Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa” Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan Pengembangan Modul Seni Budaya dan Ketrampilan “Apresiasi Karya Seni Rupa” Untuk Meningkatkan Prestasi Beljar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat-Lamongan Adhi Nugroho Artyanto Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan [email protected] Abstrak Modul merupakan media pembelajaran yang bersifat self-instructional yang memuat satu konsep atau unit dari bahan pembelajaran. Kemandirian dan pengalaman siswa terlibat secara aktif lebih diutamakan dalam memanfaatkan modul. Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan kemandirian adalah mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK).Tujuan pengembangan modul SBK “Apresiasi Karya Seni Rupa” diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan menemukan jawaban sendiri atas kegiatan yang ada pada modul, sehingga siswa dapat meningkatkan kemandirian dalam belajar SBK dan dapat meningkatkan prestasi belajar.Teknik pengumpulan data dari ahli materi dan ahli media adalah menggunakan instrumen berbentuk angket, sedangkan untuk siswa menggunakan instrumen wawancara dan tes. Hasil dari angket dan wawancara tersebut digunakan sebagai acuan dalam merevisi produk, sedangkan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah menggunakan modul.Berdasarkan hasil tahapan uji coba kelompok besar, yakni uji coba pada kelas IVA diperoleh data t hitung lebih besar dari t tabel yakni 17,562 > 2,021. Maka, dapat disimpulkan bahwa modul SBK “Apresiasi Karya Seni Rupa” tergolong efektif karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kata kunci : Pengembangan, modul, Seni Budaya dan Ketrampilan, prestasi belajar Abstract The module is a self instructional medium learning process containing single concept or unit of study materials. Independence and experience of the students actively involved in uses of modules are preferred. One of the subject are require a selfreliance is the cultural arts and skills subject.Appreciation artistry face is expect the students to learn independently and to find their own resolution towards the existing activities mentioned in the module, with regards the students can increase their selfreliance in cultural arts and skills and the learning achievement.Questionnaires form are used as data collection techniques of matter experts and media specialists, while interview and test instrument are used for students. The results of distributed questionnaires and interviews are used as a reference in revising the product, while the test is to determine the student achievement after using the module.Based on the results of a large group, class IVA data obtained t count is greater than the table t 17.562 > 2.021. it can be concluded that the science module in "Appreciation Artistry Face” is effective because it will improve the student achievement. Key words: development, media modules, cultural arts and skills , learning achievement aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. 1. PENDAHULUAN Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala 1 Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa” Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216 Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan Mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan di sekolah dasar memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional. Apresiasi karya seni rupa adalah satu materi yang terdapat pada mata pelajaran Seni Budaya. Materi apresiasi karya seni rupa termasuk kedalam ruang lingkup mengapresiasi karya seni rupa . Materi ini memiliki tujuan agar siswa dapat mendeskripsikan karya seni rupa terapan dan seni rupa murni dan mengekpresikan dalam bentuk karya seni rupa yang berada di lingkungan sekitar. Berdasarkan Standar Isi Mata Pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan SD/MI yang menekankan pada kemandirian siswa dan pemberian pengalaman belajar secara langsung, maka materi apresiasi karya seni rupa diperlukan adanya suatu media yang mendukung aktivitas siswa dalam mempelajari apresiasi karya seni rupa sehingga siswa dapat belajar mandiri dan mengembangkan potensi berpikirnya. Namun, hal tersebut tidak tampak disalah satu SD di Kecamatan Babat, Lamongan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada semester gasal 2012/2013 di SDN Babat VI Babat-Lamongan dalam pemanfaatan media untuk pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan siswa hanya menggunakan LKS. LKS yang digunakan siswa dalam pembelajaran merupakan media by utilization, yaitu media jadi yang siap digunakan tanpa menganalisis kebutuhan sekolah. Meskipun LKS tersebut dapat digunakan, namun isi yang terkandung belum mewakili seluruh materi yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum sekolah dan standar isi mata pelajaran seni budaya dan keterampilan, sehingga ketercapaian tujuan pembelajaran tidak optimal. Dari hasil dokumentasi diperoleh nilai rata-rata ulangan harian pada pelajaran seni budaya dan ketrampilan hanya mencapai 6,5 dengan ketuntasan 56%. Kondisi ini menggambarkan bahwa pemahaman siswa dalam proses pembelajaran masih rendah sehingga menyebabkan hasil belajar siswa cenderung rendah meskipun telah menggunakan LKS. Berdasarkan wawancara terhadap siswa diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan mempelajari materi seni budaya pada buku LKS, selain itu siswa bosan dengan metode yang diajarkan oleh guru dalam menerangkan pelajaran seni budaya dan ketrampilan yang dilakukan secara klasikal dengan metode ceramah. Pada dasarnya siswa kelas IV di SDN Babat VI BabatLamongan rata-rata berusia 10-11 tahun. Menurut tahapan perkembangan kognitif Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa” Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan Piaget (Trianto, 2007:15) pada rentang usia ini anak berada pada periode operasional konkrit. Untuk itu dalam penyampaian materi seharusnya memberikan kemandirian dan pengalaman belajar secara langsung sehingga siswa dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, data dokumentasi, dan dibutuhkan media untuk membantu guru dalam pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK). Media pembelajaran dimaksudkan dapat membantu guru memperkaya materi dan memperjelas pesan serta membantu guru mempermudah proses pembelajaran. Terdapat beberapa pilihan media yang dapat dikembangkan untuk membantu guru dalam pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK). Pilihan media tersebut antara lain, CAI, power point, dan media cetak modul. Salah satu media yang efektif, efisien, dan mengutamakan kemandirian adalah media berbasis cetak modul. Para ahli menyatakan proses belajar dengan menggunakan modul menuntut keaktifan siswa agar dapat belajar mandiri dengan bantuan minimal dari guru. Selain itu, di SDN Babat VI Babat-Lamongan belum memiliki laptop dan fasilitas lab. komputer yang memadai. Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instructional yang memuat satu konsep atau unit daripada bahan pembelajaran. Kemandirian dan pengalaman siswa terlibat secara aktif lebih diutamakan dalam memanfaatkan media modul. Menurut Winkel (2009:472), bahwa modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (selfinstructional). Anwar (2010) menyatakan bahwa modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Modul yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut: a. Pendahuluan yang terdiri atas deskripsi, kemampuan prasyarat, kompetensi dasar, indikator, pokokpokok pelajaran, prosedur pembelajaran, dan evaluasi b. Pembahasan yang terdiri atas teks bacaan, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa c. Penutup terdiri atas tes evaluasi dan pedoman Penilaian 2. KAJIAN PUSTAKA Seels & Richey (Warsita, 2008:13), mengemukakan bahwa ”Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar”. Menurut Soeharto, dkk (2008:15), bahwa teknologi pembelajaran adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Ada lima domain atau bidang garapan teknologi pembelajaran berlandaskan definisi AECT 1994, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian tentang proses dan sumber untuk belajar. (Warsita, 2008:20). Kawasan desain atau perancangan menurut Seels & Richey (Warsita, 2008:21), mencakup penerapan berbagai teori, prinsip, dan prosedur dalam melakukan perencanaan atau mendesain suatu program atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara sistemis dan sistematis. Kawasan pengembangan menurut Seels & Richey (Warsita, 2008:26), dapat diorganisasikan dalam empat katagori : teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer, dan multimedia. Seels & Richey (Warsita, 2008:28), menyatakan bahwa teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti buku-buku, modul dan bahan-bahan visual yang statis, 3 Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa” Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216 terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Seels & Richey (Warsita, 2008:29), mengemukakan bahwa teknologi audio visual adalah cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Seels & Richey (Warsita, 2008:33), menyatakan bahwa teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan belajar dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Seels & Richey (Warsita, 2008:36), mengemukakan bahwa multimedia atau teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan belajar dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Kawasan pemanfaatan merupakan tindakan menggunakan metode dan model instruksional, bahan dan peralatan media untuk meningkatkan suasana pembelajaran (Warsita, 2008:37). Fungsi pemanfaatan sangat penting karena keterkaitannya antara peserta didik dengan bahan belajar atau sistem pembelajaran. Kawasan pengelolaan menurut Seels & Richey (Warsita, 2008:50), meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui: perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinisasian dan supervisi. Kawasan pengelolaan menurut Seels & Richey (Warsita, 2008:50), terdiri atas pengengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian, dan pengelolaan informasi. Kawasan penilaian menurut Seels & Richey (Warsita, 2008:53), merupakan proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar yang mencakup: (1) analisis masalah; (2) pengukuran acuan patokan; (3) penilaian formatif; dan (4) penilaian sumatif. Berdasarkan kawasan teknologi pembelajaran, maka keterkaitan modul dengan teknologi pembelajaran terletak pada kawasan pengembangan yaitu khususnya pada pengembangan teknologi cetak. Menurut Winkel (2009:472), bahwa modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional). Anwar (2010), menyatakan bahwa modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut Wijaya (1988:129), ciriciri pengajaran modul adalah : a. Siswa dapat belajar individual, ia belajar dengan aktif tanpa bantuan maksimal dari guru. b. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan bersumber pada perubahan tingkah laku. c. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan sampai 75% penguasaan tuntas (mastery learning) Pendidikan seni pada hakikatnya merupakan proses pembentukan manusia melalui seni. Pendidikan seni secara umum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan setiap anak (peserta didik) menentukan pemenuhan dirinya dalam hidup, untuk mentransmisikan warisan budaya, memperluas kesadaran sosial dan sebagai jalan untuk menambah pengetahuan. Seni budaya dan ketrampilan adalah kelompok mata pelajaran estetika yang memiliki karakteristik pembelajaran yang khas dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasarnya. Selanjutnya pada pengantar pelajaran Seni budaya untuk SD/MI dikatakan bahwa muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan oleh PP no. 19 tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri mencakup segala aspek kehidupan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah “Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa” Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan Qahar (Djamarah, 1994:20) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan Harahap (Djamarah, 1994:20) berpendapat bahwa prestasi adalah "penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. Sehingga diharapkan dengan adanya modul SBK “Apresiasi Karya Seni Rupa” siswa dapat belajar secara mandiri dengan mengerjakan lembar kegiatan siswa serta dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam mengembangkan modul SBK “Apresiasi Karya Seni Rupa” terdapat tiga pilihan model pengembangan yakni model R & D, model Fenrich dan model Sadiman. Model pengembangan yang 3. METODE PENGEMBANGAN Berdasarkan beberapa model pengembangan yang telah disebutkan pada Bab II, maka model pengembangan yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan media cetak modul ini adalah model pengembangan). Langkahlangkah pengembangan tersebut sebagai berikut: a. Menganalisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa. b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran. c. Merumuskan Butir-Butir Materi Secara Terperinci Yang Mendukung Tercapainya Tujuan. d. Mengembangkan Alat Pengukur Keberhasilan. e. Pembuatan Naskah Media (lay out) f. Mengadakan uji coba dan revisi Adapun desain uji coba yang dilakukan pada penelitian ini adalah: a. Kegiatan awal pengembangan dipilih oleh peneliti dalam mengembangkan media cetak modul sebagai media pembelajaran adalah model pengembangan Arif Sadiman dengan alasan bahwa : a. Model pengembangan Sadiman dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan media modul, karena tahapan awal model ini adalah menganalisis kebutuhan untuk mengetahui karakterisitik siswa dan permasalahan apa yang dialami dalam kegiatan belajar mengajar sebelum mengembangkan media. Sedangkan model Banathy dan model Paulina Pannen pada tahapan awal adalah merumuskan tujuan tanpa menganalisis kebutuhan siswa terlebih dahulu. b. Model pengembangan Sadiman, dipandang lebih tepat karena mengarah pada proses pengembangan yang menghasilkan produk, sedangkan model Banathy mengarah pada desain pembelajaran Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan konsultasi dengan pembimbing untuk menentukan ahli materi dan ahli media. Konsultasi ini bertujuan untuk mendapatkan saran dan masukan tentang pengembangan modul lebih lanjut. Hasil dari kegiatan awal pengembangan adalah konsep dasar yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pembuatan modul cetak. b. Tahap pertama Menyusun bahan yang telah dikonsultasikan dari kegian awal menjadi draft I. Kemudian dilakukan uji coba satu-satu pada siswa. Untuk mengetahui pendapat siswa terhadap modul yang dikembangkan. c. Tahap Kedua Menyusun draft II yang dilakukan berdasarkan pada hasil analisis tahap pertama. Setelah penyusunan draft II selesai dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan uji coba pada kelompok kecil 5 Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa” Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216 d. Tahap ketiga Setelah melakukan uji coba pada kelompok kecil, dan merevisi media sesuai dengan hasil analisis. Maka tahap selanjutnya adalah menyusun draft III. Draft III inilah yang nantinya akan digunakan sebagai bahan uji coba lapangan. Peneliti melakukan percobaan terhadap siswa kelas IVA dengan menggunakan media modul, sedangkan untuk siswa kelas IVB menggunakan buku paket. untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah menggunakan, maka rumus t-tes yang digunakan menurut Suharsimi (2006:306) sebagai berikut : ......................(1) Keterangan : Md = mean dari perbedaan pre test dengan post test (post testpre test) xd = deviasi masing-masing subjek (d- Md) 2 ∑X d = jumlah kuadrat deviasi N = subjek pada sampel d.b. = ditentukan dengan N – 1 Berdasarkan perhitungan rumus di atas dengan taraf signifikan 5% maka db = N – 1 = X kemudian dikonsultasikan dengan t tabel = Y. Jika ternyata t hitung lebih besar dari t tabel maka hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas IVA mengalami peningkatan setelah memanfaatkan modul yang telah dikembangkan oleh pengembang B daripada kelas IV . Namun jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka hasil belajar siswa kelas IVA mengalami penurunan setelah memanfaatkan modul yang telah dikembangkan oleh pengembang. 4. HASIL PENGEMBANGAN Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini adalah berupa modul yang terdiri dari dua komponen, yaitu modul dan kunci jawaban. Modul yang dimaksud dalam pengembangan adalah berupa bahan cetak. Pengembangan modul cetak ini berdasarkan pada model pengembangan Sadiman dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan pada Bab III. Spesifikasi Modul SBK “Apresiasi Karya Seni Rupa” sebagai berikut: a. Bentuk modul adalah Persegi panjang. b. Ukuran panjang modul (29,7 cm), Lebar (21 cm) disesuaikan dengan genggaman anak SD berumur 10-11 tahun. c. Ukuran tulisan isi materi (12). d. Jenis tulisan isi materi (Geogia dan Segoe UI). e. Warna tulisan pada isi materi (hitam, biru dan merah) dan cover (oranye, merah). f. Gambar pada cover disesuaikan dengan materi apresiasi karya seni rupa dan karakteristik siswa SD. g. Bahan yang digunakan untuk cover (kertas glossy ketebalan 210 gsm) dan Isi materi (kertas dengan ketebalan 80gsm). Untuk kunci jawaban dicetak terpisah dengan modul, tujuannya adalah untuk melatih kreativitas siswa, sehingga siswa mampu menjawab pertanyaan yang disediakan di dalam modul sesuai dengan kemampuan dan daya nalar siswa. Uji coba dilaksanakan setelah pengembang menyelesaikan draft I media. Media yang telah dikembangkan ini diujicobakan pada ahli materi, ahli media dan juga siswa. Uji coba yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan, efisiensi dan kemenarikan modul yang dikembangkan. Semua data yang diperoleh dari kegiatan uji coba akan Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa” Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan dijelaskan lebih rinci pada keterangan berikut : mengalami peningkatan setelah memanfaatkan modul cetak hasil pengembangan ini. Berdasarkan reviu ahli materi diperoleh bahwa daya tarik media modul 79,95% hal ini berarti bahwa daya tarik media adalah baik dan menarik. Comprehention 81,67% hal ini berarti bahwa pemahaman media adalah baik dan mudah dipahami siswa. Credibility media 80% hal ini berarti bahwa credibility media adalah baik dan sesuai dengan standar isi mata pelajaran SBK. Standar teknis media 82,50% hal ini berarti bahwa standar teknis media adalah baik. Reviu ahli media diperoleh bahwa daya tarik media 81,6% hal ini berarti bahwa daya tarik media adalah sangat baik sekali. Comprehention 78,33% hal ini berarti bahwa pemahaman adalah sangat baik. Standart teknis media 83,75% hal ini berarti bahwa standar teknis adalah sangat baik sekali. Hasil wawancara pada uji coba perorangan diperoleh daya tarik media 93,34% hal ini berarti bahwa daya tarik media adalah sangat baik sehingga tidak perlu direvisi. Pemahaman media 66,67% hal ini berarti bahwa pemahaman adalah baik sehingga tidak perlu direvisi. Sedangkan dari hasil wawancara pada kelompok kecil diperoleh bahwa daya tarik media 100% ini berarti bahwa daya tarik media adalah sangat baik sehingga tidak perlu direvisi. Pemahaman media 96,66% hal ini berarti bahwa pemahaman adalah sangat baik sehingga tidak perlu direvisi. Berdasarkan perhitungan uji t dengan taraf signifikan 5 %, nilai db =N–1= 41–1= 40, maka diperolehlah t tabel 2,021. Dengan demikian maka t hitung lebih besar dari t tabel yakni 17,562 > 2,021. Maka hasil pre tes dan pos tes untuk kelas VA berbeda secara signifikan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VA SDN Tanah Kali Kedinding VIII Surabaya 5. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian diatas dapat diambil simpulan dan saran yang akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. 5.1 Simpulan 1. Berdasarkan hasil uji coba kepada ahli materi dan ahli media diperoleh data kuantitatif dengan prosentase hasil 78,5% dan 79,75% untuk aspek pemahaman materi dan kemudian menghasilkan data kualitatif yang menyatakan bahwa modul berkategorikan baik, sehingga modul yang diproduksi layak dimanfaatkan karena membantu guru dalam menerangkan materi. 2. Berdasarkan hasil tahapan uji coba kelompok besar, yakni uji coba pada kelas IVA diperoleh data t hitung lebih besar dari t tabel yakni 17,562 > 2,021. Artinya bahwa ada peningkatan prestasi belajar setelah menggunakan modul. Maka dapat disimpulkan bahwa diperlukan modul SBK “Apresiasi Karya Seni Rupa” ini karena didesain sesuai dengan standar isi mata pelajaran SBK yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran mandiri, sehingga siswa dapat memanfaatkan modul meskipun tanpa kehadiran guru di kelas. Selain itu, didalam modul terdapat Lembar Kegiatan Siswa dan soal-soal, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 7 Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa” Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216 5.2 Saran Penelitian pengembangan modul SBK “Apresiasi Karya Seni Rupa” ini, memiliki saran antara lain : 1. Modul cetak ini didesain dilengkapi dengan lembar kerja siswa. Pemanfaatan modul ini dalam pembelajaran, guru memberikan kepercayaan pada siswa untu dapat belajar mandiri dan guru tidak lagi menjadi sumber informasi tunggal di dalam kelas, melainkan guru berperan sebagai fasilitator 2. Untuk pengembangan modul SBK selanjutnya hendaknya modul lebih memperbanyak materi gambar yang lebih berwarna daripada materi berbentuk teks. 3. Produk pengembangan ini tidak hanya terfokus pada materi SBK tentang Apresiasi Karya Seni Rupa, tetapi dapat dikembangkan pada bab selanjutnya seperti Berkarya Relief. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Arthana dan Damajanti. 2005. Evaluasi Media Pembelajaran. Surabaya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1999 Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional Mulyasa. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mustaji.2008. Pembelajaran Mandiri. Surabaya: Unesa FIP. Berry,C.E. 1995. Widya Wiyata Pertama Anak-Anak: Musik dan Seni Rupa. Jakarta: Tira Pustaka. Rahayu, Tri dan Tristiasdi. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing Rusijono dan Mustaji. 2008. Penelitian Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press. Sadiman, Arief. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana. Soeharto, Karti. dkk. 2008. Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Surabaya Intellectual Club. Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruktional. Jakarta: Rineka Cipta. Suryaningsih, Nunik Setiyo. 2010. Pengembangan media cetak modul sebagai media pembelajaran mandiri pada mata pelajaran teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VII semester 1 di SMPN 4 Jombang. Surabaya: Skripsi yang tidak dipublikasikan. Syah, Mohibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Utomo, Tjipto. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa” Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Vembriarto, St. 1975. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Wijaya, Cece,.dkk. 1988. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remadja Karya. Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi. 9