implementasi manajemen konflik di smk al

advertisement
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DI
SMK AL-HASRA BOJONGSARI DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh
Irfan Ardian
NIM 1110018200040
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DI SMK AL-HASRA
BOJONGSARI DEPOK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidika (S.Pd)
Oleh
Irfan Ardian
1110018200040
Dibawah Bimbingan
Masyhuri, AM. M. Pd
NIP. 19500518 198703 1002
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Implementasi Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra
Bojongsari Depok disusun oleh Irfan Ardian, NIM. 1110018200040, Jurusan
Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 26 Juni 2014
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Masyhuri . AM, M. Pd.
NIP. 19500518 198703 1002
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Implementasi Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra
Bojongsari Depok disusun oleh IRFAN ARDIAN Nomor Induk Mahasiswa
1110018200040, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah
pada tanggal 27 Agustus 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S. Pd) dalam bidang Manajemen
Pendidikan.
Jakarta, 27 Agustus 2014
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
Irfan Ardian
NIM
:
1110018200040
Jurusan
:
Manajemen Pendidikan
Alamat
:
Jalan Cemara II Rt 002/01 No. 74 Pamulang Barat, Tangerang
Selatan, Banten.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Implementasi Manajemen Konflik di SMK ALHasra Bojongsari Depok adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan
dosen:
Nama Pembimbing
:
Masyhuri . AM, M. Pd.
NIP
:
19500518 198703 1002
Jurusan/Program Studi
:
Manajemen Pendidikan
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 23 Juli 2014
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul
“IMPLEMENTASI
MANAJEMEN
KONFLIK
DI
SMK
AL-HASRA
BOJONGSARI DEPOK” yang disusun oleh Irfan Ardian NIM 1110018200040
Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, Telah disetujui kebenarannya oleh dosen
pembimbing skripsi pada tanggal, 26 Juni 2014.
Jakarta, 26 Juni 2014
Dosen Pembimbing
Drs. Masyhuri, AM. M. Pd
ABSTRAK
Irfan Ardian, NIM : (1110018200040), Implementasi Manajemen Konflik di
SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, Skripsi Program Strata Satu (S-1)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan satu variabel. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan
manajemen konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. Selain itu tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kepala sekolah dalam
mengoptimalkan penerapan manajemen konflik.
Penelitian yang dilakukan ini memperoleh hasil: 1) Manajemen konflik di
sekolah secara tertulis dan terprogram tidak ada, 2) Dalam penerapan manajemen
konflik disekolah, kepala sekolah kurang berkomunikasi dengan para
bawahannya, 3) Konflik diselesaikan oleh kepala sekolah hanya melibatkan
orang-orang tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat konflik yang dihadapi,
bahkan terkadang kepala sekolah mengambil sikap sendiri.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Kurangnya komunikasi antara
kepala sekolah dengan bawahan dan para siswa, 2) Terdapat hubungan yang baik
antara guru dan siswa, yang mana para guru selalu menjalin komunikasi dengan
baik kepada para siswanya, 3) Kepala sekolah menjalin komunikasi dengan
bawahannya hanya disaat tertentu saja, dan kepala sekolah mengoptimalkan
manajemen konflik dengan memahami hal-hal yang berkaitan dengan
karakteristik setiap individu, karena karakteristik individu tentunya berbeda-beda
di sekolah, serta dengan mengadakan buku pembinaan yang dikhususkan untuk
para guru dan buku kasus untuk para siswa. Hal tersebut untuk memperhatikan
kemungkinan timbulnya kasus.
Rekomendasi yang dapat diberikan kepada sekolah: 1) Seharusnya kepala
sekolah dapat menjalin komunikasi yang baik dengan bawahannya dan juga
dengan para murid, 2) Sekolah membuat program dalam menangani konflik yang
terjadi di sekolah secara tertulis, 3) Untuk para guru agar dapat lebih profesional
dalam menjalankan tuganya sebagai pendidik, dan tidak membawa permasalahan
yang sedang dihadapi ke dalam kelas, 4) Seharusnya sekolah memiliki guru BK
sendiri untuk dapat membatu dalam menangani konflik yang terjadi di sekolah.
Kata kunci
: Manajemen, Konflik.
i
ABSTRACT
Irfan Ardian, NIM: (1110018200040), The Implementation of Conflict
Management in SMK AL-hasra Bojongsari Depok, Thesis Program Tier One
(S-1) Faculty of Tarbiyah and Teaching Science Syarif Hidayatullah State
Islamic University of Jakarta in 2014.
This research is a qualitative research with one variable. The objectives of
this research are to get representation of the implementation of conflict
management in SMK Al-Hasra Bojongsari Depok and to know how the head
master optimizes the implementation of conflict management.
There are three results of this research, those are: 1) there was no written and
structured conflict management at school. 2) In the implementation of conflict
management, the head master did not have a good communication with the
employee. 3) Conflict that was solved by the head master involved certain people;
rely on the kind and level of the conflict, sometimes, the head master decided the
solution by himself.
The results of this research showed that: 1) There is lack of communication
between head master, employee and students. 2) There is a good relationship
between teachers and students that the teachers always build a good
communication with their students. 3) The head master is only build a
communication with his employee in a certain time, and also the head master try
to optimize the conflict management by understanding things that related with
characteristic of each person, because each person has a different characteristic.
As well by organizing book founding especially for teachers and book cases for
the students. It is to pay attention to the possibility of the case.
Recommendations for school are, 1) The head master have to build a good
communication to employees and students, 2) School should make a program
written to solve the conflicts, 3) Teachers should be more professional in doing
their job as educators and do not bring their own problems outside the school into
the class, 4) School should have a counselor to help solving the conflict that
happen in the school.
Keywords
: Management, Conflict.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah
di muka bumi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat
manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa
kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah
SWT, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Implementasi
Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra” ini sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan yang ada. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan.
Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan laporan ini tidak terlepas
dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Drs. Nurlena Rifa’i, P.hd, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Selaku Ketua Prodi Manajemen Pendidikan.
3.
Masyhuri .AM, MPd, Selaku dosen pembimbing skripsi.
4.
SMK Al-Hasra Bojongsari Depok, yang telah bersedia menjadi tempat
penelitian skripsi saya.
5.
Keluarga dan khususnya kedua Orang Tua saya yang selalu menyemangati dan
mengingatkan untuk cepat menyelesaikannya.
6.
Teman-teman Seperjuangan (Faiz Bi’amrillah, Sholahuddin Misbah, Yusuf
Amrullah, Rizky Nurmeida, Silvia Khoerunnisa, Jeani kartika, Novitasari
Akbariyah) yang telah saling bahu-membahu dan saling menyemangati dalam
menyelesaikan skripsi kita masing-masing.
ii
7.
Teman-teman kelas, jurusan Manajemen Pendidikan angkatan 2010 yang tak
bisa saya sebutkan satu persatu yang sama-sama telah berjuang.
8.
Semua sahabat-sahabat saya yang selalu mensuport dan menyemangati saya.
9.
Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberikan
pembelajaran dan inspirasi untuk saya.
10.
Seluruh kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang ciputat dan
khususnya Komisariat Fakultas Tarbiyah.
11.
Seluruh teman-teman saya yang juga tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis
berharap semoga Proposal skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan para pembaca umumnya.
Ciputat, 14 April 2014
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 5
D. Rumusan Masalah .............................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ..................................... 6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen.......................................................................... 7
1. Pengertian Manajemen .................................................. 7
2. Fungsi-Fungsi Manajemen ............................................ 9
3. Peran Kepala Sekolah .................................................... 14
4. Peran Bimbingan Konseling .......................................... 19
B. Konflik ............................................................................... 21
1. Pengertian Konflik ......................................................... 21
2. Transisi dalam Pikiran Konflik ...................................... 23
iv
3. Sumber-Sumber Konflik ................................................ 24
4. Jenis-Jenis Konflik ......................................................... 25
5. Komponen-Komponen Konflik ...................................... 31
6. Pengaruh Konflik ........................................................... 32
C. Manajemen Konflik ........................................................... 36
1. Pengertian Manajemen Konflik ......................................36
2. Tujuan Manajemen Konflik ...........................................37
3. Gaya Manajemen Konflik ..............................................40
4. Strategi dalam Penyelesaian Konflik .............................42
D. Penelitian yang Relevan ......................................................44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ................................................................ 46
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 46
1. Tempat Penelitian .......................................................... 46
2. Waktu Penelitian ............................................................ 46
C. Metode Penelitian................................................................ 47
D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ..................... 48
1. Sumber Data .................................................................. 48
2. Pengumpulan Data ......................................................... 49
E. Kisi-kisi Wawancara ...........................................................51
F. Teknik Analisa Data ........................................................... 51
G. Triangulasi .......................................................................... 52
v
H. Validitas .............................................................................. 53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................... 55
1. Sejarah SMK AL-Hasra Bojongsari Depok .................. 55
2. Visi dan Misi SMK AL-Hasra ...................................... 58
3. Identitas Sekolah ........................................................... 59
4. Struktur Organisasi ....................................................... 60
5. Tenaga Pendidik dan Kependidikan ............................. 61
6. Daftar Jumlah Peserta Didik ......................................... 62
7. Sarana dan Prasarana .................................................... 63
B. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................. 64
1. Perencanaan .................................................................. 64
2. Pengorganisasian .......................................................... 67
3. Penerapan ..................................................................... 68
4. Pengawasan .................................................................. 71
5. Jenis Konflik ................................................................ 73
6. Penyebab Konflik ........................................................ 74
7. Penanganan Konflik .................................................... 75
8. Pengaruh Konflik ........................................................ 78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 80
B. Saran ................................................................................. 80
vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
2.1. Tabel penelitian yang relevan .................................................................44
3.1. Tabel Waktu penelitian ...........................................................................46
3.2. Tabel Kisi-kisi wawancara .................................................................... .51
viii
DAFTAR GAMBAR
2.1. Gambar arti manajemen ........................................................................ 7
2.2. Gambar pendapat para ahli tentang fungsi-fungsi manajemen ............. 10
2.3. Gambar hubungan di antara fungsi-fungsi manajemen ......................... 14
2.4. Gambar siklus konflik destruktif............................................................ 29
2.5. Gambar siklus konflik konstruktif ......................................................... 30
2.6. Gambar Struktur konflik tradik ............................................................. 32
2.7. Gambar hubungan antara intensitas konflik dan biaya konflik.............. 34
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Hasil Wawancara
Lampiran 2.
Visi dan Misi Program Perbankan Syariah
Lampiran 3.
Visi dan Misi Program Teknik Komputer Jaringan
Lampiran 4.
Surat Izin Penelitian
Lampiran 5.
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 6.
Buku Pembinaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Lampiran 7.
Berita Acara Pemanggilan
Lampiran 8.
Biodata Penulis
x
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang Masalah
Konflik sudah terjadi dalam diri manusia mulai dari pertama kali
manusia di ciptakan. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah SWT
dalam surat Al Israa’:61
َ‫َ َل َءأ َ ۡ ُ ُ ِ َ ۡ َﺧﻠَﻘۡ ﺖ‬
َ ِ ۡ ِ ‫ۡذ ُ ۡ َ ِ ۡ َ َ ِ َ ِٱ ۡ ُ ُ وا ْ َم َد َ َ َ ُ ٓوا ْ إ ِ ٓ إ‬
٦١ ‫طِ ﯿﻨٗ ﺎ‬
Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah
kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata:
"Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari
tanah?” (QS. Al Israa’: 61)2
Kemudian konflik berlanjut pada zaman jahilliyah yaitu pada masa
Rasulullah SAW dan terus berlanjut hingga zaman yang intelektualitas dan
modern seperti saat ini, selalu saja konflik terjadi. Entah sampai kapan
konflik akan dapat terhapuskan dan tidak akan pernah berakhir dalam
kehidupan.
Konflik terjadi ketika adanya sebuah perbedaan baik dalam
berpendapat maupun dari aspek-aspek lain dalam sebuah organisasi. Dan
konflik tidak hanya terjadi dalam suatu organisasi, melainkan juga bisa terjadi
dimanapun. Dapat juga terjadi di lingkungan masyarakat, perusahaan, agama,
sekolah, dan dimana saja tempat kita berada selama masih ada kehidupan,
akan terus ada sebuah permasalahan dan terbebas dari permasalahan, hal
tersebutlah yang seringkali mendatangkan konflik.
Terjadinya sebuah konflik akan sangat merugikan dalam berbagai hal.
Baik dalam komunikasi, psikologis, waktu, pekerjaan, maupun materi atau
biaya yang dikeluarkan.
2
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: CV. Aisyiah, 1971), h. 433
1
2
Di dalam lingkungan sekolah, konflik dapat dialami oleh berbagai
pihak, baik konflik internal yaitu antara murid dengan murid, guru dengan
guru, murid dengan karyawan sekolah, karyawan sekolah dengan guru, atau
bahkan konflik eksternal yang terjadi antar sekolah dengan sekolah ataupun
dengan masyarakat. Hal tersebut terjadi dikarenakan sekolah merupakan
tempat berkumpul dari semua karakteristik sifat dan sikap yang berbeda-beda,
yang saling bertemu dan saling bersosialisasi didalam sekolah. Tentunya
mempunyai pendapat atau pandangan yang beraneka ragam dengan keinginan
dan harapannya dapat terpenuhi melalui sikap dan perilaku yang mereka
tunjukkan.
Beberapa masalah di atas dapat menyebabkan terjadinya konflik di
dalam sekolah. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut perlu melakukan
bimbingan atau pemahaman terhadap masalah yang dihadapi. Sedangkan
konflik eksternal di sekolah biasanya lebih kepada faktor persaingan antar
sekolah.
Dalam hal ini kita tak bisa melepaskannya dari sosok seorang
manajer. Menurut Abi Sujak, seorang manajer harus mampu mempengaruhi,
dan mengarahkan tindakan seseorang atau sekelompok orang pada suatu
organisasi dalam upaya pendayagunaan sumberdaya manusia, sumberdaya
materiil, teknologi, maupun sumberdaya finansial demi tercapainya tujuan
organisasi secara efektif.3 Seorang manajer apabila di sekolah ialah sosok
kepala sekolah, kepala sekolah seharusnya dapat mengendalikan semua yang
terjadi dalam sekolah, sehingga para guru dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik.
Pada hakikatnya pendidikan yang baik tidak berarti terbebas dari
sebuah konflik baik yang terjadi dalam sekolah ataupun dalam dunia
pendidikan. Namun demikian pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
mampu mengelola konflik menjadi hal yang baik demi kemajuan pendidikan
3
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1, h. VII
3
dimasa mendatang, dan mampu membentuk karakteristik peserta didik yang
bermartabat demi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Banyak orang yang memandang konflik sebagai hal yang negatif dan
harus dihindari. Konflik di anggap sebagai hal yang akan memecahkan
sebuah hubungan yang terjalin antara satu individu dengan individu lain atau
antar organisasi. Pada dasarnya apabila kita mampu mengendalikan atau
mengelola konflik dengan baik tentunya konflik tersebut akan memberikan
manfaat yang positif terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Menurut Walton sebagaimana dikutip oleh Winardi dalam bukunya
Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, “konflik timbul apabila
terdapat ketidak sesuaian paham pada sebuah situasi sosial, mengenai
persoalan-persoalan substansi, dan antagonisme emosional. (Walton, 1969)”.4
Dalam Al-Qur’an pun telah dijelaskan larangan untuk bermusuhan,
dan Allah SWT menginginkan umatnya untuk saling memberi kepada sesama
dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana dijelaskan dalam
surat An-nahl ayat 90 menjelaskan sebagai berikut:
ِ‫َ ِ ٱ ۡ َ ۡ َ ٓء‬
ٰ َ ۡ َ ‫َ ٓي ذِي ٱ ۡ ُ ۡ َ ٰ َو‬
ِ ٰ َ ۡ ِ ۡ ‫إ ِن ٱ َ َ ۡ ُ ُ ِ ۡ َ ۡ لِ ٱَو‬
َ‫ُ ۡ َ َ ُون‬
ََ ۡ ُ
ُ ِ َ ِ ۡ َ ۡ ‫َوٱ ۡ ُ َ ِ َوٱ‬
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-nahl: 90)5
Tidak semua sekolah memiliki atau mampu mengendalikan sebuah
konflik baik yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi. Sekolah yang
baik adalah sekolah yang salah satunya adalah memiliki kemampuan untuk
mengendalikan konflik, atau dengan kata lain memiliki manajemen konflik
yang baik. Karena sekolah yang memiliki manajemen konflik yang baik
4
Winardi, Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2001), Cet. 2, h. 165.
5
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op. Cit., 415.
4
tentunya memiliki strategi-strategi dalam mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan. Contohnya seperti tawuran pelajar, tidak semua sekolah mampu
menangani tawuran pelajar yang sering kita jumpai saat ini.
SMK AL-Hasra Bojongsari merupakan salah satu sekolah kejuruan
yang berada di daerah Bojongsari Sawangan Depok yang memiliki
manajemen konflik yang baik. SMK AL-Hasra berbeda dengan SMK pada
umumnya yang mana sekolah ini memiliki cara-cara tertentu dalam mengatasi
dan mencegah konflik yang terjadi pada siswanya ataupun konflik-konflik
yang terjadi di dalam ataupun diluar sekolah.
Hal ini terjadi karena adanya kerjasama yang baik dan berjalan dengan
harmonis antara semua aspek yang terkait di dalam sekolah. Hubungan yang
baik antara satu sama lain di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok yang penulis
perhatikan berlangsung harmonis dan menyenangkan namun tentu terkadang
terjadi konflik didalamnya, konflik tersebut terjadi karena berbagai hal seperti
perbedaan pandangan, latar belakang, dan sebagainya. Dan konflik yang
pernah terjadi di SMK AL-Hasra salah satunya adalah konflik antar guru dan
siswa yang mana siswa merasa kurang puas dengan cara mengajar guru yang
dikarenakan kurangnya kemampuan mengajar guru, dan siswa merasa tidak
puas dengan cara mengajar guru tersebut. Sedangkan konflik yang terjadi
antara guru dan kepala sekolah disebabakan karena guru merasa tidak adil
dengan kebijakan yang dilakukan oleh kepala sekolah sedangkan para guru
tidak paham dengan kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah tersebut.
Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan atau gambaran yang penulis
uraikan diatas, penulis berminat untuk melakukan penelitian terhadap
permasalahan tersebut dan membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul
“IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DI SMK AL-HASRA
BOJONGSARI DEPOK”.
5
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa
masalah diantaranya:
1. Kurangnya komunikasi antara kepala sekolah kepada guru.
2. Kurangnya keharmonisan antara guru dan siswa.
3. Belum optimalnya bimbingan konseling disekolah.
4. Belum optimalnya penanganan program pendidikan akhlaq (Baca Tulis
Qur’an).
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan untuk membatasi
penelitian agar bisa fokus, maka penulis membatasi masalah yang akan di
teliti sebagai berikut:
1. Implementasi manajemen konflik oleh kepala sekolah SMK-AL-Hasra
Bojongsari Depok.
2. Konflik interpersonal di lingkungan SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang diangkat
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana
implementasi
manajemen
konflik
di
SMK
Al-Hasra
Bojongsari Depok?
2. Bagaimana cara kepala sekolah mengoptimalkan manajemen konflik di
SMK Al-Hasra Bojongsari Depok?
F. Tujuan Penelitian
6
1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan manajemen konflik di
SMK Al-Hasra Bojongsari Depok.
2. Untuk mengetahui manajemen konflik yang optimal di SMK Al-Hasra
Bojongsari Depok.
G. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
1. Untuk Penulis:
a. Menambah pengetahuan mengenai manajemen konflik.
b. Menambah wawasan bagaimana cara mengelola suatu konflik di
sekolah dan menjadikan hasil dari mengelola konflik sebagai hasil
yang positif.
c. Membantu dalam mengembangkan sebuah teori mengenai manajemen
konflik.
2. Untuk sekolah:
a. Sebagai masukan bagi sekolah, untuk perencanaan dan pengembangan
lebih lanjut.
b. Memberikan informasi kepada kepala sekolah agar lebih baik dalam
mengelola konflik yang terjadi di sekolah.
3. Untuk Pembaca:
a.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan bagi
pembaca terutama bidang pendidikan tentang hubungannya dengan
penerapan manajemen konflik di sekolah.
b.
Dapat dijadikan bahan refrensi untuk peneliti selanjutnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen
1.
Pengertian Manajemen
Menurut George R. Terry dan Leslie W. Rue dalam bukunya
Dasar-Dasar Manajemen, “Manajemen adalah suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuan organisasional atau maksudmaksud yang nyata”.3
Lebih lanjut dijelaskan oleh Luther Gulick dalam bukunya
“Manajemen as a science” sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko
mendefinisikan “Manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan
(science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan
bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan
membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan”. 4
Sedangkan James A. F. Stoner dalam bukunya Manajemen
Prentice sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko menyatakan bahwa
“manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah di tetapkan”.5
Manajemen
Perencanaan
Pengorganisasian
Penyusunanpersonalia
Pengarahan
Pengawasan
Anggota
Organisasi
(Bawahan)
Tujuan
Organisasi
6
Gambar 2. 1. Arti Manajemen.
3
George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 1.
4
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet.13, h. 11.
Ibid., h. 8.
6
Ibid., h. 10.
5
7
8
Dari beberapa pengertian di atas terlihat bahwa cukup banyak
pendapat dan pengertian mengenai manajemen, dan dapat disimpulkan
bahwa manajemen merupakan sebuah ilmu seni merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi yang dilakukan oleh
seorang manajer yang membuat sistem untuk dapat bekerjasama dalam
sebuah
organisasi
untuk
mencapai
sebuah
tujuan
yang
telah
direncanakan. Manajemen adalah sebuah kegiatan yang erat kaitannya
dengan pengelolaan dan mengatur secara tersistem baik itu mengatur
keuangan atau mengatur sebuah organisasi, hal tersebut dilakukan agar
semuanya berjalan dengan baik, karena tanpa adanya sebuah manajemen
dirasa sulit untuk dapat mencapai target atau tujuan.
Dan dari sebelumnya yang menjelaskan manajemen secara
umum, kemudian mencoba untuk diterapkan manajemen dalam sebuah
organisasi khususnya untuk manajemen dalam konflik. Konflik biasanya
timbul dikarenakan adanya salah persepsi atau pendapat atau dengan kata
lain adanya masalah komunikasi dalam sebuah organisasi ataupun juga
dalam hubungan antar individu.
Penjelasan tersebut selaras dengan T. Hani Handoko dalam
bukunya yang berjudul Manajemen, ia mengemukakan pendapat bahwa
Konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggotaanggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya
kenyataan bahwa mereka harus membagi sumberdaya-sumberdaya yang
terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa
mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.7
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
konflik dalam sebuah organisasi merupakan serangkaian penanganan
atau pengendalian masalah-masalah yang terjadi dalam sebuah organisasi
sehingga semua aspek atau anggota dalam sebuah organisasi tersebut
dapat bekerja sama demi tercapainya sebuah tujuan seperti yang telah
direncanakan.
7
Ibid., h. 346.
9
Sebuah organisasi takkan berjalan tanpa adanya manajemen,
karena manajemen merupakan bentuk kerja yang di anggap penting yang
dapat menggerakkan kemana organisasi tersebut akan berjalan dan
seorang manajer merupakan pemimpin dalam menggerakkan organisasi
tersebut, umpamanya sebuah sekolah yang memusatkan perhatian lebih
untuk sekolah tersebut lebih maju dan berkembang dibandingkan dengan
sekolah lainnya, atau sekolah tersebut ingin mendapatkan akreditasi yang
lebih baik dari sebelumnya. Kemudian dikarenakan intensifnya perhatian
tersebut disanalah peran manajemen, manajer dan semua aspek bekerja
lebih giat demi mencapainya tujuan yang diinginkan.
2.
Fungsi-Fungsi Manajemen
Menurut Henri Fayol sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko
mengatakan bahwa “perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
pemberian perintah dan pengawasan adalah fungsi-fungsi utama dari
manajemen”.8 Dan berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli
manajemen mengenai fungsi-fungsi manajemen yang di gambarkan
dalam gambar 2.2.
8
Ibid., h. 21.
10
Fungsi-Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli
Henri
Luther
George
Ernest
Koontz &
Oey
William
James
Fayol
Gulick
Terry
Dale
O’donnel
Liang
Newman
Stoner
Lee
Planing
Organizing
Comm
anding
Staffing
Coordi
nating
Staffing
Stafing
Directing
Directing
Directing
Coordinating
Inovating
Reporting
Actuating
Directing
Coordinating
Assembling
& Resources
Loading
Directing
Coordinating
Controling
Gambar 2.2. Beberapa pendapat para ahli manajemen tentang fungsi-fungsi
manajemen. 9
Dari gambar 2.2. yang disampaikan oleh para ahli manajemen di
atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen tidak lepas dari adanya
sebuah perencanaan, pengorganisasian serta adanya pengawasan yang
dilakukan langsung oleh seorang manajer, fungsi-fungsi yang lain atau
berbeda-beda sesuai dengan pendapat para ahli tersebut pada dasarnya
sama yakni sama-sama fungsi dari manajemen.
9
Ibid., h. 22.
11
a.
Perencanaan
Menurut T. Hani Handoko, “Perencanaan (planing), adalah 1)
pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan 2) penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metoda, sistem,
anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan”.10
Beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai pengertian dari
perencanaan menurut beberapa ahli sebagaimana dikutip oleh M.
Manullang dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar manajemen :
1) Menurut pendapat Louis A. Allen. ia mengatakan,
Planning is the determination of course of action to
achieve a desired result. Jadi perencanaan adalah
penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
2) Hampir mendekati perumusan yang di berikan oleh Louis
A. Allen mengenai perencanaan, Charles Bettleheim,
mengatakan, a plan consits of the totality of arrangements
decided upon in order to carry out a project, jadi
perencanaan adalah rencana meliputi keseluruhan
pengaturan yang diputuskan dalam rangka melaksanakan
proyek.
3) Menurut pendapat Koontz dan O’donnel, lain lagi
formulering mereka. berkata, “Planning is the function of
a manager which involves the selection from among
alternatives of objectives, policies, procedures and
programs.” Jadi di terjemahkan: perencanaan adalah
fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan
pemilihan dari berbagai alternatif dari tujuan,
kebijaksanaan, prosedur, dan program.11
Setelah dijelaskan dari beberapa pendapat para ahli mengenai
pengertian dari perencanaan, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
adalah sebuah rangkaian rencana, strategi, metode serta alternatif
lain yang dipilih dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah di tentukan bersama.
10
11
Ibid., h. 23.
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Medan: Ghalia Indonesia, 1990), Cet. 13, h. 38-39.
12
b.
Pengorganisasian
Menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Perilaku Organisasi
dijelaskan bahwa “Pengorganisasian berarti mengubah rencanarencana menjadi tindakan-tindakan dengan bantuan kepemimpinan
dan
motivasi”.12
Sedangkan
menurut
T.
Hani
Handoko
“pengorganisasian adalah penentuan sumber daya-sumber daya dan
kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan”.13
Dari
penjelasan
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pengorganisasian merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang
sebelumnya
telah
dibuat
yang
kemudian
dikelola
dengan
menentukan sumber daya-sumber daya yang pekerjaan mereka tetap
di dampingi oleh seorang manajer sebagai pemimpin dan sosok
pemberi motivasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
c.
Penyusunan Personalia
Menurut T. Hani Handoko, “Penyusunan personalia (staffing) adalah
penarikan
(recruitment),
latihan
dan
pengembangan,
serta
penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dalam
lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif ”.14
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa penyusunan personalia
merupakan sebuah tindak lanjut yang dilakukan dalam proses
manajemen yang mana ketika pengorganisasian telah dilakukan
langkah selanjutnya yaitu penyusunan personalia (Staffing) yang
telah ditentukan melalui proses penarikan dan kemudian ditempatkan
serta penentuan tugas mereka masing-masing agar berjalan secara
efektif dan produktif dalam mencapai sebuah tujuan dari manajemen.
d.
Pengarahan
Menurut M. Manulang, bila rencana pekerjaan sudah tersusun,
struktur organisasi ditetapkan dan posisi dalam perusahaan telah
diisi, berkewajibanlah pimpinan menggerakan bawahan, memutar
12
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2, h. 27.
T. Hani Handoko, Op. Cit., h. 24.
14
Ibid.
13
13
roda mesin perusahaan dan mengkoordinasi, agar apa yang menjadi
tujuan perusahaan dapat direalisasi.15 Pendapat tersebut selaras
dengan pendapat T. Hani Handoko yang berpendapat bahwa
“sesudah
rencana
dibuat,
organisasi
dibentuk
dan
disusun
personalianya, langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan
untuk bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan”.16
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengarahan
merupakan tindak lanjut dari proses manajemen yang sebelumnya
telah dilakukan yaitu merencanakan pekerjaan yang akan dilakukan,
kemudian membentuk struktur organisasi dan menyusun atau
menetapkan personalia beserta tugas-tugasnya. Barulah langkah
selanjutnya seorang pemimpin memberi arahan atau perintah kepada
karyawannya untuk bergerak dan merealisasikan tujuan yang telah
ditentukan. Sedangkan pemimpin mengawasi serta mengkoordinasi
pekerjaan para karyawan agar berjalan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
e.
Pengawasan
Menurut T. Hani Handoko, “pengawasan (controlling) adalah
penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa
rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan”.17
Sedangkan menurut Winardi “pengawasan adalah seorang manajer
harus mampu mengupayakan agar hasil aktual dari organisasi sesuai
dengan hasil yang direncanakan untuk organisasi tersebut”.18
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan
merupakan sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh seorang
manajer untuk memastikan pekerjaan apa yang telah dilakukan,
menilainya, atau bahkan mengoreksi pekerjaan yang telah dilakukan
agar dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan ditetapkan.
15
M. Manulang, Op. Cit., h. 119.
T. Hani Handoko, Op. Cit., h. 25.
17
Ibid.
18
Winardi. Loc. Cit.
16
14
Hubungan diantara fungsi-fungsi manajemen dapat dijelaskan
dengan gambar 2.3 berikut ini.
1. Perencanaan
Pemilihan dan penentuan
tujuan
organisasi
dan
penyusunan
strategi,
kebijaksanaan,
program,
dan lain-lain.
5. Pengawasan
Penetapan standar, pengukuran
pelaksanaan, dan penambilan
tindakan korektif.
2.
Pengorganisasian
Penentuan sumber daya &
kegiatan yang di butuhkan.
Menyusun organisasi atau
kelompok kerja, penugasan
wewnang dan tanggung jawab
serta koordinasi.
3. Penyusunan Personalia
Seleksi,
latihan,
pengembangan,
dan
orientasi karyawan.
4. Pengarahan
Motivasi, komunikasi kepemimpinan
untuk
mengarahkan
karyawan
mengerjakan sesuatu yang ditugaskan
kepadanya.
Gambar 2.3 Hubungan di antara fungsi-fungsi manajemen.19
Dari gambar di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsifungsi dari manajemen saling terkait antara satu sama lain mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan,
dan pengawasan, dan dari fungsi-fungsi tersebut memiliki fungsi dan
tugasnya masing-masing.
3.
Peran Kepala Sekolah
a.
Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Menjadi Kepala
Sekolah Profesional, ia mengemukakan pendapat bahwasanya
sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.
Faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme
19
T. Hani Handoko, Op. Cit., h. 26.
15
kepala
sekolah,
terutama
dalam
mendukung
terbentuknya
pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya.20
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa kepala sekolah harus
berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh
para guru di dalam kelas. Dan faktor pengalaman kepala sekolah
akan sangat menentukan dan mempengaruhi sekali bagaimana
profesionalisme seorang kepala sekolah. Karena kepala sekolah
adalah seorang pemimpin yang mampu menentukan strategi seperti
apa yang akan di lakukan dalam mengembang dan memperbaiki
kinerja para guru dan para staff yang ada di sekolah.
b.
Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator maksudnya adalah selain
menjadi seorang pemimpin dalam sekolah, kepala sekolah juga harus
dapat
melakukan
tugas-tugas
administrasi
sekolah
seperti
pengelolaan arsip-arsip sekolah, data-data guru dan siswa, serta
tugas-tugas yang umumnya dilakukan oleh seorang administrator.
Menurut E. Mulyasa, secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki
kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi
peserta
didik,
mengelola
administrasi
personalia,
mengelola
administrasi sarana dan prasarana, mengelola kearsipan, dan
mengelola administrasi keuangan.21
c.
Kepala Sekolah sebagai Manajer
Manajer merupakan seorang yang memimpin dalam sebuah
organisasi. Tugas seorang manajer adalah menjalankan fungsi-fungsi
dari manajemen seperti merencanakan, menentukan struktur
gorganisasi, mengarahkan, dan mengawasi demi mencapai target
telah direncanakan dan ditetapkan. Dan apabila disekolah sosok
20
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), Cet. 3, h. 100.
21
Ibid., h. 107.
16
manager adalah kepala sekolah, kepala sekolah yang berperan besar
dalam melaksanakan fungsi-fungsi dari manajemen tersebut dengan
bantuan dari staff sekolah dan para guru. Peran dan strategi yang
diterapkan kepala sekolah sebagai seorang manajer akan sangat
menentukan perkembangan sebuah sekolah. oleh karena itu tingkat
profesionalisme seorang kepala sekolah akan sangat mempengaruhi
dalam mencapai tujuan-tujuan yang akan dicapai.
d.
Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kepala sekolah selain tugasnya sebagai pemimpin dalam
sekolah, ia juga harus dapat mengawasi dan mengendalikan apa yang
dikerjakan oleh para guru dan para staff disekolah, hal tersebut
dilakukan agar apa yang dikerjakan oleh bawahannya dapat sesuai
dengan perencanaan dan tujuan yang akan dicapai.
Menurut E. Mulyasa jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah,
maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.
Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan
pendidikan disekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.22
Dari penjelasan dari E. Mulyasa tersebut dapat disimpulkan
bahwa seorang kepala sekolah sebagai supervisor harus dapat
mengawasi dan mengendalikan kinerja para tenaga pendidik dan
kependidikan, hal tersebt dilakukan untuk mengendalikan kegiatan
pendidikan yang sedang berlangsung disekolah agar dapat berjalan
sesuai dengan arah tujuan yang ingin dicapai.
e.
Kepala Sekolah sebagai Leader
Menurut Wahjosumijo (1999: 110) sebagaimana dikutip oleh E.
Mulyasa, ia mengemukakan bahwa “kepala sekolah sebagai leader
harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian,
22
Ibid., h. 111.
17
keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta
pengetahuan administrasi dan pengawasan”.23
Lebih lanjut dijelaskan oleh E. Mulyasa, bahwa kemampuan yang
harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari
kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan
misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan
berkomunikasi.24
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah sebagai pemimpin (leader) haruslah memiliki beberapa hal
yang harus dimiliki dalam memimpin serta mengendalikan sekolah.
Kemampuan
tersebut
adalah
kepribadian,
keahlian
dasar,
pengalaman, dan pengetahuan profesional, serta kepala sekolah juga
harus mampu mengambil keputusan dan berkomunikasi dengan baik.
Hal tersebut dibutuhkan kepala sekolah untuk mengetahui tingkat
keprofesionalan seorang kepala sekolah.
f.
Kepala Sekolah sebagai Innovator
Menurut E. Mulyasa, kepala sekolah harus memiliki strategi yang
tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,
mencari
gagasan
baru,
mengintegrasikan
setiap
kegiatan,
memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah,
dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.25
Lebih lanjut dijelaskan oleh E. Mulyasa, “kepala sekolah sebagai
inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya
secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, dan objektif,
pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel.”26
Dari penjelasan E. Mulyasa tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah sebagai innovator harus memiliki cara-cara yang
23
Ibid., h. 115.
Ibid.
25
Ibid., h. 118.
26
Ibid.
24
18
tepat dalam memberikan teladan yang baik kepada para pendidik dan
tenaga kependidikan di sekolah, serta dapat mengembangkan model
dan proses pembelajaran yang inovatif. Karena seorang kepala
sekolah sebagai innovator akan terlihat ketika ia melakukan
pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif,
rasional, dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta
adaptabel dan fleksibel sebagaimana yang telah dijelaskan oleh E.
Mulyasa sebelumnya.
g.
Kepala Sekolah sebagai Motivator
Menurut E. Mulyasa “sebagai pimpinan dalam sekolah seorang
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan
motivasi kepada tenaga kependidikan dalam melakukan tugas dan
fungsingya”.27 Lebih lanjut dijelaskan oleh E. Mulyasa, yang
mengatakan “motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan
lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan,
penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar
melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB)”.28
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah sebagai seorang motivator harus memiliki cara yang tepat
dalam
memberikan
motivasi
kepada
pendidik
dan
tenaga
kependidikan agar dapat menjalankan tugasnya secara secara
maksimal untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dan
ditetapkan.
27
28
Ibid., h. 120.
Ibid.
19
4. Peran Bimbingan dan Konseling
a.
Pengertian Bimbingan Konseling
Dalam sebuah manajemen konflik yang terjadi di sekolah tentu
peran dari bimbingan konseling juga dibutuhkan dalam membantu
mengatasi terjadinya konflik di sekolah.
Dijelaskan dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling
yang ditulis oleh Prayitno dan Erman Amti yang menjelaskan
bahwa Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan
menggunakan berbagi prosedur, cara dan bahan agar individu
tersebut mampu mandiri dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses
pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara
konseling oleh seorang ahli (disebut Konselor) pada individu
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah-masalah
yang di hadapi klien.29
Dijelaskan pula dalam buku Bimbingan Konseling yang ditulis
oleh Amin Budiamin dan Setiawati yang menyatakan bahwa
bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang
dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan minat,
dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan anak dan
merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program
pendidikan.30
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan
dan konseling merupakan pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang konselor kepada klien yang berfokus pada penyelesaian
masalah yang sedang dihadapi oleh klien serta hal yang berkaitan
dengan keseluruhan program pendidikan.
29
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2004), Cet. 2, h. 130.
30
Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan Konseling¸ (Jakarta: Departemen Agama
Republik Indonesia, 2009), Cet. 1, h. 5.
20
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar murid
dapat:
1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan
karir serta kehidupannya di masa yang akan datang.
2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin.
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, maupun lingkungan kerja.31
Dari setiap butir-butir tujuan bimbingan dan konseling yang
telah dipaparkan tersebut, terlihat jelas bahwa tujuan dari bimbingan
dan konseling ialah untuk membantu individu mengembangkan diri
secara maksimal dan menjadi bekal yang bermanfaat yang dapat
berguna dalam kehidupannya kelak.
c.
Fungsi Bimbingan dan Konseling
Di dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling
dijelaskan bahwa fungsi dari bimbingan dan konseling dapat
dikelompokan menjadi empat fungsi pokok, yaitu:
1) Fungsi Pemahaman
Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan
bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien
beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh pihak-pihak
yang
akan membantu
klien, serta
pemahaman tentang
lingkungan klien oleh klien.32
2) Fungsi Pencegahan
Ada suatu slogan yang berkembang dalam bidang kesehatan,
yakni “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Slogan ini
relevan dengan bimbingan dan konseling yang mendambakan
31
32
Ibid., h. 9.
Prayitno dan Erman Amti, Op. Cit. h. 197.
21
sebaikna individu tidak mengalami suatu masalah. Menurut
Horner & McElhaney sebagaimana dikutip oleh Prayitno dan
Erman Amti yang menyatakan bahwa bagi konselor
profesional upaya pencegahan tidak sekadar merupakan ide
yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis.
Oleh karena itu, pelaksanaan fungsi pencegahan bagi
konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang
amat penting.33
3) Fungsi Pengentasan
Orang yang mengalami masalah itu dianggap berada dalam
suatu keadaan yang tidak mengenakkan sehingga ia perlu
diangkat atau dikeluarkan dari bendanya yang tidak
mengenakkan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan itu adalah upaya pengentasan melalui
pelayanan bimbingan dan konseling.34
4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Apabila
berbicara
tentang
“pemeliharaan”,
maka
pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan
agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan
tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan
agar hal-hal tersebut bertambah baik, kalau dapat lebih indah,
lebih menyenangkan, memiliki nilai tambah daripada waktuwaktu sebelumnya. Pemeliharaan yang demikian itu adalah
pemeliharaan yang membangun, pemeliharaan yang
memperkembangkan.35
B. Konflik
1.
Pengertian Konflik
“Istilah konflik berasal dari kata kerja bahasa latin configere
yang berarti saling memukul. Dari bahasa latin diadopsi kedalam bahasa
inggris, conflict yang kemudian diadopsi kedalam bahasa Indonesia,
konflik”.36 Menurut Wirawan dalam bukunya Konflik dan Manajemen
Konflik yang menyatakan bahwa “Konflik diartikan sebagai proses
pertentangan yang diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang
33
Ibid., h. 202.
Ibid., h. 209.
35
Ibid., h. 215.
36
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 4.
34
22
saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku
dan interaksi konflik yang mengeluarkan keluaran konflik”.37
Selaras dengan pengertian yang dikemukakan oleh Wirawan,
Winardi dalam bukunya Manajemen Konflik menjelaskan bahwa konflik
berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi.38
Kemudian menurut Joyce Hocker dan William Wilmot
sebagaimana dikutip oleh Robby I. Chandra dalam bukunya Konflik
dalam hidup sehari-hari mengatakan bahwa “ada berbagai pandangan
tentang konflik yang umumnya tersebar secara merata di dalam berbagai
budaya di seluruh dunia”.39
a.
Konflik adalah hal yang abnormal karena hal yang normal adalah
keselarasan.
b.
Konflik sebenarnya hanyalah suatu perbedaan atau salah paham.
c.
Konflik adalah gangguan yang hanya terjadi karena kelakuan orangorang yang tidak beres.40
Menurut Peg Pickering dalam bukunya How to Manage Conflict
yang menyatakan bahwa “Pada dasarnya konflik terjadi bila dalam suatu
peristiwa terdapat dua atau lebih pendapat atau tindakan yang
dipertimbangkan. Konflik tidak harus berarti berseteru, meski situasi ini
menjadi bagian dari situasi konflik”.41
Banyaknya definisi atau pengertian yang berbeda-beda mengenai
konflik yang telah dikemukakan oleh para ahli. Dan dari berbagai macam
pendapat yang telah di kemukakan oleh para ahli tersebut mengenai
pengetian dari konflik, dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan
kegiatan atau perseteruan antara dua kelompok atau lebih yang saling
37
Ibid., h. 5.
Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1 h. 1.
39
Robby I. Chandra, Konflik dalam hidup sehari-hari, (yogyakarta: Kanisius, 1992), cet. 6,
38
h. 15.
40
Ibid., h. 15-16.
Peg Pickering, How to manage conflict, (Kiat menangani konflik), (Jakarta: Airlangga,
2001 ), h. 1.
41
23
bertikai dikarenakan perbedaan pendapat yang terjadi baik dilingkungan
masyarakat, agama, perusahaan, sekolah, dan tempat-tempat lain yang
memungkinkan terjadinya sebuah konflik.
2. Transisi dalam Pikiran Konflik
Menurut Stephen P. Robbins yang menyatakan bahwa tepat sekali
kalau dikatakan bahwa sudah ada “konflik” mengenai peran konflik
dalam kelompok dan organisasi. Satu aliran pemikiran tela berargumen
bahwa konflik harus dihindari, bahwa konflik menandakan suatu salahfungsi di dalam kelompok. Kita menyebutnya yakni tradisional.42
Terdapat tiga perspektif mengenai transisi dalam pikiran konflik
menurut Stephen P. Robbins :
a.
Pandangan Tradisional.
Pandangan tradisional itu konsisten dengan sikap-sikap yang
dominan mengenai perilaku kelompok dalam dasawarsa 1930-an
dan 1940-an. Konflik dilihat sebagai suatu hasil disfungsional
akibat komunikasi yang buruk, kurangnya keterbukaan dan
kepercayaan antara orang-orang, dan kegagalan para manajer
untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi para karyawan.43
b.
Pandangan Hubungan Manusia
“Posisi hubungan manusia berargumen bahwa konflik merupakan
hal yang wajar dalam semua kelompok dan organisasi. Karena
konflik itu tidak terelakan, aliran hubungan manusia membela
penerimaan baik konflik. Mereka merasionalakan eksistensinya”.44
c.
Pandangan Interaksionis
Pendekatan interaksionis mendorong konflik atas dasar bahwa
kelompok yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung
menjadi statis, apatis dan tidak tanggap terhadap kebutuhan akan
perubahan dan inovasi. Oleh karena itu, sumbangan utama dari
pendekatan interaksionis mendorong pemimpin kelompok untuk
42
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), ( Jakarta:
Prenhallindo, 1996), Cet. 2 h. 125.
43
Ibid.
44
Ibid.
24
mempertahankan suatu tingkat minimum berkelanjutan dari
konflik, cukup untuk membuat kelompok itu hidup, kritis diri dan
kreatif.45
Dari pendapat mengenai transisi dalam pemikiran konflik
tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu aliran pemikiran
menyatakan bahwa konflik itu harus dihindari, karena konflik
menandakan suatu salah fungsi di dalam kelompok dan dalam
transisi pemikiran konflik pendapat tersebut sebagai pandangan
tradisional. Dan dalam transisi dalam pikiran konflik terdapat tiga
perspektif, yang pertama yaitu yang tadi telah disebutkan yakni
pandangan tradisional, kemudian pandangan hubungan manusia, dan
yang terakhir yaitu pandangan interaksionis. Dari ketiga perspektif
tersebut, semua memiliki pandangannya masing-masing mengenai
konflik seperti yang telah penulis paparkan diatas menurut pendapat
Stephen P. Robbins.
3.
Sumber-Sumber Konflik
Konflik bersumber karena terdapatnya perbedaan pendapat antar
anggota dalam sebuah organisasi yang mana setiap anggota kelompok
tersebut memiliki persepsi masing-masing yang mereka sama-sama
anggap benar persepsi mereka tersebut.
Dalam buku Perilaku Organisasi yang di tulis oleh Hendayat
Soetopo di jelaskan bahwa “sumber terjadinya konflik dalam organisasi
termasuk organisasi sekolah antara lain: 1) masalah komunikasi, 2)
struktur organisasi, 3) faktor manusia (Smith, Mazzarella, dan piele,
1981)”.46
Dari sumber terjadinya konflik tersebut jelas bahwa masalah
komunikasi dapat memicu terjadinya konflik karena adanya salah faham
(Miss communication) yang terjadi antara si penerima pesan dan pemberi
45
Ibid.
Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010),
Cet. 1, h. 272.
46
25
pesan. Lalu masalah selanjutnya adalah struktur organisasi, struktur
organisasi dapat memicu konflik karena dalam sebuah struktur organisasi
setiap anggota organisasi yang terdapat dalam struktur tersebut telah
memiliki pekerjaan yang telah di tentukan bagiannya masing-masing
yang mana ketika adanya perbedaan pendapat atas dasar kepentingan
individu yang terjadi dalam struktur organisasi tersebut tentu akan dapat
memicu terjadinya konflik. Dan faktor ke tiga yaitu faktor manusia,
faktor manusia dapat memicu terjadinya konflik karena manusia
memiliki perbedaan sifat dan karakteristik seseorang yang saling bertemu
dalam sebuah organisasi dan mengungkapkan pendapat mereka masingmasing yang saling memiliki kepentingan hingga mereka bersikap apatis
dengan pendapat yang lain dan menganggap pendapatnyalah yang benar.
4.
Jenis-Jenis Konflik
Jenis Konflik dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah orang
yang terlibat konflik, yaitu konflik personal dan konflik intrapersonal.
a.
Konflik Personal (Perorangan)
Menurut Wirawan konflik personal adalah “konflik yang
terjadi dalam diri seorang individu karena harus memilih dari
sejumlah alternatif pillihan yang ada atau karena mempunyai
kepribadian ganda”.47 Kemudian Winardi mengemukakan bahwa
“konflik di dalam individu sendiri terjadi karena kelebihan beban
peran-peran (Role Overloads) dan ketidak mampuan peranan orang
yang bersangkutan (Person-Role Incompatibilities)”.48 Konflik ini
terdiri atas, antara lain sebagai berikut :
1) Konflik Pendekatan-pendekatan (Approach to aproach Conflict)
Menurut
Wirawan
konflik
pendekatan-pendekatan
yakni
“konflik yang terjadi karena harus memilih dua alternatif yang
berbeda,
47
48
tetapi
sama-sama
Wirawan, Op. Cit., h. 55.
Winardi, Manajemen Konflik., Op, Cit., h. 8.
menarik
atau
sama
baik
26
kualitasnya”.49 Dan pendapat ini selaras dengan Winardi dalam
bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku Organisasi yang
menyatakan bahwa “konflik ini terjadi apabila seseorang
mempunyai pilihan antara dua macam alternatif atau lebih,
dengan hasil-hasil positif”.50 Lebih lanjut dijelaskan oleh
Winardi dalam bukunya yang berjudul Motivasi & Pemotivasian
dalam Manajemen, ia menjelaskan “konflik demikian meliputi
situasi dimana seseorang harus memilih dua alternatif positif,
dan yang sama-sama memiliki daya tarik yang sama”.51 dan
apabila diambil contoh adalah seperti apabila kita mendapat
tawaran pekerjaan yang sangat membanggakan keluarga dengan
melanjutkan kuliah disebuah universitas baik yang ditawarkan
oleh keluaga.
2) Konflik menghindar ke menghindar (avoidance to avoidance
conflict)
Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Perilaku Organisasi, ia menjelaskan konflik menghindar ke
menghindar terjadi apabila seseorang harus memilih dua macam
alternatif atau lebih yang memiliki dampak negatif.
52
Selaras
dengan pendapat Winardi, Wirawan mengatakan bahwa “konflik
menghindar ke menghindar adalah konflik yang terjadi karena
harus memilih alternatif yang sama-sama harus di hidari”.53
Sedangkan Sebagai contoh, seseorang harus menjual mobil
untuk melanjutkan sekolah, atau tidak menjual mobil dan tidak
bisa melanjutkan sekolah.
49
Wirawan. Loc. Cit.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi., Op. Cit., h. 392.
51
Winardi, Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2002), Cet. 2. h. 167.
52
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi. Loc. Cit.
53
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik., Op. Cit., h. 55.
50
27
3) Konflik pendekatan ke menghindar (approach to avoidance
conflict)
Konflik yang terjadi karena seseorang mempunyai perasaan
positif dan negatif terhadap sesuatu yang sama. 54 dan sebagai
contoh, seorang yang ingin melamar pekerjaan ke sebuah
perusahaan, dan ia menyiapkan berkas-berkas untuk dikirim
kepada perusahaan tempat ia akan mengirim lamaran pekerjaan
tersebut, namun ia takut ia di tolak oleh perusahaan tersebut dan
akan membuatnya sia-sia, oleh karena itu ia mengurungkan
niatnya dan tidak jadi mengirim lamaran kerja tersebut.
b.
Konflik Interpersonal
Menurut Wirawan, “konflik interpersonal adalah konflik pada
suatu organisasi di antara pihak-pihak yang terlibat konflik dan
saling tergantung dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai
tujuan organisasi”.55 Konflik interpersonal dapat terjadi dalam tujuh
bentuk, yakni :
1) Konflik antar manajer, Bentuk Konflik di antara manajer atau
birokrat organisasi dalam rangka melaksanakan fungsinya
sebagai pimpinan organisasi.
2) Konflik antar manajer dan pegawainya, Konflik ini terjadi
antara manajer kerja dan karyawan bawahannya. Objek yang
menjadi konflik sangt bervariasi tergantung dari aktivitas
organisasinya.
3) Konflik hubungan industrial, Konflik ini terjadi antara
organisasi atau perusahaan dan para karyawannya dengan
serikat pekerja.
4) Konflik antar kelompok kerja, Dalam organisasi, terdapat
sejumlah kelompok kerja yang melaksanakan tugas yang
berbeda untuk mencapai tujuan organisasi yang sama.
5) Konflik antara anggota kelompok kerja dan kelompok kerjanya,
Suatu kelompok kerja mempunyai anggota yang memiliki
keragaman pendidikan, agama, latar belakang budaya,
pengalaman, kepribadian. Dan semua perbedaan ini bisa
54
55
Ibid.
Ibid.
28
menimbulkan konflik dalam melaksanakan tugas dan fungsi tim
kerjanya.
6) Konflik interes, Konflik yang bersifat individual dan
interpersonal. Konflik jenis ini terjadi dalam diri seorang
pegawai yang terlibat konflik, yaitu antara keharusan
melaksanakan ketertarikan organisasi dan ketertarikan
individunya.
7) Konflik antara organisasi dan pihak luar organisasi, Konflik ini
terjadi antara suatu organisasi atau perusahaan dan pemerintah;
perusahaan dan perusahaan lainnya; perusahaan dan pelanggan;
perusahaan dan lembaga swadaya masyarakat; serta perusahaan
dan masyarakat.56
c.
Konflik Antar Organisasi
Menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Konflik, ia
menyatakan bahwa “konflik yang terjadi antara organisasi-organisasi
pada umumnya dipandang dari sudut persaingan yang mencirikan
perusahaan-perusahaan swasta”.57 Lebih lanjut dijelaskan oleh
Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku
Organisasi, biasanya konflik macam ini dinamakan persaingan
(Competition). Konflik demikian dianggap sebagai faktor yang
menyebabkan timbulnya produk-produk baru, teknologi-teknologi
baru, dan jasa-jasa baru, harga-harga lebih rendah dan pemanfaatan
sumber-sumber daya secara lebih efisien.58
Dari penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
konflik antar organisasi terjadi karena adanya persaingan antar
organisasi, namun konflik tersebut dianggap baik karena dapat
menciptakan hal baru seperti teknologi, jasa, dan sebagainya
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Winardi.
d.
Konflik Destruktif dan Konflik Konstruktif
Jenis konflik juga dapat dikelompokkan menjadi konflik
destruktif (konflik kontraproduktif) konstruktif (konflik produktif)
dan juga konflik
56
Ibid., h. 56.
Winardi, Manajemen Konflik, Op, Cit., h. 11.
58
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Op. Cit., h. 439.
57
29
1) Konflik Destruktif
Menurut Hendayat Soetopo dalam bukunya Perilaku Organisasi
konflik destruktif adalah “konflik yang memiliki nilai negatif
bagi organisasi. Dengan konflik justru mendatangkan kerusakan
bagi organisasi”.59 Sedangkan menurut Wirawan konflik
destruktif adalah “pihak-pihak yang terlibat konflik tidak
fleksibel atau terkesan kaku karena tujuan konflik didefinisikan
secara sempit yaitu untuk mengalahkan satu sama lain”.60 dan
inilah gambaran siklus dari konflik destruktif yang terlihat pada
gambar 2.4.
Konflik
Respon
Negatif
Win &
lose
solution
Kompetisi
dan agresi
Kesehatan
organisasi
menurun
Gambar 2.4. Siklus konflik destruktif.61
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa konflik
destruktif adalah konflik yang bersifat negatif dan pihak-pihak yang
terlibat konflik terkesan saling mengalahkan satu sama lain. Hal
tersebut jelas hanya akan merusak sebuah organisasi apabila tidak
cepat ditangani dengan baik.
59
Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, Op. Cit., h. 274.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, Op. Cit., h. 62.
61
Ibid.
60
30
2) Konflik Konstruktif
Menurut Wirawan, “Konflik konstruktif adalah konflik yang
prosesnya mengarah kepada mencari sebuah solusi mengenai
substansi konflik”.62 Sedangkan menurut Hendayat Soetopo
“konflik konstruktif adalah konflik yang mengandung nilai
positif bagi pengembangan organisasi”.63 Dan lebih lanjut di
jelaskan oleh Abi Sujak dalam bukunya Kepemimpinan
Manajer, manajer yang memandang konflik sebagai sesuatu
yang konstruktif akan menghadapi suatu konflik dengan sikap
yang positif, dan memandang konflik sebagai suatu kejutan baru
yang mengunggah minat untuk mengetahui lebih jauh dan
sebagai suatu tantangan.64
Dalam konflik konstuktif terjadi siklus konflik konstuktif,
dan dapat terlihat pada gambar 2.5.
Organisasi
Lebih sehat
Kompromi
atau
kolaborasi
Give and
take
Respon
positif
Konflik
Gambar 2.5. Siklus Konflik Konstruktif.65
62
Ibid., h. 59.
Hendayat Soetopo. Loc. Cit.
64
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1, h. 152.
65
Wirawan, Op. Cit., h. 61.
63
31
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik
konstruktif adalah konflik yang prosesnya lebih ke dalam
mencari inti dari konflik dan memiliki nilai positif bagi
perkembangan organisasi, serta konflik konstruktif di anggap
sebagai kejutan baru dalam konflik. Dan dapat dilihat pada
siklus konflik konstruktif di atas, disana dijelaskan bahwa pihakpihak yang terlibat dalam sebuah konflik tersebut sadar akan
terjadinya konflik dan pihak-pihak tersebut mencoba untuk
meresponnya secara positif, ketika mereka telah merespon
secara positif untuk menyelesaikan konflik tersebut secara give
and take, setelah itu kedua belah pihak yang terlibat dalam
konflik
berupaya
berkompromi
dan
berkolaborasi
atau
bekerjasama hingga terciptalah solusi-solusi yang memuaskan
kedua belah pihak yang terlibat konflik.
5. Komponen-Komponen Konflik
Ketika membahas mengenai konflik tentu tidak akan lepas dari
sebuah komponen konflik yang mungkin bersifat mendasar, komponenkomponen tersebutlah yang nantinya akan menentukan kemana konflik
akan berkembang, apakah akan menuju kepada konflik yang bersifat
konstruktif atau mungkin akan menuju kepada konflik yang bersifat
destruktif.
Menurut C. R. Mitchell sebagaimana dikutip oleh Winardi Dalam
buku Manajemen Perilaku Organisasi menjelaskan bahwa komponen
konflik yang mendasar digariskan menjadi tiga macam komponen,
komponen tersebut berupa sebuah situasi konflik (A Conflict Situation),
perilaku konflik (Conflict Behavior), sikap dan persepsi-persepsi tentang
konflik (Conflict Attitudes and Perceptions).66
Perhatikan gambar dibawah ini :
66
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Op. Cit., h. 386.
32
Situasi
Perilaku
Sikap
Gambar 2.6. Struktur Konflik Tradik.67
Dari uraian dan gambar yang telah di jelaskan mengenai
komponen-komponen konflik terlihat bahwa ketiga komponen tersebut
saling berkaitan erat satu sama lain. Mulai dari situasi, perilaku dan
sikap, ketiga komponen tersebut cukup berperan dalam perkembangan
konflik dan semuanya sama-sama dapat menimbulkan terjadinya sebuah
konflik.
6.
Pengaruh Konflik
Konflik bukanlah hal yang harus ditakuti dalam kehidupan,
karena konflik apabila di kelola dengan baik akan berpengaruh besar baik
dalam kehidupan umat manusia maupun dalam sebuah organisasi dalam
mencapai tujuan dari organisasi. Menurut Wirawan, “konflik mempunyai
pengaruh positif dan negatif yang dapat menciptakan perubahan bagi
kehidupan umat manusia yang akan mengubah kehidupan manusia
menjadi lebih baik”.68
a. Pengaruh Positif
Konflik
mempunyai
beberapa
pengaruh
positif
yang
dapat
memberikan pengaruh besar dalam kehidupan umat manusia yang
dapat merubah manusia menjadi lebih baik melalui konflik.
1) Menciptakan Perubahan
Menurut Wirawan, “Konflik dapat menciptakan perubahan dalam
kehidupan umat manusia menjadi lebih baik”.69 Sedangkan
menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Perilaku Organisasi,
menciptakan perubahan merupakan “upaya untuk mencari cara67
Ibid.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, Op. Cit., h. 106.
69
Ibid.
68
33
cara menyelesaikan konflik, bukan saja membuahkan inovasi dan
perubahan, tetapi hal tersebut dapat menyebabkan perubahan lebih
diterima, bahkan diinginkan”.70
contohnya seperti perubahan dari zaman jahilliyah ke zaman yang
penuh intelektualitas seperti saat ini dan perubahan tersebut tentu
takkan pernah lepas dari terjadinya sebuah konflik.
2) Membawa objek konflik ke permukaan
Tanpa adanya sebuah konflik, pokok permasalahan yang terpendam
dalam diri pihak-pihak yang terlibat konflik tidak akan muncul
kepermukaan, dan tanpa adanya pokok permasalahan yang muncul
kepermukaan, masalah yang terpendam itu tidak akan dapat
terselesaikan.71
3) Memahami orang lain lebih baik
Konflik membuat orang memahami adanya orang lain atau lawan
konflik yang berbeda pendapat, berbeda pola pikir, dan berbeda
karakter. Perbedaan itu perlu dimanajemeni dengan baik agar
menghasilkan solusi yang menguntungkan dirinya atau kedua belah
pihak.72
4) Persaingan yang menyebabkan timbulnya konflik
Menurut Winardi, “para karyawan yang mengalami suatu suasana
kompetitif antara para sesama pekerja sehubungan dengan soal
performa, dapat dimotivasi untuk mencurahkan upaya lebih intensif
guna “memenangkan” persaingan demikian”.73
70
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Op. Cit., h. 389.
Wirawan, Op. Cit., h. 107.
72
Ibid.
73
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi., Op. Cit., h. 389.
71
34
b. Pengaruh Negatif
Selain konflik miliki pengaruh positif, tentunya konflikpun memiliki
pengaruh negatif yang sangat berpengaruh dalam kehidupan umat
manusia.
1) Biaya konflik
Terjadinya sebuah konflik tentu tak terlepas dari biaya konflik yang
digunakan untuk melakukan interaksi konflik dalam bentu sumbersumber, seperti energi fisik, energi psikologi, uang, waktu dan
peralatan. Semakin sering konflik yang terjadi maka semakin
banyak biaya yang dikeluarkan.74 Selaras dengan Wirawan,
Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Perilaku Organisasi pun menjelaskan bahwa “waktu dan uang
merupakan dua macam sumber-sumber daya penting yang
kerapkali dialihkan ke arah penyelesaian konflik”.75
Dan inilah kurva hubungan antara intensitas konflik dan biaya
konflik yang terlihat pada gambar 2.7.
Kurva Intensitas Konflik
Biaya Konflik
Rendah
Intensitas Konflik
Tinggi
Gambar. 2.7 Hubungan antara intensitas konflik dan biaya konflik.76
74
Wirawan, Op. Cit., h. 109.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi., Op. Cit., h. 390.
76
Wirawan, Op. Cit., h. 108.
75
35
2) Merusak hubungan dan komunikasi diantar pihak-pihak yang
terlibat konflik
Konflik, terutama konflik destruktif menurunkan kualitas dan
intensitas hubungan diantar pihak-pihak yang terlibat konflik.
Konflik dapat menimbulkan rasa benci, marah, antipati, terhadap
lawan konflik. Hal inilah yang dapat merusak hubungan
komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat konflik.77
3) Merusak sistem organisasi
Menurut
Wirawan,
“Konflik
dapat
merusak
sistem
dan
menciptakan sinergi negatif produksi subsistem yang bekerja dalam
kesatuan sistem lebih kecil daripada jumlah produksi. Keadaan ini
menimbulkan ketidakpastian pencapaian tujuan organisasi”.78 Dan
selaras dengan pendapat Wirawan, Winardi berpendapat bahwa
“sumber-sumber
daya
keorganisasian
bukannya
langsung
ditunjukan ke arah pencapaian tujuan-tujuan yang dikehendaki,
tetapi mereka habis digunakan untuk menyelesaikan konflik”.79
4) Kehilangan waktu kerja
Jika konflik berkembang menjadi konflik destruktif, 10-30% waktu
manajer dan bawahannya digunakan untuk menyelesaikan konflik.
Dari sini dapat diketahui bahwa kerugian produktivitas dan
kerugian lainnya baik di dalam perusahaan maupun organisasi akan
diketahui.80
5) Kesehatan
Konflik tentunya akan menyebabkan pihak yang terlibat konflik
marah, stres, kecewa, emosional, dan irasional. Selanjutnya,
77
Wirawan. Loc. Cit.
Ibid.
79
Winardi. Loc. Cit.
80
Wirawan, Op. Cit., h. 111.
78
36
keadaan tersebut dapat menyebabkan seseorang sakit atau bahkan
sampai meninggal dunia.81
Dari
penjelasan
mengenai
pengaruh
konflik
sebagaimana
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh konflik dapat
dibedakan menjadi pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh
positif tentu akan sangat membantu dalam kehidupan umat manusia dan
juga dapat membantu dalam dalam mengembangkan dan memperbaiki
internal suatu organisasi. Dan sebaliknya, pengaruh negatif tentu akan
menciptakan sebuah hal negatif yang akan mengganggu kehidupan
manusia terlebih apabila konflik telah berubah mejadi konflik destruktif
yang juga akan merugikan perkembangan sebuah organisasi apabila tidak
di manajemeni dengan baik.
C. Manajemen Konflik
1.
Pengertian Manajemen Konflik
Setelah sebelumnya membahas mengenai manajemen dan konflik
secara umum, selanjutnya dapat mengerucut kedalam pembahasan
mengenai manajemen konflik.
Menurut Wirawan, “manajemen konflik didefinisikan sebagai
proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi
konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar
menghasilkan resolusi yang diinginkan”.82 Sedangkan Abi Sujak
menjelaskan bahwa “manajemen konflik mengacu kepada suatu
intervensi yang didisain untuk mengurangi konflik yang meledak atau
untuk meningkatkan konflik dengan harapan dapat mengatasi kelesuan
organisasi”.83
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
konflik merupakan proses menyusun strategi yang akan diterapkan dalam
81
Ibid.
Ibid., h. 129.
83
Abi Sujak, Op. Cit., h. 150.
82
37
mengatasi sebuah konflik yang sedang terjadi dan mengendalikan konflik
tersebut untuk menghasilkan sebuah harapan yang diinginkan bersama
dalam sebuah organisasi. Tanpa adanya penangan yang tepat konflik
tidak akan terselesaikan dan mungkin akan menjadi konflik yang lebih
luas yang mana semua pihak yang terlibat konflik akan memfokuskan
fikiran, tenaga, dan fikiran mereka bukan untuk mengembangkan
produktivitas mereka dalam sebuah organisasi melainkan mereka akan
terus terlibat konflik dan akan saling menghancurkan lawan konflik yang
mereka hadapi, disanalah peran manajemen konflik digunakan untuk
menyelesaikannya.
2.
Tujuan Manajemen Konflik
Konflik merupakan hal yang akan dapat menghambat tujuan yang
diinginkan dalam sebuah organisasi. Seperti contoh di sekolah yang ingin
meningkatkan akreditasi sekolah tersebut, dalam hal ini tentu butuh kerja
sama yang baik dari semua aspek terkait dalam sebuah sekolah tersebut
mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan sampai dengan staff sekolah dan aspek lainnya yang
terkait. Namun apabila terdapat sebuah konflik antara pihak-pihak yang
akan membantu dalam pencapaian tujuan sekolah dalam meningkatkan
akreditasi sekolah tentu tujuan tersebut akan sulit untuk di wujudkan
sebelum konflik yang terjadi itu terselesaikan.
Berikut ini adalah beberapa tujuan dari manajemen konflik
menurut Wirawan dalam bukunya Konflik dan Manjemen konflik :
a. Mencegah gangguan kepada anggota organisasi untuk memfokuskan
diri pada visi, misi dan tujuan organisasi
Organisasi yang mapan tentunya memiliki visi, misi, dan tujuan yang
strategis. Dan ketiganya harus dicapai atau direalisasikan dengan cara
yang sistematis dan dalam suatu kurun waktu yang direncanakan. Dan
38
konflik akan mengganggu perhatian anggota organisasi dalam
pencapaian visi, misi dan tujuan yang strategis.84
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
konflik apabila dapat di konsep secara matang tentu akan dapat
mencegah terjadinya konflik yang akan mengganggu para anggota
dalam mencapai visi, misi dan tujuan dari organisasi yang akan
mereka capai.
b. Memahami orang lain dan menghormati keberagaman
Seorang anggota organisasi tidak mungkin menyelesaikan tugasnya
sendiri, tentu membutuhkan bantuan dari rekan kerjanya. Ia harus
dapat berkomunikasi dengan baik. Ia harus memahami bahwa rekan
kerjanya memiliki berbagai perbedaan, seperti suku, agama, bahasa,
perilaku, pola fikir, dan sebagainya.85
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa seorang angota organisasi
tentu butuh bantuan dari rekan kerja atau anggota organisasi lain
dalam menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu seorang anggota
organisasi diharuskan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan
dapat memahami berbagai macam karakter sifat rekan anggota
organisasi lain yang tentunya berbeda-beda mulai dari suku sampai
pola fikirnya. Manajemen konflik cukup bereperan dalam membantu
mencegah terjadinya konflik yang mungkin akan timbul karena
terdapatnya
perbedaan-perbedaan
dalam
organisasi
tergantung
bagaimana seorang manajer mengolah manajemen konflik tersebut.
c. Meningkatkan kreativitas
Menurut Sy. Landrau, Barbara Landau, dan Daryl Landau (2001)
sebagaimana dikutip oleh Wirawan yang mengungkapkan bahwa
konflik yang terjadi di tempat kerja dapat dapat di manajemeni untuk
84
85
Wirawan, Op. Cit., h. 132.
Ibid.
39
menciptakan kreativitas dan inovasi. Ketiga praktisi manajemen
konflik ini mengemukakan pula jika di manajemeni dengan baik
konflik dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi untuk
mengembangkan pihak-pihak yang terlibat konflik.86
Dari pendapat ketiga praktisi manajemen konflik tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila suatu konflik dapat dimanajemeni dengan
baik tentu akan menciptakan sebuah kreativitas. Dan hal tersebut
kembali lagi tergantung kepada sosok manajer bagaimana ia dapat
mengolah manajemen konflik tersebut dalam mengembangkan
kreativitas yang timbul dalam organisasi.
d. Menciptakan prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik
Organisasi yang mapan dapat belajar dari berbagai situasi konflik
yang dihadapi. Dari pembelajaran tersebut, prosedur dan
mekanisme penyelesaian konflik dikembangkan. Jika prosedur dan
mekanisme berhasil menyelesaikan konflik secara berulang-ulang,
hal ini akan menjadi norma budaya organisasi. Namun jika tidak
dimenajemeni dengan baik, konflik akan menyebabkan
disfungsional organisasi.87
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah
organisasi dapat belajar ketika sedang menghadapi konflik. Disanalah
mereka akan sama-sama memikirkan prosedur dan mekanisme seperti
apa yang dapat menyelesaikan sebuah konflik. Ketika hal tersebut
telah didapat melalui prosedur dan mekanisme yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam menyelesaikan konflik, maka hal tersebut akan
menjadi norma budaya organisasai sebagaimana yang telah dikatakan
oleh wirawan diatas. Semua itu tergantung dari proses manajemen
konflik berlangsung dalam organisasi dan bagaimana seorang manajer
dalam menyelesaikan sebuah konflik.
Dari tujuan-tujuan manajemen konflik yang telah di jelaskan
diatas, dapat disimpulkan pula bahwa tujuan dari manajemen konflik
86
87
Ibid.
Ibid., h. 133.
40
adalah sebuah cara yang dilakukan untuk memperbaiki atau mencegah
terjadinya sebuah konflik dalam organisasi yang mana tentunya akan
mengganggu kinerja dari para anggota atau pihak-pihak yang berada
dalam suatu organisasi.
3.
Gaya Manajemen Konflik
Menurut Wirawan, “gaya manajemen konflik adalah pola perilaku
orang dalam menghadapi situasi dalam konflik”.88
a. Gaya penghindaran (avoidance)
Dengan gaya ini pihak yang menghadapi konflik cenderung menarik
diri dari situasi konflik atau bersikap netral. Dan jika tidak
terpecahkannya suatu konflik akan berpengaruh pada tugas-tugas
manajerial. Maka dengan gaya menghindari konflik ini akan dapat
mengarah pada hasil organisasi yang negatif.89 Sedangkan menurut
Winardi dalam bukunya
yang berjudul Manajemen Konflik, gaya
manajemen konflik penghindaran adalah “bersikap tidak kooperatif,
dan tidak aseratif; menarik diri dari situasi yang berkembang, dan atau
bersikap netral dalam segala macam “cuaca””. 90
b. Gaya penghalusan (Smoothing)
Gaya penghalusan adalah kecenderungan untuk meminimalkan
perbedaan yang terjadi, dengan menekankan dapat diterimanya ide
bagi khalayak dalam situasi konflik. Ketika manajer menggunakan
gaya penghalusan, manajer bertindak seolah-olah akan hilang bila
sampai pada waktunya, maka cenderung untuk kerjasama.91
Sedangkan menurut Wirawan, “Perhatian seorang manajer yang
rendah terhadap produksi, sedangkan tinggi perhatiannya terhadap
88
Ibid., h. 134.
Abi Sujak, Op, Cit., h. 166-168.
90
Winardi, Manajemen Konflik., Op, Cit., h. 18.
91
Abi Sujak, Op. Cit., h. 168.
89
41
bawahannya cenderung memberikan akomodasi jika menghadapi
konflik”.92
c. Gaya pemaksaan (forcing)
Menurut
Abi
Sujak,
“Gaya
ini
mempunyai
kecenderungan
menggunakan kekuasaan untuk mendominasi orang lain dan memaksa
orang lain untuk menyetujui atas dasar posisinya”.93
Sedangkan menurut Wirawan yang menyatakan bahwa perhatian
seorang manajer yang tinggi terhadap produksi, sedangkan rendah
perhatiannya terhadaap orang yang dipimpinnya (bawahannya)
cenderung akan menggunakan gaya manajemen konflik ketika
memanajemeni konflik. Ia berupaya memaksakan kehendaknya
untuk meningkatkan produksi dengan mengabaikan orang lain jika
menghadapi situasi konflik.94
d. Gaya kompromi (Compromise)
Menurut Abi Sujak, “gaya kompromi adalah gaya yang mempunyai
kecenderungan untuk mengorbankan minat dengan mengambil
kesepakatan untuk mencapai suatu persetujuan”.95 Sedangkan menurut
Wirawan, perhatian seorang manajer yang sedang (tidak tinggi atau
tidak rendah) terhadap produksi dan bawahannya cenderung
berkompromi jika memanajemeni konflik. Ia mau untuk berkompromi
mengenai tingkat produksi organisasi demi memenuhi kesejahteraan
bawahannya.96
e. Gaya kolaboratif (Collaborative)
Menurut Abi Sujak, gaya kolaboratif adalah keinginan untuk
mengidentifikasi
sebab-sebab
yang
melatarbelakangi
konflik,
membagi informasi secara terbuka, dan mencari jalan pemecahan
dengan mempertimbangkan keuntungan-keuntungan
92
Wirawan, Op. Cit., h. 139.
Abi Sujak, Op. Cit., h. 169.
94
Wirawan, Op. Cit., h. 138.
95
Abi Sujak, Op. Cit., h. 170.
96
Wirawan. Loc. Cit.
93
yang akan
42
diperoleh.97 Sedangkan menurut Winardi dalam bukunya Manajemen
Konflik, bersikap kooperatif, maupun aseratif; berupaya untuk
mencapai kepuasan benar-benar setiap pihak yang berkepentingan,
dengan jalan bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada; mencari
dan memecahkan masalah demikian rupa, hingga setiap orang
mencapai keuntungan sebagai hasilnya.98
f. Gaya Decoupling ( Melepaskan Kaitan)
Menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Perilaku Organisasi,
sesuatu organisasi mungkin didesain demikian rupa hingga ia secara
langsung mengurangi interdependensi antara departemen-departemen
yang ada.99
Lebih lanjut dijelaskan oleh Winardi, dengan jalan menyediakan
bagi departemen-departemen sumber-sumber daya dan persediaanpersediaan yang terlepas dari sumber-sumber daya dan persediaanpersediaan
bagi
departemen-departemen
lainnya
akan
menyebabkan terlepasnya ikatan (Decouple) departemendepartemen tersebut hingga dengan demikian dapat dikurangi
kecenderungan terjadinya konflik interdepartemental.100
4. Strategi dalam Penyelesaian Konflik
Terdapat beberapa strategi dalam menyelesaikan sebuah konflik
yang terjadi di dalam sebuah organisasi, di antaranya:
a.
Kompromis
Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku
Organisasi, ia menyatakan bahwa “melalui tindakan kompromis, para
manajer berupaya menyelesaikan konflik dengan meyakinkan masingmasing pihak dalam perundingan bahwa mereka perlu mengorbankan
sasaran-sasaran tertentu, agar dapat dicapai sasaran lain”.101
97
Abi Sujak. Loc. Cit.
Winardi, Manajemen Konflik., Op, Cit., h. 19.
99
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi., Op. Cit., h. 419.
100
Ibid.
101
Ibid., h. 453.
98
43
Dari penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
kompromis merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh seorang
manajer untuk mencoba meyakinkan salah satu pihak untuk
mengorbankan tujuan yang diinginkan salah satu pihak tersebut demi
tercapainya tujuan bersama.
b.
Meratakan (Smoothing)
Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku
Organisasi, ia menyatakan bahwa “meratakan merupakan sebuah cara
lebih diplomatik untuk menyelesaikan konflik di mana sang manajer
meminimasi tingkat dan pentingnya tingkat ketidaksepakatan dan ia
membujuk salah satu pihak untuk “mengalah””.102
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa meratakan
merupakan cara yang dilakukan manajer dengan cara meminimasi
atau menekan tingkat ketidakspakatan yang terjadi diantara kedua
belah pihak dan ia mencoba secara sepihak untuk membujuk salah
satu pihak untuk mengikuti keinginan pihak lain (mengalah).
c.
Suara Terbanyak (Majority Rule)
Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Konflik,
ia menyatakan bahwa suara terbanyak adalah upaya untuk
menyelesaikan konflik kelompok melalui pemungutan suara, di mana
suara terbanyak menang (Majority vote) dapat berjalan secara efektif ,
apabila para anggota menganggap prosedur yang bersangkutan
sebagai prosedur yang “fair”.103
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa suara
terbanyak merupakan cara yang diambil melalui pemungutan suara,
yang mana suara terbanyak dalam pemungutan suara tersebutlah yang
menang. Biasanya proses pemungutan suara ini dilakukan ketika
strategi-strategi yang sebelumnya dilakukan tidak menemukan titik
102
103
Ibid., h. 452.
Winardi, Manajemen Konflik., Op. Cit., h. 86
44
terang dalam menyelesaikan konflik, barulah strategi pemungutan
suara ini dilakukan.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Penulis
: Evi Yanti.
Judul
: Implementasi Manajemen Konflik di SMP PGRI 1 Ciputat.
Tahun
: 2011
Yang membedakan skripsi penulis dengan skripsi yang ditulis oleh
Evi Yanti dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut :
No
1.
Pembahasan
Evi Yanti
Penulis
Fokus
Memfokuskan
Permasalahan
masalah hanya kepada kepada konflik antara siswa,
konflik
Memfokuskan
antara
masalah
guru guru, dan kepala sekolah.
dan staff.
2.
Populasi
dalam Populasi
Penelitian
digunakan
yang Populasi yang digunakan
seluruh adalah 15% dari jumlah
guru bidang study dan guru, 15% dari jumlah siswa
staff administrasi.
yang diwakilkan oleh OSIS,
Kepala Sekolah, dan Wakil
Kepala
Sekolah
bidang
Kurikulum dan Bimbingan
Konseling.
3.
Metodologi
Menggunakan
Menggunakan
Penelitian
metodologi penelitian penelitian kualitatif murni
kualitatif
kuantitatif
dan dengan
hasil
metodologi
deskriptif
dengan analisis data.
hasil persentase.
4.
Teknik
Menggunakan
Pengumpulan
wawancara
teknik Menggunakan
teknik
dan observasi, wawancara, dan
45
Data
5.
Teknik
Data
angket.
Analisa Menggunakan
analisis
(persentase).
study dokumen.
teknik Menggunakan
teknik
statistik klasifikasi, kategorisasi, dan
interpretasi.
Tabel. 2.1 Penelitian yang relevan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara jelas
mengenai implementasi manajemen konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari
Depok.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK AL-Hasra yang terletak di Jalan
Raya Ciputat – Parung Km. 24, Bojongsari, Depok, Telp. (021) 7491141,
Fax: (021) 7491141.
Alasan penulis melakukan penelitian di sekolah ini karena sekolah ini
memiliki konsep yang cukup baik dalam mengatasi sebuah konflik di dalam
sebuah sekolah. Contoh kecilnya yaitu terbukti bahwa pada umumnya siswa
SMK sering melakukan tawuran antar pelajar, namun siswa sekolah ini tidak
pernah melakukan kegiatan negatif tersebut. Hal tersebut terjadi karena selain
sanksi yang tegas namun mendidik, sekolah juga rutin mengadakan pengajian
bulanan yang dilakukan di rumah siswa secara bergantian tiap bulannya. Hal
ini penulis ketahui ketika melakukan pengamatan selama penelitian ini
berlangsung.
2. Waktu Penelitian
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan
Tahun 2014
Februari
Pengesahan Proposal Skripsi
Bimbingan dengan dosen
pembimbing
46
Maret
April
Mei
47
Observasi ke SMK AL-Hasra
Wawancara dan
pengumpulan data
Analisis data
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif analisis yang berfokus pada wawancara, observasi dan
studi dokumentasi. Menurut Zainal Arifin dalam bukunya Penelitian
Pendidikan, “metode penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang
dilakukan secara wajar dan natural dengan kondisi objektif di lapangan tanpa
adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif
”.1 Demikian pula menurut Nyoman Kutha Ratna dalam bukunya Teori,
Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, ia menyatakan bahwa Metode
kualitatif “secara keseluruhan merupakan cara-cara penafsiran dengan
menyajikannya dalam bentuk deskripsi”.2 Sejalan dengan Nyoman Kutha
Ratna,
Bogdan dan Taylor (1975:5) sebagaimana dikutip oleh Lexy J.
Moleong dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, ia mendefinisikan
“metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati”.3
Dari penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa metode
penelitian kualitatif merupakan metode yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan hasil yang didapat dari penelitian dalam bentuk kata-kata
tertulis ataupun lisan secara jelas tanpa adanya manipulasi data.
1
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 11,
h. 140.
2
Nyoman Kutha Ratna, Teori, metode, dan Teknik penelitian sastra, (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2007), cet. 3, h. 46.
3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. 28, h. 4.
48
Adapun alasan penulis menggunakan pendekatan penelitian ini adalah
karena penulis bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan secara
mendalam mengenai permasalahan yang terkait dalam penelitian ini. Dengan
demikian penulis sendiri akan lebih mudah mengetahui dan memahami
gambaran dari objek yang akan diteliti.
F. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data adalah asal darimana data itu diperoleh. Dan dalam
menentukan sumber data tentu penulis terlebih dahulu menentukan siapa
saja individu dalam penelitian yang akan dijadikan sumber data atau
darimana saja data tersebut akan didapatkan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data yakni
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a.
Data primer
Menurut Husein Umar, “data primer adalah data yang didapat dari
sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari
wawancara atau hasil pengisian kusioner yang biasa dilakukan oleh
peneliti”.4
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer ialah
kepala sekolah SMK AL-Hasra karena dalam penerapan manajemen
konflik kepala sekolahlah yang paling mengetahui bagaimana
penerapan manajemen konflik di sekolah, 1 orang wakil kepala
sekolah bidang kurikulum, 5 orang guru dan 5 orang siswa yang
diwakili oleh pengurus OSIS. Dengan jumlah keseluruhan terdapat 12
responden.
4
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 42.
49
b.
Data sekunder
Menurut Husein Umar, data sekunder adalah data primer yang telah
diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data
primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel atau diagramdiagram. Data sekunder digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih
lanjut.5
Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder ialah data-data
yang dimiliki oleh sekolah seperti data jumlah tenaga pendidik dan
kependidikan, data jumlah peserta didik, tata tertib guru, tata tertib
siswa, kode etik guru, dan data-data lain yang dianggap penting dan
terkait dalam penerapan manajemen konflik di sekolah.
2. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah sejumlah cara yang dapat
dilakukan dalam suatu penelitian untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Dalam setiap pengumpulan data baik itu
dengan cara wawancara, angket, observasi ataupun dokumentasi tentu
tidak akan pernah lepas dari namanya kekurangan dan kelebihan. Dan
untuk mengantisispasi kemungkinan yang tidak diharapkan seperti
ketidaktepatan dalam hasil penelitian, peneliti menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data yang diharapkan teknik tersebut dapat
mendapatkan hasil yang dibutuhkan dalam penelitian. Dan teknik yang
peneliti akan gunakan dalam penelitian adalah antara lain sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah sebuah pengamatan secara langsung pada
tempat penelitian untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian. Observasi merupakan salah satu hal penting dalam
penelitian, karena dengan observasi keadaan keseluruhan ditempat
melakukan penelitian akan dapat dirasakan dan diketahui secara
menyeluruh oleh peneliti.
5
Ibid.
50
Pada tahap ini yang peneliti lakukan adalah mengamati
bagaimana keseharian kepala sekolah, baik dalam memimpin rapat,
mengambil keputusan dan kegiatan lain yang terkait dengan data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu peneliti akan mengamati
bagaimana keseharian para guru dan siswa di dalam lingkungan
sekolah.
b.
Wawancara
Menurut Husein Umar, wawancara merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang pelaksanaanya dapat secara langsung
berhadapan dengan yang diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak
langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk di jawab pada
kesempatan lain.6
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara
untuk memperoleh data, informasi dan fakta, guna mengungkap dan
menjelaskan permasalahan dalam penelitian tersebut. Selain itu alasan
peneliti menggunakan teknik wawancara adalah untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan, dan data-data lainnya untuk melengkapi
keseluruhan hasil penelitian ini. Adapun objek dalam melakukan
wawancara adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang
kurikulum, 5 orang guru, dan 5 orang siswa yang diwakili oleh
pengurus OSIS.
c. Studi Dokumen
Menurut Zainal Arifin, “studi dokumen atau teks merupakan kajian
yang menitikberatkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis
berdasarkan konteksnya”.7
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik studi
dokumen dengan maksud dapat mengumpulkan data yang berkaitan
6
7
Ibid., h. 51.
Zainal Arifin, Op. Cit., h. 152.
51
dengan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian seperti daftar
guru, daftar siswa, hasil rapat yang peneliti amati, foto-foto dan
dokumen-dokumen atau data-data lain yang dianggap penting
memiliki keterkaitan terhadap data yang diperlukan dalam penelitian
mengenai penerapan manajemen konflik di sekolah.
G. Kisi-Kisi Wawancara
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Wawancara
No.
Variabel
1.
Manajemen
2.
Konflik
Indikator
Nomor Soal

Perencanaan
1,2,3,4.

Pengorganisasian
5,6,7,8,9,10,11,12.

Penerapan
13,14,15,16.

Pengawasan
17,18,19,20.

Jenis Konflik
21.

Penyebab Konflik
22,23,24,25.

Penanganan
26,27,28,29.
Konflik
30,31,32.

Pengaruh Konflik
H. Teknik Analisa Data
Setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian dikumpulkan dengan
lengkap dari narasumber, tahap berikutnya adalah analisis data. Pada tahap
ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sehingga dapat menyimpulkan hasil
yang dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan dan permasalahan yang
diajukan oleh peneliti.
Untuk mengolah dan menganalisa hasil data penelitian yang telah
terkumpul dari narasumber terkait, dilakukan tiga langkah yaitu sebagai
berikut:
52
1. Proses klasifikasi
Proses ini dilakukan dengan cara mengelompokan jawaban-jawaban dari
sumber data berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait
implementasi manajemen konflik.
2. Proses kategorisasi
Proses ini dilakukan dengan cara mengelompokan data yang didapat
dalam penelitian berdasarkan ruang lingkup masalah yang diteliti.
3. Proses interpretasi
Proses ini dilakukan dengan cara mencari persamaan dan perbedaan dari
aspek-aspek
jawaban
masalah,
sehingga
kemudian
dapat
ditarik
kesimpulan.
I.
TRIANGULASI
Menurut Zainal Arifin, “Triangulasi adalah penggunaan berbagai
metode dan sumber daya dalam pengumpulan untuk menganalisis fenomena
yang saling berkaitan dari perspektif yang berbeda”.8 Menurut Norman K.
Denkin dalam Mudjia Raharjo (2010) sebagaimana dikutip oleh Zainal Arifin
“triangulasi meliputi empat hal, yaitu: triangulasi metode, triangulasi
antarpeneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), triangulasi sumber
data, triangulasi teori”9.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
manajemen konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok. Untuk mengetahui
bagaimana program tersebut diterapkan, maka peneliti melakukan observasi
data ke tempat yang menjadi objek penelitian dan melakukan kegiatan secara
mendalam dan menyeluruh mengenai penerapan manajemen konflik dengan
melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait yang dapat
membantu dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Setelah data telah diperoleh, kemudian dilakukan pengecekan dengan cara
dibandingkan antara hasil dari wawancara, hasil observasi dan hasil dari studi
8
9
Ibid., h. 164.
Ibid.
53
dokumen. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan keserasian
antara hasil data yang di dapat dari ketiga teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini.
J. Validitas (Keabsahan)
Validasi atau validitas adalah sebuah cara untuk mengetahui tingkat
ketepatan alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian. Jadi jika yang di
dapat dalam sebuah penelitian adalah kebaikan, maka yang dijelaskan oleh
peneliti juga haruslah kebaikan.
Menurut Emzir dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif
mengemukakan bahwa “validitas merujuk pada masalah kualitas data dan
ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan proyek penelitian”.10
Sedangkan
menurut
Sugiyono
dalam
bukunya
Metode
Penelitian
Administrasi mengemukakan bahwa “hasil penelitian yang valid bila, terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek yang diteliti”.11 Sedangkan menurut Sugiyono dalam buku
Metode Penelitian Masyarakat yang ditulis oleh Manasse Malo dan Sri
Trisnoningtias menjelaskan bahwa “suatu pengukuran dari suatu konsep
tertentu yang dianggap sebagai ukuran yang valid jika ia berhasil mengukur
konsep tersebut”.12
Dari penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa validasi
merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk mengukur ketepatan data yang
didapat dalam penelitian dengan data yang sesungguhnya ada pada objek
penelitian. Atau dengan kata lain data tersebut dapat dikatakan valid apabila
data tersebut sesuai dengan data yang sesungguhnya ada pada objek
penelitian.
10
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT Rajawali Pers,
2010), Cet. 1, h. 78.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV ALFABETA, 1998), h. 96.
12
Manasse Malo dan Sri Trisnoningtias, Metode Penelitian Masyarakat, (tt.p. t.p., tt), h. 73.
54
Menurut Licoln dan Guba dalam Trochim (2008) sebagaimana dikutip
oleh Emzir mengusulkan empat kriteria untuk menilai kualitas penelitian
kualitatif.13
1. Kredibilitas (Credibility)
Kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif
adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam
penelitian tersebut. Karena dari perspektif ini tujuan penelitian kualitatif
adalah untuk mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik
perhatian dari sudut pandang partisipan.14
2. Transferabilitas (Transferability)
Kriteria transferabilitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian
kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer kepada konteks atau
seting yang lain.15
3. Dependabilitas (Dependability)
Menekankan perlunya peneliti memperhitungkan konteks yang berubahubah dalam penelitian yang dilakukan. Penelitian bertaanggung jawab
menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalaam seting dan
bagaimana perubahan-perubahan tersebut dapat memengaruhi caraa
pendekatan penelitian dalam studi tersebut.16
4. Konfirmabilitas (Confirmability)
Kriteria
Konfirmabilitas atau objektivitas merujuk pada
tingkat
kemampuan hasil penelitian dapat dikonfirmasikan oleh orang lain.17
13
Emzir, Op. Cit. h. 79.
Ibid.
15
Ibid., h. 80.
16
Ibid.
17
Ibid., h. 81.
14
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1.
Sejarah SMK AL-Hasra Bojongsari Depok
Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Al-Hasra berdiri pada tahun
1999 dengan dua pilihan program yang ditawarkan yaitu Program
Penjualan dan Administrasi Perkantoran yang bertujuan mempersiapkan
siswa yang kompeten untuk bekerja sesuai dengan bidang yang
diajarkan. Disusul dengan penambahan program diklat Perbankan
Syariah pada tahun 2005 yang untuk pertama kalinya diadakan di kota
Depok dan program diklat Teknik Komputer dan Jaringan pada tahun
2010.
Berikut adalah Periode kepemimpinan kepala Sekolah SMK Al-Hasra :
1.
Yuhaeni, S.Pd, Kepala SMK (1999 – 2005)
2.
Endang Triastuti, SE, Kepala SMK (2005 – 2007)
3.
Drs. Cik Hakim, Kepala SMK (2007 – 2010)
4.
Dra. Helmidar, Kepala SMK (2010 – 2011)
5.
Abdul Hamid, S.Ag, Kepala SMK (2011 – 2014)
Disadari betul bahwa lembaga pendidikan sekolah Al-Hasra harus
mampu berada di garda paling depan perkembangan dunia pendidikan
Indonesia, dan itu hanya mungkin jika diikuti dengan kemampuan untuk
mengantisipasi setiap perkembangan sains dan teknologi yang di dasari
oleh nilai-nilai spiritual Islam yang kuat. Kesadaran itu kemudian
dijabarkan melalui kerangka kerja yang terencana dan terprogram, baik
menyangkut pembinaan tenaga edukatif, peningkatan proses belajar
mengajar
maupun
penciptaan
suasana
yang
kondusif
bagi
terselenggaranya proses pendidikan dengan lancar dan tertib. Upaya
kearah itu, yang telah dilakukan antara lain:
55
56
a.
Melakukan pembinaan terhadap mutu tenaga edukatif SMK AlHasra secara terprogram dan terencana dengan alokasi dana yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan yayasan.
b.
Menambah dan meningkatkan mutu dan jumlah koleksi buku-buku
di perpustakaan SMK Al-Hasra yang diharapkan dapat merangsang
minat baca siswa, serta untuk membangun tradisi keilmuan yang
harus bisa ditumbuhkembangkan sedini mungkin dalam diri siswa
Al-Hasra dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
c.
Menambah dan terus menerus menyediakan peralatan serta bahan
laboratorium IPA yang akan mengundang gairah siswa untuk
melakukan riset dan pembuktian-pembuktian ilmiah secara terarah
dan mendalam.
d.
Mengadakan
kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler
yang
memungkinkan siswa dapat mengembangkan kepribadian dan
kemampuannya dalam bidang kepemimpinan, keorganisasian,
kesenian, keterampilan dan kemasyarakatan sehingga tercipta
dinamika kehidupan akademik dan kesiswaan yang sehat dan
konstruktif.
e.
Membimbing siswa agar terampil dalam penggunaan / pengelolaan
teknologi informasi dan komunikasi dengan upaya menambah dan
terus menerus menyediakan peralatan teknologi informasi dan
komunikasi di laboratorium komputer sesuai dengan perkembangan
teknologi,
serta
memberikan
pelatihan
keterampilan
penggunaan/pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi bagi
guru maupun karyawan SMK Al-Hasra.
f.
Melengkapi instrument musik di laboratorium musik Al-Hasra
dengan berbagai instrument musik dengan tujuan untuk mengasah
ketajaman rasa dan apresiasi seni khususnya seni musik siswa AlHasra. Melalui musik, kehalusan jiwa dan budi pekerti siswa di
latih. Melalui nusik pula, bakat dan minat siswa disalurkan menjadi
57
sebuah keterampilan hidup yang yang bermanfaat dan berguna
kelak.
g.
Menciptakan suasana yang kondusif, nyaman dan segar bagi
terlaksananya proses belajar mengajar.
h.
Penataan dan pelayanan administrasi SMK yang lebih baik kearah
manajemen
administrasi
berbasis
teknologi
informasi
dan
komunikasi.
i.
Menyusun serta menyiapkan program publikasi Al-Hasra secara
terencana dan terprogram untuk setiap tahunnya.
j.
Meningkatkan
kualitas
hubungan
menciptakan kegiatan-kegiatan
dan
komunikasi
dengan
yang memungkinkan terjalinnya
hubungan yang harmonis dan positif antara sekolah dengan
masyarakat lingkungannya
k.
Seiring dengan upaya-upaya peningkatan mutu di atas Al-Hasra
juga
terus
berupaya
meningkatkan
sarana
fisik
yang
memungkinkan terselenggaranya kegiatan pendidikan yang tertib
dan nyaman.
Terakhir, dengan hadirnya gerbang pendidikan sekolah AlHasra, atas redha dan hidayah dari Allah SWT. Putra-putri bangsa terbaik
dapat mengembangkan kepribadiannya menjadi muslim dan muslimah
yang kuat iman dan taqwanya kepada Allah, luas dan dalam ilmu
pengetahuannya, beretos kerja tinggi, santun dan memiliki kepedulian
sosial.1
Dari sejarah SMK Al-Hasra yang telah dijelaskan tersebut dapat
terlihat bahwa SMK Al-Hasra bercita-cita tinggi dalam melahirkan
seseorang yang memiliki kepribadian yang baik. Bukan hanya pada
siswanya namun juga pada kualitas para tenaga pendidiknya, dan SMK
Al-Hasra melakukan berbagai upaya untuk menciptakan keharmonisan di
dalam sekolah. Salah satu upayanya yaitu dengan terus berupaya
meningkatkan kualitas hubungan dan komunikasi dengan menciptakan
1
Data-data SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, Tahun 2013-2014.
58
kegiatan-kegiatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan yang
harmonis dan positif antara sekolah dengan masyarakat lingkungannya
hingga meminimalisir terjadinya konflik di sekolah.
2. Visi dan Misi SMK AL-HASRA
a.
Visi SMK AL - HASRA
“Terwujudnya lulusan yang Islami, kompeten dalam bidangnya,
mandiri, mampu bersaing dalam pasar kerja internasional dan/ atau
masuk perguruan tinggi”.
b. Misi SMK AL – HASRA
Untuk mewujudkan VISI SMK AL-Hasra tersebut, maka
ditentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan berikut ini:
1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran untuk menanamkan
nilai-nilai Aqidah Islam, ketaatan menjalankan ibadah, dan
berakhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari;
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan mata pelajaran
kejuruan (teori dan praktik) yang diakui oleh lembaga sertifikasi
kejuruan;
3) Mengembangkan sikap dan jiwa entrepreneurship pada peserta
didik;
4) Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran bahasa asing serta
penguasaan teknologi;
5) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran mata pelajaran
science; dan
6) Melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler untuk menggali dan
mengembangkan minat, bakat dan potensi siswa.
Dari visi dan misi SMK Al-Hasra tersebut dapat disimpulkan
bahwa SMK Al-Hasra memiliki tujuan ingin menghasilkan lulusan yang
islami dan dapat bersaing dalam pasar kerja internasional oleh karena itu
59
SMK Al-Hasra melakukan berbagai cara untuk mewujudkan tujuan
tersebut. Mereka pun terus mendidik para siswanya dengan pendidikan
akhlaq, yang mana hal tersebut dilakukan agar para siswanya memiliki
kepribadian yang baik dan bermoral serta saling menghargai. Karena
kepribadian yang baik dan bermoral serta saling menghargailah yang
akan mempererat tali persaudaraan dan tidak akan menimbulkan sebuah
perpecahan atau konflik.
3. Identitas Sekolah
Identitas Resmi
NSS
: 344020517038
Nama Sekolah
: SMK AL-HASRA
Status
: Swasta
PBM
: Pagi
Alamat
: Jalan Raya Ciputat – Parung Km.24
Desa
: Bojongsari Baru
Kecamatan
: Bojongsari
Kota
: Depok
Kode Pos
: 16516
Akreditasi
: Jurusan Perbankan Syariah : A
Jurusan Teknik Komputer Jaringan : B
Tahun berdiri
: 1999
Telepon
: (021) 7491141, Fax: (021) 7491141
E-mail
: [email protected]
Surat Keputusan (SK) Pendirian
Nomor
: 3087 / I02.1 / Kep / 0I / 99
Tanggal
: 27 Juli 1999
Lembaga yang mengeluarkan SK
: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Jawa Barat
Kepala Sekolah
60
Nama
: Abdul Hamid, S.Ag
NIP
:-
Nomor SK
: 222/SK – KY/VII/2011
Tanggal SK
: 2 Juli 2011
Lembaga yang mengeluarkan SK
: Yayasan Pendidikan AL – HASRA
4. Struktur Organisasi
SMK AL-Hasra memiliki struktur organisasi sebagaimana yang
disajikan sebagai berikut:
SMK AL-HASRA
STRUKTUR ORGANISASI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Kepala Sekolah
Abdul Hamid, S. Ag.
Komite Sekolah
Andi Suhandi, S.Pd.
Staf Administrasi
Kurikulum & Persuratan
Hijriyani Mardhotillah, SE.
Kepegawaian & Kesiswaan
Ratna Komala Dewi
Keuangan & Operator
Alif Aryadillah
Wakil Kepala Sekolah
Bagian Kurikulum
Wakil Kepala Sekolah
Bagian Keuanngan & Sapras
Wakil Kepala Sekolah
Bagian Industri
Dra. Helmidar
Drs. Cik Hakim
Nova Hartati, S.Pd
Kepala Program
Perbankan Syariah
Kepala Program
Teknik Komputer & Jaringan
Drs. Cik Hakim
Tusam, S.Pd
Wali Kelas
Dewan Guru
Siswa - Siswi
Gambar 4.1. Struktur Organisasi SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
61
Struktur organisasi SMK AL-Hasra Bojongsari Depok terdiri
dari kepala sekolah, komite, staf administrasi dibagi menjadi 3 yaitu
bagian kurikulum dan persuratan, bagian kepegawaian dan kesiswaan,
keuangan dan operator. Wakil kepala sekolah yang dibagi menjadi 3 yaitu
wakil kepala sekolah bagian kurikulum, wakil kepala sekolah bagian
keuangan, dan wakil kepala sekolah bagian industri. Kepala program, wali
kelas, dewan guru, dan siswa.
4. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Berikut adalah daftar nama tenaga pendidik dan kependidikan di
SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
Tabel 4.1
Tenaga Pendidik dak Kependidikan
NO
NAMA
JABATAN
1
Abdul Hamid, S. Ag.
Kepala Sekolah
2
Helmidar, Dra.
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum
3
Cik Hakim, Drs.
Wakil Kepala Sekolah Bagian Keuangan & Sapras
4
Nova Hartati, S. Pd.
Wakil Kepala Sekolah Bagian Hubungan Industri
5
Tusam, S. Pd.
Kepala Program TKJ
6
Deswita, Dra.
Guru
7
Ismidarsyah, S. Pd.
Wali Kelas XII.PB
8
Juryati, S. Pd.
Wali Kelas XI.TKJ.1
9
Nur'aini, S.E.I.
Guru
10
Sawitri Retno W., S. Pd.
Wali Kelas X.PB & Pembina OSIS
11
Suratin, S. Pd.
Wali Kelas X.TKJ
12
Ahmad Jawoto, S. Pd.
Guru
13
Arny Sulistiyowati, S.E.
Wali Kelas XI.PB
14
Baihaki Ari Nugraha
Guru
15
Dede Siti Hojariah, S.
Pd. I.
Guru
62
16
Etty Mulyati, Dra.
Guru
17
Henny Dyah K., S. T.
Guru
18
M. Jamarudin
Guru
19
Rizal, S. Pd.
Wali Kelas XI.TKJ.2
20
Siti Rohma, S. Kom.
Guru
21
Sri Hastuti, S. Pd.
Wali Kelas XII.TKJ.2
22
Suryani, S. Kom.
Guru
23
Syaiful Aziz, S. Kom.
Guru
24
Alif Aryadillah
Staf TU Bagian Keuangan dan Operator Sekolah
25
Hijriyani Mardhotillah,
S. E.
Staf TU Bagian Kurikulum & Persuratan
26
Ratna Komala Dewi
Staf TU Bagian Kesiswaan & Kepegawaian
27
Idrus Mono
Layanan Khusus Bagian Kebersihan
28
Nana Sutrisna
Layanan Khusus Bagian Keamanan
Tabel. 4. 1 Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMK AL-Hasra.
Keterangan:
* PB
: Perbankan Syariah
* TKJ
: Teknik Komputer Jaringan
5. Daftar Jumlah Peserta Didik
Jumlah pesserta didik Tahun pelajaran 2013-2014 seluruhnya
berjumlah 237 orang. Yang mana penyebaran jumlah peserta didik tiap
kelas terdapat perbedaan yang tidak merata. Kelas X terdapat 2 rombongan
belajar, kelas XI terdapat 3 rombongan belajar, dan kelas XII terdapat 3
rombongan belajar. Dan berikut adalah daftar jumlah peserta didik di SMK
AL-Hasra Bojongsari Depok.
Tabel 4.2
Daftar Jumlah Peserta Didik
Kelas
Jurusan
Wali Kelas
Jenis Kelamin
Laki-laki
X
PB
Sawitri Retno, S. Pd
6
JML
Perempuan
34
40
63
X
TKJ
Suratin, S. Pd
29
4
33
XI
PB
Arny Sulistiyowati, S.
9
28
37
Pd
XI
TKJ I
Rizal, S. Pd
20
3
23
XI
TKJ II
Hj. Juryati, S. Pd
20
3
23
XII
PB
Dra. Deswita
3
35
38
XII
TKJ I
Ismidarsyah, S. Pd
20
2
22
XII
TKJ II
Sri Hastuti, S. Pd
19
2
21
Tabel. 4.2 Daftar Jumlah Peserta Didik di SMK AL-Hasra.
Keterangan:
* PB
: Perbankan Syariah
* TKJ
: Teknik Komputer Jaringan
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sekolah merupakan suatu faktor yang
sangat mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Jika sarana dan
prasarana yang ada disekolah tidak mendukung, maka proses belajar
mengajar akan terhambat dan pengelolaan kelas pun akan sulit
dilaksanakan. Dan adapun sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5
Sarana dan Prasarana
No.
Ruang
Jumlah
1
Kelas
7
2
Guru
1
3
Tata Usaha
1
4
Kepala Sekolah
1
5
Kurikulum
1
64
6
Sapras Keuangan
1
7
Toilet Guru
2
8
Toilet Siswa
2
9
Kantin
1
10
Koperasi
1
11
Lapangan Badminton
1
12
Lapangan Upacara
1
13
Sport Center
1
14
Perpustakaan
1
15
Lab. Komputer
1
16
Lab. Bank Mini
1
17
Lab. Bahasa
1
18
Lab. TKJ
1
19
Lab. Unit Produksi
1
20
Lab. Kimia
1
21
Masjid
1
22
Uks
1
23
Gardu Jaga
1
24
Gudang
1
Jumlah
32
Tabel. 4.5 Sarana dan Prasarana di SMK AL-Hasra.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah penulis peroleh, hasil
penelitian ini meliputi implementasi manajemen konflik di SMK AL-HASRA
Bojongsari Depok. Dan hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Implementasi Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok
a. Perencanaan
65
Manajemen konflik dapat diartikan sebagai cara penyusunan atau
strategi dalam mengatasi sebuah konflik yang sedang terjadi dan
mengendalikan konflik tersebut untuk menghasilkan sebuah harapan yang
diinginkan bersama dalam organisasi. Dalam segi perencanaan dalam
mengelola konflik peran dari kepala sekolah akan sangat berpengaruh
dalam mengendalikan konflik yang terjadi dalam sekolah. Karena apabila
seorang kepala sekolah tidak mampu merencanakan konsep yang matang
dalam mengendalikan konflik yang terjadi dalam sekolah tentu sebuah
konflik yang terjadi dalam sekolah tidak akan terselesaikan dan hal
tersebut akan berdampak negatif untuk perkembangan sekolah.
Pentingnya perencanaan dalam mengendalikan konflik di sekolah,
menurut Sawitri Retno yang menyatakan bahwa “Manajemen konflik di
dalam sekolah berperan sangat penting dan harus direncanakan dengan
baik,
karena
manajemen
konflik
berperan
dalam
menyelesaikan
permasalahan yang terjadi di sekolah”.2
Sedangkan dalam perencanaanya menurut Abdul Hamid yang
menyatakan bahwa:
“... perencanaan di sekolah secara terprogram dalam pengelolaan
konflik tidak ada, namun yang dilakukan sebagai kepala sekolah
ialah dengan cara membangun komunikasi kepada bawahan dengan
baik dan mampu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan sifat
setiap individu, karena sifat setiap individu tentunya berbeda-beda di
sekolah. Selain itu ketika terjadi konflik, kepala sekolah akan
langsung memangil pihak yang terkait saja, misalnya ketika terjadi
konflik pada guru mata pelajaran, kepala sekolah akan memanggil
guru mata pelajaran yang bermasalah tersebut. Hal tersebut
dilakukan karena merupakan tanggung jawab sebagai kepala sekolah
yang menaungi mereka semua ...”3
Dari pemaparan yang telah disampaikan oleh Abul Hamid tersebut
terlihat bahwa dalam perencanaannya secara tertulis sekolah tidak ada,
2
Wawancara dengan Sawitri Retno, Guru dan juga Pembina OSIS di SMK AL-Hasra
Bojongsari Depok, (24 April 2014, pukul 09.45 WIB), di Ruang Guru SMK AL-Hasra Bojongsari
Depok.
3
Wawancara dengan Abdul Hamid, Kepala Sekolah di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok,
(23 April 2014, pukul 09.10 WIB), di Ruang Kepala Sekolah SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
66
namun sebagai kepala sekolah hanya melakukan melalui komunikasi dan
mempelajari karakter sifat setiap individu yang ada di sekolah. Dan ketika
terjadi konflik kepala sekolah akan memanggil pihak yang terkait untuk
diselesaikan agar tidak berlarut-larut. Dengan demikian, penanganan
terhadap konflik dilaksanakan menurut kasus yang timbul melalui
pengendalian kasus.
Dan dalam perencanaannya kepala sekolah tidak selalu melibatkan
seluruh para bawahannya hanya perwakilan dari para guru sesuai dari
spesifikasi dan pimpinan saja sekolah saja. Penjelasan tersebut sesuai
dengan yang dijelaskan oleh Abdul Hamid yang menjelaskan bahwa
“dalam penanganan konflik di sekolah kepala sekolah hanya melibatkan
orang perorang tergantung spesifikasi dari konflik yang sedang dihadapi”.4
Pendapat tersebut juga dijelaskan oleh Jamaruddin yang menyatakan
bahwa “dalam perencanaan penyelesaian konflik, kepala sekolah tidak
melibatkan seluruh guru dan staff di sekolah, kepala sekolah hanya
melibatkan orang-orang tertentu dalam sekolah saja tergantung dari
masalahnya”.5
Perencanaan
yang
dilakukan
oleh
kepala
sekolah
dalam
mengendalikan konflik disekolah adalah dengan mengadakan buku
pembinaan yang dikhususkan untuk para guru dan buku kasus untuk para
siswa. Hal tersebut untuk memperhatikan kemungkinan timbulnya kasus.
Pendapat tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Helmidar yang
menyatakan bahwa “dalam mengendalikan konflik di sekolah kepala
sekolah mengadakan buku pembinaan untuk para guru dan buku kasus
untuk para siswa yang mana setiap guru yang bermasalah ataupun siswa
yang bermasalah di data untuk diberi penanganan berjenjang”.6
4
Wawancara dengan, Abdul Hamid.
Wawancara dengan Jamaruddin, Guru di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (30 April
2014, pukul 11.05 WIB), di Ruang Guru SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
6
Wawancara dengan Helmidar, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMK AL-Hasra
Bojongsari Depok, (30 April, pukul 08.05 WIB), di Ruang Wakil Kepala Sekolah bidang
Kurikulum.
5
67
Dari penjelasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam perencanaan manajemen konflik di sekolah dapat terlihat
sudah terkonsep dengan baik. Hanya saja kepala sekolah tidak melibatkan
seluruh pihak dan hanya melibatkan pihak terkait yang sesuai dengan
spesifikasi konflik yang dihadapi saja. Dan untuk dapat mengontrol
konflik yang terjadi di sekolah, kepala sekolah mengadakan buku
pembinaan yang dikhususkan untuk para guru dan buku kasus untuk para
siswa. Hal tersebut dilakukan agar kepala sekolah dapat mendata guruguru dan siswa yang bermasalah untuk diberikan penanganan yang
berjenjang.
Sebagaimana teori yang ada mengenai perencanaan, dari hasil yang
didapat dalam penelitian ini terlihat sekolah telah menerapkan fungsi dari
perencanaan dalam mengendalikan konflik disekolah. Hanya saja sekolah
tidak memiliki perencanaan pengendalian konflik secara terprogram.
b. Pengorganisasian
Dalam pengorganisasiannyapun kepala sekolah tidak melibatkan
seluruh aspek yang ada di sekolah dan hanya melibatkan pihak-pihak
terkait saja tergantung pada tingkat masalah yang sedang di hadapi oleh
sekolah. Hal tersebut sebagaimana yang di jelaskan oleh Sawitri Retno
yang menyatakan bahwa:
“... dalam pengorganisasiannya ketika sebuah masalah dapat
diselesaikan pada tingkat pimpinan saja maka kepala sekolah tidak
melibatkan guru-guru, dan ketika masalah tersebut cukup berbahaya
dan butuh pendapat dari para guru, maka kepala sekolah akan
mengajak para guru untuk membantu dalam menyelesaikannya.
Karena permasalahan itu ada yang dapat ditangani oleh wali kelas
sendiri dan pimpinan sendiri atau semua pihak dilibatkan ...”7
Dari pemaparan yang telah disampaikan oleh Sawitri tersebut dapat
dikatakan bahwa dalam pengorganisasiannya tergantung pada masalah
yang terjadi di sekolah. Kepala sekolah hanya melibatkan pada tingkat
7
Wawancara dengan Sawitri Retno.
68
pimpinan saja untuk mengorganisasikannya ketika masalah tersebut dapat
diselesaikan pada tingkat pimpinan. Namun ketika masalah tersebut
membutuhkan
pendapat
para
guru,
kepala
sekolahpun
akan
mengorganisasikan para guru untuk membantu dalam menyelesaikannya.
Dalam pengorganisasiannya kepala sekolah sudah seharusnya dapat
berkomunikasi dengan baik kepada para bawahannya. Karena apabila ada
guru atau bawahannya yang bermasalah dengan cara mengajarnya, kepala
sekolah sebagai pimpinan harus dapat berkomunikasi dengan guru tersebut
untuk memberikan solusi dan motivasi agar guru tersebut memperbaiki
cara mengajarnya. Hal tersebut sebagaimana yang di kemukakan oleh
Suratin yang menyatakan bahwa “ketika ada guru yang sedang bermasalah
dengan pribadinya hingga hal tersebut berdampak pada mengajarnya,
untuk hal-hal yang bersifat pribadi kepala sekolah langsung berkomunikasi
dengan guru tersebut dan memotivasinya. Ini dilakukan agar guru tersebut
dapat memperbaiki cara mengajarnya”8
Dari pemaparan yang telah disampaikan oleh Suratin, terlihat
bahwa dalam mengorganisasikan bawahannya kepala sekolah selalu
memantau kinerja para guru. Dan ketika terdapat guru bermasalah, kepala
sekolah langsung berkomunikasi dengan guru tersebut dan memotivasinya
agar guru tersebut dapat termotivasi dan memperbaiki cara mengajarnya.
Dari sana dapat terlihat bahwa dalam mengorganisasikan bawahannya
kepala sekolah selalu memperhatikan setiap perilaku atau kinerja
bawahannya dan langsung mengambil sikap ketika terjadi masalah.
c. Penerapan
Begitupun dalam penerapan manajemen konflik di sekolah, agar
penerapan dapat berjalan dengan baik tentu butuh kerjasama yang baik
dari semua pihak, baik dari kepala sekolah, guru, staff dan semua aspek
yang terkait. Namun dalam penerapannya masih terdapat kekurangan yang
8
Wawancara dengan Suratin, Guru di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (24 April 2014,
pukul 10.20 WIB), di Ruang Guru SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
69
terjadi di sekolah seperti kepala sekolah kurang berkomunikasi dengan
baik dengan para guru. Seperti yang di jelaskan oleh Suratin yang
menyatakan
bahwa
“dalam
penerapannya
kepala
sekolah
hanya
melibatkan beberapa pihak saja dan kurang berkomunikasi dengan semua
pihak”.9 Selaras dengan yang di kemukakan oleh Suratin, dalam
penerapannya Ismidarsyah menyatakan bahwa “kepala sekolah dalam
beberapa hal kurang berkomunikasi dengan para guru dan kepala sekolah
hanya mengambil sikap sendiri”.10
Dari penjelasan yang di sampaikan oleh Suratin dan Ismidarsyah
tersebut terlihat bahwa dalam penerapan manajemen konflik di sekolah,
kepala sekolah tidak melibatkan semua pihak dan hanya melibatkan pihakpihak tertentu saja seperti pada tingkat pimpinan saja. Selain itu kepala
sekolahpun hanya mengambil sikap sendiri.
Hal tersebut dilakukan kepala sekolah dikarenakan terkadang
bawahannya tidak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh kepala
sekolah. Pendapat tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul
Hamid yang menyatakan bahwa “terkadang dalam penerapan manajemen
konflik kepala sekolah langsung mengambil sikap sendiri. Hal tersebut
dikarenakan bawahan terkadang tidak paham dengan apa yang
dimaksudkan oleh kepala sekolah”.11
Dari uraian yang telah dijelaskan tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa dalam penerapan manajemen konflik dan kebijakan lain di sekolah
para guru beranggapan bahwa kepala sekolah kurang berkomunikasi
dengan para guru atau bawahannya. Namun menurut menurut kepala
sekolah sendiri hal tersebut dilakukan karena terkadang para bawahannya
tidak mengerti dengan apa yang dimaksud atau yang diinginkan oleh
kepala sekolah. Oleh karena itu terkadang kepala sekolah mengambil sikap
sendiri tanpa berkomunikasi terlebih dahulu.
9
Wawan cara dengan Suratin.
Wawan cara dengan Ismidarsyah, Guru di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, (30 April
2014, pukul 09.15 WIB), di Ruang Guru SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
11
Wawancara dengan Abdul Hamid.
10
70
Di SMK Al-Hasra tidak memiliki guru Bimbingan Konseling (BK),
peran BK di sekolah digantikan oleh wali kelas dan pembina OSIS. Seperti
yang dikemukakan oleh Suratin yang menyatakan bahwa “sekolah tidak
memilik guru BK dan peran BK tersebut digantikan oleh wali kelas dan
pembina OSIS dan ketika permasalah sudah klimaks permasalahan
tersebut akan disampaikan kepada pimpinan”.12 Pendapat tersebut selaras
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Helmidar yang menyatakan
bahwa “disekolah belum memiliki guru BK, dan peran BK dirangkap oleh
wali kelas, pembina OSIS, wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan
Kepala Sekolah”.13
Dari pendapat yang dikemukakan oleh Suratin dan Helmidar
tersebut terlihat bahwa sekolah tidak memiliki guru BK sendiri. Dan dalam
penerapannya, peran dari BK di sekolah dirangkap oleh wali kelas,
pembina OSIS, wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan kepala
sekolah.
Seharusnya untuk membantu sekolah dalam memperbaiki akhlaq
siswa agar lebih taat terhadap para guru, sekolah mengadakan kegiatankegiatan yang dapat memperdalam akhlaq siswa tersebut. Menurut kepala
sekolah yang menyatakan bahwa “dalam memperbaiki akhlaq siswa selain
dengan mengadakan pengajian bulanan, sekolah juga mengadakan
kegiatan BTQ (Baca Tulis Qur’an). Namun kegiatan tersebut dilakukan
hanya ketika terdapat jam pelajaran kosong saja”.14
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan BTQ
dapat dikatakan kurang berjalan efektif, karena kegiatan tersebut dilakukan
hanya ketika terdapat jam pelajaran kosong saja.
Sebagaimana teori yang ada mengenai penerapan, dari hasil yang
didapat dalam penelitian ini terlihat kepala sekolah dalam menerapkan
12
Wawan cara dengan Suratin.
Wawawncara dengan Helmidar.
14
Wawancara dengan Abdul Hamid.
13
71
fungsi
dari
penerapan
pengendalian
konflik
disekolah
kurang
berkomunikasi dengan para bawahannya. Seharusnya sebagaimana teori
yang ada mengenai penerapan, selain kepala sekolah memberikan arahan
kepada bawahannya untuk bergerak sesuai dengan perencanaan yang ada,
seharusnya kepala sekolah juga dapat berkomunikasi dan berkoordinasi
dengan baik dengan para bawahannya agar pekerjaan dapat sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.
d. Pengawasan
Dalam penerapan manajemen konflik disekolah, agar semua
berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan agar keadaan di
dalam
sekolah
menjadi
terkendali,
selain
adanya
perencanaan,
pengorganisasian, penerapan, juga dibutuhkan pengawasan. Hal tersebut
dilakukan oleh kepala sekolah, kepala sekolah mengawasi keadaan di
sekolah baik itu kinerja para bawahannya ataupun keadaan siswanya.
Dalam melakukan pengawasan dalam manajemen konflik di
sekolah, kepala sekolah bekerja sama dengan beberapa aspek seperti
dengan pembina OSIS, dan juga pihak keamanan sekolah. Pendapat
tersebut sebagaimana
yang dijelaskan oleh Abdul Hamid yang
menjelaskna bahwa “dalam pengawasan yang dilakukan, kepala sekolah
melibatkan pembina OSIS, dan pihak keamanan sekolah untuk membantu
kepala sekolah mengawasi dan memberi informasi ketika terjadi
konflik”.15
Selain itu pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
mengawasi siswa dan bawahannya adalah dengan cara mengontrol ke
dalam kelas untuk memperhatikan keadaan siswa dan guru. pendapat
tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Jamaruddin yang menyatakan
bahwa “pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan
datang ke kelas untuk mengontrol kegiatan pembelajaran guru dan siswa
hal tersebut untuk mengetahui bagaimana keharmonisan yang terjalin
15
Wawancara dengan Abdul Hamid.
72
antara siswa dan guru”.16 selaras dengan yang di jelaskan oleh Jamaruddin,
menurut Suratin yang menjelaskan:
“... pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan
sering mengontrol ke dalam kelas dan memperhatikan
perkembangan siswa baik di dalam ataupun di luar kelas. Kemudian
kepala sekolah pun juga berkomunikasi dengan orang tua siswa
untuk membantu mengawasi para siswa dan memberikan arahan. Hal
tersebut dilakukan dalam mengantisipasi terjadinya konflik... ”.17
Menurut Helmidar, “dalam mengawasi para guru dan bawahannya,
selain dengan berkomunikasi kepala sekolah juga menggunakan lembar
kontrol dan buku pembinaan, yang mana hal tersebut digunakan untuk
memantau para bawahannya yang bermasalah untuk diberikan arahan dan
diberi penangan yang berjenjang”.18
Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat penulis
simpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah
dengan cara datang ke kelas untuk memantau kegiatan pembelajaran
antara siswa dan guru. hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
keharmonisan yang terjalin antara siswa dan guru. selain itu pengawasan
yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan berkomunikasi dengan
orang tua siswa untuk membantu mengawasi para siswa dalam mencegah
terjadinya konflik. Kepala sekolah dalam pengawasannya dibantu oleh
guru BK (Bimbingan Konseling) dan pihak keamanan sekolah. Dan dalam
mengawasi guru di sekolah, selain dengan cara berkomunikasi, kepala
sekolah juga menggunakan lembar kontrol dan buku pembinaan yang
digunakan untuk guru yang bermasalah untuk diberikan arahan dan
diberikan penanganan berjenjang.
Dari teori yang ada mengenai pengawasan dalam manajemen
konflik, terlihat bahwa kepala sekolah telah menerapkan pengawasan
tersebut sesuai dengan teori yang ada. Seperti halnya kepala sekolah selalu
16
Wawancara dengan Jamaruddin.
Wawancara dengan Suratin.
18
Wawancara dengan Helmidar.
17
73
memantau dengan datang ke kelas untuk memantau kegiatan pembelajaran
dan keharmonisan antara siswa dan guru.
e. Jenis Konflik
Jenis konflik yang terjadi dalam sebuah sekolah tentunya beraneka
ragam contohnya seperti konflik antar pelajar, dan masih banyak lagi jenis
konflik yang terjadi. Dan jenis konflik yang terjadi di dalam SMK ALHasra dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Konflik siswa dengan siswa
Menurut Muhammad Khoirul Falah yang menyatakan bahwa
“masalah di sekolah yang paling sering melibatkan siswa adalah
seperti perkelahian antar siswa, palak memalak yang dilakukan oleh
senior kepada adik kelasnya”.19
2) Konflik guru dengan siswa
Menurut Dwilingga Hesya Ramadhanty mengenai jenis konflik yang
biasa terjadi di sekolah ia menyatakan bahwa “permasalahan yang
terjadi biasanya adalah perkelahian antara siswa dengan guru yang
mana siswa menggerutu mengenai guru tersebut yang cara
mengajarnya tidak mengasikkan”.20
3) Konflik guru dengan kepala sekolah
Menurut Jammaruddi “konflik yang terjadi antara guru dan kepala
sekolah adalah lebih kepada tidak sepahaman guru terhadap kepala
sekolah.21
Sesuai dengan teori yang ada, jenis konflik yang terjadi tentunya
beraneka ragam, salah satunya ialah konflik interpersonal. Dan dari uraian
asil penelitian yang didapat tersebut terlihat jelas bahwa konflik yang
terjadi adalah lebih kepada konflik antar individu di sekolah seperti
19
Wawancara dengan Muhammad Khoirul Falah, Siswa di SMK AL-Hasra Bojongsari
Depok, (06 Mei 2014, pukul 10.25 WIB), di Ruang OSIS SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
20
Wawancara dengan Dwilingga Hesya Ramadhanty, Siswi di SMK AL-Hasra Bojongsari
Depok, (06 Mei 2014, pukul 09.20 WIB), di Ruang OSIS SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
21
Wawancara dengan jamaruddin
74
perkelahian antar siswa dan siswa dengan guru. Seharusnya pihak sekolah
terlebih guru lebih memberikan perhatian dan pengawasan kepada
siswanya agar hal tersebut dapat terkendali hingga tidak berkepanjangan.
Dan kepala sekolah sebagai pemimpin seharusnyapun lebih dapat
memberikan tindakan tegas namun mendidik kepada para pihak yang
terlibat konflik tersebut.
f. Penyebab Konflik
Terjadinya sebuah konflik dalam organisasi tentu ada penyebabnya
seperti perbedaan pendapat, perbedaan latar belakang dan sebagainya yang
yang mungkin akan menyebabkan terjadinya sebuah konflik. Begitupun
konflik yang terjadi di dalam SMK AL-Hasra tentu terdapat penyebab
yang melatar belakangi konflik itu terjadi. Dan penyebab konflik yang
terjadi di dalam SMK AL-Hasra dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1) Penyebab konflik antara siswa dengan siswa
Penyebab konflik antara siswa dengan siswa lebih kepada faktor
senioritas, seperti kaka kelas yang melakukan pemalakan kepada adik
kelasnya yang baru.
2) Penyebab konflik guru dengan siswa
Abdul hamid menjelaskan bahwa konflik yang terjadi antara guru dan
siswa lebih kepada kurangnya kemampuan mengajar guru dan siswa
merasa tidak puas dengan cara mengajar guru tersebut. Siswapun
bercerita kepada guru lain mengenai ketidakpuasan mereka kepada
salah seorang guru di sekolah.22
3) Penyebab konflik guru dengan kepala sekolah
Menurut Abdul Hamid yang menjelaskan bahwa:
“... konflik yang terjadi antara guru dan kepala sekolah
disebabakan karena guru merasa tidak adil dengan kebijakan yang
dilakukan oleh kepala sekolah sedangkan para guru tidak paham
dengan kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah tersebut.
22
Wawancara dengan Abdul Hamid
75
Misalnya kebijakan mengenai nominal yang diberikan kepada guru,
Padahal sekolah memberikan sesuatu kepada guru berdasarkan dari
kinerja dari guru tersebut.23
Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa konflik yang terjadi antara
kepala sekolah dengan guru lebih kepada ketidak pahaman guru terhadap
kebijakan yang dilakukan oleh kepala sekolah hingga guru merasa tidak
adil kebijakan tersebut. Misalnya adalah kebijakan mengenai nominal
insentif yang di dapatkan oleh guru berdasarkan kinerja. Seharusnya
kepala sekolah mengkomunikasikan kepada para guru mengenai kebijakan
yang diberikan berdasarkan kinerja guru dengan harapan guru mengerti
dan menyadarinya.
Baiknya kepala sekolah dapat berkomunikasi dengan baik kepada
para guru dan bawahannya agar tidak terdapat permasalahan yang timbul
karena kurangnya komunikasi kepala sekolah dengan bawahan. Hal
tersebut selaras dengan yang dijelaskan oleh Helmidar yang menyatakan
bahwa “kepala sekolah kurang berkomunikasi dengan bawahannya pada
hal tertentu hingga beberapa kegiatan menjadi bermasalah”.24 Dan hal
tersebut juga dijelaskan oleh Salsya Billa Rachmadanti yang menjelaskan
bahwa “keharmonisan yang terjalin antara siswa dan kepala sekolah
berjalan kurang harmonis. Hal tersebut disebabkan karena kepala sekolah
kurang berkomunikasi dan berinteraksi dengan para siswa.25
g. Penanganan Konflik
Konflik yang terjadi tentunya harus segera ditangani agar konflik
tersebut tidak berlarut-larut dan mungkin akan berdampak buruk terhadap
perkembangan suatu organisasi. Banyak cara dalam menangani konflik,
bisa dengan cara berkomunikasi, mediasi dan masih banyak lagi cara
dalam menangani konflik yang terjadi. Begitupun cara yang dilakukan
23
Wawancara dengan Abdul Hamid.
Wawancara dengan Helmidar.
25
Wawancara dengan Salsya Billa Rachmadanti, Siswi di SMK AL-Hasra Bojongsari
Depok, (06 Mei 2014, pukul 11.05 WIB), di Ruang OSIS SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
24
76
oleh SMK AL-Hasra. Dalam menangani terjadinya konflik di sekolah
penanganan yang diberikan dapaat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1) Penangan konflik antara siswa dengan siswa
Cara penanganan yang dilakukan ketika terjadi konflik antar siswa
ialah dengan cara pemanggilan siswa yang bermasalah oleh wali kelas
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dan ketika wali kelas
tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, wali kelas
menyerahkah permasalahan tersebut kepada kepala sekolah untuk
membantu mencari solusi.
2) Penanganan konflik antara guru dengan siswa
Dalam menangani konflik yang sedang terjadi antara guru dengan
siswa, Sawitri Retno menjelaskan bahwa:
“... penangan yang dilakukan dalam mengatasi konflik disekolah
(konflik yang terjadi antara guru dan siswa) terbagi menjadi
beberapa tahapan:
1) Konflik diselesaikan terlebih dahulu antara guru dengan siswa.
2) Ketika konflik siswa tidak terselesaikan oleh guru disampaikan
pada wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
3) Ketika konflik pada tingkat wakil kepala sekolah bidang
kurikulum tidak terselesaikan konflik tersebut disampaikan
kepada kepala sekolah.
4) Dan ketika konflik tersebut tidak terselesaikan pada tingkat
kepala sekolah, diadakan rapat bersama untuk menyelesaikan
konflik tersebut... ”.26
Dari pendapat yang telah diuraikan oleh Sawitri Retno tersebut
terlihat bahwa dalam penyelesaian konflik yang terjadi di sekolah
terdapat tahapan yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan konflik.
Mulai dari masalah tersebut diselesaikan oleh guru sendiri, ketika
tidak dapat terselesaikan masalah tersebut disampaikan oleh guru
kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk membantu
dalam menyelesaikan konflik yang terjadi tersebut, dan ketika wakil
kepala sekolah bidang kurikulum tidak dapat menyelesaikannya
26
Wawancara dengan Sawitri Retno.
77
kemudian masalah tersebut disampaikan kepada kepala sekolah. Dan
ketika kepala sekolah pun tidak dapat menyelesaikan konflik tersebut,
kemudian diadakan rapat bersama untuk bersama-sama mencari solusi
yang tepat untuk menyelesaikan konflik yang sedang terjadi tersebut.
3) Penanganan konflik antara guru dengan kepala sekolah
Konflik disekolah tentunya tidak hanya terjadi antara guru dan siswa,
akan tetapi konflikpun dapat terjadi pula pada guru dan kepala
sekolah. Dan ketika konflik tersebut terjadi antara guru dengan kepala
sekolah yang membantu menangani hal tersebut ialah pihak yayasan.
Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Hamid yang
menyatakan bahwa ketika terjadi permasalahan antara kepala sekolah
dan guru, kepala sekolah memanggil guru yang sedang bermasalah
tersebut kemudian berkomunikasi langsung untuk sama-sama mencari
solusi.27 Selaras dengan pendapat Abdul Hamid, menurut Suratin
Ketika konflik tersebut terjadi antara guru dan kepala sekolah ialah
“kepala sekolah biasanya memanggil guru tersebut dan berkomunikasi
dengan guru yang bersangkutan secara pribadi”.28
Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat penulis
simpulkan bahwa dalam penanganan konflik yang terjadi di sekolah baik
konflik yang terjadi antara guru dengan guru ataupun guru dengan kepala
sekolah dilakukan dengan cara berkomunikasi secara pribadi kepada pihak
yang bersangkutan dan mencari solusi bersama terhadap permasalahan
yang sedang dihadapi dan untuk permasalahan yang terjadi antara guru dan
kepala sekolah, ketika permasalahan tersebut tidak mampu diselesaikan
oleh kedua belah pihak, permasalahan tersebut dilaporkan kepada pihak
yayasan untuk membantu mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi.
27
28
Wawancara dengan Abdul Hamid
Wawancara dengan Suratin.
78
h. Pengaruh Konflik
Konflik yang terjadi
di dalam organisasi
tentunya akan
mempengaruhi perkembangan organisasi, entah pengaruh kearah yang
positif
ataupun
kearah
yang
akan
berdampak
buruk
terhadap
perkembangan organisasi tersebut. Karena ketika konflik terjadi tentu akan
mempengaruhi kinerja para anggota dalam organisasi tersebut. Di dalam
SMK AL-Hasra sendiri pegaruh yang ditimbulkan akibat terjadinya
konflik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Pengaruh konflik pada siswa
Menurut Sastria Putra Laksmana yang menyatakan bahwa “akibat
adanya masalah dengan guru disekolah membuat siswa jadi malas dan
bosan mengikuti pelajaran guru tersebut”.29
2) Pengaruh konflik pada guru
Menurut Ade Kurniawati Ramadhan, akibat konflik antara guru dan
siswa membuat guru jadi malas mengajar apabila guru tersebut telah
kesal terhadap muridnya.30 Selain pengaruh negatif yang terjadi,
konflikpun menghasilkan pengaruh positif kepada guru, hal tersebut
sebagaimana menurut Ismidarsyah yang menyatakan bahwa “konflik
yang terjadi antara guru membuat guru meningkatkan kinerja dalam
mengajar”.31
3) Pengaruh konflik pada kepala sekolah
Pengaruh konflik yang terjadi pada kepala sekolah, membuat kepala
sekolah dalam beberapa hal mengambil sikap sendiri, hal tersebut
sebagaimana dijelaskan oleh Ismidarsyah yang menyatakan bahwa
“kepala sekolah dalam beberapa hal kurang berkomunikasi dengan
para guru dan kepala sekolah hanya mengambil sikap sendiri”.32
29
Wawancara dengan Sastria Putra Laksmana, Siswa di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok,
(06 Mei 2014, pukul 11.27 WIB), di Ruang OSIS SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
30
Wawancara dengan Ade Kurniawati Ramadhan, Siswa di SMK AL-Hasra Bojongsari
Depok, (06 Mei 2014, pukul 09.00 WIB), di Ruang OSIS SMK AL-Hasra Bojongsari Depok.
31
Wawancara dengan Ismidarsyah.
32
Wawancara dengan Ismidarsyah.
79
Sebagaimana teori yang ada mengenai pengaruh konflik, terlihat
bahwa hasil penelitian yang didapat mengenai pengaruh konflik yang
terjadi di sekolahpun terbagi menjadi pengaruh positif dan pengaruh
negatif. pengaruh positif yang terjadi pada guru membuat para guru lebih
meningkatkan kinerja dan cara mengajar menjadi lebih baik, dan pengaruh
positif yang terjadi pada siswa membuat siswa lebih meningkatkan prestasi
belajarnya. Sedangkan pengaruh negatif yang terjadi membuat siswa
menjadi malas untuk belajar. Begitupun dengan guru, membuat guru malas
mengajar ketika merasa sangat kesal kepada siswanya.
Seharusnya dari konflik yang pernah terjadi antar individu di
sekolah menjadikan proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan dan
menjaga keharmonisan yang terjalin disekolah. Dan kepala sekolahpun
agar lebih bekomunikasi kepada para bawahan dan para siswanya agar
antar individu di sekolah dapat saling membantu untuk mencegah
terjadinya konflik di sekolah.
Terdapatnya manajemen konflik di sekolah tentunya akan sangat
berpengaruh dalam penanganan konflik yang terjadi di sekolah. Dan dalam
penerapan manajemen konflik di sekolah. Kepala sekolah tidak dapat
bekerja sendiri dalam penerapannya, akan tetapi butuh kerjasama dari
semua aspek yang terkait di dalam sekolah seperti guru, tenaga
kependidikan, siswa. Selain itu dukungan dari pihak luar seperti pihak
kepolisisan setempat, peran oraang tua, partisipasi masyarakat juga sangat
membantu dalam mengatasi terjadinya konflik di sekolah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil data yang penulis telah sajikan pada bab IV,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Implementasi manajemen konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah
SMK AL-Hasra Bojongsari Depok sudah berjalan cukup baik dalam
faktor penyelesaian konflik yang terjadi di sekolah. Hanya saja kepala
sekolah kurang dalam berkomunikasi, baik dengan bawahannya maupun
dengan
para
siswanya.
Kepala
sekolah
berkomunikasi
dengan
bawahannya hanya disaat tertentu saja bahkan terkadang mengambil
tindakan sendiri.
2.
Cara kepala sekolah mengoptimalkan manajemen konflik di sekolah
ialah dengan berusaha membangun komunikasi dengan baik dan
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan sifat setiap individu, karena
sifat setiap individu tentunya berbeda-beda di sekolah. Selain itu cara
yang dilakukan oleh kepala sekolah ialah dengan mengadakan buku
pembinaan yang dikhususkan untuk para guru dan buku kasus untuk para
siswa. Hal tersebut untuk memperhatikan kemungkinan timbulnya kasus.
Ketika terjadi konflik, kepala sekolah akan langsung memangil pihak
yang terkait.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka tidak
berlebihan jika penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
4. Seharusnya kepala sekolah dapat berkomunikasi dengan bawahannya dan
juga dengan para murid.
5. Sekolah membuat program dalam menangani konflik yang terjadi di
sekolah secara tertulis.
80
81
6.
Dalam penyelesaian konflik di sekolah, seharusnya kepala sekolah berdiskusi
juga dengan para bawahannya untuk sama-sama mencari jalan keluar.
7.
Untuk para guru agar dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendidik, dan tidak membawa permasalahan yang sedang dihadapi ke
dalam kelas.
8.
Sekolah seharusnya memiliki guru BK sendiri. Hal tersebut dilakukan agar
guru yang merangkap sebagai guru BK dapat lebih fokus terhadap tugas dan
kewajibannya.
9.
Sekolah lebih memaksimalkan program BTQ (Baca Tulis Qur’an). Hal
tersebut agar dapat membantu memperbaiki akhlaq siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Budiamin, Amin dan Setiawati, Bimbingan Konseling¸ Jakarta: Departemen Agama
Republik Indonesia, 2009.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, Jakarta: PT Rajawali Pers,
2010.
Hani Handoko, T. Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE, 1998.
I. Chandra, Robby. Konflik dalam hidup sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius. 1992.
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 1991.
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: CV. Aisyiah, 1971.
Kutha Ratna, Nyoman. Teori, metode, dan Teknik penelitian sastra, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2007.
Malo, Manasse dan Sri Trisnoningtias. Metode Penelitian Masyarakat, tt.p. t.p., tt.
Manullang, M. Dasar-Dasar Manajemen, Medan: Ghalia Indonesia, 1990.
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
Pickering, Peg. How to manaje conflict (Kiat menangani konflik). Jakarta:
Airlangga, 2001.
Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2004.
R. Terry, George., & Leslie, W. Rue. Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Bumi
Aksara, 1992.
Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), Jakarta:
Prenhallindo, 1996.
Soetopo, Hendayat. Perilaku Organisasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sujak, Abi. Kepemimpinan Manajer. Jakarta: Rajawali, 1990.
Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
Winardi. Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan), Bandung:
Mandar Maju, 1994.
Winardi. Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Kencana, 2007.
Winardi. Motivasi & pemotivasian dalam manajemen, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2002.
Wirawan. Konflik dan manajemen konflik, Jakarta: Salemba Humanika, 2009.
Data-data SMK AL-Hasra Bojongsari Depok, Tahun 2013-2014.
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
: Irfan Ardian
NIM
: 1110018200040
Program Studi
: Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi
: Implementasi Manajemen Konflik di SMK AL-Hasra Bojongsari Depok
Pembimbing
: Mashyuri, AM. M, Pd.
No.
Buku Sumber
Halaman
Referensi
Halaman
Skripsi
433
1
VII
2
BAB I
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: CV. Aisyiah,
1.
1971).
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990).
2.
Paraf
Pembimbing
Winardi, Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta: PT
3.
Rajagrafindo Persada, 2001).
165
3
415
3
1
7
11
7
8
7
10
7
346
8
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: CV. Aisyiah,
4.
1971).
BAB II
George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta:
6.
7.
8.
9.
Bumi Aksara, 1992).
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
10.
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
11.
21
9
22
10
23
11
38-39
11
27
12
24
12
24
12
119
13
25
13
25
13
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
12.
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
13.
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Medan: Ghalia Indonesia, 1990)
14.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
15.
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
16.
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
17.
18.
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Medan: Ghalia Indonesia, 1990),
Cet. 13.
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
19.
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
20.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2
19.
27
13
26
14
21.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 3.
100
15
22.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 3.
107
15
23.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 3.
111
16
115
17
115
17
118
17
118
17
120
18
120
18
130
19
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), Cet. 13.
20.
24.
25.
26.
27.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 3.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 3.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 3.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 3.
29.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 3.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 3.
30.
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2.
28.
31.
Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan Konseling¸ (Jakarta: Departemen
Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1.
5
19
32.
Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan Konseling¸ (Jakarta: Departemen
Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1.
9
20
33.
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2.
197
20
34.
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2.
202
21
35.
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2.
209
21
36.
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet. 2.
215
21
37.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009),
4
21
38.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
5
22
1
22
15
22
Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1.
39.
40.
Robby I. Chandra, Konflik dalam hidup sehari-hari, (yogyakarta: Kanisius,
1992).
41.
Robby I. Chandra, Konflik dalam hidup sehari-hari, (yogyakarta: Kanisius,
1992).
15-16
22
42.
Peg Pickering, How to manage conflict, (Kiat menangani konflik), (Jakarta:
Airlangga, 2001 ).
1
22
43.
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), ( Jakarta:
Prenhallindo, 1996), Cet. 2.
125
23
44.
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), ( Jakarta:
Prenhallindo, 1996), Cet. 2.
125
23
45.
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), ( Jakarta:
Prenhallindo, 1996), Cet. 2.
125
23
46.
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Edisi Bahasa Indonesia), ( Jakarta:
Prenhallindo, 1996), Cet. 2.
125
24
47.
Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2010), Cet. 1.
272
24
48.
Udae Pareek, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo,
1996), cet. 3.
179
26
49.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
55
26
8
26
Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1.
50.
51.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
55
26
392
27
167
27
392
27
55.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
55
27
56.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
55
27
57.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
55
28
58.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
56
29
11
29
439
29
274
30
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
52.
53.
Winardi, Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. 2.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
54.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
59.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
60.
61.
Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2010), Cet. 1.
62.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
62
30
63.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
62
30
64.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
59
30
65.
Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2010), Cet. 1.
274
31
152
31
61
31
386
32
386
33
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1.
66.
67.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
68.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
69.
70.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
106
33
71.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
106
33
389
36
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
72.
73.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
107
34
74.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
107
34
389
34
109
35
390
35
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
75.
76.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
77.
78.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
108
35
79.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
108
36
80.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
108
36
390
36
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
81.
82.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
111
36
83.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
111
37
84.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
129
37
150
37
86.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
132
39
87.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
132
39
88.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
132
40
89.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
133
40
90.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
134
41
166-168
41
18
41
168
41
139
42
169
42
85.
91.
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1.
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1.
Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1.
92.
93.
94.
95.
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1.
96.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
138
42
170
42
138
42
170
43
19
43
419
43
419
43
453
43
452
44
86
44
106.
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), Cet. 11.
140
48
107.
Nyoman Kutha Ratna, Teori, metode, dan Teknik penelitian sastra,
(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 3.
46
48
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, (Jakarta: Salemba Humanika,
2009).
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet. 1.
Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2.
Winardi, Manajemen Konflik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1.
BAB III
108.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. 28.
4
49
109
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011).
42
49
110.
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011).
42
51
111.
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011).
51
52
112.
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), Cet. 11.
152
52
113.
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), Cet. 11.
164
54
114.
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), Cet. 11.
164
54
115.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT
Rajawali Pers, 2010), Cet. 1.
78
55
116.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV ALFABETA,
1998).
96
55
117.
Manasse Malo dan Sri Trisnoningtias, Metode Penelitian Masyarakat, (tt.p.
t.p., tt).
73
55
118.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT
79
55
Rajawali Pers, 2010), Cet. 1.
119.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT
Rajawali Pers, 2010), Cet. 1.
79
55
119.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT
Rajawali Pers, 2010), Cet. 1.
80
56
120.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT
Rajawali Pers, 2010), Cet. 1.
80
56
121.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA, (Jakarta: PT
Rajawali Pers, 2010), Cet. 1.
81
56
Jakarta, 26 Juni 2014
Pembimbing Skripsi
Masyhuri, AM. M. Pd
NIP. 19500518 198703 1002
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Wawancara
1. Interviewer
: Irfan Ardian
2. Interviewee
: Abdul Hamid, S.Ag
a. Pertanyaan
:
Bagaimana
perencanaan
(Kepala Sekolah)
kepala
sekolah
dalam
pengelolaan konflik disekolah?
Jawaban
: Perencanaan di sekolah secara terprogram dalam
pengelolaan konflik tidak ada, namun yang dilakukan sebagai kepala
sekolah ialah dengan cara membangun komunikasi kepada bawahan
dengan baik dan mampu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan sifat
setiap individu, karena sifat setiap individu tentunya berbeda-beda di
sekolah.
b. Pertanyaan
: Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan pengendalian
konflik di sekolah?
Jawaban
: Dalam penanganan konflik di sekolah kepala sekolah
hanya melibatkan orang perorang tergantung spesifikasi dari konflik
yang sedang dihadapi
c. Pertanyaan
: Bagaimana proses perencaan pengendalian konflik
berjalan?
Jawaban
: Dalam penerapan terkadang kepala sekolah langsung
mengambil sikap sendiri. Hal tersebut dikarenakan bawahan terkadang
tidak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh kepala sekolah.
Depok , 23 April 2014
Kepala SMK AL-Hasra Bojongsari Depok
Abdul Hamid, S.Ag.
1. Interviewer
: Irfan Ardian
2. Interviewee
: Dra. Helmidar (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum)
a. Pertanyaan
: Apa hasil dari perencanaan pengendalian konflik yang
telah ada atau dibuat di sekolah?
Jawaban
: Dalam mengendalikan konflik di sekolah mengadakan
buku pembinaan untuk para guru dan buku kasus untuk para siswa yang
mana setiap guru yang bermasalah ataupun siswa yang bermasalah di data
untuk diberi penanganan berjenjang.
b. Pertanyaan
: Bentuk pengawasan seperti apa yang ibu lakukan untuk
membantu kepala sekolah dalam mencegah terjadinya konflik?
Jawaban
: Membantu dalam mengawasi para guru dan siwa, dengan
dan menangani guru dan siswa yang bermasalah dengan menggunakan
lembar kontrol dan buku pembinaan, yang mana hal tersebut digunakan
untuk memantau para bawahannya yang bermasalah untuk diberikan
arahan dan diberi penangan yang berjenjang
Depok, 30 April 2014
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Dra. Helmidar.
1. Interviewer
: Irfan Ardian
2. Interviewee
: Suratin S.Pd.
a. Pertanyaan
(Guru)
: Apa bentuk partisipasi ibu sebagai guru dalam membantu
mengatasi terjadinya konflik di sekolah?
Jawaban
: Membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang
sedang dihadapi sekolah dan terutama permasalahan pada siswa, serta
memberi masukan dalam forum.
b. Pertanyaan
: Kesulitan seperti apa yang didapat para guru dalam
mengatasi konflik yang terjadi di sekolah?
Jawaban
: Kesulitan yang terjadi ketika permasalahan pada siswa
kesulitannya pada kerjasama dengan orang tua siswa dan kedekatan
emosional. Sedangkan kesulitan yang terjadi ketika permasalahan pada
guru kesulitannya karena sama-sama satu profesi dan memiliki karakter
yang beraneka ragam.
c. Pertanyaan
: Adakah kerjasama yang dilakukan oleh guru dengan pihak
lain dalam mencegah terjadinya konflik disekolah?
Jawaban
: Guru bekerjasama dengan wali murid, wali kelas, pembina
OSIS, dan para guru.
Depok, 24 April 2014
Guru
Suratin, S.Pd.
1. Interviewer
: Irfan Ardian
2. Interviewee
: Sastria Putra Laksamana
a. Pertanyaan
(Ketua Osis)
: Bagaimana keharmonisan yang terjalin antara siswa
dengan guru atau siswa dengan kepala sekolah?
Jawaban
: Keharmonisan yang terjadi antara guru dan siswa terjalin
dengan baik, karena guru di SMK AL-Hasra dapat mengerti keinginan
para siswa dan dalam proses pembelajaran menyelinginya dengan
candaan. Sedangkan keharmonisan yang terjalin dengan kepala sekolah
kurang harmonis, karena kepala sekolah kurang berkomunikasi dengan
para siswa dan terkadang kepala sekolah sulit untuk ditemui.
b. Pertanyaan
: Sikap seperti apa yang biasanya ditunjukan oleh siswa
kepada guru atau sekolah ketika terjadi konflik antar guru dan siswa?
Jawaban
:
Sikap yang biasanya saya tunjukan biasanya adalah
dengan cara menghadapinya, namun untuk siswa lain menghadapinya
dengan membolos, dan malas mengikuti pelajaran ketika sedang
bermasalah dengan guru.
Depok, 06 Mei 2014
Ketua Osis SMK AL-Hasra
Lampiran 2
Visi dan Misi Program Perbankan Syariah
VISI
Terwujudnya tamatan keahlian Perbankan Syariah yang kompeten, mandiri,
berkepribadian islami, mampu bersaing baik dalam pasar kerja, maupun masuk
ke perguruan tinggi.
INDIKATOR VISI
Tamatan keahlian Perbankan Syariah yang kompeten :
1.
Memiliki keterampilan dalam bidang Perbankan Syariah.
2.
Memiliki wawasan pengetahuan dan teknologi dalam bidang Perbankan
Syariah.
3.
Memilik kemampuan mengkomunikasikan keterampilan baik secara lisan,
tulisan, maupun unjuk kerja dalam bidang keahlian Perbankan Syariah.
4.
Memiliki pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahlian Perbanakan
Syariah.
5.
Memiliki sertifikat kompetensi dari lembaga sertifikasi kompetensi
keahlian Perbankan Syariah.
MISI
1.
Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran untuk menanamkan nilainilai aqidah Islam, ketaan menjalankan ibadah, berakhlaqul kharimah
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
2.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan mata pelajaran kejuruan (teori
dan praktek) yang diakui oleh lembaga sertifikasi kejuruan.
3.
Mengembangkan sikap dan jiwa enterpreneurship pada peserta didik.
4.
Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran bahasa asing serta
penguasan teknologi.
5.
Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran mata pelajaran science.
6.
Melaksanakan science.
7.
Melaksanakan
kegiatan
ekstrakulikuler
untuk
mengembangkan minat, bakat dan potensi peserta didik.
menggali
dan
Lampiran 3
Visi dan Misi Program Teknik Komputer Jaringan
VISI
Terwujudnya tamatan keahlian TKJ yang kompeten, mandiri, berkepribadian
islami, mampu bersaing dalam pasar kerja, maupun masuk ke perguruan tinggi.
MISI
Tamatan keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan yang kompeten :
1.
Memiliki keahlian dalam bidang Tehnik Komputer dan Jaringan
2.
Memiliki wawasan dan teknologi dalam bidang keahlian Tehnik Komputer
dan Jaringan
3.
Memiliki kemampuan mengkomunikasikan keterampilan bai secara lisan,
tulisan maupun unjuk kerja dalam keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan
4.
Memiliki Pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahlian Tehnik Komputer
dan Jaringan
5.
Memiliki Sertifikat kompetensi dari lembaga sertifikasi Kompetensi Keahlian
Tehnik Komputer dan Jaringan
Lampiran 8
Biodata Penulis
Irfan Ardian. Lahir pada hari Minggu, 14 Juni 1992 di Tangerang, Banten.
Pendidikan formalnya ditempuh di SDN Pamulang IV Tangerang, tahun 19982004, MTs Muhammadiyah 01 Ciputat tahun 2004-2007, SMA Triguna
Utamatahun 2007-2010 dan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Jurusan
Manajemen Pendidikan tahun 2010-2014. Penulis pernah mengikuti organisasi
Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) pada tahun 2006-2007, Organisasi Intra
Sekolah (OSIS) pada tahun 2008-2009, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada
tahun 2010 sampai saat ini, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen
Pendidikan pada tahun 2012-2014, dan Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam
(LAPENMI) pada tahun 2013-2014.
Email yang dapat dihubungi : [email protected]
Download