Ayo kita siaga!

advertisement
Bersahabat dengan
Rianta Pratiwi  Deny Hidayati  Subagjo S
Wanda S. Atmadja  Soekarno  Tjutju Susana
terumbu karang
berarti menyelamatkan
alam dan diri kita sendiri.
PESONA LAUT KITA
7
UNTUK SMP KELAS
DAN SEDERAJAT
k terduga.
a
d
ti
g
n
a
t
a
d
a
n
a
c
n
e
B
A yo kit a si a g a!
Pesona Laut Kita
Rianta Pratiwi, Deny Hidayati, Subagjo S, Wanda S. Atmadja, Soekarno, Tjutju Susana,
Jakarta, COREMAP - LIPI, 2008
ISBN 978 - 979 - 1267 - 30 - 4
Pesona Laut Kita
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Diterbitkan oleh COREMAP - LIPI
ii
Kata Pengantar
Indonesia, sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau melebihi
17.000 dan garis pantai lebih dari 81.000 km. Posisinya di antara Benua Asia dan Australia,
serta Samudera Pasifik dan Hindia, dengan kompleksitas geologis dengan perbenturan
lempeng Eurasia, Filipina, Pasifik, dan lempeng Samudera Hindia-Australia, memberikan
anugerah kepada Indonesia untuk memiliki keanekaragaman hayati paling kaya di dunia.
Keanekaragaman hayati yang memberikan manfaat sangat besar bagi masyarakat, di
antaranya dipersembahkan oleh ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Keanekaragaman hayati laut Indonesia dari segi sosial, ekonomi, dan ekologi tidak
hanya besar maknanya bagi penduduk Indonesia, namun juga berperan penting dalam
dimensi global. Indonesia adalah tempat ideal untuk pertumbuhan karang, dengan luas
total terumbu karang Indonesia mencapai 85.707 km2 atau sekitar 14% luas terumbu karang
dunia (Tomascik dkk, 1997). Keanekaragaman hayati terumbu karang Indonesia tercermin
dari 2.057 jenis ikan karang, 2.500 jenis moluska, 461 jenis karang batu, serta berbagai
jenis hewan dan tumbuhan laut lainnya yang mengisi kekayaan hayati laut. Kekayaan yang
melimpah dari ekosistem terumbu karang saja menyajikan potensi US$ 1.647 juta per tahun
(Burke dkk. 2002), dari sektor perikanan, pariwisata, bahan baku obat-obatan dan industri,
pertahanan pantai, hingga pendidikan dan penelitian.
Namun sejalan dengan waktu, degradasi kondisi laut terus berlanjut ke tingkat parah.
Hal ini ditunjukkan dengan kondisi terumbu karang yang paling baik di Indonesia belum
beranjak dari kisaran 6,69% (Suharsono, LIPI 2003). Upaya-upaya pelestarian terumbu
karang serta ekosistem laut lainnya, memerlukan usaha yang lebih keras, namun juga perlu
mendukung kesejahteraan masyarakat dengan pemanfaatnya secara lestari. Mata rantai
keserakahan dan kemiskinan menjadi perhatian utama dalam upaya pemulihan kondisi
karang serta pengelolaan sumber daya laut yang lestari. Kemiskinan terbesar berada pada
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, di mana ironisnya sumber daya alam dan potensinya
seyogyanya berlimpah ruah. Tingkat pendidikan yang sangat rendah juga memperburuk
kondisi tersebut, di mana jumlah tertinggi penduduk pulau lokasi pilot COREMAP (Kepulauan
Riau, Taka Bonerate, Biak) yang meneruskan pendidikan hingga perguruan tinggi hampir
mencapai 0% (TNS/JHUCCP/COREMAP LIPI, 2001). Terbatasnya akses informasi ilmiah yang
mendukung pemberdayaan masyarakat, serta disorientasi pembangunan laut yang masih
bersifat kedaratan, menjadi beban tambahan masyarakat miskin pesisir.
Melalui pendidikan masyarakat; formal, non formal, maupun informal konsisten dan
berkelanjutan, didukung aspek penegakan hukum, pengelolaan partisipatif oleh masyarakat,
serta dukungan ilmiah dari segala pihak, maka pemutusan mata rantai yang menjadi penyebab
utama degradasi sumber daya laut, menjadi hal yang sangat mungkin untuk diwujudkan.
Kegiatan Pendidikan Kelautan yang diprakarsai oleh LIPI COREMAP sejak awal tahun
2000 meliputi rangkaian lokakarya guru dan praktisi pendidikan, Diknas, LSM lingkungan
laut, pihak swasta, dan pakar kelautan, yang kemudian dimantapkan dalam bentuk matriks
Kurikulum Kelautan Berbasis Kompetensi pada tahun 2002 untuk tingkat Sekolah Dasar dan
iii
Sederajat, dengan bimbingan tim pusat kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, serta
digubah menjadi Seri Buku “Pesisir dan Laut Kita” untuk kelas 1 hingga 6 SD, beserta panduan
guru.
Sejalan dengan tingginya kebutuhan materi pendidikan di jenjang SMP dan SMA, LIPI
juga memulai upaya penulisan buku melalui proses lokakarya guru serta diskusi dengan pakar
dan praktisi lingkungan laut, dan mempererat kerja sama dengan Departemen Pendidikan
Nasional, utamanya Pusat Kurikulum. Buku inilah yang kemudian diharapkan menjadi acuan
belajar siswa dan guru dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang
kelautan. Buku ini memuat pengayaan materi yang terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu
yang berkaitan dengan pengelolaan laut, baik dari ekologi, fisika, kimia, dan biologi, hingga
menyentuh aspek sosial budaya, serta ekonomi. Diharapkan buku ini dapat memberikan
panduan yang komprehensif bagi siswa dalam melihat berbagai sisi pengelolaan laut yang
harus terintegrasi satu sama lainnya. Selain memberikan pemahaman berbagai aspek
pengelolaan wilayah pesisir, buku ini juga membuka mata siswa dan guru untuk ikut serta
berupaya mengurangi risiko bencana yang kerap terjadi di wilayah pesisir.
Terlahirnya buku seri pengetahuan laut tingkat SMP dan SMA ini tidak terlepas dari
dukungan berbagai pihak. Karenanya, LIPI menyampaikan penghargaan dan terima kasih
terutama kepada tim penulis buku yang telah bekerja keras menuangkan pemikiran serta
pengetahuannya dalam sajian yang interaktif dan menarik, sehingga mudah digunakan
oleh siswa maupun guru. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Departemen
Pendidikan Nasional, Pusat Kurikulum yang senantiasa mendukung inisiatif ini, serta
mendukung sosialisasi pengetahuan kelautan dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi
atau kurikulum tingkat satuan pendidikan. Terima kasih kami sampaikan kepada lembaga
pemerintah maupun non pemerintah, beserta guru-guru dan sekolah yang turut membantu
proses penyempurnaan buku ini.
Menjadi sebuah harapan besar, bahwa buku seri pengetahuan laut ini akan turut
memberikan kontribusi yang bermakna untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia
yang handal dalam mengelola lingkungan lautnya secara arif hingga generasi-generasi
berikutnya.
Jakarta, 28 Desember 2007
Direktur CRITC COREMAP LIPI
Prof. Dr. Ono Kurnaen Sumadhiharga, MSc
iv
Kata Sambutan
Indonesia merupakan salah satu negara bahari yang memiliki kekayaan dan
keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi tersebut antara lain sebanyak 14 % terumbu
karang dunia tersebar di wilayah Indonesia dan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis
karang hidup di dalamnya. Kekayaan dan keanekaragaman jenis biota laut tersebut belum
dimanfaatkan secara maksimal secara berkelanjutan dalam membangun Indonesia menjadi
salah satu negara bahari terbesar di dunia.
Pusat Kurikulum Balitbang Diknas bekerja sama dengan Bagian Pendidikan dan
Komunikasi Masyarakat yang bernaung dalam Program Pelestarian Terumbu Karang Nasional
(COREMAP-LIPI) telah berupaya untuk menyusun bahan ajar sehingga menghasilkan buku
serial “Pesisir dan Laut Kita” untuk jenjang SMP dan SMA. Upaya serupa telah dilakukan
untuk jenjang Sekolah Dasar dan bahan tersebut juga dipergunakan pada sekolah binaan
dan sekolah di wilayah lain. Harapannya buku tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan
ajar untuk wilayah yang lebih luas lagi.
Buku ini disusun sebagai salah satu upaya mengimplementasikan hasil riset peneliti
kelautan yang diselaraskan dengan riset bidang sosial dan diperkaya dengan pengalaman
di lapangan. Buku ini disusun dengan memperhatikan perkembangan intelektual peserta
didik.
Penyajian buku meliputi informasi konsep sebagai gambaran keluasan dan
kedalaman materi yang dipandu dengan peta konsep dan tugas mandiri agar peserta
didik mengkonstruksi sendiri konsep dan menguasai keterampilan dasar, serta rubrik
untuk memperluas pemahaman mereka. Selain itu disajikan soal agar peserta didik dapat
merefleksikan tingkat pemahaman mereka terhadap materi dalam bab. Dengan demikian
peserta didik akan memiliki kompetensi dasar yang tidak hanya berupa pengetahuan yang
statis, tetapi dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga mendukung
upaya pelestarian sumber daya laut.
Buku serial “Pesisir dan Laut Kita” diharapkan dapat dijadikan bahan ajar untuk
diintegrasikan dalam mata-mata pelajaran yang terdapat dalam Standar Isi yang
dioperasionalkan dalam KTSP atau menjadi muatan lokal. Buku ini dapat dipergunakan
baik di wilayah yang memiliki karakteristik kelautan atau di wilayah lainnya sebagai buku
pengayaan. Bahan ajar ini tidak menutup kemungkinan akan lebih diperkaya sesuai dengan
kondisi serta kebutuhan wilayah setempat.
Dengan disusunnya buku ini diharapkan akan dapat mempersiapkan generasi muda
yang memiliki pengetahuan dan kompetensi dasar dalam bidang kelautan. Diharapkan
mereka juga memiliki sikap mental yang baik untuk mencintai dan melestarikan lingkungan
mereka yang pada akhirnya akan turut meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Jakarta, Desember 2007
Kepala Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
Dra. Diah Harianti, M.Psi
v
Daftar Isi
Kata Pengantar
LIPI
iii
Depdiknas
v
Bab 1 Pengetahuan Dasar Ekosistem Pesisir
dan Laut
A.
B.
C.
D.
Pengertian Pantai, Pesisir, dan Laut
1. Pantai Berbatu
2. Pantai Berpasir
3. Pantai Berlumpur
Air Laut
1. Komposisi kimia air laut
2. Apakah manfaat air laut?
Pembagian Lingkungan Laut
1. Kawasan pelagik
2. Kawasan dasar laut atau kawasan bentik
Pembagian Laut di Indonesia
Bab 2 Ekosistem Pesisir dan Laut
Komponen Penyusun Ekosistem dan
Hubungan Antar Komponen
1. Komponen Biotik
2. Komponen Abiotik
3. Hubungan Antar Komponen Ekosistem
B. Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang
1. Ekosistem Mangrove
2. Ekosistem Lamun
3. Ekosistem Terumbu Karang
1
2
2
3
4
5
5
7
7
7
8
9
16
A.
vi
18
18
25
26
33
33
40
41
Bab 3 Pemanfaatan Ekosistem, Perusakan,
dan Penanggulangannya
A.
B.
C.
Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir
dan Laut
Perusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut
1. Penebangan Hutan Mangrove secara Berlebihan
2. Perikanan yang Merusak
3. Penambangan Batu Karang dan Pasir
4. Pariwisata
5. Pencemaran
6. Pengendapan atau Sedimentasi
7.
Abrasi
Peran Masyarakat dalam Mengurangi
Kerusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut
1. Kearifan Lokal
2. Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap yang Ramah
Lingkungan
3. Pengelolaan Pesisir dan Sumber Daya Laut
4. Pariwisata yang Ramah Lingkungan
Daftar Pustaka
48
50
55
56
56
59
60
61
62
63
64
64
67
67
68
75
vii
Bab 1
PengetahuanDasarEkosistem
Pesisir dan Laut
Topik: Pesona Laut Kita
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
• Mampu memahami pesisir dan laut serta
jenis-jenis pantai.
• Mampu mendeskripsikan pesisir dan laut.
• Mampu memahami sifat-sifat kimia air laut.
• Mampu memahami komposisi kimia air laut.
• Mampu menjelaskan jenis-jenis pantai:
berbatu, berpasir, dan berlumpur.
• Mampu menjelaskan manfaat air laut.
• Mampu memahami pembagian lingkungan
laut dan wilayah laut di Indonesia.
• Mampu mendeskripsikan tentang pembagian
lingkungan laut.
• Mampu mengidentifikasi pembagian lingkungan laut berdasarkan topografi, perairan,
dan biotanya.
• Mampu menceritakan wilayah laut di
Indonesia.
• Mampu memahami ekosistem mangrove,
lamun, dan terumbu karang.
• Mampu menjelaskan pengertian ekosistem
mangrove, lamun, dan terumbu karang.
• Mampu mengidentifikasi hewan dan tumbuhan di ekosistem mangrove, lamun, dan
terumbu karang.
• Mampu menceritakan kehidupan di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Peta Konsep
Pengetahuan Dasar
Ekosistem Pesisir dan Laut
R UA N G L I N G K U P N YA
Pengertian
TERDIRI DARI
Pantai Berbatu, Berpasir, Berlumpur
Pesisir
Laut
Air Laut
MENCAKUP
Komposisi Kimia
Manfaat
Pembagian Lingkungan Laut
TERDIRI DARI
Kawasan Dasar/Bentik
Kawasan Pelagik/Oseanik
Pembagian Laut di Indonesia
TERDIRI DARI
Laut Teritorial
Laut Nusantara
Zona Ekonomi Eksklusif
1
A. Pengertian Pantai, Pesisir, dan Laut
biasanya berwarna hitam atau putih. Kehidupan biota di pantai berbatu membutuhkan daya tahan yang tinggi. Mengapa?
Karena biota tersebut harus menghadapi
ombak besar, angin kencang, kekeringan,
dan perubahan suhu yang ekstrim. Ayo kita
perhatikan penjelasan berikut ini.
Gambar 1-1. Profil pantai dan pesisir.
(Sumber: COREMAP - LIPI)
Kita sering ke pantai. Tetapi apakah
kalian tahu apakah pantai itu? Bila kita berjalan-jalan di pinggir laut dalam keadaan
air surut, akan terlihat adanya batas antara laut dan darat. Batas itu disebut garis pantai. Pantai adalah wilayah antara
batas air laut pasang dan surut. Pantai
merupakan tempat yang menarik untuk
dipelajari karena tempat bertemunya dua
lingkungan (darat dan laut) yang berbeda.
Bagaimana dengan pesisir? Apakah bedanya dengan pantai? Pesisir adalah bagian
dari darat yang dipengaruhi oleh air laut
dan bagian laut yang dipengaruhi oleh darat. Sedangkan laut adalah bagian dari bumi yang tertutup oleh air asin. Laut lepas
yang luas dan dibatasi oleh benua disebut
samudera.
Berdasarkan materi penyusunnya, pantai dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pantai
berbatu, pantai berpasir, dan pantai berlumpur.
1. Pantai Berbatu
Pantai berbatu adalah pantai yang di
wilayahnya banyak ditemukan batu-batu
besar yang berasal dari letusan gunung
berapi atau batu kapur. Batu-batu tersebut
2
Di siang hari, batu-batu menjadi sangat panas terpanggang matahari, sebaliknya pada malam hari suhu menjadi sangat
dingin. Kondisi lingkungan yang berubahubah itu berpengaruh terhadap kehidupan
hewan dan tumbuhan. Di pantai berbatu
sering terjadi ombak yang sangat keras.
Biota di pantai tersebut harus dapat beradaptasi dengan deburan ombak yang sangat keras. Pada pantai berbatu yang selalu
terendam air, banyak terdapat hewan dan
tumbuhan, seperti kepiting, ikan, anemon,
rumput laut, dan cacing.
Pasang surut air laut juga mempengaruhi biota yang menempel pada batu.
Padahal, kebanyakan organisme laut (biota
laut) memperoleh oksigen dari udara yang
larut dalam air. Biota yang menempel di
batu dekat permukaan air sering mengalami kekeringan, tetapi tetap dapat bertahan
hidup karena mempunyai kemampuan menyimpan air di dalam tubuhnya.
Hewan di pantai berbatu mencari tempat bersembunyi dan makanan dengan
cara yang berbeda. Teritip, beberapa jenis
kerang, dan cacing memperoleh makanan
dengan cara menyaring bahan organik dan
Plankton adalah hewan
atau tumbuhan yang hidup
melayang di kolom air, yang arah
pergerakannya ditentukan oleh
arus.
Teritip
Tiram batu
Kepiting batu
Chiton
Gambar 1-2. Pantai berbatu dan biota laut yang hidup di pantai berbatu
(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)
plankton yang terbawa oleh arus, ombak,
dan air pasang. Sedangkan limpet dan bulu
babi dengan cara memakan lumut yang
tumbuh di batuan.
2. Pantai Berpasir
Pantai berpasir adalah pantai yang
wilayahnya terdiri dari pasir. Warnanya
pun bermacam-macam, ada yang putih,
putih kecokelatan, dan kehitam-hitaman.
Mengapa warna pasir bermacam-macam?
Pasir putih berasal dari pecahan karang, sedangkan pasir hitam dari gunung berapi.
Sebagian pantai berpasir di Indonesia mengandung kwarsa yang dapat dijadikan bahan pembuat kaca.
Pantai berpasir terjadi karena hempasan
ombak yang dahsyat meruntuhkan dan
memecahkan batu atau karang menjadi
berkeping-keping secara terus-menerus.
Lama-kelamaan pecahan batu-batu tersebut menjadi kerikil/karang kecil-kecil.
Di bagian pantai yang terendah akan
terlihat banyak lubang dan tonjolantonjolan pasir (gundukan-gundukan pasir).
Bila kita amati secara cermat, maka lubanglubang dan gundukan-gundukan pasir tersebut ternyata merupakan tempat berlindung
hewan laut, seperti cacing dan udang agar
terhindar dari hempasan ombak dan pemangsa (predator), serta perubahan cuaca
yang ekstrim.
Mengenal Pasir Kwarsa
•
Ambil segenggam pasir putih,
letakkan di telapak tanganmu.
•
Apabila pasir tersebut berkilau
memantulkan cahaya matahari,
berarti itu adalah pasir yang
mengandung kwarsa.
3
cing laut menyaring makanannya dari pasir
(lihat gambar). Sedangkan kepiting, kerang,
dan amphipoda (kutu laut) makan rumput
busuk yang terdapat di permukaan pasir.
3. Pantai Berlumpur
Gambar 1-3. Gambar pantai berpasir
Bagaimana dengan pantai berlumpur?
Pantai berlumpur adalah pantai yang dipenuhi oleh lumpur, berwarna hitam, dan
berbau. Bau tersebut berasal dari pembusukan hewan dan tumbuhan yang mati.
Jenis pantai seperti ini biasanya banyak dijumpai di daerah muara sungai.
(Foto: M. Kasim Moosa)
Bagaimana hewan-hewan tersebut
memperoleh makanan? Mereka memperoleh makanan dengan cara menunggu
hempasan ombak, arus, dan air pasang
yang terjadi setiap hari. Ada beberapa ca-
Di daerah ini banyak dijumpai hewanhewan dan tumbuhan yang tahan terhadap
kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.
Apa yang dimaksud dengan lingkungan
ekstrim? Lingkungan ekstrim adalah lingkungan di mana sebagian besar makhluk
hidup pada umumnya tidak mampu hidup.
Hewan-hewan di lingkungan tersebut
mampu bertahan hidup dengan air tawar
dari sungai di saat air laut surut dan dengan
air la ut di saat pasang.
Jenis hewan yang banyak dijumpai di
pantai berlumpur adalah kepiting, cacing,
kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, burung, dan monyet. Sedangkan tumbuhannya adalah dari jenis bakau (mangrove).
Proses Terjadinya Pantai
Berlumpur
Gambar 1-4. A. Penampang pantai pasir dengan beberapa jenis hewan yang hidup di dalamnya. B. Jenis hewan
yang hidup di pantai berpasir.
4
•
Lumpur dari darat dibawa ke
laut melalui sungai.
•
Lumpur dari laut dibawa ke arah
pantai melalui arus.
•
Lumpur dari darat dan laut
mengend ap membentuk
paparan lumpur, maka terjadilah
pantai berlumpur.
Kepiting lumpur
Siput lumpur
Cacing lumpur
Keong dara
(Foto: M. Kasim Moosa)
(Foto: Pramudji,
P2O - LIPI)
(http://pubs.usgs.gov)
(www.wallawalla.edu)
Ikan glodok
(Foto: Susetiono,
P2O - LIPI)
Gambar 1-5. Pantai berlumpur dan jenis hewan yang hidup di pantai berlumpur.
(Foto: M. Kasim Moosa)
Latihan
Untuk mengetahui pemahaman kalian mengenai pengetahuan dasar dan pembagian
pesisir dan laut, maka jawablah pertanyaan berikut:
1. Jelaskan perbedaan antara pantai dan pesisir.
2. Jelaskan pembagian lingkungan laut.
B. Air Laut
Bila berbicara tentang laut sangat mustahil kita tidak berbicara tentang air yang
terkandung di dalamnya karena air laut meliputi 97 persen dari total air yang ada di
bumi.
Air laut susunan kimianya sama dengan
air lainnya, yaitu terdiri dari atom oksigen
dan hydrogen. Tetapi, berbeda dengan
air tawar, air laut rasanya asin. Rasa asin
disebabkan oleh komposisi kimia air laut
mengandung lebih banyak garam-garam
terlarut di dalamnya. Dengan banyaknya
kandungan garam-garam tersebut maka
air laut bersifat korosif, yaitu dapat membentuk karat dengan logam.
1. Komposisi kimia air laut
Sebagaimana halnya sifat air murni maka air laut pun mampu melarutkan zat-zat
lain dalam jumlah yang lebih banyak. Kan5
dungan air laut berupa: 96,5% air murni
dan 3,5% zat terlarut. Zat terlarut tersebut
meliputi garam-garam anorganik, senyawasenyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut. Banyak
sekali unsur-unsur kimia utama yang terdapat dalam air laut. Bagian terbesar dari
bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik.
Air laut sebagai tempat hidup berbagai
biota tidak selalu aman walaupun secara
fisik tampak jernih dan bersih. Air laut kadang-kadang dapat membahayakan. Hal ini
dikarenakan adanya zat kimia tertentu yang
dapat menjadi racun bagi biota tersebut.
Zat-zat beracun tersebut dikenal sebagai
bahan pencemar (polutan). Zat pencemar
tersebut berasal dari sungai/hujan yang mengalir ke laut.
Bahan pencemar dapat berupa:
a.
Bahan padatan/cairan
b.
Bahan organik/anorganik
Bahan padatan misalnya kaleng, botol,
dan kantong plastik. Bahan cair misalnya
limbah cair dari pabrik, tumpahan minyak,
dan air buangan dari rumah tangga. Bahan
organik adalah bahan yang dapat diurai
atau hancur, seperti sayur-sayuran, sampah daun-daunan, dan jerami padi. Bahan
anorganik adalah bahan yang tidak dapat
diurai, seperti unsur-unsur kimia: Hg dan
Cd.
Gambar 1-6. Ribuan ikan mati mendadak di wilayah
pesisir.
(Sumber: http://buletin.melsa.net.id)
Semua bahan pencemar yang disebutkan di atas berasal dari industri, pertanian,
rumah tangga, alat transportasi, rumah
sakit, dan lain-lain. Banyaknya bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan
menyebabkan terganggunya kehidupan
biota di dalamnya. Mengapa? Karena berkurangnya kadar oksigen yang terlarut dalam perairan.
Masuknya bahan pencemar ke dalam
perairan laut dapat berakibat:
a. Terganggunya keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh industri akan terjadi
pembusukan, akibatnya timbul bau yang
menusuk hidung. Selain itu warna air yang
menjadi kotor akan menimbulkan pemandangan yang tidak nyaman.
b. Berkurangnya kualitas
perairan
Gambar 1-5. Tambak garam tradisional.
(Sumber: COREMAP - LIPI)
6
Sebagaimana halnya manusia, maka untuk kelangsungan hidupnya, biota laut pun
membutuhkan makanan yang berkualitas.
Dengan banyaknya bahan pencemar yang
masuk ke dalam perairan akan menurunkan
kualitas perairan yang pada akhirnya akan
mengganggu proses kehidupan biota di dalamnya.
c. Kematian ikan secara massal
Akhir-akhir ini kerap terjadi kematian
ikan secara massal di beberapa perairan di
sekitar kota-kota besar, seperti Teluk Jakarta. Tiba-tiba saja beribu-ribu ikan mengambang mati di permukaan laut. Menurut beberapa peneliti, penyebab kematian ikan
tersebut, antara lain akibat keracunan oleh
bahan pencemar, seperti logam berat, senyawa ammonia, pestisida, atau karena
tingginya kandungan zat hara dalam perairan terutama fosfat.
Di laut lepas, yang secara fisik tampak
cukup bersih pun, dapat terjadi pencemaran
oleh minyak akibat terjadinya kecelakaan
kapal-kapal tanker yang mengangkut minyak mentah dan menumpahkan muatannya ke laut.
b. Produksi garam
Air laut juga dapat digunakan untuk
memproduksi garam melalui proses penguapan. Garam ini dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk dimanfaatkan langsung (makanan) dan untuk
keperluan berbagai industri, seperti industri
kimia, pulp dan kertas, plastik, sabun, dan
lain-lain.
c. Desalinasi
Air laut juga dapat didesalinasi (dihilangkan garamnya) menjadi air tawar yang banyak dimanfaatkan oleh kapal-kapal besar.
d. Untuk budi daya laut
Air laut dapat dimanfaatkan untuk budi
daya ikan, rumput laut, dan kerang mutiara.
Rumput laut digunakan dalam bidang industri makanan, farmasi, dan kosmetik.
2. Apakah manfaat air laut?
Ternyata air laut memiliki bermacammacam fungsi, seperti:
a. Sebagai pendingin
Dalam bidang industri, air laut antara
lain dimanfaatkan sebagai pendingin dalam
produksi listrik yang menggunakan tenaga
uap (PLTU). Contohnya PLTU Muara Karang
di perairan Teluk Jakarta, PLTU Suralaya di
perairan pesisir Anyer (Banten).
Gambar 1-7. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Paiton, Jawa Timur.
(Sumber: [email protected])
C. Pembagian Lingkungan Laut
Lautan sebagai anugerah dari Tuhan,
merupakan aset/kekayaan alam yang perlu kita nikmati dan syukuri keberadaannya.
Oleh karena itu, lautan harus dijaga kelestarian alaminya, baik lingkungan biotik
maupun abiotiknya agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan lestari.
Pada dasarnya lingkungan laut dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kawasan pelagik
dan kawasan dasar laut yang disebut
kawasan bentik.
1. Kawasan pelagik
Secara horizontal, kawasan pelagik dapat dibagi menjadi dua daerah, yakni:
7
a.
Zona neritik yang mencakup massa air
yang terletak di atas paparan benua.
b.
Zona oseanik, meliputi semua perairan
terbuka lainnya (lihat gambar 1.8).
Secara vertikal, laut dapat dibagi lagi
menjadi dua berdasarkan atas tembusnya
cahaya, yaitu:
a.
Zona fotik, yaitu daerah yang mendapat cahaya matahari.
b.
Zona afotik, yaitu daerah yang sudah
tidak mendapat sinar matahari (gelap).
a. Zona fotik atau zona
epipelagik
Zona fotik adalah bagian dari kawasan
pelagik yang mendapat cahaya matahari.
Kedalamannya bervariasi bergantung pada
kejernihan airnya. Umumnya perbatasan bawah terletak pada kedalaman 100-150 m.
Air pasang
Pelagik
Neritik
Oseanik
Neritik
100 m
Air Surut
200 m
Sublitoral atau paparan
Batipelagik
Be
Afotik
nt
ik
lukan untuk pernapasan. Plankton dapat
digunakan sebagai sumber makanan bagi
hewan-hewan kecil di laut. Hewan kecil
dimakan oleh hewan yang lebih besar
lagi sehingga terjadi perpindahan energi
melalui rantai makanan.
b. Zona afotik
Zona afotik meliputi massa air di bawah
zona fotik yang secara terus-menerus di
dalam kegelapan. Bagian pelagik dari zona
afotik ini terletak pada bagian afotik yang
suhunya antara 100 C dan 40 C, atau pada
kedalaman antara 700-1000 m dan 20004000 m.
Biota yang hidup di zona afotik ada
yang bersifat pemakan partikel lumpur, pemangsa, pemakan bangkai, dan pemecah
gas racun (metan dan H2S) menjadi makannya sebagai hasil simbiosis dengan bakteri.
Daerah/zona afotik selalu dalam kegelapan.
Apakah di zona ini juga terdapat kehidupan? Ya, ternyata di sini hidup berbagai
jenis kerang dan keong (Moluska), bintang
laut, dan teripang (Ekhinodermata), udang
dan kepiting (Krustasea), cacing, spong,
dan ikan.
Bagian-bagian Lautan
2. Kawasan dasar laut atau
kawasan bentik
Gambar 1-8 Gambar pembagian lingkungan laut.
(Sumber: Nybakken 1992)
Zona fotik atau zona epipelagik adalah
zona penting karena zona ini merupakan
daerah produktivitas primer di lautan. Di
zona inilah kelompok plankton mampu
melakukan fotosintesis terbesar di dalam
laut. Plankton dapat menangkap energi
matahari. Dalam proses fotosintesis dihasilkan oksigen dan zat gula. Oksigen diper-
8
Kawasan dasar laut atau kawasan bentik merupakan istilah umum yang berkaitan baik dengan biota maupun zona dasar
laut. Kawasan bentik ini dibagi menjadi:
a. Zona intertidal atau zona
litoral
Zona intertidal atau litoral adalah daerah/zona pantai yang terletak di antara pasang tertinggi dan surut terendah. Daerah
ini mewakili daerah peralihan dari kondisi
lautan ke kondisi daratan.
b. Zona paparan atau zona
sublitoral
cahaya dan pada umumnya dihuni oleh
bermacam jenis biota laut yang melimpah
dari berbagai komunitas, termasuk padang
lamun dan terumbu karang.
Zona paparan atau sublitoral adalah
zona bentik pada paparan benua di bawah
zona pelagik neritik. Zona ini mendapat
D. Pembagian Laut di Indonesia
Di Indonesia, laut juga dibagi menurut
beberapa zona. Bedanya, pembagian ini
berdasarkan atas wilayah kekuasaan hukum di Indonesia. Berdasarkan atas wilayah kekuasaan hukum di Indonesia, lautan Indonesia dapat dibedakan atas laut
teritorial, laut nusantara, dan zona ekonomi
eksklusif (ZEE).
1.
Laut teritorial, adalah bagian lautan
yang berada pada jarak 12 mil laut dari
pantai terluar Kepulauan Indonesia
(diukur dari garis dasar pantai terluar).
Garis dasar ini ditentukan dengan cara
yang disepakati bersama oleh negaranegara di dunia. Daerah ini merupakan
wilayah kedaulatan suatu negara, dalam hal ini adalah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
2.
Laut Nusantara, adalah perairan laut
yang berada di antara pulau-pulau
yang berada di wilayah kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3.
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), adalah
daerah lautan yang memiliki batas luar
200 mil laut yang diukur dari garis dasar pada suatu negara.
Pada daerah ZEE ini negara yang bersangkutan berhak memanfaatkan sumber
daya alamnya, namun harus dihormati hak
negara lain untuk melakukan pelayaran
di daerah ini. Pengakuan PBB melalui keputusannya yang dituangkan dalam United Nation Convention on the Law of the
Sea (UNCLOS) 1982. Maka sejak berlaku
mutlak keputusan PBB tersebut tahun
LAUT CINA SELATAN
FILIPINA
THAILAND
BRUNEI
DARUSSALAM
MALAYSIA
BARAT
SAMUDERA
PASIFIK
LAUT
SULAWESI
ZON
A
MALAYSIA
TIMUR
EKO
NOM
I EK
LAUT
MALUKU
SKL
USIF
IND
ONE
SIA
LA
TS
SELAT
LAUT JAWA
UN
DA
MAK A
SSAR
SINGAPURA
SE
LAUT BANDA
ZON
A
PNG
LAUT
ARAFURA
EKON
OMI
EKSK
LUSIF
TIMOR
LESTE
INDO
NESIA
SAMUDERA HINDIA
ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA
AUSTRALIA
PERAIRAN NUSANTARA
Gambar 1-9. Wilayah laut Indonesia.
(Sumber: M. Kasim Moosa)
9
1994, Indonesia secara formal diakui menurut hukum internasional sebagai negara
kepulauan (archipelagic state).
mikian juga dengan penetapan garis batas landas kontinen di Samudera Pasifik
dan Samudera Atlantik yang masih perlu
diselesaikan. Jika tidak diselesaikan maka
akan mempengaruhi kedaulatan wilayah
serta pengelolaannya.
Penentuan batas maritim (garis batas
landas kontinen, garis batas ZEE, dan garis
batas wilayah) antara Indonesia dengan
Negara-Negara Tetangga, yaitu India (Kepulauan Andaman dan Nicobar), Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New
Guinea, Timor Leste, dan Australia sampai
saat ini belum selesai secara keseluruhan
dan masih dalam proses perundingan. De94O
INDIA
08
Contoh:
Peta garis batas landas kontinen RI Malaysia - Thailand.
•
Peta garis batas laut wilayah RI - Malaysia - Singapura.
•
Peta batas wilayah RI - India.
98O
96O
100O
P. Trinkat
104O
108O
L A U T C I N A S E L ATA N
P. Terutau
O
08
07O 46' 06'' U
O
31' 12'' T
P. Nancowry
O
P. Lengkawa
O 95
25
20
l
07O 40' 06'' U
95O 25' 45'' T
N
P. Perak
P. Georgetown
t
P. Nicobar Kcl
a
P. Miru
P. Tubah
e
P. P. Nicobar
S
P. Kachaf
•
19
24
Tg. Jamboaye
M
07O 02' 24'' U
94O 55' 37'' T
IN
DO DIA
NE
SIA
kal
Indo
17
P. Bunguran
IN
06
16
O
P. P. Anambas
P. Klang
P. We
ACEH
P. Subi Br
21
Bagansiapiapi
Tg. Jamboaye
7
SUMATERA
(INDONESIA)
04O 27' 34'' U
92O 51' 17'' T
P. Serasan
14
13
8
Bengkalis
12
11
9
Singapore
10
Rangsang P. KarimunP. Batam
100O
P. Bintan
K A L I M A N TA N
104O
108O
104O 00’
04O 01' 40'' U
92O 23' 55'' T
MA L AYSI A
P. Takong
Tg. Piai
10(LK)
8(T)
Jarak
Belum
ada p
= 18
erjan
la
Se
Sultan Shoal
NM
in
t S
ga
p
ore
Belum
jian P
erbata
san
Garis Pangkal
P. Nipa
01O
20’
Horsburg
G aris
4
1
ada
nji
perja
6
5
Ttk. Dasar
10(LK)
NM
n
= 28
Jarak an Perbatasa
SINGAPORE
JOHOR
01O
20’
Pangka
l
3
2
B I N TA N
B ATA M
P. Karimun Br
INDONESIA
104O 00’
Keterangan:
1
6
Batas Laut Wilayah RI - Singapura (UU RI No. 7 / 1973)
Reklamasi yang telah dilaksanakan Singapura
Rencana Reklamasi oleh Singapura
10(LK) dan 11(LK) : Batas Landas Kontinen RI - MAL, (KEPPRES 89 / 1969)
8(T) Batas Laut Wilayah RI - Malaysia, (UU No. 2 / 1971)
Gambar 1-10. Batas Maritim Republik Indonesia dengan Negara Tetangga
(Sumber: Jawatan Hidro-Oseanografi TNI AL, Jakarta 26 Juni 2006: 50 pp)
10
22
5
6
S U M AT E R A
T
U
L A U T N AT U N A
15
P. Batumandi
P. Ug. Pidie
Rupat
S
04O
P. Jara
P. Breueh
05O 25' 20'' U
93O 41' 12'' T
Lhokseumawe
04O 18' 31'' U
92O 43' 31'' T
23
P. Pangkor
nesia
P. Berhala
P. Rondo
06O 00' 00'' U
94O 10' 18'' T
R
Pang
a
Garis
04O
k
Tg. Peuruela
1
P. Sekatung
M A L AY S I A
a
06
4
O
18
l
06O 38' 30'' U
94O 38' 00'' T
a
K
P. Nicobar Br
Ringkasan
„ Pantai adalah daerah tempat bertemunya laut dan darat.
„ Pesisir adalah daerah yang dipengaruhi oleh masuknya air tawar ke arah laut, dan air
laut ke arah darat.
„ Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin.
„ Pantai berbatu adalah pantai yang terdiri dari bebatuan yang berasal dari letusan gunung
berapi atau batu kapur.
„ Pantai berpasir adalah pantai yang seluruh bagiannya terdiri atas pasir yang berasal dari
bebatuan yang pecah menjadi kerikil sampai akhirnya kerikil hancur menjadi pasir.
„ Pantai berlumpur adalah pantai yang dipenuhi oleh lumpur.
„ Air laut merupakan air yang mengandung berbagai macam garam.
„ Dalam 1000 gram air laut berisi kurang lebih 35 gram senyawa-senyawa terlarut yang
disebut garam dapur.
„ Bahan pencemar dalam air laut adalah bahan kimia beracun yang dalam batas konsentrasi tertentu dapat membahayakan lingkungan laut dan kehidupan organisme di
dalamnya.
„ Air laut dapat dimanfaatkan sebagai pendingin, produksi garam, desalinasi, dan budi
daya laut.
„ Pada dasarnya lingkungan laut dapat dibagi menjadi dua, yakni kawasan perairan terbuka
atau pelagik dan kawasan dasar laut atau bentik.
„ Secara mendatar lingkungan laut juga dibagi menjadi kawasan neritik di atas zona
paparan dan kawasan pelagik atau laut lepas.
„ Zona pelagik secara vertikal dibagi menjadi zona fotik atau zona epipelagik dan zona
afotik.
„ Zona afotik dibagi berturut-turut menjadi zona mesopelagik, zona batial pelagik, zona
abisal pelagik, dan zona hadal pelagik.
„ Sedangkan kawasan bentik dibagi berturut-turut atas: Zona litoral (daerah pasang surut),
zona paparan atau zona subtidal, zona batial, zona abisal, dan zona hadal.
„ Di Indonesia, kawasan laut dibagi berdasarkan atas wilayah kekuasaan hukum menjadi:
Laut teritorial, Laut Nusantara, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
11
Soal
Lingkari salah satu jawaban yang paling benar.
1.
Jika kalian sering pergi ke pantai berpasir atau melihat gambarnya, bagaimana terjadinya
pantai berpasir tersebut?
2.
3.
4.
5.
a.
Karena hempasan ombak yang dahsyat
b.
Karena dibawanya tanah liat dan lumpur melalui sungai ke laut
c.
Karena letusan gunung berapi yang melemparkan bongkahan-bongkahan batu
besar ke pantai
d.
Karena menumpuknya pasir dari laut dan darat
Hewan dan tumbuhan apa saja yang biasa terdapat di pantai berbatu?
a.
Limpet, teritip, keong, kepiting, udang, ikan, cacing, bintang laut, anemon, rumput
laut, dan hydroid
b.
Cacing, kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, burung, dan monyet
c.
Burung, semut, kadal, ular, bakau, dan algae
d.
Harimau, pohon jati, pohon mangga, dan rumput gajah
Susunan kimia air laut sama dengan air tawar, tetapi air laut rasanya asin. Mengapa hal
ini bisa terjadi?
a.
Karena banyak ikannya
b.
Karena banyak limbah dari daratan
c.
Karena banyak mengandung garam
d.
Karena pengaruh sinar matahari
Apakah istilah proses pembuatan air laut menjadi air tawar?
a.
Salinasi
b.
Desalinasi
c.
Fermentasi
d.
Dekomposisi dalam batas-batas konsentrasi
Mengapa banyak bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan menyebabkan
terganggunya kehidupan biota di dalamnya?
12
a.
Kadar oksigen berkurang
b.
Kadar zat hara berkurang
c.
Kadar garam berkurang
d.
Kadar bahan pencemar berkurang
6.
7.
Apa penyebab terjadinya kematian ikan secara massal dalam perairan?
a.
Penangkapan ikan oleh nelayan
b.
Tingginya konsentrasi bahan pencemar seperti logam beratt dan ammonia
c.
Banyaknya aliran air dari daratan
d.
Penangkapan ikan dengan cara pemboman
Kawasan lingkungan laut dapat dibagi dua:
a.
Kawasan neritik dan kawasan pelagik
b.
Kawasan pelagik dan kawasan bentik
c.
Kawasan litoral dan sublitoral
d.
Kawasan fotik dan afotik
8. Secara vertikal, kawasan pelagik dapat dibedakan menjadi dua:
a.
Laut dangkal dan laut dalam
b.
Zona fotik dan zona afotik
c.
Zona panas dan zona dingin
d. Zona tenang dan zona berarus
9.
Manakah dari hal-hal berikut ini yang bukan manfaat air laut?
a.
budi daya laut
b.
sumber vitamin
c.
desalinasi
d.
produksi garam
10. Plankton adalah hewan atau tumbuhan yang hidup melayang di kolom air, yang arah
pergerakannya ditentukan oleh ...
a.
kandungan air
b.
arus air
c.
volume air
d.
salinitas air
Jawablah pertanyaan di bawah ini.
1.
Jelaskan bagaimana membedakan antara pasir biasa dengan pasir kwarsa.
2.
Perhatikan gambar 1-6 (halaman 6). Jelaskan mengapa ribuan ikan mati mendadak di
pesisir.
13
3.
Jenis-jenis berikut adalah hewan dan tumbuhan yang biasa hidup di pantai berlumpur:
kepiting, cacing, kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, bakau, dan lain-lain. Jelaskan
bagaimana proses terbentuknya pantai berlumpur?
4.
Amati gambar 1-3 (halaman 4). Disebut apakah daerah laut yang terlihat pada gambar
tersebut? Beri contoh jenis hewan yang hidup di lingkungan tersebut?
5.
Mengapa terjadi zonasi atau pembagian daerah laut? Berikan contoh zonasinya (termasuk
nama, ciri daerah, dan jenis organisme yang hidup di daerah tersebut).
Tugas
Tugas Kelompok
Pilih salah satu tugas yang kalian sukai
1.
Pengamatan Jenis Pantai
Topik:
•
•
Pantai berbatu
Pantai berpasir
•
Pantai berlumpur
Langkah:
2.
14
a.
Bagi kelas menjadi tiga kelompok.
b.
Pilih salah satu topik yang disepakati oleh anggota kelompok.
c.
Pergi ke pantai atau amati gambar pantai. Lakukan pengamatan secara teliti dan
saksama bersama-sama dengan kelompokmu mengenai ketiga pantai tersebut.
d.
Buat karangan mengenai kondisi hewan dan tumbuhan yang ada, serta bagaimana
proses terjadinya pantai tersebut.
e.
Diskusikan dengan kelompok-kelompok lain di kelas.
Pengamatan tentang larutan garam
a.
Ambil dua buah gelas, gelas pertama berisi air tawar dan gelas kedua berisi larutan
garam yang pekat. Ke dalam kedua gelas tersebut dimasukkan masing-masing satu
butir telur. Amati selama beberapa hari, apa yang terjadi terhadap kedua butir telur
tersebut. Catat hasil pengamatanmu.
b.
Isilah sebuah gelas dengan air, tambahkan beberapa sendok garam dan aduk sampai
larut. Celupkan sebuah paku ke dalam larutan garam tersebut. Setelah beberapa lama,
amati perubahan yang terjadi pada paku tersebut. Catat hasil pengamatanmu.
Glosari
15
Bab 2
Ekosistem Pesisir dan Laut
Topik: Pesona Laut Kita
Standar Kompetensi
• Mampu memahami komponen penyusun
ekosistem dan hubungan (interaksi) antar
komponen di ekosistem mangrove, lamun,
dan terumbu karang.
Kompetensi Dasar
• Mampu mendeskripsikan komponen biotik:
hewan dan tumbuhan.
• Mampu menjelaskan komponen abiotik:
gerakan air (arus, gelombang, dan pasang
surut), salinitas, suhu, densitas, dan cahaya.
• Mampu menceritakan hubungan antar
komponen:
Biotik dengan biotik
Biotik dengan abiotik
• Mampu menjelaskan hubungan antara
mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang.
• Mampu memahami ekosistem mangrove,
lamun, dan terumbu karang.
• Mampu menjelaskan ekosistem mangrove,
lamun, dan terumbu karang.
• Mampu membedakan hewan dan tumbuhan
di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu
karang.
• Mampu menceritakan kehidupan di
ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu
karang.
16
Peta Konsep
Ekosistem Pesisir dan Laut
R UA N G L I N G K U P N YA
Komponen Penyusun Ekosistem
dan Hubungan Antar Komponen
MENCAKUP
Komponen Biotik
Komponen Abiotik
Hubungan Antar Komponen
Jenis Ekosistem
TERDIRI DARI
Mangrove
Lamun
Terumbu Karang
17
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya,
berinteraksi, dan saling terkait satu dengan lainnya. Interaksi tersebut membentuk suatu
aliran energi yang tidak terputus dari produsen primer ke konsumen yang lebih tinggi
(predator), merupakan rantai makanan yang ada di dalam ekosistem tersebut.
A. Komponen Penyusun Ekosistem dan Hubungan antar
Komponen
Ekosistem disusun
biotik dan abiotik.
oleh
komponen
1. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen
yang terdiri dari unsur yang hidup (tumbuhan dan hewan).
Menurut cara hidupnya, kehidupan di
laut dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yakni:
a.
b.
c.
18
Kelompok Plankton adalah kelompok
biota yang tidak dapat bergerak aktif,
melainkan hanya mengapung dan
melayang mengikuti arus. Kelompok
ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Fitoplankton
tumbuhan)
(plankton
berupa
2.
Zooplankton (plankton berupa
hewan): lucifer, acetes (udang
rebon), ostracoda, cladocera, dan
lain-lain.
1.
Biota yang tidak dapat bergerak,
seperti karang batu, sponge, dan
tumbuhan laut,
2.
Biota yang dapat bergerak merayap,
seperti moluska, kepiting, dan
udang,
3.
Biota yang hidup di dalam liang,
seperti jenis cacing dan kerang.
Komponen biotik juga dapat dibagi
menjadi:
a. Tumbuhan laut
1) Thallophyta
Thallophyta adalah tumbuhan yang
berthalus dan mempunyai warna bermacam-macam berdasarkan thalusnya.
Contoh tumbuhan berthalus adalah Rhodophyceae (algae merah), Chlorophyceae
(algae hijau), Phaeophyceae (algae cokelat), Chrysophyceae (algae hijau kuning,
termasuk diatom), dan Myxophyceae (algae
hijau biru).
Kelompok Nekton adalah kelompok biota di laut yang dapat bergerak secara
aktif, yaitu dapat berenang (hanya
terdiri dari hewan saja), termasuk bermacam jenis ikan, sotong, dan cumicumi.
2) Spermatophyta
Kelompok Benthos adalah kelompok
biota yang hidup menetap di dasar.
Pada umumnya benthos tidak dapat
berpindah tempat atau jika dapat berpindah sangat terbatas, sehingga biota
benthos dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu:
Beberapa contoh hewan laut yang mudah dikenal adalah:
Tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di
laut, memiliki bunga, daun, akar, buah, dan
biji (contohnya lamun dan mangrove).
b. Hewan Laut
1) Polychaeta (golongan cacing
bulu)
Adalah sejenis cacing laut yang banyak
digunakan sebagai umpan memancing, ma-
tuk dapat disebarkan ke permukaan. Umumnya terjadi saat fajar, pada hari sebelum bulan mencapai kwartal terakhir. Jumlah telur
yang dilepaskan biasanya banyak sekali, sehingga warna air laut berubah.
Gambar 2-1. Cacing laut Polychaeta.
(Sumber: http://marinebio.org)
kanan ikan, dan dapat juga dimakan. Salah
satu jenis cacing tersebut adalah cacing
Palolo (Eunice fucata), di mana penduduk
Pulau Samoa dan Fiji (Samudera Pasifik)
biasa mengkonsumsi cacing tersebut sebagai bahan makanan yang sangat lezat.
Cacing ini hidup di dasar laut dangkal dan di
liang-liang daerah bebatuan (antara batubatu karang). Keluar ke permukaan dua kali
setahun pada saat pasang surut bulan Oktober dan November (kwartal terakhir).
Cacing-cacing keluar mengerumi perairan dengan cara memutuskan sebagian
tubuhnya. Satu bagian tubuhnya tinggal di
dalam lubang dan satu bagian lainnya akan
keluar lubang. Biasanya bagian tubuh yang
keluar lubang adalah bagian yang sudah
dibuahi (atau hasil perkembangbiakan) un-
Di Nusa Tenggara Barat (Lombok) juga
terdapat jenis cacing serupa yang disebut
dengan Nyale atau cacing laut (Nereis spp.).
Cacing tersebut juga keluar dan melimpah
memenuhi permukaan air. Keluar pada
bulan Februari di Pantai Seger, kawasan
Pantai Kuta Lombok Tengah. Penduduk
beramai-ramai melakukan acara bau nyale
atau tangkap cacing laut pada dini hari.
Di Maluku, cacing serupa disebut Laor.
Muncul berlimpah pada bulan Maret minggu terakhir pada pukul 20.00 hingga 22.00.
Laor terdapat di pantai berkarang dan dijumpai di pulau-pulau Ambon, Saparua, Seram barat, dan Banda.
2) Moluska (Golongan hewan lunak)
Termasuk keong dan kerang. Moluska
adalah hewan bertubuh lunak, ada yang
memiliki cangkang (kerang dan siput) dan
ada yang tidak memiliki cangkang (Nudibranchia). Contoh moluska adalah:
•
Chiton
•
Conus, Haliotis, dan Trochus
•
Tiram, Remis, dan Kerang mutiara
•
Cumi-cumi, Sotong, dan Gurita
•
Keong gigi, sangat jarang ditemukan.
Dari kelima kelompok moluska, yang
paling banyak dimanfaatkan oleh manusia
adalah dari keong, kerang, cumi-cumi, sotong, dan gurita sebagai sumber pangan
maupun sumber industri lainnya. Daging
keong Telescopium telescopium digunakan
sebagai umpan memancing. Keong tersebut sangat banyak dijumpai di daerah
bakau.
Gambar 2-2.
2 2 Cacing laut (Nereis sp)
(Sumber: http://kentsimmonsuwinnipeg.ca)
Jenis kerang yang sangat populer dan
memiliki nilai ekonomi penting adalah
19
Crassostrea cuculata (tiram makanan) dan
Pinctada maxima (kerang mutiara). Jenisjenis tersebut sudah banyak diekspor ke
India, Singapura, Jepang, Taiwan, Hong
Kong, dan Perancis. Di Perancis, keong gastropoda dikenal dengan sebutan Escargo
(masakan dari sejenis siput atau keong
yang sangat lezat).
renang. Krustasea dapat dibedakan menjadi
3 kelompok, yaitu:
(Sumber: www.wallawalla.edu)
b) Kelompok Brachyura (berbagai
jenis kepiting)
a) Kelompok Macrura (berbagai jenis
udang)
Tubuh udang memanjang, terdiri dari
kepala-dada dan abdomen (yang kadangkadang disebut juga ekor). Kaki beruas
enam. Di bagian kepala terdapat 2 pasang
antena, sepasang mata yang bertangkai,
dan 5 pasang kaki jalan. Sedangkan di bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan sebuah telson (ekor). Contohnya
adalah lobster dan udang karang.
(Sumber: http://commons.wikimedia.org)
Gambar 2-4. Brachyura
(Sumber: www.wirbellose-im-terrarium-forum.de)
Gambar 2-3. Macam-macam jenis moluska.
3) Krustasea (Udang dan Kepiting)
Krustasea merupakan hewan yang
tubuhnya bersegmen-segmen (beruasruas) dan berkulit keras (mengandung
zat kapur/Chitin). Tubuhnya terbagi atas
3 bagian besar, yaitu chepalo-carapas (kepala dan dada), abdomen (perut), dan telson (ekor). Di bagian carapas terdapat 5
pasang kaki jalan. Pasangan kaki pertama
biasanya lebih besar dari kaki yang lain,
disebut dengan capit, sedangkan di bagian
abdomen (perut) terdapat 5 pasang kaki
20
Termasuk ke dalam kelompok kepiting,
tubuhnya lebar melintang, bagian abdomen
tidak terlihat (melipat ke bagian dada). Tidak mempunyai telson (ekor), memiliki 5
pasang kaki jalan, tetapi pada beberapa
spesies di laut, pasangan kaki kelima ada
yang berfungsi sebagai kaki renang (untuk
mendayung bila berada di dalam air).
c) Kelompok Anomura (kelomang
atau umang)
Merupakan hewan yang memiliki bentuk tubuh peralihan antara udang dan kepiting. Bentuk tubuhnya lonjong seperti
kipas, tubuhnya tidak dilindungi oleh cang-
kang, sehingga harus mencari cangkang
dari hewan lain (moluska). Kelompok Anomura yang dikenal salah satunya adalah kepiting kelapa (Birgus latro) (sebagai nenek
moyang kepiting darat). Semasa kecil (larva) hidup di laut dan setelah dewasa hidup
sebagai kepiting darat.
Gambar 2-5. Birgus latro
(Sumber: http://direktori.o-fish.com)
Jenis krustasea juga merupakan sumber perikanan yang sangat penting sebagai
sumber makanan yang bergizi tinggi.
Udang dan kepiting sudah diekspor ke berbagai negara, seperti Jepang, HongKong,
dan Taiwan.
Tugas
1.
Pergilah ke pantai, amati kelompok hewan krustasea.
2.
Gambar hasil pengamatan kalian.
3.
Bandingkan dengan penjelasan dari buku tentang bagian tubuh dan jumlah kakinya.
4.
Diskusikan dengan gurumu.
4) Ekhinodermata (bintang Laut,
teripang, bulu babi, dan lain-lain)
Ekhinodermata adalah hewan yang
memiliki tubuh berduri. Terdiri dari 5
kelompok yaitu:
duri), yang memakan hewan karang dan
merusak koloni karang. Bentuk tubuhnya
yang penuh duri membuat hewan ini sangat menyeramkan. Apabila suatu koloni
karang dimakan, maka akan menyebabkan
a) Asteroidea (bintang laut)
Banyak dijumpai merayap pada batubatu di pantai. Memiliki 5 buah lengan
atau lebih (tergantung dari jenisnya) yang
menjulur dari arah pusarnya (cakramnya).
Bagian mulut terletak di tengah-tengah
cakram di sisi bawah, sedangkan anus terletak di bagian atas. Tubuhnya beraneka
warna dan biasanya dengan warna-warna
yang cerah. Salah satu jenis bintang laut
yang dikenal di daerah terumbu karang adalah Acanthaster planci (bulu seribu/kota
Gambar 2-6.
2 6 Acanthaster planci
planci.
(Foto: Agus Budianto, P2O - LIPI)
21
karang tersebut menjadi berwarna putih
dan lama-kelamaan akan mati.
b) Ophiuroidea (bintang mengular
dan bintang keranjang)
Sebagian besar dari hewan ini hidup
di laut yang jeluk (dalam), tetapi ada pula
yang hidup di perairan yang dangkal. Contoh yang paling dikenal adalah lili laut atau
bintang bulu. Memiliki 5 lengan atau lebih
yang setiap lengannya bercabang dua atau
lebih. Setiap cabang mempunyai rantingranting melintang sehingga membuat hewan ini berbulu-bulu.
d) Echinoidea (bulu babi)
Gambar
b 2-7. Bintang mengular
l (O
(Ophiuroidea)
h
d )
(Sumber: http://cse.fra.affrc.go.jp)
Kelompok ini dianggap sebagai kelompok Ekhinodermata yang terbesar dan terentan terhadap lingkungan. Hidup di tempat-tempat yang terlindung (air tenang),
di balik batu, atau menempati dasar yang
lunak. Bentuk tubuh seperti uang logam,
pipih dengan lengan-lengan yang sangat
panjang menjulur ke sekeliling tubuh. Bagian mulut berada di bawah. Contohnya
adalah Gorgonocephalus agassizi (bintang
keranjang)
c) Crinoidea (lili laut)
Gambar 2-9
2-9. Bulu babi (Echinarachnius parma)
(Foto: Agus Budiyanto, P2O - LIPI)
Memiliki tubuh yang bulat tanpa lengan dengan duri-duri yang menutupi
tubuhnya. Jenis bulu babi (Diadema setosum) mempunyai duri yang panjang, sedangkan dolar pasir (Echinarachnius parma) mempunyai duri yang pendek. Kedua
jenis hewan ini banyak dijumpai di dasar
pasir dan terumbu karang. Warna tubuh
bermacam-macam, ada yang hitam, cokelat, ungu, atau bergaris-garis putih dan
cokelat muda.
e) Holothuroidea (teripang)
Gambar 2-8.
2 8 Lili laut
laut.
(Sumber: www.starfish.ch)
22
Tubuhnya memanjang seperti ketimun
sehingga disebut juga dengan ketimun
laut. Mulut terletak di bagian ujung yang
satu dan anus di bagian ujung yang lain.
Ada kaki tabung di bagian tengah tubuhnya
yang berfungsi untuk berjalan. Contoh teripang yang banyak ditemukan di laut dan
diperdagangkan di Indonesia adalah Holothuria scabra .
bangunan di terumbu karang. Bangunan
rumah kapur inilah yang dikenal sebagai
terumbu karang. Terumbu karang dengan
berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang
hidup di sana serta lingkungannya membentuk ekosistem yang dikenal sebagai ekosistem terumbu karang.
Bentuk koloni karang bermacam-macam, tergantung dari jenis polip karang
pembentuknya, yaitu:
Gambar
G
b 2-10. Teripang ((Holothuria
l h
scabra)
b )
(Foto: Agus Budiyanto, P2O - LIPI)
Hati-Hati!
•
Jika kalian melihat bulu babi di pantai,
berhati-hatilah. Karena jika kita menginjak bulu babi, maka akan segera
terasa gatal-gatal, sakit, dan panas.
Apabila dibiarkan, patahan duri bisa
masuk ke pembuluh darah dan sangat
berbahaya bagi kesehatan.
•
Bercabang-cabang (seperti pohon)
•
Bulat (seperti batu)
•
Berbentuk daun
•
Berbentuk jamur
Cara Mengatasi
•
Tempat yang tertusuk harus dipukulpukul sampai durinya hancur yang
ditandai dengan keluarnya darah.
•
Untuk menghilangkan rasa sakit, bagian tersebut diberi amoniak atau air
seni.
Gambar 2-11a. Koloni karang bercabang - Acropora sp.
(Sumber: www.webshot.com)
5) Coelenterata/hewan berongga
(karang batu, karang lunak, dan
anemon)
Kelompok hewan ini dikenal sebagai
binatang karang. Ada yang berupa karang
keras (hard corals) dan karang lunak (soft
corals). Umumnya berukuran kecil. Satu individu hewan karang disebut polip. Polip
akan membentuk koloni (suatu kumpulan)
yang terdiri dari ribuan polip. Polip karang
akan menghasilkan zat kapur yang nantinya
digunakan sebagai pembentuk rangka
Gambar
G
b 2
2-11b.
11b K
Koloni
l i masif
if ((membulat)
b l )-P
Porites
i sp.
(Sumber: COREMAP - LIPI)
23
Gambar 2-11c
2-11c. Koloni berbentuk daun – Montipora
foliosa.
Gambar 2-11d. Karang berbentuk jamur, Fungia sp.
(Sumber: www.advancedaquarist.com)
(Sumber: www.webshot.com)
Tahukah Kalian?
Selain kelompok jenis karang batu tersebut di atas, masih ada jenis karang lunak,
anemone, dan hewan karang berbentuk pipa (tube), yang dikenal orang sebagai karang
merah (Tubipora musica) dan karang biru (Heliopora coerulea).
Karang merah (Tubipora musica), pada waktu masih hidup di terumbu karang tentakelnya
berwarna ungu, tetapi kalau sudah mati kerangka koloninya berwarna merah marun dan
permukaan koloninya berlubang-lubang.
Karang biru (Heliopora coerulea) banyak hidup di perairan dangkal dekat pantai. Di
tempat hidupnya, karang biru berwarna keabu-abuan, kalau dipatahkan koloninya, patahan
itu berwarna biru.
Anemone adalah sejenis hewan karang yang tidak membentuk kerangka dari kapur.
Anemone ini beraneka ragam warnanya, dan selalu bersimbiose dengan ikan amphiprion.
Anemone banyak dicari orang untuk mengisi akuarium laut.
6) Ikan
Di laut ada dua kelompok besar ikan,
yaitu ikan bertulang rawan (Kelas Chondrichthyes) dan ikan bertulang keras (Kelas
Osteichtyes).
a) Chondrichthyes (hiu dan pari)
Hewan ini termasuk hewan bertulang
rawan yang ditandai oleh insangnya yang
terbuka. Mempunyai rahang yang kuat
dan mulut di bagian bawah tubuhnya.
Sedangkan matanya berada di bagian
atas sehingga hewan ini tidak bisa melihat
ketika makanan masuk mulut.
24
Gambar
G
b 2
2-12.
12 Ch
Chondrichthyes
d i hth
(Sumber: http://en.wikivisual.com)
b) Osteichthyes/Ikan bertulang keras
(teri, kakap, tembang, tuna)
dan melayang-layang tergantung dari arus
dan gelombang yang membawanya.
Osteichthyes disebut ikan bertulang
keras dengan insang yang tertutup. Jenis
ikan ini mudah dikenal karena mempunyai
satu celah insang pada kedua sisi kepala,
mulut di bagian depan tubuh, dan sirip ekor
panjangnya hampir sama atas dan bawah.
•
Perpindahan massa air dari lapisan
bawah ke lapisan atas permukaan
laut dikenal dengan upwelling dan
perpindahan massa air dari atas permukaan ke dalam laut disebut downwelling dapat menyebabkan pertukaran atau perpindahan unsur-unsur
hara atau nutrisi yang merupakan
sumber makanan bagi organisme atau
biota laut. Upwelling dan downwelling
disebabkan oleh adanya arus.
•
Pasang surut atau pasut berpengaruh
besar terhadap kehidupan biota laut,
khususnya di wilayah pantai, seperti
hutan mangrove dan padang lamun.
Pasut menyebabkan berubah-ubahnya
sifat lingkungan di daerah pantai,
bukan saja mengalami perendaman
dan pengeringan setiap hari secara
berkala, tetapi juga menyebabkan perubahan suhu dan cahaya yang lebih
besar dibandingkan dengan di lautan
terbuka. Tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di ekosistem ini harus
dapat beradaptasi dengan lingkungan
tersebut.
Gambar 2-13. Osteichthyes
(Foto: http://fishing-forum.org)
2. Komponen Abiotik
Apa yang dimaksud dengan komponen
abiotik? Komponen abiotik terdiri dari
gerakan air (arus, pasang surut, dan gelombang), salinitas, suhu, dasar laut, dan
cahaya. Keempat faktor lingkungan ini
sangat berpengaruh terhadap kehidupan
dan aktivitas biota di laut, saling terkait
satu dengan lainnya sehingga merupakan
komponen yang tidak dapat dilepaskan.
a. Gerakan air (arus, gelombang,
dan pasang surut)
Gerakan air laut sangat penting bagi
berbagai proses alam laut, baik untuk kehidupan hayati maupun untuk proses non
hayati.
Arus, gelombang, dan pasang surut
bagi beberapa biota laut seperti plankton,
seluruh hidupnya tergantung dari gerakangerakan air tersebut. Hewan ini tidak dapat
berenang, sehingga hanya mengapung
b. Salinitas
Salinitas dikenal dengan sebutan kadar
garam (kegaraman), adalah besarnya
(jumlah) kandungan garam yang terlarut
dalam gram per kilogram air laut. Salinitas
merupakan unsur penting di suatu perairan
karena kehidupan organisme di laut sangat
erat hubungannya dengan salinitas. Karang batu mempunyai toleransi terhadap
salinitas tinggi, yaitu 27-40‰. Masuknya
air tawar ke laut dapat menyebabkan kematian pada karang batu.
Info
‰ = per seribu
25
c. Suhu
Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting. Suhu alami air laut berkisar
antara 0oC sampai 33oC. Perubahan suhu
dapat berpengaruh besar terhadap sifatsifat air laut dan kepada kehidupan biota
laut. Jenis-jenis organisme hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu, seperti karang cenderung hidup pada suhu berkisar
antara 25oC dan 28oC, tetapi dalam kondisi
tertentu, karang masih bisa hidup pada
suhu 15oC.
d. Cahaya (sinar matahari)
Cahaya atau sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari
juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk fotosintesis.
3. Hubungan antar Komponen
Ekosistem
Di laut terdapat komponen biotik dan
abiotik yang saling berinteraksi. Hubungan interaksi ini merupakan tatanan fungsional yang membentuk suatu sistem
keseimbangan yang dinamis dan berkelanjutan. Dalam kehidupannya ada yang
saling menguntungkan, saling merugikan,
dan netral (tidak ada yang diuntungkan
atau dirugikan). Mari kita simak lebih lanjut
hubungan interaksi kehidupan di laut, baik
di antara makhluk hidup itu sendiri maupun
dengan lingkungannya.
a. Bagaimana Interaksi
antarbiota?
Interaksi antar biota dapat berupa:
1) Kompetisi
Kompetisi
terjadi
apabila
saling
memperebutkan kebutuhan hidup, seperti
tempat hidup atau mencari makan. Sebagai
contoh tempat hidup antara tumbuhan algae dengan karang. Suatu tempat kosong
di terumbu karang jika sudah ditumbuhi algae, maka hewan karang tidak akan dapat
tumbuh di tempat itu. Perebutan tempat makanan selalu terjadi di laut karena plankton
diperlukan oleh semua hewan yang berada
di tempat yang sama.
2) Simbiosis mutualisme
Dalam simbiosis mutualisme, kedua pihak (simbion) saling membutuhkan dan keduanya saling diuntungkan. Mikroalga Zooxantella (Simbiodinium) yang bersimbiosis
dengan polyp binatang karang, keduanya
saling diuntungkan karena karang mendapat suplai kapur dari hasil fotosintesis
zooxanthella dan zooxanthella mendapatkan bahan anorganik dari hasil metabolisme karang yang tidak diperlukan oleh karang. Ikan Amphiprion (clown fish), selalu
berlindung pada Anemon yang diuntungkan
oleh kehadiran ikan ini karena terhindar
dari gangguan kotoran dan penempelan
yang dibersihkan oleh ikan tersebut.
Info!
Hubungan timbal balik dapat
berlangsung antara komponen
biotik-biotik dan biotik-abiotik.
Gambar 2-14. Simbiosis mutualisme antara Amphirion
dan anemon. (Foto: Agus Budianto, P2O - LIPI).
26
3) Simbiosis komensalisme
5) Parasitisme
Simbiosis ini hanya menguntungkan
salah satu pihak saja (pihak komensal), sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh.
Misalnya, paus dengan teritip yang menempel pada kulit paus sepanjang umur
teritip (barnacle). Teritip dapat makan dari
air sekitar, sedang paus tidak diuntungkan
dan tidak dirugikan.
Dalam hal ini, suatu keharusan dari
suatu organisme (parasit) untuk berinteraksi dan selalu merugikan pihak lain (tuan rumah/host). Beberapa jenis cacing dan bakteri menjadi parasit pada ikan. Contoh lain,
Lamprey (ikan kecil) yang menempel pada
ikan lainnya untuk menghisap darah.
Gambar 2
2-15.
15 Simbiosis komensalisme antarbiota.
antarbiota
(Foto: Allen Steene)
Gambar 2-17. Simbiosis parasitisme Isopoda (Crustacea)
pada ikan (Sumber: Allen & Steene).
4) Simbiosis amensalisme
6) Predasi/Predatorisme
Dalam interaksinya hanya merugikan
salah satu pihak (pihak amensal), sedangkan pihak yang lain (inhibitor) tidak terpengaruh. Misalnya, binatang tunikata (Botryllus schlosseri, Clavelina lepodiformis)
yang menempel pada tumbuhan laut. Penempelannya akan menghambat pertumbuhan rumput laut tersebut karena proses
fotosintesisnya terganggu.
Sifat interaksinya hampir sama dengan
parasitisme, hanya dalam predasi ada pihak
pemangsa (predator) yang akan memakan
mangsanya (prey). Jadi pemangsa akan
tetap hidup, sedangkan yang dimangsa
akan mati. Contohnya adalah bintang laut
mahkota (Acanthaster planci) yang memangsa polyp binatang karang, ikan tongkol memangsa ikan teri, ikan paus pemangsa plankton, ikan matahari atau “sunfish”
(Mola-mola) pemangsa ubur-ubur.
b. Interaksi antara biotik dan
abiotik
Gambar 2-16. Simbiosis amensalisme Botryllus schlosseri
pada tumbuhan laut.
(Sumber: htpp://detomaso.stanford.edu)
Biota di laut menjalani proses kehidupan
yang dinamis, tumbuh dan berkembang
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam proses kehidupan tersebut,
salah satu aspek adalah terjadinya interaksi
dengan lingkungannya.
27
•
Biota yang hidup di dalam laut yang
memperoleh sinar matahari (daerah
fotik), jenis biota lautnya lebih banyak
karena sumber makanan dari tumbuhan
maupun hewan cukup banyak.
•
dari rantai makanan dan faktor fisik yang
berpengaruh.
Rantai makanan
Hubungan antara mangrove, padang
lamun, dan terumbu karang dapat digambarkan sebagai berikut.
Di laut dalam yang tidak bercahaya
(daerah afotik) tidak ada lagi jenis tumbuhan (sebagai produsen primer) yang
hidup karena tidak ada sinar matahari
untuk fotosintesis. Sumber makanan
sangat sedikit dan berasal dari biota
mati dari daerah fotik.
Faktor fisik yang berpengaruh
Ketiga ekosistem yaitu ekosistem lamun, ekosistem mangrove, dan ekosistem
terumbu karang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi melalui air sungai
(curah hujan) dan air laut (dengan arus dan
gelombangnya) yang membawa endapan
dan unsur hara dari darat ke laut dan dari
dasar laut ke permukaan. Sebagian faktor
fisik juga berasal dari ulah manusia. Hewan
dan algae laut sampai ke darat dilakukan
oleh manusia.
c. Hubungan Antar Ekosistem
Mangrove, Lamun, dan Te
rumbu Karang
Hubungan antar ekosistem mangrove,
lamun, dan terumbu karang dapat dilihat
Tumbuhan Mangrove
Darat
1
Fospat dan hasil pelapukan
di dalam tanah
Laut
(Padang Lamun dan
Terumbu Karang)
3c
Fosfat Terlarut
5a
2
5
3b
Mati dan Pembusukan
3
Algae
4b
3a
4
Hewan Laut
Gambar 2-18 Rantai makanan yang menghubungkan
mangrove, padang lamun, dan terumbu karang.
28
4a
Keterangan diagram.
1
:
Hasil pembusukan daun
mangrove dan kotoran
manusia mengalir ke laut
lewat aliran sungai
2
:
Hasil pembusukan diserap
algae di kawasan terumbu
karang melalui proses
fotosintesis
3
:
Algae
3a :
Algae dimakan hewan di
kawasan terumbu karang
3b :
Algae tersebut mati
3c :
Algae yang hidup di
terumbu karang dimakan
manusia
4
:
Hewan laut
4a :
Hewan di terumbu karang
dimakan oleh manusia
4b :
Hewan di terumbu karang
mati
5a :
Hasil pembusukan hewan
laut dan algae yang mati
diserap oleh algae lagi
kembali lagi ke no.1.
Ringkasan
„ Komponen biotik adalah komponen yang terdiri dari unsur yang hidup (tumbuhan dan
hewan).
„ Menurut cara hidupnya, biota laut dapat dikelompokkan menjadi kelompok plankton,
nekton, dan benthos.
„ Biota laut juga terdiri dari golongan tumbuhan dan golongan hewan.
„ Tumbuhan laut terdiri dari algae, lamun, dan mangrove (di daerah pesisir).
„ Hewan laut terdiri dari Polychaeta (cacing laut); Krustasea (udang dan kepiting);
Moluska (keong dan kerang); Echinodermata (bulu babi, teripang, bintang laut, bintang
keranjang, dan bintang mengular), Coelenterata (karang lunak dan karang batu), dan
Chordata (ikan).
„ Komponen abiotik adalah komponen yang terdiri dari unsur yang tidak hidup, yaitu
gerakan air (arus, gelombang, dan pasang surut), salinitas, suhu, dan cahaya.
„ Hubungan antar ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang dapat berupa rantai
makanan yang terbentuk dari ketiga ekosistem (mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang).
„ Hubungan antara ketiga ekosistem itu terjadi karena adanya pengaruh faktor fisik (arus
laut dan gelombang), aliran sungai (curah hujan), dan manusia.
„ Rantai makanan adalah proses pemindahan energi makanan dari sumbernya (tumbuhtumbuhan yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik melalui proses
fotosintesa) produsen melalui serangkaian jasad-jasad dengan cara makan dan dimakan
yang berulang kali.
Soal
Pilih salah satu jawaban yang paling benar.
1.
Apa saja yang dimaksud dengan komponen biotik?
a.
Gelombang, arus, salinitas, dan sedimen
b.
Hewan dan tumbuhan laut
c.
Upwelling dan downwelling
d.
Pasir, batu, dan kerikil
29
2.
3.
4.
5.
6.
7.
30
Unsur apa saja yang termasuk abiotik:
a.
Arus, gelombang, salinitas, sinar matahari, dan suhu
b.
Zooxanthelae
c.
Terumbu Karang
d.
Padang lamun
Bagaimanakah cara hidup plankton?
a.
Tenggelam
b.
Melayang-layang, mengapung, dan mengikuti arus (tidak dapat melawan arus)
c.
Di dasar laut
d.
Di permukaan laut
Bagaimanakah hubungan interaksi antara biota dengan biota lainnya?
a.
saling menguntungkan
b.
saling membunuh
c.
acuh saja
d.
saling merugikan
Bagaimana hubungan antara biota dengan lingkungannya?
a.
Harmonis dengan sendirinya
b.
Memerlukan adaptasi
c.
Saling mempengaruhi
d.
Tidak ada hubungannya
Di dalam rantai makanan, antara ketiga ekosistem (mangrove, padang lamun, dan
terumbu karang), mata rantai makanan dari mangrove berupa:
a.
Sampah
b.
Serasah
c.
Fosfat terlarut
d.
Kotoran hewan/manusia
Sebutkan rantai makanan mulai dari yang terendah:
a.
Fitoplankton, zooplankton, ikan kecil, ikan besar, dan manusia
b.
Tumbuhan melalui proses fotosintesis
8.
9.
c.
Proses makan memakan dari hewan di laut
d.
Nyamuk, kecapung, dan kelelawar
Bentuk koloni karang bermacam-macam. Sebutkan bentuk koloni yang tidak terlihat
pada gambar di halaman 23-24.
a.
pohon
b.
daun
c.
jamur
d.
masif
Bentuk hubungan antara ikan Amphirion dengan Anemon laut disebut ...
a.
parasitisme
b.
mutualisme
c.
amensalisme
d.
komensalisme
Jawablah pertanyaan di bawah ini.
1.
Pada saat liburan, Budi pergi ke pantai. Tanpa sengaja, dia menginjak bulu babi. Seketika
itu dia berteriak dan mengaduh-aduh. Apakah yang harus kalian lakukan untuk menolong
Budi mengatasi bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh binatang laut tersebut?
2.
Bedakan dan berikan contoh antara simbiosis komensalisme dengan amensalisme.
3.
Gambarkan jaring-jaring hubungan antara lamun, mangrove, dan terumbu karang.
31
Tugas
Pilih salah satu kegiatan berikut ini.
1.
2.
Membuat diagram rantai makanan
a.
Amati lingkungan sekitarnya.
b.
Buatlah diagram rantai makanan.
Mengklasifikasikan/mengelompokkan tumbuhan dan hewan
a.
Amati tumbuhan dan hewan di sekitarmu.
b.
Kelompokkan tumbuhan dan hewan tersebut ke dalam kelompoknya sesuai dengan
karakteristik tubuhnya.
3.
Amati interaksi kehidupan biota di laut/pantai pada saat air pasang dan surut. Catat
persamaan dan perbedaan yang terjadi.
4.
Kalian telah mengetahui berbagai jenis hewan yang hidup di terumbu karang. Amati
dan kelompokkan dalam 5 kelompok.
Glosari
•
Abiotik adalah komponen yang tidak hidup.
•
Biotik adalah komponen yang hidup.
•
Benthos yaitu biota yang hidup di dasar atau dalam substrat, baik tumbuhan maupun
hewan.
•
Beradaptasi adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
•
Fosfat terlarut adalah hasil pembusukan zat organik yang berasal dari tumbuhan atau
hewan oleh bakteri pembusuk.
•
Interaksi adalah saling berhubungan.
•
Komponen adalah unsur/bagian.
•
Nekton adalah biota yang berenang-renang (hanya terdiri dari hewan saja): ikan, sotong,
cumi-cumi, dan lain-lain.
•
Paus adalah sejenis mamalia besar yang hidup di laut.
•
Plankton adalah biota yang melayang-layang, mengapung, dan berenang mengikuti
arus (tidak dapat melawan arus).
•
Salinitas dikenal dengan sebutan kadar garam di laut (kegaraman). Arti sesungguhnya
dari salinitas adalah besarnya (jumlah) kandungan garam yang terlarut dalam gram per
kilogram air laut.
•
Simbiosis adalah kehidupan bersama.
32
B. Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang
1. Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove atau hutan mangrove adalah lingkungan di wilayah pesisir
di mana mangrove merupakan tumbuhan
yang dominan. Ekosistem mangrove juga
dikenal dengan istilah hutan mangrove.
Apakah kalian tahu tentang mangrove?
Mangrove adalah kelompok tumbuhan
yang mampu tumbuh dan berkembang di
lingkungan perairan asin atau payau. Di
dalamnya juga hidup berbagai jenis hewan,
seperti udang dan kepiting, cacing, serta
ikan.
a. Bagaimana ciri-ciri tumbuhan
mangrove?
Karena tumbuhan mangrove hidup di
dalam kondisi perairan yang berlumpur dan
berair asin atau payau, maka tumbuhan
mangrove mempunyai ciri-ciri khas sebagai
berikut:
•
Memiliki akar napas (pneumatophor)
yang berada di atas permukaan tanah
yang dikenal dengan akar tunjang pada
pohon Bakau (Rhizophora stylosa), akar
lutut pada pohon Tancang (Bruguiera
spp), dan akar cakar ayam pada pohon
Api-api.
•
Memiliki daun tebal untuk menyimpan
air berkadar garam tinggi.
•
Mulut daun (stomata) masuk ke dalam
untuk mencegah pernapasan yang berlebihan.
•
Perkembangbiakan secara spesifik, misalnya pada Rhizophora stylosa, benih
mulai berkecambah sejak masih meng-
Gambar 2-19. Rhizophora stylosa, R. mucronata, dan Avicenia marina.
(Sumber: www.mangrovecentre.or.id)
33
Tipe buah ”vivipari”
Merupakan tipe buah dengan biji yang
telah mengalami perkecambahan ketika
biji masih berada di dalam buah. Hipokotil
telah mencuat keluar ketika buah masih
tergantung di tumbuhan induk. Secara
umum, jenis-jenis tumbuhan dari suku Rhizophoraceae (Rhizophora spp.) (Bakau),
Bruguiera spp. (Tancang), dan Ceriops spp.
(Tanger) memiliki buah berbentuk silindris
yang termasuk dalam kelompok jenis buah
vivipari.
Gambar
G b 2-20.
2 20 Ekosistem
Ek i
mangrove
(Sumber: jakartagreenmonster.com)
Tipe buah ”kriptovivipari”
gantung di pohon induknya sampai
mencapai stadium muda dengan akar
dan tunasnya.
b. Bagaimana syarat hidup hutan
mangrove?
Umumnya mangrove tumbuh di daerah
pasang surut yang memiliki jenis tanah
berlumpur, lempung, atau berpasir. Tetapi
ada beberapa jenis tumbuhan mangrove
yang dapat tumbuh di terumbu karang. Persyaratan untuk pertumbuhan mangrove
adalah:
•
Suhu optimum plus minus 250 C.
•
Di daerah pasang surut.
•
Di pantai terlindung dari gelombang
dan ombak.
•
Pantai berarus.
•
Dasar pantai landai.
•
Kadar
ppm.
garam
berkisar
Biji berkecambah
pada pohon
Jatuh
ke air
antara
2-38
c. Adaptasi buah dan proses
perkecambahan
Semua jenis tumbuhan mangrove
menghasilkan buah (propagule, dibaca:
pro-pa-gul) yang dapat disebarkan oleh
air. Ternyata buah mangrove memiliki tipe
bermacam-macam, antara lain:
34
Merupakan tipe buah dengan biji yang
telah mengalami perkecambahan ketika
masih berada di dalam buah, tetapi biji masih terlindungi oleh kulit buah (perikarp)
sebelum buah lepas dari tumbuhan induk.
Contoh jenis tumbuhan yang termasuk dalam tipe buah kriptovivipari adalah Avicennia spp. (Api-api; buah berbentuk seperti
kacang), Aegiceras spp. (Kacangan; buah
berbentuk silindris), dan Nypa spp. (Nipah).
Menyentuh
dasar
Terapung
tegak lurus
Gambar 2-21. Siklus hidup mangrove.
Menancapkan
akar
Tipe buah ”normal”
Merupakan tumbuhan dengan buah
yang memiliki pertumbuhan biji normal.
Biji tidak mengalami perkecambahan selama berada di dalam buah yang menggelantung di atas tumbuhan induk. Contoh jenis
tumbuhan yang termasuk dalam tipe buah
normal adalah Sonneratia spp. (Bogem)
dan Xylocarpus spp. (buah teka teki; berbentuk seperti bola). Buah dan jenis tumbuhan mangrove lain yang berbentuk seperti kapsul atau menyerupai kapsul pada
umumnya termasuk dalam tipe buah ini.
Rhizophora
mucronata
Bruguiera
gymnorrhisa
Ceriops tagal
C. decandra
B. cylindrica
R Stylosa
MIC
MIC
Rhizophora mucronata
Bruguiera spp.
Avicenia marina
MIC
Ceriops spp.
MIC
Avicennia spp.
Sonneratia alba
Xylocorpous molluccensis
Ficus sundaica
Aegiceras corniculatum
MIC
MIC
MIC
Aegiceras corniculatum
Nypa fruticans
Sonneratia alba
Xylocarpus moluccensis
Gambar 2-33. Tipe-tipe buah mangrove untuk proses perkecambahan.
(Sumber: www.mangrovecentre.or.id)
Latihan
Untuk mengetahui pemahaman kalian, jawab beberapa pertanyaan berikut ini:
1.
Sebutkan dan jelaskan komponen biotik pada ekosistem pesisir dan laut.
2.
Jelaskan hubungan antara makhluk hidup-makhluk hidup, makhluk hidup-lingkungan.
Jika kalian belum mampu menjawab dengan baik, ulangi lagi membacanya.
35
d. Jenis mangrove
Lumnitzera rasemosa
Jenis tumbuhan yang termasuk ke
dalam hutan mangrove meliputi pohon
dan semak yang terdiri dari tumbuhan
berbunga. Beberapa jenis mangrove yang
banyak terdapat di seluruh Indonesia, yaitu
Avicennia spp. (Api-api), Sonneratia spp
(Bogem), spp. (Bakau), Bruguiera spp (Tancang), Ceriops spp. (Tanger), Xylocarpus
spp. (Nyirih), Lumnitzera spp. (Truntum),
Acanthus ilicifolius (Jeruju), Aegiceras spp.
(Kacangan), Derris trifoliata (Ambung), dan
Nypa fruticans (Nipah).
MIC
Gambar 2-35. Lumnitzera spp. (Truntum).
(Sumber: www.mangrovecentre.or.id)
Acanthus illifolius
tuk menyesuaikan diri agar dapat hidup di
dalam daerah mangrove. Jenis tumbuhan
komponen utama hanya terdapat di dalam
hutan mangrove, membentuk tegakan murni, dan tidak pernah bergabung dengan kelompok tumbuhan darat lain, di antaranya:
1) Bakau (Rhizophora spp.)
Calotropis gigantea
MIC
Bakau merupakan pohon atau tumbuhan yang paling mudah dikenali di hutan
mangrove. Struktur akar yang sangat unik
adalah ciri paling menonjol dari pohon
bakau. Akar-akar bakau tumbuh keluar dari
batang utama serta dari cabang-cabang batangnya, sehingga pohon ini terlihat mampu berdiri tegak karena ditunjang oleh
akar yang disebut sebagai akar tunjang.
Pohon bakau dapat mencapai ketinggian
10 meter, tergantung dari jenis bakau yang
bersangkutan.
Gambar 2-34 Acanthus ilicifolius (Jeruju).
(Sumber: www.mangrovecentre.or.id)
Komponen utama di dalam mangrove
adalah:
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah jenis-jenis tumbuhan yang mengalami
adaptasi morfologi (misalnya bentuk akar
yang khas) dan fisiologis (misalnya mekanisme pengeluaran kelebihan garam), un36
Apabila kita melihat buah bakau yang
panjang, buah tersebut merupakan buah
yang telah mengalami proses perkecambahan selama berada di pohon. Ada jenis
bakau yang memiliki panjang buah hingga
mencapai 70 cm setelah mengalami perkecambahan. Bagian bawah buah bakau
yang meruncing ujungnya (bagian kecambah) lebih berat daripada buah bakau bagi-
Buahnya berbentuk seperti bintang,
keras, agak besar ± 4 cm, dan berwarna
hijau. Apabila buah jatuh ke laut, buah
tersebut dapat mengapung dalam waktu
yang cukup lama sebelum terdampar di
daratan dan memulai pertumbuhan sebagai
tumbuhan yang baru. Pada beberapa daerah, buah bogem telah dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat manisan
buah.
3) Api-api (Avicennia spp)
Gambar 2-22. Bakau (Rhizophora spp.)
(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)
an atasnya. Oleh karena itu, jika buah bakau
lepas dari pohon induk maka kemungkinan
besar buah tersebut akan jatuh menancap
ke dalam substrat di bawahnya. Hal tersebut
juga merupakan salah satu adaptasi
tumbuhan bakau terhadap lingkungannya.
Seperti bogem, api-api adalah jenis pohon mangrove yang juga memiliki bentuk
akar paku (akar cakar ayam), tetapi ukurannya lebih kecil dan tipis dibandingkan bogem. Bentuk akar paku api-api seperti pensil yang mencuat dari dalam tanah.
2) Bogem atau Perepat (Sonneratia
spp)
Perhatikan gambar 2-23. Berbeda dengan bakau, akar bogem tumbuh di bawah
tanah seperti pohon lain pada umumnya.
Berbeda dengan jenis pohon lain, struktur
akar berbentuk seperti paku tebal atau pilar
yang tumbuh dari akar menembus keluar
dari dalam tanah, bahkan dapat tumbuh
hingga mencapai 1 m. Struktur itu disebut
sebagai akar paku dan merupakan salah
satu bentuk pneumatophore (akar napas).
Gambar 2-24. Api-api (Avicennia spp)
(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)
Bunganya adalah bunga majemuk dan
tersusun dalam rangkaian ke bawah. Mahkota bunga berwarna kuning hingga oranye
(jingga). Buah ada yang berwarna hijau,
hijau kekuningan, hingga cokelat muda,
tergantung dari jenisnya. Bentuk buahnya
seperti kacang dengan beberapa variasi
bentuk (tergantung jenis). Buah termasuk
ke dalam tipe buah kriptovivipari.
4) Tancang (Bruguiera spp.)
Gambar 2-23. Bogem atau Perepat (Sonneratia spp)
(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)
Tancang adalah salah satu jenis pohon
mangrove dengan sistem perakaran yang
37
unik. Akar tancang sering disebut sebagai
akar lutut. Dengan sistem perakaran
seperti ini, tancang secara umum mudah
dibedakan dari jenis tumbuhan mangrove
lainnya.
Daunnya adalah daun tunggal, berbentuk elips, mengumpul pada ujung tangkai,
warna daun bagian atas berwarna hijau sampai kuning kehijauan, dan bagian bawah
berwarna kuning. Warna batang pohon tancang abu-abu gelap, dengan variasi corak
dan tekstur batang yang kasar.
Mahkota bunga berwarna putih, merah, hingga cokelat. Buah berbentuk silindris, berwarna hijau, panjang 10-20 cm dan
termasuk ke dalam tipe buah vivipari. Buah
yang sudah berkecambah dapat mengapung dan disebarkan jauh oleh arus laut.
Gambar 2-25. Tengar (Ceriops spp.)
(Sumber: www.webshot.com)
termasuk ke dalam tipe buah vivipari.
Sekilas, buah tengar mirip dengan buah
bakau, namun ukurannya lebih kecil.
6) Nipah (Nypa fruticans)
Nipah sering ditemukan tumbuh berdekatan dan membentuk komunitas murni
di sepanjang tepi sungai. Nipah adalah pohon yang termasuk ke dalam kelompok tumbuhan palem, sehingga ciri-ciri tumbuhan
ini juga hampir sama dengan ciri tumbuhan
palem lainnya. Daun tumbuh menyirip, batang daun berpelepah, dan tumbuh mengelompok di bagian pohon paling atas.
Nipah memiliki akar serabut yang kuat.
Tumbuhan tersebut mirip pohon kelapa
yang masih muda.
Gambar 2-25. Tancang (Bruguiera spp)
(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)
5) Tengar (Ceriops spp.)
Tengar memiliki bentuk akar yang khas,
disebut akar banir. Daunnya adalah daun
tunggal yang tumbuh saling bersilangan,
berbentuk bulat telur terbalik. Batang
pohonnya berwarna abu-abu, terkadang
ada juga yang berwarna cokelat. Bunga
berukuran kecil dan termasuk bunga
majemuk yang tumbuh dari ketiak daun.
Mahkota bunga berwarna putih hingga
kecokelatan. Buah berbentuk silindris,
38
Gambar 2-26. Nipah (Nypa fruticans)
(Foto: Subagjo Sumodihardjo)
Walaupun termasuk dalam tumbuhan
komponen utama mangrove, nipah tidak
memiliki bentuk pneumotophore atau akar
napas seperti halnya tumbuhan mangrove
lain. Bunga nipah mempunyai bunga jantan
dan bunga betina yang terpisah di dalam
satu pohon. Buah berbentuk bola, memiliki
banyak penonjolan pada kulit buah, dan
berwarna cokelat gelap atau merah bata.
Tipe buah nipah adalah tipe kriptovivipari.
Komponen tambahan
Buta-buta tidak memiliki adaptasi bentuk akar seperti halnya tumbuhan komponen utama mangrove. Daun buta-buta
adalah daun tunggal berbentuk elips yang
tumbuh saling berseling pada batangnya.
Pinggiran daun bergerigi dan berujung runcing. Buta-buta memiliki bunga dengan
kelamin yang terpisah dalam satu tumbuhan. Buah buta-buta berwarna hijau
dengan permukaan kulit buah yang kasar.
Buah tersusun seperti kombinasi tiga bola
dan bertipe buah normal.
Jenis-jenis tumbuhan yang termasuk
dalam kelompok ini bukan merupakan
bagian yang vital dari hutan mangrove.
Komponen ini secara umum tumbuh pada
bagian tepi hutan mangrove dan jarang sekali membentuk tegakan murni. Jenis-jenis
tumbuhan yang termasuk ke dalam komponen tambahan, antara lain:
7) Buta-buta (Excoecaria agallocha)
Tumbuhan ini dikenal dengan nama
buta-buta karena getah (berwarna putih
susu) yang dapat menyebabkan kebutaan
apabila terkena mata. Getah tersebut diproduksi oleh 2-4 buah kelenjar getah yang
terdapat di dalam daun. Selain dapat menyebabkan kebutaan, getah buta-buta juga
bisa menimbulkan iritasi pada kulit.
Gambar 2-27. Buta-buta (Excoecaria agallocha)
(Sumber: www.webshot.com)
Gambar 2-28. Buah kira-kira/Bola-bola (Xylocarpus spp.)
(Sumber: www.webshot.com)
8) Buah Kira-kira atau Bola-bola
(Xylocarpus spp.)
Memiliki nama yang unik dan mempunyai ciri khas yang terletak pada buahnya.
Buahnya memiliki 4-16 biji (tergantung jenisnya) dengan ukuran yang tidak sama. Oleh
karena itu, buah ini sering dijadikan permainan adu cepat menyusun bagian-bagian
buah hingga membentuk satu buah yang
utuh. Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini
disebut dengan puzzle fruit (buah teka teki).
Buahnya bertipe buah normal, yaitu biji
tidak mengalami perkecambahan selama
buah masih berada di pohon. Buah kira-kira
memiliki kemampuan untuk mengapung
apabila jatuh ke dalam air sehingga dapat
membantu penyebaran tumbuhan ini.
39
e. Komunitas Hewan
Komunitas hewan yang hidup di
dalam hutan mangrove membentuk dua
kelompok besar, yaitu:
1) Kelompok fauna daratan/
terestrial:
Kelompok hewan yang biasanya hidup
menempati bagian atas pohon mangrove,
seperti serangga (kupu-kupu), primata (monyet ekor panjang); burung (kuntul putih,
blekok), serta mamalia (kucing bakau) dan
insekta (nyamuk).
Sebagian besar kelompok hewan daratan umumnya merupakan hewan pengunjung yang masuk ke daerah hutan mangrove. Selain itu, terdapat kelompok hewan
yang hidup di bagian bawah hutan mangrove, seperti kelompok reptil (ular cincin
mas, kadal, biawak). Hewan-hewan ini tidak perlu adaptasi khusus dengan air karena hidup di atas pohon.
2) Kelompok fauna lautan/akuatik:
Kelompok fauna lautan terdiri dari dua
jenis, yaitu:
•
Hewan yang hidup di kolom air,
misalnya ikan dan udang.
•
Hewan yang menempati substrat
keras (akar, batang pohon mangrove)
maupun substrat lunak (lumpur),
misalnya kepiting, kerang, siput, dan
jenis invertebrata lainnya.
padang lamun adalah lingkungan hidup di
perairan laut dangkal dan di daerah pasang
surut yang memiliki kadar garam tinggi, di
mana lamun merupakan tumbuhan yang
dominan. Hampir semua tipe substrat dapat
ditumbuhi lamun, mulai substrat yang berlumpur sampai berbatu. Namun padang
lamun yang khas lebih sering ditemukan
di substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu
karang.
a. Lamun (sea grass)
Lamun adalah kelompok tumbuhan
berbunga (angiospermae) yang memiliki
akar rimpang, buah, biji (monokotil) yang
dapat hidup di laut, terutama perairan
dangkal. Beberapa jenis lamun yang
memiliki bintil akar untuk memfiksasi atau
mengikat nitrogen secara langsung.
Daun tumbuhan lamun tumbuh mencuat dari tunas yang berada di dekat dasaran, terkadang tunas tersebut tidak terlihat karena terkubur oleh pasir. Batang
lamun tumbuh menjalar di dalam pasir, sering disebut sebagai rizoma (seperti rizoma
pada tumbuhan jahe). Lamun memiliki
akar serabut yang sangat kuat untuk mencengkram substrat.
Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut, seperti ikan, krustasea, moluska (Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp),
Selain hewan-hewan tersebut, ada hewan yang dapat hidup di kolom air dan di
sekitar kolom air, yaitu ikan glodok. Ikan
glodok bernapas dengan insang saat berada dalam air, sedangkan saat berada di
luar air, ikan glodok mampu memperoleh
oksigen melalui kulitnya.
2. Ekosistem Lamun
Di manakah kita dapat menemukan
ekosistem lamun? Ekosistem lamun atau
40
Gambar 2-29
2-29. Ekosistem Lamun
(Sumber: http://marufkasim.blog.com)
Ekinodermata (Holothuria sp, Synapta sp,
Diadema sp, Archaster sp, Linckia sp), dan
cacing (Polichaeta).
asuhan, dan daerah perlindungan bagi hewan-hewan yang hidup di perairan laut.
b. Syarat Hidup Lamun (Flora)
Lamun dapat hidup di laut dangkal
dengan:
•
Sinar matahari mencapai dasar. Sinar
matahari dibutuhkan oleh lamun untuk membuat makanan melalui proses
fotosintesis.
•
Substrat dasar terdiri dari pasir halus,
sedang, kasar atau pasir berlumpur
atau potongan karang yang mati.
•
Daerah pasang surut dengan kadar
garam tinggi.
Di Indonesia tercatat hanya terdapat 12
jenis lamun, sedangkan di dunia tercatat ada
50 jenis. Kedua belas jenis lamun tersebut
adalah Cymodocea rotundata (lamun berujung bulat), Cymodocea serrulata (lamun
bergerigi), Enhalus acoroides (lamun tropika), Halodule pinifolia (lamun benang),
Halodule uninervis (lamun serabut), Halodule decipiens (lamun senduk tak berurat),
Halodule minor (lamun sendok kecil),
Halodule ovalis (lamun sendok), Halodule
spinulosa (lamun senduk dasar keriting),
Syringodium isoetifolium (lamun alat suntik), Thalassia hemprichii (lamun dugong),
dan Thalassodendron ciliatum (lamun
kayu). Ternyata banyak ya jenisnya!
c. Fauna (Hewan)
kepiting
krustasea
moluska
ubur-ubur
penyu
dugong
Gambar 2-30. Fauna yang hidup di padang lamun.
3. Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang adalah lingkungan hidup di dasar laut dangkal daerah
tropik, di mana karang batu (stony coral)
merupakan penghuni utamanya. Ekosistem
ini memberikan manfaat langsung bagi
manusia. Mengapa? Karena ekosistem ini
juga menjadi tempat hidup bagi hewan dan
tumbuhan yang dapat dimakan, penghasil
bahan obat-obatan, bahan bangunan, dan
menjadi tempat rekreasi yang sehat. Peran
penting lainnya adalah bahwa terumbu
karang juga sangat menopang kehidupan
lain di sekitarnya yang juga menjadi
tumpuan hidup manusia.
Lamun dihuni oleh beberapa jenis
hewan, mulai dari hewan tingkat rendah
(avertebrata) hingga vertebrata. Hewan
avertebrata misalnya siput, kerang dara,
teripang, bulu babi, udang, dan kepiting.
Jenis hewan vertebrata misalnya ikan,
penyu, dan ikan duyung.
a. Bagaimana Proses
Terbentuknya Terumbu Karang?
Mengapa banyak hewan hidup di lamun? Ternyata padang lamun mampu
memberikan sumber makanan, daerah
Terumbu karang merupakan timbunan
masif dari kapur Ca CO3 yang terutama dihasilkan oleh hewan karang (polip). Hewan
41
karang yang membentuk terumbu karang
pada umumnya mempunyai bentuk kerangka yang majemuk. Hewan karang
(polip) akan tumbuh menjadi banyak melalui proses pembelahan diri secara berulangkali, sehingga satu kerangka akan terdiri dari ratusan ribu polip. Polip inilah yang
membentuk kerangka dan fondasi terumbu
karang.
Hewan karang (polip) hidup bersama
(simbiosis) dengan alga bersel satu
(zooxanthella). Dalam proses fotosintesis,
zooxanthella memanfaatkan senyawa-senyawa anorganik sisa metabolisme karang
(fosfat dan nitrat) Sebaliknya senyawasenyawa organik hasil fotosintesis zooxanthella dimanfaatkan untuk melangsungkan proses metabolisme karang.
suhu perairan lebih dari 2oC dapat
menyebabkan kematian karang secara
massal yang dikenal dengan istilah
”bleaching” (di mana sebagian besar
karang berwarna putih karena mati).
Terumbu karang tidak dapat hidup pada
suhu rata-rata tahunan lebih rendah
dari 18oC.
•
Substrat dasar yang keras diperlukan
bagi larva karang (planula) untuk tempat menempel. Pada substrat yang
lunak seperti lumpur atau pasir yang
bebas, planula tidak dapat menempel
untuk tumbuh lebih lanjut membentuk
koloni.
•
Sinar matahari diperlukan oleh zooxanthella (yang hidup bersimbiose dengan karang) untuk proses fotosintesis.
Oleh karena itu, dasar tempat hidup
terumbu karang harus terjangkau oleh
sinar matahari. Di perairan yang keruh,
hanya jenis karang tertentu yang dapat
bertahan hidup.
•
Kadar garam tinggi sangat diperlukan
untuk pertumbuhan karang. Di sekitar
muara sungai, jarang ditemukan terumbu karang. Tetapi jenis-jenis karang
tertentu, seperti jenis-jenis karang hias
yang tahan hidup di akuarium air laut
(Euphyllia sp), banyak dijumpai tidak
jauh dari muara sungai.
Endapan kapur ini terjadi secara rutin
pada siang hari di mana proses fotosintesis
berlangsung. Sedangkan pada malam hari,
kegiatan tersebut tidak berlangsung (berhenti).
Terumbu Karang Tepi Terumbu Karang Penghalang
Tenggelam
Atol
Tenggelam
Gambar. 2-31. Proses terbentuknya terumbu karang.
(Sumber: www.britannica.com)
b. Syarat hidup terumbu karang
Terumbu karang terutama hidup subur
di daerah tropik dan sedikit di daerah subtropik karena untuk hidupnya memerlukan
persyaratan sebagai berikut:
•
Suhu optimal untuk pertumbuhan karang adalah antara 25-30oC. Kenaikan
42
Gambar 2-32. Koloni karang Euphyllia sp.
(Sumber: www.aquanovel.com)
c. Tipe Terumbu Karang
d. Mengenal jenis- jenis karang
Terumbu karang dapat dibedakan menurut bentuk dan tempat tumbuhnya, yaitu:
Terumbu karang di Indonesia dikenal
sebagai terumbu karang yang memiliki
keanekaragaman hayati paling tinggi di
dunia. Keanekaragaman jenis karangnya
juga paling tinggi (lebih dari 400 jenis karang dari 70 genera), sehingga sangat sulit
untuk mengenalnya masing-masing jenis.
•
Terumbu karang tepi (fringing reef),
yaitu terumbu karang yang hidup dan
berkembang sepanjang pantai dan
hampir semua pulau-pulau kecil di
perairan Indonesia, seperti Pulau Seribu, Jakarta.
•
Terumbu karang penghalang (barrier
reef), yaitu terumbu karang yang letaknya jauh dari pantai atau di laut yang
cukup dalam. Contoh terumbu karang
penghalang yang sangat terkenal terletak di timur Benua Australia (Great
Barrier Reef).
•
Terumbu karang cincin (Atol), yaitu
terumbu karang berbentuk cincin terputus, melingkari goba (lagoon) dengan kedalaman 45 meter atau lebih
dan umumnya terdapat di laut dalam.
Contoh terumbu karang cincin yang
terkenal di Indonesia dan merupakan
terumbu karang cincin terbesar ketiga
di dunia adalah terumbu karang cincin
di Taka Bonerate, Sulawesi Selatan.
Bagi pemula yang ingin mengenal jenis-jenis karang, karang batu (karang) dikelompokkan menurut bentuk koloninya
menjadi lima kelompok, yakni kelompok
koloni karang bercabang (Acropora sp), kelompok koloni karang masif (membulat) (Porites sp), kelompok koloni karang sub masif,
kelompok karang berbentuk jamur (Fungia
sp), dan kelompok koloni karang berbentuk
lembaran daun (Montipora foliosa).
Gambar 2-33. Koloni karang bercabang Acropora sp.
(Sumber: http://subaqua.web.cern.ch)
e. Jenis-jenis hewan laut yang
hidup di terumbu karang
Hewan laut yang hidup di terumbu
karang dapat dikelompokkan menjadi
dua, yakni hewan laut yang hidup di dasar
(bentos) dan hewan laut yang hidup di
kolom air.
Gambar
G
b 2-33.
2 33 TTerumbu
b kkarang cincin
i i (atol).
( l)
(Sumber: www.atolian.com)
Hewan yang hidup di dasar (bentos),
contohnya adalah Tridacna sp. (kima), Lambis sp. (tedong-tedong), Holothuria sp.
(teripang), Portunus pelagicus (rajungan),
43
f.
Jenis tumbuhan yang hidup di
terumbu karang
Jenis-jenis tumbuhan yang hidup di
terumbu karang juga dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok tumbuhan yang
hidup di dasar (bentos) dan kelompok
tumbuhan yang hidup di kolom air (phytoplankton). Kelompok tumbuhan yang hidup di dasar, contohnya adalah Ulva sp., Laminaria sp., Eucheuma sp., dan Caulerpa sp.
Gambar 2-34. Kima raksasa Tridacna sp.
(Sumber: htpp://commons.wikipedia.org)
Diadema sp. (bulu babi), Polychaeta (cacing bulu), Conus sp., dan Trochus sp (susu
bunder).
Jenis-jenis hewan laut yang hidup di kolom air, contohnya adalah jenis-jenis ikan
hias, ikan konsumsi (ikan kerapu, ikan ekor
kuning, ikan napoleon, ikan karang), dan
zooplankton (plankton hewani).
Gambar 2-36. Kelompok tumbuhan laut Eucheuma sp.
(Sumber: www.marine-science.co.jp)
Ringkasan
„ Ekosistem adalah hubungan antara jasad hidup dan lingkungannya secara timbal balik,
berinteraksi, dan saling terkait satu dengan lainnya. Interaksi tersebut membentuk suatu
aliran energi yang tidak terputus dari produsen primer ke konsumen yang lebih tinggi
(predator), dan merupakan rantai makanan yang ada di dalam ekosistem tersebut.
„ Ekosistem mangrove atau hutan mangrove adalah lingkungan hidup di wilayah pesisir
di mana mangrove merupakan tumbuhan yang dominan. Ekosistem mangrove juga
dikenal dengan istilah hutan mangrove.
„ Ekosistem lamun atau padang lamun adalah lingkungan hidup di perairan laut dangkal
dan di daerah pasang surut yang memiliki kadar garam tinggi, di mana lamun merupakan
tumbuhan yang dominan.
„ Ekosistem terumbu karang adalah lingkungan hidup di dasar laut dangkal daerah tropik,
di mana karang batu (stony coral) merupakan penghuni utamanya.
„ Mangrove adalah kelompok tumbuhan yang mampu tumbuh dan berkembang di
lingkungan perairan asin atau payau.
„ Buah ”vivipari” adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan
44
ketika biji masih berada di dalam buah. Hipokotil telah mencuat keluar ketika buah masih
tergantung di tumbuhan induk.
„ Buah “kriptovivipari” adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan ketika masih berada di dalam buah, tetapi biji masih terlindungi oleh kulit buah
(perikarp) sebelum buah lepas dari tumbuhan induk.
„ Tipe buah ”normal” adalah tumbuhan dengan buah yang memiliki pertumbuhan
biji normal. Biji tidak mengalami perkecambahan selama berada di dalam buah yang
menggelantung di atas tumbuhan induk.
„ Akar napas bentuknya seperti paku tebal atau pilar disebut sebagai akar paku atau
pneumatophore.
„ Lamun (sea grass) adalah kelompok tumbuhan (angiospermae) tingkat tinggi satusatunya yang memiliki akar rimpang, daun, bunga, buah, dan biji (monokotil) yang dapat
hidup di laut, terutama perairan dangkal.
Soal
Lingkari salah satu jawaban yang paling benar.
1.
2.
3.
Sebutkan jenis mangrove yang merupakan penyusun utama ekosistem mangrove:
a.
Rhizophora spp, Sonneratia spp, Bruguiera spp, Avicennia spp, dan Ceriops spp.
b.
Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, dan Enhalus acoroides
c.
Dadap, Eceng gondok, dan bakung
d.
Ketapang, waru, dan akasia
Sebutkan syarat tumbuh lamun (sea grass):
a.
Di daerah perairan dangkal yang berkadar garam tinggi
b.
Di daerah yang sangat terik matahari
c.
Di daerah yang bersuhu dingin
d.
Di daerah yang banyak ikannya
Sebutkan tiga macam terumbu karang:
a.
Terumbu karang lunak
b.
Terumbu karang batu
c.
Terumbu karang tepi, terumbu karang
penghalang, dan terumbu karang cincin (Atol)
d.
Terumbu karang liat, bunga karang, dan batu karang
45
4. Berikut adalah ciri-ciri tumbuhan mangrove, kecuali ...
a.
memiliki akar napas
b. memiliki daun tebal
c.
mulut daun/stomata masuk ke dalam
d. berkembang biak membentuk spora
5.
Berikut ini yang bukan merupakan syarat hidup lamun adalah ...
a.
sinar matahari mencapai dasar
b. daerah pasang surut dengan kadar garam tinggi
c.
banyak mengandung karang
d. substrat dasarnya pasir halus, sedang, kasar, dan berlumpur
Jawablah pertanyaan di bawah ini.
1.
Jelaskan proses terbentuknya terumbu karang.
2. Bagaimanakah syarat hidup terumbu karang?
3.
Bedakan antara tipe buah vivipar dan tipe buah kriptovivipar pada buah mangrove.
4. Deskripsikan tentang lamun/sea grass.
Biji berkecambah
pada pohon
Jatuh
ke air
5.
5
Menyentuh
dasar
Terapung
tegak lurus
Siklus hidup mangrove.
46
Menancapkan
akar
Lengkapi gambar siklus hidup mangrove
berikut dengan keterangan sesuai dengan
nomor-nomornya.
Tugas
Pilih salah satu tugas yang kalian sukai.
1.
Gambarlah bentuk dan jenis dari akar tumbuhan mangrove.
2.
Buatlah tulisan mengenai ekosistem lamun dan diskusikan dengan teman dan gurumu
di kelas.
Glosari
•
Buah kriptovivipari adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan
ketika masih berada di dalam buah, tetapi biji masih terlindungi oleh kulit buah (perikarp)
sebelum buah lepas dari tumbuhan induk.
•
Buah normal adalah tumbuhan dengan buah yang memiliki pertumbuhan biji normal.
Biji tidak mengalami perkecambahan selama berada di dalam buah yang menggelantung
di atas tumbuhan induk.
•
Buah puzzle fruit (buah teka teki) adalah buah bertipe normal, yaitu biji tidak mengalami
perkecambahan selama buah masih berada di pohon. Dan buah ini biasanya digunakan
untuk tebak-tebakan (teka teki).
•
Buah propagule adalah benih mangrove yang tumbuh dan disebarkan melalui air.
•
Buah vivipari adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan
ketika biji masih berada di dalam buah. Hipokotil telah mencuat keluar ketika buah masih
tergantung di tumbuhan induk.
•
Pneumatophore (akar napas) adalah bentuk adaptasi akar mangrove.
•
Polip adalah individu hewan karang yang membentuk kerangka luar dari bahan Ca
Co3.
•
Zooxanthella adalah sejenis alga bersel satu yang hidup di dalam sel dinding dalam
hewan karang dan hidup bersama (bersimbiose) dengan hewan karang batu.
•
Metabolisme adalah proses pencernaan makanan di dalam tubuh hewan karang.
•
Asimilasi adalah proses mengubah molekul sederhana menjadi lebih kompleks, biasanya
terjadi pada tumbuhan atau bakteri.
47
Bab 3
Pemanfaatan Ekosistem,
Dampak,danPenanggulangannya
Topik: Lautku Hidupku
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
• Mampu memahami potensi dan
pemanfaatan ekonomi sumber daya pesisir
dan laut
• Mampu menjelaskan potensi ekonomi
sumber daya pesisir dan laut
• Mampu memahami perilaku manusia yang
merusak dan upaya mengurangi kerusakan
ekosistem pesisir dan laut
• Mampu menceritakan kegiatan manusia
yang merusak ekosistem pesisir dan laut
• Mampu mengidentifikasi jenis-jenis
pemanfaatan ekonomi sumber daya pesisir
dan laut
• Mampu menjelaskan faktor-faktor yang
berpengaruh dalam perusakan ekosistem
pesisir dan laut
• Mampu mendeskripsikan kegiatan yang
dilakukan masyarakat untuk mengurangi
kerusakan ekosistem pesisir dan laut
48
Peta Konsep
Pemanfaatan Ekosistem,
Dampak, dan Penanggulangan
R UA N G L I N G K U P N YA
Potensi dan Pemanfaatan
Sumber Daya Pesisir dan Laut
MENCAKUP
Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya
Sumber Daya Hayati
Sumber Daya Non-Hayati
Perusakan Sumber Daya
Pesisir dan Laut
TERDIRI DARI
Penebangan Hutan Mangrove
secara Berlebihan
Perikanan yang Merusak
Penambangan Batu Karang dan Pasir
Pariwisata yang Merusak
Pencemaran
Pengendapan dan Sedimentasi
Abrasi
Peran Masyarakat dalam Mengurangi
Kerusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut
MENCAKUP
Kearifan Lokal
Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap
yang Ramah Lingkungan
Pariwisata yang Ramah Lingkungan
Pengelolaan Pesisir dan
Sumber Daya Laut
49
A. Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Laut
Gambar 3-1. Tanah Air Indonesia: terdiri dari sekitar 62% lautan dan 38% daratan yang
berbentuk pulau-pulau besar dan kecil.
(Sumber: M. Kasim Moosa)
Kawasan pesisir dan laut merupakan
sumber daya alam yang besar potensinya.
Berbagai macam produk hayati dan nonhayati dapat diambil dari wilayah pantai
untuk kepentingan manusia. Luas seluruh
wilayah Indonesia dengan batas luar 12
mil adalah 5 juta km2, terdiri dari daratan
seluas 1,9 juta km2 (38%) dan lautan seluas
3,1 juta km2 (62%). Jadi bagian terbesar dari wilayah negeri kita berupa lautan atau
air, dan ini sesuai dengan istilah yang sering digunakan untuk menyebut negeri
tempat kelahiran kita, yaitu “tanah airku
Indonesia”.
Di bidang perikanan, potensi sumber
daya perairan teritorial Indonesia diperkirakan mencapai 4,5 juta ton per tahun dan
dari zona ekonomi eksklusif 2,1 juta ton.
Menurut perhitungan, terumbu karang
di Asia Tenggara diperkirakan mampu
menghasilkan 1.647 juta dolar per km2 per
tahun. Potensi tersebut diperoleh dari akumulasi (penjumlahan) potensi 4 komponen
utama, yaitu:
50
•
Perikanan 1.221 juta dolar
•
Perlindungan pantai 314 juta dolar
•
Pariwisata dan rekreasi 103 juta dolar
•
Nilai Estetika 9 juta dolar
Secara fisik, kawasan pesisir dan pantai dapat berupa dataran pasir, dataran
lumpur atau kadang-kadang hamparan bebatuan, dan di atas dataran berkembang komunitas tumbuhan dan satwa. Komunitas
tumbuhan terdiri dari bakau, lamun, dan
rumput laut. Tumbuhan bakau terutama
berkembang di pantai berlumpur, sedangkan komunitas lamun dan rumput laut
banyak tumbuh di pantai berpasir. Lebih
ke tengah berkembang komunitas karang
yang membentuk terumbu karang.
Komunitas tumbuhan dan terumbu karang juga menjadi rumah tinggal (habitat)
berbagai jenis satwa yang hidup berasosiasi
dengan mereka. Berbagai produk alam, baik
alam hayati maupun non-hayati dihasilkan
dari daerah ini yang dimanfaatkan manusia
Gambar
b 3-2.
3 Komunitas biota di kawasan pesisir/pantai.
a. bakau; b. lamun; c. rumput laut; d. terumbu karang.
(Sumber: COREMAP - LIPI)
untuk mendukung kehidupannya. Produk
alam hayati mencakup berbagai jenis fauna
laut, seperti ikan, udang, kepiting, keong,
tiram, teripang, dan sebagainya, serta berbagai kelompok tumbuhan, antara lain
jenis-jenis algae, rumput laut, dan bakau
atau mangrove. Produk alam non-hayati dari laut, antara lain pasir, garam dapur, pasir
besi, dan minyak bumi.
Di samping yang disebutkan di atas,
laut dan pesisir memberikan berbagai manfaat ekonomi lain yang penting, antara lain
sebagai sarana transportasi, rekreasi, serta
menjadi faktor penentu sifat iklim daerah
sekitarnya. Untuk negeri kita Indonesia,
yang merupakan negara kepulauan yang
besar, transportasi laut merupakan kebutuhan mutlak. Mobilitas penduduk dari satu pulau ke pulau yang lain sangat besar, karena
itu adanya sarana transportasi laut yang
memadai dan terjangkau oleh masyarakat
umum merupakan kebutuhan pokok.
Sebagai areal rekreasi, daerah pesisir
dan pantai sangat digemari penduduk. Mandi di pantai, berselancar, berlayar, dan memancing ikan telah menjadi bentuk rekreasi
yang populer bagi masyarakat dewasa ini.
Misalnya Pantai Ancol, Jakarta, setiap hari
Minggu dan hari libur dibanjiri rombongan
keluarga dari berbagai pelosok Jakarta dan
sekitarnya untuk berekreasi. Di atas itu semua, laut juga berfungsi menentukan sifat iklim wilayah sekitarnya. Curah hujan,
suhu, dan sirkulasi udara dibangun oleh
kondisi dan sifat laut di wilayah yang bersangkutan.
Tidak kalah penting juga adalah nilai
ekonomi hutan bakau yang berkembang
di wilayah pantai. Kayu bakau dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan rumah,
kayu bakar, bahan arang, dan bahan baku kertas. Selain itu, hutan bakau juga
mempunyai fungsi ekologi yang sangat
penting, antara lain melindungi pantai dari
51
gempuran ombak dan tiupan angin, menahan erosi pantai, memberi perlidungan,
dan menyediakan makanan bagi berbagai
fauna yang hidup berasosiasi dengannya.
Pemanfaatan Sumber Daya
Laut dan pesisir merupakan sumber
daya alam yang bernilai ekonomi penting
dan telah dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai macam kepentingan, antara
lain pemanfaatan produk hayati, budidaya,
pertambangan, transportasi, rekreasi, dan
perlindungan lingkungan. Oleh karena itu,
kita harus menjaga dan memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya sehingga fungsi ekonomi dan produktivitasnya dapat kita pelihara sepanjang masa. Mengingat pentingnya masalah tersebut, marilah kita pelajari
bersama berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan sumber daya
pesisir dan laut oleh manusia.
dapat diberi umpan untuk menarik calon
korbannya.
Apabila kita melihat-lihat pelabuhan
perikanan, kita akan menyaksikan berbagai
jenis ikan, udang, kepiting, keong, dan kerang hasil tangkapan para nelayan diperjualbelikan. Selain berbagai jenis satwa, juga terdapat berbagai jenis rumput laut. Kita
semua pernah mendengar bahwa rumput
laut merupakan bahan pangan (misalnya
Jaring diangkat
k
untuk mengumpulkan
hasil tangkapan
Jaring didorong
sampai ke dasar
a. Sumber Daya Hayati
Laut dan pesisir merupakan tempat
tinggal berbagai macam biota yang bernilai
ekonomis penting, seperti ikan, udang,
kepiting, siput, kerang, teripang, dan
rumput laut sebagai sumber pangan bagi
manusia. Oleh karena itu, para nelayan
berupaya mengambil dan memanfaatkan
fauna dan flora untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia.
y
Sirip
Rangkaian Pengapung
52
Tempat
hasil tangkapan
Batas
Tangkapan
Pengapung
Tali Bawah
Rantai Besi
Perikanan Tangkap
Berbagai teknik dan alat digunakan untuk penangkapan sumber daya perikanan.
Peralatan yang digunakan dapat dikelompokkan dalam peralatan aktif dan peralatan
pasif. Peralatan aktif yang dimaksudkan
adalah yang bergerak/atau digerakkan secara aktif dalam menangkap buruannya,
misalnya jala, sudu, dan pukat. Peralatan
pasif atau perangkap berarti menetap di
satu tempat dan menunggu korbannya
mendatangi, misalnya bubu, bagan, sero,
pancing, dan sebagainya. Peralatan pasif
Badan
Pengapung
Rantai Besi untuk pemberat
Tali Pukat
Tali Pukat
Besi Segitiga
Tali Pukat
Gambar 3-3. Alat penangkap aktif
a - sudu; b- pukat
(Sumber: English, et al 1994)
ikan dan udang laut. Selain dalam tambak di
pantai, nelayan juga membesarkan ikan laut
dalam jaring apung yang disebut keramba.
Keramba juga digunakan untuk menyimpan
sementara ikan-ikan hasil tangkapan dalam
keadaan hidup menunggu saat yang tepat
untuk dijual.
Gambar 3-4 . Alat penangkap pasif (bubu).
Kalian tentu pernah juga mendengar
tentang perhiasan yang dibuat dari “mutiara” bukan? Butiran-butiran mutiara yang
indah itu dibentuk dalam tubuh kerang
dengan maksud melindungi dirinya dari
kotoran yang masuk ke dalam kulit dan terasa mengganggu. Warna mutiara indah
berkilau sehingga dimanfaatkan manusia
sebagai perhiasan.
untuk dibuat agar-agar) dan bahan untuk
membuat berbagai kosmetika. Kalian tentu
pernah mencicipi bagaimana rasanya agaragar, bukan?
y
Budidaya Laut
Di samping pengambilan langsung
produk laut, para nelayan juga membudidayakan beberapa jenis fauna dan flora
laut untuk diperdagangkan. Pernahkah kalian makan goreng bandeng? Nah, selain
hidup bebas di laut terbuka, bandeng juga
dapat dibudidayakan di tambak.
Tambak adalah kolam air payau yang
dibangun di tepi pantai untuk membesarkan
Gambar
b 3
3-6.
6 B
Budidaya
did
mutiara.
ti
(Sumber: http://www.divingheritage.com)
Jenis lain yang banyak dipelihara nelayan adalah “kerang darah” dan “kerang hijau”. Disebut kerang darah karena bila cangkangnya dibuka, tubuh lunaknya berwarna
merah darah, sedangkan kerang hijau cangkangnya berwarna kehijau-hijauan.
Gambar
G
b 3
3-5.
5 K
Keramba
b
(Sumber: COREMAP - LIPI)
Selain berbagai jenis satwa, budidaya
laut juga dilakukan untuk beberapa jenis
flora, termasuk di dalamnya alga laut.
Alga laut adalah jenis penghasil agar-agar,
seperti Eucheuma sp, Gracillaria sp.
53
b. Sumber Daya Non Hayati
y
Pertambangan Laut
Laut dan pantai juga menjadi ladang
pertambangan di banyak tempat. Yang utama adalah pertambangan pasir, garam dapur, pasir besi, serta minyak dan gas bumi.
Pada beberapa lokasi, endapan pasir ini
ditambang guna dimanfaatkan antara lain
untuk membangun jalan atau mengurug lahan sebelum mendirikan bangunan.
Kegiatan pertambangan lainnya adalah
pengambilan batu karang. Bongkah-bong-
Gambar 3-8.
3-8 Penambangan minyak dan gas bumi
bumi.
(Sumber: www.webshot.com)
dari sumur-sumur minyak lepas pantai.
Tambang minyak dan gas bumi dari laut
di Indonesia terdapat di beberapa lokasi,
misalnya di Teluk Jakarta, Balikpapan, Natuna, Pulau Gag dan sebagainya. Dewasa
ini diperkirakan ada 50 cekungan laut di
Indonesia yang mengandung minyak dan
gas bumi.
y
Gambar 3-7
3-7. Penambangan karang untuk bangunan
bangunan.
(Sumber: www.suarantb.com)
kah batu karang diambil dari daerah terumbu
karang dan dimanfaatkan untuk membuat
fondasi jalan raya, gedung-gedung, dan
sebagainya. Sayangnya kegiatan ini bila
dilakukan dengan semena-mena dapat
membahayakan keselamatan lingkungan,
karena batu karang merupakan rumah binatang karang. Selain itu terumbu karang
merupakan benteng pertahanan bagi keutuhan pantai dari serangan ombak dan
arus laut. Untuk keselamatan lingkungan,
penambangan pasir dan batu karang harus
seizin pemerintah.
Pertambangan laut lain yang sangat
penting adalah penambangan minyak
dan gas bumi. Diperkirakan 35% produksi
minyak dan gas bumi Indonesia berasal
54
Transportasi Laut
Sarana transportasi laut merupakan
kebutuhan yang sangat penting di dalam
negara kepulauan seperti Indonesia. Oleh
karenanya peran laut sebagai sarana transportasi tidak dapat diabaikan. Dalam hal
ini perairan laut yang mengelilingi tanah
air Indonesia sangat bermanfaat sebagai
prasarana transportasi. Sejak zaman dahulu, bangsa Indonesia terkenal sebagai
Gambar 3-9.
3 9 Transportasi laut
laut.
(Sumber: www.lensa.net)
pelaut. Ingatkah kalian akan nyanyian
tentang nenek moyangku orang pelaut?
Coba di antara kalian siapa yang dapat
menyanyikannya?
y
Rekreasi Laut
Wilayah pantai merupakan daerah
yang menarik untuk rekreasi dan bersantai.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila
pada hari libur, pantai-pantai diserbu oleh
masyarakat yang berniat melepaskan kejenuhan dari kegiatan rutin sehari-hari. Berbagai macam aktivitas dapat dilakukan di
pantai pada hari Minggu dan libur. Banyak
di antara mereka yang mandi, berperahu,
memancing, dan sebagainya. Umumnya
Gambar 3
3-10.
10 Tempat menginap wisatawan di tengah
laut, Riau. (Foto: M. Kasim Moosa)
mereka membawa bekal makanan dari rumah untuk dinikmati sambil berekreasi.
Konservasi
•
Konservasi adalah salah satu bentuk usaha pengelolaan secara berkelanjutan dengan
fungsi utama adalah penyedia bibit.
•
Sejumlah lokasi perlu disediakan sebagai daerah cadangan (konservasi), dalam arti digunakan sebagai daerah perlindungan dan pelestarian alam.
•
Di Indonesia ada beberapa lokasi yang dijadikan daerah konservasi laut, dalam bentuk
cagar alam, suaka marga satwa, taman laut, dan sebagainya. Sebagai contoh, Taka
Bonerate dan Wakatobi.
B. Perusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut
Pada pelajaran sebelumnya sudah dipelajari potensi sumber daya pesisir (SDP)
dan laut (SDL) Indonesia. Potensi SDP dan
SDL telah dimanfaatkan untuk kegiatan
ekonomi penduduk, terutama penduduk
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Secara umum pemanfaatan SDP dan SDL belum dilakukan secara optimal. Tetapi di sebagian wilayah, pemanfaatan sumber daya ini
telah dilakukan secara berlebihan sehingga
menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir
dan laut.
Kerusakan terjadi pada ekosistem hutan mangrove dan terumbu karang. Indone-
sia mempunyai hutan mangrove seluas 430
juta hektar. Sebagian besar dari hutan tersebut telah ditebang dan hanya sebagian
kecil saja yang masih tersisa. Kerusakan
hutan mangrove terjadi di hampir seluruh
wilayah pesisir Indonesia.
Menurut hasil penelitian LIPI, sebagian
besar, yaitu sekitar 70 persen terumbu karang Indonesia dalam kondisi rusak. Hanya
6 persen terumbu karang dalam keadaan
yang sangat baik dan 24 persen dalam
keadaan baik. Tingkat kerusakan bervariasi antar wilayah, dengan kerusakan yang
terparah terdapat di bagian barat Indonesia.
55
Kerusakan hutan mangrove dan terumbu karang disebabkan oleh beberapa kegiatan, antara lain penebangan hutan mangrove secara berlebihan, perikanan yang
merusak, penambangan pasir dan batu
karang, pariwisata, pencemaran, sedimentasi, dan abrasi.
1. Penebangan Hutan
Mangrove secara Berlebihan
Indonesia dikenal sebagai negara
yang kaya dengan hutan mangrove. Hutan
mangrove terluas terdapat di Papua mencapai hampir 3 juta hektar atau 69 persen
dari total hutan mangrove di Indonesia.
Sebagian besar dari mangrove Indonesia
telah dimanfaatkan secara berlebihan. Di
banyak daerah, hutan bakaunya telah mencapai kondisi yang mengkhawatirkan. Sebagai contoh, penebangan hutan di Provinsi
Kalimantan Barat dan Jawa Timur telah
mencapai lebih dari 90 persen, di Sulawesi
Utara lebih dari 80 persen, dan di Papua telah lebih dari 50 persen. Jadi hampir semua
telah rusak.
Penebangan hutan mangrove berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan pembangunan. Pada awalnya penebangan hutan
mangrove dilakukan penduduk pesisir untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-ha-
Gambar 3-11. Penebangan hutan mangrove.
(Sumber: www.wwf.org.ph)
56
ri, seperti untuk kayu bakar, pembangunan
rumah, dan lahan pertanian.
Tetapi akhir-akhir ini hutan mangrove
ditebang untuk tujuan komersil, seperti
tambak udang dan ikan, serta pembalakan
dan perdagangan kayu bakau. Selain itu,
penebangan juga dilakukan untuk kegiatan
pembangunan, seperti daerah industri dan
permukiman transmigrasi.
2. Perikanan yang Merusak
Kegiatan perikanan yang merusak tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai cara yang
dapat kelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu penggunaan alat dan bahan yang merusak dan tangkap lebih.
a. Penggunaan Alat dan Bahan
yang Merusak
Penangkapan ikan dan biota laut menggunakan alat dan bahan yang merusak terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Alat dan
bahan yang digunakan berbeda-beda antar daerah, seperti bahan peledak (bom),
bahan beracun (sianida, akar bahar), pukat
harimau, dan bubu dasar.
y
Bahan Peledak – Bom
Tujuan utama penggunaan bom ikan
adalah untuk mendapatkan hasil yang
banyak dengan cara yang mudah dan
dalam waktu yang singkat. Kegiatan ini
biasanya dilakukan di wilayah yang banyak
terumbu karangnya dan sekitar pulaupulau kecil, terutama pulau-pulau yang
tidak berpenghuni sehingga relatif aman
untuk penggunaan bahan yang dilarang
tersebut.
Berdasarkan tujuannya, nelayan pengguna bom dapat dikelompokkan menjadi
dua. Pertama, kelompok nelayan lokal yang
menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Kelompok
ini seringkali beroperasi di luar desa atau
desa-desa sekitarnya. Biasanya nelayan
menangkap ikan sendiri-sendiri atau dalam
kelompok kecil. Kedua, kelompok nelayan
yang bekerja pada pengusaha perikanan,
seperti tauke, bos, dan punggawa. Kelompok ini biasanya menggunakan kapal ikan
dengan peralatan teknologi yang lebih modern, jika dibandingkan dengan kelompok
pertama. Wilayah tangkapnya juga lebih
jauh dari desa-desa nelayan, bahkan melampaui batas-batas provinsi, karena itu
memerlukan waktu yang cukup lama dalam sekali melaut.
Penggunaan bom sudah dilarang oleh
pemerintah Indonesia melalui peraturan
Pemerintah. Sebagian nelayan sudah berhenti menggunakan bom. Tetapi kegiatan
ini belum sepenuhnya dapat dihentikan karena sebagian nelayan masih terus memakai
bahan peledak ini dengan alasan:
(Sumber: www.panyingkul.com)
(Sumber: webshot.com)
G b 3-13.
Gambar
3 13 D
Dampakk penggunaan bom pada karang
dan ikan. Atas: Ikan hasil pengeboman.
Bawah: Kerusakan karang.
Cara yang mudah untuk mendapatkan
ikan, terutama di tempat-tempat yang
sulit untuk mendapatkan ikan.
Mengikuti nelayan lain dari luar wilayah tersebut yang telah menggunakan
bom.
Memenuhi kebutuhan hidup keluarga
sehari-hari yang semakin sulit.
y
Penggunaan Racun
Penggunaan racun terdiri dari dua jenis, yaitu alamiah, seperti akar tuba; dan
bahan kimia, seperti potasium sianida (potas). Penggunaan racun biasanya untuk menangkap ikan hidup, misalnya ikan hias dan
ikan-ikan yang berharga tinggi, misalnya
Napoleon (Chelinus undulatus), Garupa
(Cepalopholis miniata), Kerapu, dan udang
Lobster.
Gambar
G
b 3-12.
3 12 M
Mencarii ik
ikan d
dengan b
bahan
h peledak
l d k (b
(bom).)
Penangkapan ikan menggunakan potas
meningkat cukup pesat di seluruh wilayah
Indonesia. Cara ini mudah dilakukan dan
secara ekonomi sangat menguntungkan
karena merupakan komoditi ekspor. Harga
57
rapa peneliti, terumbu karang akan mati setelah tiga bulan penyemprotan.
y
Penggunaan Peralatan yang
Merusak
Beberapa jenis alat tangkap merusak
sumber daya laut, seperti bubu dasar, jaring
muro ami, pukat harimau, dan jangkar perahu.
Gambar 3-14. Penggunaan racun potassium sianida
dalam menangkap ikan.
(Sumber: COREMAP - LIPI)
ikan hidup sangat mahal, misalnya kerapu
berkisar Rp80.000 per kg dan napoleon
yang mencapai Rp150.000 per kg. Harga
ikan karang hidup lebih tinggi lagi di pasar
internasional, yaitu 6–8 kali lebih mahal
dari harga di tingkat nelayan. Di samping
itu, permintaan akan jenis-jenis ikan tersebut cukup tinggi dan terus meningkat di
pasar, terutama pasar luar negeri, seperti
Singapura, Hong Kong, dan Jepang.
Penangkapan ikan dengan potas membutuhkan biaya yang cukup mahal. Penggunaan potas biasanya dilakukan oleh
nelayan-nelayan yang bekerja dengan pengusaha ikan (bos, tauke, atau punggawa)
dan/atau perusahaan-perusahaan perikanan tertentu. Nelayan-nelayan lokal banyak
yang mendapat modal dari pengusaha ikan
untuk menggunakan potas. Sebagai kompensasi, nelayan tersebut harus menjual
ikan karang hidup hasil tangkapan kepada
pemilik modal tersebut, biasanya dengan
harga yang lebih murah dari harga pasar.
Penggunaan potas menyebabkan kerusakan fisik terumbu karang. Ikan-ikan
yang terkena racun menjadi pingsan dan masuk ke dalam terumbu. Untuk mengambil
ikan-ikan tersebut, nelayan seringkali menghancurkan terumbu karangnya. Sedangkan terumbu karang yang terkena racun
mengalami pemutihan, dan menurut bebe58
Penggunaan bubu dasar mempunyai
dampak langsung terhadap kerusakan terumbu karang. Nelayan membongkar terumbu karang dan patahannya digunakan
untuk menindih bubu di dasar laut. Bubu
diletakkan di antara terumbu karang, agar
tidak terbawa arus, maka bubu tersebut
diberi pemberat atau ditindih dengan patahan karang mati atau karang hidup yang
diambil di sekitar lokasi penempatan bubu
tersebut.
Muro ami adalah jaring yang berukuran
besar (sekitar 200 meter) yang digunakan
untuk menangkap ikan di sekitar terumbu
karang. Penggunaan jaring ini tersebar di
seluruh wilayah Indonesia, terutama di Pulau Seribu sampai Bangka-Belitung. Nelayan
yang berjumlah banyak menggiring ikan ke
arah jaring dengan cara memukul-mukul
karang. Kegiatan inilah yang menyebabkan
kerusakan terumbu karang.
Pukat harimau atau trawl adalah jenis
alat tangkap yang merusak, khususnya ke-
Gambar 3-15. Penggunaan jaring muro ami oleh nelayan.
(Sumber: www.howardhall.com)
lestarian sumber daya ikan. Penggunaan
pukat harimau membinasakan ikan dan
biota laut yang bukan menjadi target penangkapan. Semua ikan dan biota laut yang
terperangkap dalam jaring pukat, termasuk
ikan-ikan dan biota yang masih kecil-kecil,
ikut terangkat. Anak-anak ikan tersebut tidak dapat dimanfaatkan sehingga dibuang
lagi ke laut. Menurut Direktorat Jenderal
Perikanan, sekitar 80 persen hasil tangkap
trawl tidak dimanfaatkan, dan karena itu
dibuang lagi ke laut. Selain itu, penggunaan pukat harimau juga merusak habitat, terutama kondisi fisik dasar laut.
b. Tangkap Lebih
Kegiatan perikanan yang merusak juga
dapat disebabkan penangkapan yang dilakukan secara berlebihan sehingga mengganggu kelangsungan hidup (kelestarian)
ikan dan biota laut lainnya.
Tangkap lebih di suatu daerah dapat diketahui dari beberapa tanda. Salah satunya
adalah menurunnya produksi ikan dan biota
lainnya secara signifikan sehingga nelayan
sulit mendapatkan hasil tangkapan. Contoh
lain adalah meningkatnya penggunaan bubu berukuran kecil. Hal ini dapat menjadi
tanda telah terjadi tangkap lebih karena
ikan-ikan besar sudah sulit diperoleh di
tempat tersebut.
Penyebab terjadinya tangkap lebih,
antara lain meningkatnya jumlah nelayan
yang menangkap ikan di suatu wilayah
tangkap dan penggunaan bahan dan alat
yang merusak.
3. Penambangan Batu Karang
dan Pasir
Gambar 3-16. Penggunaan jangkar yang merusak
terumbu karang.
(Sumber: www.noaanews.noaa.gov)
Selain alat tangkap, jangkar perahu
juga menyebabkan kerusakan terumbu karang. Kerusakan ini terutama terjadi di pusat-pusat penangkapan ikan karang dan lokasi-lokasi wisata laut. Tempat-tempat yang
karangnya indah dan unik merupakan pusat
penyelaman dan kunjungan turis. Banyak
perahu yang membuang jangkarnya di
tempat-tempat tersebut. Akibatnya, banyak
karang yang patah dan hancur tertimpa
jangkar. Kerusakan semakin besar pada saat ombak menarik-narik tali pengikat jangkar, menyebabkan terumbu karang di sekitarnya menjadi patah atau hancur.
Penambangan batu karang dan pasir
merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan di sebagian wilayah pesisir dan pulaupulau kecil di Indonesia. Penambangan batu
karang banyak ditemukan di Provinsi Nusa
Gambar 3-17. Pemanfaatan batu karang dan pasir untuk
bangunan.
(Sumber: COREMAP - LIPI)
59
Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur
(NTT), Sumatera Utara (Sumut), Sulawesi
Utara (Sulut), dan Maluku. Sedangkan penambangan pasir terbesar terdapat di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau.
Perilaku wisatawan yang dapat merusak
ekosistem pesisir dan laut, antara lain:
Batu karang dan pasir digunakan sebagai bahan bangunan. Batu karang juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan
kapur. Penambangan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan rumah
dan fasilitas sosial, seperti jalan dan jembatan di daerah setempat.
•
Membuang sampah sembarangan
•
Menginjak-injak terumbu karang
•
Mengambil terumbu karang yang masih hidup
Perilaku pengelola pariwisata yang
dapat merusak ekosistem pesisir dan laut,
antara lain:
•
Penambangan batu karang dan pasir
merupakan kegiatan yang merusak sumber
daya pesisir. Penambangan batu karang
mempunyai dampak langsung terhadap
kerusakan terumbu karang. Penambangan
juga dapat menyebabkan abrasi pantai
karena hilangnya karang yang berfungsi
sebagai pelindung pantai. Selain itu, penggalian batu karang dan penambangan pasir dapat meningkatkan sedimentasi yang
dapat menutupi terumbu karang di sekitarnya.
Meskipun penambangan terumbu karang dilarang pemerintah, tapi masih banyak penduduk pesisir yang melanggar
dengan alasan ekonomi. Penambangan karang merupakan usaha yang cukup mudah
dan memberikan hasil yang lumayan. Pengambilan karang tidak membutuhkan modal
yang besar karena alat yang digunakan sederhana, berupa linggis dan pemecah batu
karang.
4. Pariwisata
Kegiatan pariwisata bermanfaat bagi
wisatawan atau turis dan masyarakat pesisir. Namun jika tidak dilakukan secara hatihati dapat merusak sumber daya pesisir
dan laut. Kerusakan terjadi karena perilaku
wisatawan dan pelaku pariwisata (pengusaha wisata, hotel, travel, pedagang) yang
tidak memperhatikan kelestarian ekosistem
pesisir dan laut.
60
Melakukan reklamasi pantai tanpa
memperhatikan peraturan yang berlaku. Membangun gedung, sarana,
dan fasilitas tanpa memperhatikan
standar yang berlaku.
Gambar 3
3-18.
18 Kegiatan wisata yang merusak
terumbu karang.
(Sumber: http://gtresearchnews.gatech.edu)
•
Mengambil karang hidup untuk tujuan
komersil, seper ti cendera mata atau
suvenir, pembangunan gedung, dan
sarana wisata.
•
Membuang sampah dan limbah wisata secara sembarangan karena tidak
adanya sistem pengolahan sampah.
•
Membuang jangkar sembarangan,
terutama di lokasi-lokasi terumbu karang.
Hal tersebut dapat terjadi karena:
Pertama, wisatawan dan pelaku pariwisata
belum mengetahui kegiatan apa saja yang
diperbolehkan dan yang dilarang. Kedua,
•
Pencemaran atau polusi, yaitu masuknya sampah dan limbah dari kegiatan
wisata dalam jumlah yang besar melebihi batas toleransi sehingga membahayakan kehidupan di lingkungan
pesisir dan laut.
5. Pencemaran
Gambar 3-19. Kegiatan wisata yang mengakibatkan
tumpukan sampah di pantai.
(Sumber: http://konservasipapua.blogspot.com)
mereka sudah tahu tetapi tidak mengindahkan ketentuan yang berlaku karena
mencari kesenangan semata, atau bagi para pelaku pariwisata untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pencemaran adalah masuknya bendabenda asing atau zat pencemar ke laut
yang membahayakan kehidupan ikan dan
biota laut serta lingkungan di sekitarnya.
Zat pencemar berasal dari limbah atau
sampah rumah tangga, industri, dan pertanian, baik yang dibuang langsung ke laut
maupun melalui sungai sampai ke laut, dan
sebagian terdampar di pantai.
Kegiatan pariwisata yang dilakukan
secara besar-besaran dan/atau tanpa memperhatikan ketentuan dapat menyebabkan
terjadinya:
•
Abrasi pantai, yaitu pengikisan pantai
oleh air laut yang terjadi karena pembangunan gedung, sarana, dan fasilitas wisata yang tidak memperhatikan ketentuan yang berlaku.
•
Sedimentasi atau pengendapan, yaitu
penumpukan lumpur pada dasar perairan laut sebagai akibat pembangunan gedung dan sarana wisata.
Gambar 3
3-21.
21 Limbah industri dan sampah menyebabkan
pencemaran di wilayah pesisir.
(Sumber: http://akuinginhijau.wordpress.com)
Pencemaran sudah menjadi masalah
serius di sebagian besar wilayah pesisir Indonesia. Kondisi ini berkaitan dengan semakin meningkatnya jumlah sampah. Di
Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu, misalnya, jumlah sampah meningkat dua kali lipat antara tahun 1985 dan 1995.
Gambar 3
3-20.
20 Abrasi pantai karena pembangunan
gedung yang tidak memperhatikan ketentuan.
(Sumber: www.panyingkul.com)
Limbah atau sampah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sampah
organik dan anorganik. Sampah organik
berasal dari limbah tumbuhan dan hewan,
seperti potongan kayu, sisa-sisa daun, pohon, jerami, enceng gondok, dan lainnya.
61
Sampah anorganik terdiri dari limbah plastik, gelas, kaleng, dan styrofoam.
Limbah yang terdampar di pantai dan
mengalir ke laut jumlahnya bervariasi tergantung musim. Pada musim angin kencang, seperti angin barat, jumlah sampah
relatif kurang jika dibandingkan dengan
sampah pada musim angin tenang, musim
timur. Pada musim angin kencang, sampahsampah langsung dibawa arus ke tengah
lautan dan sebaliknya dengan pada musim
angin tenang, sehingga sebagian sampah
terdampar di pantai.
b. Limbah Industri
Selain limbah rumah tangga, pabrikpabrik industri juga menjadi sumber pencemaran laut. Limbah industri biasanya berbentuk sampah anorganik yang berbentuk
padat, (seperti botol dari gelas, kantong
plastik, kaleng minuman, karton, dan bola
lampu) serta yang berbentuk cair dan bahan kimia.
a. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga merupakan
sumber pencemaran yang banyak ditemukan di wilayah pesisir dan laut. Limbah ini
berupa sampah padat yang dibuang oleh
rumah tangga. Kebanyakan penduduk di
pesisir dan pulau-pulau kecil Indonesia, khususnya yang rumahnya berada di pinggir
dan atas laut, masih membuang limbahnya
langsung ke laut.
Gambar 3-23. Limbah pabrik yang mengalir ke laut.
(Sumber: http://bennysyah.edublogs.org)
c. Limbah Pertanian
Gambar 3-22.
3 22 Sampah limbah rumah
r mah tangga.
tangga
(Sumber: www.marine-litter.gpa.unep.org)
Dulu, kebanyakan sampah rumah tangga berasal dari sampah organik, seperti sisa
makanan. Tetapi akhir-akhir ini kebutuhan
rumah tangga banyak bersumber dari bahan anorganik, seperti kantong plastik, botol plastik, dan kaleng. Akibatnya, rumah
tangga juga banyak menghasilkan sampah
anorganik.
62
Kegiatan pertanian juga mempunyai
andil dalam peningkatan pencemaran di
wilayah pesisir dan laut. Pencemaran terutama bersumber dari penggunaan pupuk, pestisida, herbisida, dan limbah pertanian. Meningkatnya kegiatan tambak,
terutama tambak udang di sebagian wilayah pesisir Indonesia juga berdampak
pada meningkatnya limbah tambak yang
mengalir ke laut.
6. Pengendapan (Sedimentasi)
Pengendapan atau sedimentasi adalah
penumpukan lumpur atau pasir di dasar
perairan. Endapan berasal dari lumpur atau
pasir daratan yang mengalir melalui sungai
atau air hujan yang menutupi kawasan hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang.
Pengendapan terjadi melalui dua proses. Pertama, pengendapan terjadi karena
proses alam. Endapan lumpur atau pasir
mengalir melalui sungai dan air hujan tanpa
adanya campur tangan manusia. Kedua,
pengendapan terjadi karena perbuatan
manusia, seperti penebangan hutan, perladangan berpindah, perkebunan, pembangunan rumah dan bangunan di wilayah dataran tinggi dan pesisir. Dengan
demikian, pengendapan semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan.
•
Endapan lumpur atau pasir menutup
mulut koloni karang batu, akibatnya
koloni karang tersebut akan mati.
•
Banyaknya lumpur juga menyebabkan
perairan di sekitar kawasan terumbu
karang menjadi keruh.
•
Sinar matahari tidak dapat mencapai
dasar laut, akibatnya mengganggu
proses fotosintesis zooxanthella.
Selain mengancam kelestarian ekosistem pesisir dan laut dangkal, meningkatnya pengendapan juga mengganggu
kehidupan masyarakat di sekitarnya. Kerusakan hutan mangrove, padang lamun,
dan terumbu karang menyebabkan berkurangnya hasil, seperti ikan, kepiting, teripang, dan udang.
7. Abrasi
Gambar 3-24. Laut dengan sedimentasi yang tinggi dan
dipenuhi sampah.
(Sumber: www.flickr.com)
Banyaknya pengendapan dapat mengancam kelestarian hutan mangrove. Meningkatnya endapan lumpur dan pasir
menyebabkan tertutupnya akar-akar mangrove dan keringnya genangan air di kawasan hutan tersebut. Akibatnya, pohonpohon di kawasan hutan mangrove tidak
dapat tumbuh dengan baik sehingga akan
merana atau mati.
Abrasi adalah pengikisan pantai oleh air
laut. Tanda-tanda terjadinya abrasi, antara
lain hilangnya sebagian hutan mangrove,
tumbangnya pohon-pohon, dan robohnya
rumah-rumah penduduk di sepanjang pantai karena terkikis oleh gelombang.
Seperti pengendapan, abrasi disebabkan oleh faktor alam dan perbuatan manusia. Abrasi karena faktor alam terjadi
karena adanya pengikisan pantai oleh gelombang atau ombak secara terus-menerus
tanpa campur tangan manusia. Abrasi
secara alami ini terutama terjadi pada mu-
Demikian juga di padang lamun, banyaknya endapan dapat menyebabkan tertutupnya padang lamun. Akibatnya, tumbuhan dan hewan yang hidup di ekosistem
lamun ini akan merana atau mati.
Meningkatnya pengendapan juga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang, karena:
Gambar 3-25. Abrasi di wilayah pesisir.
63
sim angin kencang dimana arus dan gelombang laut yang sangat kuat menerpa pantai
secara terus-menerus.
Abrasi juga dapat terjadi karena perbuatan manusia yang merusak lingkungan
sehingga menyebabkan hilangnya pelindung pantai dari kuatnya hempasan gelombang. Perbuatan yang menyebabkan abrasi, antara lain:
•
Penebangan hutan mangrove
•
Penambangan karang batu
•
Pembangunan dermaga
•
Pembuatan gedung-gedung dan rumah di sepanjang pantai
Abrasi merusak lingkungan dan mengganggu kehidupan masyarakat pesisir. Kerusakan lingkungan yang terjadi adalah
hilangnya sebagian hutan mangrove dan
pohon-pohon di sepanjang pantai, ber-
kurangnya keanekaragaman hayati, dan
masuknya air laut ke dalam tanah di sekitar
permukiman penduduk. Sedangkan gangguan terhadap kehidupan masyarakat, antara lain adalah hilangnya sebagian rumahrumah di permukiman penduduk pesisir
dan berkurangnya pendapatan nelayan.
Ilustrasi
Gambar 3-26. Pembangunan gedung dan rumah dapat
menyebabkan abrasi di wilayah pesisir.
(Sumber: www.oxfamindonesia.wordpress.com)
C. Peran Masyarakat dalam Mengurangi Kerusakan
Sumber Daya Pesisir dan Laut
Kerusakan sumber daya pesisir dan
laut merugikan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir. Sebagaimana kita ketahui,
sebagian besar masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia menggantungkan kehidupannya pada hasil
laut. Apabila sumber daya pesisir dan laut
semakin rusak, maka hasil laut pun akan semakin berkurang.
Keadaan ini tidak dapat dibiarkan karena akan mengganggu kehidupan masyarakat pesisir. Penurunan hasil laut tidak
hanya menyebabkan penurunan pendapatan nelayan saja, melainkan juga masyarakat lainnya, seperti pedagang ikan,
buruh angkut, tukang becak, sopir taksi,
pedagang makanan, dan lainnya. Dengan
64
kata lain, kehidupan ekonomi masyarakat
pesisir juga akan memburuk dan kesejahteraannya juga akan menurun.
Masyarakat mempunyai peran penting
untuk mengurangi kerusakan sumber daya
pesisir dan laut. Ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan, antara lain mengurangi
beban laut (memerangi sampah) serta menggunakan bahan dan alat tangkap yang
tidak merusak
1. Kearifan Lokal
Meskipun pada pelajaran yang lalu telah dipelajari kerusakan sumber daya pesisir dan laut karena ulah manusia, tetapi
tidak semua perilaku manusia merusak lingkungan, bahkan sebaliknya menunjukkan
dampak positif yang menjaga kelestarian
sumber daya alam tersebut.
Pengetahuan dan kebiasaan menjaga
kelestarian alam ini dikenal dengan istilah
kearifan lokal (indigenous knowledge). Kearifan lokal tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat tradisional di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kearifan lokal merupakan hasil interaksi dan
adaptasi masyarakat dengan lingkungan
alam di sekitarnya. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman ini kemudian disebarkan dan dipraktekkan secara turuntemurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Masyarakat pesisir menggunakan pengetahuan sumber daya alam mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Dari pengalaman turun-temurun,
nelayan dapat mengetahui keadaan iklim,
angin, arus, dan migrasi burung-burung.
Nelayan menggunakan pengetahuan mereka sebagai penuntun dalam kegiatan menangkap ikan di laut. Mereka dapat menandai tempat-tempat penangkapan ikan dan
biota laut lainnya. Dengan demikian, nelayan tradisional mengetahui di mana mereka akan menangkap ikan, kapan mereka
akan melaut, dan jenis ikan apa yang banyak di tempat tersebut.
a. Sasi dari Maluku
Gambar
G
b 3-27. TTutup sasii di M
Maluku.
l k
masuk waktu tangkap, jenis alat, ukuran
ikan, dan biota laut yang ditangkap. Dalam
sasi diatur waktu kapan masyarakat boleh
dan tidak boleh menangkap hasil laut.
Waktu saat masyarakat boleh menangkap
ikan dikenal dengan istilah buka sasi dan sebaliknya ketika masyarakat tidak boleh menangkap dinamakan tutup sasi. Dalam sasi
juga diatur berapa ukuran ikan dan biota
laut yang boleh ditangkap dan yang harus
dilepaskan ke laut agar dapat tumbuh dan
berkembang. Selain itu, dalam sasi juga diatur jenis-jenis alat tangkap yang boleh dan
tidak boleh digunakan dalam menangkap
ikan. Pengaturan ini sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian ikan dan hasil laut
lainnya.
Sasi merupakan salah satu contoh sistem pengelolaan sumber daya alam laut
yang berkembang pada masyarakat di Maluku. Sasi merupakan bagian dari peraturan
adat yang mengatur wilayah penangkapan
ikan dengan cara petuanan. Tujuan utama
dari sasi adalah pengaturan tata ruang
laut secara tradisional agar sumber daya
laut, ikan, dan biota laut lainnya dapat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.
Sasi mengatur penangkapan ikan dan
biota laut untuk jangka waktu tertentu, ter-
Gambar 3-28. Buka sasi di Maluku.
65
Awalnya masyarakat Maluku melaksanakan semua aturan yang tercantum dalam
sasi. Jika terdapat pelanggaran, maka para
pelanggar diharuskan membayar sanksi
dan denda yang telah ditetapkan secara
adat. Masyarakat tradisional Maluku percaya bahwa sasi mempunyai kekuatan
gaib, karena itu pelanggar akan menerima
hukuman, baik fisik maupun kejiwaan, bahkan bisa berupa kematian.
Sekarang pelaksanaan sasi sudah memudar, bahkan di banyak tempat sudah
tidak berlaku lagi. Beberapa faktor yang
menyebabkan melemahnya sasi, antara
lain pengelolaan sasi tidak dilakukan secara adat lagi, melainkan oleh gereja dan
‘orang’ atau ‘kelompok’ tertentu. Faktor lain
adalah diberlakukannya UU No. 5 tahun
1979 yang mencantumkan bahwa kepala
desa juga merupakan kepala adat. Padahal,
tidak semua kepala desa memahami adat
istiadat setempat.
b. Sasisen dari Biak, Papua
Sasisen adalah contoh kearifan lokal
dalam bentuk perlindungan wilayah laut
dan darat yang berkembang di masyarakat
tradisional Padaido, Biak, Papua. Menurut
bahasa Biak, sasisen berasal dari kata sisen yang berarti kunci atau tutup. Kata
sisen mendapat awalan sa, sehingga berarti larangan atau penutupan. Dengan demikian, sasisen adalah larangan untuk menangkap ikan dan hasil laut dalam wilayah
tertentu.
di wilayah penangkapan (nyare), seorang
tonaas, yaitu pimpinan nelayan memukul
kentongan (manengkoho) untuk memberi
tahu masyarakat akan diadakannya upacara
malombo.
Upacara malombo mempunyai fungsi
sosial. Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan bersama-sama memberikan makna
pentingnya kerja sama dan gotong royong
dan pemerataan di kalangan masyarakat.
Sebagian hasil tangkapan warga juga disisihkan untuk dibagikan kepada para janda
dan orang-orang tua yang tidak mampu.
Apabila ada kematian pada saat upacara
berlangsung, maka semua hasil tangkapan diserahkan pada keluarga yang meninggal.
Selain fungsi sosial, upacara malombo
juga mempunyai fungsi konservasi. Penentuan waktu tangkap, besar ikan yang ditangkap, dan alat tangkap yang digunakan
memberikan makna pentingnya pelestarian
ikan tude di Desa Salurang. Masyarakat
memberikan kesempatan bagi ikan tude
untuk tumbuh dan berkembang, sampai
waktu tertentu di mana hasil laut tersebut
dapat ditangkap. Demikian juga dengan
penggunaan jala, merupakan alat tangkap
yang tidak merusak terumbu karang yang
menjadi tempat hidup ikan tude. Untuk
menjaga wilayah tangkap (nyare), masyarakat melarang penggunaan bom dan potas.
c. Malombo dari Salurang,
Sangihe Talaut, Sulut
Malombo adalah upacara pengelolaan
sumber daya laut yang dipraktekkan masyarakat Desa Salurang, Sangihe Talaut, Sulut.
Upacara dilakukan untuk menangkap ikan
tude bersama-sama masyarakat dengan
menggunakan jaring khusus darombo atau
jala tude. Ketika ikan tude sudah besar dan
Gambar 3-29. Upacara Malombo.
(Sumber: www.baileo.or.id)
66
2. Penggunaan Bahan dan
Alat Tangkap yang Ramah
Lingkungan
Pada pelajaran sebelumnya kalian sudah belajar bahan dan alat tangkap yang
merusak keberlanjutan sumber daya pesisir
dan laut. Untuk mengurangi kerusakan
sumber daya alam ini, maka masyarakat pesisir juga dapat berperan aktif dengan cara
menghentikan penggunaan bahan dan alat
tangkap yang merusak tersebut dan menggantikannya dengan bahan dan alat tangkap yang ramah lingkungan.
Alat Tangkap yang Dilarang
•
Pukat harimau (trawl) oleh nelayan
di Kepulauan Tiga, Natuna dan Sinempak, Biak.
•
Pukat dasar dan sejenisnya oleh nelayan Pulau Medang, Kepulauan Riau
yang kemudian dicantumkan dalam
peraturan desa.
•
Bom dan bius (potas) oleh nelayan Gili
Air NTB yang kemudian dituangkan
dalam peraturan desa.
•
Bagan tancap.
Kesepakatan Masyarakat Mengenai
Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap
3. Pengelolaan Pesisir dan
Sumber Daya Laut
Untuk melindungi dan menjaga terumbu karang dan sumber daya laut lainnya,
nelayan menyepakati alat tangkap yang
boleh dan tidak boleh digunakan dalam wilayah tangkap di daerahnya.
Masyarakat dapat berpartisipasi langsung dalam pengelolaan pesisir dan sumber daya laut. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan, antara lain:
Alat Tangkap yang Diperbolehkan
•
Pancing oleh nelayan di seluruh wilayah pesisir
•
Bubu hanyut oleh nelayan ’patorani’,
Sulawesi Selatan
•
Bagan apung oleh nelayan Kepulauan
Tiga, Natuna
•
Pukat bilis oleh nelayan Sinempak,
Biak
•
Mencegah kegiatan yang merusak hutan
bakau, lamun, dan terumbu karang.
•
Melakukan upaya rehabilitasi dan pelestarian hutan bakau, misalnya dengan
penanaman pohon bakau.
•
Mengurangi penangkapan atau gangguan terhadap satwa langka, seperti
penyu sisik dan elang laut.
•
Menetapkan daerah perlindungan terumbu karang, termasuk daerah perlindungan inti, seperti di Pulau Telur, Desa Temiang, Kepulauan Riau, daerah
penyangga yang melindungi dan mendukung kegiatan perikanan secara tradisional dan tidak merusak, dan daerah
serbaguna yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk berbagai kegiatan
yang tidak merusak.
•
Memelihara sumber mata air dan sarana air bersih untuk air minum.
Gambar 3-30. Penggunaan pancing untuk menangkap
ikan.
(Sumber: COREMAP - LIPI)
67
•
Mengelola sampah dan sanitasi/kebersihan lingkungan untuk menciptakan
permukiman yang sehat dan bersih.
4. Pariwisata yang Ramah
Lingkungan
Kekayaan dan keunikan sumber daya
pesisir dan laut merupakan modal utama
dalam kegiatan pariwisata di wilayah pesisir dan laut atau dikenal dengan sebutan
wisata bahari. Pemandangan yang indah,
pasir pantai yang putih dan bersih, beraneka
ragamnya ikan-ikan dan biota laut, serta
keunikan terumbu karang menjadi objek
yang sangat menarik bagi para wisatawan.
Laut juga menjadi tempat yang sangat cocok bagi wisatawan yang hobinya
berenang dan menyelam. Banyak wisatawan asing yang datang ke Indonesia untuk
menikmati kekayaan dan keindahan bawah
laut Indonesia. Mereka melihat berbagai
jenis terumbu karang, ikan, dan biota laut
lainnya yang tidak dapat mereka jumpai di
negara-negara lain.
Kekayaan, keindahan, dan keunikan
pantai dan sumber daya laut ini perlu dijaga dan dilindungi agar tetap menarik
wisatawan. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh wisatawan, pengusaha wisata,
dan masyarakat adalah:
•
Membuang sampah pada tempatnya.
•
Membuang jangkar perahu/kapal pada tempat tertentu agar tidak merusak
terumbu karang.
•
Menikmati keindahan terumbu karang dan biota bawah laut dengan
tidak menginjak-injak karang atau
mengambil karang hidup.
Gambar 3-31. Suvenir yang berasal dari limbah laut yang
terdampar di pantai.
(Sumber: COREMAP - LIPI)
Ekowisata
Apakah ekowisata itu? Ekowisata adalah bentuk wisata yang mengandalkan
keindahan dan keunikan alam. Ekowisata
bertujuan untuk memberikan pendidikan
tentang alam dan budaya lokal agar kelestariannya dapat terjaga. Dalam kegiatan
wisata ini, wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, melainkan juga
keragaman budaya lokal.
Gambar 3-32. Pengelolaan ekowisata yang melibatkan
peran aktif penduduk pesisir.
(Sumber: Siti Sulha, P2O - LIPI)
•
Membuat/menjual/mengambil suvenir
yang berasal dari limbah laut, seper ti
berbagai jenis kerang, siput, dan bunga karang yang mati dan terdampar
di pantai.
68
Ekowisata berbeda dengan bentuk wisata lainnya. Perbedaan ini dapat diketahui
dari prinsip-prinsip dalam kegiatan ekowisata, yaitu:
•
Menimbulkan dampak negatif yang
paling kecil pada lingkungan dan masyarakat setempat.
•
Memberikan kontribusi langsung pada kegiatan konservasi (pelestarian
lingkungan).
•
•
Sumber pendidikan dan penelitian bagi
wisatawan dan penduduk setempat.
•
Melibatkan peran aktif penduduk setempat.
•
Memberikan kontribusi bagi kehidupan
sosial ekonomi penduduk setempat.
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran wisatawan dan penduduk setempat.
Ringkasan
„ Sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut yang luasnya mencapai 3,1 juta km2
(62%).
„ Sumber daya laut sudah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap, budidaya,
pertambangan, transportasi, rekreasi, dan konservasi.
„ Teknik dan peralatan yang digunakan dapat dikelompokkan dalam peralatan aktif (bergerak, seperti jala dan pukat) dan peralatan pasif (menetap di suatu tempat, seperti
pancing dan bubu).
„ Kerusakan ekosistem pesisir disebabkan oleh perilaku manusia, seperti penebangan
hutan mangrove secara berlebihan, perikanan yang merusak, tangkap lebih, pariwisata,
dan pencemaran.
„ Kegiatan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan beracun merusak terumbu
karang dan biota yang hidup di ekosistem tersebut.
„ Penambangan batu karang tidak hanya merusak terumbu karang, tetapi juga
menghilangkan fungsi karang sebagai pelindung pantai.
„ Perilaku wisatawan yang membuang sampah sembarangan dan menginjak-injak
terumbu karang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang.
„ Pencemaran di laut berasal dari limbah rumah tangga, industri, dan pertanian.
„ Pengendapan disebabkan oleh proses alam dan perbuatan manusia yang merusak
lingkungan di dataran tinggi dan wilayah pesisir.
„ Abrasi adalah pengikisan pantai oleh air laut yang menyebabkan hilangnya pohonpohon dan rumah-rumah penduduk di sepanjang pantai
„ Peran masyarakat dalam mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut dapat dilakukan melalui kearifan lokal, penggunaan bahan dan alat tangkap yang tidak merusak,
serta kegiatan sehari-hari yang mendukung pelestarian ekosistem tersebut.
69
„ Kesepakatan masyarakat mengenai alat tangkap yang boleh dan tidak boleh digunakan
dalam wilayah tangkap di daerahnya merupakan bentuk konkrit dari upaya masyarakat
dalam mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut.
„ Kearifan lokal merupakan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut secara berkelanjutan, seperti mengatur waktu
dan wilayah tangkap, jenis-jenis ikan dan biota laut yang ditangkap, serta perlindungan
wilayah laut.
„ Ekowisata adalah bentuk wisata yang bertujuan meningkatkan pemahaman wisatawan
tentang alam dan budaya lokal agar keindahan, keunikan, dan keberagamannya dapat
tetap terjaga.
Soal
Lingkari salah satu jawaban yang paling benar.
1.
Mengapa Tanah Air Indonesia sangat tepat untuk menyebut negeri kita?
2.
3.
70
a.
sebagian besar terdiri dari perairan
b.
air mudah diperoleh di mana-mana
c.
hujan turun sepanjang tahun
d.
Indonesia dikelilingi oleh lautan
Dari kumpulan biota yang hidup di wilayah perairan pesisir, ada satu kelompok di
antaranya yang tidak terendam seluruh batangnya dalam air laut. Sebutkan tumbuhan
tersebut.
a.
Rumput laut
b.
Lamun
c.
Karang
d.
Bakau
Apakah alat-alat tangkap di bawah ini termasuk alat
penangkapan pasif (beri tanda ps) atau aktif (berii
tanda ak) ?
a.
Pancing
1. ps
2. ak
b.
Jala
1. ps
2. ak
c.
Sudu
1. ps
2. ak
d.
Bubu
1. ps
2. ak
4.
5.
6.
7.
8.
Apa dampak penebangan hutan mangrove secara besar-besaran?
a.
Lingkungan menjadi bersih
b.
Semakin banyaknya ikan dan udang di sekitar hutan yang tersisa
c.
Merusak ekosistem pesisir dan laut
d.
Menguntungkan nelayan
Apa kegiatan masyarakat yang dapat melestarikan ekosistem terumbu karang?
a.
Membuang sampah di pantai
b.
Menanam mangrove
c.
Menangkap ikan dengan racun atau bius
d.
Menginjak-injak terumbu karang
Sebutkan kegiatan masyarakat yang melestarikan ekosistem terumbu karang
a.
Membuang sampah di pantai
b.
Menanam mangrove
c.
Menangkap ikan dengan racun atau bius
d.
Menginjak-injak terumbu karang.
Sebutkan alat tangkap yang dilarang
a.
Pancing
b.
Jaring apung
c.
Bagan apung
d.
Bahan peledak (bom)
Apa kegiatan yang tidak boleh dilakukan masyarakat untuk mendukung pengelolaan
sumber daya laut
a.
Membuang sampah pada tempatnya
b.
Mengambil terumbu karang hidup secara besar-besaran untuk dijual
c.
Menanam pohon bakau
d.
Menggunakan pancing untuk menangkap ikan
Jawablah pertanyaan di bawah ini.
1.
Jelaskan apa yang dimaksudkan kearifan lokal dalam pengelolaan pesisir dan sumber
daya laut.
2.
Apa yang dapat dilakukan oleh siswa untuk mendukung pengelolaan pesisir dan sumber
daya laut?
71
3.
Jelaskan bagaimana limbah pertanian dapat menimbulkan pencemaran di laut.
4.
Apa dampak penambangan batu karang terhadap ekosistem terumbu karang?
Tugas
Diskusi dengan teman-teman dalam kelompok
Pilih salah satu tugas di bawah ini yang kamu sukai.
1.
Wawancara
Tema: Kerusakan Ekosistem Pesisir
Lakukan wawancara dengan camat/kepala desa/PPL Kelautan/tokoh masyarakat di
sekitar sekolah
2.
-
Sejarah kerusakan
-
Faktor-faktor yang berpengaruh
-
Dampak kerusakan terhadap penduduk dan lingkungan di sekitar
-
Upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mengatasi kerusakan.
Pengamatan Lapangan
-
Pergi ke tempat pariwisata di pantai atau pulau-pulau kecil
-
Amati perilaku wisatawan, pengelola wisata, pedagang, dan
masyarakat di sekitarnya
-
Diskusikan dalam kelompok:
•
Aktivitas yang mendukung pelestarian lingkungan
•
Aktivitas yang merusak lingkungan
•
Apa yang harus dilakukan oleh wisatawan,
pengelola wisata, pedagang, masyarakat, dan
pemerintah untuk pengembangan pariwisata
di tempat tersebut.
Dari hasil diskusi, masing-masing
membuat satu karya tulis yang berisi:
72
kelompok
•
Judul karya tulis
•
Latar belakang pentingnya topik/tema
tulisan
•
Penjelasan tentang isi tulisan
•
Kesimpulan atau penutup
3.
Membuat majalah dinding
Tema: Peran Masyarakat dalam Pelestarian Terumbu Karang
4.
Membuat Suvenir
Tema: Pemanfaatan Limbah laut
Glosari
•
Habitat: rumah tinggal, misalnya habitat ikan adalah rumah tinggal ikan.
•
Konservasi: perlindungan dan pelestarian alam, misalnya konservasi laut adalah
perlindungan dan pelestarian sumber daya laut.
•
Abrasi adalah pengikisan pantai oleh air laut.
•
Sedimentasi adalah penumpukan lumpur atau pasir di dasar perairan (sungai dan laut).
•
SDA kependekan dari Sumber Daya Alam.
•
SDL kependekan dari Sumber Daya Laut.
•
SDP kependekan dari Sumber Daya Pesisir.
•
Malombo adalah upacara pengelolaan sumber daya laut yang dilakukan masyarakat
Desa Salurang, Sangihe Talaut, Sulut.
•
Sasi adalah sistem pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan masyarakat di Maluku.
•
Sasisen adalah sistem pengelolaan sumber daya alam (darat dan laut) yang dilakukan
masyarakat di Biak, Papua.
73
Catatan:
74
Daftar Pustaka
Arifin, Z., Samedi dan Soemodihardjo,.S. 2006. Southeast and East Asian Ecotones. Ecotone
Phase I, 1992 – 2001: A Collaborative MAB Programme. Jakarta: UNESCO Office.
Atmadja, W.S. Kadi, A., Sulistijo dan Rahmaniar, S. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput
Laut Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Azkab, M.H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana, I: 1-16.
Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaam Ekosistem Mangrove.
Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir. Bogor: Pusat Kajian
Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Bliss, D.E. 1968. Transition from Water to Land in Decapod Crustaceans. Am. Zool. 8:355392.
Burke, L; Selig, E., dan Spalding, M. 2002. Terumbu karang yang Terancam di Asia Tenggara.
World Resource Institute.
Burton. R., Devaney, C., and Long, T. 1983. Wonders of the Sea. London: Orbis Publishing
Limited.
Bustami, D.A. 2003. Ekosistem Pesisir dan Laut untuk Kelas 4 SD. Jakarta: COREMAP LIPI.
Chapman, Jr., W.B. 1973. Natural Ecosystems. New York: Mc Millan Publishing Co. Inc.
English, S., Wilkinson, C. and Baker, V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources.
Australian Institute of Marine Science
Hidayati, D., Ngadi dan Daliyo. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi COREMAP
II: Kasus Kabupaten Wakatobi. Jakarta: CRITC – LIPI.
Hidayati, D., dan Soekarno, R. 2006. Pesisir dan Laut Kita: Permasalahan dan Pengelolaan
untuk Kelas 6 SD. Jakarta: COREMAP – LIPI.
Hidayati, D., Asiati, D., dan Harvina, D. 2005. Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Indonesia: Kasus Kawasan Kepulauan Tiga, Kecamatan Bunguran Barat, Natuna. Jakarta:
COREMAP – LIPI.
Hidayati, D. (ed.). 2001. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Laut. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Hogarth P.J. 1999. The Biology of Mangrove. New York: Oxford University Press. Inc.
Hutomo, M. 2003. Penelitian Biota pada Ekosistem Mangrove dan Estuaria di Pesisir Delta
Mahakam Kalimantan Timur (Laporan Akhir). Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
75
Jawatan Hidro-Oseanografi TNI-AL 2006. Batas Maritim Republik Indonesia dengan Negara
Tetangga. Jakarta: Markas Besar Angkatan Laut, Jawatan Hidro-Oseanografi.
Kaheksi, E.N. 2005. Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Gastropoda pada Hutan Mangrove
di Delta Mahakam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Sains. Fakultas
Biologi. Universitas Nasional, Jakarta.
Macintosh, D.J. 1988. The Physiology of Decapods of Mangrove Swamps. Zoological Symposium no. 59. The Zoological Society of London.
Macintosh, D.J. 1982. Ecological Comparisons of Mangrove Swamp and Salt Marsh Fiddler
Crabs. In Gopal, B., Turner, R.E., Wetzel, R.G. & Whigham, D.F. (eds). Wetlands. ecology
and management. Jaipur: National Institute of Ecology and International Scientific
Publications, p 243-257
Macintosh, D.J. 1979. The Ecology and Energetics of Mangrove Fiddler Crabs (Uca spp). on
the west coast of the Malay Peninsula. Doctoral thesis: University of Malaya.
Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Pramudji; Susetiono; R. Pratiwi; R.S. Suharti; Heriyanto dan Supriyadi, I.H.. 2005. Laporan
Penelitian Biota Yang Berasosiasi Pada Ekosistem Mangrove dan Estuaria Di Pesisir
Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Pramudji, S., Kuriandewa, T.E., Purnomo, L.H., Subagja dan Bugis, M. 2003. Rehabilitasi Mangrove di Pesisir Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang. Laporan
Akhir. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Pratiwi, R., M.F. Afistianto., M.F. Adirianto., Bustami, D.A. dan Tomo. 2004. Kekayaan Laut
Indonesia. Jakarta: Proyek Pengkajian Kebijakan Kelautan. Sekretariat Jendral Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Pratiwi, R. 2002. Adaptasi Fisiologi, Reproduksi Dan Ekologi Krustasea (Dekapoda) Di Mangrove. Oseana, XXVII, (2): 1-10.
Pratiwi, R. 2001. The Ecology of Burrowing Decapods (Crustacea). Oseana, XXVI, (4): 25-32.
Rominmohtarto, K dan S. Yuwana, 1999, Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut,
Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI, 572 hal.
76
Download