BAB I - JDIH Kota Sabang

advertisement
KAJIAN AKADEMIK
RANCANGAN QANUN KOTA SABANG
NO.... TAHUN 2010
TENTANG
PENERTIBAN HEWAN
TIM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DR. MOHD. DIN, S.H.,M.H.
TARMIZI, S.H.,M.Hum.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemerintah Kota Sabang berkewajiban memelihara ketertiban serta keindahan
kota dan salah satu penyebab kesemarautan yang mengganggu ketertiban dan keindahan
kota tersebut adalah berkeliarannya hewan di tempat umum, untuk itu sudah seharusnya
ada larangan mengenai berkeliarannya Hewan dalam Wilayah Kota. Selain dilarang
berkeliaran, maka pemeliharaannya pun harus dikendalikan oleh pemerintah Kota dan
menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka diperlukan perangkat aturan berupa
perangkat aturan daerah yang disebut dengan qanun tentang Penertiban hewan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan disusunya Kajian Akademik ini adalah untuk mengkaji secara
Ilmiah Rancangan Qanun Kota Sabang tentang Penertiban Hewan, baik dari sisi teknis
pembuatan yang sesuai dengan perundang-undangan, maupun dari sisi materi muatan,
yang memenuhi persyaratan materi muatan sebuah Qanun, sehinga dapat diaplikasikan di
dalam masyarakat.
C. Metode
Karena keterbatasan waktu. Metode yang digunakan di dalam penyusunan kajian
akademik ini hanyalah telaah dokumen dan diskusi akademik, tanpa melakukan penelitian
lapangan.
D. Dasar hukum
Dasar hukum pembuatan kajian akademik ini adalah Qanun Aceh No 3 tahun 2007
tentang tatacara Pembutan Qanun, yang mengharuskan adanya kajian akademik di dalam
sertiap pembahasan prarancangan Qanun, seperti disebutkan di dalam Pasal 12, yaitu :
(1)
Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai pemrakarsa dalam menyusun persiapan pra
rancangan qanun terlebih dahulu dapat menyusun naskah akademik/kajian
akademik.
(2)
Naskah akademik/kajian akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya memuat dasar Islami, filosofis, yuridis, sosiologis, pokok dan lingkup
materi yang akan diatur.
(3)
Penyusunan naskah akademik/kajian akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi dan/atau pihak ketiga yang
mempunyai keahlian dalam bidang tersebut.
2
(4)
Penyusunan naskah akademik/kajian akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2) dan ayat (3) dilakukan secara partisipatif.
(5)
Naskah akademik/kajian akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3), disertakan dalam setiap pembahasan pra rancangan qanun.
BAB II
LANDASAN
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis pembentukan Qanun mengacu kepada dasar filosofis Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam kaitan dengan Qanun penertiban
hewan ini, landasan filosofisnya adalah ketertiban dan keteraturan sebagai cerminan dari
masyarakat yang beradab. Sebagai masyarakat beradab menghendaki terciptanya keadilan
dan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan dari negara Indonesia yang secara implisit
dituangkan di dalam sila-sila Pancasila, sehingga masyarakat merasa nyaman dan
terlindungi.
Upaya melindungi dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat Kota Sabang
dikuatkan dengan melahirkan perangkat aturan, yang dalam hal ini Qanun Penertiban
Hewan.
B. Landasan Yuridis
Secara Yuridis qanun itu dibentuk berdasarkan dan sesuai dengan ketentuan pembentukan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik dilihat dari aspek konsistensi secara
vertikal maupun konsistensi secara horizontal. Disamping itu juga diperlukan kesesuaian
pembentukan suatu qanun dengan teknik perancangan hukum (legal drafting). Dalam
penyiapan qanun juga perlu memperhatikan ketentuan pembentukan peraturan perundangundangan yang mengatur tata cara pembentukan peraturan-perundangan baik UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
maupun Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan Qanun.
Dalam penertiban hewan diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab
dan kewenangan pemerintah daerah, serta peran masyarakat. Dasar hukum yang digunakan
di dalam pembuatan Qanun penertiban hewan adalah:
1. Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Sabang
dengan mengubah Undang–Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 Tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2758);
3
2. Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209);
3. Undang–Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan
Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimana telah diubah kedua kali dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4633);
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851);
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Keparawisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11)
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5015);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3102);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59; Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3838 ) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi
Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong
Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5094);
15. Qanun Kota Sabang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas-Dinas Daerah Kota Sabang (Lembaran Daerah Kota Sabang Tahun 2008 Nomor
4).
4
16. Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah.
C. Landasan Sosiologis
Pertimbangan sosiologis menyangkut dengan permasalahan empiris dan kebutuhan
yang dialami oleh masyarakat Kota sabang, khususnya, berkaitan dengan
Penertiban
Hewan. Oleh karena itu, secara sosiologis, haruslah memberikan jawaban atau solusi
terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penertiban hewan ini. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka untuk ketertiban dan keindahan Kota Sabang diperlukan Qanun tentang
Penertiban Hewan.
BAB III
ANALISIS
A. Judul
Judul yang semula QANUN KOTA SABANG NOMOR
TAHUN 2O1O
TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK/PELIHARAAN, dirubah menjadi
QANUN TENTANG PENERTIBAN HEWAN. (Alasannya, pengertian Hewan lebih
luas dan melingkupi semua hewan-hewan yang berkeliaran, baik ternak maupun
peliharaan lainnya).
B. Konsideran
No
Rancangan Qanun
1
Pada
konsideran
mengingat
terdapat Undang-undang yang
sudah diganti dengan undangundang yang baru, seperti pada
poin 2 Undang–Undang Nomor 6
Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1967 Nomor 10, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 2824);
2
Ada
peraturan
undangan
yang ada
Usulan dan komentar
a. Undang undang ini tidak berlaku lagi,
sudah diganti dengan Undang-Undang
Nomor
18
Tahun
2009
tentang
Peternakan Dan Kesehatan Hewan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 84 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5015);
perundang- Diusulkan ada beberapa perundang-undangan
kaitannya sebagai tambahan untuk dijadikan konsideran
dengan qanun ini yang perlu mengingat, yaitu:
ditambahkan.
Mengingat :
1. Undang–Undang
Tahun
1965
Pembentukan
5
Nomor 10
tentang
Kotapraja
Sabang dengan mengubah
Undang–Undang Nomor 7 Drt
Tahun
1956
Tentang
Pembentukan Daerah Otonom
Kabupaten
di
Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 1965 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
2758);
2. Undang–Undang
Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum
Acara
Pidana
(Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
3209);
3. Undang–Undang Nomor 44
Tahun
1999
tentang
Penyelenggaraan
Keistimewaan Propinsi Daerah
Istimewa Aceh (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 172,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
3893);
4. Undang-Undang Nomor 32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) Sebagaimana
telah diubah kedua kali dengan
Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 11
Tahun
2006
tentang
Pemerintahan Aceh (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
6
4633);
6. Undang-Undang Nomor 18
Tahun
2008
tentang
Pengelolaan
Sampah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor
69,
Tambahan
Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
7. Undang-Undang Nomor 10
Tahun
2009
tentang
Keparawisataan
(Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11)
8. Undang-Undang Nomor 18
Tahun
2009
tentang
Peternakan Dan Kesehatan
Hewan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 84 Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5015);
9. Undang-Undang Nomor 32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140);
10. Peraturan Pemerintah Nomor
16 Tahun 1977 tentang Usaha
Peternakan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
1977 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3102);
11. Peraturan Pemerintah Nomor
27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor
36,
Tambahan
Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 3258);
12. Peraturan Pemerintah Nomor
27 Tahun 1999 tentang Analisa
Mengenai
Dampak
Lingkungan
(Lembaran
7
Negara Tahun 1999 Nomor 59;
Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3838 ) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun
1988
tentang
Koordinasi Kegiatan Instansi
Vertikal di Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 1988 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
3373);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2010 tentang Pedoman
Satuan Polisi Pamong Praja
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor
9,
Tambahan
Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5094);
15. Qanun Kota Sabang Nomor 4
Tahun 2008 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja
Dinas-Dinas Daerah Kota
Sabang (Lembaran Daerah
Kota Sabang Tahun 2008
Nomor 4).
16. Qanun Kota Sabang Nomor 5
Tahun 2008 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah.
C. Batang Tubuh
No
Rancangan Qanun
1
Ketentuan Umum
Usulan dan komentar
Hewan-hewan adalah sapi, kerbau, kuda,
kambing, domba/biri-biri dan peliharaan
Pasal 1 angka 8. Hewan-hewan
lainnya
adalah sapi, kerbau, kuda,
kambing, domba/biri-biri
(Penambahan
Peliharaan
lainnya
dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya
hewan-hewan lain yang dapat berkeliaran di
dalam Kota Sabang, selain sapi, kerbau, kuda,
8
kambing, domba/biri-biri)
tambahan pengertian Setiap orang:
Setiap orang adalah orang perorangan
dan/atau korporasi
(Subyek hukum di dalam Qanun ini diperluas
bukan hanya orang perorangan, tetapi juga
korporasi.
Hal
ini
dimaksudkan
bahwa
pemeliharaan hewan bukan hanya dilakukan
oleh orang perorangan, tetapi juga dapat
dilakukan oleh korporasi baik berupa badan
hukum, maupun bukan)
Istilah Sekretaris Daerah adalah Sekretaris
Daerah kota Sabang, tidak digunakan, karena
tidak ditemukan dalam batang tubuh qanun.
2
BAB III
PENGATURAN
BAB III
PENGATURAN PEMELIHARAAN
(1) Setiap Orang yang memelihara
PEMELIHARAAN
hewan dalam kota dilarang
Pasal 5
(1) Barang siapa yang
untuk melepaskannya
memelihara hewan
(2) Setiap orang yang memelihara
dalam kota dilarang
hewan wajib memiliki kandang
untuk
(3) Kandang sebagaimana yang
melepaskannya
dimaksud Pada ayat (2) tidak
(2) Setiap orang yang
boleh
berdekatan
dengan
memelihara hewan
perkantoran, rumah ibadah,
wajib
kawasan pendidikan, rumah
memiliki
kandang
penduduk
(3) Kandang
atau
pemukiman
sebagaimana yang
dimaksud
kawasan
dan
tempat
umum lainnya.
dalam
ayat (2) tidak boleh
(Larangan kandang hewan bukan
berdekatan dengan
hanya
rumah
dengan
dan/atau
penduduk
kawasan
tidak
boleh
berdekatan
perumahan
dan
pemukiman, akan tetapi juga tidak
pemukiman.
boleh
berdekatan
perkantoran,
9
rumah
dengan
ibadah,
kawasan pendidikan dan tempat
umum lainnya).
3
BAB V
CARA JUAL
TATA
BAB V
BELI TATA CARA MOBILITAS HEWAN
TERNAK
4
Pasal 8
Pasal 8
(1) Setiap
jual-beli
ternak
(1) Setiap kegiatan mobilitas hewan
dilengkapi
surat
harus dilengkapi surat keterangan dari
keterangan dari Guchik
Guchik atau setingkatnya asal hewan
atau
ternak.
harus
setingkatnya
asal
hewan ternak
(2) Setiap
(2) Setiap kegiatan mobilitas hewan yang
jual-beli
hewan
masuk atau keluar dari wilayah kota
ternak atau keluar dari
Sabang
harus
wilayah kota Sabang harus
kepala Dinas.
dilaporkan
kepada
dilaporkan kepada kepala (Pengaturan di dalam Bab ini tidak hanya
Dinas Pertanian.
tentang jual
beli,
tetapi
juga
kegiatan
Mobilitas hewan di Kota Sabang sendiri,
maupun yang masuk dan keluar dari Kota
Sabang).
5
Pasal 10
Setiap
Pasal 10
pemilik
dilarang
melepaskan
hewan
ternak
Setiap orang
dilarang melepaskan
dengan
sengaja
hewan di luar kandang atau pagar untuk
hewan
ternaknya
berkeliaran pada siang maupun malam
diluar kandang atau pagar untuk
hari
berkeliaran pada siang maupun
malam hari
(yang
menjadi
Subjek
pemeliharaan
hewan, bukan hanya pemilik hewan, akan
tetapi juga dapat orang yang hanya
memelihara hewan kepunyaan orang lain,
bukan pemilik).
6
Pasal 13
(penggunaan
istilah
yang
harus
disesuaikan dengan ketentuan Perundangundangan yang berlaku, seperti kata
”pada” di depan ayat)
10
7
Pasal 14
(1)
Pasal 14
Pelanggaran
terhadap
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan pasal
ketentuan pasal 4 ayat (1) huruf a
4 ayat (1) huruf a dan b, pasal 5, pasal
dan b, pasal 5, pasal 6, pasal 7,
6, pasal 7, pasal 10, pasal 11 dan pasal
pasal 10, pasal 11 dan pasal 12
12 diancam dengan pidana kurungan
diancam dengan pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau
selama-lamanya 3 (tiga) bulan
denda paling banyak 3.000.000 (tiga
dan/atau denda setinggi-tingginya
juta rupiah);
3.000.000 (tiga juta rupiah);
(istilah paling lama dan paling banyak
adalah merupaka istilah lazim digunakan
di dalam peraturan perundang-undangan
dewasa ini)
8
Pasal 15
Pasal 15 huruf c , e dan f.
(istilah yang lazim disebutkan di dalam
Hukum Acara Pidana adalah ”Barang
bukti”, bukan “bahan bukti”. Demikian
juga dengan “keterangan ahli” bukan
“tenaga ahli”
9
Bab yang berjudul sanksi, lebih tepat
dirubah dengan tindakan penertiban dan
pembiayaan
menyesuaikan
dengan
substansinya.
10
PENJELASAN
Di dalam penjelasan hanya ditambahkan
mengenai penjelasan
Pasal 5
Ayat (3) tempat umum lainnya
adalah tempat olahraga dan tempat
wisata
11
Download