Bersahabat dengan Rianta Pratiwi Deny Hidayati Subagjo S Wanda S. Atmadja Soekarno Tjutju Susana terumbu karang berarti menyelamatkan alam dan diri kita sendiri. PESONA LAUT KITA 7 UNTUK SMP KELAS DAN SEDERAJAT k terduga. a d ti g n a t a d a n a c n e B A yo kit a si a g a! Pesona Laut Kita Rianta Pratiwi, Deny Hidayati, Subagjo S, Wanda S. Atmadja, Soekarno, Tjutju Susana, Jakarta, COREMAP - LIPI, 2008 ISBN 978 - 979 - 1267 - 30 - 4 Pesona Laut Kita Hak Cipta dilindungi Undang-undang Diterbitkan oleh COREMAP - LIPI ii Kata Pengantar Indonesia, sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau melebihi 17.000 dan garis pantai lebih dari 81.000 km. Posisinya di antara Benua Asia dan Australia, serta Samudera Pasifik dan Hindia, dengan kompleksitas geologis dengan perbenturan lempeng Eurasia, Filipina, Pasifik, dan lempeng Samudera Hindia-Australia, memberikan anugerah kepada Indonesia untuk memiliki keanekaragaman hayati paling kaya di dunia. Keanekaragaman hayati yang memberikan manfaat sangat besar bagi masyarakat, di antaranya dipersembahkan oleh ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. Keanekaragaman hayati laut Indonesia dari segi sosial, ekonomi, dan ekologi tidak hanya besar maknanya bagi penduduk Indonesia, namun juga berperan penting dalam dimensi global. Indonesia adalah tempat ideal untuk pertumbuhan karang, dengan luas total terumbu karang Indonesia mencapai 85.707 km2 atau sekitar 14% luas terumbu karang dunia (Tomascik dkk, 1997). Keanekaragaman hayati terumbu karang Indonesia tercermin dari 2.057 jenis ikan karang, 2.500 jenis moluska, 461 jenis karang batu, serta berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut lainnya yang mengisi kekayaan hayati laut. Kekayaan yang melimpah dari ekosistem terumbu karang saja menyajikan potensi US$ 1.647 juta per tahun (Burke dkk. 2002), dari sektor perikanan, pariwisata, bahan baku obat-obatan dan industri, pertahanan pantai, hingga pendidikan dan penelitian. Namun sejalan dengan waktu, degradasi kondisi laut terus berlanjut ke tingkat parah. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi terumbu karang yang paling baik di Indonesia belum beranjak dari kisaran 6,69% (Suharsono, LIPI 2003). Upaya-upaya pelestarian terumbu karang serta ekosistem laut lainnya, memerlukan usaha yang lebih keras, namun juga perlu mendukung kesejahteraan masyarakat dengan pemanfaatnya secara lestari. Mata rantai keserakahan dan kemiskinan menjadi perhatian utama dalam upaya pemulihan kondisi karang serta pengelolaan sumber daya laut yang lestari. Kemiskinan terbesar berada pada masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, di mana ironisnya sumber daya alam dan potensinya seyogyanya berlimpah ruah. Tingkat pendidikan yang sangat rendah juga memperburuk kondisi tersebut, di mana jumlah tertinggi penduduk pulau lokasi pilot COREMAP (Kepulauan Riau, Taka Bonerate, Biak) yang meneruskan pendidikan hingga perguruan tinggi hampir mencapai 0% (TNS/JHUCCP/COREMAP LIPI, 2001). Terbatasnya akses informasi ilmiah yang mendukung pemberdayaan masyarakat, serta disorientasi pembangunan laut yang masih bersifat kedaratan, menjadi beban tambahan masyarakat miskin pesisir. Melalui pendidikan masyarakat; formal, non formal, maupun informal konsisten dan berkelanjutan, didukung aspek penegakan hukum, pengelolaan partisipatif oleh masyarakat, serta dukungan ilmiah dari segala pihak, maka pemutusan mata rantai yang menjadi penyebab utama degradasi sumber daya laut, menjadi hal yang sangat mungkin untuk diwujudkan. Kegiatan Pendidikan Kelautan yang diprakarsai oleh LIPI COREMAP sejak awal tahun 2000 meliputi rangkaian lokakarya guru dan praktisi pendidikan, Diknas, LSM lingkungan laut, pihak swasta, dan pakar kelautan, yang kemudian dimantapkan dalam bentuk matriks Kurikulum Kelautan Berbasis Kompetensi pada tahun 2002 untuk tingkat Sekolah Dasar dan iii Sederajat, dengan bimbingan tim pusat kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, serta digubah menjadi Seri Buku “Pesisir dan Laut Kita” untuk kelas 1 hingga 6 SD, beserta panduan guru. Sejalan dengan tingginya kebutuhan materi pendidikan di jenjang SMP dan SMA, LIPI juga memulai upaya penulisan buku melalui proses lokakarya guru serta diskusi dengan pakar dan praktisi lingkungan laut, dan mempererat kerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional, utamanya Pusat Kurikulum. Buku inilah yang kemudian diharapkan menjadi acuan belajar siswa dan guru dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang kelautan. Buku ini memuat pengayaan materi yang terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan laut, baik dari ekologi, fisika, kimia, dan biologi, hingga menyentuh aspek sosial budaya, serta ekonomi. Diharapkan buku ini dapat memberikan panduan yang komprehensif bagi siswa dalam melihat berbagai sisi pengelolaan laut yang harus terintegrasi satu sama lainnya. Selain memberikan pemahaman berbagai aspek pengelolaan wilayah pesisir, buku ini juga membuka mata siswa dan guru untuk ikut serta berupaya mengurangi risiko bencana yang kerap terjadi di wilayah pesisir. Terlahirnya buku seri pengetahuan laut tingkat SMP dan SMA ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Karenanya, LIPI menyampaikan penghargaan dan terima kasih terutama kepada tim penulis buku yang telah bekerja keras menuangkan pemikiran serta pengetahuannya dalam sajian yang interaktif dan menarik, sehingga mudah digunakan oleh siswa maupun guru. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Kurikulum yang senantiasa mendukung inisiatif ini, serta mendukung sosialisasi pengetahuan kelautan dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi atau kurikulum tingkat satuan pendidikan. Terima kasih kami sampaikan kepada lembaga pemerintah maupun non pemerintah, beserta guru-guru dan sekolah yang turut membantu proses penyempurnaan buku ini. Menjadi sebuah harapan besar, bahwa buku seri pengetahuan laut ini akan turut memberikan kontribusi yang bermakna untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang handal dalam mengelola lingkungan lautnya secara arif hingga generasi-generasi berikutnya. Jakarta, 28 Desember 2007 Direktur CRITC COREMAP LIPI Prof. Dr. Ono Kurnaen Sumadhiharga, MSc iv Kata Sambutan Indonesia merupakan salah satu negara bahari yang memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi tersebut antara lain sebanyak 14 % terumbu karang dunia tersebar di wilayah Indonesia dan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di dalamnya. Kekayaan dan keanekaragaman jenis biota laut tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal secara berkelanjutan dalam membangun Indonesia menjadi salah satu negara bahari terbesar di dunia. Pusat Kurikulum Balitbang Diknas bekerja sama dengan Bagian Pendidikan dan Komunikasi Masyarakat yang bernaung dalam Program Pelestarian Terumbu Karang Nasional (COREMAP-LIPI) telah berupaya untuk menyusun bahan ajar sehingga menghasilkan buku serial “Pesisir dan Laut Kita” untuk jenjang SMP dan SMA. Upaya serupa telah dilakukan untuk jenjang Sekolah Dasar dan bahan tersebut juga dipergunakan pada sekolah binaan dan sekolah di wilayah lain. Harapannya buku tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk wilayah yang lebih luas lagi. Buku ini disusun sebagai salah satu upaya mengimplementasikan hasil riset peneliti kelautan yang diselaraskan dengan riset bidang sosial dan diperkaya dengan pengalaman di lapangan. Buku ini disusun dengan memperhatikan perkembangan intelektual peserta didik. Penyajian buku meliputi informasi konsep sebagai gambaran keluasan dan kedalaman materi yang dipandu dengan peta konsep dan tugas mandiri agar peserta didik mengkonstruksi sendiri konsep dan menguasai keterampilan dasar, serta rubrik untuk memperluas pemahaman mereka. Selain itu disajikan soal agar peserta didik dapat merefleksikan tingkat pemahaman mereka terhadap materi dalam bab. Dengan demikian peserta didik akan memiliki kompetensi dasar yang tidak hanya berupa pengetahuan yang statis, tetapi dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga mendukung upaya pelestarian sumber daya laut. Buku serial “Pesisir dan Laut Kita” diharapkan dapat dijadikan bahan ajar untuk diintegrasikan dalam mata-mata pelajaran yang terdapat dalam Standar Isi yang dioperasionalkan dalam KTSP atau menjadi muatan lokal. Buku ini dapat dipergunakan baik di wilayah yang memiliki karakteristik kelautan atau di wilayah lainnya sebagai buku pengayaan. Bahan ajar ini tidak menutup kemungkinan akan lebih diperkaya sesuai dengan kondisi serta kebutuhan wilayah setempat. Dengan disusunnya buku ini diharapkan akan dapat mempersiapkan generasi muda yang memiliki pengetahuan dan kompetensi dasar dalam bidang kelautan. Diharapkan mereka juga memiliki sikap mental yang baik untuk mencintai dan melestarikan lingkungan mereka yang pada akhirnya akan turut meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Jakarta, Desember 2007 Kepala Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Dra. Diah Harianti, M.Psi v Daftar Isi Kata Pengantar LIPI iii Depdiknas v Bab 1 Pengetahuan Dasar Ekosistem Pesisir dan Laut A. B. C. D. Pengertian Pantai, Pesisir, dan Laut 1. Pantai Berbatu 2. Pantai Berpasir 3. Pantai Berlumpur Air Laut 1. Komposisi kimia air laut 2. Apakah manfaat air laut? Pembagian Lingkungan Laut 1. Kawasan pelagik 2. Kawasan dasar laut atau kawasan bentik Pembagian Laut di Indonesia Bab 2 Ekosistem Pesisir dan Laut Komponen Penyusun Ekosistem dan Hubungan Antar Komponen 1. Komponen Biotik 2. Komponen Abiotik 3. Hubungan Antar Komponen Ekosistem B. Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang 1. Ekosistem Mangrove 2. Ekosistem Lamun 3. Ekosistem Terumbu Karang 1 2 2 3 4 5 5 7 7 7 8 9 16 A. vi 18 18 25 26 33 33 40 41 Bab 3 Pemanfaatan Ekosistem, Perusakan, dan Penanggulangannya A. B. C. Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Laut Perusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut 1. Penebangan Hutan Mangrove secara Berlebihan 2. Perikanan yang Merusak 3. Penambangan Batu Karang dan Pasir 4. Pariwisata 5. Pencemaran 6. Pengendapan atau Sedimentasi 7. Abrasi Peran Masyarakat dalam Mengurangi Kerusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut 1. Kearifan Lokal 2. Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap yang Ramah Lingkungan 3. Pengelolaan Pesisir dan Sumber Daya Laut 4. Pariwisata yang Ramah Lingkungan Daftar Pustaka 48 50 55 56 56 59 60 61 62 63 64 64 67 67 68 75 vii Bab 1 PengetahuanDasarEkosistem Pesisir dan Laut Topik: Pesona Laut Kita Standar Kompetensi Kompetensi Dasar • Mampu memahami pesisir dan laut serta jenis-jenis pantai. • Mampu mendeskripsikan pesisir dan laut. • Mampu memahami sifat-sifat kimia air laut. • Mampu memahami komposisi kimia air laut. • Mampu menjelaskan jenis-jenis pantai: berbatu, berpasir, dan berlumpur. • Mampu menjelaskan manfaat air laut. • Mampu memahami pembagian lingkungan laut dan wilayah laut di Indonesia. • Mampu mendeskripsikan tentang pembagian lingkungan laut. • Mampu mengidentifikasi pembagian lingkungan laut berdasarkan topografi, perairan, dan biotanya. • Mampu menceritakan wilayah laut di Indonesia. • Mampu memahami ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. • Mampu menjelaskan pengertian ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. • Mampu mengidentifikasi hewan dan tumbuhan di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. • Mampu menceritakan kehidupan di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. Peta Konsep Pengetahuan Dasar Ekosistem Pesisir dan Laut R UA N G L I N G K U P N YA Pengertian TERDIRI DARI Pantai Berbatu, Berpasir, Berlumpur Pesisir Laut Air Laut MENCAKUP Komposisi Kimia Manfaat Pembagian Lingkungan Laut TERDIRI DARI Kawasan Dasar/Bentik Kawasan Pelagik/Oseanik Pembagian Laut di Indonesia TERDIRI DARI Laut Teritorial Laut Nusantara Zona Ekonomi Eksklusif 1 A. Pengertian Pantai, Pesisir, dan Laut biasanya berwarna hitam atau putih. Kehidupan biota di pantai berbatu membutuhkan daya tahan yang tinggi. Mengapa? Karena biota tersebut harus menghadapi ombak besar, angin kencang, kekeringan, dan perubahan suhu yang ekstrim. Ayo kita perhatikan penjelasan berikut ini. Gambar 1-1. Profil pantai dan pesisir. (Sumber: COREMAP - LIPI) Kita sering ke pantai. Tetapi apakah kalian tahu apakah pantai itu? Bila kita berjalan-jalan di pinggir laut dalam keadaan air surut, akan terlihat adanya batas antara laut dan darat. Batas itu disebut garis pantai. Pantai adalah wilayah antara batas air laut pasang dan surut. Pantai merupakan tempat yang menarik untuk dipelajari karena tempat bertemunya dua lingkungan (darat dan laut) yang berbeda. Bagaimana dengan pesisir? Apakah bedanya dengan pantai? Pesisir adalah bagian dari darat yang dipengaruhi oleh air laut dan bagian laut yang dipengaruhi oleh darat. Sedangkan laut adalah bagian dari bumi yang tertutup oleh air asin. Laut lepas yang luas dan dibatasi oleh benua disebut samudera. Berdasarkan materi penyusunnya, pantai dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pantai berbatu, pantai berpasir, dan pantai berlumpur. 1. Pantai Berbatu Pantai berbatu adalah pantai yang di wilayahnya banyak ditemukan batu-batu besar yang berasal dari letusan gunung berapi atau batu kapur. Batu-batu tersebut 2 Di siang hari, batu-batu menjadi sangat panas terpanggang matahari, sebaliknya pada malam hari suhu menjadi sangat dingin. Kondisi lingkungan yang berubahubah itu berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan. Di pantai berbatu sering terjadi ombak yang sangat keras. Biota di pantai tersebut harus dapat beradaptasi dengan deburan ombak yang sangat keras. Pada pantai berbatu yang selalu terendam air, banyak terdapat hewan dan tumbuhan, seperti kepiting, ikan, anemon, rumput laut, dan cacing. Pasang surut air laut juga mempengaruhi biota yang menempel pada batu. Padahal, kebanyakan organisme laut (biota laut) memperoleh oksigen dari udara yang larut dalam air. Biota yang menempel di batu dekat permukaan air sering mengalami kekeringan, tetapi tetap dapat bertahan hidup karena mempunyai kemampuan menyimpan air di dalam tubuhnya. Hewan di pantai berbatu mencari tempat bersembunyi dan makanan dengan cara yang berbeda. Teritip, beberapa jenis kerang, dan cacing memperoleh makanan dengan cara menyaring bahan organik dan Plankton adalah hewan atau tumbuhan yang hidup melayang di kolom air, yang arah pergerakannya ditentukan oleh arus. Teritip Tiram batu Kepiting batu Chiton Gambar 1-2. Pantai berbatu dan biota laut yang hidup di pantai berbatu (Foto: Pramudji, P2O - LIPI) plankton yang terbawa oleh arus, ombak, dan air pasang. Sedangkan limpet dan bulu babi dengan cara memakan lumut yang tumbuh di batuan. 2. Pantai Berpasir Pantai berpasir adalah pantai yang wilayahnya terdiri dari pasir. Warnanya pun bermacam-macam, ada yang putih, putih kecokelatan, dan kehitam-hitaman. Mengapa warna pasir bermacam-macam? Pasir putih berasal dari pecahan karang, sedangkan pasir hitam dari gunung berapi. Sebagian pantai berpasir di Indonesia mengandung kwarsa yang dapat dijadikan bahan pembuat kaca. Pantai berpasir terjadi karena hempasan ombak yang dahsyat meruntuhkan dan memecahkan batu atau karang menjadi berkeping-keping secara terus-menerus. Lama-kelamaan pecahan batu-batu tersebut menjadi kerikil/karang kecil-kecil. Di bagian pantai yang terendah akan terlihat banyak lubang dan tonjolantonjolan pasir (gundukan-gundukan pasir). Bila kita amati secara cermat, maka lubanglubang dan gundukan-gundukan pasir tersebut ternyata merupakan tempat berlindung hewan laut, seperti cacing dan udang agar terhindar dari hempasan ombak dan pemangsa (predator), serta perubahan cuaca yang ekstrim. Mengenal Pasir Kwarsa • Ambil segenggam pasir putih, letakkan di telapak tanganmu. • Apabila pasir tersebut berkilau memantulkan cahaya matahari, berarti itu adalah pasir yang mengandung kwarsa. 3 cing laut menyaring makanannya dari pasir (lihat gambar). Sedangkan kepiting, kerang, dan amphipoda (kutu laut) makan rumput busuk yang terdapat di permukaan pasir. 3. Pantai Berlumpur Gambar 1-3. Gambar pantai berpasir Bagaimana dengan pantai berlumpur? Pantai berlumpur adalah pantai yang dipenuhi oleh lumpur, berwarna hitam, dan berbau. Bau tersebut berasal dari pembusukan hewan dan tumbuhan yang mati. Jenis pantai seperti ini biasanya banyak dijumpai di daerah muara sungai. (Foto: M. Kasim Moosa) Bagaimana hewan-hewan tersebut memperoleh makanan? Mereka memperoleh makanan dengan cara menunggu hempasan ombak, arus, dan air pasang yang terjadi setiap hari. Ada beberapa ca- Di daerah ini banyak dijumpai hewanhewan dan tumbuhan yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang sangat ekstrim. Apa yang dimaksud dengan lingkungan ekstrim? Lingkungan ekstrim adalah lingkungan di mana sebagian besar makhluk hidup pada umumnya tidak mampu hidup. Hewan-hewan di lingkungan tersebut mampu bertahan hidup dengan air tawar dari sungai di saat air laut surut dan dengan air la ut di saat pasang. Jenis hewan yang banyak dijumpai di pantai berlumpur adalah kepiting, cacing, kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, burung, dan monyet. Sedangkan tumbuhannya adalah dari jenis bakau (mangrove). Proses Terjadinya Pantai Berlumpur Gambar 1-4. A. Penampang pantai pasir dengan beberapa jenis hewan yang hidup di dalamnya. B. Jenis hewan yang hidup di pantai berpasir. 4 • Lumpur dari darat dibawa ke laut melalui sungai. • Lumpur dari laut dibawa ke arah pantai melalui arus. • Lumpur dari darat dan laut mengend ap membentuk paparan lumpur, maka terjadilah pantai berlumpur. Kepiting lumpur Siput lumpur Cacing lumpur Keong dara (Foto: M. Kasim Moosa) (Foto: Pramudji, P2O - LIPI) (http://pubs.usgs.gov) (www.wallawalla.edu) Ikan glodok (Foto: Susetiono, P2O - LIPI) Gambar 1-5. Pantai berlumpur dan jenis hewan yang hidup di pantai berlumpur. (Foto: M. Kasim Moosa) Latihan Untuk mengetahui pemahaman kalian mengenai pengetahuan dasar dan pembagian pesisir dan laut, maka jawablah pertanyaan berikut: 1. Jelaskan perbedaan antara pantai dan pesisir. 2. Jelaskan pembagian lingkungan laut. B. Air Laut Bila berbicara tentang laut sangat mustahil kita tidak berbicara tentang air yang terkandung di dalamnya karena air laut meliputi 97 persen dari total air yang ada di bumi. Air laut susunan kimianya sama dengan air lainnya, yaitu terdiri dari atom oksigen dan hydrogen. Tetapi, berbeda dengan air tawar, air laut rasanya asin. Rasa asin disebabkan oleh komposisi kimia air laut mengandung lebih banyak garam-garam terlarut di dalamnya. Dengan banyaknya kandungan garam-garam tersebut maka air laut bersifat korosif, yaitu dapat membentuk karat dengan logam. 1. Komposisi kimia air laut Sebagaimana halnya sifat air murni maka air laut pun mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih banyak. Kan5 dungan air laut berupa: 96,5% air murni dan 3,5% zat terlarut. Zat terlarut tersebut meliputi garam-garam anorganik, senyawasenyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut. Banyak sekali unsur-unsur kimia utama yang terdapat dalam air laut. Bagian terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik. Air laut sebagai tempat hidup berbagai biota tidak selalu aman walaupun secara fisik tampak jernih dan bersih. Air laut kadang-kadang dapat membahayakan. Hal ini dikarenakan adanya zat kimia tertentu yang dapat menjadi racun bagi biota tersebut. Zat-zat beracun tersebut dikenal sebagai bahan pencemar (polutan). Zat pencemar tersebut berasal dari sungai/hujan yang mengalir ke laut. Bahan pencemar dapat berupa: a. Bahan padatan/cairan b. Bahan organik/anorganik Bahan padatan misalnya kaleng, botol, dan kantong plastik. Bahan cair misalnya limbah cair dari pabrik, tumpahan minyak, dan air buangan dari rumah tangga. Bahan organik adalah bahan yang dapat diurai atau hancur, seperti sayur-sayuran, sampah daun-daunan, dan jerami padi. Bahan anorganik adalah bahan yang tidak dapat diurai, seperti unsur-unsur kimia: Hg dan Cd. Gambar 1-6. Ribuan ikan mati mendadak di wilayah pesisir. (Sumber: http://buletin.melsa.net.id) Semua bahan pencemar yang disebutkan di atas berasal dari industri, pertanian, rumah tangga, alat transportasi, rumah sakit, dan lain-lain. Banyaknya bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan menyebabkan terganggunya kehidupan biota di dalamnya. Mengapa? Karena berkurangnya kadar oksigen yang terlarut dalam perairan. Masuknya bahan pencemar ke dalam perairan laut dapat berakibat: a. Terganggunya keindahan Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh industri akan terjadi pembusukan, akibatnya timbul bau yang menusuk hidung. Selain itu warna air yang menjadi kotor akan menimbulkan pemandangan yang tidak nyaman. b. Berkurangnya kualitas perairan Gambar 1-5. Tambak garam tradisional. (Sumber: COREMAP - LIPI) 6 Sebagaimana halnya manusia, maka untuk kelangsungan hidupnya, biota laut pun membutuhkan makanan yang berkualitas. Dengan banyaknya bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan menurunkan kualitas perairan yang pada akhirnya akan mengganggu proses kehidupan biota di dalamnya. c. Kematian ikan secara massal Akhir-akhir ini kerap terjadi kematian ikan secara massal di beberapa perairan di sekitar kota-kota besar, seperti Teluk Jakarta. Tiba-tiba saja beribu-ribu ikan mengambang mati di permukaan laut. Menurut beberapa peneliti, penyebab kematian ikan tersebut, antara lain akibat keracunan oleh bahan pencemar, seperti logam berat, senyawa ammonia, pestisida, atau karena tingginya kandungan zat hara dalam perairan terutama fosfat. Di laut lepas, yang secara fisik tampak cukup bersih pun, dapat terjadi pencemaran oleh minyak akibat terjadinya kecelakaan kapal-kapal tanker yang mengangkut minyak mentah dan menumpahkan muatannya ke laut. b. Produksi garam Air laut juga dapat digunakan untuk memproduksi garam melalui proses penguapan. Garam ini dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk dimanfaatkan langsung (makanan) dan untuk keperluan berbagai industri, seperti industri kimia, pulp dan kertas, plastik, sabun, dan lain-lain. c. Desalinasi Air laut juga dapat didesalinasi (dihilangkan garamnya) menjadi air tawar yang banyak dimanfaatkan oleh kapal-kapal besar. d. Untuk budi daya laut Air laut dapat dimanfaatkan untuk budi daya ikan, rumput laut, dan kerang mutiara. Rumput laut digunakan dalam bidang industri makanan, farmasi, dan kosmetik. 2. Apakah manfaat air laut? Ternyata air laut memiliki bermacammacam fungsi, seperti: a. Sebagai pendingin Dalam bidang industri, air laut antara lain dimanfaatkan sebagai pendingin dalam produksi listrik yang menggunakan tenaga uap (PLTU). Contohnya PLTU Muara Karang di perairan Teluk Jakarta, PLTU Suralaya di perairan pesisir Anyer (Banten). Gambar 1-7. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton, Jawa Timur. (Sumber: [email protected]) C. Pembagian Lingkungan Laut Lautan sebagai anugerah dari Tuhan, merupakan aset/kekayaan alam yang perlu kita nikmati dan syukuri keberadaannya. Oleh karena itu, lautan harus dijaga kelestarian alaminya, baik lingkungan biotik maupun abiotiknya agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan lestari. Pada dasarnya lingkungan laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu kawasan pelagik dan kawasan dasar laut yang disebut kawasan bentik. 1. Kawasan pelagik Secara horizontal, kawasan pelagik dapat dibagi menjadi dua daerah, yakni: 7 a. Zona neritik yang mencakup massa air yang terletak di atas paparan benua. b. Zona oseanik, meliputi semua perairan terbuka lainnya (lihat gambar 1.8). Secara vertikal, laut dapat dibagi lagi menjadi dua berdasarkan atas tembusnya cahaya, yaitu: a. Zona fotik, yaitu daerah yang mendapat cahaya matahari. b. Zona afotik, yaitu daerah yang sudah tidak mendapat sinar matahari (gelap). a. Zona fotik atau zona epipelagik Zona fotik adalah bagian dari kawasan pelagik yang mendapat cahaya matahari. Kedalamannya bervariasi bergantung pada kejernihan airnya. Umumnya perbatasan bawah terletak pada kedalaman 100-150 m. Air pasang Pelagik Neritik Oseanik Neritik 100 m Air Surut 200 m Sublitoral atau paparan Batipelagik Be Afotik nt ik lukan untuk pernapasan. Plankton dapat digunakan sebagai sumber makanan bagi hewan-hewan kecil di laut. Hewan kecil dimakan oleh hewan yang lebih besar lagi sehingga terjadi perpindahan energi melalui rantai makanan. b. Zona afotik Zona afotik meliputi massa air di bawah zona fotik yang secara terus-menerus di dalam kegelapan. Bagian pelagik dari zona afotik ini terletak pada bagian afotik yang suhunya antara 100 C dan 40 C, atau pada kedalaman antara 700-1000 m dan 20004000 m. Biota yang hidup di zona afotik ada yang bersifat pemakan partikel lumpur, pemangsa, pemakan bangkai, dan pemecah gas racun (metan dan H2S) menjadi makannya sebagai hasil simbiosis dengan bakteri. Daerah/zona afotik selalu dalam kegelapan. Apakah di zona ini juga terdapat kehidupan? Ya, ternyata di sini hidup berbagai jenis kerang dan keong (Moluska), bintang laut, dan teripang (Ekhinodermata), udang dan kepiting (Krustasea), cacing, spong, dan ikan. Bagian-bagian Lautan 2. Kawasan dasar laut atau kawasan bentik Gambar 1-8 Gambar pembagian lingkungan laut. (Sumber: Nybakken 1992) Zona fotik atau zona epipelagik adalah zona penting karena zona ini merupakan daerah produktivitas primer di lautan. Di zona inilah kelompok plankton mampu melakukan fotosintesis terbesar di dalam laut. Plankton dapat menangkap energi matahari. Dalam proses fotosintesis dihasilkan oksigen dan zat gula. Oksigen diper- 8 Kawasan dasar laut atau kawasan bentik merupakan istilah umum yang berkaitan baik dengan biota maupun zona dasar laut. Kawasan bentik ini dibagi menjadi: a. Zona intertidal atau zona litoral Zona intertidal atau litoral adalah daerah/zona pantai yang terletak di antara pasang tertinggi dan surut terendah. Daerah ini mewakili daerah peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan. b. Zona paparan atau zona sublitoral cahaya dan pada umumnya dihuni oleh bermacam jenis biota laut yang melimpah dari berbagai komunitas, termasuk padang lamun dan terumbu karang. Zona paparan atau sublitoral adalah zona bentik pada paparan benua di bawah zona pelagik neritik. Zona ini mendapat D. Pembagian Laut di Indonesia Di Indonesia, laut juga dibagi menurut beberapa zona. Bedanya, pembagian ini berdasarkan atas wilayah kekuasaan hukum di Indonesia. Berdasarkan atas wilayah kekuasaan hukum di Indonesia, lautan Indonesia dapat dibedakan atas laut teritorial, laut nusantara, dan zona ekonomi eksklusif (ZEE). 1. Laut teritorial, adalah bagian lautan yang berada pada jarak 12 mil laut dari pantai terluar Kepulauan Indonesia (diukur dari garis dasar pantai terluar). Garis dasar ini ditentukan dengan cara yang disepakati bersama oleh negaranegara di dunia. Daerah ini merupakan wilayah kedaulatan suatu negara, dalam hal ini adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 2. Laut Nusantara, adalah perairan laut yang berada di antara pulau-pulau yang berada di wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), adalah daerah lautan yang memiliki batas luar 200 mil laut yang diukur dari garis dasar pada suatu negara. Pada daerah ZEE ini negara yang bersangkutan berhak memanfaatkan sumber daya alamnya, namun harus dihormati hak negara lain untuk melakukan pelayaran di daerah ini. Pengakuan PBB melalui keputusannya yang dituangkan dalam United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982. Maka sejak berlaku mutlak keputusan PBB tersebut tahun LAUT CINA SELATAN FILIPINA THAILAND BRUNEI DARUSSALAM MALAYSIA BARAT SAMUDERA PASIFIK LAUT SULAWESI ZON A MALAYSIA TIMUR EKO NOM I EK LAUT MALUKU SKL USIF IND ONE SIA LA TS SELAT LAUT JAWA UN DA MAK A SSAR SINGAPURA SE LAUT BANDA ZON A PNG LAUT ARAFURA EKON OMI EKSK LUSIF TIMOR LESTE INDO NESIA SAMUDERA HINDIA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA AUSTRALIA PERAIRAN NUSANTARA Gambar 1-9. Wilayah laut Indonesia. (Sumber: M. Kasim Moosa) 9 1994, Indonesia secara formal diakui menurut hukum internasional sebagai negara kepulauan (archipelagic state). mikian juga dengan penetapan garis batas landas kontinen di Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik yang masih perlu diselesaikan. Jika tidak diselesaikan maka akan mempengaruhi kedaulatan wilayah serta pengelolaannya. Penentuan batas maritim (garis batas landas kontinen, garis batas ZEE, dan garis batas wilayah) antara Indonesia dengan Negara-Negara Tetangga, yaitu India (Kepulauan Andaman dan Nicobar), Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Guinea, Timor Leste, dan Australia sampai saat ini belum selesai secara keseluruhan dan masih dalam proses perundingan. De94O INDIA 08 Contoh: Peta garis batas landas kontinen RI Malaysia - Thailand. • Peta garis batas laut wilayah RI - Malaysia - Singapura. • Peta batas wilayah RI - India. 98O 96O 100O P. Trinkat 104O 108O L A U T C I N A S E L ATA N P. Terutau O 08 07O 46' 06'' U O 31' 12'' T P. Nancowry O P. Lengkawa O 95 25 20 l 07O 40' 06'' U 95O 25' 45'' T N P. Perak P. Georgetown t P. Nicobar Kcl a P. Miru P. Tubah e P. P. Nicobar S P. Kachaf • 19 24 Tg. Jamboaye M 07O 02' 24'' U 94O 55' 37'' T IN DO DIA NE SIA kal Indo 17 P. Bunguran IN 06 16 O P. P. Anambas P. Klang P. We ACEH P. Subi Br 21 Bagansiapiapi Tg. Jamboaye 7 SUMATERA (INDONESIA) 04O 27' 34'' U 92O 51' 17'' T P. Serasan 14 13 8 Bengkalis 12 11 9 Singapore 10 Rangsang P. KarimunP. Batam 100O P. Bintan K A L I M A N TA N 104O 108O 104O 00’ 04O 01' 40'' U 92O 23' 55'' T MA L AYSI A P. Takong Tg. Piai 10(LK) 8(T) Jarak Belum ada p = 18 erjan la Se Sultan Shoal NM in t S ga p ore Belum jian P erbata san Garis Pangkal P. Nipa 01O 20’ Horsburg G aris 4 1 ada nji perja 6 5 Ttk. Dasar 10(LK) NM n = 28 Jarak an Perbatasa SINGAPORE JOHOR 01O 20’ Pangka l 3 2 B I N TA N B ATA M P. Karimun Br INDONESIA 104O 00’ Keterangan: 1 6 Batas Laut Wilayah RI - Singapura (UU RI No. 7 / 1973) Reklamasi yang telah dilaksanakan Singapura Rencana Reklamasi oleh Singapura 10(LK) dan 11(LK) : Batas Landas Kontinen RI - MAL, (KEPPRES 89 / 1969) 8(T) Batas Laut Wilayah RI - Malaysia, (UU No. 2 / 1971) Gambar 1-10. Batas Maritim Republik Indonesia dengan Negara Tetangga (Sumber: Jawatan Hidro-Oseanografi TNI AL, Jakarta 26 Juni 2006: 50 pp) 10 22 5 6 S U M AT E R A T U L A U T N AT U N A 15 P. Batumandi P. Ug. Pidie Rupat S 04O P. Jara P. Breueh 05O 25' 20'' U 93O 41' 12'' T Lhokseumawe 04O 18' 31'' U 92O 43' 31'' T 23 P. Pangkor nesia P. Berhala P. Rondo 06O 00' 00'' U 94O 10' 18'' T R Pang a Garis 04O k Tg. Peuruela 1 P. Sekatung M A L AY S I A a 06 4 O 18 l 06O 38' 30'' U 94O 38' 00'' T a K P. Nicobar Br Ringkasan Pantai adalah daerah tempat bertemunya laut dan darat. Pesisir adalah daerah yang dipengaruhi oleh masuknya air tawar ke arah laut, dan air laut ke arah darat. Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin. Pantai berbatu adalah pantai yang terdiri dari bebatuan yang berasal dari letusan gunung berapi atau batu kapur. Pantai berpasir adalah pantai yang seluruh bagiannya terdiri atas pasir yang berasal dari bebatuan yang pecah menjadi kerikil sampai akhirnya kerikil hancur menjadi pasir. Pantai berlumpur adalah pantai yang dipenuhi oleh lumpur. Air laut merupakan air yang mengandung berbagai macam garam. Dalam 1000 gram air laut berisi kurang lebih 35 gram senyawa-senyawa terlarut yang disebut garam dapur. Bahan pencemar dalam air laut adalah bahan kimia beracun yang dalam batas konsentrasi tertentu dapat membahayakan lingkungan laut dan kehidupan organisme di dalamnya. Air laut dapat dimanfaatkan sebagai pendingin, produksi garam, desalinasi, dan budi daya laut. Pada dasarnya lingkungan laut dapat dibagi menjadi dua, yakni kawasan perairan terbuka atau pelagik dan kawasan dasar laut atau bentik. Secara mendatar lingkungan laut juga dibagi menjadi kawasan neritik di atas zona paparan dan kawasan pelagik atau laut lepas. Zona pelagik secara vertikal dibagi menjadi zona fotik atau zona epipelagik dan zona afotik. Zona afotik dibagi berturut-turut menjadi zona mesopelagik, zona batial pelagik, zona abisal pelagik, dan zona hadal pelagik. Sedangkan kawasan bentik dibagi berturut-turut atas: Zona litoral (daerah pasang surut), zona paparan atau zona subtidal, zona batial, zona abisal, dan zona hadal. Di Indonesia, kawasan laut dibagi berdasarkan atas wilayah kekuasaan hukum menjadi: Laut teritorial, Laut Nusantara, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). 11 Soal Lingkari salah satu jawaban yang paling benar. 1. Jika kalian sering pergi ke pantai berpasir atau melihat gambarnya, bagaimana terjadinya pantai berpasir tersebut? 2. 3. 4. 5. a. Karena hempasan ombak yang dahsyat b. Karena dibawanya tanah liat dan lumpur melalui sungai ke laut c. Karena letusan gunung berapi yang melemparkan bongkahan-bongkahan batu besar ke pantai d. Karena menumpuknya pasir dari laut dan darat Hewan dan tumbuhan apa saja yang biasa terdapat di pantai berbatu? a. Limpet, teritip, keong, kepiting, udang, ikan, cacing, bintang laut, anemon, rumput laut, dan hydroid b. Cacing, kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, burung, dan monyet c. Burung, semut, kadal, ular, bakau, dan algae d. Harimau, pohon jati, pohon mangga, dan rumput gajah Susunan kimia air laut sama dengan air tawar, tetapi air laut rasanya asin. Mengapa hal ini bisa terjadi? a. Karena banyak ikannya b. Karena banyak limbah dari daratan c. Karena banyak mengandung garam d. Karena pengaruh sinar matahari Apakah istilah proses pembuatan air laut menjadi air tawar? a. Salinasi b. Desalinasi c. Fermentasi d. Dekomposisi dalam batas-batas konsentrasi Mengapa banyak bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan menyebabkan terganggunya kehidupan biota di dalamnya? 12 a. Kadar oksigen berkurang b. Kadar zat hara berkurang c. Kadar garam berkurang d. Kadar bahan pencemar berkurang 6. 7. Apa penyebab terjadinya kematian ikan secara massal dalam perairan? a. Penangkapan ikan oleh nelayan b. Tingginya konsentrasi bahan pencemar seperti logam beratt dan ammonia c. Banyaknya aliran air dari daratan d. Penangkapan ikan dengan cara pemboman Kawasan lingkungan laut dapat dibagi dua: a. Kawasan neritik dan kawasan pelagik b. Kawasan pelagik dan kawasan bentik c. Kawasan litoral dan sublitoral d. Kawasan fotik dan afotik 8. Secara vertikal, kawasan pelagik dapat dibedakan menjadi dua: a. Laut dangkal dan laut dalam b. Zona fotik dan zona afotik c. Zona panas dan zona dingin d. Zona tenang dan zona berarus 9. Manakah dari hal-hal berikut ini yang bukan manfaat air laut? a. budi daya laut b. sumber vitamin c. desalinasi d. produksi garam 10. Plankton adalah hewan atau tumbuhan yang hidup melayang di kolom air, yang arah pergerakannya ditentukan oleh ... a. kandungan air b. arus air c. volume air d. salinitas air Jawablah pertanyaan di bawah ini. 1. Jelaskan bagaimana membedakan antara pasir biasa dengan pasir kwarsa. 2. Perhatikan gambar 1-6 (halaman 6). Jelaskan mengapa ribuan ikan mati mendadak di pesisir. 13 3. Jenis-jenis berikut adalah hewan dan tumbuhan yang biasa hidup di pantai berlumpur: kepiting, cacing, kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, bakau, dan lain-lain. Jelaskan bagaimana proses terbentuknya pantai berlumpur? 4. Amati gambar 1-3 (halaman 4). Disebut apakah daerah laut yang terlihat pada gambar tersebut? Beri contoh jenis hewan yang hidup di lingkungan tersebut? 5. Mengapa terjadi zonasi atau pembagian daerah laut? Berikan contoh zonasinya (termasuk nama, ciri daerah, dan jenis organisme yang hidup di daerah tersebut). Tugas Tugas Kelompok Pilih salah satu tugas yang kalian sukai 1. Pengamatan Jenis Pantai Topik: • • Pantai berbatu Pantai berpasir • Pantai berlumpur Langkah: 2. 14 a. Bagi kelas menjadi tiga kelompok. b. Pilih salah satu topik yang disepakati oleh anggota kelompok. c. Pergi ke pantai atau amati gambar pantai. Lakukan pengamatan secara teliti dan saksama bersama-sama dengan kelompokmu mengenai ketiga pantai tersebut. d. Buat karangan mengenai kondisi hewan dan tumbuhan yang ada, serta bagaimana proses terjadinya pantai tersebut. e. Diskusikan dengan kelompok-kelompok lain di kelas. Pengamatan tentang larutan garam a. Ambil dua buah gelas, gelas pertama berisi air tawar dan gelas kedua berisi larutan garam yang pekat. Ke dalam kedua gelas tersebut dimasukkan masing-masing satu butir telur. Amati selama beberapa hari, apa yang terjadi terhadap kedua butir telur tersebut. Catat hasil pengamatanmu. b. Isilah sebuah gelas dengan air, tambahkan beberapa sendok garam dan aduk sampai larut. Celupkan sebuah paku ke dalam larutan garam tersebut. Setelah beberapa lama, amati perubahan yang terjadi pada paku tersebut. Catat hasil pengamatanmu. Glosari 15 Bab 2 Ekosistem Pesisir dan Laut Topik: Pesona Laut Kita Standar Kompetensi • Mampu memahami komponen penyusun ekosistem dan hubungan (interaksi) antar komponen di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. Kompetensi Dasar • Mampu mendeskripsikan komponen biotik: hewan dan tumbuhan. • Mampu menjelaskan komponen abiotik: gerakan air (arus, gelombang, dan pasang surut), salinitas, suhu, densitas, dan cahaya. • Mampu menceritakan hubungan antar komponen: Biotik dengan biotik Biotik dengan abiotik • Mampu menjelaskan hubungan antara mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. • Mampu memahami ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. • Mampu menjelaskan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. • Mampu membedakan hewan dan tumbuhan di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. • Mampu menceritakan kehidupan di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. 16 Peta Konsep Ekosistem Pesisir dan Laut R UA N G L I N G K U P N YA Komponen Penyusun Ekosistem dan Hubungan Antar Komponen MENCAKUP Komponen Biotik Komponen Abiotik Hubungan Antar Komponen Jenis Ekosistem TERDIRI DARI Mangrove Lamun Terumbu Karang 17 Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya, berinteraksi, dan saling terkait satu dengan lainnya. Interaksi tersebut membentuk suatu aliran energi yang tidak terputus dari produsen primer ke konsumen yang lebih tinggi (predator), merupakan rantai makanan yang ada di dalam ekosistem tersebut. A. Komponen Penyusun Ekosistem dan Hubungan antar Komponen Ekosistem disusun biotik dan abiotik. oleh komponen 1. Komponen Biotik Komponen biotik adalah komponen yang terdiri dari unsur yang hidup (tumbuhan dan hewan). Menurut cara hidupnya, kehidupan di laut dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni: a. b. c. 18 Kelompok Plankton adalah kelompok biota yang tidak dapat bergerak aktif, melainkan hanya mengapung dan melayang mengikuti arus. Kelompok ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Fitoplankton tumbuhan) (plankton berupa 2. Zooplankton (plankton berupa hewan): lucifer, acetes (udang rebon), ostracoda, cladocera, dan lain-lain. 1. Biota yang tidak dapat bergerak, seperti karang batu, sponge, dan tumbuhan laut, 2. Biota yang dapat bergerak merayap, seperti moluska, kepiting, dan udang, 3. Biota yang hidup di dalam liang, seperti jenis cacing dan kerang. Komponen biotik juga dapat dibagi menjadi: a. Tumbuhan laut 1) Thallophyta Thallophyta adalah tumbuhan yang berthalus dan mempunyai warna bermacam-macam berdasarkan thalusnya. Contoh tumbuhan berthalus adalah Rhodophyceae (algae merah), Chlorophyceae (algae hijau), Phaeophyceae (algae cokelat), Chrysophyceae (algae hijau kuning, termasuk diatom), dan Myxophyceae (algae hijau biru). Kelompok Nekton adalah kelompok biota di laut yang dapat bergerak secara aktif, yaitu dapat berenang (hanya terdiri dari hewan saja), termasuk bermacam jenis ikan, sotong, dan cumicumi. 2) Spermatophyta Kelompok Benthos adalah kelompok biota yang hidup menetap di dasar. Pada umumnya benthos tidak dapat berpindah tempat atau jika dapat berpindah sangat terbatas, sehingga biota benthos dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: Beberapa contoh hewan laut yang mudah dikenal adalah: Tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di laut, memiliki bunga, daun, akar, buah, dan biji (contohnya lamun dan mangrove). b. Hewan Laut 1) Polychaeta (golongan cacing bulu) Adalah sejenis cacing laut yang banyak digunakan sebagai umpan memancing, ma- tuk dapat disebarkan ke permukaan. Umumnya terjadi saat fajar, pada hari sebelum bulan mencapai kwartal terakhir. Jumlah telur yang dilepaskan biasanya banyak sekali, sehingga warna air laut berubah. Gambar 2-1. Cacing laut Polychaeta. (Sumber: http://marinebio.org) kanan ikan, dan dapat juga dimakan. Salah satu jenis cacing tersebut adalah cacing Palolo (Eunice fucata), di mana penduduk Pulau Samoa dan Fiji (Samudera Pasifik) biasa mengkonsumsi cacing tersebut sebagai bahan makanan yang sangat lezat. Cacing ini hidup di dasar laut dangkal dan di liang-liang daerah bebatuan (antara batubatu karang). Keluar ke permukaan dua kali setahun pada saat pasang surut bulan Oktober dan November (kwartal terakhir). Cacing-cacing keluar mengerumi perairan dengan cara memutuskan sebagian tubuhnya. Satu bagian tubuhnya tinggal di dalam lubang dan satu bagian lainnya akan keluar lubang. Biasanya bagian tubuh yang keluar lubang adalah bagian yang sudah dibuahi (atau hasil perkembangbiakan) un- Di Nusa Tenggara Barat (Lombok) juga terdapat jenis cacing serupa yang disebut dengan Nyale atau cacing laut (Nereis spp.). Cacing tersebut juga keluar dan melimpah memenuhi permukaan air. Keluar pada bulan Februari di Pantai Seger, kawasan Pantai Kuta Lombok Tengah. Penduduk beramai-ramai melakukan acara bau nyale atau tangkap cacing laut pada dini hari. Di Maluku, cacing serupa disebut Laor. Muncul berlimpah pada bulan Maret minggu terakhir pada pukul 20.00 hingga 22.00. Laor terdapat di pantai berkarang dan dijumpai di pulau-pulau Ambon, Saparua, Seram barat, dan Banda. 2) Moluska (Golongan hewan lunak) Termasuk keong dan kerang. Moluska adalah hewan bertubuh lunak, ada yang memiliki cangkang (kerang dan siput) dan ada yang tidak memiliki cangkang (Nudibranchia). Contoh moluska adalah: • Chiton • Conus, Haliotis, dan Trochus • Tiram, Remis, dan Kerang mutiara • Cumi-cumi, Sotong, dan Gurita • Keong gigi, sangat jarang ditemukan. Dari kelima kelompok moluska, yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah dari keong, kerang, cumi-cumi, sotong, dan gurita sebagai sumber pangan maupun sumber industri lainnya. Daging keong Telescopium telescopium digunakan sebagai umpan memancing. Keong tersebut sangat banyak dijumpai di daerah bakau. Gambar 2-2. 2 2 Cacing laut (Nereis sp) (Sumber: http://kentsimmonsuwinnipeg.ca) Jenis kerang yang sangat populer dan memiliki nilai ekonomi penting adalah 19 Crassostrea cuculata (tiram makanan) dan Pinctada maxima (kerang mutiara). Jenisjenis tersebut sudah banyak diekspor ke India, Singapura, Jepang, Taiwan, Hong Kong, dan Perancis. Di Perancis, keong gastropoda dikenal dengan sebutan Escargo (masakan dari sejenis siput atau keong yang sangat lezat). renang. Krustasea dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu: (Sumber: www.wallawalla.edu) b) Kelompok Brachyura (berbagai jenis kepiting) a) Kelompok Macrura (berbagai jenis udang) Tubuh udang memanjang, terdiri dari kepala-dada dan abdomen (yang kadangkadang disebut juga ekor). Kaki beruas enam. Di bagian kepala terdapat 2 pasang antena, sepasang mata yang bertangkai, dan 5 pasang kaki jalan. Sedangkan di bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan sebuah telson (ekor). Contohnya adalah lobster dan udang karang. (Sumber: http://commons.wikimedia.org) Gambar 2-4. Brachyura (Sumber: www.wirbellose-im-terrarium-forum.de) Gambar 2-3. Macam-macam jenis moluska. 3) Krustasea (Udang dan Kepiting) Krustasea merupakan hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen (beruasruas) dan berkulit keras (mengandung zat kapur/Chitin). Tubuhnya terbagi atas 3 bagian besar, yaitu chepalo-carapas (kepala dan dada), abdomen (perut), dan telson (ekor). Di bagian carapas terdapat 5 pasang kaki jalan. Pasangan kaki pertama biasanya lebih besar dari kaki yang lain, disebut dengan capit, sedangkan di bagian abdomen (perut) terdapat 5 pasang kaki 20 Termasuk ke dalam kelompok kepiting, tubuhnya lebar melintang, bagian abdomen tidak terlihat (melipat ke bagian dada). Tidak mempunyai telson (ekor), memiliki 5 pasang kaki jalan, tetapi pada beberapa spesies di laut, pasangan kaki kelima ada yang berfungsi sebagai kaki renang (untuk mendayung bila berada di dalam air). c) Kelompok Anomura (kelomang atau umang) Merupakan hewan yang memiliki bentuk tubuh peralihan antara udang dan kepiting. Bentuk tubuhnya lonjong seperti kipas, tubuhnya tidak dilindungi oleh cang- kang, sehingga harus mencari cangkang dari hewan lain (moluska). Kelompok Anomura yang dikenal salah satunya adalah kepiting kelapa (Birgus latro) (sebagai nenek moyang kepiting darat). Semasa kecil (larva) hidup di laut dan setelah dewasa hidup sebagai kepiting darat. Gambar 2-5. Birgus latro (Sumber: http://direktori.o-fish.com) Jenis krustasea juga merupakan sumber perikanan yang sangat penting sebagai sumber makanan yang bergizi tinggi. Udang dan kepiting sudah diekspor ke berbagai negara, seperti Jepang, HongKong, dan Taiwan. Tugas 1. Pergilah ke pantai, amati kelompok hewan krustasea. 2. Gambar hasil pengamatan kalian. 3. Bandingkan dengan penjelasan dari buku tentang bagian tubuh dan jumlah kakinya. 4. Diskusikan dengan gurumu. 4) Ekhinodermata (bintang Laut, teripang, bulu babi, dan lain-lain) Ekhinodermata adalah hewan yang memiliki tubuh berduri. Terdiri dari 5 kelompok yaitu: duri), yang memakan hewan karang dan merusak koloni karang. Bentuk tubuhnya yang penuh duri membuat hewan ini sangat menyeramkan. Apabila suatu koloni karang dimakan, maka akan menyebabkan a) Asteroidea (bintang laut) Banyak dijumpai merayap pada batubatu di pantai. Memiliki 5 buah lengan atau lebih (tergantung dari jenisnya) yang menjulur dari arah pusarnya (cakramnya). Bagian mulut terletak di tengah-tengah cakram di sisi bawah, sedangkan anus terletak di bagian atas. Tubuhnya beraneka warna dan biasanya dengan warna-warna yang cerah. Salah satu jenis bintang laut yang dikenal di daerah terumbu karang adalah Acanthaster planci (bulu seribu/kota Gambar 2-6. 2 6 Acanthaster planci planci. (Foto: Agus Budianto, P2O - LIPI) 21 karang tersebut menjadi berwarna putih dan lama-kelamaan akan mati. b) Ophiuroidea (bintang mengular dan bintang keranjang) Sebagian besar dari hewan ini hidup di laut yang jeluk (dalam), tetapi ada pula yang hidup di perairan yang dangkal. Contoh yang paling dikenal adalah lili laut atau bintang bulu. Memiliki 5 lengan atau lebih yang setiap lengannya bercabang dua atau lebih. Setiap cabang mempunyai rantingranting melintang sehingga membuat hewan ini berbulu-bulu. d) Echinoidea (bulu babi) Gambar b 2-7. Bintang mengular l (O (Ophiuroidea) h d ) (Sumber: http://cse.fra.affrc.go.jp) Kelompok ini dianggap sebagai kelompok Ekhinodermata yang terbesar dan terentan terhadap lingkungan. Hidup di tempat-tempat yang terlindung (air tenang), di balik batu, atau menempati dasar yang lunak. Bentuk tubuh seperti uang logam, pipih dengan lengan-lengan yang sangat panjang menjulur ke sekeliling tubuh. Bagian mulut berada di bawah. Contohnya adalah Gorgonocephalus agassizi (bintang keranjang) c) Crinoidea (lili laut) Gambar 2-9 2-9. Bulu babi (Echinarachnius parma) (Foto: Agus Budiyanto, P2O - LIPI) Memiliki tubuh yang bulat tanpa lengan dengan duri-duri yang menutupi tubuhnya. Jenis bulu babi (Diadema setosum) mempunyai duri yang panjang, sedangkan dolar pasir (Echinarachnius parma) mempunyai duri yang pendek. Kedua jenis hewan ini banyak dijumpai di dasar pasir dan terumbu karang. Warna tubuh bermacam-macam, ada yang hitam, cokelat, ungu, atau bergaris-garis putih dan cokelat muda. e) Holothuroidea (teripang) Gambar 2-8. 2 8 Lili laut laut. (Sumber: www.starfish.ch) 22 Tubuhnya memanjang seperti ketimun sehingga disebut juga dengan ketimun laut. Mulut terletak di bagian ujung yang satu dan anus di bagian ujung yang lain. Ada kaki tabung di bagian tengah tubuhnya yang berfungsi untuk berjalan. Contoh teripang yang banyak ditemukan di laut dan diperdagangkan di Indonesia adalah Holothuria scabra . bangunan di terumbu karang. Bangunan rumah kapur inilah yang dikenal sebagai terumbu karang. Terumbu karang dengan berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang hidup di sana serta lingkungannya membentuk ekosistem yang dikenal sebagai ekosistem terumbu karang. Bentuk koloni karang bermacam-macam, tergantung dari jenis polip karang pembentuknya, yaitu: Gambar G b 2-10. Teripang ((Holothuria l h scabra) b ) (Foto: Agus Budiyanto, P2O - LIPI) Hati-Hati! • Jika kalian melihat bulu babi di pantai, berhati-hatilah. Karena jika kita menginjak bulu babi, maka akan segera terasa gatal-gatal, sakit, dan panas. Apabila dibiarkan, patahan duri bisa masuk ke pembuluh darah dan sangat berbahaya bagi kesehatan. • Bercabang-cabang (seperti pohon) • Bulat (seperti batu) • Berbentuk daun • Berbentuk jamur Cara Mengatasi • Tempat yang tertusuk harus dipukulpukul sampai durinya hancur yang ditandai dengan keluarnya darah. • Untuk menghilangkan rasa sakit, bagian tersebut diberi amoniak atau air seni. Gambar 2-11a. Koloni karang bercabang - Acropora sp. (Sumber: www.webshot.com) 5) Coelenterata/hewan berongga (karang batu, karang lunak, dan anemon) Kelompok hewan ini dikenal sebagai binatang karang. Ada yang berupa karang keras (hard corals) dan karang lunak (soft corals). Umumnya berukuran kecil. Satu individu hewan karang disebut polip. Polip akan membentuk koloni (suatu kumpulan) yang terdiri dari ribuan polip. Polip karang akan menghasilkan zat kapur yang nantinya digunakan sebagai pembentuk rangka Gambar G b 2 2-11b. 11b K Koloni l i masif if ((membulat) b l )-P Porites i sp. (Sumber: COREMAP - LIPI) 23 Gambar 2-11c 2-11c. Koloni berbentuk daun – Montipora foliosa. Gambar 2-11d. Karang berbentuk jamur, Fungia sp. (Sumber: www.advancedaquarist.com) (Sumber: www.webshot.com) Tahukah Kalian? Selain kelompok jenis karang batu tersebut di atas, masih ada jenis karang lunak, anemone, dan hewan karang berbentuk pipa (tube), yang dikenal orang sebagai karang merah (Tubipora musica) dan karang biru (Heliopora coerulea). Karang merah (Tubipora musica), pada waktu masih hidup di terumbu karang tentakelnya berwarna ungu, tetapi kalau sudah mati kerangka koloninya berwarna merah marun dan permukaan koloninya berlubang-lubang. Karang biru (Heliopora coerulea) banyak hidup di perairan dangkal dekat pantai. Di tempat hidupnya, karang biru berwarna keabu-abuan, kalau dipatahkan koloninya, patahan itu berwarna biru. Anemone adalah sejenis hewan karang yang tidak membentuk kerangka dari kapur. Anemone ini beraneka ragam warnanya, dan selalu bersimbiose dengan ikan amphiprion. Anemone banyak dicari orang untuk mengisi akuarium laut. 6) Ikan Di laut ada dua kelompok besar ikan, yaitu ikan bertulang rawan (Kelas Chondrichthyes) dan ikan bertulang keras (Kelas Osteichtyes). a) Chondrichthyes (hiu dan pari) Hewan ini termasuk hewan bertulang rawan yang ditandai oleh insangnya yang terbuka. Mempunyai rahang yang kuat dan mulut di bagian bawah tubuhnya. Sedangkan matanya berada di bagian atas sehingga hewan ini tidak bisa melihat ketika makanan masuk mulut. 24 Gambar G b 2 2-12. 12 Ch Chondrichthyes d i hth (Sumber: http://en.wikivisual.com) b) Osteichthyes/Ikan bertulang keras (teri, kakap, tembang, tuna) dan melayang-layang tergantung dari arus dan gelombang yang membawanya. Osteichthyes disebut ikan bertulang keras dengan insang yang tertutup. Jenis ikan ini mudah dikenal karena mempunyai satu celah insang pada kedua sisi kepala, mulut di bagian depan tubuh, dan sirip ekor panjangnya hampir sama atas dan bawah. • Perpindahan massa air dari lapisan bawah ke lapisan atas permukaan laut dikenal dengan upwelling dan perpindahan massa air dari atas permukaan ke dalam laut disebut downwelling dapat menyebabkan pertukaran atau perpindahan unsur-unsur hara atau nutrisi yang merupakan sumber makanan bagi organisme atau biota laut. Upwelling dan downwelling disebabkan oleh adanya arus. • Pasang surut atau pasut berpengaruh besar terhadap kehidupan biota laut, khususnya di wilayah pantai, seperti hutan mangrove dan padang lamun. Pasut menyebabkan berubah-ubahnya sifat lingkungan di daerah pantai, bukan saja mengalami perendaman dan pengeringan setiap hari secara berkala, tetapi juga menyebabkan perubahan suhu dan cahaya yang lebih besar dibandingkan dengan di lautan terbuka. Tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di ekosistem ini harus dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Gambar 2-13. Osteichthyes (Foto: http://fishing-forum.org) 2. Komponen Abiotik Apa yang dimaksud dengan komponen abiotik? Komponen abiotik terdiri dari gerakan air (arus, pasang surut, dan gelombang), salinitas, suhu, dasar laut, dan cahaya. Keempat faktor lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan aktivitas biota di laut, saling terkait satu dengan lainnya sehingga merupakan komponen yang tidak dapat dilepaskan. a. Gerakan air (arus, gelombang, dan pasang surut) Gerakan air laut sangat penting bagi berbagai proses alam laut, baik untuk kehidupan hayati maupun untuk proses non hayati. Arus, gelombang, dan pasang surut bagi beberapa biota laut seperti plankton, seluruh hidupnya tergantung dari gerakangerakan air tersebut. Hewan ini tidak dapat berenang, sehingga hanya mengapung b. Salinitas Salinitas dikenal dengan sebutan kadar garam (kegaraman), adalah besarnya (jumlah) kandungan garam yang terlarut dalam gram per kilogram air laut. Salinitas merupakan unsur penting di suatu perairan karena kehidupan organisme di laut sangat erat hubungannya dengan salinitas. Karang batu mempunyai toleransi terhadap salinitas tinggi, yaitu 27-40‰. Masuknya air tawar ke laut dapat menyebabkan kematian pada karang batu. Info ‰ = per seribu 25 c. Suhu Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting. Suhu alami air laut berkisar antara 0oC sampai 33oC. Perubahan suhu dapat berpengaruh besar terhadap sifatsifat air laut dan kepada kehidupan biota laut. Jenis-jenis organisme hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu, seperti karang cenderung hidup pada suhu berkisar antara 25oC dan 28oC, tetapi dalam kondisi tertentu, karang masih bisa hidup pada suhu 15oC. d. Cahaya (sinar matahari) Cahaya atau sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. 3. Hubungan antar Komponen Ekosistem Di laut terdapat komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi. Hubungan interaksi ini merupakan tatanan fungsional yang membentuk suatu sistem keseimbangan yang dinamis dan berkelanjutan. Dalam kehidupannya ada yang saling menguntungkan, saling merugikan, dan netral (tidak ada yang diuntungkan atau dirugikan). Mari kita simak lebih lanjut hubungan interaksi kehidupan di laut, baik di antara makhluk hidup itu sendiri maupun dengan lingkungannya. a. Bagaimana Interaksi antarbiota? Interaksi antar biota dapat berupa: 1) Kompetisi Kompetisi terjadi apabila saling memperebutkan kebutuhan hidup, seperti tempat hidup atau mencari makan. Sebagai contoh tempat hidup antara tumbuhan algae dengan karang. Suatu tempat kosong di terumbu karang jika sudah ditumbuhi algae, maka hewan karang tidak akan dapat tumbuh di tempat itu. Perebutan tempat makanan selalu terjadi di laut karena plankton diperlukan oleh semua hewan yang berada di tempat yang sama. 2) Simbiosis mutualisme Dalam simbiosis mutualisme, kedua pihak (simbion) saling membutuhkan dan keduanya saling diuntungkan. Mikroalga Zooxantella (Simbiodinium) yang bersimbiosis dengan polyp binatang karang, keduanya saling diuntungkan karena karang mendapat suplai kapur dari hasil fotosintesis zooxanthella dan zooxanthella mendapatkan bahan anorganik dari hasil metabolisme karang yang tidak diperlukan oleh karang. Ikan Amphiprion (clown fish), selalu berlindung pada Anemon yang diuntungkan oleh kehadiran ikan ini karena terhindar dari gangguan kotoran dan penempelan yang dibersihkan oleh ikan tersebut. Info! Hubungan timbal balik dapat berlangsung antara komponen biotik-biotik dan biotik-abiotik. Gambar 2-14. Simbiosis mutualisme antara Amphirion dan anemon. (Foto: Agus Budianto, P2O - LIPI). 26 3) Simbiosis komensalisme 5) Parasitisme Simbiosis ini hanya menguntungkan salah satu pihak saja (pihak komensal), sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh. Misalnya, paus dengan teritip yang menempel pada kulit paus sepanjang umur teritip (barnacle). Teritip dapat makan dari air sekitar, sedang paus tidak diuntungkan dan tidak dirugikan. Dalam hal ini, suatu keharusan dari suatu organisme (parasit) untuk berinteraksi dan selalu merugikan pihak lain (tuan rumah/host). Beberapa jenis cacing dan bakteri menjadi parasit pada ikan. Contoh lain, Lamprey (ikan kecil) yang menempel pada ikan lainnya untuk menghisap darah. Gambar 2 2-15. 15 Simbiosis komensalisme antarbiota. antarbiota (Foto: Allen Steene) Gambar 2-17. Simbiosis parasitisme Isopoda (Crustacea) pada ikan (Sumber: Allen & Steene). 4) Simbiosis amensalisme 6) Predasi/Predatorisme Dalam interaksinya hanya merugikan salah satu pihak (pihak amensal), sedangkan pihak yang lain (inhibitor) tidak terpengaruh. Misalnya, binatang tunikata (Botryllus schlosseri, Clavelina lepodiformis) yang menempel pada tumbuhan laut. Penempelannya akan menghambat pertumbuhan rumput laut tersebut karena proses fotosintesisnya terganggu. Sifat interaksinya hampir sama dengan parasitisme, hanya dalam predasi ada pihak pemangsa (predator) yang akan memakan mangsanya (prey). Jadi pemangsa akan tetap hidup, sedangkan yang dimangsa akan mati. Contohnya adalah bintang laut mahkota (Acanthaster planci) yang memangsa polyp binatang karang, ikan tongkol memangsa ikan teri, ikan paus pemangsa plankton, ikan matahari atau “sunfish” (Mola-mola) pemangsa ubur-ubur. b. Interaksi antara biotik dan abiotik Gambar 2-16. Simbiosis amensalisme Botryllus schlosseri pada tumbuhan laut. (Sumber: htpp://detomaso.stanford.edu) Biota di laut menjalani proses kehidupan yang dinamis, tumbuh dan berkembang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam proses kehidupan tersebut, salah satu aspek adalah terjadinya interaksi dengan lingkungannya. 27 • Biota yang hidup di dalam laut yang memperoleh sinar matahari (daerah fotik), jenis biota lautnya lebih banyak karena sumber makanan dari tumbuhan maupun hewan cukup banyak. • dari rantai makanan dan faktor fisik yang berpengaruh. Rantai makanan Hubungan antara mangrove, padang lamun, dan terumbu karang dapat digambarkan sebagai berikut. Di laut dalam yang tidak bercahaya (daerah afotik) tidak ada lagi jenis tumbuhan (sebagai produsen primer) yang hidup karena tidak ada sinar matahari untuk fotosintesis. Sumber makanan sangat sedikit dan berasal dari biota mati dari daerah fotik. Faktor fisik yang berpengaruh Ketiga ekosistem yaitu ekosistem lamun, ekosistem mangrove, dan ekosistem terumbu karang saling berhubungan dan saling mempengaruhi melalui air sungai (curah hujan) dan air laut (dengan arus dan gelombangnya) yang membawa endapan dan unsur hara dari darat ke laut dan dari dasar laut ke permukaan. Sebagian faktor fisik juga berasal dari ulah manusia. Hewan dan algae laut sampai ke darat dilakukan oleh manusia. c. Hubungan Antar Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Te rumbu Karang Hubungan antar ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang dapat dilihat Tumbuhan Mangrove Darat 1 Fospat dan hasil pelapukan di dalam tanah Laut (Padang Lamun dan Terumbu Karang) 3c Fosfat Terlarut 5a 2 5 3b Mati dan Pembusukan 3 Algae 4b 3a 4 Hewan Laut Gambar 2-18 Rantai makanan yang menghubungkan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. 28 4a Keterangan diagram. 1 : Hasil pembusukan daun mangrove dan kotoran manusia mengalir ke laut lewat aliran sungai 2 : Hasil pembusukan diserap algae di kawasan terumbu karang melalui proses fotosintesis 3 : Algae 3a : Algae dimakan hewan di kawasan terumbu karang 3b : Algae tersebut mati 3c : Algae yang hidup di terumbu karang dimakan manusia 4 : Hewan laut 4a : Hewan di terumbu karang dimakan oleh manusia 4b : Hewan di terumbu karang mati 5a : Hasil pembusukan hewan laut dan algae yang mati diserap oleh algae lagi kembali lagi ke no.1. Ringkasan Komponen biotik adalah komponen yang terdiri dari unsur yang hidup (tumbuhan dan hewan). Menurut cara hidupnya, biota laut dapat dikelompokkan menjadi kelompok plankton, nekton, dan benthos. Biota laut juga terdiri dari golongan tumbuhan dan golongan hewan. Tumbuhan laut terdiri dari algae, lamun, dan mangrove (di daerah pesisir). Hewan laut terdiri dari Polychaeta (cacing laut); Krustasea (udang dan kepiting); Moluska (keong dan kerang); Echinodermata (bulu babi, teripang, bintang laut, bintang keranjang, dan bintang mengular), Coelenterata (karang lunak dan karang batu), dan Chordata (ikan). Komponen abiotik adalah komponen yang terdiri dari unsur yang tidak hidup, yaitu gerakan air (arus, gelombang, dan pasang surut), salinitas, suhu, dan cahaya. Hubungan antar ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang dapat berupa rantai makanan yang terbentuk dari ketiga ekosistem (mangrove, padang lamun, dan terumbu karang). Hubungan antara ketiga ekosistem itu terjadi karena adanya pengaruh faktor fisik (arus laut dan gelombang), aliran sungai (curah hujan), dan manusia. Rantai makanan adalah proses pemindahan energi makanan dari sumbernya (tumbuhtumbuhan yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik melalui proses fotosintesa) produsen melalui serangkaian jasad-jasad dengan cara makan dan dimakan yang berulang kali. Soal Pilih salah satu jawaban yang paling benar. 1. Apa saja yang dimaksud dengan komponen biotik? a. Gelombang, arus, salinitas, dan sedimen b. Hewan dan tumbuhan laut c. Upwelling dan downwelling d. Pasir, batu, dan kerikil 29 2. 3. 4. 5. 6. 7. 30 Unsur apa saja yang termasuk abiotik: a. Arus, gelombang, salinitas, sinar matahari, dan suhu b. Zooxanthelae c. Terumbu Karang d. Padang lamun Bagaimanakah cara hidup plankton? a. Tenggelam b. Melayang-layang, mengapung, dan mengikuti arus (tidak dapat melawan arus) c. Di dasar laut d. Di permukaan laut Bagaimanakah hubungan interaksi antara biota dengan biota lainnya? a. saling menguntungkan b. saling membunuh c. acuh saja d. saling merugikan Bagaimana hubungan antara biota dengan lingkungannya? a. Harmonis dengan sendirinya b. Memerlukan adaptasi c. Saling mempengaruhi d. Tidak ada hubungannya Di dalam rantai makanan, antara ketiga ekosistem (mangrove, padang lamun, dan terumbu karang), mata rantai makanan dari mangrove berupa: a. Sampah b. Serasah c. Fosfat terlarut d. Kotoran hewan/manusia Sebutkan rantai makanan mulai dari yang terendah: a. Fitoplankton, zooplankton, ikan kecil, ikan besar, dan manusia b. Tumbuhan melalui proses fotosintesis 8. 9. c. Proses makan memakan dari hewan di laut d. Nyamuk, kecapung, dan kelelawar Bentuk koloni karang bermacam-macam. Sebutkan bentuk koloni yang tidak terlihat pada gambar di halaman 23-24. a. pohon b. daun c. jamur d. masif Bentuk hubungan antara ikan Amphirion dengan Anemon laut disebut ... a. parasitisme b. mutualisme c. amensalisme d. komensalisme Jawablah pertanyaan di bawah ini. 1. Pada saat liburan, Budi pergi ke pantai. Tanpa sengaja, dia menginjak bulu babi. Seketika itu dia berteriak dan mengaduh-aduh. Apakah yang harus kalian lakukan untuk menolong Budi mengatasi bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh binatang laut tersebut? 2. Bedakan dan berikan contoh antara simbiosis komensalisme dengan amensalisme. 3. Gambarkan jaring-jaring hubungan antara lamun, mangrove, dan terumbu karang. 31 Tugas Pilih salah satu kegiatan berikut ini. 1. 2. Membuat diagram rantai makanan a. Amati lingkungan sekitarnya. b. Buatlah diagram rantai makanan. Mengklasifikasikan/mengelompokkan tumbuhan dan hewan a. Amati tumbuhan dan hewan di sekitarmu. b. Kelompokkan tumbuhan dan hewan tersebut ke dalam kelompoknya sesuai dengan karakteristik tubuhnya. 3. Amati interaksi kehidupan biota di laut/pantai pada saat air pasang dan surut. Catat persamaan dan perbedaan yang terjadi. 4. Kalian telah mengetahui berbagai jenis hewan yang hidup di terumbu karang. Amati dan kelompokkan dalam 5 kelompok. Glosari • Abiotik adalah komponen yang tidak hidup. • Biotik adalah komponen yang hidup. • Benthos yaitu biota yang hidup di dasar atau dalam substrat, baik tumbuhan maupun hewan. • Beradaptasi adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. • Fosfat terlarut adalah hasil pembusukan zat organik yang berasal dari tumbuhan atau hewan oleh bakteri pembusuk. • Interaksi adalah saling berhubungan. • Komponen adalah unsur/bagian. • Nekton adalah biota yang berenang-renang (hanya terdiri dari hewan saja): ikan, sotong, cumi-cumi, dan lain-lain. • Paus adalah sejenis mamalia besar yang hidup di laut. • Plankton adalah biota yang melayang-layang, mengapung, dan berenang mengikuti arus (tidak dapat melawan arus). • Salinitas dikenal dengan sebutan kadar garam di laut (kegaraman). Arti sesungguhnya dari salinitas adalah besarnya (jumlah) kandungan garam yang terlarut dalam gram per kilogram air laut. • Simbiosis adalah kehidupan bersama. 32 B. Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang 1. Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove atau hutan mangrove adalah lingkungan di wilayah pesisir di mana mangrove merupakan tumbuhan yang dominan. Ekosistem mangrove juga dikenal dengan istilah hutan mangrove. Apakah kalian tahu tentang mangrove? Mangrove adalah kelompok tumbuhan yang mampu tumbuh dan berkembang di lingkungan perairan asin atau payau. Di dalamnya juga hidup berbagai jenis hewan, seperti udang dan kepiting, cacing, serta ikan. a. Bagaimana ciri-ciri tumbuhan mangrove? Karena tumbuhan mangrove hidup di dalam kondisi perairan yang berlumpur dan berair asin atau payau, maka tumbuhan mangrove mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut: • Memiliki akar napas (pneumatophor) yang berada di atas permukaan tanah yang dikenal dengan akar tunjang pada pohon Bakau (Rhizophora stylosa), akar lutut pada pohon Tancang (Bruguiera spp), dan akar cakar ayam pada pohon Api-api. • Memiliki daun tebal untuk menyimpan air berkadar garam tinggi. • Mulut daun (stomata) masuk ke dalam untuk mencegah pernapasan yang berlebihan. • Perkembangbiakan secara spesifik, misalnya pada Rhizophora stylosa, benih mulai berkecambah sejak masih meng- Gambar 2-19. Rhizophora stylosa, R. mucronata, dan Avicenia marina. (Sumber: www.mangrovecentre.or.id) 33 Tipe buah ”vivipari” Merupakan tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan ketika biji masih berada di dalam buah. Hipokotil telah mencuat keluar ketika buah masih tergantung di tumbuhan induk. Secara umum, jenis-jenis tumbuhan dari suku Rhizophoraceae (Rhizophora spp.) (Bakau), Bruguiera spp. (Tancang), dan Ceriops spp. (Tanger) memiliki buah berbentuk silindris yang termasuk dalam kelompok jenis buah vivipari. Gambar G b 2-20. 2 20 Ekosistem Ek i mangrove (Sumber: jakartagreenmonster.com) Tipe buah ”kriptovivipari” gantung di pohon induknya sampai mencapai stadium muda dengan akar dan tunasnya. b. Bagaimana syarat hidup hutan mangrove? Umumnya mangrove tumbuh di daerah pasang surut yang memiliki jenis tanah berlumpur, lempung, atau berpasir. Tetapi ada beberapa jenis tumbuhan mangrove yang dapat tumbuh di terumbu karang. Persyaratan untuk pertumbuhan mangrove adalah: • Suhu optimum plus minus 250 C. • Di daerah pasang surut. • Di pantai terlindung dari gelombang dan ombak. • Pantai berarus. • Dasar pantai landai. • Kadar ppm. garam berkisar Biji berkecambah pada pohon Jatuh ke air antara 2-38 c. Adaptasi buah dan proses perkecambahan Semua jenis tumbuhan mangrove menghasilkan buah (propagule, dibaca: pro-pa-gul) yang dapat disebarkan oleh air. Ternyata buah mangrove memiliki tipe bermacam-macam, antara lain: 34 Merupakan tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan ketika masih berada di dalam buah, tetapi biji masih terlindungi oleh kulit buah (perikarp) sebelum buah lepas dari tumbuhan induk. Contoh jenis tumbuhan yang termasuk dalam tipe buah kriptovivipari adalah Avicennia spp. (Api-api; buah berbentuk seperti kacang), Aegiceras spp. (Kacangan; buah berbentuk silindris), dan Nypa spp. (Nipah). Menyentuh dasar Terapung tegak lurus Gambar 2-21. Siklus hidup mangrove. Menancapkan akar Tipe buah ”normal” Merupakan tumbuhan dengan buah yang memiliki pertumbuhan biji normal. Biji tidak mengalami perkecambahan selama berada di dalam buah yang menggelantung di atas tumbuhan induk. Contoh jenis tumbuhan yang termasuk dalam tipe buah normal adalah Sonneratia spp. (Bogem) dan Xylocarpus spp. (buah teka teki; berbentuk seperti bola). Buah dan jenis tumbuhan mangrove lain yang berbentuk seperti kapsul atau menyerupai kapsul pada umumnya termasuk dalam tipe buah ini. Rhizophora mucronata Bruguiera gymnorrhisa Ceriops tagal C. decandra B. cylindrica R Stylosa MIC MIC Rhizophora mucronata Bruguiera spp. Avicenia marina MIC Ceriops spp. MIC Avicennia spp. Sonneratia alba Xylocorpous molluccensis Ficus sundaica Aegiceras corniculatum MIC MIC MIC Aegiceras corniculatum Nypa fruticans Sonneratia alba Xylocarpus moluccensis Gambar 2-33. Tipe-tipe buah mangrove untuk proses perkecambahan. (Sumber: www.mangrovecentre.or.id) Latihan Untuk mengetahui pemahaman kalian, jawab beberapa pertanyaan berikut ini: 1. Sebutkan dan jelaskan komponen biotik pada ekosistem pesisir dan laut. 2. Jelaskan hubungan antara makhluk hidup-makhluk hidup, makhluk hidup-lingkungan. Jika kalian belum mampu menjawab dengan baik, ulangi lagi membacanya. 35 d. Jenis mangrove Lumnitzera rasemosa Jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam hutan mangrove meliputi pohon dan semak yang terdiri dari tumbuhan berbunga. Beberapa jenis mangrove yang banyak terdapat di seluruh Indonesia, yaitu Avicennia spp. (Api-api), Sonneratia spp (Bogem), spp. (Bakau), Bruguiera spp (Tancang), Ceriops spp. (Tanger), Xylocarpus spp. (Nyirih), Lumnitzera spp. (Truntum), Acanthus ilicifolius (Jeruju), Aegiceras spp. (Kacangan), Derris trifoliata (Ambung), dan Nypa fruticans (Nipah). MIC Gambar 2-35. Lumnitzera spp. (Truntum). (Sumber: www.mangrovecentre.or.id) Acanthus illifolius tuk menyesuaikan diri agar dapat hidup di dalam daerah mangrove. Jenis tumbuhan komponen utama hanya terdapat di dalam hutan mangrove, membentuk tegakan murni, dan tidak pernah bergabung dengan kelompok tumbuhan darat lain, di antaranya: 1) Bakau (Rhizophora spp.) Calotropis gigantea MIC Bakau merupakan pohon atau tumbuhan yang paling mudah dikenali di hutan mangrove. Struktur akar yang sangat unik adalah ciri paling menonjol dari pohon bakau. Akar-akar bakau tumbuh keluar dari batang utama serta dari cabang-cabang batangnya, sehingga pohon ini terlihat mampu berdiri tegak karena ditunjang oleh akar yang disebut sebagai akar tunjang. Pohon bakau dapat mencapai ketinggian 10 meter, tergantung dari jenis bakau yang bersangkutan. Gambar 2-34 Acanthus ilicifolius (Jeruju). (Sumber: www.mangrovecentre.or.id) Komponen utama di dalam mangrove adalah: Yang termasuk dalam kelompok ini adalah jenis-jenis tumbuhan yang mengalami adaptasi morfologi (misalnya bentuk akar yang khas) dan fisiologis (misalnya mekanisme pengeluaran kelebihan garam), un36 Apabila kita melihat buah bakau yang panjang, buah tersebut merupakan buah yang telah mengalami proses perkecambahan selama berada di pohon. Ada jenis bakau yang memiliki panjang buah hingga mencapai 70 cm setelah mengalami perkecambahan. Bagian bawah buah bakau yang meruncing ujungnya (bagian kecambah) lebih berat daripada buah bakau bagi- Buahnya berbentuk seperti bintang, keras, agak besar ± 4 cm, dan berwarna hijau. Apabila buah jatuh ke laut, buah tersebut dapat mengapung dalam waktu yang cukup lama sebelum terdampar di daratan dan memulai pertumbuhan sebagai tumbuhan yang baru. Pada beberapa daerah, buah bogem telah dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat manisan buah. 3) Api-api (Avicennia spp) Gambar 2-22. Bakau (Rhizophora spp.) (Foto: Pramudji, P2O - LIPI) an atasnya. Oleh karena itu, jika buah bakau lepas dari pohon induk maka kemungkinan besar buah tersebut akan jatuh menancap ke dalam substrat di bawahnya. Hal tersebut juga merupakan salah satu adaptasi tumbuhan bakau terhadap lingkungannya. Seperti bogem, api-api adalah jenis pohon mangrove yang juga memiliki bentuk akar paku (akar cakar ayam), tetapi ukurannya lebih kecil dan tipis dibandingkan bogem. Bentuk akar paku api-api seperti pensil yang mencuat dari dalam tanah. 2) Bogem atau Perepat (Sonneratia spp) Perhatikan gambar 2-23. Berbeda dengan bakau, akar bogem tumbuh di bawah tanah seperti pohon lain pada umumnya. Berbeda dengan jenis pohon lain, struktur akar berbentuk seperti paku tebal atau pilar yang tumbuh dari akar menembus keluar dari dalam tanah, bahkan dapat tumbuh hingga mencapai 1 m. Struktur itu disebut sebagai akar paku dan merupakan salah satu bentuk pneumatophore (akar napas). Gambar 2-24. Api-api (Avicennia spp) (Foto: Pramudji, P2O - LIPI) Bunganya adalah bunga majemuk dan tersusun dalam rangkaian ke bawah. Mahkota bunga berwarna kuning hingga oranye (jingga). Buah ada yang berwarna hijau, hijau kekuningan, hingga cokelat muda, tergantung dari jenisnya. Bentuk buahnya seperti kacang dengan beberapa variasi bentuk (tergantung jenis). Buah termasuk ke dalam tipe buah kriptovivipari. 4) Tancang (Bruguiera spp.) Gambar 2-23. Bogem atau Perepat (Sonneratia spp) (Foto: Pramudji, P2O - LIPI) Tancang adalah salah satu jenis pohon mangrove dengan sistem perakaran yang 37 unik. Akar tancang sering disebut sebagai akar lutut. Dengan sistem perakaran seperti ini, tancang secara umum mudah dibedakan dari jenis tumbuhan mangrove lainnya. Daunnya adalah daun tunggal, berbentuk elips, mengumpul pada ujung tangkai, warna daun bagian atas berwarna hijau sampai kuning kehijauan, dan bagian bawah berwarna kuning. Warna batang pohon tancang abu-abu gelap, dengan variasi corak dan tekstur batang yang kasar. Mahkota bunga berwarna putih, merah, hingga cokelat. Buah berbentuk silindris, berwarna hijau, panjang 10-20 cm dan termasuk ke dalam tipe buah vivipari. Buah yang sudah berkecambah dapat mengapung dan disebarkan jauh oleh arus laut. Gambar 2-25. Tengar (Ceriops spp.) (Sumber: www.webshot.com) termasuk ke dalam tipe buah vivipari. Sekilas, buah tengar mirip dengan buah bakau, namun ukurannya lebih kecil. 6) Nipah (Nypa fruticans) Nipah sering ditemukan tumbuh berdekatan dan membentuk komunitas murni di sepanjang tepi sungai. Nipah adalah pohon yang termasuk ke dalam kelompok tumbuhan palem, sehingga ciri-ciri tumbuhan ini juga hampir sama dengan ciri tumbuhan palem lainnya. Daun tumbuh menyirip, batang daun berpelepah, dan tumbuh mengelompok di bagian pohon paling atas. Nipah memiliki akar serabut yang kuat. Tumbuhan tersebut mirip pohon kelapa yang masih muda. Gambar 2-25. Tancang (Bruguiera spp) (Foto: Pramudji, P2O - LIPI) 5) Tengar (Ceriops spp.) Tengar memiliki bentuk akar yang khas, disebut akar banir. Daunnya adalah daun tunggal yang tumbuh saling bersilangan, berbentuk bulat telur terbalik. Batang pohonnya berwarna abu-abu, terkadang ada juga yang berwarna cokelat. Bunga berukuran kecil dan termasuk bunga majemuk yang tumbuh dari ketiak daun. Mahkota bunga berwarna putih hingga kecokelatan. Buah berbentuk silindris, 38 Gambar 2-26. Nipah (Nypa fruticans) (Foto: Subagjo Sumodihardjo) Walaupun termasuk dalam tumbuhan komponen utama mangrove, nipah tidak memiliki bentuk pneumotophore atau akar napas seperti halnya tumbuhan mangrove lain. Bunga nipah mempunyai bunga jantan dan bunga betina yang terpisah di dalam satu pohon. Buah berbentuk bola, memiliki banyak penonjolan pada kulit buah, dan berwarna cokelat gelap atau merah bata. Tipe buah nipah adalah tipe kriptovivipari. Komponen tambahan Buta-buta tidak memiliki adaptasi bentuk akar seperti halnya tumbuhan komponen utama mangrove. Daun buta-buta adalah daun tunggal berbentuk elips yang tumbuh saling berseling pada batangnya. Pinggiran daun bergerigi dan berujung runcing. Buta-buta memiliki bunga dengan kelamin yang terpisah dalam satu tumbuhan. Buah buta-buta berwarna hijau dengan permukaan kulit buah yang kasar. Buah tersusun seperti kombinasi tiga bola dan bertipe buah normal. Jenis-jenis tumbuhan yang termasuk dalam kelompok ini bukan merupakan bagian yang vital dari hutan mangrove. Komponen ini secara umum tumbuh pada bagian tepi hutan mangrove dan jarang sekali membentuk tegakan murni. Jenis-jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam komponen tambahan, antara lain: 7) Buta-buta (Excoecaria agallocha) Tumbuhan ini dikenal dengan nama buta-buta karena getah (berwarna putih susu) yang dapat menyebabkan kebutaan apabila terkena mata. Getah tersebut diproduksi oleh 2-4 buah kelenjar getah yang terdapat di dalam daun. Selain dapat menyebabkan kebutaan, getah buta-buta juga bisa menimbulkan iritasi pada kulit. Gambar 2-27. Buta-buta (Excoecaria agallocha) (Sumber: www.webshot.com) Gambar 2-28. Buah kira-kira/Bola-bola (Xylocarpus spp.) (Sumber: www.webshot.com) 8) Buah Kira-kira atau Bola-bola (Xylocarpus spp.) Memiliki nama yang unik dan mempunyai ciri khas yang terletak pada buahnya. Buahnya memiliki 4-16 biji (tergantung jenisnya) dengan ukuran yang tidak sama. Oleh karena itu, buah ini sering dijadikan permainan adu cepat menyusun bagian-bagian buah hingga membentuk satu buah yang utuh. Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini disebut dengan puzzle fruit (buah teka teki). Buahnya bertipe buah normal, yaitu biji tidak mengalami perkecambahan selama buah masih berada di pohon. Buah kira-kira memiliki kemampuan untuk mengapung apabila jatuh ke dalam air sehingga dapat membantu penyebaran tumbuhan ini. 39 e. Komunitas Hewan Komunitas hewan yang hidup di dalam hutan mangrove membentuk dua kelompok besar, yaitu: 1) Kelompok fauna daratan/ terestrial: Kelompok hewan yang biasanya hidup menempati bagian atas pohon mangrove, seperti serangga (kupu-kupu), primata (monyet ekor panjang); burung (kuntul putih, blekok), serta mamalia (kucing bakau) dan insekta (nyamuk). Sebagian besar kelompok hewan daratan umumnya merupakan hewan pengunjung yang masuk ke daerah hutan mangrove. Selain itu, terdapat kelompok hewan yang hidup di bagian bawah hutan mangrove, seperti kelompok reptil (ular cincin mas, kadal, biawak). Hewan-hewan ini tidak perlu adaptasi khusus dengan air karena hidup di atas pohon. 2) Kelompok fauna lautan/akuatik: Kelompok fauna lautan terdiri dari dua jenis, yaitu: • Hewan yang hidup di kolom air, misalnya ikan dan udang. • Hewan yang menempati substrat keras (akar, batang pohon mangrove) maupun substrat lunak (lumpur), misalnya kepiting, kerang, siput, dan jenis invertebrata lainnya. padang lamun adalah lingkungan hidup di perairan laut dangkal dan di daerah pasang surut yang memiliki kadar garam tinggi, di mana lamun merupakan tumbuhan yang dominan. Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai substrat yang berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang khas lebih sering ditemukan di substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. a. Lamun (sea grass) Lamun adalah kelompok tumbuhan berbunga (angiospermae) yang memiliki akar rimpang, buah, biji (monokotil) yang dapat hidup di laut, terutama perairan dangkal. Beberapa jenis lamun yang memiliki bintil akar untuk memfiksasi atau mengikat nitrogen secara langsung. Daun tumbuhan lamun tumbuh mencuat dari tunas yang berada di dekat dasaran, terkadang tunas tersebut tidak terlihat karena terkubur oleh pasir. Batang lamun tumbuh menjalar di dalam pasir, sering disebut sebagai rizoma (seperti rizoma pada tumbuhan jahe). Lamun memiliki akar serabut yang sangat kuat untuk mencengkram substrat. Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut, seperti ikan, krustasea, moluska (Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Selain hewan-hewan tersebut, ada hewan yang dapat hidup di kolom air dan di sekitar kolom air, yaitu ikan glodok. Ikan glodok bernapas dengan insang saat berada dalam air, sedangkan saat berada di luar air, ikan glodok mampu memperoleh oksigen melalui kulitnya. 2. Ekosistem Lamun Di manakah kita dapat menemukan ekosistem lamun? Ekosistem lamun atau 40 Gambar 2-29 2-29. Ekosistem Lamun (Sumber: http://marufkasim.blog.com) Ekinodermata (Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Archaster sp, Linckia sp), dan cacing (Polichaeta). asuhan, dan daerah perlindungan bagi hewan-hewan yang hidup di perairan laut. b. Syarat Hidup Lamun (Flora) Lamun dapat hidup di laut dangkal dengan: • Sinar matahari mencapai dasar. Sinar matahari dibutuhkan oleh lamun untuk membuat makanan melalui proses fotosintesis. • Substrat dasar terdiri dari pasir halus, sedang, kasar atau pasir berlumpur atau potongan karang yang mati. • Daerah pasang surut dengan kadar garam tinggi. Di Indonesia tercatat hanya terdapat 12 jenis lamun, sedangkan di dunia tercatat ada 50 jenis. Kedua belas jenis lamun tersebut adalah Cymodocea rotundata (lamun berujung bulat), Cymodocea serrulata (lamun bergerigi), Enhalus acoroides (lamun tropika), Halodule pinifolia (lamun benang), Halodule uninervis (lamun serabut), Halodule decipiens (lamun senduk tak berurat), Halodule minor (lamun sendok kecil), Halodule ovalis (lamun sendok), Halodule spinulosa (lamun senduk dasar keriting), Syringodium isoetifolium (lamun alat suntik), Thalassia hemprichii (lamun dugong), dan Thalassodendron ciliatum (lamun kayu). Ternyata banyak ya jenisnya! c. Fauna (Hewan) kepiting krustasea moluska ubur-ubur penyu dugong Gambar 2-30. Fauna yang hidup di padang lamun. 3. Ekosistem Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang adalah lingkungan hidup di dasar laut dangkal daerah tropik, di mana karang batu (stony coral) merupakan penghuni utamanya. Ekosistem ini memberikan manfaat langsung bagi manusia. Mengapa? Karena ekosistem ini juga menjadi tempat hidup bagi hewan dan tumbuhan yang dapat dimakan, penghasil bahan obat-obatan, bahan bangunan, dan menjadi tempat rekreasi yang sehat. Peran penting lainnya adalah bahwa terumbu karang juga sangat menopang kehidupan lain di sekitarnya yang juga menjadi tumpuan hidup manusia. Lamun dihuni oleh beberapa jenis hewan, mulai dari hewan tingkat rendah (avertebrata) hingga vertebrata. Hewan avertebrata misalnya siput, kerang dara, teripang, bulu babi, udang, dan kepiting. Jenis hewan vertebrata misalnya ikan, penyu, dan ikan duyung. a. Bagaimana Proses Terbentuknya Terumbu Karang? Mengapa banyak hewan hidup di lamun? Ternyata padang lamun mampu memberikan sumber makanan, daerah Terumbu karang merupakan timbunan masif dari kapur Ca CO3 yang terutama dihasilkan oleh hewan karang (polip). Hewan 41 karang yang membentuk terumbu karang pada umumnya mempunyai bentuk kerangka yang majemuk. Hewan karang (polip) akan tumbuh menjadi banyak melalui proses pembelahan diri secara berulangkali, sehingga satu kerangka akan terdiri dari ratusan ribu polip. Polip inilah yang membentuk kerangka dan fondasi terumbu karang. Hewan karang (polip) hidup bersama (simbiosis) dengan alga bersel satu (zooxanthella). Dalam proses fotosintesis, zooxanthella memanfaatkan senyawa-senyawa anorganik sisa metabolisme karang (fosfat dan nitrat) Sebaliknya senyawasenyawa organik hasil fotosintesis zooxanthella dimanfaatkan untuk melangsungkan proses metabolisme karang. suhu perairan lebih dari 2oC dapat menyebabkan kematian karang secara massal yang dikenal dengan istilah ”bleaching” (di mana sebagian besar karang berwarna putih karena mati). Terumbu karang tidak dapat hidup pada suhu rata-rata tahunan lebih rendah dari 18oC. • Substrat dasar yang keras diperlukan bagi larva karang (planula) untuk tempat menempel. Pada substrat yang lunak seperti lumpur atau pasir yang bebas, planula tidak dapat menempel untuk tumbuh lebih lanjut membentuk koloni. • Sinar matahari diperlukan oleh zooxanthella (yang hidup bersimbiose dengan karang) untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu, dasar tempat hidup terumbu karang harus terjangkau oleh sinar matahari. Di perairan yang keruh, hanya jenis karang tertentu yang dapat bertahan hidup. • Kadar garam tinggi sangat diperlukan untuk pertumbuhan karang. Di sekitar muara sungai, jarang ditemukan terumbu karang. Tetapi jenis-jenis karang tertentu, seperti jenis-jenis karang hias yang tahan hidup di akuarium air laut (Euphyllia sp), banyak dijumpai tidak jauh dari muara sungai. Endapan kapur ini terjadi secara rutin pada siang hari di mana proses fotosintesis berlangsung. Sedangkan pada malam hari, kegiatan tersebut tidak berlangsung (berhenti). Terumbu Karang Tepi Terumbu Karang Penghalang Tenggelam Atol Tenggelam Gambar. 2-31. Proses terbentuknya terumbu karang. (Sumber: www.britannica.com) b. Syarat hidup terumbu karang Terumbu karang terutama hidup subur di daerah tropik dan sedikit di daerah subtropik karena untuk hidupnya memerlukan persyaratan sebagai berikut: • Suhu optimal untuk pertumbuhan karang adalah antara 25-30oC. Kenaikan 42 Gambar 2-32. Koloni karang Euphyllia sp. (Sumber: www.aquanovel.com) c. Tipe Terumbu Karang d. Mengenal jenis- jenis karang Terumbu karang dapat dibedakan menurut bentuk dan tempat tumbuhnya, yaitu: Terumbu karang di Indonesia dikenal sebagai terumbu karang yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Keanekaragaman jenis karangnya juga paling tinggi (lebih dari 400 jenis karang dari 70 genera), sehingga sangat sulit untuk mengenalnya masing-masing jenis. • Terumbu karang tepi (fringing reef), yaitu terumbu karang yang hidup dan berkembang sepanjang pantai dan hampir semua pulau-pulau kecil di perairan Indonesia, seperti Pulau Seribu, Jakarta. • Terumbu karang penghalang (barrier reef), yaitu terumbu karang yang letaknya jauh dari pantai atau di laut yang cukup dalam. Contoh terumbu karang penghalang yang sangat terkenal terletak di timur Benua Australia (Great Barrier Reef). • Terumbu karang cincin (Atol), yaitu terumbu karang berbentuk cincin terputus, melingkari goba (lagoon) dengan kedalaman 45 meter atau lebih dan umumnya terdapat di laut dalam. Contoh terumbu karang cincin yang terkenal di Indonesia dan merupakan terumbu karang cincin terbesar ketiga di dunia adalah terumbu karang cincin di Taka Bonerate, Sulawesi Selatan. Bagi pemula yang ingin mengenal jenis-jenis karang, karang batu (karang) dikelompokkan menurut bentuk koloninya menjadi lima kelompok, yakni kelompok koloni karang bercabang (Acropora sp), kelompok koloni karang masif (membulat) (Porites sp), kelompok koloni karang sub masif, kelompok karang berbentuk jamur (Fungia sp), dan kelompok koloni karang berbentuk lembaran daun (Montipora foliosa). Gambar 2-33. Koloni karang bercabang Acropora sp. (Sumber: http://subaqua.web.cern.ch) e. Jenis-jenis hewan laut yang hidup di terumbu karang Hewan laut yang hidup di terumbu karang dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni hewan laut yang hidup di dasar (bentos) dan hewan laut yang hidup di kolom air. Gambar G b 2-33. 2 33 TTerumbu b kkarang cincin i i (atol). ( l) (Sumber: www.atolian.com) Hewan yang hidup di dasar (bentos), contohnya adalah Tridacna sp. (kima), Lambis sp. (tedong-tedong), Holothuria sp. (teripang), Portunus pelagicus (rajungan), 43 f. Jenis tumbuhan yang hidup di terumbu karang Jenis-jenis tumbuhan yang hidup di terumbu karang juga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok tumbuhan yang hidup di dasar (bentos) dan kelompok tumbuhan yang hidup di kolom air (phytoplankton). Kelompok tumbuhan yang hidup di dasar, contohnya adalah Ulva sp., Laminaria sp., Eucheuma sp., dan Caulerpa sp. Gambar 2-34. Kima raksasa Tridacna sp. (Sumber: htpp://commons.wikipedia.org) Diadema sp. (bulu babi), Polychaeta (cacing bulu), Conus sp., dan Trochus sp (susu bunder). Jenis-jenis hewan laut yang hidup di kolom air, contohnya adalah jenis-jenis ikan hias, ikan konsumsi (ikan kerapu, ikan ekor kuning, ikan napoleon, ikan karang), dan zooplankton (plankton hewani). Gambar 2-36. Kelompok tumbuhan laut Eucheuma sp. (Sumber: www.marine-science.co.jp) Ringkasan Ekosistem adalah hubungan antara jasad hidup dan lingkungannya secara timbal balik, berinteraksi, dan saling terkait satu dengan lainnya. Interaksi tersebut membentuk suatu aliran energi yang tidak terputus dari produsen primer ke konsumen yang lebih tinggi (predator), dan merupakan rantai makanan yang ada di dalam ekosistem tersebut. Ekosistem mangrove atau hutan mangrove adalah lingkungan hidup di wilayah pesisir di mana mangrove merupakan tumbuhan yang dominan. Ekosistem mangrove juga dikenal dengan istilah hutan mangrove. Ekosistem lamun atau padang lamun adalah lingkungan hidup di perairan laut dangkal dan di daerah pasang surut yang memiliki kadar garam tinggi, di mana lamun merupakan tumbuhan yang dominan. Ekosistem terumbu karang adalah lingkungan hidup di dasar laut dangkal daerah tropik, di mana karang batu (stony coral) merupakan penghuni utamanya. Mangrove adalah kelompok tumbuhan yang mampu tumbuh dan berkembang di lingkungan perairan asin atau payau. Buah ”vivipari” adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan 44 ketika biji masih berada di dalam buah. Hipokotil telah mencuat keluar ketika buah masih tergantung di tumbuhan induk. Buah “kriptovivipari” adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan ketika masih berada di dalam buah, tetapi biji masih terlindungi oleh kulit buah (perikarp) sebelum buah lepas dari tumbuhan induk. Tipe buah ”normal” adalah tumbuhan dengan buah yang memiliki pertumbuhan biji normal. Biji tidak mengalami perkecambahan selama berada di dalam buah yang menggelantung di atas tumbuhan induk. Akar napas bentuknya seperti paku tebal atau pilar disebut sebagai akar paku atau pneumatophore. Lamun (sea grass) adalah kelompok tumbuhan (angiospermae) tingkat tinggi satusatunya yang memiliki akar rimpang, daun, bunga, buah, dan biji (monokotil) yang dapat hidup di laut, terutama perairan dangkal. Soal Lingkari salah satu jawaban yang paling benar. 1. 2. 3. Sebutkan jenis mangrove yang merupakan penyusun utama ekosistem mangrove: a. Rhizophora spp, Sonneratia spp, Bruguiera spp, Avicennia spp, dan Ceriops spp. b. Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, dan Enhalus acoroides c. Dadap, Eceng gondok, dan bakung d. Ketapang, waru, dan akasia Sebutkan syarat tumbuh lamun (sea grass): a. Di daerah perairan dangkal yang berkadar garam tinggi b. Di daerah yang sangat terik matahari c. Di daerah yang bersuhu dingin d. Di daerah yang banyak ikannya Sebutkan tiga macam terumbu karang: a. Terumbu karang lunak b. Terumbu karang batu c. Terumbu karang tepi, terumbu karang penghalang, dan terumbu karang cincin (Atol) d. Terumbu karang liat, bunga karang, dan batu karang 45 4. Berikut adalah ciri-ciri tumbuhan mangrove, kecuali ... a. memiliki akar napas b. memiliki daun tebal c. mulut daun/stomata masuk ke dalam d. berkembang biak membentuk spora 5. Berikut ini yang bukan merupakan syarat hidup lamun adalah ... a. sinar matahari mencapai dasar b. daerah pasang surut dengan kadar garam tinggi c. banyak mengandung karang d. substrat dasarnya pasir halus, sedang, kasar, dan berlumpur Jawablah pertanyaan di bawah ini. 1. Jelaskan proses terbentuknya terumbu karang. 2. Bagaimanakah syarat hidup terumbu karang? 3. Bedakan antara tipe buah vivipar dan tipe buah kriptovivipar pada buah mangrove. 4. Deskripsikan tentang lamun/sea grass. Biji berkecambah pada pohon Jatuh ke air 5. 5 Menyentuh dasar Terapung tegak lurus Siklus hidup mangrove. 46 Menancapkan akar Lengkapi gambar siklus hidup mangrove berikut dengan keterangan sesuai dengan nomor-nomornya. Tugas Pilih salah satu tugas yang kalian sukai. 1. Gambarlah bentuk dan jenis dari akar tumbuhan mangrove. 2. Buatlah tulisan mengenai ekosistem lamun dan diskusikan dengan teman dan gurumu di kelas. Glosari • Buah kriptovivipari adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan ketika masih berada di dalam buah, tetapi biji masih terlindungi oleh kulit buah (perikarp) sebelum buah lepas dari tumbuhan induk. • Buah normal adalah tumbuhan dengan buah yang memiliki pertumbuhan biji normal. Biji tidak mengalami perkecambahan selama berada di dalam buah yang menggelantung di atas tumbuhan induk. • Buah puzzle fruit (buah teka teki) adalah buah bertipe normal, yaitu biji tidak mengalami perkecambahan selama buah masih berada di pohon. Dan buah ini biasanya digunakan untuk tebak-tebakan (teka teki). • Buah propagule adalah benih mangrove yang tumbuh dan disebarkan melalui air. • Buah vivipari adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan ketika biji masih berada di dalam buah. Hipokotil telah mencuat keluar ketika buah masih tergantung di tumbuhan induk. • Pneumatophore (akar napas) adalah bentuk adaptasi akar mangrove. • Polip adalah individu hewan karang yang membentuk kerangka luar dari bahan Ca Co3. • Zooxanthella adalah sejenis alga bersel satu yang hidup di dalam sel dinding dalam hewan karang dan hidup bersama (bersimbiose) dengan hewan karang batu. • Metabolisme adalah proses pencernaan makanan di dalam tubuh hewan karang. • Asimilasi adalah proses mengubah molekul sederhana menjadi lebih kompleks, biasanya terjadi pada tumbuhan atau bakteri. 47 Bab 3 Pemanfaatan Ekosistem, Dampak,danPenanggulangannya Topik: Lautku Hidupku Standar Kompetensi Kompetensi Dasar • Mampu memahami potensi dan pemanfaatan ekonomi sumber daya pesisir dan laut • Mampu menjelaskan potensi ekonomi sumber daya pesisir dan laut • Mampu memahami perilaku manusia yang merusak dan upaya mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut • Mampu menceritakan kegiatan manusia yang merusak ekosistem pesisir dan laut • Mampu mengidentifikasi jenis-jenis pemanfaatan ekonomi sumber daya pesisir dan laut • Mampu menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perusakan ekosistem pesisir dan laut • Mampu mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut 48 Peta Konsep Pemanfaatan Ekosistem, Dampak, dan Penanggulangan R UA N G L I N G K U P N YA Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Laut MENCAKUP Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Sumber Daya Hayati Sumber Daya Non-Hayati Perusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut TERDIRI DARI Penebangan Hutan Mangrove secara Berlebihan Perikanan yang Merusak Penambangan Batu Karang dan Pasir Pariwisata yang Merusak Pencemaran Pengendapan dan Sedimentasi Abrasi Peran Masyarakat dalam Mengurangi Kerusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut MENCAKUP Kearifan Lokal Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap yang Ramah Lingkungan Pariwisata yang Ramah Lingkungan Pengelolaan Pesisir dan Sumber Daya Laut 49 A. Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Laut Gambar 3-1. Tanah Air Indonesia: terdiri dari sekitar 62% lautan dan 38% daratan yang berbentuk pulau-pulau besar dan kecil. (Sumber: M. Kasim Moosa) Kawasan pesisir dan laut merupakan sumber daya alam yang besar potensinya. Berbagai macam produk hayati dan nonhayati dapat diambil dari wilayah pantai untuk kepentingan manusia. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan batas luar 12 mil adalah 5 juta km2, terdiri dari daratan seluas 1,9 juta km2 (38%) dan lautan seluas 3,1 juta km2 (62%). Jadi bagian terbesar dari wilayah negeri kita berupa lautan atau air, dan ini sesuai dengan istilah yang sering digunakan untuk menyebut negeri tempat kelahiran kita, yaitu “tanah airku Indonesia”. Di bidang perikanan, potensi sumber daya perairan teritorial Indonesia diperkirakan mencapai 4,5 juta ton per tahun dan dari zona ekonomi eksklusif 2,1 juta ton. Menurut perhitungan, terumbu karang di Asia Tenggara diperkirakan mampu menghasilkan 1.647 juta dolar per km2 per tahun. Potensi tersebut diperoleh dari akumulasi (penjumlahan) potensi 4 komponen utama, yaitu: 50 • Perikanan 1.221 juta dolar • Perlindungan pantai 314 juta dolar • Pariwisata dan rekreasi 103 juta dolar • Nilai Estetika 9 juta dolar Secara fisik, kawasan pesisir dan pantai dapat berupa dataran pasir, dataran lumpur atau kadang-kadang hamparan bebatuan, dan di atas dataran berkembang komunitas tumbuhan dan satwa. Komunitas tumbuhan terdiri dari bakau, lamun, dan rumput laut. Tumbuhan bakau terutama berkembang di pantai berlumpur, sedangkan komunitas lamun dan rumput laut banyak tumbuh di pantai berpasir. Lebih ke tengah berkembang komunitas karang yang membentuk terumbu karang. Komunitas tumbuhan dan terumbu karang juga menjadi rumah tinggal (habitat) berbagai jenis satwa yang hidup berasosiasi dengan mereka. Berbagai produk alam, baik alam hayati maupun non-hayati dihasilkan dari daerah ini yang dimanfaatkan manusia Gambar b 3-2. 3 Komunitas biota di kawasan pesisir/pantai. a. bakau; b. lamun; c. rumput laut; d. terumbu karang. (Sumber: COREMAP - LIPI) untuk mendukung kehidupannya. Produk alam hayati mencakup berbagai jenis fauna laut, seperti ikan, udang, kepiting, keong, tiram, teripang, dan sebagainya, serta berbagai kelompok tumbuhan, antara lain jenis-jenis algae, rumput laut, dan bakau atau mangrove. Produk alam non-hayati dari laut, antara lain pasir, garam dapur, pasir besi, dan minyak bumi. Di samping yang disebutkan di atas, laut dan pesisir memberikan berbagai manfaat ekonomi lain yang penting, antara lain sebagai sarana transportasi, rekreasi, serta menjadi faktor penentu sifat iklim daerah sekitarnya. Untuk negeri kita Indonesia, yang merupakan negara kepulauan yang besar, transportasi laut merupakan kebutuhan mutlak. Mobilitas penduduk dari satu pulau ke pulau yang lain sangat besar, karena itu adanya sarana transportasi laut yang memadai dan terjangkau oleh masyarakat umum merupakan kebutuhan pokok. Sebagai areal rekreasi, daerah pesisir dan pantai sangat digemari penduduk. Mandi di pantai, berselancar, berlayar, dan memancing ikan telah menjadi bentuk rekreasi yang populer bagi masyarakat dewasa ini. Misalnya Pantai Ancol, Jakarta, setiap hari Minggu dan hari libur dibanjiri rombongan keluarga dari berbagai pelosok Jakarta dan sekitarnya untuk berekreasi. Di atas itu semua, laut juga berfungsi menentukan sifat iklim wilayah sekitarnya. Curah hujan, suhu, dan sirkulasi udara dibangun oleh kondisi dan sifat laut di wilayah yang bersangkutan. Tidak kalah penting juga adalah nilai ekonomi hutan bakau yang berkembang di wilayah pantai. Kayu bakau dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan rumah, kayu bakar, bahan arang, dan bahan baku kertas. Selain itu, hutan bakau juga mempunyai fungsi ekologi yang sangat penting, antara lain melindungi pantai dari 51 gempuran ombak dan tiupan angin, menahan erosi pantai, memberi perlidungan, dan menyediakan makanan bagi berbagai fauna yang hidup berasosiasi dengannya. Pemanfaatan Sumber Daya Laut dan pesisir merupakan sumber daya alam yang bernilai ekonomi penting dan telah dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai macam kepentingan, antara lain pemanfaatan produk hayati, budidaya, pertambangan, transportasi, rekreasi, dan perlindungan lingkungan. Oleh karena itu, kita harus menjaga dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya sehingga fungsi ekonomi dan produktivitasnya dapat kita pelihara sepanjang masa. Mengingat pentingnya masalah tersebut, marilah kita pelajari bersama berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut oleh manusia. dapat diberi umpan untuk menarik calon korbannya. Apabila kita melihat-lihat pelabuhan perikanan, kita akan menyaksikan berbagai jenis ikan, udang, kepiting, keong, dan kerang hasil tangkapan para nelayan diperjualbelikan. Selain berbagai jenis satwa, juga terdapat berbagai jenis rumput laut. Kita semua pernah mendengar bahwa rumput laut merupakan bahan pangan (misalnya Jaring diangkat k untuk mengumpulkan hasil tangkapan Jaring didorong sampai ke dasar a. Sumber Daya Hayati Laut dan pesisir merupakan tempat tinggal berbagai macam biota yang bernilai ekonomis penting, seperti ikan, udang, kepiting, siput, kerang, teripang, dan rumput laut sebagai sumber pangan bagi manusia. Oleh karena itu, para nelayan berupaya mengambil dan memanfaatkan fauna dan flora untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. y Sirip Rangkaian Pengapung 52 Tempat hasil tangkapan Batas Tangkapan Pengapung Tali Bawah Rantai Besi Perikanan Tangkap Berbagai teknik dan alat digunakan untuk penangkapan sumber daya perikanan. Peralatan yang digunakan dapat dikelompokkan dalam peralatan aktif dan peralatan pasif. Peralatan aktif yang dimaksudkan adalah yang bergerak/atau digerakkan secara aktif dalam menangkap buruannya, misalnya jala, sudu, dan pukat. Peralatan pasif atau perangkap berarti menetap di satu tempat dan menunggu korbannya mendatangi, misalnya bubu, bagan, sero, pancing, dan sebagainya. Peralatan pasif Badan Pengapung Rantai Besi untuk pemberat Tali Pukat Tali Pukat Besi Segitiga Tali Pukat Gambar 3-3. Alat penangkap aktif a - sudu; b- pukat (Sumber: English, et al 1994) ikan dan udang laut. Selain dalam tambak di pantai, nelayan juga membesarkan ikan laut dalam jaring apung yang disebut keramba. Keramba juga digunakan untuk menyimpan sementara ikan-ikan hasil tangkapan dalam keadaan hidup menunggu saat yang tepat untuk dijual. Gambar 3-4 . Alat penangkap pasif (bubu). Kalian tentu pernah juga mendengar tentang perhiasan yang dibuat dari “mutiara” bukan? Butiran-butiran mutiara yang indah itu dibentuk dalam tubuh kerang dengan maksud melindungi dirinya dari kotoran yang masuk ke dalam kulit dan terasa mengganggu. Warna mutiara indah berkilau sehingga dimanfaatkan manusia sebagai perhiasan. untuk dibuat agar-agar) dan bahan untuk membuat berbagai kosmetika. Kalian tentu pernah mencicipi bagaimana rasanya agaragar, bukan? y Budidaya Laut Di samping pengambilan langsung produk laut, para nelayan juga membudidayakan beberapa jenis fauna dan flora laut untuk diperdagangkan. Pernahkah kalian makan goreng bandeng? Nah, selain hidup bebas di laut terbuka, bandeng juga dapat dibudidayakan di tambak. Tambak adalah kolam air payau yang dibangun di tepi pantai untuk membesarkan Gambar b 3 3-6. 6 B Budidaya did mutiara. ti (Sumber: http://www.divingheritage.com) Jenis lain yang banyak dipelihara nelayan adalah “kerang darah” dan “kerang hijau”. Disebut kerang darah karena bila cangkangnya dibuka, tubuh lunaknya berwarna merah darah, sedangkan kerang hijau cangkangnya berwarna kehijau-hijauan. Gambar G b 3 3-5. 5 K Keramba b (Sumber: COREMAP - LIPI) Selain berbagai jenis satwa, budidaya laut juga dilakukan untuk beberapa jenis flora, termasuk di dalamnya alga laut. Alga laut adalah jenis penghasil agar-agar, seperti Eucheuma sp, Gracillaria sp. 53 b. Sumber Daya Non Hayati y Pertambangan Laut Laut dan pantai juga menjadi ladang pertambangan di banyak tempat. Yang utama adalah pertambangan pasir, garam dapur, pasir besi, serta minyak dan gas bumi. Pada beberapa lokasi, endapan pasir ini ditambang guna dimanfaatkan antara lain untuk membangun jalan atau mengurug lahan sebelum mendirikan bangunan. Kegiatan pertambangan lainnya adalah pengambilan batu karang. Bongkah-bong- Gambar 3-8. 3-8 Penambangan minyak dan gas bumi bumi. (Sumber: www.webshot.com) dari sumur-sumur minyak lepas pantai. Tambang minyak dan gas bumi dari laut di Indonesia terdapat di beberapa lokasi, misalnya di Teluk Jakarta, Balikpapan, Natuna, Pulau Gag dan sebagainya. Dewasa ini diperkirakan ada 50 cekungan laut di Indonesia yang mengandung minyak dan gas bumi. y Gambar 3-7 3-7. Penambangan karang untuk bangunan bangunan. (Sumber: www.suarantb.com) kah batu karang diambil dari daerah terumbu karang dan dimanfaatkan untuk membuat fondasi jalan raya, gedung-gedung, dan sebagainya. Sayangnya kegiatan ini bila dilakukan dengan semena-mena dapat membahayakan keselamatan lingkungan, karena batu karang merupakan rumah binatang karang. Selain itu terumbu karang merupakan benteng pertahanan bagi keutuhan pantai dari serangan ombak dan arus laut. Untuk keselamatan lingkungan, penambangan pasir dan batu karang harus seizin pemerintah. Pertambangan laut lain yang sangat penting adalah penambangan minyak dan gas bumi. Diperkirakan 35% produksi minyak dan gas bumi Indonesia berasal 54 Transportasi Laut Sarana transportasi laut merupakan kebutuhan yang sangat penting di dalam negara kepulauan seperti Indonesia. Oleh karenanya peran laut sebagai sarana transportasi tidak dapat diabaikan. Dalam hal ini perairan laut yang mengelilingi tanah air Indonesia sangat bermanfaat sebagai prasarana transportasi. Sejak zaman dahulu, bangsa Indonesia terkenal sebagai Gambar 3-9. 3 9 Transportasi laut laut. (Sumber: www.lensa.net) pelaut. Ingatkah kalian akan nyanyian tentang nenek moyangku orang pelaut? Coba di antara kalian siapa yang dapat menyanyikannya? y Rekreasi Laut Wilayah pantai merupakan daerah yang menarik untuk rekreasi dan bersantai. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila pada hari libur, pantai-pantai diserbu oleh masyarakat yang berniat melepaskan kejenuhan dari kegiatan rutin sehari-hari. Berbagai macam aktivitas dapat dilakukan di pantai pada hari Minggu dan libur. Banyak di antara mereka yang mandi, berperahu, memancing, dan sebagainya. Umumnya Gambar 3 3-10. 10 Tempat menginap wisatawan di tengah laut, Riau. (Foto: M. Kasim Moosa) mereka membawa bekal makanan dari rumah untuk dinikmati sambil berekreasi. Konservasi • Konservasi adalah salah satu bentuk usaha pengelolaan secara berkelanjutan dengan fungsi utama adalah penyedia bibit. • Sejumlah lokasi perlu disediakan sebagai daerah cadangan (konservasi), dalam arti digunakan sebagai daerah perlindungan dan pelestarian alam. • Di Indonesia ada beberapa lokasi yang dijadikan daerah konservasi laut, dalam bentuk cagar alam, suaka marga satwa, taman laut, dan sebagainya. Sebagai contoh, Taka Bonerate dan Wakatobi. B. Perusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut Pada pelajaran sebelumnya sudah dipelajari potensi sumber daya pesisir (SDP) dan laut (SDL) Indonesia. Potensi SDP dan SDL telah dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi penduduk, terutama penduduk di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Secara umum pemanfaatan SDP dan SDL belum dilakukan secara optimal. Tetapi di sebagian wilayah, pemanfaatan sumber daya ini telah dilakukan secara berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir dan laut. Kerusakan terjadi pada ekosistem hutan mangrove dan terumbu karang. Indone- sia mempunyai hutan mangrove seluas 430 juta hektar. Sebagian besar dari hutan tersebut telah ditebang dan hanya sebagian kecil saja yang masih tersisa. Kerusakan hutan mangrove terjadi di hampir seluruh wilayah pesisir Indonesia. Menurut hasil penelitian LIPI, sebagian besar, yaitu sekitar 70 persen terumbu karang Indonesia dalam kondisi rusak. Hanya 6 persen terumbu karang dalam keadaan yang sangat baik dan 24 persen dalam keadaan baik. Tingkat kerusakan bervariasi antar wilayah, dengan kerusakan yang terparah terdapat di bagian barat Indonesia. 55 Kerusakan hutan mangrove dan terumbu karang disebabkan oleh beberapa kegiatan, antara lain penebangan hutan mangrove secara berlebihan, perikanan yang merusak, penambangan pasir dan batu karang, pariwisata, pencemaran, sedimentasi, dan abrasi. 1. Penebangan Hutan Mangrove secara Berlebihan Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan hutan mangrove. Hutan mangrove terluas terdapat di Papua mencapai hampir 3 juta hektar atau 69 persen dari total hutan mangrove di Indonesia. Sebagian besar dari mangrove Indonesia telah dimanfaatkan secara berlebihan. Di banyak daerah, hutan bakaunya telah mencapai kondisi yang mengkhawatirkan. Sebagai contoh, penebangan hutan di Provinsi Kalimantan Barat dan Jawa Timur telah mencapai lebih dari 90 persen, di Sulawesi Utara lebih dari 80 persen, dan di Papua telah lebih dari 50 persen. Jadi hampir semua telah rusak. Penebangan hutan mangrove berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan pembangunan. Pada awalnya penebangan hutan mangrove dilakukan penduduk pesisir untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-ha- Gambar 3-11. Penebangan hutan mangrove. (Sumber: www.wwf.org.ph) 56 ri, seperti untuk kayu bakar, pembangunan rumah, dan lahan pertanian. Tetapi akhir-akhir ini hutan mangrove ditebang untuk tujuan komersil, seperti tambak udang dan ikan, serta pembalakan dan perdagangan kayu bakau. Selain itu, penebangan juga dilakukan untuk kegiatan pembangunan, seperti daerah industri dan permukiman transmigrasi. 2. Perikanan yang Merusak Kegiatan perikanan yang merusak tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai cara yang dapat kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu penggunaan alat dan bahan yang merusak dan tangkap lebih. a. Penggunaan Alat dan Bahan yang Merusak Penangkapan ikan dan biota laut menggunakan alat dan bahan yang merusak terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Alat dan bahan yang digunakan berbeda-beda antar daerah, seperti bahan peledak (bom), bahan beracun (sianida, akar bahar), pukat harimau, dan bubu dasar. y Bahan Peledak – Bom Tujuan utama penggunaan bom ikan adalah untuk mendapatkan hasil yang banyak dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang singkat. Kegiatan ini biasanya dilakukan di wilayah yang banyak terumbu karangnya dan sekitar pulaupulau kecil, terutama pulau-pulau yang tidak berpenghuni sehingga relatif aman untuk penggunaan bahan yang dilarang tersebut. Berdasarkan tujuannya, nelayan pengguna bom dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, kelompok nelayan lokal yang menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Kelompok ini seringkali beroperasi di luar desa atau desa-desa sekitarnya. Biasanya nelayan menangkap ikan sendiri-sendiri atau dalam kelompok kecil. Kedua, kelompok nelayan yang bekerja pada pengusaha perikanan, seperti tauke, bos, dan punggawa. Kelompok ini biasanya menggunakan kapal ikan dengan peralatan teknologi yang lebih modern, jika dibandingkan dengan kelompok pertama. Wilayah tangkapnya juga lebih jauh dari desa-desa nelayan, bahkan melampaui batas-batas provinsi, karena itu memerlukan waktu yang cukup lama dalam sekali melaut. Penggunaan bom sudah dilarang oleh pemerintah Indonesia melalui peraturan Pemerintah. Sebagian nelayan sudah berhenti menggunakan bom. Tetapi kegiatan ini belum sepenuhnya dapat dihentikan karena sebagian nelayan masih terus memakai bahan peledak ini dengan alasan: (Sumber: www.panyingkul.com) (Sumber: webshot.com) G b 3-13. Gambar 3 13 D Dampakk penggunaan bom pada karang dan ikan. Atas: Ikan hasil pengeboman. Bawah: Kerusakan karang. Cara yang mudah untuk mendapatkan ikan, terutama di tempat-tempat yang sulit untuk mendapatkan ikan. Mengikuti nelayan lain dari luar wilayah tersebut yang telah menggunakan bom. Memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari yang semakin sulit. y Penggunaan Racun Penggunaan racun terdiri dari dua jenis, yaitu alamiah, seperti akar tuba; dan bahan kimia, seperti potasium sianida (potas). Penggunaan racun biasanya untuk menangkap ikan hidup, misalnya ikan hias dan ikan-ikan yang berharga tinggi, misalnya Napoleon (Chelinus undulatus), Garupa (Cepalopholis miniata), Kerapu, dan udang Lobster. Gambar G b 3-12. 3 12 M Mencarii ik ikan d dengan b bahan h peledak l d k (b (bom).) Penangkapan ikan menggunakan potas meningkat cukup pesat di seluruh wilayah Indonesia. Cara ini mudah dilakukan dan secara ekonomi sangat menguntungkan karena merupakan komoditi ekspor. Harga 57 rapa peneliti, terumbu karang akan mati setelah tiga bulan penyemprotan. y Penggunaan Peralatan yang Merusak Beberapa jenis alat tangkap merusak sumber daya laut, seperti bubu dasar, jaring muro ami, pukat harimau, dan jangkar perahu. Gambar 3-14. Penggunaan racun potassium sianida dalam menangkap ikan. (Sumber: COREMAP - LIPI) ikan hidup sangat mahal, misalnya kerapu berkisar Rp80.000 per kg dan napoleon yang mencapai Rp150.000 per kg. Harga ikan karang hidup lebih tinggi lagi di pasar internasional, yaitu 6–8 kali lebih mahal dari harga di tingkat nelayan. Di samping itu, permintaan akan jenis-jenis ikan tersebut cukup tinggi dan terus meningkat di pasar, terutama pasar luar negeri, seperti Singapura, Hong Kong, dan Jepang. Penangkapan ikan dengan potas membutuhkan biaya yang cukup mahal. Penggunaan potas biasanya dilakukan oleh nelayan-nelayan yang bekerja dengan pengusaha ikan (bos, tauke, atau punggawa) dan/atau perusahaan-perusahaan perikanan tertentu. Nelayan-nelayan lokal banyak yang mendapat modal dari pengusaha ikan untuk menggunakan potas. Sebagai kompensasi, nelayan tersebut harus menjual ikan karang hidup hasil tangkapan kepada pemilik modal tersebut, biasanya dengan harga yang lebih murah dari harga pasar. Penggunaan potas menyebabkan kerusakan fisik terumbu karang. Ikan-ikan yang terkena racun menjadi pingsan dan masuk ke dalam terumbu. Untuk mengambil ikan-ikan tersebut, nelayan seringkali menghancurkan terumbu karangnya. Sedangkan terumbu karang yang terkena racun mengalami pemutihan, dan menurut bebe58 Penggunaan bubu dasar mempunyai dampak langsung terhadap kerusakan terumbu karang. Nelayan membongkar terumbu karang dan patahannya digunakan untuk menindih bubu di dasar laut. Bubu diletakkan di antara terumbu karang, agar tidak terbawa arus, maka bubu tersebut diberi pemberat atau ditindih dengan patahan karang mati atau karang hidup yang diambil di sekitar lokasi penempatan bubu tersebut. Muro ami adalah jaring yang berukuran besar (sekitar 200 meter) yang digunakan untuk menangkap ikan di sekitar terumbu karang. Penggunaan jaring ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Pulau Seribu sampai Bangka-Belitung. Nelayan yang berjumlah banyak menggiring ikan ke arah jaring dengan cara memukul-mukul karang. Kegiatan inilah yang menyebabkan kerusakan terumbu karang. Pukat harimau atau trawl adalah jenis alat tangkap yang merusak, khususnya ke- Gambar 3-15. Penggunaan jaring muro ami oleh nelayan. (Sumber: www.howardhall.com) lestarian sumber daya ikan. Penggunaan pukat harimau membinasakan ikan dan biota laut yang bukan menjadi target penangkapan. Semua ikan dan biota laut yang terperangkap dalam jaring pukat, termasuk ikan-ikan dan biota yang masih kecil-kecil, ikut terangkat. Anak-anak ikan tersebut tidak dapat dimanfaatkan sehingga dibuang lagi ke laut. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan, sekitar 80 persen hasil tangkap trawl tidak dimanfaatkan, dan karena itu dibuang lagi ke laut. Selain itu, penggunaan pukat harimau juga merusak habitat, terutama kondisi fisik dasar laut. b. Tangkap Lebih Kegiatan perikanan yang merusak juga dapat disebabkan penangkapan yang dilakukan secara berlebihan sehingga mengganggu kelangsungan hidup (kelestarian) ikan dan biota laut lainnya. Tangkap lebih di suatu daerah dapat diketahui dari beberapa tanda. Salah satunya adalah menurunnya produksi ikan dan biota lainnya secara signifikan sehingga nelayan sulit mendapatkan hasil tangkapan. Contoh lain adalah meningkatnya penggunaan bubu berukuran kecil. Hal ini dapat menjadi tanda telah terjadi tangkap lebih karena ikan-ikan besar sudah sulit diperoleh di tempat tersebut. Penyebab terjadinya tangkap lebih, antara lain meningkatnya jumlah nelayan yang menangkap ikan di suatu wilayah tangkap dan penggunaan bahan dan alat yang merusak. 3. Penambangan Batu Karang dan Pasir Gambar 3-16. Penggunaan jangkar yang merusak terumbu karang. (Sumber: www.noaanews.noaa.gov) Selain alat tangkap, jangkar perahu juga menyebabkan kerusakan terumbu karang. Kerusakan ini terutama terjadi di pusat-pusat penangkapan ikan karang dan lokasi-lokasi wisata laut. Tempat-tempat yang karangnya indah dan unik merupakan pusat penyelaman dan kunjungan turis. Banyak perahu yang membuang jangkarnya di tempat-tempat tersebut. Akibatnya, banyak karang yang patah dan hancur tertimpa jangkar. Kerusakan semakin besar pada saat ombak menarik-narik tali pengikat jangkar, menyebabkan terumbu karang di sekitarnya menjadi patah atau hancur. Penambangan batu karang dan pasir merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan di sebagian wilayah pesisir dan pulaupulau kecil di Indonesia. Penambangan batu karang banyak ditemukan di Provinsi Nusa Gambar 3-17. Pemanfaatan batu karang dan pasir untuk bangunan. (Sumber: COREMAP - LIPI) 59 Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Utara (Sumut), Sulawesi Utara (Sulut), dan Maluku. Sedangkan penambangan pasir terbesar terdapat di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Perilaku wisatawan yang dapat merusak ekosistem pesisir dan laut, antara lain: Batu karang dan pasir digunakan sebagai bahan bangunan. Batu karang juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapur. Penambangan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan rumah dan fasilitas sosial, seperti jalan dan jembatan di daerah setempat. • Membuang sampah sembarangan • Menginjak-injak terumbu karang • Mengambil terumbu karang yang masih hidup Perilaku pengelola pariwisata yang dapat merusak ekosistem pesisir dan laut, antara lain: • Penambangan batu karang dan pasir merupakan kegiatan yang merusak sumber daya pesisir. Penambangan batu karang mempunyai dampak langsung terhadap kerusakan terumbu karang. Penambangan juga dapat menyebabkan abrasi pantai karena hilangnya karang yang berfungsi sebagai pelindung pantai. Selain itu, penggalian batu karang dan penambangan pasir dapat meningkatkan sedimentasi yang dapat menutupi terumbu karang di sekitarnya. Meskipun penambangan terumbu karang dilarang pemerintah, tapi masih banyak penduduk pesisir yang melanggar dengan alasan ekonomi. Penambangan karang merupakan usaha yang cukup mudah dan memberikan hasil yang lumayan. Pengambilan karang tidak membutuhkan modal yang besar karena alat yang digunakan sederhana, berupa linggis dan pemecah batu karang. 4. Pariwisata Kegiatan pariwisata bermanfaat bagi wisatawan atau turis dan masyarakat pesisir. Namun jika tidak dilakukan secara hatihati dapat merusak sumber daya pesisir dan laut. Kerusakan terjadi karena perilaku wisatawan dan pelaku pariwisata (pengusaha wisata, hotel, travel, pedagang) yang tidak memperhatikan kelestarian ekosistem pesisir dan laut. 60 Melakukan reklamasi pantai tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku. Membangun gedung, sarana, dan fasilitas tanpa memperhatikan standar yang berlaku. Gambar 3 3-18. 18 Kegiatan wisata yang merusak terumbu karang. (Sumber: http://gtresearchnews.gatech.edu) • Mengambil karang hidup untuk tujuan komersil, seper ti cendera mata atau suvenir, pembangunan gedung, dan sarana wisata. • Membuang sampah dan limbah wisata secara sembarangan karena tidak adanya sistem pengolahan sampah. • Membuang jangkar sembarangan, terutama di lokasi-lokasi terumbu karang. Hal tersebut dapat terjadi karena: Pertama, wisatawan dan pelaku pariwisata belum mengetahui kegiatan apa saja yang diperbolehkan dan yang dilarang. Kedua, • Pencemaran atau polusi, yaitu masuknya sampah dan limbah dari kegiatan wisata dalam jumlah yang besar melebihi batas toleransi sehingga membahayakan kehidupan di lingkungan pesisir dan laut. 5. Pencemaran Gambar 3-19. Kegiatan wisata yang mengakibatkan tumpukan sampah di pantai. (Sumber: http://konservasipapua.blogspot.com) mereka sudah tahu tetapi tidak mengindahkan ketentuan yang berlaku karena mencari kesenangan semata, atau bagi para pelaku pariwisata untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pencemaran adalah masuknya bendabenda asing atau zat pencemar ke laut yang membahayakan kehidupan ikan dan biota laut serta lingkungan di sekitarnya. Zat pencemar berasal dari limbah atau sampah rumah tangga, industri, dan pertanian, baik yang dibuang langsung ke laut maupun melalui sungai sampai ke laut, dan sebagian terdampar di pantai. Kegiatan pariwisata yang dilakukan secara besar-besaran dan/atau tanpa memperhatikan ketentuan dapat menyebabkan terjadinya: • Abrasi pantai, yaitu pengikisan pantai oleh air laut yang terjadi karena pembangunan gedung, sarana, dan fasilitas wisata yang tidak memperhatikan ketentuan yang berlaku. • Sedimentasi atau pengendapan, yaitu penumpukan lumpur pada dasar perairan laut sebagai akibat pembangunan gedung dan sarana wisata. Gambar 3 3-21. 21 Limbah industri dan sampah menyebabkan pencemaran di wilayah pesisir. (Sumber: http://akuinginhijau.wordpress.com) Pencemaran sudah menjadi masalah serius di sebagian besar wilayah pesisir Indonesia. Kondisi ini berkaitan dengan semakin meningkatnya jumlah sampah. Di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu, misalnya, jumlah sampah meningkat dua kali lipat antara tahun 1985 dan 1995. Gambar 3 3-20. 20 Abrasi pantai karena pembangunan gedung yang tidak memperhatikan ketentuan. (Sumber: www.panyingkul.com) Limbah atau sampah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik berasal dari limbah tumbuhan dan hewan, seperti potongan kayu, sisa-sisa daun, pohon, jerami, enceng gondok, dan lainnya. 61 Sampah anorganik terdiri dari limbah plastik, gelas, kaleng, dan styrofoam. Limbah yang terdampar di pantai dan mengalir ke laut jumlahnya bervariasi tergantung musim. Pada musim angin kencang, seperti angin barat, jumlah sampah relatif kurang jika dibandingkan dengan sampah pada musim angin tenang, musim timur. Pada musim angin kencang, sampahsampah langsung dibawa arus ke tengah lautan dan sebaliknya dengan pada musim angin tenang, sehingga sebagian sampah terdampar di pantai. b. Limbah Industri Selain limbah rumah tangga, pabrikpabrik industri juga menjadi sumber pencemaran laut. Limbah industri biasanya berbentuk sampah anorganik yang berbentuk padat, (seperti botol dari gelas, kantong plastik, kaleng minuman, karton, dan bola lampu) serta yang berbentuk cair dan bahan kimia. a. Limbah Rumah Tangga Limbah rumah tangga merupakan sumber pencemaran yang banyak ditemukan di wilayah pesisir dan laut. Limbah ini berupa sampah padat yang dibuang oleh rumah tangga. Kebanyakan penduduk di pesisir dan pulau-pulau kecil Indonesia, khususnya yang rumahnya berada di pinggir dan atas laut, masih membuang limbahnya langsung ke laut. Gambar 3-23. Limbah pabrik yang mengalir ke laut. (Sumber: http://bennysyah.edublogs.org) c. Limbah Pertanian Gambar 3-22. 3 22 Sampah limbah rumah r mah tangga. tangga (Sumber: www.marine-litter.gpa.unep.org) Dulu, kebanyakan sampah rumah tangga berasal dari sampah organik, seperti sisa makanan. Tetapi akhir-akhir ini kebutuhan rumah tangga banyak bersumber dari bahan anorganik, seperti kantong plastik, botol plastik, dan kaleng. Akibatnya, rumah tangga juga banyak menghasilkan sampah anorganik. 62 Kegiatan pertanian juga mempunyai andil dalam peningkatan pencemaran di wilayah pesisir dan laut. Pencemaran terutama bersumber dari penggunaan pupuk, pestisida, herbisida, dan limbah pertanian. Meningkatnya kegiatan tambak, terutama tambak udang di sebagian wilayah pesisir Indonesia juga berdampak pada meningkatnya limbah tambak yang mengalir ke laut. 6. Pengendapan (Sedimentasi) Pengendapan atau sedimentasi adalah penumpukan lumpur atau pasir di dasar perairan. Endapan berasal dari lumpur atau pasir daratan yang mengalir melalui sungai atau air hujan yang menutupi kawasan hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Pengendapan terjadi melalui dua proses. Pertama, pengendapan terjadi karena proses alam. Endapan lumpur atau pasir mengalir melalui sungai dan air hujan tanpa adanya campur tangan manusia. Kedua, pengendapan terjadi karena perbuatan manusia, seperti penebangan hutan, perladangan berpindah, perkebunan, pembangunan rumah dan bangunan di wilayah dataran tinggi dan pesisir. Dengan demikian, pengendapan semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan. • Endapan lumpur atau pasir menutup mulut koloni karang batu, akibatnya koloni karang tersebut akan mati. • Banyaknya lumpur juga menyebabkan perairan di sekitar kawasan terumbu karang menjadi keruh. • Sinar matahari tidak dapat mencapai dasar laut, akibatnya mengganggu proses fotosintesis zooxanthella. Selain mengancam kelestarian ekosistem pesisir dan laut dangkal, meningkatnya pengendapan juga mengganggu kehidupan masyarakat di sekitarnya. Kerusakan hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang menyebabkan berkurangnya hasil, seperti ikan, kepiting, teripang, dan udang. 7. Abrasi Gambar 3-24. Laut dengan sedimentasi yang tinggi dan dipenuhi sampah. (Sumber: www.flickr.com) Banyaknya pengendapan dapat mengancam kelestarian hutan mangrove. Meningkatnya endapan lumpur dan pasir menyebabkan tertutupnya akar-akar mangrove dan keringnya genangan air di kawasan hutan tersebut. Akibatnya, pohonpohon di kawasan hutan mangrove tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga akan merana atau mati. Abrasi adalah pengikisan pantai oleh air laut. Tanda-tanda terjadinya abrasi, antara lain hilangnya sebagian hutan mangrove, tumbangnya pohon-pohon, dan robohnya rumah-rumah penduduk di sepanjang pantai karena terkikis oleh gelombang. Seperti pengendapan, abrasi disebabkan oleh faktor alam dan perbuatan manusia. Abrasi karena faktor alam terjadi karena adanya pengikisan pantai oleh gelombang atau ombak secara terus-menerus tanpa campur tangan manusia. Abrasi secara alami ini terutama terjadi pada mu- Demikian juga di padang lamun, banyaknya endapan dapat menyebabkan tertutupnya padang lamun. Akibatnya, tumbuhan dan hewan yang hidup di ekosistem lamun ini akan merana atau mati. Meningkatnya pengendapan juga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang, karena: Gambar 3-25. Abrasi di wilayah pesisir. 63 sim angin kencang dimana arus dan gelombang laut yang sangat kuat menerpa pantai secara terus-menerus. Abrasi juga dapat terjadi karena perbuatan manusia yang merusak lingkungan sehingga menyebabkan hilangnya pelindung pantai dari kuatnya hempasan gelombang. Perbuatan yang menyebabkan abrasi, antara lain: • Penebangan hutan mangrove • Penambangan karang batu • Pembangunan dermaga • Pembuatan gedung-gedung dan rumah di sepanjang pantai Abrasi merusak lingkungan dan mengganggu kehidupan masyarakat pesisir. Kerusakan lingkungan yang terjadi adalah hilangnya sebagian hutan mangrove dan pohon-pohon di sepanjang pantai, ber- kurangnya keanekaragaman hayati, dan masuknya air laut ke dalam tanah di sekitar permukiman penduduk. Sedangkan gangguan terhadap kehidupan masyarakat, antara lain adalah hilangnya sebagian rumahrumah di permukiman penduduk pesisir dan berkurangnya pendapatan nelayan. Ilustrasi Gambar 3-26. Pembangunan gedung dan rumah dapat menyebabkan abrasi di wilayah pesisir. (Sumber: www.oxfamindonesia.wordpress.com) C. Peran Masyarakat dalam Mengurangi Kerusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut Kerusakan sumber daya pesisir dan laut merugikan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir. Sebagaimana kita ketahui, sebagian besar masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia menggantungkan kehidupannya pada hasil laut. Apabila sumber daya pesisir dan laut semakin rusak, maka hasil laut pun akan semakin berkurang. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan karena akan mengganggu kehidupan masyarakat pesisir. Penurunan hasil laut tidak hanya menyebabkan penurunan pendapatan nelayan saja, melainkan juga masyarakat lainnya, seperti pedagang ikan, buruh angkut, tukang becak, sopir taksi, pedagang makanan, dan lainnya. Dengan 64 kata lain, kehidupan ekonomi masyarakat pesisir juga akan memburuk dan kesejahteraannya juga akan menurun. Masyarakat mempunyai peran penting untuk mengurangi kerusakan sumber daya pesisir dan laut. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan, antara lain mengurangi beban laut (memerangi sampah) serta menggunakan bahan dan alat tangkap yang tidak merusak 1. Kearifan Lokal Meskipun pada pelajaran yang lalu telah dipelajari kerusakan sumber daya pesisir dan laut karena ulah manusia, tetapi tidak semua perilaku manusia merusak lingkungan, bahkan sebaliknya menunjukkan dampak positif yang menjaga kelestarian sumber daya alam tersebut. Pengetahuan dan kebiasaan menjaga kelestarian alam ini dikenal dengan istilah kearifan lokal (indigenous knowledge). Kearifan lokal tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat tradisional di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kearifan lokal merupakan hasil interaksi dan adaptasi masyarakat dengan lingkungan alam di sekitarnya. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman ini kemudian disebarkan dan dipraktekkan secara turuntemurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Masyarakat pesisir menggunakan pengetahuan sumber daya alam mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Dari pengalaman turun-temurun, nelayan dapat mengetahui keadaan iklim, angin, arus, dan migrasi burung-burung. Nelayan menggunakan pengetahuan mereka sebagai penuntun dalam kegiatan menangkap ikan di laut. Mereka dapat menandai tempat-tempat penangkapan ikan dan biota laut lainnya. Dengan demikian, nelayan tradisional mengetahui di mana mereka akan menangkap ikan, kapan mereka akan melaut, dan jenis ikan apa yang banyak di tempat tersebut. a. Sasi dari Maluku Gambar G b 3-27. TTutup sasii di M Maluku. l k masuk waktu tangkap, jenis alat, ukuran ikan, dan biota laut yang ditangkap. Dalam sasi diatur waktu kapan masyarakat boleh dan tidak boleh menangkap hasil laut. Waktu saat masyarakat boleh menangkap ikan dikenal dengan istilah buka sasi dan sebaliknya ketika masyarakat tidak boleh menangkap dinamakan tutup sasi. Dalam sasi juga diatur berapa ukuran ikan dan biota laut yang boleh ditangkap dan yang harus dilepaskan ke laut agar dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, dalam sasi juga diatur jenis-jenis alat tangkap yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam menangkap ikan. Pengaturan ini sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian ikan dan hasil laut lainnya. Sasi merupakan salah satu contoh sistem pengelolaan sumber daya alam laut yang berkembang pada masyarakat di Maluku. Sasi merupakan bagian dari peraturan adat yang mengatur wilayah penangkapan ikan dengan cara petuanan. Tujuan utama dari sasi adalah pengaturan tata ruang laut secara tradisional agar sumber daya laut, ikan, dan biota laut lainnya dapat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan. Sasi mengatur penangkapan ikan dan biota laut untuk jangka waktu tertentu, ter- Gambar 3-28. Buka sasi di Maluku. 65 Awalnya masyarakat Maluku melaksanakan semua aturan yang tercantum dalam sasi. Jika terdapat pelanggaran, maka para pelanggar diharuskan membayar sanksi dan denda yang telah ditetapkan secara adat. Masyarakat tradisional Maluku percaya bahwa sasi mempunyai kekuatan gaib, karena itu pelanggar akan menerima hukuman, baik fisik maupun kejiwaan, bahkan bisa berupa kematian. Sekarang pelaksanaan sasi sudah memudar, bahkan di banyak tempat sudah tidak berlaku lagi. Beberapa faktor yang menyebabkan melemahnya sasi, antara lain pengelolaan sasi tidak dilakukan secara adat lagi, melainkan oleh gereja dan ‘orang’ atau ‘kelompok’ tertentu. Faktor lain adalah diberlakukannya UU No. 5 tahun 1979 yang mencantumkan bahwa kepala desa juga merupakan kepala adat. Padahal, tidak semua kepala desa memahami adat istiadat setempat. b. Sasisen dari Biak, Papua Sasisen adalah contoh kearifan lokal dalam bentuk perlindungan wilayah laut dan darat yang berkembang di masyarakat tradisional Padaido, Biak, Papua. Menurut bahasa Biak, sasisen berasal dari kata sisen yang berarti kunci atau tutup. Kata sisen mendapat awalan sa, sehingga berarti larangan atau penutupan. Dengan demikian, sasisen adalah larangan untuk menangkap ikan dan hasil laut dalam wilayah tertentu. di wilayah penangkapan (nyare), seorang tonaas, yaitu pimpinan nelayan memukul kentongan (manengkoho) untuk memberi tahu masyarakat akan diadakannya upacara malombo. Upacara malombo mempunyai fungsi sosial. Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan bersama-sama memberikan makna pentingnya kerja sama dan gotong royong dan pemerataan di kalangan masyarakat. Sebagian hasil tangkapan warga juga disisihkan untuk dibagikan kepada para janda dan orang-orang tua yang tidak mampu. Apabila ada kematian pada saat upacara berlangsung, maka semua hasil tangkapan diserahkan pada keluarga yang meninggal. Selain fungsi sosial, upacara malombo juga mempunyai fungsi konservasi. Penentuan waktu tangkap, besar ikan yang ditangkap, dan alat tangkap yang digunakan memberikan makna pentingnya pelestarian ikan tude di Desa Salurang. Masyarakat memberikan kesempatan bagi ikan tude untuk tumbuh dan berkembang, sampai waktu tertentu di mana hasil laut tersebut dapat ditangkap. Demikian juga dengan penggunaan jala, merupakan alat tangkap yang tidak merusak terumbu karang yang menjadi tempat hidup ikan tude. Untuk menjaga wilayah tangkap (nyare), masyarakat melarang penggunaan bom dan potas. c. Malombo dari Salurang, Sangihe Talaut, Sulut Malombo adalah upacara pengelolaan sumber daya laut yang dipraktekkan masyarakat Desa Salurang, Sangihe Talaut, Sulut. Upacara dilakukan untuk menangkap ikan tude bersama-sama masyarakat dengan menggunakan jaring khusus darombo atau jala tude. Ketika ikan tude sudah besar dan Gambar 3-29. Upacara Malombo. (Sumber: www.baileo.or.id) 66 2. Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap yang Ramah Lingkungan Pada pelajaran sebelumnya kalian sudah belajar bahan dan alat tangkap yang merusak keberlanjutan sumber daya pesisir dan laut. Untuk mengurangi kerusakan sumber daya alam ini, maka masyarakat pesisir juga dapat berperan aktif dengan cara menghentikan penggunaan bahan dan alat tangkap yang merusak tersebut dan menggantikannya dengan bahan dan alat tangkap yang ramah lingkungan. Alat Tangkap yang Dilarang • Pukat harimau (trawl) oleh nelayan di Kepulauan Tiga, Natuna dan Sinempak, Biak. • Pukat dasar dan sejenisnya oleh nelayan Pulau Medang, Kepulauan Riau yang kemudian dicantumkan dalam peraturan desa. • Bom dan bius (potas) oleh nelayan Gili Air NTB yang kemudian dituangkan dalam peraturan desa. • Bagan tancap. Kesepakatan Masyarakat Mengenai Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap 3. Pengelolaan Pesisir dan Sumber Daya Laut Untuk melindungi dan menjaga terumbu karang dan sumber daya laut lainnya, nelayan menyepakati alat tangkap yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam wilayah tangkap di daerahnya. Masyarakat dapat berpartisipasi langsung dalam pengelolaan pesisir dan sumber daya laut. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan, antara lain: Alat Tangkap yang Diperbolehkan • Pancing oleh nelayan di seluruh wilayah pesisir • Bubu hanyut oleh nelayan ’patorani’, Sulawesi Selatan • Bagan apung oleh nelayan Kepulauan Tiga, Natuna • Pukat bilis oleh nelayan Sinempak, Biak • Mencegah kegiatan yang merusak hutan bakau, lamun, dan terumbu karang. • Melakukan upaya rehabilitasi dan pelestarian hutan bakau, misalnya dengan penanaman pohon bakau. • Mengurangi penangkapan atau gangguan terhadap satwa langka, seperti penyu sisik dan elang laut. • Menetapkan daerah perlindungan terumbu karang, termasuk daerah perlindungan inti, seperti di Pulau Telur, Desa Temiang, Kepulauan Riau, daerah penyangga yang melindungi dan mendukung kegiatan perikanan secara tradisional dan tidak merusak, dan daerah serbaguna yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai kegiatan yang tidak merusak. • Memelihara sumber mata air dan sarana air bersih untuk air minum. Gambar 3-30. Penggunaan pancing untuk menangkap ikan. (Sumber: COREMAP - LIPI) 67 • Mengelola sampah dan sanitasi/kebersihan lingkungan untuk menciptakan permukiman yang sehat dan bersih. 4. Pariwisata yang Ramah Lingkungan Kekayaan dan keunikan sumber daya pesisir dan laut merupakan modal utama dalam kegiatan pariwisata di wilayah pesisir dan laut atau dikenal dengan sebutan wisata bahari. Pemandangan yang indah, pasir pantai yang putih dan bersih, beraneka ragamnya ikan-ikan dan biota laut, serta keunikan terumbu karang menjadi objek yang sangat menarik bagi para wisatawan. Laut juga menjadi tempat yang sangat cocok bagi wisatawan yang hobinya berenang dan menyelam. Banyak wisatawan asing yang datang ke Indonesia untuk menikmati kekayaan dan keindahan bawah laut Indonesia. Mereka melihat berbagai jenis terumbu karang, ikan, dan biota laut lainnya yang tidak dapat mereka jumpai di negara-negara lain. Kekayaan, keindahan, dan keunikan pantai dan sumber daya laut ini perlu dijaga dan dilindungi agar tetap menarik wisatawan. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh wisatawan, pengusaha wisata, dan masyarakat adalah: • Membuang sampah pada tempatnya. • Membuang jangkar perahu/kapal pada tempat tertentu agar tidak merusak terumbu karang. • Menikmati keindahan terumbu karang dan biota bawah laut dengan tidak menginjak-injak karang atau mengambil karang hidup. Gambar 3-31. Suvenir yang berasal dari limbah laut yang terdampar di pantai. (Sumber: COREMAP - LIPI) Ekowisata Apakah ekowisata itu? Ekowisata adalah bentuk wisata yang mengandalkan keindahan dan keunikan alam. Ekowisata bertujuan untuk memberikan pendidikan tentang alam dan budaya lokal agar kelestariannya dapat terjaga. Dalam kegiatan wisata ini, wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, melainkan juga keragaman budaya lokal. Gambar 3-32. Pengelolaan ekowisata yang melibatkan peran aktif penduduk pesisir. (Sumber: Siti Sulha, P2O - LIPI) • Membuat/menjual/mengambil suvenir yang berasal dari limbah laut, seper ti berbagai jenis kerang, siput, dan bunga karang yang mati dan terdampar di pantai. 68 Ekowisata berbeda dengan bentuk wisata lainnya. Perbedaan ini dapat diketahui dari prinsip-prinsip dalam kegiatan ekowisata, yaitu: • Menimbulkan dampak negatif yang paling kecil pada lingkungan dan masyarakat setempat. • Memberikan kontribusi langsung pada kegiatan konservasi (pelestarian lingkungan). • • Sumber pendidikan dan penelitian bagi wisatawan dan penduduk setempat. • Melibatkan peran aktif penduduk setempat. • Memberikan kontribusi bagi kehidupan sosial ekonomi penduduk setempat. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran wisatawan dan penduduk setempat. Ringkasan Sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut yang luasnya mencapai 3,1 juta km2 (62%). Sumber daya laut sudah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap, budidaya, pertambangan, transportasi, rekreasi, dan konservasi. Teknik dan peralatan yang digunakan dapat dikelompokkan dalam peralatan aktif (bergerak, seperti jala dan pukat) dan peralatan pasif (menetap di suatu tempat, seperti pancing dan bubu). Kerusakan ekosistem pesisir disebabkan oleh perilaku manusia, seperti penebangan hutan mangrove secara berlebihan, perikanan yang merusak, tangkap lebih, pariwisata, dan pencemaran. Kegiatan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan beracun merusak terumbu karang dan biota yang hidup di ekosistem tersebut. Penambangan batu karang tidak hanya merusak terumbu karang, tetapi juga menghilangkan fungsi karang sebagai pelindung pantai. Perilaku wisatawan yang membuang sampah sembarangan dan menginjak-injak terumbu karang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang. Pencemaran di laut berasal dari limbah rumah tangga, industri, dan pertanian. Pengendapan disebabkan oleh proses alam dan perbuatan manusia yang merusak lingkungan di dataran tinggi dan wilayah pesisir. Abrasi adalah pengikisan pantai oleh air laut yang menyebabkan hilangnya pohonpohon dan rumah-rumah penduduk di sepanjang pantai Peran masyarakat dalam mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut dapat dilakukan melalui kearifan lokal, penggunaan bahan dan alat tangkap yang tidak merusak, serta kegiatan sehari-hari yang mendukung pelestarian ekosistem tersebut. 69 Kesepakatan masyarakat mengenai alat tangkap yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam wilayah tangkap di daerahnya merupakan bentuk konkrit dari upaya masyarakat dalam mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut. Kearifan lokal merupakan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut secara berkelanjutan, seperti mengatur waktu dan wilayah tangkap, jenis-jenis ikan dan biota laut yang ditangkap, serta perlindungan wilayah laut. Ekowisata adalah bentuk wisata yang bertujuan meningkatkan pemahaman wisatawan tentang alam dan budaya lokal agar keindahan, keunikan, dan keberagamannya dapat tetap terjaga. Soal Lingkari salah satu jawaban yang paling benar. 1. Mengapa Tanah Air Indonesia sangat tepat untuk menyebut negeri kita? 2. 3. 70 a. sebagian besar terdiri dari perairan b. air mudah diperoleh di mana-mana c. hujan turun sepanjang tahun d. Indonesia dikelilingi oleh lautan Dari kumpulan biota yang hidup di wilayah perairan pesisir, ada satu kelompok di antaranya yang tidak terendam seluruh batangnya dalam air laut. Sebutkan tumbuhan tersebut. a. Rumput laut b. Lamun c. Karang d. Bakau Apakah alat-alat tangkap di bawah ini termasuk alat penangkapan pasif (beri tanda ps) atau aktif (berii tanda ak) ? a. Pancing 1. ps 2. ak b. Jala 1. ps 2. ak c. Sudu 1. ps 2. ak d. Bubu 1. ps 2. ak 4. 5. 6. 7. 8. Apa dampak penebangan hutan mangrove secara besar-besaran? a. Lingkungan menjadi bersih b. Semakin banyaknya ikan dan udang di sekitar hutan yang tersisa c. Merusak ekosistem pesisir dan laut d. Menguntungkan nelayan Apa kegiatan masyarakat yang dapat melestarikan ekosistem terumbu karang? a. Membuang sampah di pantai b. Menanam mangrove c. Menangkap ikan dengan racun atau bius d. Menginjak-injak terumbu karang Sebutkan kegiatan masyarakat yang melestarikan ekosistem terumbu karang a. Membuang sampah di pantai b. Menanam mangrove c. Menangkap ikan dengan racun atau bius d. Menginjak-injak terumbu karang. Sebutkan alat tangkap yang dilarang a. Pancing b. Jaring apung c. Bagan apung d. Bahan peledak (bom) Apa kegiatan yang tidak boleh dilakukan masyarakat untuk mendukung pengelolaan sumber daya laut a. Membuang sampah pada tempatnya b. Mengambil terumbu karang hidup secara besar-besaran untuk dijual c. Menanam pohon bakau d. Menggunakan pancing untuk menangkap ikan Jawablah pertanyaan di bawah ini. 1. Jelaskan apa yang dimaksudkan kearifan lokal dalam pengelolaan pesisir dan sumber daya laut. 2. Apa yang dapat dilakukan oleh siswa untuk mendukung pengelolaan pesisir dan sumber daya laut? 71 3. Jelaskan bagaimana limbah pertanian dapat menimbulkan pencemaran di laut. 4. Apa dampak penambangan batu karang terhadap ekosistem terumbu karang? Tugas Diskusi dengan teman-teman dalam kelompok Pilih salah satu tugas di bawah ini yang kamu sukai. 1. Wawancara Tema: Kerusakan Ekosistem Pesisir Lakukan wawancara dengan camat/kepala desa/PPL Kelautan/tokoh masyarakat di sekitar sekolah 2. - Sejarah kerusakan - Faktor-faktor yang berpengaruh - Dampak kerusakan terhadap penduduk dan lingkungan di sekitar - Upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mengatasi kerusakan. Pengamatan Lapangan - Pergi ke tempat pariwisata di pantai atau pulau-pulau kecil - Amati perilaku wisatawan, pengelola wisata, pedagang, dan masyarakat di sekitarnya - Diskusikan dalam kelompok: • Aktivitas yang mendukung pelestarian lingkungan • Aktivitas yang merusak lingkungan • Apa yang harus dilakukan oleh wisatawan, pengelola wisata, pedagang, masyarakat, dan pemerintah untuk pengembangan pariwisata di tempat tersebut. Dari hasil diskusi, masing-masing membuat satu karya tulis yang berisi: 72 kelompok • Judul karya tulis • Latar belakang pentingnya topik/tema tulisan • Penjelasan tentang isi tulisan • Kesimpulan atau penutup 3. Membuat majalah dinding Tema: Peran Masyarakat dalam Pelestarian Terumbu Karang 4. Membuat Suvenir Tema: Pemanfaatan Limbah laut Glosari • Habitat: rumah tinggal, misalnya habitat ikan adalah rumah tinggal ikan. • Konservasi: perlindungan dan pelestarian alam, misalnya konservasi laut adalah perlindungan dan pelestarian sumber daya laut. • Abrasi adalah pengikisan pantai oleh air laut. • Sedimentasi adalah penumpukan lumpur atau pasir di dasar perairan (sungai dan laut). • SDA kependekan dari Sumber Daya Alam. • SDL kependekan dari Sumber Daya Laut. • SDP kependekan dari Sumber Daya Pesisir. • Malombo adalah upacara pengelolaan sumber daya laut yang dilakukan masyarakat Desa Salurang, Sangihe Talaut, Sulut. • Sasi adalah sistem pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan masyarakat di Maluku. • Sasisen adalah sistem pengelolaan sumber daya alam (darat dan laut) yang dilakukan masyarakat di Biak, Papua. 73 Catatan: 74 Daftar Pustaka Arifin, Z., Samedi dan Soemodihardjo,.S. 2006. Southeast and East Asian Ecotones. Ecotone Phase I, 1992 – 2001: A Collaborative MAB Programme. Jakarta: UNESCO Office. Atmadja, W.S. Kadi, A., Sulistijo dan Rahmaniar, S. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Azkab, M.H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana, I: 1-16. Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaam Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir. Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. Bliss, D.E. 1968. Transition from Water to Land in Decapod Crustaceans. Am. Zool. 8:355392. Burke, L; Selig, E., dan Spalding, M. 2002. Terumbu karang yang Terancam di Asia Tenggara. World Resource Institute. Burton. R., Devaney, C., and Long, T. 1983. Wonders of the Sea. London: Orbis Publishing Limited. Bustami, D.A. 2003. Ekosistem Pesisir dan Laut untuk Kelas 4 SD. Jakarta: COREMAP LIPI. Chapman, Jr., W.B. 1973. Natural Ecosystems. New York: Mc Millan Publishing Co. Inc. English, S., Wilkinson, C. and Baker, V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Australian Institute of Marine Science Hidayati, D., Ngadi dan Daliyo. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi COREMAP II: Kasus Kabupaten Wakatobi. Jakarta: CRITC – LIPI. Hidayati, D., dan Soekarno, R. 2006. Pesisir dan Laut Kita: Permasalahan dan Pengelolaan untuk Kelas 6 SD. Jakarta: COREMAP – LIPI. Hidayati, D., Asiati, D., dan Harvina, D. 2005. Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Indonesia: Kasus Kawasan Kepulauan Tiga, Kecamatan Bunguran Barat, Natuna. Jakarta: COREMAP – LIPI. Hidayati, D. (ed.). 2001. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Laut. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hogarth P.J. 1999. The Biology of Mangrove. New York: Oxford University Press. Inc. Hutomo, M. 2003. Penelitian Biota pada Ekosistem Mangrove dan Estuaria di Pesisir Delta Mahakam Kalimantan Timur (Laporan Akhir). Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 75 Jawatan Hidro-Oseanografi TNI-AL 2006. Batas Maritim Republik Indonesia dengan Negara Tetangga. Jakarta: Markas Besar Angkatan Laut, Jawatan Hidro-Oseanografi. Kaheksi, E.N. 2005. Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Gastropoda pada Hutan Mangrove di Delta Mahakam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Sains. Fakultas Biologi. Universitas Nasional, Jakarta. Macintosh, D.J. 1988. The Physiology of Decapods of Mangrove Swamps. Zoological Symposium no. 59. The Zoological Society of London. Macintosh, D.J. 1982. Ecological Comparisons of Mangrove Swamp and Salt Marsh Fiddler Crabs. In Gopal, B., Turner, R.E., Wetzel, R.G. & Whigham, D.F. (eds). Wetlands. ecology and management. Jaipur: National Institute of Ecology and International Scientific Publications, p 243-257 Macintosh, D.J. 1979. The Ecology and Energetics of Mangrove Fiddler Crabs (Uca spp). on the west coast of the Malay Peninsula. Doctoral thesis: University of Malaya. Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. Pramudji; Susetiono; R. Pratiwi; R.S. Suharti; Heriyanto dan Supriyadi, I.H.. 2005. Laporan Penelitian Biota Yang Berasosiasi Pada Ekosistem Mangrove dan Estuaria Di Pesisir Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pramudji, S., Kuriandewa, T.E., Purnomo, L.H., Subagja dan Bugis, M. 2003. Rehabilitasi Mangrove di Pesisir Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang. Laporan Akhir. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pratiwi, R., M.F. Afistianto., M.F. Adirianto., Bustami, D.A. dan Tomo. 2004. Kekayaan Laut Indonesia. Jakarta: Proyek Pengkajian Kebijakan Kelautan. Sekretariat Jendral Departemen Kelautan dan Perikanan. Pratiwi, R. 2002. Adaptasi Fisiologi, Reproduksi Dan Ekologi Krustasea (Dekapoda) Di Mangrove. Oseana, XXVII, (2): 1-10. Pratiwi, R. 2001. The Ecology of Burrowing Decapods (Crustacea). Oseana, XXVI, (4): 25-32. Rominmohtarto, K dan S. Yuwana, 1999, Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut, Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI, 572 hal. 76