Paper Title (use style: paper title)

advertisement
Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa”
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan
Pengembangan Modul Seni Budaya dan Ketrampilan “Apresiasi Karya Seni Rupa”
Untuk Meningkatkan Prestasi Beljar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat-Lamongan
Adhi Nugroho Artyanto
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
Kampus Lidah Wetan
[email protected]
Abstrak Modul merupakan media pembelajaran yang bersifat self-instructional yang
memuat satu konsep atau unit dari bahan pembelajaran. Kemandirian dan pengalaman
siswa terlibat secara aktif lebih diutamakan dalam memanfaatkan modul. Salah satu
mata pelajaran yang membutuhkan kemandirian adalah mata pelajaran Seni Budaya
dan Ketrampilan (SBK).Tujuan pengembangan modul SBK “Apresiasi Karya Seni
Rupa” diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan menemukan jawaban sendiri atas
kegiatan yang ada pada modul, sehingga siswa dapat meningkatkan kemandirian dalam
belajar SBK dan dapat meningkatkan prestasi belajar.Teknik pengumpulan data dari
ahli materi dan ahli media adalah menggunakan instrumen berbentuk angket,
sedangkan untuk siswa menggunakan instrumen wawancara dan tes. Hasil dari angket
dan wawancara tersebut digunakan sebagai acuan dalam merevisi produk, sedangkan
tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah menggunakan modul.Berdasarkan
hasil tahapan uji coba kelompok besar, yakni uji coba pada kelas IVA diperoleh data t
hitung lebih besar dari t tabel yakni 17,562 > 2,021. Maka, dapat disimpulkan bahwa
modul SBK “Apresiasi Karya Seni Rupa” tergolong efektif karena dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Kata kunci : Pengembangan, modul, Seni Budaya dan Ketrampilan, prestasi belajar
Abstract
The module is a self instructional medium learning process containing single concept
or unit of study materials. Independence and experience of the students actively
involved in uses of modules are preferred. One of the subject are require a selfreliance is the cultural arts and skills subject.Appreciation artistry face is expect the
students to learn independently and to find their own resolution towards the existing
activities mentioned in the module, with regards the students can increase their selfreliance in cultural arts and skills and the learning achievement.Questionnaires form
are used as data collection techniques of matter experts and media specialists, while
interview and test instrument are used for students. The results of distributed
questionnaires and interviews are used as a reference in revising the product, while the
test is to determine the student achievement after using the module.Based on the results
of a large group, class IVA data obtained t count is greater than the table t 17.562 >
2.021. it can be concluded that the science module in "Appreciation Artistry Face” is
effective because it will improve the student achievement.
Key words: development, media modules, cultural arts and skills , learning
achievement
aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan (SBK),
aspek budaya tidak dibahas secara
tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni.
Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya
dan Keterampilan (SBK) pada dasarnya
merupakan pendidikan seni yang berbasis
budaya.
1. PENDAHULUAN
Muatan
seni
budaya
dan
keterampilan
sebagaimana
yang
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan tidak
hanya terdapat dalam satu mata pelajaran
karena budaya itu sendiri meliputi segala
1
Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa”
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan.
Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216
Pendidikan Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) diberikan di sekolah
karena keunikan, kebermaknaan, dan
kebermanfaatan
terhadap
kebutuhan
perkembangan peserta didik, yang terletak
pada pemberian pengalaman estetik dalam
bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan
berapresiasi melalui pendekatan: “belajar
dengan seni,” “belajar melalui seni” dan
“belajar tentang seni.” Peran ini tidak
dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.
Pendidikan Seni Budaya dan
Keterampilan memiliki sifat multilingual,
multidimensional,
dan
multikultural.
Multilingual bermakna pengembangan
kemampuan mengekspresikan diri secara
kreatif dengan berbagai cara dan media
seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran
dan
berbagai
perpaduannya.
Multidimensional
bermakna
pengembangan
beragam
kompetensi
meliputi
konsepsi
(pengetahuan,
pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi,
dan
kreasi dengan cara memadukan
secara harmonis unsur estetika, logika,
kinestetika, dan etika. Sifat multikultural
mengandung makna pendidikan seni
menumbuhkembangkan kesadaran dan
kemampuan apresiasi terhadap beragam
budaya Nusantara dan Mancanegara. Hal
ini merupakan wujud pembentukan sikap
demokratis
yang
memungkinkan
seseorang hidup secara beradab serta
toleran dalam masyarakat dan budaya
yang majemuk.
Pendidikan Seni Budaya dan
Keterampilan di sekolah dasar memiliki
peranan dalam pembentukan pribadi
peserta didik yang harmonis dengan
memperhatikan kebutuhan perkembangan
anak dalam mencapai multikecerdasan
yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal,
interpersonal, visual spasial, musikal,
linguistik, logik matematik, naturalis serta
kecerdasan
adversitas,
kecerdasan
kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral,
dan kecerdasan emosional.
Apresiasi karya seni rupa adalah satu
materi yang terdapat pada mata pelajaran
Seni Budaya. Materi apresiasi karya seni
rupa termasuk kedalam ruang lingkup
mengapresiasi karya seni rupa . Materi ini
memiliki tujuan agar siswa dapat
mendeskripsikan karya seni rupa terapan
dan seni rupa murni dan mengekpresikan
dalam bentuk karya seni rupa yang berada
di lingkungan sekitar. Berdasarkan
Standar Isi Mata Pelajaran Seni Budaya
dan Ketrampilan SD/MI yang menekankan
pada kemandirian siswa dan pemberian
pengalaman belajar secara langsung, maka
materi apresiasi karya seni rupa diperlukan
adanya suatu media yang mendukung
aktivitas siswa dalam mempelajari
apresiasi karya seni rupa sehingga siswa
dapat
belajar
mandiri
dan
mengembangkan potensi berpikirnya.
Namun, hal tersebut tidak tampak disalah
satu SD di Kecamatan Babat, Lamongan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan pada semester gasal 2012/2013
di SDN Babat VI Babat-Lamongan dalam
pemanfaatan media untuk pelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan siswa hanya
menggunakan LKS. LKS yang digunakan
siswa dalam pembelajaran merupakan
media by utilization, yaitu media jadi yang
siap digunakan tanpa menganalisis
kebutuhan sekolah. Meskipun LKS
tersebut dapat digunakan, namun isi yang
terkandung belum mewakili seluruh materi
yang telah ditetapkan sesuai dengan
kurikulum sekolah dan standar isi mata
pelajaran seni budaya dan keterampilan,
sehingga
ketercapaian
tujuan
pembelajaran tidak optimal.
Dari hasil dokumentasi diperoleh
nilai rata-rata ulangan harian pada
pelajaran seni budaya dan ketrampilan
hanya mencapai 6,5 dengan ketuntasan
56%. Kondisi ini menggambarkan bahwa
pemahaman
siswa
dalam
proses
pembelajaran masih rendah sehingga
menyebabkan
hasil
belajar
siswa
cenderung rendah meskipun telah
menggunakan LKS.
Berdasarkan wawancara terhadap
siswa diperoleh informasi bahwa siswa
mengalami kesulitan mempelajari materi
seni budaya pada buku LKS, selain itu
siswa bosan dengan metode yang
diajarkan oleh guru dalam menerangkan
pelajaran seni budaya dan ketrampilan
yang dilakukan secara klasikal dengan
metode ceramah. Pada dasarnya siswa
kelas IV di SDN Babat VI BabatLamongan rata-rata berusia 10-11 tahun.
Menurut tahapan perkembangan kognitif
Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa”
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan
Piaget (Trianto, 2007:15) pada rentang
usia ini anak berada pada periode
operasional konkrit. Untuk itu dalam
penyampaian
materi
seharusnya
memberikan kemandirian dan pengalaman
belajar secara langsung sehingga siswa
dibiasakan untuk mengembangkan potensi
berpikirnya.
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan, data dokumentasi, dan
dibutuhkan media untuk membantu guru
dalam pembelajaran Seni Budaya dan
Ketrampilan (SBK). Media pembelajaran
dimaksudkan dapat membantu guru
memperkaya materi dan memperjelas
pesan serta membantu guru mempermudah
proses pembelajaran.
Terdapat beberapa pilihan media
yang
dapat
dikembangkan
untuk
membantu guru dalam pembelajaran Seni
Budaya dan Ketrampilan (SBK). Pilihan
media tersebut antara lain, CAI, power
point, dan media cetak modul.
Salah satu media yang efektif,
efisien, dan mengutamakan kemandirian
adalah media berbasis cetak modul. Para
ahli menyatakan proses belajar dengan
menggunakan modul menuntut keaktifan
siswa agar dapat belajar mandiri dengan
bantuan minimal dari guru. Selain itu, di
SDN Babat VI Babat-Lamongan belum
memiliki laptop dan fasilitas lab. komputer
yang memadai.
Modul merupakan paket pengajaran
yang bersifat self-instructional yang
memuat satu konsep atau unit daripada
bahan pembelajaran. Kemandirian dan
pengalaman siswa terlibat secara aktif
lebih diutamakan dalam memanfaatkan
media
modul.
Menurut
Winkel
(2009:472), bahwa modul merupakan
satuan program belajar mengajar yang
terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri
secara perseorangan atau diajarkan oleh
siswa kepada dirinya sendiri (selfinstructional). Anwar (2010) menyatakan
bahwa modul adalah bahan ajar yang
disusun secara sistematis dan menarik
yang mencakup isi materi, metode dan
evaluasi yang dapat digunakan secara
mandiri untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan.
Modul yang akan dikembangkan
memiliki spesifikasi sebagai berikut:
a. Pendahuluan
yang
terdiri
atas
deskripsi,
kemampuan
prasyarat,
kompetensi dasar, indikator, pokokpokok
pelajaran,
prosedur
pembelajaran, dan evaluasi
b. Pembahasan yang terdiri atas teks
bacaan, lembar kegiatan siswa, lembar
kerja siswa
c. Penutup terdiri atas tes evaluasi dan
pedoman Penilaian
2. KAJIAN PUSTAKA
Seels & Richey (Warsita, 2008:13),
mengemukakan
bahwa
”Teknologi
pembelajaran adalah teori dan praktik
dalam
desain,
pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi
tentang proses dan sumber untuk belajar”.
Menurut Soeharto, dkk (2008:15),
bahwa teknologi pembelajaran adalah
proses yang kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang prosedur, ide, peralatan,
dan organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari cara pemecahan,
melaksanakan,
mengevaluasi
dan
mengelola pemecahan masalah-masalah
dalam situasi dimana kegiatan belajar itu
mempunyai tujuan dan terkontrol.
Ada lima domain atau bidang
garapan
teknologi
pembelajaran
berlandaskan definisi AECT 1994, yaitu
desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, dan penilaian tentang proses
dan sumber untuk belajar. (Warsita,
2008:20).
Kawasan
desain
atau
perancangan menurut Seels & Richey
(Warsita, 2008:21), mencakup penerapan
berbagai teori, prinsip, dan prosedur dalam
melakukan perencanaan atau mendesain
suatu program atau kegiatan pembelajaran
yang dilakukan secara sistemis dan
sistematis.
Kawasan
pengembangan
menurut Seels & Richey (Warsita,
2008:26), dapat diorganisasikan dalam
empat katagori : teknologi cetak, teknologi
audio visual, teknologi berbasis komputer,
dan multimedia. Seels & Richey (Warsita,
2008:28), menyatakan bahwa teknologi
cetak adalah cara untuk memproduksi atau
menyampaikan bahan, seperti buku-buku,
modul dan bahan-bahan visual yang statis,
3
Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa”
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan.
Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216
terutama melalui proses pencetakan
mekanis atau fotografis. Seels & Richey
(Warsita,
2008:29),
mengemukakan
bahwa teknologi audio visual adalah cara
memproduksi dan menyampaikan bahan
dengan menggunakan peralatan dan
elektronik untuk menyajikan pesan-pesan
audio dan visual. Seels & Richey (Warsita,
2008:33), menyatakan bahwa teknologi
berbasis komputer merupakan cara-cara
memproduksi dan menyampaikan bahan
belajar dengan menggunakan perangkat
yang bersumber pada mikroprosesor. Seels
&
Richey
(Warsita,
2008:36),
mengemukakan bahwa multimedia atau
teknologi terpadu merupakan cara untuk
memproduksi dan menyampaikan bahan
belajar dengan memadukan beberapa jenis
media yang dikendalikan komputer.
Kawasan
pemanfaatan
merupakan
tindakan menggunakan metode dan model
instruksional, bahan dan peralatan media
untuk meningkatkan suasana pembelajaran
(Warsita, 2008:37). Fungsi pemanfaatan
sangat penting karena keterkaitannya
antara peserta didik dengan bahan belajar
atau sistem pembelajaran. Kawasan
pengelolaan menurut Seels & Richey
(Warsita, 2008:50), meliputi pengendalian
teknologi
pembelajaran
melalui:
perencanaan,
pengorganisasian,
pengkoordinisasian dan supervisi.
Kawasan pengelolaan menurut Seels
& Richey (Warsita, 2008:50), terdiri atas
pengengelolaan
proyek,
pengelolaan
sumber, pengelolaan sistem penyampaian,
dan pengelolaan informasi. Kawasan
penilaian menurut Seels & Richey
(Warsita, 2008:53), merupakan proses
penentuan
memadai
tidaknya
pembelajaran dan belajar yang mencakup:
(1) analisis masalah; (2) pengukuran acuan
patokan; (3) penilaian formatif; dan (4)
penilaian sumatif.
Berdasarkan kawasan teknologi
pembelajaran, maka keterkaitan modul
dengan teknologi pembelajaran terletak
pada kawasan pengembangan yaitu
khususnya pada pengembangan teknologi
cetak.
Menurut Winkel (2009:472), bahwa
modul merupakan satuan program belajar
mengajar yang terkecil, yang dipelajari
oleh siswa sendiri secara perseorangan
atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya
sendiri (self-instructional). Anwar (2010),
menyatakan bahwa modul adalah bahan
ajar yang disusun secara sistematis dan
menarik yang mencakup isi materi,
metode dan evaluasi yang dapat digunakan
secara
mandiri
untuk
mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Menurut Wijaya (1988:129), ciriciri pengajaran modul adalah :
a. Siswa dapat belajar individual, ia
belajar dengan aktif tanpa bantuan
maksimal dari guru.
b. Tujuan pelajaran dirumuskan secara
khusus. Rumusan tujuan bersumber
pada perubahan tingkah laku.
c. Tujuan dirumuskan secara khusus
sehingga perubahan tingkah laku
yang terjadi pada diri siswa segera
dapat diketahui. Perubahan tingkah
laku diharapkan sampai 75%
penguasaan tuntas (mastery learning)
Pendidikan seni pada hakikatnya
merupakan proses pembentukan manusia
melalui seni. Pendidikan seni secara
umum berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan setiap anak (peserta didik)
menentukan pemenuhan dirinya dalam
hidup, untuk mentransmisikan warisan
budaya, memperluas kesadaran sosial dan
sebagai
jalan
untuk
menambah
pengetahuan.
Seni budaya dan ketrampilan adalah
kelompok mata pelajaran estetika yang
memiliki karakteristik pembelajaran yang
khas dalam mencapai standar kompetensi
dan kompetensi dasarnya. Selanjutnya
pada pengantar pelajaran Seni budaya
untuk SD/MI dikatakan bahwa muatan
seni
budaya
sebagaimana
yang
diamanatkan oleh PP no. 19 tahun 2005
tentang Standart Nasional Pendidikan
tidak hanya terdapat dalam satu mata
pelajaran karena budaya itu sendiri
mencakup segala aspek kehidupan.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan prestasi belajar adalah
“Penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”.
Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa”
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan
Qahar
(Djamarah,
1994:20)
menyatakan bahwa prestasi adalah apa
yang telah dapat diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan jalan keuletan
kerja. Sedangkan Harahap (Djamarah,
1994:20) berpendapat bahwa prestasi
adalah "penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan siswa
berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada siswa.
Sehingga diharapkan dengan adanya
modul SBK “Apresiasi Karya Seni Rupa”
siswa dapat belajar secara mandiri dengan
mengerjakan lembar kegiatan siswa serta
dapat meningkatkan prestasi belajar.
Dalam mengembangkan modul SBK
“Apresiasi Karya Seni Rupa” terdapat tiga
pilihan model pengembangan yakni model
R & D, model Fenrich dan model
Sadiman. Model pengembangan yang
3. METODE PENGEMBANGAN
Berdasarkan
beberapa
model
pengembangan yang telah disebutkan pada
Bab II, maka model pengembangan yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
mengembangkan media cetak modul ini
adalah model pengembangan). Langkahlangkah pengembangan tersebut sebagai
berikut:
a. Menganalisis
Kebutuhan
dan
Karakteristik Siswa.
b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran.
c. Merumuskan Butir-Butir Materi Secara
Terperinci
Yang
Mendukung
Tercapainya Tujuan.
d. Mengembangkan
Alat
Pengukur
Keberhasilan.
e. Pembuatan Naskah Media (lay out)
f. Mengadakan uji coba dan revisi
Adapun desain uji coba yang
dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Kegiatan awal pengembangan
dipilih
oleh
peneliti
dalam
mengembangkan media cetak modul
sebagai media pembelajaran adalah
model pengembangan Arif Sadiman
dengan alasan bahwa :
a. Model pengembangan Sadiman
dapat digunakan sebagai acuan
dalam
pengembangan
media
modul, karena tahapan awal model
ini adalah menganalisis kebutuhan
untuk mengetahui karakterisitik
siswa dan permasalahan apa yang
dialami dalam kegiatan belajar
mengajar
sebelum
mengembangkan
media.
Sedangkan model Banathy dan
model Paulina Pannen pada
tahapan awal adalah merumuskan
tujuan
tanpa
menganalisis
kebutuhan siswa terlebih dahulu.
b. Model pengembangan Sadiman,
dipandang lebih tepat karena
mengarah
pada
proses
pengembangan
yang
menghasilkan produk, sedangkan
model Banathy mengarah pada
desain pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan yang
dilakukan
adalah
melakukan
konsultasi dengan pembimbing
untuk menentukan ahli materi dan
ahli media. Konsultasi ini bertujuan
untuk mendapatkan saran dan
masukan tentang pengembangan
modul lebih lanjut. Hasil dari
kegiatan
awal
pengembangan
adalah konsep dasar yang nantinya
akan dijadikan sebagai bahan
pembuatan modul cetak.
b. Tahap pertama
Menyusun bahan yang telah
dikonsultasikan dari kegian awal
menjadi
draft
I.
Kemudian
dilakukan uji coba satu-satu pada
siswa. Untuk mengetahui pendapat
siswa
terhadap
modul
yang
dikembangkan.
c. Tahap Kedua
Menyusun draft II yang dilakukan
berdasarkan pada hasil analisis
tahap pertama. Setelah penyusunan
draft II selesai dilakukan maka
kegiatan
selanjutnya
adalah
melakukan uji coba pada kelompok
kecil
5
Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa”
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan.
Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216
d. Tahap ketiga
Setelah melakukan uji coba pada
kelompok kecil, dan merevisi media
sesuai dengan hasil analisis. Maka
tahap selanjutnya adalah menyusun
draft III. Draft III inilah yang
nantinya akan digunakan sebagai
bahan uji coba lapangan. Peneliti
melakukan percobaan terhadap
siswa
kelas
IVA
dengan
menggunakan
media
modul,
sedangkan untuk siswa kelas IVB
menggunakan buku paket. untuk
mengetahui apakah ada perbedaan
nilai
sebelum
dan
sesudah
menggunakan, maka rumus t-tes
yang digunakan menurut Suharsimi
(2006:306) sebagai berikut :
......................(1)
Keterangan :
Md
= mean dari perbedaan pre test
dengan post test (post testpre test)
xd
= deviasi masing-masing
subjek (d- Md)
2
∑X d = jumlah kuadrat deviasi
N
= subjek pada sampel
d.b. = ditentukan dengan N – 1
Berdasarkan perhitungan rumus
di atas dengan taraf signifikan 5%
maka db = N – 1 = X kemudian
dikonsultasikan dengan t tabel = Y.
Jika ternyata t hitung lebih besar dari t
tabel maka hal ini menunjukkan bahwa
prestasi belajar siswa kelas IVA
mengalami
peningkatan
setelah
memanfaatkan modul yang telah
dikembangkan
oleh
pengembang
B
daripada kelas IV . Namun jika t
hitung lebih kecil dari t tabel maka
hasil belajar siswa kelas IVA
mengalami
penurunan
setelah
memanfaatkan modul yang telah
dikembangkan oleh pengembang.
4. HASIL PENGEMBANGAN
Produk yang dihasilkan dalam
pengembangan ini adalah berupa
modul yang terdiri dari dua komponen,
yaitu modul dan kunci jawaban. Modul
yang dimaksud dalam pengembangan
adalah
berupa
bahan
cetak.
Pengembangan modul cetak ini
berdasarkan
pada
model
pengembangan
Sadiman
dengan
langkah-langkah yang telah dijelaskan
pada Bab III.
Spesifikasi
Modul
SBK
“Apresiasi Karya Seni Rupa” sebagai
berikut:
a. Bentuk modul adalah Persegi panjang.
b. Ukuran panjang modul (29,7 cm),
Lebar (21 cm) disesuaikan dengan
genggaman anak SD berumur 10-11
tahun.
c. Ukuran tulisan isi materi (12).
d. Jenis tulisan isi materi (Geogia dan
Segoe UI).
e. Warna tulisan pada isi materi (hitam,
biru dan merah) dan cover (oranye,
merah).
f. Gambar pada cover disesuaikan dengan
materi apresiasi karya seni rupa dan
karakteristik siswa SD.
g. Bahan yang digunakan untuk cover
(kertas glossy ketebalan 210 gsm) dan
Isi materi (kertas dengan ketebalan
80gsm).
Untuk kunci jawaban dicetak
terpisah dengan modul, tujuannya
adalah untuk melatih kreativitas siswa,
sehingga siswa mampu menjawab
pertanyaan yang disediakan di dalam
modul sesuai dengan kemampuan dan
daya nalar siswa.
Uji coba dilaksanakan setelah
pengembang menyelesaikan draft I media.
Media yang telah dikembangkan ini
diujicobakan pada ahli materi, ahli media
dan juga siswa. Uji coba yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui tingkat
keefektifan, efisiensi dan kemenarikan
modul yang dikembangkan. Semua data
yang diperoleh dari kegiatan uji coba akan
Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa”
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan
dijelaskan lebih rinci pada keterangan
berikut :
mengalami
peningkatan
setelah
memanfaatkan modul cetak hasil
pengembangan ini.
Berdasarkan reviu ahli materi
diperoleh bahwa daya tarik media
modul 79,95% hal ini berarti bahwa
daya tarik media adalah baik dan
menarik. Comprehention 81,67% hal
ini berarti bahwa pemahaman media
adalah baik dan mudah dipahami
siswa. Credibility media 80% hal ini
berarti bahwa credibility media adalah
baik dan sesuai dengan standar isi mata
pelajaran SBK. Standar teknis media
82,50% hal ini berarti bahwa standar
teknis media adalah baik. Reviu ahli
media diperoleh bahwa daya tarik
media 81,6% hal ini berarti bahwa
daya tarik media adalah sangat baik
sekali. Comprehention 78,33% hal ini
berarti bahwa pemahaman adalah
sangat baik. Standart teknis media
83,75% hal ini berarti bahwa standar
teknis adalah sangat baik sekali. Hasil
wawancara pada uji coba perorangan
diperoleh daya tarik media 93,34% hal
ini berarti bahwa daya tarik media
adalah sangat baik sehingga tidak perlu
direvisi. Pemahaman media 66,67% hal
ini berarti bahwa pemahaman adalah baik
sehingga tidak perlu direvisi. Sedangkan
dari hasil wawancara pada kelompok
kecil diperoleh bahwa daya tarik media
100% ini berarti bahwa daya tarik
media adalah sangat baik sehingga
tidak perlu direvisi. Pemahaman media
96,66% hal ini berarti bahwa
pemahaman adalah sangat baik
sehingga tidak perlu direvisi.
Berdasarkan perhitungan uji t
dengan taraf signifikan 5 %, nilai db
=N–1= 41–1= 40, maka diperolehlah t
tabel 2,021. Dengan demikian maka t
hitung lebih besar dari t tabel yakni
17,562 > 2,021. Maka hasil pre tes
dan pos tes untuk kelas VA berbeda
secara signifikan. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa kelas VA SDN Tanah
Kali Kedinding VIII Surabaya
5. SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian diatas dapat
diambil simpulan dan saran yang akan
dijelaskan pada sub bab selanjutnya.
5.1 Simpulan
1. Berdasarkan hasil uji coba kepada
ahli materi dan ahli media
diperoleh data kuantitatif dengan
prosentase hasil 78,5% dan
79,75% untuk aspek pemahaman
materi
dan
kemudian
menghasilkan data kualitatif yang
menyatakan
bahwa
modul
berkategorikan baik, sehingga
modul yang diproduksi layak
dimanfaatkan karena membantu
guru dalam menerangkan materi.
2. Berdasarkan hasil tahapan uji coba
kelompok besar, yakni uji coba
pada kelas IVA diperoleh data t
hitung lebih besar dari t tabel
yakni
17,562 > 2,021.
Artinya bahwa ada peningkatan
prestasi
belajar
setelah
menggunakan modul.
Maka dapat disimpulkan bahwa
diperlukan modul SBK “Apresiasi
Karya Seni Rupa” ini karena didesain
sesuai dengan standar isi mata
pelajaran SBK yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran mandiri,
sehingga siswa dapat memanfaatkan
modul meskipun tanpa kehadiran guru
di kelas. Selain itu, didalam modul
terdapat Lembar Kegiatan Siswa dan
soal-soal,
sehingga
dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
7
Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa”
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan.
Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216
5.2 Saran
Penelitian pengembangan modul
SBK “Apresiasi Karya Seni Rupa” ini,
memiliki saran antara lain :
1. Modul
cetak
ini
didesain
dilengkapi dengan lembar kerja
siswa. Pemanfaatan modul ini
dalam
pembelajaran,
guru
memberikan kepercayaan pada
siswa untu dapat belajar mandiri
dan guru tidak lagi menjadi
sumber informasi tunggal di dalam
kelas, melainkan guru berperan
sebagai fasilitator
2. Untuk pengembangan modul SBK
selanjutnya hendaknya modul
lebih
memperbanyak
materi
gambar yang lebih berwarna
daripada materi berbentuk teks.
3. Produk pengembangan ini tidak
hanya terfokus pada materi SBK
tentang Apresiasi Karya Seni
Rupa, tetapi dapat dikembangkan
pada bab selanjutnya seperti
Berkarya Relief.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Arsyad,
Azhar.
2007.
Media
Pembelajaran. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Arthana dan Damajanti. 2005. Evaluasi
Media Pembelajaran. Surabaya.
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan. Kamus Besar
Bahasa
Indonesia.
1999
Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994.
Prestasi
Belajar
dan
Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional
Mulyasa. 2008. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mustaji.2008. Pembelajaran Mandiri.
Surabaya: Unesa FIP.
Berry,C.E. 1995. Widya Wiyata
Pertama Anak-Anak: Musik
dan Seni Rupa. Jakarta: Tira
Pustaka.
Rahayu, Tri dan Tristiasdi. 2004.
Observasi dan Wawancara.
Malang: Bayumedia Publishing
Rusijono dan Mustaji. 2008. Penelitian
Teknologi
Pembelajaran.
Surabaya: Unesa University
Press.
Sadiman,
Arief.
2007.
Media
Pendidikan.
Jakarta:
PT.
Rajagrafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan
Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta : Kencana.
Soeharto, Karti. dkk. 2008. Teknologi
Pembelajaran.
Surabaya:
Surabaya Intellectual Club.
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad.
2007.
Media
Pengajaran.
Bandung:
Sinar
Baru
Algesindo.
Suparman, Atwi. 1997. Desain
Instruktional. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suryaningsih, Nunik Setiyo. 2010.
Pengembangan media cetak
modul
sebagai
media
pembelajaran mandiri pada
mata
pelajaran
teknologi
Informasi dan Komunikasi
kelas VII semester 1 di SMPN
4 Jombang. Surabaya: Skripsi
yang tidak dipublikasikan.
Syah, Mohibbin. 2008. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan
Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan
Praktek.
Jakarta:
Prestasi
Pustaka Publisher.
Utomo, Tjipto. 1991. Peningkatan dan
Pengembangan
Pendidikan.
Pengembangan Modul Seni Budaya dan ketrampilan “ Apresiasi Karya Seni Rupa”
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Babat VI Babat- Lamongan
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Vembriarto, St. 1975. Pengantar
Pengajaran Modul. Yogyakarta.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi
Pembelajaran: Landasan dan
Aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Wijaya, Cece,.dkk. 1988. Upaya
Pembaharuan
Dalam
Pendidikan dan Pengajaran.
Bandung: Remadja Karya.
Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran.
Yogyakarta : Media Abadi.
9
Download