guru”.16 selaras dengan yang di jelaskan oleh Jamaruddin, menurut Suratin yang menjelaskan: “... pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan sering mengontrol ke dalam kelas dan memperhatikan perkembangan siswa baik di dalam ataupun di luar kelas. Kemudian kepala sekolah pun juga berkomunikasi dengan orang tua siswa untuk membantu mengawasi para siswa dan memberikan arahan. Hal tersebut dilakukan dalam mengantisipasi terjadinya konflik... ”.17 Menurut Helmidar, “dalam mengawasi para guru dan bawahannya, selain dengan berkomunikasi kepala sekolah juga menggunakan lembar kontrol dan buku pembinaan, yang mana hal tersebut digunakan untuk memantau para bawahannya yang bermasalah untuk diberikan arahan dan diberi penangan yang berjenjang”.18 Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan cara datang ke kelas untuk memantau kegiatan pembelajaran antara siswa dan guru. hal tersebut dilakukan untuk mengetahui keharmonisan yang terjalin antara siswa dan guru. selain itu pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan berkomunikasi dengan orang tua siswa untuk membantu mengawasi para siswa dalam mencegah terjadinya konflik. Kepala sekolah dalam pengawasannya dibantu oleh guru BK (Bimbingan Konseling) dan pihak keamanan sekolah. Dan dalam mengawasi guru di sekolah, selain dengan cara berkomunikasi, kepala sekolah juga menggunakan lembar kontrol dan buku pembinaan yang digunakan untuk guru yang bermasalah untuk diberikan arahan dan diberikan penanganan berjenjang. Dari teori yang ada mengenai pengawasan dalam manajemen konflik, terlihat bahwa kepala sekolah telah menerapkan pengawasan tersebut sesuai dengan teori yang ada. Seperti halnya kepala sekolah selalu 16 Wawancara dengan Jamaruddin. Wawancara dengan Suratin. 18 Wawancara dengan Helmidar. 17 73 memantau dengan datang ke kelas untuk memantau kegiatan pembelajaran dan keharmonisan antara siswa dan guru. e. Jenis Konflik Jenis konflik yang terjadi dalam sebuah sekolah tentunya beraneka ragam contohnya seperti konflik antar pelajar, dan masih banyak lagi jenis konflik yang terjadi. Dan jenis konflik yang terjadi di dalam SMK ALHasra dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1) Konflik siswa dengan siswa Menurut Muhammad Khoirul Falah yang menyatakan bahwa “masalah di sekolah yang paling sering melibatkan siswa adalah seperti perkelahian antar siswa, palak memalak yang dilakukan oleh senior kepada adik kelasnya”.19 2) Konflik guru dengan siswa Menurut Dwilingga Hesya Ramadhanty mengenai jenis konflik yang biasa terjadi di sekolah ia menyatakan bahwa “permasalahan yang terjadi biasanya adalah perkelahian antara siswa dengan guru yang mana siswa menggerutu mengenai guru tersebut yang cara mengajarnya tidak mengasikkan”.20 3) Konflik guru dengan kepala sekolah Menurut Jammaruddi “konflik yang terjadi antara guru dan kepala sekolah adalah lebih kepada tidak sepahaman guru terhadap kepala sekolah.21 Sesuai dengan teori yang ada, jenis konflik yang terjadi tentunya beraneka ragam, salah satunya ialah konflik interpersonal. Dan dari uraian asil penelitian yang didapat tersebut terlihat jelas bahwa konflik yang terjadi adalah lebih kepada konflik antar individu di sekolah seperti 19 Wawancara dengan Muhammad Khoirul Falah, Siswa di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (06 Mei 2014, pukul 10.25 WIB), di Ruang OSIS SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 20 Wawancara dengan Dwilingga Hesya Ramadhanty, Siswi di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (06 Mei 2014, pukul 09.20 WIB), di Ruang OSIS SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 21 Wawancara dengan jamaruddin 74 perkelahian antar siswa dan siswa dengan guru. Seharusnya pihak sekolah terlebih guru lebih memberikan perhatian dan pengawasan kepada siswanya agar hal tersebut dapat terkendali hingga tidak berkepanjangan. Dan kepala sekolah sebagai pemimpin seharusnyapun lebih dapat memberikan tindakan tegas namun mendidik kepada para pihak yang terlibat konflik tersebut. f. Penyebab Konflik Terjadinya sebuah konflik dalam organisasi tentu ada penyebabnya seperti perbedaan pendapat, perbedaan latar belakang dan sebagainya yang yang mungkin akan menyebabkan terjadinya sebuah konflik. Begitupun konflik yang terjadi di dalam SMK AL-Hasra tentu terdapat penyebab yang melatar belakangi konflik itu terjadi. Dan penyebab konflik yang terjadi di dalam SMK AL-Hasra dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1) Penyebab konflik antara siswa dengan siswa Penyebab konflik antara siswa dengan siswa lebih kepada faktor senioritas, seperti kaka kelas yang melakukan pemalakan kepada adik kelasnya yang baru. 2) Penyebab konflik guru dengan siswa Abdul hamid menjelaskan bahwa konflik yang terjadi antara guru dan siswa lebih kepada kurangnya kemampuan mengajar guru dan siswa merasa tidak puas dengan cara mengajar guru tersebut. Siswapun bercerita kepada guru lain mengenai ketidakpuasan mereka kepada salah seorang guru di sekolah.22 3) Penyebab konflik guru dengan kepala sekolah Menurut Abdul Hamid yang menjelaskan bahwa: “... konflik yang terjadi antara guru dan kepala sekolah disebabakan karena guru merasa tidak adil dengan kebijakan yang dilakukan oleh kepala sekolah sedangkan para guru tidak paham dengan kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah tersebut. 22 Wawancara dengan Abdul Hamid 75 Misalnya kebijakan mengenai nominal yang diberikan kepada guru, Padahal sekolah memberikan sesuatu kepada guru berdasarkan dari kinerja dari guru tersebut.23 Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa konflik yang terjadi antara kepala sekolah dengan guru lebih kepada ketidak pahaman guru terhadap kebijakan yang dilakukan oleh kepala sekolah hingga guru merasa tidak adil kebijakan tersebut. Misalnya adalah kebijakan mengenai nominal insentif yang di dapatkan oleh guru berdasarkan kinerja. Seharusnya kepala sekolah mengkomunikasikan kepada para guru mengenai kebijakan yang diberikan berdasarkan kinerja guru dengan harapan guru mengerti dan menyadarinya. Baiknya kepala sekolah dapat berkomunikasi dengan baik kepada para guru dan bawahannya agar tidak terdapat permasalahan yang timbul karena kurangnya komunikasi kepala sekolah dengan bawahan. Hal tersebut selaras dengan yang dijelaskan oleh Helmidar yang menyatakan bahwa “kepala sekolah kurang berkomunikasi dengan bawahannya pada hal tertentu hingga beberapa kegiatan menjadi bermasalah”.24 Dan hal tersebut juga dijelaskan oleh Salsya Billa Rachmadanti yang menjelaskan bahwa “keharmonisan yang terjalin antara siswa dan kepala sekolah berjalan kurang harmonis. Hal tersebut disebabkan karena kepala sekolah kurang berkomunikasi dan berinteraksi dengan para siswa.25 g. Penanganan Konflik Konflik yang terjadi tentunya harus segera ditangani agar konflik tersebut tidak berlarut-larut dan mungkin akan berdampak buruk terhadap perkembangan suatu organisasi. Banyak cara dalam menangani konflik, bisa dengan cara berkomunikasi, mediasi dan masih banyak lagi cara dalam menangani konflik yang terjadi. Begitupun cara yang dilakukan 23 Wawancara dengan Abdul Hamid. Wawancara dengan Helmidar. 25 Wawancara dengan Salsya Billa Rachmadanti, Siswi di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (06 Mei 2014, pukul 11.05 WIB), di Ruang OSIS SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 24 76 oleh SMK AL-Hasra. Dalam menangani terjadinya konflik di sekolah penanganan yang diberikan dapaat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1) Penangan konflik antara siswa dengan siswa Cara penanganan yang dilakukan ketika terjadi konflik antar siswa ialah dengan cara pemanggilan siswa yang bermasalah oleh wali kelas untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dan ketika wali kelas tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, wali kelas menyerahkah permasalahan tersebut kepada kepala sekolah untuk membantu mencari solusi. 2) Penanganan konflik antara guru dengan siswa Dalam menangani konflik yang sedang terjadi antara guru dengan siswa, Sawitri Retno menjelaskan bahwa: “... penangan yang dilakukan dalam mengatasi konflik disekolah (konflik yang terjadi antara guru dan siswa) terbagi menjadi beberapa tahapan: 1) Konflik diselesaikan terlebih dahulu antara guru dengan siswa. 2) Ketika konflik siswa tidak terselesaikan oleh guru disampaikan pada wakil kepala sekolah bidang kurikulum. 3) Ketika konflik pada tingkat wakil kepala sekolah bidang kurikulum tidak terselesaikan konflik tersebut disampaikan kepada kepala sekolah. 4) Dan ketika konflik tersebut tidak terselesaikan pada tingkat kepala sekolah, diadakan rapat bersama untuk menyelesaikan konflik tersebut... ”.26 Dari pendapat yang telah diuraikan oleh Sawitri Retno tersebut terlihat bahwa dalam penyelesaian konflik yang terjadi di sekolah terdapat tahapan yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan konflik. Mulai dari masalah tersebut diselesaikan oleh guru sendiri, ketika tidak dapat terselesaikan masalah tersebut disampaikan oleh guru kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk membantu dalam menyelesaikan konflik yang terjadi tersebut, dan ketika wakil kepala sekolah bidang kurikulum tidak dapat menyelesaikannya 26 Wawancara dengan Sawitri Retno. 77 kemudian masalah tersebut disampaikan kepada kepala sekolah. Dan ketika kepala sekolah pun tidak dapat menyelesaikan konflik tersebut, kemudian diadakan rapat bersama untuk bersama-sama mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan konflik yang sedang terjadi tersebut. 3) Penanganan konflik antara guru dengan kepala sekolah Konflik disekolah tentunya tidak hanya terjadi antara guru dan siswa, akan tetapi konflikpun dapat terjadi pula pada guru dan kepala sekolah. Dan ketika konflik tersebut terjadi antara guru dengan kepala sekolah yang membantu menangani hal tersebut ialah pihak yayasan. Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Hamid yang menyatakan bahwa ketika terjadi permasalahan antara kepala sekolah dan guru, kepala sekolah memanggil guru yang sedang bermasalah tersebut kemudian berkomunikasi langsung untuk sama-sama mencari solusi.27 Selaras dengan pendapat Abdul Hamid, menurut Suratin Ketika konflik tersebut terjadi antara guru dan kepala sekolah ialah “kepala sekolah biasanya memanggil guru tersebut dan berkomunikasi dengan guru yang bersangkutan secara pribadi”.28 Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat penulis simpulkan bahwa dalam penanganan konflik yang terjadi di sekolah baik konflik yang terjadi antara guru dengan guru ataupun guru dengan kepala sekolah dilakukan dengan cara berkomunikasi secara pribadi kepada pihak yang bersangkutan dan mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang sedang dihadapi dan untuk permasalahan yang terjadi antara guru dan kepala sekolah, ketika permasalahan tersebut tidak mampu diselesaikan oleh kedua belah pihak, permasalahan tersebut dilaporkan kepada pihak yayasan untuk membantu mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. 27 28 Wawancara dengan Abdul Hamid Wawancara dengan Suratin. 78 h. Pengaruh Konflik Konflik yang terjadi di dalam organisasi tentunya akan mempengaruhi perkembangan organisasi, entah pengaruh kearah yang positif ataupun kearah yang akan berdampak buruk terhadap perkembangan organisasi tersebut. Karena ketika konflik terjadi tentu akan mempengaruhi kinerja para anggota dalam organisasi tersebut. Di dalam SMK AL-Hasra sendiri pegaruh yang ditimbulkan akibat terjadinya konflik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1) Pengaruh konflik pada siswa Menurut Sastria Putra Laksmana yang menyatakan bahwa “akibat adanya masalah dengan guru disekolah membuat siswa jadi malas dan bosan mengikuti pelajaran guru tersebut”.29 2) Pengaruh konflik pada guru Menurut Ade Kurniawati Ramadhan, akibat konflik antara guru dan siswa membuat guru jadi malas mengajar apabila guru tersebut telah kesal terhadap muridnya.30 Selain pengaruh negatif yang terjadi, konflikpun menghasilkan pengaruh positif kepada guru, hal tersebut sebagaimana menurut Ismidarsyah yang menyatakan bahwa “konflik yang terjadi antara guru membuat guru meningkatkan kinerja dalam mengajar”.31 3) Pengaruh konflik pada kepala sekolah Pengaruh konflik yang terjadi pada kepala sekolah, membuat kepala sekolah dalam beberapa hal mengambil sikap sendiri, hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Ismidarsyah yang menyatakan bahwa “kepala sekolah dalam beberapa hal kurang berkomunikasi dengan para guru dan kepala sekolah hanya mengambil sikap sendiri”.32 29 Wawancara dengan Sastria Putra Laksmana, Siswa di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (06 Mei 2014, pukul 11.27 WIB), di Ruang OSIS SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 30 Wawancara dengan Ade Kurniawati Ramadhan, Siswa di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (06 Mei 2014, pukul 09.00 WIB), di Ruang OSIS SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. 31 Wawancara dengan Ismidarsyah. 32 Wawancara dengan Ismidarsyah. 79 Sebagaimana teori yang ada mengenai pengaruh konflik, terlihat bahwa hasil penelitian yang didapat mengenai pengaruh konflik yang terjadi di sekolahpun terbagi menjadi pengaruh positif dan pengaruh negatif. pengaruh positif yang terjadi pada guru membuat para guru lebih meningkatkan kinerja dan cara mengajar menjadi lebih baik, dan pengaruh positif yang terjadi pada siswa membuat siswa lebih meningkatkan prestasi belajarnya. Sedangkan pengaruh negatif yang terjadi membuat siswa menjadi malas untuk belajar. Begitupun dengan guru, membuat guru malas mengajar ketika merasa sangat kesal kepada siswanya. Seharusnya dari konflik yang pernah terjadi antar individu di sekolah menjadikan proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan dan menjaga keharmonisan yang terjalin disekolah. Dan kepala sekolahpun agar lebih bekomunikasi kepada para bawahan dan para siswanya agar antar individu di sekolah dapat saling membantu untuk mencegah terjadinya konflik di sekolah. Terdapatnya manajemen konflik di sekolah tentunya akan sangat berpengaruh dalam penanganan konflik yang terjadi di sekolah. Dan dalam penerapan manajemen konflik di sekolah. Kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri dalam penerapannya, akan tetapi butuh kerjasama dari semua aspek yang terkait di dalam sekolah seperti guru, tenaga kependidikan, siswa. Selain itu dukungan dari pihak luar seperti pihak kepolisisan setempat, peran oraang tua, partisipasi masyarakat juga sangat membantu dalam mengatasi terjadinya konflik di sekolah. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil data yang penulis telah sajikan pada bab IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Implementasi manajemen konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah SMK AL-Hasra Bojongsari Depok sudah berjalan cukup baik dalam faktor penyelesaian konflik yang terjadi di sekolah. Hanya saja kepala sekolah kurang dalam berkomunikasi, baik dengan bawahannya maupun dengan para siswanya. Kepala sekolah berkomunikasi dengan bawahannya hanya disaat tertentu saja bahkan terkadang mengambil tindakan sendiri. 2. Cara kepala sekolah mengoptimalkan manajemen konflik di sekolah ialah dengan berusaha membangun komunikasi dengan baik dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan sifat setiap individu, karena sifat setiap individu tentunya berbeda-beda di sekolah. Selain itu cara yang dilakukan oleh kepala sekolah ialah dengan mengadakan buku pembinaan yang dikhususkan untuk para guru dan buku kasus untuk para siswa. Hal tersebut untuk memperhatikan kemungkinan timbulnya kasus. Ketika terjadi konflik, kepala sekolah akan langsung memangil pihak yang terkait. B. Saran Dari hasil kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka tidak berlebihan jika penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 4. Seharusnya kepala sekolah dapat berkomunikasi dengan bawahannya dan juga dengan para murid. 5. Sekolah membuat program dalam menangani konflik yang terjadi di sekolah secara tertulis. 80 81 6. Dalam penyelesaian konflik di sekolah, seharusnya kepala sekolah berdiskusi juga dengan para bawahannya untuk sama-sama mencari jalan keluar. 7. Untuk para guru agar dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, dan tidak membawa permasalahan yang sedang dihadapi ke dalam kelas. 8. Sekolah seharusnya memiliki guru BK sendiri. Hal tersebut dilakukan agar guru yang merangkap sebagai guru BK dapat lebih fokus terhadap tugas dan kewajibannya. 9. Sekolah lebih memaksimalkan program BTQ (Baca Tulis Qur’an). Hal tersebut agar dapat membantu memperbaiki akhlaq siswa. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Budiamin, Amin dan Setiawati, Bimbingan Konseling¸ Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2009. Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010. Hani Handoko, T. Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE, 1998. I. Chandra, Robby. Konflik dalam hidup sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius. 1992. J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1991. Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: CV. Aisyiah, 1971. Kutha Ratna, Nyoman. Teori, metode, dan Teknik penelitian sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Malo, Manasse dan Sri Trisnoningtias. Metode Penelitian Masyarakat, tt.p. t.p., tt. Manullang, M. Dasar-Dasar Manajemen, Medan: Ghalia Indonesia, 1990. Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Pickering, Peg. How to manaje conflict (Kiat menangani konflik). Jakarta: Airlangga, 2001. Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004. R. Terry, George., & Leslie, W. Rue. Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), Jakarta: Prenhallindo, 1996. Soetopo, Hendayat. Perilaku Organisasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010. Sujak, Abi. Kepemimpinan Manajer. Jakarta: Rajawali, 1990. Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Winardi. Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan), Bandung: Mandar Maju, 1994. Winardi. Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Kencana, 2007. Winardi. Motivasi & pemotivasian dalam manajemen, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002. Wirawan. Konflik dan manajemen konflik, Jakarta: Salemba Humanika, 2009. Data-data SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, Tahun 2013-2014. LEMBAR UJI REFERENSI Nama : Irfan Ardian NIM : 1110018200040 Program Studi : Manajemen Pendidikan Judul Skripsi : Implementasi Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok Pembimbing : Mashyuri, AM. M, Pd. No. Buku Sumber Halaman Referensi Halaman Skripsi 433 1 VII 2 BAB I Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: CV. Aisyiah, 1. 1971). Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990). 2. Paraf Pembimbing Winardi, Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta: PT 3. Rajagrafindo Persada, 2001). 165 3 415 3 1 7 11 7 8 7 10 7 346 8 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: CV. Aisyiah, 4. 1971). BAB II George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: 6. 7. 8. 9. Bumi Aksara, 1992). T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. 10. T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. 11. 21 9 22 10 23 11 38-39 11 27 12 24 12 24 12 119 13 25 13 25 13 T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. 12. T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. 13. M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Medan: Ghalia Indonesia, 1990) 14. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 15. T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. 16. T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. 17. 18. M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Medan: Ghalia Indonesia, 1990), Cet. 13. T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. 19. T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. 20. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2 19. 27 13 26 14 21. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3. 100 15 22. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3. 107 15 23. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3. 111 16 115 17 115 17 118 17 118 17 120 18 120 18 130 19 T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13. 20. 24. 25. 26. 27. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3. 29. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3. 30. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2. 28. 31. Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan Konseling¸ (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1. 5 19 32. Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan Konseling¸ (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1. 9 20 33. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2. 197 20 34. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2. 202 21 35. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2. 209 21 36. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2. 215 21 37. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 4 21 38. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 5 22 1 22 15 22 Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1. 39. 40. Robby I. Chandra, Konflik dalam hidup sehari-hari, (yogyakarta: Kanisius, 1992). 41. Robby I. Chandra, Konflik dalam hidup sehari-hari, (yogyakarta: Kanisius, 1992). 15-16 22 42. Peg Pickering, How to manage conflict, (Kiat menangani konflik), (Jakarta: Airlangga, 2001 ). 1 22 43. Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), ( Jakarta: Prenhallindo, 1996), Cet. 2. 125 23 44. Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), ( Jakarta: Prenhallindo, 1996), Cet. 2. 125 23 45. Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), ( Jakarta: Prenhallindo, 1996), Cet. 2. 125 23 46. Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), ( Jakarta: Prenhallindo, 1996), Cet. 2. 125 24 47. Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet. 1. 272 24 48. Udae Pareek, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1996), cet. 3. 179 26 49. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 55 26 8 26 Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1. 50. 51. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 55 26 392 27 167 27 392 27 55. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 55 27 56. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 55 27 57. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 55 28 58. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 56 29 11 29 439 29 274 30 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 52. 53. Winardi, Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. 2. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 54. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 59. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 60. 61. Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet. 1. 62. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 62 30 63. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 62 30 64. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 59 30 65. Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet. 1. 274 31 152 31 61 31 386 32 386 33 Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1. 66. 67. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 68. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 69. 70. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 106 33 71. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 106 33 389 36 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 72. 73. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 107 34 74. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 107 34 389 34 109 35 390 35 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 75. 76. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 77. 78. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 108 35 79. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 108 36 80. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 108 36 390 36 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. 81. 82. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 111 36 83. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 111 37 84. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 129 37 150 37 86. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 132 39 87. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 132 39 88. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 132 40 89. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 133 40 90. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 134 41 166-168 41 18 41 168 41 139 42 169 42 85. 91. Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1. Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1. Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1. 92. 93. 94. 95. Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1. 96. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). 138 42 170 42 138 42 170 43 19 43 419 43 419 43 453 43 452 44 86 44 106. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 11. 140 48 107. Nyoman Kutha Ratna, Teori, metode, dan Teknik penelitian sastra, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 3. 46 48 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1. Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2. Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1. BAB III 108. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 28. 4 49 109 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). 42 49 110. Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). 42 51 111. Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). 51 52 112. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 11. 152 52 113. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 11. 164 54 114. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 11. 164 54 115. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), Cet. 1. 78 55 116. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV ALFABETA, 1998). 96 55 117. Manasse Malo dan Sri Trisnoningtias, Metode Penelitian Masyarakat, (tt.p. t.p., tt). 73 55 118. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT 79 55 Rajawali Pers, 2010), Cet. 1. 119. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), Cet. 1. 79 55 119. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), Cet. 1. 80 56 120. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), Cet. 1. 80 56 121. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), Cet. 1. 81 56 Jakarta, 26 Juni 2014 Pembimbing Skripsi Masyhuri, AM. M. Pd NIP. 19500518 198703 1002 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Wawancara 1. Interviewer : Irfan Ardian 2. Interviewee : Abdul Hamid, S.Ag a. Pertanyaan : Bagaimana perencanaan (Kepala Sekolah) kepala sekolah dalam pengelolaan konflik disekolah? Jawaban : Perencanaan di sekolah secara terprogram dalam pengelolaan konflik tidak ada, namun yang dilakukan sebagai kepala sekolah ialah dengan cara membangun komunikasi kepada bawahan dengan baik dan mampu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan sifat setiap individu, karena sifat setiap individu tentunya berbeda-beda di sekolah. b. Pertanyaan : Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan pengendalian konflik di sekolah? Jawaban : Dalam penanganan konflik di sekolah kepala sekolah hanya melibatkan orang perorang tergantung spesifikasi dari konflik yang sedang dihadapi c. Pertanyaan : Bagaimana proses perencaan pengendalian konflik berjalan? Jawaban : Dalam penerapan terkadang kepala sekolah langsung mengambil sikap sendiri. Hal tersebut dikarenakan bawahan terkadang tidak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh kepala sekolah. Depok , 23 April 2014 Kepala SMK AL-Hasra Bojongsari Depok Abdul Hamid, S.Ag. 1. Interviewer : Irfan Ardian 2. Interviewee : Dra. Helmidar (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum) a. Pertanyaan : Apa hasil dari perencanaan pengendalian konflik yang telah ada atau dibuat di sekolah? Jawaban : Dalam mengendalikan konflik di sekolah mengadakan buku pembinaan untuk para guru dan buku kasus untuk para siswa yang mana setiap guru yang bermasalah ataupun siswa yang bermasalah di data untuk diberi penanganan berjenjang. b. Pertanyaan : Bentuk pengawasan seperti apa yang ibu lakukan untuk membantu kepala sekolah dalam mencegah terjadinya konflik? Jawaban : Membantu dalam mengawasi para guru dan siwa, dengan dan menangani guru dan siswa yang bermasalah dengan menggunakan lembar kontrol dan buku pembinaan, yang mana hal tersebut digunakan untuk memantau para bawahannya yang bermasalah untuk diberikan arahan dan diberi penangan yang berjenjang Depok, 30 April 2014 Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Dra. Helmidar. 1. Interviewer : Irfan Ardian 2. Interviewee : Suratin S.Pd. a. Pertanyaan (Guru) : Apa bentuk partisipasi ibu sebagai guru dalam membantu mengatasi terjadinya konflik di sekolah? Jawaban : Membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi sekolah dan terutama permasalahan pada siswa, serta memberi masukan dalam forum. b. Pertanyaan : Kesulitan seperti apa yang didapat para guru dalam mengatasi konflik yang terjadi di sekolah? Jawaban : Kesulitan yang terjadi ketika permasalahan pada siswa kesulitannya pada kerjasama dengan orang tua siswa dan kedekatan emosional. Sedangkan kesulitan yang terjadi ketika permasalahan pada guru kesulitannya karena sama-sama satu profesi dan memiliki karakter yang beraneka ragam. c. Pertanyaan : Adakah kerjasama yang dilakukan oleh guru dengan pihak lain dalam mencegah terjadinya konflik disekolah? Jawaban : Guru bekerjasama dengan wali murid, wali kelas, pembina OSIS, dan para guru. Depok, 24 April 2014 Guru Suratin, S.Pd. 1. Interviewer : Irfan Ardian 2. Interviewee : Sastria Putra Laksamana a. Pertanyaan (Ketua Osis) : Bagaimana keharmonisan yang terjalin antara siswa dengan guru atau siswa dengan kepala sekolah? Jawaban : Keharmonisan yang terjadi antara guru dan siswa terjalin dengan baik, karena guru di SMK AL-Hasra dapat mengerti keinginan para siswa dan dalam proses pembelajaran menyelinginya dengan candaan. Sedangkan keharmonisan yang terjalin dengan kepala sekolah kurang harmonis, karena kepala sekolah kurang berkomunikasi dengan para siswa dan terkadang kepala sekolah sulit untuk ditemui. b. Pertanyaan : Sikap seperti apa yang biasanya ditunjukan oleh siswa kepada guru atau sekolah ketika terjadi konflik antar guru dan siswa? Jawaban : Sikap yang biasanya saya tunjukan biasanya adalah dengan cara menghadapinya, namun untuk siswa lain menghadapinya dengan membolos, dan malas mengikuti pelajaran ketika sedang bermasalah dengan guru. Depok, 06 Mei 2014 Ketua Osis SMK AL-Hasra Lampiran 2 Visi dan Misi Program Perbankan Syariah VISI Terwujudnya tamatan keahlian Perbankan Syariah yang kompeten, mandiri, berkepribadian islami, mampu bersaing baik dalam pasar kerja, maupun masuk ke perguruan tinggi. INDIKATOR VISI Tamatan keahlian Perbankan Syariah yang kompeten : 1. Memiliki keterampilan dalam bidang Perbankan Syariah. 2. Memiliki wawasan pengetahuan dan teknologi dalam bidang Perbankan Syariah. 3. Memilik kemampuan mengkomunikasikan keterampilan baik secara lisan, tulisan, maupun unjuk kerja dalam bidang keahlian Perbankan Syariah. 4. Memiliki pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahlian Perbanakan Syariah. 5. Memiliki sertifikat kompetensi dari lembaga sertifikasi kompetensi keahlian Perbankan Syariah. MISI 1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran untuk menanamkan nilainilai aqidah Islam, ketaan menjalankan ibadah, berakhlaqul kharimah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. 2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan mata pelajaran kejuruan (teori dan praktek) yang diakui oleh lembaga sertifikasi kejuruan. 3. Mengembangkan sikap dan jiwa enterpreneurship pada peserta didik. 4. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran bahasa asing serta penguasan teknologi. 5. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran mata pelajaran science. 6. Melaksanakan science. 7. Melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangkan minat, bakat dan potensi peserta didik. menggali dan Lampiran 3 Visi dan Misi Program Teknik Komputer Jaringan VISI Terwujudnya tamatan keahlian TKJ yang kompeten, mandiri, berkepribadian islami, mampu bersaing dalam pasar kerja, maupun masuk ke perguruan tinggi. MISI Tamatan keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan yang kompeten : 1. Memiliki keahlian dalam bidang Tehnik Komputer dan Jaringan 2. Memiliki wawasan dan teknologi dalam bidang keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan 3. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan keterampilan bai secara lisan, tulisan maupun unjuk kerja dalam keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan 4. Memiliki Pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan 5. Memiliki Sertifikat kompetensi dari lembaga sertifikasi Kompetensi Keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan Lampiran 8 Biodata Penulis Irfan Ardian. Lahir pada hari Minggu, 14 Juni 1992 di Tangerang, Banten. Pendidikan formalnya ditempuh di SDN Pamulang IV Tangerang, tahun 19982004, MTs Muhammadiyah 01 Ciputat tahun 2004-2007, SMA Triguna Utamatahun 2007-2010 dan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen Pendidikan tahun 2010-2014. Penulis pernah mengikuti organisasi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) pada tahun 2006-2007, Organisasi Intra Sekolah (OSIS) pada tahun 2008-2009, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 2010 sampai saat ini, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen Pendidikan pada tahun 2012-2014, dan Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI) pada tahun 2013-2014. Email yang dapat dihubungi : [email protected]