Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : 2338-0896 Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa Ipah Junaedi1, a), Diny Zulkarnaen2, b), dan Siti Julaeha3, c) 1, 2, 3 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Jl. A H Nasution No. 105 Bandung a) [email protected] b) [email protected] c) [email protected] Abstrak Suatu model matematika diterapkan pada suatu kasus pemangsa yang tergantung sebagian pada mangsa di wilayah yang dilindungi. Adapun setelah dibentuk model mangsa pemangsa pada kasus ini maka diperoleh empat titik tetap, masing-masing titik tetap tersebut memiliki jenis kestabilan yang berbeda, yakni tidak stabil, saddle, dan stabil asimtotik. Selanjutnya model mangsa pemangsa disimulasikan untuk mengetahui dinamika pertumbuhan populasi mangsa dan pemangsa. Simulasi tersebut menggunakan metode Adam-Bashfort-Moulton dengan prosedur pendahuluan pencarian nilai awal menggunakan metode Euler. Kata kunci: Model Mangsa Pemangsa, titik tetap, jenis kestabilan, metode Adam-Bashfort-Moulton. Pendahuluan Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari lingkungan alam dimana di dalamnya terdapat relasi antara organisme satu dengan lainnya juga antara organisme dengan lingkungan di sekelilingnya [3]. Setiap individu atau organisme tentunya perlu mengetahui kondisi lingkungan disekitarnya dengan cara memahami kekuatan alam untuk bertahan hidup. Makhluk hidup di bumi ini sangat beraneka ragam, yang terdiri dari campuran populasi dari berbagai spesies yang hidup bersama atau disebut komunitas. Hal itu menunjukan pada hakikatnya makhluk hidup di bumi ini tidak dapat hidup sendiri secara normal, tetapi akan saling berinteraksi dengan berbagai spesies yang ada. Banyak sistem interaksi yang berlangsung dalam ekosistem alami, salah satunya adalah sistem interaksi mangsa-pemangsa (prey-predator), dimana pemangsa akan memakan mangsa untuk bertahan hidup. Interaksi yang terjadi dapat berupa predasi (makan dimakan), kompetisi (persaingan) maupun simbiosis (persekutuan hidup). Model mangsa pemangsa dapat dimanfaatkan padataman nasional dimana mangsa dan pemangsa dapat hidup bersama. Mangsa yang harus dilestarikan dapat dilindungi dari pemangsa dengan menciptakan batasan atau tempat penampungan yang akan membagi habitat menjadi dua wilayah yaitu wilayah yang dilindungi dan wilayah bebas. Adapun yang dimaksud dengan wilayah yang dilindungi adalah pemangsa tidak diperbolehkan masuk ke dalam wilayah tersebut artinya pemangsa tidak dapat berinteraksi (memangsa) dengan mangsa, kemudian yang dimaksud dengan wilayah bebas adalah adanya percampuran dari mangsa dan pemangsa pada wilayah tersebut. Pada daerah inilah pemangsa dapat memangsa. Pada tulisan ini dibahas suatu interaksi dari tiga spesies yang terdiri dari satu pemangsa dan dua mangsa yaitu mangsa yang berada pada daerah bebas dan pada daerah dilindungi. Disini mangsa dapat berpindah dari daerah bebas ke daerah dilindungi atau sebaliknya.Pada tulisan ini juga diasumsikan 1 Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : 2338-0896 bahwa populasi pemangsa dapat mengalami pertumbuhan tidak hanya diakibatkan oleh kehadiran mangsa, tetapi karena adanya faktor lain selain mangsa. Jadi pemangsa tidak tergantung sepenuhnya pada mangsa, tetapi tergantung sebagian pada mangsa . Bahan dan Metode Pada model ini terdapat tiga populasi yang saling berinteraksi satu sama lainnya, yaitu populasi spesies mangsa di wilayah bebas, populasi spesies mangsa di wilayah yang dilindungi dan populasi spesies pemangsa. Interaksi ketiganya dapat dilihat pada Gambar 1. π₯ K ππ ππ π¦ L π·π ππ π§ M Gambar 1. Interaksi Populasi Mangsa Pemangsa. Dari bagan tersebut dapat dibentuk sebuah model matematika yang direpresentasikan dalam bentuk sistem persamaan diferensial [1] ππ₯ ππ‘ π₯ = ππ₯ (1 − πΎ) − π1 π₯ + π2 π¦ − π½1 π₯π§, ππ¦ ππ‘ ππ§ ππ‘ π¦ = π π¦ (1 − ) + π1 π₯ − π2 π¦, πΏ (1) π§ = ππ§ (1 − π) + π½2 π₯π§. Notasi π₯(π‘) menyatakan kepadatan spesies mangsa di wilayah bebas, π¦(π‘) menyatakan kepadatan spesies mangsa di wilayah yang dilindungi, dan π§(π‘) menyatakan kepadatan spesies pemangsa yang ketiganya bergantung terhadap waktu t>0. Untuk parameter-parameternya, π1 menyatakan laju perpindahan spesies mangsa dari wilayah bebas ke wilayah yang dilindungi, π2 lajuperpindahan spesies mangsa dari wilayah yang dilindungi ke wilayah bebas. Untuk laju pertumbuhan intrinsik masing-masing populasi mangsa di wilayah bebas, yang dilindungi serta populasi pemangsa dinyatakan dengan π, π , dan π secara berurut. Pertumbuhan tersebut mengikuti kaidah model logistik yang memiliki batasan (carrying capacity) dan dinyatakan dengan πΎuntuk spesies mangsa di wilayah bebas, πΏuntukspesies mangsa di wilayah yang dilindungi, dan πuntukspesies pemangsa. Parameter lainnya yaitu π½1 yang menyatakan angka penurunan spesies mangsa yang diakibatkan spesies pemangsa, danπ½2 yang menyatakan tingkat pertumbuhan spesies pemangsa akibat interaksi dengan spesies mangsa. Analisis Model Model yang telah dibuat selanjutnya dianalisa kestabilannya, dengan terlebih dahulu mencara titik tetapnya. Untuk mencari titik tetap,dapat dilakukandengan men-nol-kan ruas kiri pada persamaan (1) sehingga didapat sistem persamaan sebagai berikut: 2 Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : 2338-0896 π₯ ππ₯ (1 − πΎ) − π1 π₯ + π2 π¦ − π½1 = 0 π¦ π π¦ (1 − πΏ ) + π1 π₯ − π2 π¦ = 0 π§ ππ§ (1 − π) + π½2 π₯π§ = 0 (2) (3) (4) Dari tiga persamaanitu, lakukan substitusi antara persamaan (2) hingga persamaan (4) dan diperoleh empat titik tetap: 1) πΉ0 (π₯, π¦, π§) = (0,0,0). 2) πΉ1 (π₯, π¦, π§) = (0,0, π). 3) πΉ2 (π₯, π¦, π§) = (π₯Μ , π¦Μ , π§Μ ), dimana 1 ππ₯Μ 2 2 πΎ π¦Μ = π [ − (π − π1 )π₯Μ], π§Μ = 0 Cukup sulit menentukan bentuk eksplisit untuk titik ekuilibrium πΉ2 . Oleh karena itu, pada makalah ini titik ekuilibrium πΉ2 dituliskan dalam bentuk implisit. Secara biologi tentu tidak mungkin kepadatan suatu spesies bernilai negatif. Jadi agar π¦Μ(kepadatan spesies mangsa di wilayah yang dilindungi) bernilai positif maka syarat yang harus dipenuhi adalah : πΎ π₯Μ > π (π − π1 ) 4) πΉ ∗ (π₯, π¦, π§) = (π₯∗ , π¦∗ , π§∗ ), dimana π¦∗ = 1 π π½1 π½2 π ∗ 2 [( + ) π₯ − (π − π1 −π½1 π)π₯ ∗ ] , π2 πΎ π π§∗ = π (π + π½2 π₯ ∗ ) π Sama seperti pada πΉ2 , titik ekuilibrium πΉ ∗ dituliskan dalam bentuk implisit. Syarat yang harus dipenuhi agar πΉ ∗ ada atau dengan kata lain nilai π¦ ∗ bernilai positif adalah π₯∗ > (π − π1 −π½1 π)πΎπ (ππ + π½1 π½2 ππΎ) Pada analisis titik tetap model mangsa pemangsa di wilayah yang dilindungi dengan kasus pemangsa tergantung sebagian pada mangsa menggunakan beberapa asumsi (π − π1 ) > 0 dan(π − π2 ) > 0, titik tetap yang dianalisis yaitu πΉ0 , πΉ1 , πΉ2 , dan πΉ ∗ . Adapun tahapan-tahapan untuk analisis kestabilan titik sebagai berikut: 1. Titik Tetap πΉ0 (0,0,0) Model pada persamaan (1) diubah menjadi persamaan linier. Pelinearan ini menggunakan matriks Jacobi yang dinotasikan dengan π΄. ππ₯ ππ₯ ππ₯ ) π( ) π( ) ππ‘ ππ‘ ππ‘ ππ₯ ππ¦ ππ§ ππ¦ ππ¦ ππ¦ π( ) π( ) π( ) ππ‘ ππ‘ ππ‘ π΄= ππ₯ ππ¦ ππ§ ππ§ ππ§ ππ§ π( ) π( ) π( ) ππ‘ ππ‘ ππ‘ ( ππ₯ ππ¦ ππ§ ) π( 3 Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 π− ISSN : 2338-0896 2ππ₯ πΎ − π1 − π½1 π§ π1 π΄= ( π2 π − π½2 π§ 2π π¦ πΏ −π½1 π₯ − π2 0 0 π− 2ππ§ π (5) + π½2 π₯ ) kemudian substitusikan πΉ0 (0,0,0) pada persamaan (5). π − π1 − π π΄=( π1 0 π2 π − π2 − π 0 0 0 ) π−π (6) Maka dari persamaan (6) akan diperoleh persamaan karakteristik, sebagai berikut: (π − π)[(π − π1 − π)(π − π2 − π) − π1 π2 ] = 0 (7) Pada persamaan (7) sudah terlihat bahwa terdapat sebuah nilai eigen yang bernilai positif yaitu π1 = π. Untuk nilai eigen lainnya diperoleh dari suatu polinom yang pangkat tertingginya dua, sebagai berikut: π2 − (π − π2 )π − (π − π1 )π + (π − π1 )(π − π2 ) − π1 π2 = 0 (8) Setelah memperoleh persamaan ( 8 ) maka akan diperiksa kestabilan titik tetap πΉ0 dengan menggunakan syarat yang sudah ditentukan.Adapun syarat tersebut dapat ditulis kembali yaitu (π − π1 )(π − π2 ) < π1 , (π − π1 ) > 0 dan (π − π2 ) > 0 maka akan diperoleh suatu kestabilan apakah titik tetaptersebut stabil, tidak stabil, atau saddle. Dengan tahapan sebagai berikut: π2 + π3 = (π − π1 ) + (π − π2 ) > 0 (9) π2 . π3 = −(π − π1 )(π − π2 ) + π1 π2 > 0 (10) Dapat dilihat pada persamaan (9) ketika penjumlahan dua buah π bertanda positif, begitu juga pada persamaan (10) ketika perkalian dua buah π bertanda positif maka dapat disimpulkan bahwa kedua buah π-nya bernilai positif [4]. Oleh karena itu dapat ditulis bahwa π1 , π2 , π3 > 0, dan apabila semua π-nya bernilai positif maka jenis kestabilan titik πΉ0 (0, 0, 0) adalah tidak stabil. 2. Titik Tetap ππ (π, π, π΄) Adapun untuk analisis kestabilan titik tetapππ tahapan-tahapannya sama seperti ππ .Dimulai dari matriks jacobi untuk F1 π − ππ − π·π π΄ ππ π π¨(π,π,π΄) = ( (π − ππ ) π ) ππ π π −π Kemudian diperoleh sebuah nilai eigen negatif ππ = −π dan persamaan karakteristik ππ − ((π − ππ ) + (π − ππ − π·π π΄))π + (π − ππ − π·π π΄)(π − ππ ) − ππ ππ = π Dari persamaan karakteristik tersebut dapat ditentukan tanda akar-akar ππ dan ππ dengan menggunakan cara seperti pada (9) dan (10). Dengan menggunakan syarat (π − ππ − π·π π΄) > π,(π − ππ )(π − ππ − π·π π΄) < ππ ππ , (π − ππ ) > π dan (π − ππ ) > π maka dapat disimpulkan bahwa ππ dan ππ bernilai positifartinya ππ (π, π, π΄) adalah saddle.Dapat juga dikatakan bahwa F1 merupakan manifold stabil berdimensi 1 yaitu pada sumbu z dan manifold tidak stabil berdimensi 2 yaitu pada bidangxy. 3. Titik πΉ2 (π₯Μ, π¦, Μ 0) Adapun untuk analisis kestabilan titik πΉ2 tahapan-tahapannya sama sepertiπΉ1 . Matriks Jacobi untuk titik F2 4 Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : 2338-0896 π − π1 − π΄(π₯Μ,π¦, Μ 0) = 2ππ₯Μ πΎ π1 ( π2 π − π2 − 0 0 −π½1 π₯Μ 2π π¦Μ πΏ 0 π + π½2 π₯Μ) Kemudian diperoleh nilai eigen π1 = π + π½2 π₯Μ dan persamaan karakteristik 2ππ₯Μ 2π π¦Μ (π − π1 − − π) (π − π2 − − π) − π1 π2 = 0. πΎ πΏ Dengan melakukan penjumlahan dan perkalian dua akar seperti pada (9) dan (10) diperoleh π2 + π3 < 0 dan π2 . π3 < 0 dengan syarat (π − π2 )(π − π1 ) < π1 π2 , (π − π1 ) < 0 dan (π − π2 ) < 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa titik πΉ2 (π₯Μ, π¦, Μ 0)bersifat saddleyaitu manifold tidak stabil berdimensi-1 pada sumbu π§ dan manifold stabil berdimensi 2 pada bidang π₯π¦. 4. Untuk πΉ ∗ (π₯ ∗ , π¦ ∗ , π§ ∗ ) Pada titik πΉ ∗ (π₯ ∗ , π¦ ∗ , π§ ∗ ) untuk mencari jenis kestabilannya berbeda dengan titik πΉ0 , πΉ1 , dan πΉ2 . Pada titik πΉ ∗ akan dicari dengan menggunakan metode Lyapunov. Teorema 1. Titik tetapπΉ ∗ (π₯ ∗ , π¦ ∗ , π§ ∗ ) adalah stabil asimtotik lokal apabila terpenuhi syarat sebagai berikut: 2ππ₯ ∗ + π½1 π§ ∗. πΎ 2ππ₯ ∗ π1 − πΎ − π½1 π§ ∗ ) (π ∗ (i) (π − π1 ) < (ii) 4 (π − − 2π π¦ ∗ πΏ − π2 ) > (π2 2 ). Untuk mengetahui π bersifat stabil asimtotik maka akan dicari menggunakan metode Lyapunov. Untuk lebih jelas akan dipaparkan dengan pembuktian sebagai berikut: Bukti Misal π₯ = π₯ ∗ + π΄, π¦ = π¦ ∗ + π΅, π§ = π§∗ + πΆ (11) dan diberikan sebuah fungsi Lyapunov sebagai berikut: 1 1 1 π(π‘) = 2 π΄2 + π1 2 π΅2 + π2 2 πΆ 2 (12) dimana π1 dan π2 konstan positif. Dapat dilihat jelas bahwa Fungsi Lyapunov pada (12) selalu bernilai positif. Hal pertama yang harus dilakukan pada pembuktian ini adalah dengan menurunkan fungsi Lyapunov pada persamaan (12), kemudian dikalikan dengan persamaan (1). Berikut adalah tahapan-tahapannya ππ₯ ππ¦ ππ§ πΜ (π‘) = π΄ + π1 π΅ + π2 πΆ (13) ππ‘ ππ‘ ππ‘ ππ₯ 2 π π¦ 2 − π1 π₯ + π2 π¦ − π½1 π₯π§) + π1 π΅ (π π¦ − + π1 π₯ − π2 π¦) πΎ πΏ π§ + π2 πΆ (ππ§ (1 − ) + π½2 π₯π§) π Kemudian substitusikan persamaan (11) sehingga dapat dituliskan πΜ (π‘) = π΄ (ππ₯ − πΜ (π‘) = π΄ (π(π₯ ∗ + π΄) − + π1 π΅ (π (π¦ ∗ + π΅) − π(π₯ ∗ + π΄)2 − π1 (π₯ ∗ + π΄) + π2 (π¦ ∗ + π΅) − π½1 (π₯ ∗ + π΄)(π§ ∗ + πΆ)) πΎ π (π¦ ∗ + π΅)2 + π1 (π₯ ∗ + π΄) − π2 (π¦ ∗ + π΅)) πΏ + π2 πΆ (π(π§ ∗ + πΆ) (1 − πΜ (π‘) = (π − +π΄πΆ(π2 π½2 π§ ∗ − π½1 π₯ ∗ )(14) (π§ ∗ + πΆ) ) + π½2 (π₯ ∗ + π΄)(π§ ∗ + πΆ)) π 2ππ₯ ∗ 2π π¦ ∗ − π1 − π½1 π§ ∗ ) π΄2 + π1 (π − − π2 ) π΅2 + π΄π΅(π2 + π1 π1 ) πΎ πΏ 5 Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 dimana π2 = π½1 π₯ ∗ π½2 π₯ ∗ dan π1 = ISSN : 2338-0896 π2 . Fungsi π1 2 Lyapunov akan memenuhi πΜ (π‘) > 0 (definit positif) jika dan hanya jika π > 0 dan 4ππ − π > 0 dan πΜ (π‘) < 0 (definit negatif) jika dan hanya jika π < 0 dan 4ππ − π 2 > 0 [2]. Syarat yang kedua (definit negatif) merupakan syarat agar diperoleh keadaan stabil asimtotik. Maka untuk nilai 2ππ₯ ∗ (π ) π = − π1 − − π½1 π§ ∗ πΎ akan bernilai negatif dengan syarat 2ππ₯ ∗ (π − π1 ) < + π½1 π§ ∗ πΎ dan 2ππ₯ ∗ 2π π¦ ∗ 4ππ − π 2 = 4 (π − π1 − − π½1 π§ ∗ ) (π − − π2 ) − (π2 2 ) πΎ πΏ akan bernilai positif dengan syarat 2ππ₯ ∗ 2π π¦ ∗ ∗ 4 (π − π1 − − π½1 π§ ) (π − − π2 ) > (π2 2 ) πΎ πΏ Jadi titik tetapπΉ ∗ (π₯ ∗ , π¦ ∗ , π§ ∗ )akan bersifat stabil asimtotik lokal apabila π(π‘) > 0 dan πΜ (π‘) < 0[5] yang dipenuhi dengan syarat (π − π1 ) < (i) 2ππ₯ ∗ πΎ + π½1 π§ ∗ 4 (π − π1 − 2ππ₯ ∗ 2π π¦ ∗ − π½1 π§ ∗ ) (π − − π2 ) > (π2 2 ) πΎ πΏ Pada titik πΉ ∗ (π₯ ∗ , π¦ ∗ , π§ ∗ ) untuk mencari jenis kestabilannya berbeda dengan titik πΉ0 , πΉ1 , dan πΉ2 . Pada titik πΉ ∗ akan dicari dengan menggunakan metode Lyapunov. Teorema 1. Titik tetapπΉ ∗ (π₯ ∗ , π¦ ∗ , π§ ∗ ) adalah stabil asimtotik lokal apabila terpenuhi syarat sebagai berikut: (iii) (π − π1 ) < (iv) 4 (π − π1 − 2ππ₯ ∗ πΎ 2ππ₯ ∗ πΎ + π½1 π§ ∗ . − π½1 π§ ∗ ) (π − 2π π¦ ∗ πΏ − π2 ) > (π2 2 ). Untuk mengetahui π∗ bersifat stabil asimtotik maka akan dicari menggunakan metode Lyapunov. Untuk lebih jelas akan dipaparkan dengan pembuktian sebagai berikut: Bukti Misal π₯ = π₯ ∗ + π΄, π¦ = π¦ ∗ + π΅, π§ = π§∗ + πΆ (11) dan diberikan sebuah fungsi Lyapunov sebagai berikut: 1 1 1 π(π‘) = 2 π΄2 + π1 2 π΅ 2 + π2 2 πΆ 2 (12) dimana π1 dan π2 konstan positif. Dapat dilihat jelas bahwa Fungsi Lyapunov pada (12) selalu bernilai positif. 6 Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : 2338-0896 Hal pertama yang harus dilakukan pada pembuktian ini adalah dengan menurunkan fungsi Lyapunov pada persamaan (12), kemudian dikalikan dengan persamaan (1). Berikut adalah tahapan-tahapannya ππ₯ ππ¦ ππ§ πΜ (π‘) = π΄ ππ‘ + π1 π΅ ππ‘ + π2 πΆ ππ‘ πΜ (π‘) = π΄ (ππ₯ − (13) ππ₯ 2 π π¦ 2 − π1 π₯ + π2 π¦ − π½1 π₯π§) + π1 π΅ (π π¦ − + π1 π₯ − π2 π¦) πΎ πΏ + π2 πΆ (ππ§ (1 − π§ ) + π½2 π₯π§) π Kemudian substitusikan persamaan (11) sehingga dapat dituliskan πΜ (π‘) = π΄ (π(π₯∗ + π΄) − ∗ + π1 π΅ (π (π¦ + π΅) − π(π₯∗ + π΄)2 πΎ π (π¦∗ + π΅)2 πΏ ∗ + π2 πΆ (π(π§ + πΆ) (1 − − π1 (π₯∗ + π΄) + π2 (π¦∗ + π΅) − π½1 (π₯∗ + π΄)(π§∗ + πΆ)) + π1 (π₯∗ + π΄) − π2 (π¦∗ + π΅)) (π§∗ + πΆ) π ) + π½2 (π₯∗ + π΄)(π§∗ + πΆ)) 2ππ₯ ∗ 2π π¦ ∗ − π1 − π½1 π§ ∗ ) π΄2 + π1 (π − − π2 ) π΅ 2 + π΄π΅(π2 + π1 π1 ) πΎ πΏ +π΄πΆ(π2 π½2 π§ ∗ − π½1 π₯ ∗ )(14) πΜ (π‘) = (π − ∗ π½ π₯ π dimana π2 = π½1 π₯ ∗ dan π1 = π2 . Fungsi Lyapunov akan memenuhi πΜ (π‘) > 0 (definit positif) jika 1 2 dan hanya jika π > 0 π<0 dan dan 4ππ − π 2 > 0 dan πΜ (π‘) < 0 (definit negatif) jika dan hanya jika 4ππ − π 2 > 0 [2]. Syarat yang kedua (definit negatif) merupakan syarat agar diperoleh keadaan stabil asimtotik. Maka untuk nilai π = (π − π1 ) − 2ππ₯ ∗ − π½1 π§ ∗ πΎ akan bernilai negatif dengan syarat 2ππ₯ ∗ (π − π1 ) < + π½1 π§ ∗ πΎ dan 2ππ₯ ∗ 2π π¦ ∗ ∗ 4ππ − π = 4 (π − π1 − − π½1 π§ ) (π − − π2 ) − (π2 2 ) πΎ πΏ 2 akan bernilai positif dengan syarat 4 (π − π 1 − 2ππ₯∗ 2π π¦∗ − π½1 π§∗ ) (π − − π2 ) > (π2 2 ) πΎ πΏ 7 Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : 2338-0896 Jadi titik tetapπΉ ∗ (π₯ ∗ , π¦ ∗ , π§ ∗ )akan bersifat stabil asimtotik lokal apabila π(π‘) > 0 dan πΜ (π‘) < 0[5] yang dipenuhi dengan syarat (ii) (π − π1 ) < 2ππ₯ ∗ πΎ + π½1 π§ ∗ 4 (π − π1 − 2ππ₯∗ 2π π¦∗ − π½1 π§∗ ) (π − − π2 ) > (π2 2 ) πΎ πΏ Simulasi Model Pada bagian ini dibahas mengenai simulasi model mangsa pemangsa. Simulasi dilakukan sebagai pendekatan solusi dari sistem persamaan diferensial(1) dengan menggunakan metode numerik AdamBashfort-Moulton dan untuk parameter terhadap model tersebut menggunakan data acak. Nilai parameter yang digunakan adalah sebagai berikut. π = 4, π = 5, π = 4.5, πΎ = 50, πΏ = 60, π = 10, π½1 = 3, π½2 = 2, π1 = 12, dan π2 = 0.5. nilai awal adalah π₯ = 12, π¦ = 7 dan π§ = 2 60 X Y Z dinamika populasi dari ketiga model 50 40 30 20 10 0 0 100 200 300 400 500 600 700 t Gambar 2. Dinamika Populasi Dua Mangsa dan Satu Pemangsa Gambar 2 menunjukan bahwa kepadatan spesies mangsa dari wilayah yang dilindungi π¦(π‘) lebih besar dari kepadatan spesies mangsa dari wilayah bebas π₯(π‘) hal tersebut disebabkan mangsa yang berada di wilayah bebas akan banyak berinteraksi dengan pemangsa yang juga hanya terdapat pada wilayah bebas. Dapat juga dilihat bahwa ketiga populasi akanmencapai kestabilan pada saat π‘ mencapai 589 satuan waktu sebesar π₯(π‘) = 0,611782, π¦(π‘) = 58,910725, dan π§(π‘) = 13,793122. Nilai tersebut tidak berbeda dengan teori yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya yaitu π ∗ (π₯ ∗ , π¦ ∗ , π§ ∗ ) = (0.611782, 58.910725,13.79312) dengan keadaan stabil asimtotik lokal Gambar 3. Dinamika Populasi Mangsa Pemangsa menggunakan Tiga Dimensi 8 Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : 2338-0896 Pada Gambar 3, ditunjukkan dinamika ketiga populasi dengan parameter yang sama tetapi dengan empat nilai awal yang berbeda. Ternyata keempat grafik tersebut sama-sama memperlihatkan bahwa, seluruhnya menuju titik π ∗ (π₯ ∗ , π¦ ∗ , π§ ∗ ) juga. Dimana parameter yang digunakan telah memenuhi persyaratan (π − π1 ) < 4 (π − π1 − 2ππ₯ ∗ πΎ + π½1 π§ ∗ dan 2ππ₯ ∗ 2π π¦ ∗ − π½1 π§ ∗ ) (π − − π2 ) > (π2 2 ) πΎ πΏ Gambar 4 memperlihatkan hubungan antara spesies mangsa π₯(π‘) dan spesies pemangsa π§(π‘) di wilayah bebas. Gambar 4. Dinamika Populasi Spesies Pemangsa Nilai parameter yang diberikan sebagai berikut. π = 5, π = 7, π = 1.5, πΎ = 45, πΏ = 20, π = 35, π½1 = 2.5, π1 = 4.2, dan π2 = 1.2 serta π₯ = 5, π¦ = 7 dan π§ = 2. Adapun untuk π½2 diberikan nilai yang berbeda-beda yaitu 8.6, 4.1 ,1.7. Jadi tiga buah grafik pada gambar 4 merupakan grafik untuk masingmasing nilai π½2 yang berbeda. Terlihat bahwa ketika keadaan π₯(π‘) mengalami penurunan akibat dimangsa oleh pemangsa π§(π‘) maka secara otomatis kepadatan spesies pemangsa π§(π‘) akan mengalami pertumbuhan. Untuk π½2 (pertumbuhan spesies pemangsa), ketika nilainya semakin besar maka akan mengakibatkan pertumbuhan π§(π‘) akan semakin tinggi. Pada saat waktu tertentu kepadatan spesies pemangsa π§(π‘) saat t = 1964 akan mencapai 42.98024 dengan π½2 = 8.6, kemudian pada saat t = 1908 akan mencapai 40.10593 dengan π½2 = 4.1, begitu juga pada saat t = 1869 akan mencapai 38.38403 dengan π½2 = 1.7. Gambar 5 berikut adalah dinamika mangsa yang berada di wilayah bebas dan mangsa di wilayah yang dilindungi. nilai parameter yang digunakan adalah sebagai berikut π = 16, π = 7, π = 1.5, πΎ = 45, πΏ = 20, π = 35, π½1 = 1, π½2 = 0.001, π1 = 8.5, π2 = (2.8, 2, 1.2), serta π₯ = 5, π¦ = 7 dan π§ = 2. 9 Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : 2338-0896 Gambar 5. Dinamika Populasi Spesies Mangsa π½1 ≥ 1 dan π1 > π2 Untuk kasus ini dilakukan input nilai π2 yang berbeda yaitu 2.8, 2, dan 1.2 dimana π2 merupakan perpindahan koefisien mangsa dari wilayah yang dilindungi ke wilayah bebas. Ketika π2 semakin kecil maka mangsa yang berada di wilayah yang dilindungi akan semakin tinggi pertumbuhannya. Pertumbuhan mangsa tersebut bukah hanya di akibatkan oleh π2 saja akan tetapi ada faktor lain yaitu π½1 . Dimana pemangsa memiliki kemampuan yang tinggi untuk berinteraksi dengan mangsa yang berada di wilayah bebas. Jadi keadaan mangsa di wilayah bebas akan menurun pertumbuhannya dan mangsa di wilayah yang dilindungi akan naik pertumbuhannya. Adapun untuk pertumbuhan mangsa yang di wilayah yang dilindungi pada saat π‘ = 1787 akan mencapai 11.999959 untuk kasus π2 = 1.2, dan akan mencapai 7.999650 ribu ketika π‘ = 1508 untuk kasus π2 = 2, serta mencapai 4.999668 ribu ketika π‘ = 1556untuk kasus π2 = 2.8. Gambar 6 memperlihatkan dinamika mangsa yang berada di wilayah bebas dan mangsa yang berada di wilayah yang dilindungi. Nilai parameter yang digunakan adalah sebagai berikut, π = 16, π = 7, π = 1.5, πΎ = 45, πΏ = 20, π = 35,π½1 = 0.001, π½2 = 2, π1 = 2.5, π2 = (10.5, 5, 3). Nilai awal yang diberikan adalah π₯ = 5, π¦ = 7dan π§ = 2 Gambar 6 Dinamika Populasi Spesies Mangsa π½1 < 1 dan π1 < π2 Untuk kasus ini dilakukan input nilai π2 yang berbeda yaitu 10.5, 5, dan 3dimana π2 menyatakan laju perpindahan mangsa dari wilayah yang dilindungi ke wilayah bebas. Ketika π2 semakin besar maka mangsa yang berada di wilayah bebas akan semakin tinggi pertumbuhannya. Dan sebaliknya keadaan mangsa di wilayah yang dilindungi akan semakin menurun pertumbuhannya. Hal tersebut di dipengaruhi juga oleh π½1 < 1 yang artinya pemangsa memiliki peran yang kecil untuk berinteraksi dengan mangsa di wilayah bebas. adapun untuk pertumbuhan mangsa di wilayah bebas pada saat π‘ = 1314 akan mencapai 46.002987 untuk kasus π2 = 10.5, dan akan mencapai 45.001242 ketika π‘ = 1627untuk kasus π2 = 5, serta akan mencapai 42.002752 ketika π‘ = 1470 untuk kasus π2 = 3. 10 Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : 2338-0896 Kesimpulan Dinamika populasi mangsa pemangsa yang diperlihatkan pada simulasi menunjukkan bahwa populasi mangsa dan pemangsa akan menuju titik tetap yang sama seperti pada Bagian 3 meskipun nilai awal yang digunakan berbeda-beda. Pertumbuhan mangsa tidak hanya dipengaruhi oleh π1 dan π2 , yaitu laju perpindahan mangsa dari wilayah yang dilindungi ke wilayah bebas atau sebaliknya, akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti π½1 yakni kemampuan pemangsa dalam berinteraksi (memangsa) dengan mangsa yang berada di wilayah bebas. Jadi untuk kasus π½1 ≥ 1 yang artinya pemangsa memiliki peran yang besar untuk berinteraksi (memangsa) dengan mangsa, populasi mangsa di wilayah bebas akan menurun pertumbuhannya. Dan sebaliknya apabila π½1 < 1 yang artinya pemangsa memiliki peran yang kecil untuk berinteraksi (memangsa) dengan mangsa, maka populasi mangsa di wilayah bebas dapat mengalami kenaikan. Referensi [1] Dubey, B. A prey-predator model with a reserved area,Nonlinear analysis: modeling and control, 12(4):479-494, 2007. [2] Boyce, W.E dan Diprima, R.C. Elementary differential equation and boundary value problems, Seventh edition, Jhon Wiley & Sons, 2001. [3] Odum, Eugene P., dan Barrett, Gary W., Fundamentals of Ecology, Fifth Edition, Thomson. [4] Haberman, R. Mathematical Model: Mechanical Vibration, Population Dynamics, and Traffc Flow. An Inroduction to Applied Mathematics, SIAM, 1998. [5] Perko, L. Differential Equations And Dynamical System, TAM 7, Springer Verlag New York, 1991. 11