BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek,
yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar
berorientasi kepada apa yang harus dilakukan oleh pendidik sebagai pemberi
pembelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan
pada saat terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik, serta antara peserta didik
dengan peserta didik disaat pembelajaran berlangsung.
Menurut Suherman (Jihad dan Haris, 2012: 11) pembelajaran merupakan proses
komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka
perubahan sikap.
Menurut Usman (Jihad dan Haris, 2012: 12) pembelajaran adalah inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan pendidik sebagai pemegang peran utama.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan pendidik
dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Wragg (Jihad dan Haris, 2012: 12) pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang
bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan
sesama atau hasil belajar yang diinginkan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran
bukan sekedar transfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik, melainkan suatu proses
pembelajaran yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu antara pendidik dan peserta
didik serta antar peserta didik di mana pendidik menginginkan peserta didik memperoleh
hasil belajar yang diinginkan.
Perilaku peserta didik di dalam kelas terkonstruksi oleh hal-hal pokok seperti
minat, rasa ingin tahu, keterikatan, dan motivasi yang kesemuanya berimplikasi kepada
keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran serta kemampuan pemahaman
peserta didik terhadap bahan ajar. Minat berperan sangat penting dalam kehidupan
peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku peserta
didik.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar seorang peserta didik.
Peserta didik yang mempunyai minat belajar yang tinggi maka akan menunjukan hasil
belajar yang baik. Dengan adanya minat belajar dalam diri peserta didik maka akan
menimbulkan keingintahuan dan kesenangan dalam diri peserta didik untuk terus belajar.
Keingintahuan dan kesenangan belajar itu bisa didapatkan dari materi yang diajarkan dan
cara pendidik menyampaikan materi pembelajaran. Jika bahan pelajaran dan cara
pendidik menyampaikan pelajaran tidak sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta
didik yang bersangkutan tidak akan belajar dengan baik. Begitu pun sebaliknya, jika
bahan pelajaran dengan metode pendidik dapat menjadi daya tarik bagi peserta didik
maka hal itu akan mudah dipahami dan disimpan dalam memori kognitif peserta didik.
Minat adalah faktor internal pada setiap individu yang dapat menunjang belajar peserta
didik. Dengan demikian, minat sangat besar perannya dalam pembelajaran di sekolah,
sebab minat akan berperan sebagai kekuatan yang akan mendorong peserta didik untuk
belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), minat didefinisikan sebagai
kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Dictionary (Suyono dan Hariyanto,
2015: 177) menyatakan bahwa minat adalah suatu perasaan yang mengiringi atau
menyebabkan perhatian khusus terhadap sesuatu objek atau kelompok objek.
Menurut Tidjan (Suyono dan Hariyanto, 2015: 177)
minat adalah gejala
psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek karena
timbulnya perasaan senang.
Menurut Ernest (Suyono dan Hariyanto, 2015: 177) minat adalah suatu
kecenderungan yang tetap untuk menaruh perhatian serta menyukai beberapa kegiatan
atau bahan ajar tertentu.
Menurut Slameto (2013: 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat selalu diikuti dengan
perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Berdasarkan uraian pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
minat adalah gejala psikologis yang menunjukan rasa ketertarikan pada suatu aktivitas
atau kegiatan yang timbul pada diri individu tanpa ada pengaruh dari pihak lain, yang
mengakibatkan munculnya perhatian yang berlebih terhadap kegiatan atau aktivitas
tersebut.
Fakta yang terjadi pada saat ini adalah peserta didik cenderung malas untuk
belajar. Salah satu yang menyebabkan peserta didik malas untuk belajar adalah tidak ada
atau kurangnya minat peserta didik untuk belajar. Akibat dari kurangnya minat belajar
peserta didik adalah peserta didik seringkali berbicara saat pendidik sedang menjelaskan
materi sehingga pada saat pengambilan nilai, peserta didik pada umumnya mendapatkan
nilai yang buruk. Di samping itu terkadang ada peserta didik yang membolos, berpurapura sakit atau meminta izin dengan alasan yang tidak tepat karena minat belajarnya yang
sangat kurang terhadap mata pelajaran tertentu.
Aloysius Min mengatakan bahwa minat belajar anak masih rendah. Hal ini
terbukti karena nilai hasil ujian nasional di NTT masih tergolong rendah dari propinsi
lainnya akibat kurang belajarnya anak. Minat belajar anak yang masih rendah ini juga
terlukis dari jarangnya anak mengunjungi perpustakan untuk belajar dan juga tidak
pernah ke toko buku karena anak lebih memilih mengunjungi tempat-tempat hiburan (Pos
Kupang: 09 April 2016).
Melihat berbagai sudut pandang tentang minat di atas maka untuk
membangkitkan minat peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran adalah tugas seorang
guru.
Minat belajar seseorang dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar
peserta didik dalam bidang studi tertentu karena pemusatan perhatian yang intensif
terhadap bidang studi tertentu memungkinkan peserta didik tersebut belajar lebih giat.
Menurut Abdurrahman (Jihad dan Haris, 2012: 14) hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Menurut Benjamin (Jihad dan Haris, 2012: 14) hasil belajar yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik. Selanjutya Benjamin berpendapat bahwa hasil belajar dapat
dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Juliah (Jihad dan Haris, 2012: 15) hasil belajar adalah segala sesuatu
yang menjadi milik peserta didik sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.
Menurut Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) hasil-hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas.
Setelah melalui proses belajar maka peserta didik diharapkan dapat mencapai
tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah menjalani proses belajar. Menurut Sudjana (Jihad dan Haris, 2012:
15) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku peserta didik secara nyata setelah dilakukan proses pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan belajar.
Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, peran seorang pendidik sangat
dibutuhkan
selama pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Seorang pendidik harus
mampu mengelola pembelajaran di dalam kelas agar informasi yang diberikan dapat
diterima dan dipahami oleh setiap peserta didik. Pendidik harus mampu memahami
karakteristik setiap peserta didik dengan minat belajarnya masing-masing peserta didik
yang tidak dapat disamakan dengan teman sebayanya. Pendidik yang profesional dituntut
untuk dapat menyikapi segala kondisi yang terjadi di sekolah dengan sekreatif dan
sebijaksana mungkin. Saat ini banyak sekali model pembelajaran yang ditawarkan untuk
membantu pendidik dalam mengelola suatu proses pembelajaran. Dengan adanya model
pembelajaran ini maka proses pembelajaran dapat lebih aktif, kreatif dan lebih
menyenangkan khususnya dalam pelajaran Fisika. Salah satu model pembelajaran yang
ditawarkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-6 orang peserta secara heterogen.Slavin (Nur, 2000: 26)
menyatakan bahwa pada STAD peserta didik di tempatkan dalam tim belajar
beranggotakan 4-6 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
kelamin, suku dan agama.
Gagasan utama STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan pendidik. Jika
peserta didik menginginkan kelompok mereka memperoleh hadiah, mereka harus
membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus
mendorong teman sekelompok mereka untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan
norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan. Peserta didik
diberi waktu untuk bekerja bersama saat melakukan eksperimen setelah pelajaran
diberikan oleh pendidik, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga
setiap peserta didik harus menguasai materi tersebut. Para peserta didik bekerja
berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu
satu sama lain, mereka bisa mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk memecahkan
masalah itu, atau mereka saling memberi pertanyaan tentang isi dari apa yang mereka
pelajari itu. Mereka mengajari teman sekelompok mereka dan menaksir kelebihan dan
kekurangan mereka untuk membantu mereka agar bisa berhasil menjalani tes.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Kriswinda yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Mater Pokok
Suhu dan Pengukuran Kelas VIIB Semester Ganjil pada SMPS Plus Mentari Kupang
Tahun Pelajaran 2008/2009, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran fisika
pada materi pokok suhu dan pengukuran ditandai dengan perolehan hasil hasil belajar
peserta didik pada tes awal dan tes akhir dengan rata-rata proporsi 0,84% sehingga hasil
belajar dikatakan tuntas dan ketuntasan indikator belajar peserta didik pada tes akhir setelah
peserta didik mengikuti pembelajaran pada setiap indikator adalah tuntas dengan proporsi
jawaban benar peserta didik yakni dari 0,30 menjadi 84 %, secara individual dari keseluruhan
siswa yang berjumlah 27 siswa dikatakan tuntas belajar dengan peningkatannya sebesar 0,54 %.
Terwujudnya suatu proses pembelajaran yang baik, ditentukan oleh beberapa
elemen, salah satunya adalah kurikum. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan
program pendidikan yang diberikan ooleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang
berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan. Kurikulum yang saat ini diterapkan adalah Kurikulum 2013
(K-13) dan juga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Salah satu lembaga pendidikan formal yang saat ini menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendikan (KTSP) adalah SMPK St. Theresia Kupang dengan nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Fisika adalah 70. Dari hasil
observasi awal yang dilakukan, ditemukan beberapa masalah di dalam proses
pembelajaran, yakni beberapa peserta didik kesulitan dalam menerima informasi yang
diberikan pendidik, terdapat perbedaan penerimaan informasi oleh setiap pendidik. Ada
peserta didik yang cepat dalam menerima informasi yang diberikan, ada pula peserta
didik yang sangat lambat dalam menerima informasi. Karena perbedaan ini, membuat
beberapa peserta didik melakukan keributan selama proses pembelajaran yang hanya
dapat dihentikan apabila pendidik mata pelajaran memberikan ancaman berupa pukulan
ataupun hukuman yang lain.
Faktor lain yang mempengaruhi cepat lambatnya siswa menerima informasi yang
diberikan
yaitu
masih
banyak
kegiatan
pembelajaran
yang
dilakukan
tanpa
memperhatikan bagaimana karakteristik dari setiap peserta didik, pendidik lebih banyak
melakukan proeses pembelajaran menggunakan model pembelajaran langsung dengan
metode ceramah. Dengan begini banyak peserta didik yang tidak dapat memahami
informasi dan pelajaran yang diberikan dengan baik sehingga respon peserta didik sangat
rendah selama proses pembelajaran berlangsung yang berakibat pada pencapaian nilai
akhir dari proses pembelajaran tidak mencapai nilai KKM.
Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang sangat
menunjang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sangat global dewasa ini. Di sekolah,
pelajaran Fisika diajarkan bukan hanya sekedar agar peserta didik tahu konsep-konsep
Fisika, tetapi juga diajarkan agar peserta didik mampu memahami dan menerapkan
konsep Fisika dengan hal nyata yang terjadi di dalam lingkungan hidup sehari-hari
dengan melakukan pengamatan, berdiskusi, eksperimen dan mengambil kesimpulan dari
kegiatan-kegiatan Fisika yang dipelajari.
Materi pokok pemuaian merupakan materi yang sesuai dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD, karena pada materi ini peserta didik betul-betul berproses
berdasarkan masalah yang ditemukan sampai menemukan konsep melalui kegiatankegiatan eksperimen dan demonstrasi yang berhubungan erat dengan pengalaman seharihari dengan demikian peserta didik dapat memecahkan masalah, menemukan konsep dan
ide-ide serta memperoleh informasi yang sistematis.
Berdasarkan uraian singkat diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul : “ PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
PESERTA
DIDIK
DENGAN
MENERAPKAN
MODEL
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD MATERI POKOK PEMUAIAN PADA PESERTA DIDIK
KELAS VIISMPK St. THERESIA KUPANG SEMETER GENAP TAHUN AJARAN
2015/2016”.
B. RumusanMasalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan umum dari
penelitian ini adalah: “Adakah Pengaruh dari Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar
dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Pokok
Pemuaian Peserta Didik Kelas VIISMPK St. Theresia Kupang Tahun Ajaran
2015/2016”?
Adapun rumusan masalah secara spesifikasi dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Bagaimana ketuntasan
indikator
yang dicapai
dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD?
3. Bagaimana hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD?
4. Bagaimana deskripsi minat belajar peserta didik di kelas VII SMPK St. Theresia
Kupang Tahun Ajaran 2015/2016?
5. Adakah pengaruh yang signifikan antara minat belajar terhadap hasil belajar peserta
didik kelas VII SMPK St. Theresia Kupang Tahun Ajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan umum dari
penelitian ini adalah : “Mendeskripsikan dan Menyelidiki Pengaruh Minat Belajar
terhadap Hasil belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
pada Materi Pokok Pemuaian Peserta Didik Kelas VII SMPK St. Theresia Kupang Tahun
Ajaran 2015/2016”.
Secara spesifikasi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan
kemampuan
guru
dalam
mengelola
pembelajran
dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Mendeskripsikan ketuntasan indikator yang dicapai dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Mendeskripsikan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
4. Mendeskripsikan minat belajar peserta didik kelas VII SMPK St. Theresia Kupang
tahunajaran 2015/2016.
5. Menyelidiki pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII
SMPK St. Theresia Kupang tahun ajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peserta didik
a. Meningkatkan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran
b. Meningkatkan minat belajar peserta didik
c. Meningkatkan hasil belajar peserta didik
2. Bagi pendidik
a. Sebagai bahan informasi dalam memilih model pembelajaran yang lebih tepat
sehingga dapat meningkatakan hasil belajar peserta didik
b. Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika
3. Bagi peneliti
Agar memiliki pengetahuan yang luas tentang model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan memiliki ketrampilan untuk menerapkannya khususnya mata pelajaran
fisika
4. Bagi sekolah
Memberikan masukan yang baik berupa informasi kepada pendidik tentang minat
belajar terhadap hasil belajar peserta didik
dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan kegiatan pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu
pendidikan sekolah.
5. Bagi LPTK Unwira
Bagi LPTK Unwira penelitian sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem
pembelajaran. Terlebih, Universitas ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon
pendidik profesional dimasa depan dan dapat dijadikan bahan masukan dalam
mempersiapkan calon pendidik pada saat ini dan juga sebagai pengembangan
keilmuan khususnya masalah pembelajaran
E. Pembatasan Penelitian
Adapun pembatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan pada materi pokok pemuaian
2. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada subyek peserta didik kelas VIIE SMPK St.
Theresia Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016 dan guru dalam hal ini adalah peneliti
itu sendiri
F. Asumsi Penelitian
Adapun asumsi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik mengikuti tes awal dan tes akhir yang diberikan secara perorangan dan
dikerjakan tanpa dibantu dari pihak manapun, sehingga hasil yang diperoleh benarbenar mencerminkan kemampuan peserta didik
2. Pengamat berlaku objektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap
peneliti selama proses pembelajaran berlangsung
3. Peneliti berlaku objektif dalam memberikan penilaian terhadap setiap peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung
4. Peserta didik memberikan informasi secara jujur dan benar tentang proses
pembelajaran dengan menjawab pertanyaan pada angket minat peserta didik.
G. Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak,
kepercayaan atau perbuatan seseorang.
2. Belajar
Syah (Asep Jihad & Abdul Haris, 2013:1) mengatakan bahwa belajar adalah kegiatan
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan sangat tergantung pada proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan
sekitarnya.
3. Minat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,KUBI (Suyono dan Harianto, 2002 : 744)
minat didefinisikan sebagai kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu
4. Hasil belajar
Juliah (Jihad dan Haris, 2013: 14) berpendapat bahwa hasil belajar adalah segala
sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang
dilakukannya.
5. Model pembelajaran
Joyce (Trianto, 2015: 4) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelejaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
6. Model pembelajaran kooperatif
Eggen dan Kauchak (Trianto, 2015: 110) mengatakan bahwa model pembeajaran
kooperatif merupakan suatu kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa
bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan pembelajaran di dalam satu kelas
dijadikan kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orng peserta didik.
7. Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe kooperatif
yang diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya,
menghargai pendapat teman dan saling memberikan pendapat, selain itu juga siswa
harus diharapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah.
8. Pemuaian adalah salah satu materi pokok pada mata pelajaran fisika kelas VII SMP
9. Peserta didik adalah anak didik atau individu yang menempuh jenjang pendidikan
tertentu
Download