Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014 PENGARUH PEMBERIAN SEDIAAN MIKROMINERAL PADA FERTILITAS MENCIT BETINA GALUR DDY (Effect of Microminerals against Fertility Mice Female DDY Strain) Ros Sumarny 1 & Pudjiastuti 1 1 Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta email: [email protected] ABSTRACT Microminerals were needed by the body in very small amounts in which they have important physiological roles in the body including the fertilization of living things. This study aimed to observe the dose and period of administration of the preparation of microminerals in order to improve the fertilization in female mice of DDY strain. The study was conducted on 60 female mice of DDY strain with five different concentration of microminerals namely 1.5 ; 3.0 ; 6.0 ; 12 and 24 % (v/v). The study was continued using three different period of administration namely 10 days before the mating, 18 days after the mating and 28 days (10 days followed by 18 days after mating) in which the method used was designed in the manner of bigamy ie 1 male mouse caged with 2 female mice. The preparation was given every day during three different period of the observation. The indicator of fertilization was macroscopically observed by counting the number of fetus in the uterus of female mice on 19th day after the appearance of a vaginal plug. As conclusion, the greatest number of fetus was obtained from the administration of the preparation with concentration of 6 % that was given for 10 days before the mating. Keywords: microminerals, fertilization, female mice PENDAHULUAN Mikromineral adalah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kurang 100 mg/hari. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan 14 jenis mikromineral yang esensial bagi kehidupan manusia dan hewan yaitu: besi, iodium, tembaga, seng, mangan, kobalt, molibdenum, selenium, kromium, nikel, timah, silikon, fluor, dan vanadium. Vitamin dan mikromineral disebut sebagai gizi mikro bermanfaat untuk pengaturan dan pemeliharaan proses biokimia seperti aktivitas enzim, pembekuan darah, pengangkutan molekul melalui membran sel, dan pembentukkan struktur organ (Muhtadi, 1993). Beragam masalah kesehatan akan muncul bila terdapat kekurangan satu atau beberapa mikromineral yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melaksanakan fungsi fisiologis normal. Akibat ketidakseimbangan mikromineral dalam tubuh manusia antara lain defisiensi Fe menyebabkan anemia dan kelelahan; defisiensi Zn menimbulkan hambatan pertumbuhan, penyakit genetik, stres, depresi imunitas; defisiensi Cu menyebabkan malnutrisi, anemia dan neutropenia; defisiensi Co berakibat pada kekurangan vitamin B12 (Darmono, 1995). Defisiensi Fe sering terjadi pada anak umur 1 sampai 3 tahun, pria dewasa dan wanita hamil dengan faktor penyebab antara lain malnutrisi, hambatan absorpsi, pendarahan dan hamil yang berulang kali. Iodium merupakan komponen penting dalam pembentukkan hormon tiroid yaitu triodo tironin (T3) dan tetra iodo tironin (T4). 294 Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014 Hormon ini bermanfaat untuk perkembangan mental, fungsi saraf, jaringan otot, metabolisme energi dan perkembangan fetus. Kekurangan asupan iodium merupakan penyebab utama penyakit gondok (goiter)/pembesaran glandula tiroidea sebagai kompensasi kekurangan asupan iodium dari bahan pangan (Darmono,1995) Berbagai usaha telah dilakukan oleh WHO untuk mengatasi kekurangan mikromineral antara lain dengan kampanye konsumsi garam beryodium, fortifikasi bahan pangan dengan vitamin dan mineral, demikian pula industri farmasi melengkapi komposisi vitamin dengan mineral esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Industri yang bergerak dalam bidang suplemen juga memasarkan sediaan trace mineral yang berisi sampai 58 jenis mikromineral dengan indikasi yang beragam terutama dalam kaitan pemeliharaan kesehatan dan meningkatkan fertilitas. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kebenaran ilmiah salah satu indikasi yang ditawarkan oleh industri mikromineral yaitu meningkatkan kesuburan. Penelitian dilakukan pada hewan model mencit, karena memiliki siklus estrus periodik dalam satu tahun (poliestrus). Fase estrus mencit betina diketahui dengan mengamati gambaran mikroskopis apusan vagina mencit yaitu adanya epitel bertanduk dengan bentuk yang besar, sedangkan semua lekosit dan sel berinti tidak kelihatan (Ganong. 2009). METODOLOGI PENELITIAN ke dalam vagina mencit. Cairan apusan vagina dioleskan dengan gerakan memutar pada objek gelas yang telah ditetesi NaCL 0,9%. Preparat diamati di bawah mikroskop cahaya dan mencocokkan dengan gambar mikroskopis fase estrus apusan vagina mencit. Alat Alat yang diperlukan yaitu: alat gelas, perlengkapan bedah, objek dan cover glass, kandang hewan, sonde oral, mikroskop cahaya. Bahan Bahan kimia yang digunakan: sediaan mikromineral yang memiliki nomor registrasi BPOM (Perusahaan X), larutan natrium klorida 0,9%, eter, akuades. Hewan coba dan makanan mencit diperoleh dari PPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta. Mencit (Mus musculus L.) galur ddY (usia 8 minggu); dibutuhkan 60 ekor mencit betina (berat 18 – 35 gram) dan 30 ekor mencit jantan (berat 20-40 gram). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta Prosedur Penelitian 1. Pemeriksaan fase estrus mencit betina pada melalui apusan Vagina mencit betina. Digunakan kapas oles (cotton bud) yang telah dicelupkan ke dalam larutan NaCl 0,9%, kapas dimasukkan dengan hati-hati 2. Pemberian sediaan mikromineral a. Kadar 1,5%, 3%, 6%, 12% dan 24% v/v, pemberian secara oral setiap hari selama 10 hari pada masa estrus. Pada hari kesebelas 1 ekor mencit jantan dikandangkan dengan 2 ekor mencit betina (metode bigami). Setiap hari setelah dikandangkan dilakukan pemeriksaan vagina plug (sekret yang mengering pada vagina mencit betina) yang menandakan telah terjadi perkawinan mencit jantan dan betina. Adanya tanda vaginal plug dihitung sebagai hari ke-1 masa bunting mencit, selanjutnya mencit betina dipisahkan dari mencit jantan. Pada hari ke-19 masa bunting, mencit betina dibedah dan dihitung jumlah fetus yang terdapat uterus tuba ovarium kanan dan kiri. Fetus 295 Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014 dianggap hidup apabila terlihat jelas vaskularisasi pada plasenta dan fetus berwarna kemerahan. Kadar 1,5%, 3%, 6% v/v diberikan secara oral setiap hari dengan periode waktu pemberiaan sediaan yaitu: T1; 10 hari sebelum kawin, T2; 18 hari setelah kawin, T3; 10 hari sebelum kawin dan 18 hari setelah kawin. Pengamatan jumlah fetus dilakukan pada hari ke-19 masa bunting. HASIL DAN DISKUSI Pemberian 5 (lima) tingkat kadar sediaan mikromineral setiap hari selama 10 hari setelah diketahui fase estrus mencit betina. Diperoleh peningkatan jumlah fetus/ekor mencit pada pemberian kadar 1,5 % - 6 %, jumlah fetus malahan berkurang pada pembeian kadar 12 % dan 24%. Gambar 1. Jumlah fetus/ekor mencit setelah pemberian sediaan mikromineral selama 10 hari Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian kadar, maka penelitian dilanjutkan dengan meneliti 3 (tiga) variasi periode waktu pemberian yaitu T1; pemberian selama 10 hari pra kawin, T2; pemberian selama 18 hari pasca kawin dan T3; 10 hari pra dan 18 hari pasca kawin dengan kadar 1,5 %, 3% dan 6 %. Pemberian sediaan uji dilakukan secara oral setiap hari selama masing-masing periode waktu pemberian (anggota setiap kelompok 5 ekor mencit betina) 296 Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014 Gambar 2. Jumlah fetus/ekor mencit dengan variasi periode waktu pemberian sediaan uji Mencit memiliki fase estrus berkala sepanjang tahun (poliestrus) dan memiliki masa bunting selama 21 hari. Pada fase estrus: folicle de Graaf akan membesar dan ovum mengalami pematangan diikuti dengan persiapan saluran reproduksi untuk menerima hasil pembuahan. Hormon yang berperanan pada fertilitas dihasilkan oleh kelenjar pituitari anterior yang mensekresi hormon Gonadotropin yaitu Follicle Stimulating Hormon (FSH), dan Luteinizing Hormon (LH). Fungsi mikromineral pada fertilitas adalah mengaktifkan enzim katalisator yang akan merangsang sekresi hormonal pada proses reproduksi (Ganong, 2009). Mikromineral yang berperanan pada fungsi reproduksi adalah selenium (Se) dan mangan (Mn). Sumber selenium yang utama adalah makanan yang berasal laut, hati dan ginjal, kebutuhan Selenium pada orang dewasa sebanyak 80 – 200 ug/hari. Manfaat Selenium dalam tubuh berhubungan dengan fungsi vitamin E, kofaktor enzim arginase hati dan alkali fosfatase se rum, memelihara struktur dan fungsi otot, antioksidan dan antikarsinogenik (Syukuria K,2010). Selenium merupakan bagian dari enzim glutathion hidroksilase, xanthin oksidase dan aldehid oksidase Sumber Mangan yang baik adalah padi-padian dan biji-bijian dengan rekomendasi konsumsi orang dewasa adalah 2,5-5 mg/hari. (Muchtadi,1993). KESIMPULAN Pemberian sediaan mikromineral kadar 6% b/v selama 10 hari berturut-turut dapat meningkatkan fertilisasi mencit betina dengan pertambahan jumlah fetus yang diproduksi 2 kali lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol. DAFTAR PUSTAKA Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit Universitas Indonesia Ganong W.F. 2009, Textbook of Medical Physiology, 11th Ed., Philadelphia: Elsevier Science. 297 Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014 Muchtadi D., Nurheni S.P., Made A.1993. Metabolisme zat gizi, Jilid 2. Pustaka Sinar Harapan. Syukuria K., et al.2011.Aplikasi teknik AAN dan SSA dalam penentuan nilai asupan 298 harian unsur Ca, Fe dan Zn pada anak usia sekolah di kota Bandung. J.Sains dan Teknologi Nuuklir Indonesia, XII (2): 95-104.