trofik level hasil tangkapan berdasarkan alat

advertisement
TROFIK LEVEL HASIL TANGKAPAN BERDASARKAN ALAT
TANGKAP YANG DIGUNAKAN NELAYAN
DI BOJONEGARA, KABUPATEN SERANG, BANTEN
SISKA APRILIA
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Trofik Level Hasil Tangkapan
Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan Nelayan di Bojonegara, Kabupaten
Serang, Banten adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 4 Maret 2011
Siska Aprilia
ABSTRAK
SISKA APRILIA, C44061691. Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat
Tangkap yang Digunakan Nelayan di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten.
Dibimbing oleh AM AZBAS TAURUSMAN dan MULYONO S. BASKORO.
Trofik level adalah posisi suatu organisme dalam jaring makanan. Sumberdaya
ikan sering dibedakan pada selang trofik level yang berbeda. Oleh karena itu,
menjadi pertanyaan penting apakah spesies ikan yang ditangkap pada trofik level
berhubungan dengan jenis alat tangkap yang digunakan. Tujuan dari penelitian
ini adalah: (1) mendeskripsikan status perikanan tangkap di Bojonegara,
Kabupaten Serang; (2) mengetahui komposisi hasil tangkapan nelayan menurut
jenis alat tangkap dan trofik levelnya; dan (3) memahami dampak penggunaan
suatu alat tangkap terhadap ekosistem. Metode yang digunakan adalah deskriptif
survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis alat tangkap utama yang
digunakan nelayan di Bojonegara adalah payang, payang ampera, payang bondet,
jaring insang dan pancing. Jenis tangkapan utama masing-masing dari alat
tangkap tersebut adalah ikan teri nasi (Stolephorus commersonnii), lemuru
(Sardinella longiceps), belanak (Valamugil speigleri), kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) dan tenggiri (Scomberomorus commerson). Ukuran ratarata panjang total jenis ikan hasil tangkapan utama masing-masing alat tangkap
tersebut adalah teri nasi (3,4 ± 0,2 cm), lemuru (16,6 ± 0,5 cm), belanak (17,7±
1,0 cm), kembung lelaki (18,2 ± 0,7 cm) dan tenggiri (56,1 ± 6,2 cm). Berat ratarata hasil tangkapan utama masing-masing jenis ikan tersebut adalah lemuru (43,8
± 10,7 gram), belanak (63,0 ± 10,8 gram), kembung lelaki (57,0 ± 9,2 gram) dan
tenggiri (1085,5 ± 223,8 gram). Trofik level yang ditangkap didominasi oleh jenis
omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton) (TL3 yaitu 2,9 - 3,7),
seperti ikan kembung dan teri nasi. Sebagian besar hasil tangkapan utama
nelayan berada di bawah ukuran standar tangkap menurut indikator length at first
maturity sehingga dalam jangka panjang berpotensi mengganggu keberlanjutan
sumberdaya ikan di Teluk Banten.
Kata kunci: Trofik level, hasil tangkapan, alat tangkap
ABSTRACT
SISKA APRILIA, C44061691. Trophic Level of Catch Related to Fishing Gears
Used by Fishermen in Bojonegara, Serang District, Banten. Supervised by AM
AZBAS TAURUSMAN and MULYONO S. BASKORO.
Trophic level is a structure of organism in food chain. Fish resources often
distinguished at different level interval. Thus, it is an important question that
species which are caught at the trophic level have connected with the fishing
gears. The purposes of this research are: (1) to describe the status of fisheries in
Bojonegoro, Serang Regency; (2) to know the catch composition related to fishing
gears and trophic level; (3) to understand the effect of fishing gears on
ecosystem. This research used survey descriptive as the method. The result of
this study showed that the major fishing gears which used by fishermen in
Bojonegara were payang, payang ampera, payang bondet, gill net and hand line.
The main catch species by each fishing gears were anchovi (Stolephorus
commersonnii), Indonesia oil sardine (Sardinella longiceps), mullet (Valamugil
speigleri), stripped mackerel (Rastrelliger kanagurta) and barred spanish
mackerel (Scomberomorus commerson). The average total length of the fish catch
were anchovi (3.4 ± 0.2 cm), Indonesia oil sardine (16.6 ± 0.5 cm), mullet (17.7±
1.0 cm), stripped mackerel (18.2 ± 0.7 cm) and barred spanish mackerel (56.1 ±
6.2 cm). Meanwhile, the average weight of those fish were Indonesia oil sardine
(43.8 ± 10.7 gram), mullet (63.0 ± 10.8 gram), stripped mackerel (57.0 ± 9.2
gram) and barred spanish mackerel (1085.5 ± 223.8 gram). The trophic level of
fish catch were dominated by omnivorous tend to eat animals (zooplankton) or
TL3 value from 2.9 till 3.7, such as stripped mackerel and anchovi. Most of those
catch in Bojonegara are under the standard size of sustainable fishing which was
lower than value on length at first maturity indicator. As consequence, for a long
time it will potentially treat the sustainability of fish resources in Banten Bay.
Key words: Trophic level, catch, fishing gears, Banten
© Hak cipta IPB, tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
TROFIK LEVEL HASIL TANGKAPAN BERDASARKAN ALAT
TANGKAP YANG DIGUNAKAN NELAYAN
DI BOJONEGARA, KABUPATEN SERANG, BANTEN
SISKA APRILIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul skripsi
: Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap
yang Digunakan Nelayan di Bojonegara, Kabupaten
Serang, Banten
Nama
: Siska Aprilia
NRP
: C44061691
Mayor
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Program studi
: Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Disetujui :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Am Azbas Taurusman, S.Pi, M.Si.
Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc.
NIP 19730510 200501 1001
NIP 19620303 198803 1001
Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.
NIP: 19621223 198703 1 001
Tanggal lulus: 2 Februari 2011
KATA PENGANTAR
Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2010 ini adalah Dampak Kegiatan
Penangkapan terhadap Struktur Komunitas Ikan, dengan judul Trofik Level Hasil
Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan Nelayan di Bojonegara,
Kabupaten Serang, Banten.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1.
Bapak Dr. Am Azbas Taurusman, S.Pi, M.Si. dan Prof.Dr.Ir. Mulyono S.
Baskoro, M.Sc. sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan
bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;
2.
Bapak Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas saran dan arahannya;
3.
Bapak Ir. Ronny Irawan Wahyu, M.Phil sebagai penguji tamu pada sidang
ujian skripsi;
4.
Bapak Juanda selaku Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Wadas dan
nelayan yang telah memberikan informasi dan bantuannya selama penelitian
ini;
5.
Staf Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Serang yang telah
memberikan data-data dan informasi dalam penelitian ini;
6.
Orang tua, adik dan kakak yang telah memberikan dorongan dan dukungan
kepada penulis, serta doanya yang selalu menyertai;
7.
Keluarga besar Wa Pepi dan Wa Cucun yang telah memberikan bantuannya
selama penulis berada di tempat penelitian;
8.
Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Maret 2011
Siska Aprilia
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 April 1988
dari Bapak Lusi Andalusia dan Ibu Ida Sundari.
Penulis
merupakan putri ke dua dari tiga bersaudara.
Penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2006
dan pada tahun yang sama lulus seleksi jalur Undangan Seleksi
Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).
Penulis memilih
mayor Teknologi mayor
dan Manajemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai anggota
Departemen Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan (HIMAFARIN) tahun 2008/2009. Dalam rangka menyelesaikan tugas
akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Trofik
Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan Nelayan di
Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten.”
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................
i
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Penangkapan Ikan .......................................................................
2.2 Selektivitas Alat Penangkapan Ikan ....................................................
2.3 Sumberdaya Perikanan .......................................................................
2.4 Trofik Level .......................................................................................
2.5 Pendekatan Ekosistem ........................................................................
3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................
3.2 Bahan dan Alat ...................................................................................
3.3 Metode Penelitian ...............................................................................
3.3.1 Pengumpulan data ...................................................................
3.3.2 Pengolahan data ......................................................................
3.4 Analisis Data ......................................................................................
4
4
11
11
13
16
19
19
20
20
21
22
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Serang .................................... 26
4.2 Keadaan Umum Perikanan Bojonegara ............................................... 30
4.3 Hasil Tangkapan Utama Berdasarkan Alat Tangkap ........................... 31
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil ...................................................................................................
5.1.1 Karakteristik alat tangkap di Bojonegara .................................
5.1.2 Komposisi ikan dominan hasil tangkapan di Bojonegara .........
5.1.3 Indeks keragaman hasil tangkapan di Kabupaten Serang .........
5.1.4 Variasi temporal hasil tangkapan ............................................
5.1.5 Variasi alat tangkap yang digunakan .......................................
5.1.6 Trofik level hasil tangkapan ....................................................
5.2 Pembahasan ........................................................................................
36
36
39
55
57
57
58
61
6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 67
6.2 Saran .................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 69
LAMPIRAN ................................................................................................. 74
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Tingkatan trofik pada jaring makanan .................................................... 14
2
Jenis data dan metode pengumpulannya ................................................. 20
3
Iklim di Kabupaten Serang ..................................................................... 27
4
Tipe-tipe pantai di Kabupaten Serang ..................................................... 27
5
Jumlah armada tangkap menurut jenis .................................................... 28
6
Jumlah armada tangkap menurut jenis .................................................... 29
7
Kelompok obyek wilayah pesisir Kabupaten Serang ............................... 30
8
Daerah penyebaran ikan tenggiri ............................................................ 35
9
Produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang ...................................... 55
10
Hasil analisis indeks keragaman produksi perikanan
tangkap Kabupaten Serang ..................................................................... 56
11
Hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian dilakukan
menurut responden ................................................................................. 57
12
Hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap menurut responden ............ 58
13
Jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan di Bojonegara .......... 58
14
Hasil jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan
di Bojonegara ......................................................................................... 60
15
Hasil pengukuran rataan dan standar deviasi panjang dan berat ikan
hasil tangkapan utama di Bojonegara ...................................................... 62
16
Hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian berdasarkan alat
tangkap menurut responden ................................................................... 92
17
Hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap berdasarkan waktu
penelitian menurut responden ................................................................ 94
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Desain dan keadaan payang dalam operasi penangkapan ........................
7
2
Konstruksi pancing ulur .........................................................................
8
3
Konstruksi jaring insang ......................................................................... 10
4
Struktur trofik pada rantai makanan ........................................................ 14
5
Peta lokasi penelitian ............................................................................ 19
6
Cara pengukuran panjang ikan ............................................................... 22
7
Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Serang .........................................
8
Panjang ikan teri nasi hasil tangkapan .................................................... 39
9
Selang kelas panjang total ikan teri nasi ................................................. 40
10
Panjang ikan lemuru hasil tangkapan ...................................................... 41
11
Berat ikan lemuru hasil pengukuran ....................................................... 42
12
Selang kelas panjang total ikan lemuru ................................................... 43
13
Hubungan panjang dan berat ikan lemuru bulan Maret 2010 ................... 43
14
Hubungan panjang dan berat ikan lemuru bulan Mei 2010 ...................... 44
15
Panjang ikan belanak hasil tangkapan ..................................................... 45
16
Berat ikan belanak hasil pengukuran ...................................................... 45
17
Selang kelas panjang total ikan belanak .................................................. 46
18
Hubungan panjang dan berat ikan belanak bulan Maret 2010 ................. 47
19
Hubungan panjang dan berat ikan belanak bulan Mei 2010 .................... 47
20
Panjang ikan kembung lelaki hasil tangkapan ......................................... 48
21
Berat ikan kembung lelaki hasil pengukuran ........................................... 49
22
Selang kelas panjang total ikan kembung lelaki ...................................... 49
23
Hubungan panjang dan berat ikan kembung lelaki bulan Maret 2010 ...... 50
24
Hubungan panjang dan berat ikan kembung lelaki bulan Mei 2010 ......... 51
25
Panjang ikan tenggiri hasil tangkapan ..................................................... 52
26
Berat ikan tenggiri hasil pengukuran ...................................................... 52
27
Selang kelas panjang total ikan tenggiri .................................................. 53
28
Hubungan panjang dan berat ikan tenggiri bulan Maret 2010 ................. 54
29
Hubungan panjang dan berat ikan tenggiri bulan Mei 2010 .................... 54
29
30
Indeks keragaman hasil tangkapan berdasarkan tahun ............................ 56
31
Trofik level hasil tangkapan setiap jenis alat tangkap .............................. 60
32
Komposisi trofik level hasil tangkapan setiap jenis alat tangkap ............. 61
33a Ilustrasi struktur trofik level hasil tangkapan di alam .............................. 65
33b Ilustrasi struktur trofik level hasil tangkapan di lokasi studi .................... 66
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Hasil analisis kuesioner dengan menggunakan Survei Pro 2.0 bulan
Maret dan Mei 2010 ............................................................................... 75
2
Jenis ikan yang didaratkan di Bojonegara ............................................... 81
3
Jenis ikan dan trofik levelnya, kriteria menurut Froese & Pauly (2010) .. 82
4
Data pengukuran hasil tangkapan utama pada penelitian I
bulan Maret 2010 ................................................................................... 83
5
Data pengukuran hasil tangkapan utama pada penelitian I
bulan Mei 2010 ...................................................................................... 85
6
Hasil jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan setiap alat tangkap
yang digunakan nelayan di Bojonegara ................................................... 87
7
Hasil analisis statistik produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang .... 89
8
Hasil analisis statistik hubungan antara jenis ikan dan waktu
penelitian dilakukan ............................................................................... 90
9
Hasil analisis statistik hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap ........ 91
10
Hasil analisis statistik jenis ikan dan waktu penelitian berdasarkan
alat tangkap menurut responden ............................................................. 92
11
Hasil analisis statistik jenis ikan dan alat tangkap berdasarkan waktu
penelitian ............................................................................................... 94
12
Hasil analisis statistik jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan
nelayan di Bojonegara ............................................................................ 96
13
Unit penangkapan payang ...................................................................... 97
14
Unit penangkapan payang ampera .......................................................... 98
15
Unit penangkapan payang bondet ........................................................... 90
16
Unit penangkapan jaring koped (jaring insang) .....................................
100
17
Unit penangkapan pancing ...................................................................
101
18
Hasil tangkapan utama .........................................................................
102
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikanan tangkap adalah suatu upaya/kegiatan yang menyangkut
pengusahaan suatu sumberdaya di laut atau melalui perairan umum melalui cara
penangkapan baik secara komersial atau tidak. Kegiatan ini meliputi penyediaan
prasarana,
sarana,
kegiatan
penangkapan,
penanganan
hasil
tangkapan,
pengolahan serta pemasaran hasil (Nurhakim, 2006).
Penangkapan ikan memiliki dampak langsung dan tidak langsung pada
pantai dan ekosistem pesisir. Dampak ini diidentifikasi pada skala waktu dan
level yang berbeda pada populasi, komunitas dan ekosistem. Saat ini ekosistem
laut telah mengalami penurunan kondisi alaminya, baik keragaman spesies
maupun biomassanya (Jackson et al., 2001 vide Stergiou et al., 2007).
Pengelolaan sumberdaya perikanan adalah suatu tindakan melalui
pembuatan peraturan yang didasari oleh kajian ilmiah yang kemudian dalam
pelaksanaannya diikuti oleh kegiatan monitoring, controlling dan surveilance
dengan tujuan akhirnya adalah suatu kelestarian sumberdaya perikanan dan
lingkungannya serta memberikan keuntungan secara ekonomi dan biologi. Arti
pengelolaan mencakup pengembangan dan pengendalian, dimana acuan yang
dianut dalam pelaksanaannya adalah konsep perikanan yang bertanggung jawab
(Nurhakim, 2006).
Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan merupakan salah satu
implementasi dari perikanan bertanggung jawab. Pendekatan ekosistem dalam
pengelolaan perikanan merupakan istilah yang digunakan dalam kerangka
menggabungkan dua prinsip yang berbeda yaitu pengelolaan perikanan
konvensional dan pengelolaan berbasis ekosistem.
Pengelolaan berbasis
ekosistem lebih terfokus kepada pengelolaan untuk kelestarian ekosistem yang
ada sedangkan pengelolaan perikanan secara konvensional lebih terfokus kepada
kegiatan perikanan dan sumberdaya target untuk bidang ekonomi dan kebutuhan
pangan (FAO, 2005).
2
Pada dasarnya trofik level adalah posisi suatu organisme dalam jaring
makanan (Froese & Pauly, 2000). Konsep trofik level telah membuka topik baru
untuk penelitian ekologi laut, seperti:
(1) Perbandingan
berbagai ekosistem berdasarkan distribusi frekuensi trofik
level spesies tertentu (Froese et al., 2005 vide Stergiou et al., 2007).
(2) Hubungan antara trofik level dengan variabel biologi lainnya dengan ukuran
tertentu, misalnya variabel biologi antar spesies (Froese & Pauly, 2000).
Selektivitas alat, baik dalam ukuran alat dan spesies tangkapan dibedakan
sesuai dengan tipe alat, mulai dari yang tidak selektif hingga paling selektif.
Sebagai contoh, trawl, purse seine dan pukat pantai relatif tidak selektif pada
spesies dan ukuran (Millar & Fryer, 1999 vide Stergiou et al., 2007). Selain itu,
teknologi dan mesin penangkapan modern saat ini membantu nelayan dalam
mengakses semua habitat sumberdaya ikan, yang sering dibedakan pada selang
trofik level yang berbeda (Stergiou & Karpouzi, 2002 vide Stergiou et al., 2007).
Oleh karena itu, menjadi pertanyaan penting apakah spesies ikan yang ditangkap
pada trofik level berhubungan dengan jenis alat tangkap yang digunakan,
sehingga dampak penggunaan alat tersebut terhadap ekosistem dapat dianalisis.
Selama ini penelitian tentang hubungan antara kegiatan penangkapan ikan
dan dampaknya terhadap ekosistem telah dilakukan, walaupun masih sangat
terbatas, contoh penelitiannya, yaitu tentang kajian kerusakan ekosistem terumbu
karang akibat penangkapan ikan hias dan pengambilan bunga karang di Kelurahan
Pulau Panggang Kepulauan Pulau Seribu, Jakarta Utara (Mahaza, 2003) serta
penelitian tentang pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan karang di
Pulau Weh, Nangroe Aceh Darussalam (Yulianto, 2010).
Namun penelitian-
penelitian tersebut belum menganalisis potensi dampak kegiatan alat tangkap
terhadap jaring makanan (trofik level). Berdasarkan demikian tersebut, maka
penelitian ini penting untuk dilakukan dalam kerangka mewujudkan pengelolaan
perikanan yang berkelanjutan.
3
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini, adalah:
1) Mendeskripsikan status perikanan tangkap di Bojonegara, Kabupaten
Serang;
2) Mengetahui komposisi hasil tangkapan nelayan menurut jenis alat tangkap
dan trofik levelnya;
3) Memahami dampak penggunaan suatu alat tangkap terhadap ekosistem
(keseimbangan jaring makanan).
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian yang telah dilakukan ini, yaitu:
1) Memberikan informasi ilmiah tentang komposisi hasil tangkapan nelayan di
Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten;
2) Menghasilkan salah satu informasi dalam kerangka pengelolaan perikanan
berbasis ekosistem di wilayah penangkapan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Penangkapan Ikan
Alat penangkapan ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk
menangkap atau mengumpulkan ikan (Diniah, 2008). Timbulnya banyak jenis
alat tangkap dan teknologi penangkapan yang berbeda-beda tidak terlepas karena
lautan Indonesia yang beriklim tropis memiliki banyak sekali jenis ikan, udang
maupun biota laut lainnya yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di samping
itu kondisi dan topografi dasar perairan daerah satu dengan lainnya berbeda
sehingga menjadi salah satu faktor timbulnya banyak jenis alat tangkap. Namun
sebagian dari jenis biota lain yang tidak termasuk sasaran penangkapan,
kadangkala secara tidak sengaja ikut tertangkap pula. Contoh yang paling jelas
adalah penggunaan pukat udang, dimana semua biota dasar ikut tertangkap
(Subani & Barus, 1989).
Alat-alat penangkapan harus dikembangkan sedemikian rupa agar semakin
selektif dan aman terhadap lingkungan hidup sehingga dapat mempertahankan
keanekaragaman jenis dan populasi ikan.
Upaya untuk mempertahankan
keanekaragaman jenis di dalam suatu ekosistem dan ikan yang dimanfaatkan oleh
manusia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ekosistem secara
keseluruhan.
Dengan demikian, karena ikan di laut selalu ditangkap dengan
jaring atau alat lainnya, maka selalu terdapat kemungkinan dimana jenis ikan-ikan
lain tidak sengaja tertangkap oleh jaring, bahkan tidak jarang pula mengalami
kematiannya dengan percuma. Insiden-insiden tersebut hendaknya dihindari atau
dikurangi kemungkinan terjadinya (Barani, 2006).
Menurut Purbayanto et al. (2010) penggunaan setiap jenis teknologi
penangkapan ikan mulai dari yang sederhana hingga modern sedikit atau banyak
akan memberikan dampak negatif terhadap sumberdaya ikan dan lingkungan
perairan. Besarnya dampak yang ditimbulkan secara umum sangat tergantung
dari 4 faktor utama, yaitu:
(1) Daya tangkap (fishing power)
Daya tangkap dari suatu alat tangkap ditentukan oleh dimensi, metode
pengoperasian dan tingkat selektivitas dari alat tangkap tersebut.
5
(2) Intensitas penangkapan
Intensitas ditentukan oleh durasi atau frekuensi operasi penangkapan ikan
yang dilakukan di suatu perairan.
(3) Bahan atau material dari komponen alat tangkap
Jenis bahan atau material dari komponen alat tangkap dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh penggunaan material
sintesis yang tidak dapat didaur ulang secara alami dan penggunaan material
dari bahan-bahan alami seperti batu karang dan kayu mangrove yang dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem pantai dan jelas-jelas dilarang.
(4) Lokasi pengoperasian alat tangkap
Lokasi penangkapan ikan akan menentukan tingkat interaksi/kontak alat
tangkap dengan habitat perairan, sebagai contoh lokasi terumbu karang, dasar
perairan, kolom perairan atau permukaan perairan memiliki dampak yang
tidak sama akibat suatu aktivitas penangkapan ikan.
Meniadakan dampak
negatif
dari
kegiatan
penangkapan terhadap
sumberdaya ikan dan lingkungan perairan merupakan suatu hal yang sangat sulit
dilakukan. Namun, upaya mengurangi atau meminimalisasi dampak penangkapan
ikan merupakan suatu keniscayaan. Besar dan kecilnya upaya tersebut sangat
bergantung dari tingkat kesadaran dan kemauan dari nelayan dan pengusaha
penangkapan serta didukung dengan aturan pemerintah yang dilaksanakan secara
konsisten dan tegas. Kode tindak perikanan bertanggung jawab adalah suatu
tuntutan global untuk mewujudkan kegiatan perikanan tangkap yang bertanggung
jawab dan ramah lingkungan melalui perbaikan selektivitas alat tangkap dan
survival ikan-ikan bukan target penangkapan yang lolos dari alat tangkap
(Purbayanto et al., 2010).
Menurut Purbayanto et al. (2010), teknologi penangkapan ikan ramah
lingkungan diklasifikasikan sebanyak 14 kriteria, yaitu:
(1) Nelayan terlatih yang memahami dan menerapkan konsep efisiensi dan
konservasi;
(2) Tidak membahayakan nelayan dan orang lain di laut;
(3) Sesuai dengan peraturan yang berlaku;
(4) Hemat energi;
6
(5) Tidak menimbulkan polusi;
(6) Terbuat dari bahan yang pengadaannya tidak merusak lingkungan atau
ekosistem yang dilindungi;
(7) Selektif, yaitu ikan yang tertangkap seragam dan sesuai ukuran yang
ditetapkan;
(8) Ikan yang tertangkap legal;
(9) Potensi hilangnya alat tangkap (ghost fishing) yang rendah;
(10) Memanfaatkan ikan secara maksimum;
(11) Menjamin survival dari ikan dan biota laut yang dikembalikan ke laut
(discards);
(12) Tidak menangkap jenis ikan yang dilindungi;
(13) Tidak merusak lingkungan perairan dan habitat;
(14) Tidak menimbulkan konflik dengan kegiatan lainnya.
Alat penangkapan ikan yang dominan dioperasikan di Kabupaten Serang
yaitu payang, pancing dan jaring insang (DKP Kabupaten Serang, 2009).
1) Payang
Payang termasuk ke dalam klasifikasi pukat kantong. Payang adalah pukat
kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari bagian kantong, badan/perut
dan kaki/sayap. Payang mempunyai bagian atas mulut jaring yang menonjol ke
belakang.
Hal ini dikarenakan payang tersebut umumnya digunakan untuk
menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang biasanya hidup di bagian atas air dan
mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah bila telah terkurung jaring.
Payang mempunyai bagian bawah mulut jaring lebih menonjol ke depan maka
kesempatan lolos menjadi terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong jaring.
Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat, sedangkan
bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung yang berukuran
paling besar ditempatkan di bagian tengah dari mulut jaring. Pada kedua ujung
depan kaki/sayap disambung dengan tali panjang yang umumnya disebut tali
selambar (Subani & Barus, 1989). Desain alat tangkap payang dapat dilihat pada
Gambar 1.
7
Sumber: Subani dan Barus, 1989
Gambar 1 Desain dan keadaan payang dalam operasi penangkapan.
Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam
maupun pada siang hari. Pada malam hari terutama hari-hari gelap (tidak dalam
keadaan terang bulan), penangkapan ikan dibantu menggunakan lampu petromak.
Sedangkan penangkapan yang dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu
payaos/rumpon. Namun, penangkapan ikan kadang kala tanpa alat bantu rumpon,
yaitu dengan cara menduga-duga di tempat banyaknya ikan/mencari gerombolan
ikan (Subani & Barus, 1989).
Hasil tangkapan payang terutama jenis-jenis ikan pelagis kecil, seperti ikan
layang, selar, kembung, lemuru, tembang dan japuh. Hasil tangkapan sangat
tergantung pada keadaan daerah dan banyak sedikitnya ikan yang berkumpul di
sekitar rumpon (Subani & Barus, 1989). Menurut Purbayanto et al. (2010), jenis
ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan payang adalah ikan yang hidup
bergerombol pada lapisan permukaan perairan, baik yang bergerombol dalam
jenis yang sama ataupun dalam jenis berbeda ukuran sama.
8
2) Pancing (Hook and lines)
Pancing adalah salah satu alat tangkap yang terdiri dari dua komponen
utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing dapat dibuat dari
bahan benang katun, nilon, polyethylin dan plastik (senar). Mata pancing dibuat
dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Jumlah mata pancing
yang terdapat pada setiap perangkat (satuan) pancing itu dapat tunggal maupun
ganda (dua - tiga buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung
dari jenis pancingnya. Ukuran mata pancingnya bervariasi, disesuaikan dengan
besar kecilnya ikan yang akan ditangkap (dipancing) (Subani & Barus, 1989).
Pancing memilki komponen-komponen lain seperti gandar atau tangkai
(pole, rode), pemberat (sinker), pelampung (float), kili-kili (swivel) adalah alat
penyambung tali pancing dengan tali pancing berikutnya agar tidak mudah terbelit
bila pancing dimakan ikan (Subani & Barus, 1989). Konstruksi alat tangkap
pancing dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber: Nurhayati, 2006
Gambar 2 Konstruksi pancing ulur.
9
Umpan yang digunakan pada alat tangkap pancing yaitu umpan mati, umpan
hidup dan umpan tiruan. Umpan tiruan merupakan umpan palsu yang dapat
menarik perhatian ikan. Ikan yang tertangkap pada pancing biasanya terkait di
bagian mulutnya. Hal ini terjadi karena ikan terangsang dan tertarik pada umpan,
kemudian berusaha menyambarnya yang pada akhirnya terkait (Subani & Barus,
1989).
Dilihat dari cara pengoperasiannya pancing dapat dilabuh (pancing ladung,
rawai biasa dan rawai cucut), ditarik di belakang perahu/kapal yang sedang dalam
keadaan berjalan (trolling) baik menelusuri lapisan permukaan air, lapisan tengah
(pancing cumi-cumi) maupun di dasar perairan (pancing garit) dan dihanyutkan
(rawai tuna, tuna longline). Penangkapan dengan pancing dapat dilakukan baik
pada siang maupun malam hari dan dapat digunakan sepanjang tahun tanpa
mengenal musim (Subani & Barus, 1989).
3) Jaring insang (gill net)
Jaring insang adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi
panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas dan pemberat ris
bawah.
Besar mata jaring disesuaikan dengan sasaran yang akan ditangkap.
Jaring ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece).
Dalam operasi penangkapan jaring insang terdiri dari beberapa tinting yang
digabung menjadi satu sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang.
Jaring insang termasuk alat tangkap selektif, besar mata jaring dapat disesuaikan
dengan ukuran ikan yang akan ditangkap (Subani & Barus, 1989). Konstruksi alat
tangkap jaring insang dapat dilihat pada Gambar 3.
10
Sumber: PERMEN No. 08/MEN/2008
Gambar 3 Konstruksi jaring insang hanyut (drift gill net).
Dilihat dari cara pengoperasiannya alat tangkap ini dapat dihanyutkan (drift
gill net), dilabuhkan (set gill net) dan dilingkarkan (encircling gill net). Ikan yang
tertangkap biasanya karena terjerat (gilled) pada bagian belakang lubang penutup
insang (opecalum), terbelit/terpuntal (entagled) pada mata jaring yang terdiri dari
satu lapis, dua lapis maupun tiga lapis (Subani & Barus, 1989).
Jaring insang dioperasikan dengan tujuan menghadang ruaya gerombolan
ikan. Pada umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan adalah jenis
ikan yang baik horizontal migration
maupun vertical migration-nya tidak
seberapa aktif, dengan perkataan lain migrasi dari ikan-ikan tersebut terbatas pada
sutu depth/layer tertentu (Subani & Barus, 1989).
11
2.2 Selektivitas Alat Penangkapan Ikan
Selektivitas adalah sifat dari suatu alat tangkap dalam menangkap ukuran
dan jenis ikan tertentu dalam suatu populasi (Astrini, 2004). Selektivitas alat
tangkap tersusun oleh dua karakter, yaitu selektivitas ukuran (size selectivity) dan
selektivitas spesies (species selectivity). Selektivitas ukuran merupakan karakter
dari suatu alat tangkap untuk menangkap ikan berukuran tertentu dengan
kemungkinan yang tidak tetap pada populasi ikan hasil tangkapan yang berbeda,
sedangkan selektivitas spesies adalah karakter dari alat tangkap untuk menangkap
ikan dari spesies tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi
spesies hasil tangkapan yang bervariasi (Matsuoka, 1997 vide Astrini, 2004).
Alat tangkap yang termasuk dalam kategori alat non selektif adalah alat-alat
yang dalam operasi penangkapannya membentuk kantong misalnya trawl, purse
seine dan lain-lain.
Untuk alat-alat ini biasanya dianggap bahwa komposisi
ukuran ikan yang masuk ke dalam mulut jaring sama dengan pada sekitar alat
tersebut. Oleh karena itu, menjadi pertanyaan bagaimana ikan dapat lolos melalui
mata jaring.
Untuk kebanyakan spesies terbukti bahwa lolosnya ikan terjadi
melalui cod-end. Dengan demikian, selektivitas alat tersebut dapat diduga baik
dengan meletakkan suatu penutup yang bermata jaring lebih kecil di seluruh codend atau bagian lain yang tertangkap pada waktu dan tempat yang sama (Aziz,
1989).
2.3 Sumberdaya Perikanan
Menurut Subani & Barus (1989), pemanfaatan sumberdaya ikan secara
optimal tanpa mengganggu kelestariannya akan memberikan dampak positif,
yaitu:
1) Meningkatkan devisa negara dari hasil ekspor komoditi perikanan laut,
2) Meningkatkan gizi khususnya protein hewani bagi rakyat,
3) Meningkatkan penghasilan dan pendapatan untuk kesejahteraan nelayan
khususnya dan rakyat pada umumnya.
Menurut Subani & Barus (1989), walaupun sebagian besar komoditi
sumberdaya perikanan laut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kebutuhan
hidup terutama dalam peningkatan gizi yang berasal dari protein hewani, namun
12
dalam pengelolaannya perlu adanya prioritas yang disesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan. Prioritas ini terlihat dari sasaran penangkapan yang secara berurut
dapat dikemukakan sebagai berikut:
(1) Udang, merupakan komoditi ekspor perikanan utama,
(2) Tuna dan cakalang, merupakan komoditi ekspor setelah udang,
(3) Komoditi perikanan lainnya, yaitu:
(1) Ikan kakap, kerapu, baronang, tenggiri dan ikan hias laut,
(2) Krustasea terutama udang barong, kepiting dan rajungan,
(3) Moluska, misalnya cumi-cumi, tiram mutiara dan kerang-kerangan,
(4) Holothuria, seperti teripang,
(5) Coelenterata, seperti ubur-ubur,
(6) Rumput laut.
Menurut Monintja (1989) vide Yuliana (2009), sumberdaya perikanan di
laut dapat digolongkan dalam 5 kelompok besar, yaitu:
1) Ikan
Jenis ikan yang hidupnya di lapisan dasar perairan disebut ikan demersal.
Contohnya ikan sebelah, ikan lidah, manyung beloso, biji nangka, ikan gerotgerot, ikan bambangan, kerapu, kakap, kurisi, cucut, pari, bawal hitam dan
bawal putih. Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di lapisan permukaan air.
Contohnya ikan layang, selar, belanak, julung-julung, teri, tembang, lemuru,
layur, tuna, cakalang, tongkol dan lain-lain.
2) Hewan berkulit keras
Yang termasuk hewan berkulit keras adalah rajungan, kepiting, udang barong,
udang windu, udang putih dan udang dogol.
3) Hewan lunak
Yang termasuk hewan lunak adalah tiram, simping, remis, kerang darah, cumicumi, sotong, gurita dan lain-lain.
4) Hewan lainnya
Yang termasuk hewan lainnya adalah penyu, teripang, ubur-ubur dan lain-lain.
5) Tanaman air
Yang termasuk tanaman air adalah rumput laut.
13
Walaupun sebagian besar komoditi sumberdaya perikanan laut dapat
dimanfaatkan untuk peningkatan kebutuhan hidup terutama dalam peningkatan
gizi yang berasal dari protein hewani, namun dalam pengelolaannya perlu adanya
prioritas yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan (Subani dan Barus,
1999).
Menurut Manalu (2003), ditinjau dari pemanfaatannya hasil tangkapan
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Hasil tangkapan utama (target catch)
Hasil tangkapan utama adalah komponen dari stok ikan yang utama dicari dari
operasi penangkapan.
2) Hasil tangkapan sampingan (by-catch target)
Hasil tangkapan sampingan adalah ikan non target yang tertangkap dalam
operasi penangkapan.
Tertangkapnya spesies ikan non target ini dapat
disebabkan karena adanya tumpang tindih habitat antara ikan target dan non
target serta kurang selektifnya alat tangkap yang digunakan.
Menurut Hall (1999), kategori hasil tangkapan sampingan (by-catch)
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
1) Spesies yang kebetulan tertangkap (accidental catch), yaitu hasil tangkapan
yang sekali-kali tertahan (tertangkap) dan bukan merupakan spesies target dari
operasi penangkapan.
Accidental catch ini ada yang dimanfaatkan oleh
nelayan dan ada juga yang dibuang tergantung dari nilai ekonomisnya.
2) Spesies yang dikembalikan ke laut (discard catch), yaitu bagian dari hasil
tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena pertimbangan
ekonomi (ikan yang tertangkap bernilai ekonomis rendah) atau karena spesies
yang tertangkap adalah spesies yang dilindungi oleh hukum.
2.4 Trofik Level
Trofik level adalah posisi suatu organisme dalam jaring makanan (Froese &
Pauly, 2000). Trofik level menunjukkan keberadaan ikan dan organisme lainnya
yang masing-masing berperan dalam jaring makanan (Stergiou et al., 2007).
14
Struktur trofik adalah hubungan makan-memakan berbagai spesies dalam
komunitas. Adapun contoh struktur trofik pada rantai makanan darat dan rantai
makanan perairan, seperti pada Gambar 4.
Sumber: Michael, 1995
Gambar 4 Struktur trofik pada rantai makanan.
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan melalui sederetan
makhluk hidup. Umumnya terdapat lebih dari empat atau lima makhluk hidup
terkait dalam satu rantai makanan. Rantai-rantai makanan ini tidak merupakan
satuan yang terisolasi namun saling berkaitan dalam suatu komunitas. Pola yang
demikian disebut jaring makanan. Beberapa tingkatan trofik dapat dikenali dalam
setiap jaring makanan (Tabel 1).
Tabel 1 Tingkatan trofik pada jaring makanan
Tingkatan trofik
Produser
Konsumen primer
Konsumen sekunder
Konsumen tersier
Contoh organisme
Tumbuhan hijau
Herbivora
Karnivora dan parasit
Karnivora yang lebih tinggi dan hiperparasit
Sumber: Michael, 1995
Suatu spesies tertentu dapat menghuni lebih dari satu tingkatan trofik.
Ukuran hewan dalam tingkatan-tingkatan trofik yang berurutan cenderung
bertambah (Michael, 1995).
15
Menurut Elliot dan Hemingway (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi
trofik level suatu jenis atau individu ikan, yaitu :
1) Faktor ekstrinsik yaitu faktor lingkungan (non-biological)
Perubahan lingkungan dapat berdampak pada perpindahan makan-memakan
spesies ikan yang berbeda. Faktor lingkungan, yaitu:
(1) Perubahan
geografis
pada
faktor
lingkungan
seperti
suhu
dapat
mempengaruhi tingkah laku makan-memakan ikan. Pada sebagian stratifikasi
estuari, perubahan ini berkaitan dengan posisi dan peristiwa termoklin.
(2) Pedoman hidrografi (faktor pasang surut dan lainnya) pada faktor lingkungan
seperti tingginya pasang surut mempengaruhi ukuran populasi ikan. Kadar
salinitas dan oksigen terlarut juga mempengaruhi perilaku makan-memakan
ikan.
(3) Lokasi yang dikhususkan/substratum pada faktor lingkungan seperti daerah
pasang surut dikenal sebagai feeding ground juvenile ikan.
2) Faktor biologi (intrinsik), yaitu:
(1) Tingkat hidup, termasuk umur dan ukuran yang berbeda
Ukuran tubuh merupakan salah satu bagian penting organisme dari sudut
pandang ekologi dan evolusioner. Ukuran memiliki pengaruh yang sangat
besar pada tingkat kebutuhan energi hewan, dan berpotensi sebagai sumber
eksploitasi, serta memberi pengaruh pada musuh alami.
(2) Jenis kelamin
Pada ikan gobies jantan dari jenis spesies terakhir menunjukkan perubahan
dalam diet makanannya selama musim bertelur karena setelah mengkonsumsi
sejumlah telur Pomatoschistus, diperkirakan seekor pejantan secara agresif
menguasai wilayah tersebut.
(3) Ecotrophomorphology
Hipotesis ekomorfologi menduga bahwa morfologi berkaitan erat dengan
hidup, sehingga dijadikan prediksi model hidup.
Berdasarkan hipotesis
tersebut, bahan makanan dapat diduga dari morfologi ikan, khususnya dari
sifat morfologis tentang makan-memakan seperti ukuran mulut, bentuk
rahang dan pertumbuhan gigi.
16
(4) Tingkah laku
Pandangan terkini dalam makan-memakan ikan berpusat pada teori waktu
mencari makan yang optimal atau Optimal Foraging Theory (OFT). Teori ini
menduga bahwa ikan akan mencari makanan, memilih bahan-bahan makanan
jika diberi pilihan dan berhenti makan pada perkiraan waktu pengambilan
energi yang maksimal untuk memperkecil energi yang digunakan. Hasilnya,
ikan akan memaksimalkan kesehatannya, sehingga reproduksi kehidupannya
berlangsung baik.
(5) Kompetisi intraspesies dan inter spesies
Kompetisi terjadi saat kebutuhan dari dua atau lebih individu terhadap
sumber daya tertentu melebihi ketersediaan sumberdaya tersebut di wilayah
tempat mereka tinggal atau jika permintaannya tidak dapat melebihi
penawaran, mereka saling mempengaruhi satu dan yang lain dalam upaya
memperoleh sumberdaya.
(6) Pembagian sumber daya
Pembagian sumber daya dapat terjadi pada tiga level, yaitu: waktu yang
bersifat temporal, wilayah, dan bahan makanan.
Oleh karena itu, dalam
penentuan ekosistem perlu dianalisa interaksi pola makan antara anggotaanggota yang berbeda dalam satu perkumpulan.
(7) Parasit
Mikroparasit meliputi virus, bakteri, jamur, serta protozoa dan dicirikan oleh
ukurannya yang kecil, masa hidup yang pendek dan kemampuan
menggandakan diri dalam inang yang terinfeksi. Organisme tersebut sering
berpindah secara lagsung, sehingga ikan yang hidup di wilayah yang padat
dan dangkal sangat mudah dimasuki oleh patogen-patogen ini.
2.5 Pendekatan Ekosistem
Pendekatan ekosistem adalah suatu pendekatan yang mengacu pada aplikasi
dari berbagai metode ilmiah yang berfokus pada tingkat tatanan kehidupan yang
melibatkan struktur, proses, fungsi dan interaksi antar organisme dengan
lingkungannya (Aryani, 2010). Menurut FAO (2005) terdapat 12 prinsip dalam
pelaksanaan pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan, yaitu:
17
1) Sasaran dari pengelolaan ini adalah pilihan dari masyarakat;
2) Pengelolaan harus terdesentralisasi pada tingkat yang terendah;
3) Pengelolaan harus mempertimbangkan dampak setiap aktivitas terhadap
ekosistem lainnya;
4) Dengan mempertimbangkan dampak positif dari pengelolaan tersebut,
dibutuhkan pemahaman dan pengelolaan perikanan dengan pendekatan
ekosistem dalam konteks ekonomi. Pengelolaan tersebut antara lain:
(1) Mengurangi
pengaruh
pasar
yang
berdampak
negatif
terhadap
keanekaragaman hayati;
(2) Mempromosikan konservasi sumberdaya dan pemanfaatan yang lestari
dengan pemberian insentif;
(3) Mempertimbangkan komponen biaya dan manfaat bagi ekosistem.
5) Konservasi fungsi dan struktur ekosistem dalam rangka menjaga manfaat
ekosistem, dimana yang dikonservasi merupakan lokasi prioritas;
6) Pengelolaan ekosistem harus mempertimbangkan daya dukung;
7) Pendekatan ekosistem harus mempertimbangkan komponen spasial dan
temporal;
8) Pengelolaan ekosistem harus mengacu pada pengelolaan jangka panjang;
9) Pengelolan harus adaptif terhadap perubahan;
10) Pendekatan ekosistem harus seimbang antar konservasi dan pemanfaatan;
11) Pendekatan ekosistem harus mempertimbangkan beberapa informasi ilmiah,
adat istiadat, inovasi dan pengalaman;
12) Pendekatan ekosistem harus melibatkan para pihak dan lintas ilmu.
Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi
pendekatan ekosistem, yaitu kelestarian ekosistem, kesejahteraan masyarakat dan
kemampuan untuk mencapai tujuan (Yulianto, 2010).
Menurut FAO (2005) dalam dokumen tentang implementasi pendekatan
ekosistem dalam pengelolaan perikanan yang diterbitkan oleh FAO pada tahun
2003 menyebutkan terdapat beberapa opsi yang dapat dilakukan dalam
mengimplementasikan pendekatan ini. Opsi-opsi yang dapat dilakukan antara
lain:
18
1) Pengaturan secara teknis
Pengaturan secara teknis dapat dilakukan pada pengaturan alat tangkap yang
digunakan oleh nelayan. Pengaturan secara teknis ini dapat dilakukan dengan:
(1) Pengaturan jumlah alat tangkap dan ukuran mata jaring
(2) Pengurangan ikan hasil tangkapan sampingan (by-catch)
(3) Penyesuaian metode dan operasi penangkapan untuk mengurangi dampak
negatif terhadap ekosistem dan spesies yang dilindungi
(4) Mengedepankan pendekatan pencegahan atau kehati-hatian (precautionary
approach)
2) Pengaturan secara spasial dan temporal
Pengaturan secara spasial merupakan pengaturan daerah penangkapan ikan.
Pengaturan secara spasial ini dapat diimplementasikan dalam bentuk
pengembangan kawasan konservasi laut.
Pengaturan secara temporal
merupakan pengaturan pelarangan penangkapan pada waktu tertentu.
3) Pengaturan input dan output
Pengaturan input penangkapan dapat dilakukan dengan pengendalian kapasitas
penangkapan dan usaha penangkapan nelayan.
Pengaturan output dapat
dilakukan dengan pengendalian hasil dan jenis tangkapan. Salah satu tujuan
pengaturan ini adalah untuk menurunkan kematian akibat penangkapan (fishing
mortality).
4) Manipulasi ekosistem
Manipulasi ekosistem dapat dilakukan dengan mencegah degradasi habitat,
merehabilitasi habitat, pengembangan habitat buatan dan restocking ikan.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2010, selanjutnya dilakukan
analisis data pada dua musim yaitu pada musim paceklik (Maret 2010) dan musim
puncak ikan (Mei 2010). Survei lapangan dilakukan di wilayah penangkapan ikan
yaitu Desa Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten (Gambar 5).
Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009
Gambar 5 Peta lokasi penelitian.
20
3.2 Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain kuesioner,
komputer/laptop, alat tulis, alat ukur, kamera serta peralatan lainnya yang
digunakan dalam membantu pengumpulan data dan pengolahan data, seperti pada
Tabel 2.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif survey. Metode penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data
atau informasi tentang suatu populasi dengan menggunakan sampel. Karakteristik
dari metode penelitian ini adalah informasi diperoleh dari sampel (bukan
populasi), informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (lisan, tertulis)
dan informasi dikumpulkan untuk mendeskripsikan aspek tertentu (Kamarga,
2010).
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan langsung dan wawancara untuk
mendapatkan data primer.
Selengkapnya metode dan teknik pengumpulan
datanya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis data dan metode pengumpulannya
No.
Jenis
data
Data komposisi hasil
tangkapan 5 tahun
terakhir
Metode pengumpulan
sumber data
- Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP)
Kabupaten Serang
2.
Data alat tangkap
yang digunakan
3.
Data hasil tangkapan
nelayan
- Wawancara
- Pengamatan langsung di
lapangan
- Wawancara
- Pengamatan di lapangan
4.
Data panjang dan
berat ikan
1.
Pengukuran
Alat
yang digunakan
Wawancara dan
pengumpulan data
sekunder
- Kuesioner
- Kamera
- Alat tulis
- Kuesioner
- Kamera
- Alat tulis
- Alat ukur panjang:
meteran dengan
ketelitian 1 mm
- Alat ukur berat:
timbangan dengan
ketelitian 0,5 gram
21
3.3.1 Pengumpulan data.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (pengukuran
morfologi dan penimbangan berat hasil tangkapan), hasil wawancara dengan
nelayan atau hasil pengisian kuesioner oleh responden yang digunakan sebagai
sampel. Adapun data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait serta
literatur yang relevan.
Metode yang akan dilakukan untuk memperoleh data pada penelitian ini
yaitu:
1) Wawancara (Kuesioner)
Wawancara yang dilakukan mengacu pada kuesioner yang telah dibuat agar
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara sesuai dengan tujuan
yang dilakukan. Dalam penelitian ini, dilakukan wawancara dengan nelayan
yang melakukan kegiatan operasional penangkapan ikan di Bojonegara.
Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan identitas responden, kapal yang digunakan responden, alat tangkap
yang digunakan responden, operasi penangkapan ikan, hasil tangkapan, musim
penangkapan dan lokasi penangkapan.
2) Pengumpulan data sekunder
Data sekunder diperoleh terutama dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Serang, instansi terkait dan literatur yang relevan.
3.3.2 Pengolahan data
Data yang diperoleh kemudian diolah berdasarkan:
1) Komposisi hasil tangkapan utama dan sampingan
Hasil tangkapan setiap alat tangkap diidentifikasi terlebih dahulu dan
dikelompokkan berdasarkan spesiesnya, lalu diukur panjang dan beratnya.
Komposisi hasil tangkapan dianalisis dengan menggunakan software Microsoft
Excel 2007 untuk melihat perbandingan jumlah dan bobot antar spesies.
Panjang tubuh ikan yang diukur adalah panjang cagak dan panjang total.
Panjang cagak adalah panjang tubuh ikan mulai dari ujung mulut depan hingga
pangkal cagak ekor ikan. Panjang total adalah panjang tubuh ikan mulai dari
22
ujung mulut depan hingga ujung ekor ikan (Sparre & Vanema, 1999 vide Raspati,
2008). Cara pengukuran panjang ikan dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber: http://www.collegeofidaho.edu
Gambar 6 Cara pengukuran panjang ikan.
2) Jenis dan ukuran alat tangkap
Data hasil tangkapan diperoleh dari pencatatan hasil tangkapan untuk setiap
jenis dan ukuran alat tangkap.
3) Trofik level setiap ikan hasil tangkapan nelayan menurut alat tangkapnya
Dari spesies hasil tangkapan yang didapat, diklasifikasikan nilai trofik level
dari Fish Base Online (Froese & Pauly, 2010), yang menyediakan informasi trofik
level dari jenis dan komposisi makanan.
4) Length at first maturity (Lm)
Ukuran pertama kali ikan matang gonad penting diketahui karena dengan
mengetahui nilai Lm maka dapat digunakan untuk menyusun suatu konsep
pengelolaan lingkungan perairan (Saputra, 2009).
3.4 Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu:
1. Analisis kuesioner
Analisis kuesioner dilakukan dengan bantuan paket software Survey Pro
2.0. Kelebihan Survey Pro yaitu sebagai alat analisis data survey kuesioner, yakni
23
dapat menganalisis data kuesioner secara sistematis dan bersifat database serta
hasil yang diperoleh dapat terus di-update (Apian Software Inc, 1995).
2. Analisis statistik
Tujuan dari analisis ini, yaitu mengetahui apakah terdapat perbedaan antara
jenis alat tangkap dan komposisi hasil tangkapan menurut trofik levelnya.
Hipotesis yang digunakan, yaitu:
Ho
: Tidak terdapat perbedaan antara trofik level hasil tangkapan dan alat
tangkap yang digunakan oleh nelayan.
H1
: Terdapat perbedaan antara trofik level hasil tangkapan dan alat tangkap
yang digunakan oleh nelayan.
3. Indeks keragaman Shannon-Wiener
Keragaman dihitung berdasarkan indeks keragaman untuk menggambarkan
komunitas secara matematis dan mempermudah analisis komunitas ikan. Indeks
diversitas
(keragaman)
Shannon-Wiener
dihitung
dengan
menggunakan
persamaan modifikasi dari Krebs, 1989.
H’= H’= Keterangan:
H’: indeks diversitas Shannon-Wiener
pi : proporsi spesies ke-i
ni : jumlah total biomassa (biota) hasil tangkapan spesies ke-i
N : jumlah biomassa dari suatu spesies ke i (i = 1 sampai S)
S : jumlah total spesies dalam suatu contoh
Analisis keragaman Shannon-Wiener dilakukan dengan bantuan software
Primer 5.2.
4. Analisis regresi
Regresi dan korelasi adalah analisis untuk menelaah hubungan antara dua
peubah pengukuran.
Jika ada dua peubah pengukuran X dan Y, keeratan
24
hubungan linear antara kedua peubah tersebut dinyatakan dengan korelasi antar
kedua peubah tersebut.
Jika X merupakan peubah bebas dan Y merupakan
peubah tak bebas, regresi Y pada X memberi gambaran bagaimana nilai peubah X
mempengaruhi peubah Y. Nilai korelasi X – Y yang bernilai 0 menunjukkan
tidak adanya korelasi antar peubah tersebut. Besarnya nilai peubah Y adalah
bebas, tidak terkait dengan besarnya nilai peubah X, demikian pula nilai peubah X
adalah bebas, tidak terkait dengan besarnya nilai peubah Y. Semakin tinggi nilai
korelasi X dan Y, maka semakin mendekati nilai 1 atau -1 dan berarti semakin
erat keterkaitan nilai peubah X dan Y (Saefuddin et al., 2009). Adapun intepretasi
dari nilai r menurut Usman & Akbar (2008), yaitu:
0
= tidak berkolerasi
0,01 – 0,20
= sangat rendah
0,21 – 0,40
= rendah
0,41 – 0,60
= agak rendah
0,61 – 0,80
= cukup
0,81 – 0,99
= tinggi
1
= sangat tinggi
Kesesuaian model menyatakan sejauh mana kesesuaian model yang
dipasang dengan data yang dibicarakan.
Ukuran kesesuaian ini dinamakan
koefisien determinasi. Koefisien determinasi menyatakan besarnya keragaman
yang terjelaskan oleh model. Nilai minimum koefisien determinasi adalah 0 dan
nilai maksimumnya adalah 1.
Semakin besar nilai koefisien determinasi
mendekati angka 1, semakin sesuai model yang dipasang dengan data yang
dibicarakan. Koesisien determinasi kadang-kadang juga dinyatakan dalam persen,
sehingga nilainya berkisar antara 0 - 100%.
5. Hubungan panjang dan berat
Panjang dan berat ikan hasil tangkapan utama setiap alat tangkap diukur,
kemudian dianalisis hubungannya dengan menggunakan model Ricker (1975)
yaitu W = a Lb, dimana W = bobot ikan (gram) dan L = panjang total (cm),
sedangkan a dan b = konstanta regresi hubungan panjang dan berat. Logaritma
25
persamaan tersebut, yaitu: ln W = ln a + b ln L menunjukkan hubungan yang
linear.
6. Indikator ukuran panjang ikan dan length at first maturity
Indikator ukuran panjang ikan dibandingkan terhadap ukuran saat pertama
kali matang gonad (memijah) atau length at first maturity dari Froese and Pauly,
2010 (fishbase).
Analisis dilakukan untuk mengetahui perbedaan jenis alat
tangkap dan komposisi alat hasil tangkapan.
4
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Serang
Kabupaten Serang secara geografis terletak antara 5050’ - 6021’ Lintang
Selatan dan 10507’ - 106022’ Bujur Timur. Jarak dari Kabupaten Serang ke
ibukota negara, Jakarta hanya berjarak sekitar 70 km. Jarak terpanjang menurut
garis lurus dari utara ke selatan sekitar 60 km, sedangkan dari barat ke timur
sekitar 90 km.
Luas wilayah Kabupaten Serang secara administratitif yaitu
173.409 ha yang terbagi atas 28 kecamatan dan 308 desa. Secara administratif,
Kabupaten Serang berbatasan dengan:
1) sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan Kota Serang.
2) sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang.
3) sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten
Pandeglang.
4) sebelah barat, berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda (DKP
Kabupaten Serang, 2009).
Kondisi topografi Kabupaten Serang berada pada ketinggian 0 - 1778 m dpl
(di atas permukaan laut). Pada umumnya tergolong pada kelas topografi lahan
dataran dan bergelombang. Kondisi hidrologi dapat dibedakan menjadi air bawah
tanah dan air permukaan dimana air permukaan sendiri dapat dibedakan kembali
menjadi sungai, danau/situ dan waduk (DKP Kabupaten Serang, 2009).
Terdapat dua sistem sungai besar di Kabupaten Serang yang mengalir ke
utara dan bermuara di Laut Jawa, yaitu Sungai Ciujung dan Sungai Cidurian.
Sungai Ciujung merupakan sungai terbesar di daerah ini. Bagian hulunya berasal
dari Gunung Halimun dengan debit sebesar 315,0 m3/detik, sedangkan Sungai
Cidurian terletak di bagian timur dengan debit sebesar 153,9 m3/detik dan
merupakan batas dari wilayah Kabupaten Serang dengan Kabupaten Tangerang.
Selain dua sistem sungai besar di atas, terdapat tiga sungai yang cukup besar yaitu
Sungai Cidanau, Sungai Cibanten dan Sungai Anyer serta beberapa sungai kecil
yang bermuara di Teluk Banten dan Selat Sunda (DKP Kabupaten Serang, 2009).
Iklim Kabupaten Serang, sesuai dengan Klasifikasi Koppen dapat dilihat
pada Tabel 3.
27
Tabel 3 Iklim Kabupaten Serang
No.
1.
Tipe
Ama
2.
Afa
3.
Cfa
Lokasi
Belahan utara
Serang
Belahan selatan
Serang
Belahan selatan
Serang
Karakteristik
Mempunyai bulan basah 1 bulan atau
lebih
Tidak mempunyai bulan yang dapat
dikategorikan bulan kering
Tidak mempunyai bulan yang dapat
dikategorikan bulan kering, suhu pada
bulan terdingin bisa mencapai ≤180C,
suhu pada bulan terhangat ≥220C
Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009
Kabupaten Serang berbatasan dengan dua wilayah laut yaitu Selat Sunda di
bagian barat dan Laut Jawa di bagian utara.
Secara geologis, Selat Sunda yang
terbentuk oleh proses tektonis, sangat dipengaruhi oleh proses volkanis yang
berasal dari kompleks Gunung api Gede di sebelah selatan Anyer dan Gunung api
Gede di sebelah utara Merak, aliran lahar dan lava purba membentuk batuan dasar
pantai Selat Sunda menjadi stabil. Sementara itu, arus laut membentuk perairan
pantai Selat Sunda relatif dangkal, kedalaman kurang dari 20 m. Secara umum,
kondisi pantai bagian barat dibentuk oleh batuan dasar breksi, breksi volkanis dan
aliran lava dan ditumbuhi terumbu karang (DKP Kabupaten Serang, 2009).
Dalam perkembangannya, perairan bagian timur membentuk dataran
aluvial, dataran fluvio-marine dan rataan lumpur, sedangkan di bagian barat
endapan material volkanis yang berupa lahar dan lava. Terumbu karang dapat
berkembang dengan baik menumpang pada endapan lahar dan aliran lava di pantai
barat Kabupaten Serang (DKP Kabupaten Serang, 2009). Secara ringkas, tipetipe pantai di Kabupaten Serang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Tipe-tipe pantai di Kabupaten Serang
No.
1.
2.
3.
Tipe pantai
Pantai berlumpur
Pantai berpasir membentuk beting gisik
Pantai berbatuan aliran lava
4.
5.
Pantai berbatu karang/terumbu karang
Pantai berpasir
Lokasi
Teluk Banten
Pantai Lontar dan Pontang
Kecamatan Pulo Ampel, Cinangka
dan Anyer
Kecamatan Cinangka dan Anyer
Kecamatan Cinangka
Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009
Berdasarkan Peta Batimetri skala 1 : 500.000 yang dikeluarkan oleh
DISHIDROS dan Penelitian hingga jarak kurang lebih 2 kilometer, kedalaman
laut berkisar antara 0 - 20 meter. Kondisi yang sama juga dijumpai di sekitar
28
Pulau Sangiang dan Pulau Tunda, sedangkan di bagian utara kedalaman 0 - 20
meter dijumpai hingga jarak kurang lebih 4,5 sampai dengan 15 kilometer (DKP
Kabupaten Serang, 2009).
Wilayah Kabupaten Serang berbatasan langsung dengan Selat Sunda di
bagian barat dan Laut Jawa di bagian utara dengan garis panjang pantai sekitar 92
km dan kewenangan 4 mil dari batas pulau terluar, Kabupaten Serang memiliki
luasan perairan penangkapan sekitar 888 km2 yang merupakan area potensial
penangkapan ikan. Di samping itu, potensi perikanan tangkap juga terdapat pada
perairan umum baik sungai, rawa maupun danau dengan luasan masing-masing
sungai 640 km, waduk 28 ha dan rawa/danau 250 ha (DKP Kabupaten Serang,
2009).
Potensi sumberdaya ikan di Kabupaten Serang dimanfaatkan dengan
menggunakan beberapa alat tangkap, diantaranya bagan, pukat pantai, jaring
insang, payang dan pancing. Alat tangkap ini menangkap beberapa spesies, yaitu
tenggiri (Scomberomorus commerson), kembung (Rastrelliger spp), selar kuning
(Selaroides leptolepis), tongkol (Auxis thazard), layang (Decapterus russelli),
lemuru (Sardinella longiceps), teri nasi (Stolephorus commersonnii), tembang
(Sardinella
fimbriata),
kurisi
(Nemipterus
nematophorus)
dan
pepetek
(Leioghnatus sp) (DKP Kabupaten Serang, 2009).
Jenis armada tangkap di Kabupaten Serang terdiri dari perahu tanpa motor
(perahu layar), perahu dengan motor tempel dan kapal motor dengan kapasitas
kecil yaitu kurang dari 5 GT.
Jumlah armada pada masing-masing jenis
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5 Jumlah armada tangkap menurut jenis
No.
1.
2.
3.
Jenis
Perahu tanpa motor
Motor tempel
Kapal motor < 5 GT
Jumlah
Jumlah (unit)
63
1021
197
1281
Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009
Jenis alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Serang didominasi oleh
jenis alat tangkap payang dan pancing.
Jumlah dan jenis alat tangkap
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
29
Tabel 6 Jumlah alat tangkap menurut jenis
No.
Jenis
A.
Laut
1. Payang
2. Jaring insang hanyut
3. Jaring klitik
4. Jaring angkat lainnya
5. Pancing yang lain
Jumlah
B.
Perairan umum
1. Pancing
2. Jaring insang
Jumlah
Total
Jumlah (unit)
529
253
84
50
398
1314
573
149
722
2036
Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009
Kelompok ikan pelagis menjadi kelompok dominan dan penting dalam
produksi perikanan Kabupaten Serang. Hampir 60% produksi perikanan berasal
dari kelompok ikan pelagis terutama ikan pelagis kecil, sehingga kelompok ikan
pelagis kecil menjadi penting dan mendapat perhatian khusus untuk dapat dijaga
kelestariannya (DKP Kabupaten Serang, 2009).
Kegiatan penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Serang dilakukan dengan
berbagai jenis alat tangkap. Adapun jenis alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan untuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis ini adalah bagan,
pukat pantai, jaring insang, payang dan pancing (DKP Kabupaten Serang, 2009).
Berdasarkan data statistik, tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Serang terus
mengalami peningkatan (Gambar 7). Namun, tingkat konsumsi ikan ini masih di
bawah standar tingkat konsumsi ikan nasional 26,5 kg/kapita/tahun.
Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009
Gambar 7 Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Serang.
30
Potensi sumberdaya kelautan Kabupaten Serang meliputi sumberdaya hayati
ikan dan non ikan yang tersebar di perairan Teluk Banten dan Selat Sunda.
Sumberdaya hayati antara lain keberadaan ekosistem terumbu karang, padang
lamun dan bakau yang mampu berperan sebagai pelindung sekaligus merupakan
habitat tempat berkembang biak dan berlindung bagi sumberdaya hayati laut.
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Citra Satelit Landsat Thematic Mapper
yang direkam tanggal 7 Agustus 2001, terdapat kelompok obyek yang ditemui di
wilayah pesisir Kabupaten Serang, seperti terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Kelompok obyek wilayah pesisir Kabupaten Serang
Jenis
Pasir
Agihan lamun
Karang mati
Karang hidup
Perairan terbuka/Laut
Lokasi
Sekitar muara Sungai Cikangkung, muara Sungai
Kasuban dan muara Sungai Ciujung
Wilayah Sungai Ciujung dan muara Sungai Cikangkung
dan wilayah Teluk Bbanten
Tengah laut di Teluk Banten, di sekitar Pulau Panjang,
di sepanjang Pantai Anyer dan di sekitar Pulau Sangiang
-
Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009
4.2 Keadaan Umum Perikanan Bojonegara
Kawasan Bojonegara termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang Propinsi
Banten. Kawasan Bojonegara terletak di sebelah barat (sekitar 130 km) ibukota
Daerah Khusus Ibukota.
Secara administratif kawasan Bojonegara termasuk
dalam wilayah Kabupaten Serang tepatnya di Kecamatan Bojonegara dan
Kecamatan Pulo Ampel. Pulo Ampel merupakan pemekaran dari Kecamatan
Bojonegara. Kecamatan Bojonegara memiliki luas keseluruhan sekitar 6.700,2
hektar dan dihuni hampir 75.000 jiwa (http://www.dkp-banten.go.id).
Wilayah Bojonegara merupakan wilayah pesisir dengan aneka kegiatan
seperti pelabuhan, industri, perikanan dan pembangkit listrik yang mempunyai
potensi yang sangat besar untuk berkembang. Kawasan Bojonegara - Merak Cilegon dalam PP No.47 tahun 1997 telah ditetapkan sebagai kawasan andalan.
Kawasan andalan ini merupakan kawasan yang cepat tumbuh karena kegiatan
produksi dan jasa dengan skala besar yang menunjang kegiatan produksi nasional
31
dan ekspor nasional dengan andalan kawasan industri Cilegon. Fungsi andalan
Bojonegara - Merak - Cilegon, yaitu:
1) Pusat transportasi
2) Pusat industri
3) Pusat pariwisata
4.3 Hasil Tangkapan Utama Berdasarkan Alat Tangkap
1)
Ikan teri nasi (Stolephorus commersonnii )
Dikatakan teri nasi karena ukurannya yang kecil dan putih, apabila
dikumpulkan menyerupai segumpalan nasi. Masyarakat juga menyatakan bahwa
teri nasi disebut juga teri medan. Ciri-ciri morfologisnya adalah tidak berwarna
atau agak kemerahan, bentuk tubuh bulat memanjang, sepanjang tubuhnya
terdapat garis putih keperakan, memanjang dari kepala hingga ekor, sisik kecil
dan tipis serta mudah lepas, mulut agak tersayat dalam, mencapai hingga belakang
mata dan rahang bawah lebih pendek dari rahang atas (Hutomo et al., 1987).
Teri nasi termasuk jenis ikan teri yang hidup bergerombol hingga mencapai
ribuan ekor. Jenis ikan teri ini yang besar lebih bersifat soliter. Ikan teri yang
umumnya berkelompok (schooling) memiliki respon yang positif terhadap cahaya
namun ikan teri memilki kepekaan yang tinggi terhadap reaksi yang berupa
gerakan yang berasal dar luar (Hutomo et al., 1987).
Ikan teri nasi termasuk jenis ikan musiman. Musim tangkapannya antara
bulan Februari sampai Agustus. Jumlah tangkapan tertinggi biasanya terjadi pada
bulan Juli dan Agustus (Hutomo et al., 1987). Ikan teri nasi memijah beberapa
kali serta memiliki musim pemijahan yang panjang, bahkan sepanjang tahun.
Fekunditasnya cukup bervariasi dan berkisar antara 921 - 2287 butir, untuk
ukuran panjang ikan 63 - 97 mm (Hutomo et al., 1987).
Secara umum makanan ikan teri nasi didominasi oleh copepoda (Hutomo et
al., 1987). Menurut Wahyudi (2004) menyimpulkan bahwa makanan ikan teri
nasi umumnya terdiri dari organisme pelagis berukuran kecil, meskipun
komposisinya berbeda untuk masing-masing spesies.
32
2)
Ikan lemuru (Sardinella longiceps)
Ikan lemuru termasuk ikan pelagis kecil pemakan plankton.
Hidupnya
bergerombol, badannya bulat memanjang, bagian perut agak membulat dengan
sisik duri yang agak tumpul dan tidak menonjol.
Panjang badannya dapat
mencapai 23 cm, namun umumnya 17 - 18 cm. Warna badan biru kehijauan di
bagian atas, sedangkan bagian bawah putih keperakan. Pada bagian atas penutup
insang sampai pangkal ekor terdapat sebaris totol-totol hitam atau bulatan-bulatan
kecil berwarna gelap.
Sirip-siripnya berwarna abu-abu kekuning-kuningan,
sedangkan warna sirip ekor kehitaman (Dwiponggo, 1982 vide Syamsiar, 2006).
Ikan lemuru tergolong ikan pelagis kecil. Ruaya ikan ini dipengaruhi oleh
makanan, suhu dan salinitas. Pada siang hari ikan lemuru umumnya berada di
dekat dasar perairan dan membentuk gerombolan yang kompak, sedangkan pada
malam hari bergerak ke dekat permukaan air dalam bentuk gerombolan yang
menyebar dan akan muncul ke permukaan apabila cuaca mendung yang disertai
hujan gerimis. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya temperatur permukaan
(Adianto, 1993).
Distribusi ikan lemuru meliputi perairan Indo Pasifik, dari Teluk Aden
sampai dengan perairan Filipina.
Penyebaran ikan lemuru di luar perairan
Indonesia adalah dari Kepulauan Filipina ke barat sampai ke India dan pantai
timur Afrika, sedangkan di perairan Indonesia konsentrasi tersebar di Selat Bali
dan sekitarnya (Dwiponggo, 1982 vide Syamsiar, 1986).
Musim penangkapan ikan lemuru di perairan pantai utara Jawa Tengah
dimulai bulan Mei dan berakhir pada bulan Januari tahun berikutnya. Puncak
musim ikan lemuru terjadi pada bulan Agustus sampai November.
Musim
tersebut kadang-kadang bergeser dan pada kenyataannya dapat dilakukan
sepanjang tahun (Adianto, 1993).
3)
Ikan belanak (Valamugil speigleri)
Ikan belanak merupakan jenis ikan demersal dan termasuk jenis ikan
bergerombol. Ikan ini merupakan jenis ikan laut tetapi sering masuk ke daerah
estuaria bahkan ke perairan sungai (tawar) (Froese & Pauly, 2000).
33
Ikan belanak mempunyai panjang maksimum 35 cm. Ikan ini mempunyai
total 4 duri punggung, 3 duri dubur dan 9 sirip dubur lunak, punggungnya
kehijau-hijauan dan daerah perutnya berwarna perak. Sirip punggung pertama
dengan garis tepi hitam, sedangkan sirip lainnya berwarna kehitam-hitaman
(Fishbase, 2000). Ikan belanak merupakan ikan yang mempunyai skema atau
pertumbuhan yang baik. Ikan ini dapat tumbuh mencapai panjang 35 cm dan
umumnya berukuran 15 - 20 cm, yang merupakan ukuran normal (Shabrina,
2009).
Ikan belanak akan pergi atau meninggalkan tempat hidupnya menjauhi
pantai apabila akan memijah. Juvenil ikan belanak kemungkinan ditemukan di
rawa bakau.
Ikan belanak memakan copepoda dan alga yang mengapung,
sedangkan juvenil ikan belanak memakan ganggang kecil dan zat organik lainnya
(Shabrina, 2009).
Penyebaran ikan belanak yaitu di perairan Indo Pasifik, Pakistan hingga
Asia Tenggara menuju New Guinea (Froese & Pauly, 2000). Menurut Shabrina
(2009), daerah penyebaran ikan belanak yaitu di daerah pantai seluruh perairan
Indonesia. Ikan ini terdistribusi pada semua perairan terutama di daerah estuari
(coastal) dan laut di daerah tropis dan subtropis yaitu di Indo - Pasifik, Filipina,
dan Laut Cina Selatan, hingga Australia. Ikan ini juga tinggal di pesisir pantai dan
muara serta sungai-sungai. Ikan ini termasuk ikan yang bersifat non predator
(bukan pemangsa), jadi penyebarannya merata baik di perairan bersuhu ataupun
tropis.
4)
Ikan kembung (Rastrelliger spp)
Ikan kembung merupakan merupakan salah satu ikan pelagis yang sangat
potensial di Indonesia dan hampir di seluruh perairan Indonesia.
Ikan ini
tertangkap baik dalam jumlah besar maupun sedikit (Burhanuddin et al., 1984
vide Abidin, 2000). Berdasarkan klasifikasi Saanin (1984), di perairan Indonesia
terdapat tiga spesies ikan kembung, yaitu Rastrelliger brachysoma, Rastrelliger
neglectus, Rastrelliger kanagurta.
Ikan kembung lelaki Rastrelliger kanagurta secara sepintas sama dengan
ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma).
Ikan kembung lelaki
34
mempunyai punggung berwarna biru kehijauan dan bawahnya berwarna putih
kekuningan) serta dihiasi totol hitam pada bagian punggungnya dari depan ke
belakang sehingga ikan kelihatan menarik. Ikan kembung perempuan mempunyai
warna biru kehijauan pada punggungnya dan putih perak pada bagian perutnya.
Terdapat totol hitam pada bagian punggung di atas garis rusuk. Warna sirip
punggung pertama kuning keabuan dan gelap pada pinggirnya, kuning muda pada
sirip dada dan sirip perut, sedangkan sirip dubur dan sirip ekornya kuning bening
(Kriswantoro dan Sunyoto, 1986).
Ikan kembung lelaki hidupnya di laut lepas, sedangkan ikan kembung
perempuan terdapat di daerah pantai. Ikan kembung lelaki sulit dicari dan jarang
muncul ke permukaan, biasanya mempunyai kelompok yang padat dan sering
dijumpai pada perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai karena mempunyai
kadar garam yang lebih dari 230/00. Ikan kembung perempuan menyukai perairan
dekat pantai karena hidup pada kadar garam rendah (Kriswantoro dan Sunyoto,
1986).
Letak kedalaman kelompok ikan pelagis banyak ditentukan
oleh suhu
secara vertikal. Ikan pelagis akan berenang sedikit ke sebelah dalam pada saat
suhu permukaan lebih tinggi dari biasanya. Jenis-jenis ini akan selalu menghindar
dari lapisan air yang bersuhu lebih rendah dari 4 - 50C. Walaupun demikian
khusus untuk perairan Indonesia yang merupakan perairan tropis, masalah suhu
tidak memberikan gambaran yang jelas bagaimana pengaruhnya di bidang
perikanan. Ikan kembung merupakan jenis ikan diurnal (ikan siang hari) yang
banyak dijumpai di lapisan pelagis dan lapisan yang banyak cahaya matahari
(Gunarso, 1985).
Musim pemijahan utama ikan kembung terjadi antara bulan April dan
Agustus dengan puncak musim diduga berlangsung pada bulan Agustus,
sedangkan pada bulan Desember diduga merupakan musim pemijahan tambahan
(Nurhakim, 1993).
5)
Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson)
Secara morfologi tenggiri mempunyai tubuh panjang dan berbentuk torpedo.
Mulut lebar dan berujung runcing, gigi pada rahang gepeng dan tajam. Sirip
35
punggung ikan tenggiri ada yang berjari-jari keras dengan jumlah 14 - 17 buah
dan ada pula sirip punggung yang berjari-jari lemah dengan jumlah 14 - 19 buah
yang diikuti dengan 8 - 10 sirip tambahan. Ikan tenggiri memiliki garis rusuk
lurus kemudian membengkok tajam di bawah awal jari-jari sirip tambahan dan
melurus kembali sampai batang ekor. Garis rusuk ikan tenggiri tidak terputus dan
hanya berjumlah satu. Gelembung renang tidak ada, warna punggung biru gelap
keabu-abuan atau biru kehijauan.
Sisi tubuh ikan tenggiri berwarna putih
keperakan dan pada bagian perut dijumpai garis-garis (Guci, 1999).
Penyebaran ikan tenggiri sangat luas, meliputi seluruh perairan Indonesia,
perairan Indo - Pasifik, Teluk Benggala, Teluk Siam, Laut Cina Selatan, ke
selatan sampai perairan panas Australia, ke barat sampai Afrika Timur dan ke
utara sampai Jepang (Rizkawati 2009).
Daerah penyebaran ikan tenggiri di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Daerah penyebaran ikan tenggiri
Lokasi
perairan
Sumatera
Daerah
Daerah
penyebaran
penangkapan utama
Seluruh
- Perairan Aceh bagian utara, timur Sumatera Utara,
perairan
sekitar Bengkalis
- Perairan Bangka Belitung
- Pantai barat Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu
dan Lampung
Jawa dan
Seluruh
- Seluruh Pantai utara Jawa dan Madura, selatan Jawa
Nusa
perairan
Tengah, selatan Bali, sebelah utara Lombok, Sumbawa
Tenggara
dan utara Flores
- Pantai Pulau Timor bagian barat
Kalimantan Seluruh
- Hampir semua pantai barat dan selatan Kalimantan
dan
perairan
- Perairan Teluk Palu, Sulawesi bagian selatan
Sulawesi
- Sebagian perairan Sulawesi Utara dan perairan sekitar
pantai
Maluku
Seluruh
- Sebagian pantai barat Halmahera
dan Papua perairan
- Perairan selatan Pulau Seram
- Hampir semua perairan pantai barat Pulau Papua
sampai sekitar daerah Kepala Burung
Sumber: Guci, 1999
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Karakteristik alat tangkap di Bojonegara
1) Unit penangkapan payang
Payang yang digunakan di Bojonegara dapat diklasifikasikan sebagai
payang, payang ampera dan payang bondet.
Perbedaan dari payang tersebut
adalah ukuran mesh sizenya. Ukuran mesh size yang digunakan pada alat tangkap
payang yaitu 15 cm, sedangkan pada alat tangkap payang ampera dan payang
bondet yaitu 0,5 cm. Ukuran panjang alat tangkap payang bondet lebih kecil
daripada payang payang ampera dan payang.
Alat penangkapan ikan ini dioperasikan dengan menggunakan perahu/kapal
motor dengan bahan kayu. Kapal yang digunakan salah satunya memiliki ukuran
panjang 9 meter, lebar 2,5 meter dan draft 0,6 meter.
Mesin kapal yang
digunakan memiliki kekuatan 20 PK. Alat tangkap ini terdiri atas sayap, badan
jaring, kantong, tali ris atas, tali ris bawah, tali selambar, pelampung dan
pemberat.
Hasil tangkapan yang diperoleh oleh payang adalah ikan pelagis. Pada alat
tangkap payang, hasil tangkapan utamanya adalah teri nasi (Stolephorus
commersonnii), sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu tongkol (Auxis
thazard), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), manyung (Arius thalassimus),
layang (Decapterus russelli). Pada alat tangkap payang ampera, hasil tangkapan
utamanya adalah lemuru (Sardinella longiceps), sedangkan hasil tangkapan
sampingannya adalah kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), teri nasi
(Stolephorus commersonnii), bawal putih (Pampus argentus), kakap putih (Lates
calcarifer), tembang (Sardinella fimbriata), tongkol (Auxis thazard) dan layang
(Decapterus russelli).
Pada alat tangkap payang bondet, hasil tangkapan
utamanya adalah belanak (Valamugil speigleri), sedangkan hasil tangkapan
sampingannya adalah udang, rebon dan kakap putih (Lates calcarifer).
Proses pengoperasian payang di Bojonegara dilakukan secara harian (one day
fishing). Nelayan berangkat menuju lokasi penangkapan (fishing ground) sekitar
pukul 05.00 pagi hari untuk payang, sedangkan payang ampera dan payang
37
bondet berangkat menuju fishing ground sekitar pukul 17.00.
Waktu yang
dibutuhkan menuju fishing ground sekitar 1 - 2 jam tergantung jarak yang
ditempuh.
Penggunaan tenaga pada alat tangkap payang berkisar antara 6 orang untuk
payang berukuran kecil dan 16 orang untuk payang berukuran besar (Subani &
Barus, 1989). Jumlah nelayan yang digunakan di Bojonegara pada alat tangkap
payang sebanyak 9 - 11 orang. Jumlah nelayan untuk payang ampera 9 orang dan
jumlah nelayan untuk payang bondet sebanyak 6 - 7 orang.
Pengoperasian payang dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap persiapan,
penentuan fishing ground, penurunan jaring (setting) dan pengangkatan jaring
(hauling). Tahap persiapan antara lain persiapan bahan bakar, pengecekan mesin,
perbekalan makanan, es, air tawar dan keperluan melaut lainnya. Penurunan
jaring dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, diikuti tali selambar kanan,
kemudian sayap kanan dan badan jaring dimana ujung tali selambar kanan masih
tetap berada pada perahu.
Saat penurunan sayap, nelayan lain melemparkan
pemberat dan pelampung secara berurutan agar tidak terbelit dengan jaring.
Selanjutnya dilakukan penurunan kantong dan sayap kiri sampai bertemu dengan
pelampung tanda awal. Waktu yang dibutuhkan untuk setting adalah 20 - 30
menit. Ketika gerombolan ikan diperkirakan sudah masuk ke dalam kantong,
selanjutnya dilakukan tahap hauling. Tahap ini dimulai dengan pengangkatan
sayap kiri dan sayap kanan secara bersamaan. Saat proses hauling diusahakan
posisi kantong berada di tengah. Pengangkatan jaring dilakukan secara perlahan,
setelah sampai badan jaring pengangkatan jaring dipercepat. Hal ini dilakukan
untuk mencegah ikan yang meloloskan diri. Pada saat pengangkatan jaring, ada
nelayan yang bertugas menyusun pemberat dan pelampung secara teratur untuk
proses setting selanjutnya.
2) Unit penangkapan jaring insang
Jaring insang yang digunakan di Bojonegara biasa disebut dengan jaring
koped.
Alat penangkapan ikan ini dioperasikan dengan menggunakan
perahu/kapal motor dengan bahan kayu. Ukuran perahu yang digunakan yaitu
panjang 10 meter, lebar 3 meter dan draft 0,6 meter. Hasil tangkapan yang
38
diperoleh oleh jaring insang adalah ikan pelagis. Pada alat tangkap jaring insang,
hasil tangkapan utamanya adalah kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta),
sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu tongkol (Auxis thazard), layang
(Decapterus russelli), tembang (Sardinella fimbriata) dan selar kuning
(Selaroides leptolepis).
Dalam pelaksanaan operasi penangkapan dilakukan di bawah lapisan
permukaan air. Dalam bentuk ukuran yang besar, ia dapat mencapai ukuran
panjang antara 300 - 500 meter, yaitu terdiri dari beberapa tinting (pieces) yang
digabung menjadi satu (Subani & Barus, 1989). Namun, alat tangkap jaring
koped (jaring insang) yang digunakan di Bojonegara berukuran kecil yaitu 50 – 60
meter.
Penangkapan dengan jaring insang dilakukan dengan perahu motor.
Penggunaan tenaga penangkapan dengan alat tangkap ini sebanyak 7 orang.
Proses pengoperasian jaring insang di Bojonegara dilakukan secara harian (one
day fishing). Nelayan berangkat menuju lokasi penangkapan (fishing ground)
pada pukul 05.00 pagi.
3) Unit penangkapan pancing
Pancing yang digunakan di Bojonegara adalah pancing ulur. Alat
penangkapan ini merupakan jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam hook and
lines.
Alat tangkap pancing di Bojonegara biasanya menggunakan jenis
kapal/perahu motor dalam operasi penangkapan ikan. Pada prinsipnya pancing
terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Alat
tangkap pancing di Bojonegara merupakan jenis pancing ulur, terdiri atas roller,
tali utama (main line) dan tali cabang (branch line), mata pancing (hook) dari
besi, kili-kili (swivel) dari bahan baja dan besi, pemberat dari bahan besi,
pelampung dari styrofoam dan pemberat. Tali pancing yang digunakan nelayan di
Bojonegara dibuat dari plastik (senar). Mata pancing yang digunakan nelayan di
Bojonegara dibuat dari kawat baja dengan mata kail nomor 9 dan 16.
Pada alat tangkap pancing, hasil tangkapan utamanya adalah kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) untuk mata kail no. 9 dan tenggiri (Scomberomorus
39
commerson) untuk mata kail no. 16, sedangkan hasil tangkapan sampingannya
yaitu tongkol (Auxis thazard) dan tembang (Sardinella fimbriata).
Proses pengoperasian payang di Bojonegara dilakukan secara harian (one day
fishing).
Penggunaan tenaga penangkapan dengan alat tangkap ini yaitu 7 orang.
Nelayan berangkat menuju fishing ground pada pukul 05.00 menuju rumpon yang
telah di pasang sebelumnya fishing ground. Ketika tiba di fishing ground mesin
kapal dimatikan dan jangkar diturunkan, setelah itu nelayan melakukan
pemancingan.
5.1.2 Komposisi ikan dominan hasil tangkapan di Bojonegara
Komposisi ikan hasil tangkapan dominan di Bojonegara diperoleh menurut
musim penangkapannya, yaitu pada musim paceklik diwakili hasil tangkapan
pada bulan Maret dan pada musim puncak diwakili hasil tangkapan pada bulan
Mei.
1) Ikan teri nasi (Stolephorus commersonnii)
Panjang total maksimal ikan teri nasi yang tertangkap yaitu sebesar 3,9 cm
dengan panjang cagak 3,5 cm, sedangkan panjang total minimal ikan teri nasi
yang tertangkap sebesar 3 cm dengan panjang cagak 2,7 cm (Gambar 8). Hal ini
menyatakan hubungan positif antara panjang total dan panjang cagak, misalnya
pada ikan dengan panjang total sebesar 3,5 cm dan panjang cagak 3 cm
mengalami peningkatan panjang pada ikan dengan panjang total sebesar 3,9 cm
Panjang (cm)
dan panjang cagak 3,5 cm.
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Panjang total Panjang cagak
Ikan teri nasi (yang ke-)
Gambar 8 Panjang ikan teri nasi hasil tangkapan bulan Maret dan Mei 2010.
40
Ikan teri nasi yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 3,2 3,3 cm yaitu sebanyak 7 ekor (35%), kemudian pada selang kelas 3,4 - 3,5 cm
sebesar 6 ekor (30%) dan pada selang kelas 3 - 3,1 cm sebanyak 3 ekor (15%).
Ikan teri nasi yang paling sedikit tertangkap terdapat pada selang kelas 3,6 - 3,7
cm dan 3,8 - 3,9 cm yaitu masing-masing sebesar 2 ekor (10%), seperti pada
frekuensi
Gambar 9.
8
7
6
5
4
3
2
1
0
3-3,1
3,2-3,3
3,4-3,5
3,6-3,7
3,8-3,9
selang kelas (cm)
Gambar 9 Selang kelas panjang total ikan teri nasi bulan Maret dan Mei 2010.
2) Ikan lemuru (Sardinella longiceps)
Panjang total maksimal ikan lemuru yang tertangkap yaitu sebesar 17,5 cm
dengan panjang cagak 15 cm, sedangkan panjang total minimal ikan teri nasi yang
tertangkap yaitu sebesar 15,5 cm dengan panjang cagak 13,2 cm (Gambar 10).
Hal ini menyatakan hubungan positif antara panjang total dan panjang cagak,
misalnya pada ikan dengan panjang total sebesar 15,5 cm dan panjang cagak 13,2
cm mengalami peningkatan panjang pada ikan dengan panjang total sebesar 17,5
cm dan panjang cagak 15 cm.
Dari Gambar 10 dan Gambar 12, dapat disimpulkan bahwa ikan yang
tertangkap umumnya ditangkap pada ukuran ikan saat matang gonad yang
pertama kali (length at first maturity). Ikan yang tertangkap di bawah length at
first maturity berjumlah 4 ekor (20%), sedangkan Ikan yang tertangkap di atas
length at first maturity berjumlah 16 ekor (80%). Hal ini berarti sumberdaya ikan
lemuru di Bojonegara sebagian besar di atas ukuran layak tangkap dan
41
keberlanjutan sumberdaya ikan dapat diharapkan. Hal ini karena hasil tangkapan
didominasi oleh ikan-ikan dewasa.
18
17
16
Lm 15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Panjang (cm)
16,3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Panjang total
Panjang cagak
Ikan lemuru (yang ke-)
Gambar 10 Panjang ikan lemuru hasil tangkapan bulan Maret dan Mei 2010.
Berat ikan lemuru yang tertangkap berkisar antara 20 - 60 gram. Berat
maksimal ikan lemuru yang tertangkap yaitu sebesar 60 gram sedangkan berat
minimal ikan lemuru yang tertangkap yaitu sebesar 20 gram (Gambar 11). Ikan
yang tertangkap dengan berat ukuran 20, 40, 45, 50, 55 dan 60 gram yaitu masingmasing sebanyak 1, 4, 3, 1, 8, 2 dan 1 ekor atau masing-masing 5, 20, 15, 5, 40,
10 dan 5 persen.
42
70
Berat (gram)
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ikan lemuru (yang ke-)
Gambar 11 Berat ikan lemuru hasil pengukuran bulan Maret dan Mei 2010.
Ikan lemuru yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 16,5
- 16,9 cm yaitu sebesar 10 ekor (50%), pada selang kelas 16 - 16,4 cm sebesar 5
ekor (25%) dan pada selang kelas 17,5 - 17,9 cm sebesar 3 ekor (15%). Ikan
lemuru yang paling sedikit tertangkap terdapat pada selang kelas 15,5 - 15,9 cm
dan 17 - 17,4 cm yaitu masing-masing sebesar 1 ekor (5%). Ikan yang tidak
tertangkap pada length at first maturity termasuk ke dalam kelas 15,5 - 15,9 cm
yaitu sebesar 1 ekor (5%) dan pada selang kelas 16 - 16,4 cm sebesar 3 ekor
(15%). Ikan yang tertangkap pada length at first maturity termasuk ke dalam
kelas 15,5 - 16,4 cm; 16,5 - 16,9 cm; 17 - 17,4 cm; 17,5 - 17,9 cm masingmasing sebesar 2, 11, 1 dan 2 ekor atau masing-masing sebesar 10, 55, 5 dan 10
persen (Gambar 12).
43
Lm = 16,3
12
frekuensi
10
8
6
4
2
0
15,5-15,9
16-16,4
16,5-16,9
17-17,4
17,5-17,9
Selang kelas (cm)
Gambar 12 Selang kelas panjang total ikan lemuru bulan Maret dan Mei 2010.
Hasil pengukuran hasil tangkapan utama payang ampera pada bulan Maret
2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan lemuru antara 15,5 - 17,5
cm dengan rata-rata 16,4 ± 0,5 cm. Berat rata-rata ikan lemuru yang diperoleh
adalah 36 ± 9,7 gram atau berkisar 20 - 50 gram (Lampiran 3).
Model regresi linear antara panjang dan berat ikan lemuru hasil tangkapan
utama pancing pada bulan Maret 2010 adalah ln W = -10,605 + 5,0617 ln L atau
y = -10,605 + 5,0617x (R² = 29,84%) (Gambar 13). Model ini hanya berlaku
ln Berat (W)
untuk kisaran panjang 15,5 – 17,5 cm.
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
2,72
y = 5,0617x - 10,605
R² = 0,2984
2,74
2,76
2,78
2,8
2,82
ln Panjang (L)
2,84
2,86
2,88
Gambar 13 Hubungan panjang dan berat ikan lemuru bulan Maret 2010.
44
Hasil pengukuran hasil tangkapan utama payang ampera pada bulan Mei
2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan lemuru antara 16,0 - 17,7
cm dengan rata-rata 16,7 ± 0,4 cm. Berat rata-rata ikan lemuru yang diperoleh
adalah 51,5 ± 4,1 gram atau berkisar 45 – 60 gram (Lampiran 4).
Model regresi linear antara panjang dan berat ikan lemuru hasil tangkapan
utama payang ampera pada bulan Mei 2010 adalah ln W = -4,0652 + 2,842 ln L
atau y = -4,0652 + 2,842 (R² = 88,01%) (Gambar 14). Model ini hanya berlaku
untuk kisaran panjang 16,0 – 17,7 cm.
4,15
y = 2,842x - 4,0652
R² = 0,8801
4,1
ln Berat (W)
4,05
4
3,95
3,9
3,85
3,8
3,75
2,76
2,78
2,8
2,82
2,84
2,86
2,88
ln Panjang (L)
Gambar 14 Hubungan panjang dan berat ikan lemuru bulan Mei 2010.
3) Ikan belanak (Valamugil speigleri)
Panjang total maksimal ikan belanak yang tertangkap yaitu sebesar 19,5 cm
dengan panjang cagak 16,4 cm, sedangkan panjang total minimal ikan teri nasi
yang tertangkap yaitu sebesar 16 cm dengan panjang cagak 13,5 cm (Gambar 15).
Hal ini menyatakan hubungan positif antara panjang total dan panjang cagak,
misalnya pada ikan dengan panjang total sebesar 16,5 cm dan panjang cagak 14
cm mengalami peningkatan panjang pada ikan dengan panjang total sebesar 17,5
cm dan panjang cagak 15 cm.
45
Panjang (cm)
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Panjang total
Panjang cagak
Ikan belanak (yang ke-)
Gambar 15 Panjang ikan belanak hasil tangkapan bulan Maret dan Mei 2010.
Berat ikan belanak yang tertangkap berkisar antara 50 - 80 gram. Berat
maksimal ikan kembung yang tertangkap yaitu sebesar 80 gram sedangkan berat
minimal ikan lemuru yang tertangkap yaitu sebesar 50 gram. Berat ikan belanak
yang tertangkap yaitu ukuran 50, 60, 70 dan 80 gram masing-masing sebanyak 5,
8, 3, dan 4 ekor atau masing-masing 25, 40, 15 dan 20 persen, seperti pada
Berat (gram)
Gambar 16.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ikan belanak (yang ke-)
Gambar 16 Berat ikan belanak hasil pengukuran bulan Maret dan Mei 2010.
46
Ikan belanak yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 18,4
- 19,1 cm yaitu sebanyak 6 ekor (30%), pada selang kelas 16 - 16,7 cm dan 16,8 17,5 cm masing-masing sebanyak 5 ekor (25%) dan pada selang kelas 17,6 - 18,3
cm sebesar 3 ekor (15%). Ikan lemuru yang paling sedikit tertangkap terdapat
pada selang kelas 19,2 - 20 cm yaitu sebesar 1 ekor (5%), seperti pada Gambar 17.
7
6
frekuensi
5
4
3
2
1
0
16-16,7
16,8-17,5
17,6-18,3
18,4-19,1
19,2-20
Selang kelas (cm)
Gambar 17 Selang kelas panjang total ikan belanak bulan Maret dan Mei 2010.
Hasil pengukuran hasil tangkapan utama payang bondet pada bulan Maret
2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan belanak antara 16,0 19,5 cm dengan rata-rata 17,5 ± 1,2 cm.
Berat rata-rata ikan belanak yang
diperoleh adalah 61 ± 12,0 gram atau berkisar 50 - 80 gram (Lampiran 3).
Model regresi linear antara panjang dan berat ikan belanak hasil tangkapan
utama payang bondet pada bulan Maret 2010 yaitu ln W = -2,0294 + 2,1394 l ln L
atau y = -2,0294 + 2,1394x (R² =58,94%) (Gambar 18). Model ini hanya berlaku
untuk kisaran panjang 16,0 – 19,5 cm.
47
4,5
y = 2,1394x - 2,0294
R² = 0,5894
ln Berat (W)
4,4
4,3
4,2
4,1
4
3,9
3,8
2,75
2,8
2,85
2,9
ln Panjang (L)
2,95
3
Gambar 18 Hubungan panjang dan berat ikan belanak bulan Maret 2010.
Hasil pengukuran hasil tangkapan utama payang bondet pada bulan Mei
2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan belanak antara 16,6 19,0 cm dengan rata-rata 17,9 ± 0,8 cm.
Berat rata-rata ikan belanak yang
diperoleh adalah 65 ± 9,7 gram atau berkisar 50 - 80 gram (Lampiran 4).
Model regresi linear antara panjang dan berat ikan belanak hasil tangkapan
utama payang bondet pada bulan Mei 2010 adalah ln W = -0,394 + 1,5813 ln L
atau y = -0,394 + 1,5813x (R² = 23,31 %) (Gambar 19). Model ini hanya berlaku
untuk kisaran panjang 16,6 – 19,0 cm.
4,5
y = 1,5813x - 0,394
R² = 0,2331
4,4
ln Berat (W)
4,3
4,2
4,1
4
3,9
3,8
2,8
2,82
2,84
2,86
2,88
2,9
ln Panjang (L)
2,92
2,94
Gambar 19 Hubungan panjang dan berat ikan belanak bulan Mei 2010.
2,96
48
4) Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
Panjang total maksimal ikan kembung lelaki yang tertangkap yaitu sebesar
19 cm dengan panjang cagak 16,5 cm, sedangkan panjang total minimal ikan
kembung lelaki yang tertangkap yaitu sebesar 16,5 cm dengan panjang cagak 14
cm (Gambar 20). Hal ini menyatakan hubungan positif antara panjang total dan
panjang cagak, misalnya pada ikan dengan panjang total sebesar 17,5 cm dan
panjang cagak 15,3 cm mengalami peningkatan panjang pada ikan dengan
panjang total sebesar 18,5 cm dan panjang cagak 16,5 cm.
Dari Gambar 20 dan 23, dapat disimpulkan bahwa ikan kembung lelaki
yang tertangkap ditangkap di bawah length at first maturity, artinya sumberdaya
ikan di Bojonegara berpotensi terjadinya overfishing dan ketidakberlanjutan
sumberdaya ikan yang relatif besar. Hal ini karena hasil tangkapan didominasi
oleh ikan-ikan muda, sehingga berpotensi menghambat proses reproduksi.
L
Panjang (cm)
Lm 22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Panjang total Panjang cagak
Ikan kembung lelaki (yang ke-)
Gambar 20 Panjang ikan kembung lelaki hasil tangkapan
bulan Maret dan Mei 2010.
Berat ikan kembung lelaki yang tertangkap berkisar antara 40 - 70 gram.
Berat maksimal ikan kembung lelaki yang tertangkap yaitu sebesar 70 gram
sedangkan berat minimal ikan kembung lelaki yang tertangkap yaitu sebesar 40
gram. Berat ikan kembung lelaki yang tertangkap yaitu ukuran 40, 50, 60, dan 70
gram masing-masing sebanyak 1, 9, 5, dan 5 ekor atau masing-masing 5, 45, 25,
dan 25%, seperti pada Gambar 21.
49
80
Berat (gram)
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ikan kembung lelaki (yang ke-)
Gambar 21 Berat ikan kembung lelaki hasil pengukuran
bulan Maret dan Mei 2010.
Ikan kembung lelaki yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang
kelas 18,3 - 18,8 cm sebanyak 11 ekor (55%), pada selang kelas 16,5 - 17 cm dan
17,7 - 18,2 cm masing-masing sebanyak 3 ekor (15%), pada selang kelas 18,9 19,5 cm sebanyak 2 ekor (10%).
Ikan kembung lelaki yang paling sedikit
tertangkap terdapat pada selang kelas 17,1 - 17,6 cm yaitu sebesar 1 ekor (5%).
Pada selang kelas panjang total ikan kembung lelaki tidak terdapat ikan yang
tertangkap pada length at first maturity, seperti pada Gambar 22.
Lm = 20,5
12
frekuensi
10
8
6
4
2
0
16,5-17,0
17,1-17,6
17,7-18,2
18,3-18,8
18,9-19,5
Selang kelas (cm)
Gambar 22 Selang kelas panjang total ikan kembung lelaki
bulan Maret dan Mei 2010.
50
Hasil pengukuran hasil tangkapan utama jaring insang pada bulan Maret
2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan kembung lelaki antara
16,5 - 18,5 cm dengan rata-rata 18,1 ± 0,6 cm. Berat rata-rata ikan kembung
lelaki yang diperoleh adalah 52 ± 6,3 gram atau berkisar 40 - 60 gram (Lampiran
3).
Model regresi linear antara panjang dan berat ikan kembung lelaki hasil
tangkapan utama jaring insang pada bulan Maret 2010 adalah ln W = -3,3287 +
2,512 ln L atau y = -3,3287 + 2,512x (R² = 55,69%) (Gambar 23). Model ini
hanya berlaku untuk kisaran panjang 16,5 - 18,5 cm.
4,15
4,1
ln Berat (W)
4,05
y = 2,512x - 3,3287
R² = 0,5569
4
3,95
3,9
3,85
3,8
3,75
3,7
3,65
2,75
2,8
2,85
ln Panjang (L)
2,9
2,95
Gambar 23 Hubungan panjang dan berat ikan kembung lelaki bulan Maret 2010.
Hasil pengukuran hasil tangkapan utama jaring insang pada bulan Mei 2010
di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan kembung lelaki antara 16,7 19,0 cm dengan rata-rata 18,3 ± 0,8 cm. Berat rata-rata ikan kembung lelaki yang
diperoleh adalah 62 ± 9,2 gram atau berkisar 50 - 70 gram (Lampiran 4).
Model regresi linear antara panjang dan berat ikan kembung lelaki hasil
tangkapan utama jaring insang pada bulan Mei 2010 adalah ln W = -42775 +
2,8881 ln L atau y = -42775 + 2,8881x (R² = 74,11%) (Gambar 24). Model ini
hanya berlaku untuk kisaran panjang 16,7 - 19,0 cm.
ln Berat (W)
51
4,3
4,25
4,2
4,15
4,1
4,05
4
3,95
3,9
3,85
3,8
y = 2,8881x - 4,2775
R² = 0,7411
2,8
2,85
2,9
2,95
3
ln Panjang (L)
Gambar 24 Hubungan panjang dan berat ikan kembung lelaki bulan Mei 2010.
5) Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson)
Panjang total maksimal ikan tenggiri yang tertangkap yaitu sebesar 74 cm
dengan panjang cagak 64 cm, sedangkan panjang total minimal ikan teri nasi yang
tertangkap yaitu sebesar 46 cm dengan panjang cagak 40 cm. Hal ini menyatakan
hubungan positif antara panjang total dan panjang cagak, misalnya pada ikan
dengan panjang total sebesar 52 cm dan panjang cagak 42 cm mengalami
peningkatan panjang pada ikan dengan panjang total sebesar 57 cm dan panjang
cagak 46 cm (Gambar 25).
Dari Gambar 25 dan 27, dapat disimpulkan bahwa ikan tenggiri yang
tertangkap ditangkap di bawah length at first maturity, artinya sumberdaya ikan di
Bojonegara berpotensi terjadinya overfishing dan ketidakberlanjutan sumberdaya
ikan yang relatif besar. Hal ini karena hasil tangkapan didominasi oleh ikan-ikan
muda, sehingga berpotensi menghambat proses reproduksi.
52
Panjang (cm)
Lm
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Panjang total Panjang cagak
Ikan tenggiri (yang ke-)
Gambar 25 Panjang ikan tenggiri hasil tangkapan bulan Maret dan Mei 2010.
Berat ikan tenggiri yang tertangkap berkisar antara 700 - 1500 gram. Berat
maksimal ikan tenggiri yang tertangkap yaitu sebesar 1500 gram sedangkan berat
minimal ikan lemuru yang tertangkap yaitu sebesar 700 gram. Berat ikan tenggiri
yang tertangkap yaitu ukuran 700, 800, 900, 910, 920, 950, 1000, 1100, 1250,
1280, 1300, 1400, dan 1500 gram masing-masing sebanyak 1, 1, 3, 1, 1, 1, 2, 3,
1, 1, 2, 2, dan 1 ekor atau masing-masing 5, 5, 15, 5, 5, 5, 10, 15, 5, 5, 10, 10 dan
5 persen, seperti pada Gambar 26.
1600
Berat (gram)
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ikan tenggiri (yang ke-)
Gambar 26 Berat ikan tenggiri hasil pengukuran bulan Maret dan Mei 2010.
53
Ikan tenggiri yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 58 63 yaitu sebanyak 8 ekor (40%), pada selang kelas 46 - 51 sebanyak 5 ekor
(25%), pada selang kelas 52 - 57 sebanyak 6 ekor (30%). Ikan tenggiri yang
paling sedikit tertangkap terdapat pada selang kelas 70 - 75 yaitu sebesar 1 ekor
(5%). Dari Gambar 27, tidak terdapat ikan yang tertangkap pada length at first
maturity.
Lm = 85
9
8
frekuensi
7
6
5
4
3
2
1
0
46-51
52-57
58-63
64-69
70-75
Selang kelas (cm)
Gambar 27 Selang kelas panjang total ikan tenggiri bulan Maret dan Mei 2010.
Hasil pengukuran hasil tangkapan utama pancing pada bulan Maret 2010 di
Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan lemuru antara 46 - 74 cm dengan
rata-rata 55,9 ± 7,8 cm. Berat rata-rata ikan lemuru yang diperoleh adalah 1090 ±
249,2 gram atau berkisar 700 - 1500 gram (Lampiran 3).
Model regresi linear antara panjang dan berat ikan lemuru hasil tangkapan
utama pancing pada bulan Maret 2010 adalah ln W = 0,3541 + 1,6474 ln L atau
y = 0,3541 + 1,6474x (R² = 84,54%) (Gambar 35). Model ini hanya berlaku
untuk kisaran panjang 46 - 74 cm.
ln Berat (W)
54
7,5
7,4
7,3
7,2
7,1
7
6,9
6,8
6,7
6,6
6,5
y = 1,6474x + 0,3541
R² = 0,8454
3,8
3,9
4
4,1
4,2
4,3
4,4
ln Panjang (L)
Gambar 28 Hubungan panjang dan berat ikan tenggiri bulan Maret 2010.
Hasil pengukuran hasil tangkapan utama pancing pada bulan Mei 2010 di
Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan tenggiri antara 50 - 61 cm dengan
rata-rata 56,3 ± 4,6 cm. Berat rata-rata ikan tenggiri yang diperoleh adalah 1081 ±
208,8 gram atau berkisar 900 - 1400 gram (Lampiran 4).
Model regresi linear antara panjang dan berat ikan tenggiri hasil tangkapan
utama pancing pada bulan Mei 2010 adalah ln W = 0,7001 + 1,5566 ln L atau
y = 0,7001 + 1,5566x (R² = 49,9%) (Gambar 29). Model ini hanya berlaku untuk
kisaran panjang 46 – 74 cm.
7,3
y = 1,5566x + 0,7001
R² = 0,499
ln Berat (W)
7,2
7,1
7
6,9
6,8
6,7
3,9
3,95
4
4,05
4,1
ln Panjang (L)
Gambar 29 Hubungan panjang dan berat ikan tenggiri bulan Mei 2010.
4,15
55
5.1.3 Indeks keragaman hasil tangkapan di Kabupaten Serang
Keragaman dihitung berdasarkan indeks keragaman untuk menggambarkan
komunitas secara matematis dan mempermudah analisis komunitas ikan. Berikut
ini merupakan tabel produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang yang akan
dianalisis untuk mengetahui indeks keragamannya.
Tabel 9 Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Serang (ton)
Jenis ikan
Manyung
Selar
Layang
Tetengkek
Tembang
Lemuru
Teri
Peperek
Belanak
Kurisi
Kembung
Tenggiri
Tongkol abu2
Layur
Pari
Udang putih/jerbung
2005
2007
134
252
1512
5
126
218
714
948
128
409
1260
48
387
5
31
48
135
611
559
5
1440
324
627
976
122
394
1380
78
386
7
46
56
147
597
130
586
519
7
1359
340
579
988
113
386
1279
68
358
6
43
51
150
669
6969
7631
8073
Rajungan
Cumi-cumi
Total
2008
166
761
Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009
Dari Tabel 9, ikan kembung merupakan jenis ikan dengan produksi tertinggi
pada tahun 2005, 2007 dan 2009 di Kabupaten Serang. Ikan kembung terus
mengalami peningkatan produksi pada tahun 2007, 2008 dan 2009.
Ikan
tetengkek dan ikan layur merupakan jenis ikan dengan produksi terendah pada
tahun 2005, 2007, dan 2009 di Kabupaten Serang.
Hasil analisis keragaman hasil tangkapan nelayan di Bojonegara selama 3
tahun tersebut dengan bantuan software Primer5 disajikan pada Tabel 10.
56
Tabel 10 Hasil analisis indeks keragaman produksi perikanan tangkap Kabupaten
Serang
Sample
S
N
H' (log2)
2005
18
6969
3,34
2007
18
7631
3,49
2008
18
8073
3,49
Keterangan:
S = Jumlah total spesies ikan yang ditangkap
N = Total produksi tahunan (ton)
H’ = Indeks diversitas Shannon-Wiener
Produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Total produksi pada tahun 2008 merupakan produksi perikanan
terbanyak (8073 ton), sedangkan total produksi pada tahun 2005 merupakan
produksi perikanan terendah (6969 ton) (Tabel 10).
Indeks keragaman tertinggi yaitu pada tahun 2007 ( 3,49), sedangkan indeks
keragaman terendah yaitu pada tahun 2005 (3,34).
Indeks keragaman hasil
tangkapan di Kabupaten Serang mengalami peningkatan yaitu dari tahun 2005
sebesar 3,34 menuju tahun 2007 menjadi 3,49. Pada tahun 2008, indeks
keanekaragaman hasil tangkapan stabil dengan indeks keragaman sebesar 3,49,
Indeks keragaman
seperti pada Gambar 30.
3,55
3,5
3,49
3,49
2007
2008
3,45
3,4
3,35
3,34
3,3
3,25
2005
Tahun
Gambar 30 Indeks keragaman hasil tangkapan berdasarkan tahun.
57
5.1.4 Variasi temporal hasil tangkapan
Dari hasil penelitian, 73,30% responden mengemukakan ikan kembung
merupakan ikan yang dapat ditangkap pada bulan Maret 2010, sedangkan 66,70%
responden mengemukakan ikan kembung dapat ditangkap pada bulan Mei 2010.
Secara keseluruhan, 70% responden mengemukakan bahwa ikan kembung dapat
ditangkap pada bulan Maret dan Mei 2010 (Tabel 11).
Tabel 11 Hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian dilakukan menurut
responden
Jenis ikanyang dapat
ditangkap
Waktu wawancara
Keseluruhan
jawab
responden
Maret 2010
Mei 2010
70,00%
30,00%
26,70%
23,30%
23,30%
23,30%
20,00%
20,00%
16,70%
16,70%
10,00%
10,00%
10,00%
6,70%
73,30%
40,00%
20,00%
33,30%
26,70%
20,00%
20,00%
20,00%
13,30%
20,00%
6,70%
13,30%
0%
6,70%
66,70%
20,00%
33,30%
13,30%
20,00%
26,70%
20,00%
20,00%
20,00%
13,30%
13,30%
6,70%
20,00%
6,70%
Kembung
Tongkol
Teri nasi
Layang
Tembang
Tenggiri
Belanak
Lemuru
Rebon
Udang
Kakap putih
Selar
Teri kasar
Lainnya
Keterangan
TL3
TL5
TL3
TL3
TL2
TL5
TL2
TL2
TL5
TL3
TL3
-
5.1.5 Variasi alat tangkap yang digunakan
Dari hasil penelitian, ikan kembung merupakan ikan yang dapat ditangkap
oleh alat tangkap jaring insang (100% responden), pancing (100% responden) dan
payang (50% responden). Secara keseluruhan, 70% responden mengemukakan
bahwa ikan kembung merupakan ikan yang dapat ditangkap oleh jaring insang,
pancing dan payang (Tabel 12).
58
Tabel 12 Hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap menurut responden
Jenis ikan yang
dapat ditangkap
Kembung
Tongkol
Teri nasi
Layang
Tembang
Tenggiri
Belanak
Lemuru
Rebon
Udang
Kakap putih
Selar
Teri kasar
Lainnya
Keseluruhan
jawab
responden
70,00%
30,00%
26,70%
23,30%
23,30%
23,30%
20,00%
20,00%
16,70%
16,70%
10,00%
10,00%
10,00%
6,70%
Jenis alat tangkap digunakan
Jaring
insang
100,00%
0%
0%
83,30%
50,00%
16,70%
0%
0%
0%
0%
0%
50,00%
0%
0%
Keterangan
Pancing
100,00%
66,70%
0%
0%
33,30%
100,00%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Payang
50,00%
27,80%
44,40%
11,10%
11,10%
0%
33,30%
33,30%
27,80%
27,80%
16,70%
0%
16,70%
11,10%
TL3
TL5
TL3
TL3
TL2
TL5
TL2
TL2
TL5
TL3
TL3
-
5.1.6 Trofik level hasil tangkapan
Hasil tangkapan nelayan di Bojonegara dengan menggunakan alat tangkap
payang, jaring insang, dan pancing didominasi oleh ikan jenis omnnivora yang
cenderung pemakan hewan (zooplankton) (TL3 yaitu 2,9 - 3,7), seperti ikan
kembung dan teri.
Jenis ikan dominan kedua yang ditangkap menggunakan
payang, jaring insang, dan pancing didominasi oleh jenis carnivora yang
menyukai ikan kecil dan cephalopoda (TL5 yaitu 4,0 - 4,5) (Tabel 13).
Tabel 13 Jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan menurut alat tangkap
di Bojonegara
Alat Tangkap
Trofik
level
Payang
Jaring
insang
Pancing
Bawal hitam
2.90
1
1
1
TL2
Bawal putih
3.12
1
1
1
TL3
Belanak
2.20
1
1
1
TL2
Beloso
4.40
1
1
1
TL5
Bentong
4.10
1
1
1
TL5
Ekor kuning
3.40
1
1
1
TL3
Japuh
3.40
1
1
1
TL3
Kakap merah
4.49
1
1
1
TL5
Nama
ikan
Keterangan
59
Tabel 13. (Lanjutan)
Nama
ikan
Kakap putih
Kembung lelaki
Kerapu
Kuniran
Kurisi
Kuwe
Layang
Layur
Lemuru
Manyung
Pari
Peperek
Selar kuning
Tembang
Tenggiri
Teri
Tongkol
Tuna
Alat Tangkap
Trofik
level
Payang
4.35
3.20
3.79
3.16
3.72
4.50
3.69
4.45
2.40
3.10
3.22
2.94
3.53
2.70
4.4
3.05
4.34
4.49
Pancing
Keterangan
1
1
1
Jaring
insang
1
1
1
1
1
1
TL5
TL3
TL4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
TL3
TL4
TL5
TL3
TL5
TL2
TL3
TL4
TL3
TL3
TL2
TL5
TL3
TL5
TL5
Keterangan:
1 = dapat ditangkap; 0 = tidak ditangkap

= klasifikasi trofik level menurut Froese dan Pauly (2010)

= klasifikasi trofik level menurut Stergiou et al. (2007)
2,1 ≤ TL2 ≤ 2,9 = omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan
2,9 < TL3 ≤ 3,7 = omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton)
3,7 < TL4 ≤ 4,0 = carnivora yang menyukai decapoda dan ikan
4,0 < TL5 ≤ 4,5 = carnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda
Dari Tabel 14, alat tangkap payang dapat menangkap semua jenis ikan yang
ada, sedangkan jaring insang tidak menangkap ikan pari dan ikan teri. Alat
tangkap pancing menangkap semua jenis ikan kecuali ikan pari, peperek dan teri.
60
Tabel 14 Hasil jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan di Bojonegara
Jumlah spesies/jenis ikan
Tingkatan trofik
TL2
TL3
TL4
TL5
Jumlah
Payang
Jaring insang
Pancing
4
10
3
9
26
4
9
2
8
23
4
8
2
9
21
Alat tangkap payang dan jaring insang banyak menangkap jenis ikan dengan
trofik level 3 (2,9 - 3,7) yaitu omnivora yang cenderung pemakan hewan
(zooplankton). Alat tangkap pancing banyak menangkap jenis ikan dengan trofik
level 5 (4,0 - 4,5) yaitu carnivora yang cenderung pemakan ikan dan
cephalopoda. Alat tangkap payang, jaring insang dan pancing sedikit menangkap
jenis ikan dengan trofik level 4 (3,7 - 4,0) yaitu carnivora yang menyukai
decapoda dan ikan, seperti pada Gambar 31.
12
10
TL
8
6
4
2
0
payang
jaring insang
TL2
TL3
pancing
TL4
TL5
Gambar 31 Trofik level hasil tangkapan setiap jenis alat tangkap di Bojonegara.
Alat tangkap payang menangkap jenis ikan dengan trofik level 2 sebanyak
15,38%, pada trofik level 3 sebanyak 44,25%, pada trofik level 4 sebanyak
11,54%, pada trofik level 5 sebanyak 34,62%.
Alat tangkap jaring insang
menangkap jenis ikan dengan trofik level 2 sebanyak 17,39%, pada trofik level 3
sebanyak 39,13%, pada trofik level 4 sebanyak 8,70%, pada trofik level 5
61
sebanyak 34,78%. Alat tangkap pancing menangkap jenis ikan dengan trofik
level 2 sebanyak 17,39%, pada trofik level 3 sebanyak 34,78%, pada trofik level 4
sebanyak 8,70% dan pada trofik level 5 sebanyak 39,13%. Alat tangkap payang
dan jaring insang banyak menangkap jenis ikan dengan trofik level 3 (42,31% dan
39,13%) yaitu omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton),
sedangkan alat tangkap payang banyak menangkap jenis ikan dengan trofik level
5 (39,13%) yaitu carnivora yang menyukai ikan dan cephalopoda. Alat tangkap
payang, jaring insang, dan pancing sedikit menangkap jenis ikan dengan trofik
level 4 (7,69% dan 8,70%) yaitu carnivora yang menyukai decapoda dan ikan
(Gambar 32).
TL
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
payang
jaring insang
TL5
pancing
TL4
Gambar 32 Komposisi trofik level hasil tangkapan setiap jenis alat tangkap di
Bojonegara.
.
5.2 Pembahasan
Selama penelitian yang dilakukan pada bulan Maret – Mei 2010, terdapat 5
alat tangkap yang digunakan di Bojonegara yaitu payang, payang ampera, payang
bondet, jaring koped (jaring insang) dan pancing. Hasil tangkapan utama dari
masing-masing alat tangkap tersebut adalah ikan teri nasi (Stolephorus
commersonnii), lemuru (Sardinella longiceps), belanak (Valamugil speigleri),
kembung
lelaki
commerson).
(Rastrelliger
kanagurta)
dan
tenggiri
(Scomberomorus
62
Dari hasil pengukuran panjang total ikan hasil tangkapan utama, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar panjang dan berat rata-rata ikan hasil
tangkapan utama pada bulan Mei lebih besar dibandingkan pada bulan Maret
(Tabel 15).
Tabel 15 Hasil pengukuran rataan dan standar deviasi panjang dan berat ikan
hasil tangkapan utama di Bojonegara
No.
1.
2.
Jenis ikan
Teri nasi
Lemuru
Panjang (cm)
4.
5.
Belanak
Kembung lelaki
Tenggiri
Keterangan
(3,5 ± 0,2)
-
Payang (Maret)
(3,5 ± 0,2)
-
Payang (Mei)
(16,4 ± 0,5)
(16,7 ± 0,4)
3.
Berat (gram)
(36 ± 9,7) Payang ampera (Maret)
(51,5 ± 4,1) Payang ampera (Mei)
(17,5 ± 1,2)
(61 ± 12) Payang bondet (Maret)
(17,9 ± 0,8)
(65 ± 9,7) Payang bondet (Mei)
(18,1 ± 0,6)
(52 ± 6,3) Jaring insang (Maret)
(18,3 ± 0,8)
(62 ± 9,2) Jaring insang (Mei)
(55,9 ± 7,8)
(1090 ± 249,2) Pancing (Maret)
(56,3 ± 4,6)
(1081 ± 208,8) Pancing (Mei)
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan menghitung indeks
keragaman Shannon-Wiener berdasarkan berat hasil tangkapan.
Indeks ini
menggambarkan keragaman ikan di lingkungan. Pada penelitian Silvano dan
Begossi (2001), penelitian juga dilakukan dengan menghitung indeks keragaman
Shannon-Wiener berdasarkan berat hasil tangkapan karena parameter tersebut
lebih relevan untuk nelayan. Pada penelitian ini indeks keragaman ikan hasil
tangkapan di lingkungan berdasarkan musim. Indeks keragaman pada musim
gugur yaitu 3,01, pada musim dingin yaitu 2,63, pada musim semi yaitu 2,65 dan
pada musim panas yaitu 1,93. Dari hasil penelitian Silvano dan Begossi di sungai
Piracicaba (Brazil) (2001) didapatkan hasil indeks keragaman yang lebih rendah
dibandingkan indeks keragaman produksi perikanan tangkap di kabupaten Serang
yaitu 3,34 pada tahun 2005 dan 3,49 pada tahun 2007 dan 2008.
63
Ikan kembung merupakan ikan yang paling banyak ditangkap oleh semua
alat tangkap yang digunakan di Bojonegara. Ikan kembung juga merupakan ikan
dengan produksi tertinggi di Kabupaten Serang (DKP Kabupaten Serang, 2009).
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hasil tangkapan dominan
yang didaratkan di Bojonegara adalah ikan pelagis. Menurut DKP Kabupaten
Serang (2009), kelompok ikan pelagis menjadi kelompok dominan dan penting
dalam produksi perikanan Kabupaten Serang. Hampir 60% produksi perikanan
berasal dari kelompok ikan pelagis terutama ikan pelagis kecil, sehingga
kelompok ikan pelagis kecil menjadi penting dan mendapat perhatian khusus
untuk dapat dijaga kelestariannya.
Model regresi linear antara panjang dan berat ikan lemuru hasil tangkapan
utama payang ampera pada bulan Maret 2010 yaitu ln W = -10,605 + 5,0617 ln L
atau y = -10,605 + 5,0617x (R² = 29,84%). Model ini hanya berlaku untuk
kisaran panjang 15,5 – 17,5 cm. Untuk jenis ikan lemuru pada bulan Mei 2010
mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -4,0652 +
2,842 ln L atau y = -4,0652 + 2,842 (R² = 88,01%) berlaku untuk kisaran
panjang 16,0 – 17,7 cm. Hasil tangkapan utama payang bondet pada ikan belanak
mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -2,0294 +
2,1394 ln L atau y = -2,0294 + 2,1394x (R² =58,94%) berlaku untuk kisaran
panjang 16,0 – 19,5 cm, sedangkan pada bulan Mei 2010 ikan belanak
mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -0,394 +
1,5813 ln L atau y = -0,394 + 1,5813x (R² = 23,31 %) untuk kisaran panjang 16,6
– 19,0 cm. Ikan kembung lelaki hasil tangkapan utama jaring insang pada bulan
Maret 2010 mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W
= -3,3287 + 2,512 ln L atau y = -3,3287 + 2,512x (R² = 55,69%) dan berlaku
untuk kisaran panjang 16,5 – 18,5 cm. Untuk jenis ikan kembung lelaki pada
bulan Mei mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W =
-42775 + 2,8881 ln L atau y = -42775 + 2,8881x (R² = 74,11%). Model ini hanya
berlaku untuk kisaran panjang 16,7 – 19,0 cm. Hasil tangkapan utama pancing
pada ikan tenggiri, model regresi linear antara panjang dan berat pada bulan Maret
2010 adalah ln W = 0,3541 + 1,6474 ln L atau y = 0,3541 + 1,6474x (R² =
84,54%) untuk kisaran panjang 46 – 74 cm. Pada ikan tenggiri di bulan Mei
64
2010, model regresi linear antara panjang dan berat hasil tangkapan utama
pancing pada bulan Mei 2010 adalah ln W = 0,7001 + 1,5566 ln L atau y = 0,7001
+ 1,5566x (R² = 49,9%). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 46 – 74
cm.
Hasil penelitian Binohlan & Crispina (1991) vide Pauly et al (1996) di
Calicut (India) menunjukkan hubungan linear panjang dan berat populasi ikan
lemuru dengan model y = 0,0135 + 2,926x (L = 6,5 – 24 cm). Hubungan linear
panjang dan berat populasi ikan belanak pada penelitian Binohlan & Crispina
(2005) Pauly et al. (1996) di perairan bagian barat Indonesia mempunyai model y
= 0,0502 + 2,528x. Untuk jenis ikan kembung lelaki pada penelitian Binohlan &
Crispina B (1991) vide Pauly et al. (1996) di perairan bagian barat Indonesia
menunjukkan hubungan linear panjang dan berat populasi ikan kembung lelaki
dengan model y = 0,0061 + 3,174x. Model ini berlaku untuk kisaran L = 5,0 –
26,5 cm. Hasil penelitian Binohlan & Crispina (1996) vide Pauly et al (1996)
pada ikan tenggiri di perairan bagian barat Indonesia menunjukkan hubungan
linear panjang dan berat populasi ikan tenggiri dengan model y = 0,0057 + 3,125x
berlaku untuk kisaran L = 14 – 106 cm.
Sebagian besar hasil tangkapan utama nelayan berada di bawah ukuran
standar tangkap menurut indikator length at first at maturity (Lm) sehingga dalam
jangka panjang berpotensi mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan di lokasi
studi. Menurut Saputra, 2009, ukuran pertama kali ikan matang gonad penting
diketahui karena dengan mengetahui nilai Lm maka dapat digunakan untuk
menyusun suatu konsep pengelolaan lingkungan perairan.
Banyaknya hasil tangkapan ikan yang tertangkap pada TL5 dan TL3
menyebabkan struktur trofik level hasil tangkapan menjadi tidak seimbang
(Gambar 33a dan 33b).
65
Carnivora yang cenderung pemakan ikan
dan cephalopoda
Carnivora yang menyukai
decapoda dan ikan
Omnivora yang cenderung
pemakan hewan (zooplankton)
Omnivora yang
cenderung pemakan
tumbuhan
Fitoplakton
Gambar 33a Ilustrasi struktur trofik level seimbang alamiah.
Pada ekosistem produktif dunia dan khususnya ekosistem upwelling, trofik
level peralihan ditempati oleh sedikit ikan kecil, ikan pelagis pemakan plankton
dan komponen populasi yang secara besar-besaran dieksploitasi terus-menerus
dan sangat melimpah. Ikan pelagis kecil berperan penting dalam menentukan
keseimbangan energi di dalam ekosistem perairan yang menyebabkan upwelling
dan ini dikenal dengan istilah kontrol wasp-waist. Penurunan mangsa-mangsa
dominan dapat menimbulkan perubahan drastis pada bagian trofik level yang
lebih tinggi (carnivora), tetapi juga terjadi perubahan keseimbangan pada bagian
trofik level yang lebih rendah (Cury et al., 2000).
66
Gambar 33b Ilustrasi struktur trofik level hasil tangkapan di lokasi studi.
Kelimpahan ikan mangsa (prey) atau ikan-ikan pelagis kecil tergantung
pada lingkungan dan kontrol baik kelimpahan predator maupun produsen utama.
Penurunan kelimpahan ikan mangsa secara negatif dipengaruhi kelimpahan
predator. Penurunan yang sama dalam kelimpahan ikan mangsa mengurangi
predasi (proses memakan) zooplankton sehingga ketersediaan zooplankton
semakin melimpah. Populasi zooplankton yang besar meningkatkan penguraian
dan mengurangi kelimpahan fitoplankton (Sinclair & Valdimarsson, 1988).
Dari gambaran di atas terlihat bahwa kegiatan penangkapan ikan yang
cenderung lebih mengeksploitasi ikan pelagis kecil seperti kasus di Serang
berpotensi merusak keseimbangan ekosistem (jaring makanan) .
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jenis alat tangkap utama yang digunakan nelayan di Bojonegara adalah
payang, payang ampera, payang bondet, jaring insang dan pancing.
Jenis
tangkapan utama masing-masing alat tangkap tersebut adalah ikan teri nasi
(Stolephorus
commersonnii),
lemuru
(Sardinella
longiceps),
belanak
(Valamugil speigleri), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) dan tenggiri
(Scomberomorus commerson).
2. Ukuran rata-rata panjang total jenis ikan hasil tangkapan utama masing-masing
alat tangkap tersebut adalah teri nasi (3,4 ± 0,2 cm), lemuru (16,6 ± 0,5 cm),
belanak (17,7± 1,0 cm), kembung lelaki (18,2 ± 0,7 cm) dan tenggiri (56,1 ±
6,2 cm).
3. Berat rata-rata hasil tangkapan utama masing-masing jenis ikan tersebut adalah
lemuru (43,8 ± 10,7 gram), belanak (63,0 ± 10,8 gram), kembung lelaki (57,0 ±
9,2 gram) dan tenggiri (1085,5 ± 223,8 gram).
4. Trofik level ikan yang ditangkap dengan semua alat tangkap utama di
Bojonegara (payang, jaring insang dan pancing) berkisar antara pada TL 2,10 4,50 dan didominasi oleh jenis omnivora yang cenderung pemakan hewan
(zooplankton) atau TL3 yaitu 2,9 - 3,7, seperti ikan kembung lelaki dan teri
nasi. Jenis ikan dominan kedua yang ditangkap menggunakan alat tangkap
tersebut adalah jenis carnivora yang cenderung pemakan ikan dan
cephalopoda (TL5 yaitu 4,0 - 4,5), seperti ikan tongkol dan tenggiri.
5. Pada alat tangkap payang dan jaring insang didominasi oleh jenis omnivora
yang cenderung pemakan hewan (zooplankton) (TL3 yaitu 2,9 - 3,7), seperti
ikan bawal putih dan layang. Pada alat tangkap pancing didominasi oleh jenis
carnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda (TL5 yaitu 4,0 4,5), seperti ikan kakap dan tenggiri.
6. Sebagian besar hasil tangkapan utama nelayan berada di bawah ukuran standar
tangkap menurut indikator length at first maturity, seperti ikan kembung dan
tenggiri sehingga dalam jangka panjang berpotensi mengganggu keberlanjutan
sumberdaya ikan di Teluk Banten.
68
6.2 Saran
Penelitian ini telah dapat menghasilkan informasi terkini tentang kondisi
perikanan tangkap di lokasi studi dan struktur ekologis hasil tangkapan menurut
alat tangkap yang digunakan. Penelitian lanjutan perlu dilakukan beberapa hal,
yaitu:
1) Mengukur jenis ikan dan alat tangkap yang lain.
2) Analisis feeding guilds secara langsung terhadap jenis ikan tangkapan perlu
untuk memperoleh data real trofik level ikan tangkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z. 2000. Studi Tentang Selektivitas Jaring Rampus terhadap Ikan
Kembung (Rastrelliger spp) di Teluk Jakarta [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Adianto. 1993. Penggunaan Model Surplus Produksi dalam Pendugaan Potensi
Lestari dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Lemuru [Skripsi].
Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 2007. Fish Morphology. www.collegeofidaho.edu. [20 Februari 2009].
Apian S. 1995. Survey Pro. 2.0 User Guide : Tutorial How to and Reference.
Aryani OD. 2010. Pengelolaan Sumberdaya Alam. www.mediaindonesia.com.
[16 Januari 2010].
Astrini ED. 2004. Selektivitas Trammel Net terhadap Udang di Perairan
Pelabuhan Ratu, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Aziz KA. 1989. Pendugaan Stok Populasi Ikan Tropis. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Barani HM. 2006. Pelaksanaan dan Evaluasi Kebijaksanaan Teknologi
Penangkapan Ikan yang Bertanggung Jawab di Indonesia. Di dalam:
Sondita, editor. Seminar Nasional Perikanan Tangkap; Auditorium Rektorat
Institut Pertanian Bogor, 10 - 11 Agustus 2006. Bogor: IPB Press Hal 6.
Burhanudin, S Matosewejo dan M Hutomo. 1984. Sumberdaya Ikan Kembung.
Jakarta: LIPI.
Cury P, L Shannon dan YJ Shin. 1995. The Functioning of Marine Ecosystems: a
Fisheries Perspective. Journal of Marine Science. No. 57: 603 – 618.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Mewujudkan Kawasan Industri
Pengolahan Perikanan Bojonegara. www.dkp-banten.go.id. [15 September
2010].
Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Bogor: Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. 62 hal.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang. 2009. Profil Kelautan
dan Kabupaten Serang. Serang: DKP.
70
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum Kabupaten Serang. 2005. Bentuk
Penjabaran Kawasan Bojonegara. Serang: DPU.
Dwiponggo A. 1982. Beberapa Aspek Biologi Ikan Lemuru (Sardinella spp).
Prosiding Ikan Lemuru; Banyuwangi, 18 – 21 Januari 1982. Jakarta:
Puslitbangkan.
Elliot dan Hemingway. 2002. Fishes in Estuaries. Blackwell Science: USA.
Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioteknologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
FAO. 2005. Menempatkan Praktek Pendekatan Ekosistem untuk Perikanan.
www.fao.org. [23 Januari 2010].
Froese R dan D Pauly. 2000. Fish Base: Consepts, Design and Data Sources.
Philippine: International Center for Living Aquatic Resources Management.
Froese R, S Garthe, U Piatkowski dan D Pauly. 2005. Trophic Signatures of
Marine Organisms in the Mediterranean as Compared with Other
Ecosystems. Marine Ecology Progress Series. No. 135: 139 - 143.
Guci N. 1999. Analisis Hasil Tangkapan (Catch) dan Upaya Penangkapan (Effort)
Tenggiri (Scomberomorus commerson) di Pantai Baron dan Sadeng
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Hall SJ. 1999. The Effect of Fishing on Marine Ecosystems and Communities.
Cornwall: MPG Books.
Hutomo, M Burhanudin, S Djamali dan S Martosejowo. 1987. Sumberdaya Ikan
Teri di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi
LIPI.
Kamarga H. 2010. Metode Penelitian dalam Kurikulum dan Pembelajaran.
www.unhas.ac.id. [16 Januari 2011].
Krebs CJ. 1989. The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.
Harper & Row: London.
Kriswantoro dan Sunyoto. 1986. Mengenal Ikan Laut. Jakarta: Karya Bani.
Mahaza NS. 2003. Kajian Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Akibat
Penangkapan Ikan Hias dan Pengambilan Bunga Karang di Kelurahan Pulau
Panggang Kepulauan Pulau Seribu, Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
71
Manalu M. 2003. Kajian Output yang Dihasilkan Operasi Unit Penangkapan
Jaring Kejer di Teluk Banten [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Michael P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Millar RB dan RJ Fryer. 1999. Estimating the Size-Selection Curves of Towed
Gears, Traps, Nets and Hook. Marine Ecology Progress Series. No. 9: 89 116.
Monintja DR. 1989. Perikanan Tangkap di Indonesia: Suatu Pengantar. Bogor:
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 66 hal.
Nurhakim S. 1993. Beberapa Aspek Produksi Ikan Banyar (Rastrelliger
kanagurta) di Perairan Laut Jawa. Jurnal Penelitian Laut. No.81.
Nurhakim. 2006. Peran Lembaga Riset DKP dalam Mewujudkan Perikanan
Tangkap yang Bertanggung jawab. Di dalam: Sondita, editor. Seminar
Nasional Perikanan Tangkap; Auditorium Rektorat Institut Pertanian
Bogor, 10-11 Agustus 2006. Bogor: IPB Press Hal 33 - 34.
Nurhayati Y. 2006. Pengaruh Kedalaman terhadap Komposisis Hasil Tangkapan
Pancing Ulur (Hand Line) pada Perikanan Layur di Perairan Palabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi. Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nybakken JW. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia tentang Penggunaan Alat
Penangkapan Ikan Jaring Insang (Gill net) di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia. www.itjen.kkp.go.id. [10 Februari 2011].
Purbayanto A, M Riyanto dan ADP Fitri. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan
pada Perikanan Tangkap. Bogor: IPB Press.
Raspati RP. 2008. Pengkajian Hasil Tangkapan Muroami di Kepulauan Seribu
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Rizkawati. 2009. Pengaruh Suhu Permukaan Laut terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Tenggiri di Perairan Indramayu, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung: Bina Cipta.
72
Saefuddin A, KA Notodiputro, A Alamudi dan K Sadik. 2009. Statistika Dasar.
Jakarta: PT Grasindo.
Saputra. 2009. Beberapa Aspek Biologi Ikan Kuniran (Upeneus spp ) di Perairan
Demak. Jurnal Saintek Perikanan. Vol 1. No. 1.
Stergiou KI, DK Moutopoulus, HJA Casal dan K Erzini. 2007. Trophic Signatures
of Small-Scale Fishing Gears: Implications for Conservation and
Management. Marine Ecology Progress Series. No. 333: 117 - 128.
Stergiou KI dan VS Karpouzi. 2002. Feeding Habits and Trophic levels of
Mediterranean Fish. Marine Ecology Progress Series. No. 11: 217 - 254.
Shabrina. 2009. Keanekaragaman Hayati Perairan. www.fpik.undip.ac.id. [10
Desember 2010].
Silvano RAM dan A Begossi. 2001. Seasonal Dynamics of Fishery at the
Piracicaba River (Brazil). Fisheries Research. No. 51: 69 - 86.
Sinclair M dan G Valdimarsson. 2003. Responsible Fisheries in the Marine
Ecosystem. Italy: FAO.
Sparre P dan SC Venema. 1998. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50: 4 - 16.
Syamsiar. 1986. Mempelajari Pengaruh Cara Penggaraman terhadap Mutu Ikan
Lemuru (Sardinella longiceps) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor.
Tritondo LN. 2008. Komposisi Hasil Tangkapan Udang dan Laju Tangkap Udang
di Perairan Arafura (Kasus Studi PT Irian Marine Product Development)
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Usman H dan Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyudi Y. 2004. Pengembangan Sistem Perikanan Teri Nasi di Kabupaten
Tuban, Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Yuliana. 2009. Karakteristik Unit Penangkapan Ikan Skala Kecil di Pelabuhan
Perikanan Pantai Karangantu, Serang, Banten [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
73
Yulianto I. 2010. Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan Karang di
Pulau Weh, Nangroe Aceh Darussalam [Tesis]. Bogor: Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
75
Lampiran 1 Hasil Analisis Kuesioner dengan Menggunakan Survei Pro 2.0 Bulan
Maret dan Mei 2010
(1)
Kapankah wawancara dilakukan?
50.0% Maret 2010
(2)
50.0% Mei 2010
Dimanakah wawancara dilakukan?
100.0% Kelurahan Karang Kepuh, Desa Karang Kepuh, Kecamatan
Bojonegara, Kabupaten Serang
(3)
(4)
(5)
Berapakah umur Bapak?
16.7% 30
13.3% 40
10.0% 45
6.7% 37
13.3% 38
10.0% 35
6.7% 27
6.7% 42
Dimanakah alamat Bapak?
23.3% Mangkunegara
20.0% Wadas
23.3% Sempu
13.3% Karang Kepuh
0.0% Wanita
36.7% SLTP
0.0% Sarjana
0.0% lainnya
10.0% nakhoda
0.0% lainnya
Status pekerjaan
100.0% utama
(9)
0.0% SLTA
Status nalayan
93.3% nelayan pemilik
(8)
6.7% Teluk Bako
Pendidikan
63.3% SD
(7)
13.3% Kubang Kepo
Jenis Kelamin
100.0% Pria
(6)
16.7% lainnya
0.0% sambilan
Apabila status pekerjaan bapak menjadi nelayan sambilan, apakah pekerjaan
utama Bapak?
Tidak ada
(10) Apakah nama kapal yang Bapak gunakan?
- Logam Jaya
- Tunggal
- Mangoro
- Puteri mandiri
- MS. Rukun
- Kembang Desa
- Sumber Lancar
- Rohayu
- Sumber Makmur
- KM. Jaya Warna
- Sabar Jaya
- Sumber Bahagia
- MD Jaya 8
- Carita Indah
76
- Sumber Jaya
- Sempurna
- Putera banten
- Widara putih
- Pelopor
- Mulya
- Jembar Jaya
- Roda Mas
- Tori
- Alam Jaya
- Sumber Bangga
- Sumber Sana
- Harum Sari
- Puteri Santai
- Bunga Desa
- Sumber Gambar
(11) Apakah jenis kapal yang Bapak gunakan?
33.3% jonsonan
30.0% perahu motor
30.0% perahu bondet
6.7% bendongan
(12) Apakah jenis bahan kapal yang Bapak gunakan?
100.0% kayu
(13) Berapakah panjang kapal (LOA) yang Bapak gunakan? (m)
30.0% 10
16.7% 12
6.7% 11
16.7% lainnya
23.3% 9
13.3% 7
6.7% 8
16.7% lainnya
 7.5
(14) Berapakah lebar kapal yang Bapak gunakan? (m)
40.0% 25
23.3% 2
23.3% 3
6.7% 4
6.7% lainnya
 1.5
 2.8
(15) Berapakah draft kapal yang Bapak gunakan? (m)
66.7% 0.6
33.3% 0.5
(16) Berapakah kapasitas kapal yang Bapak gunakan? (GT)
76.7% 1
23.3% 2
(17) Apakah merk merk kapal yang Bapak gunakan?
100.0% Dompeng
(18) Berapakah kecepatan maksimal kapal yang Bapak gunakan? (km/jam)
43.3% 60
26.7% 30
26.7% 70
3.3% lainnya
 50
(19) Berapakah panjang palkah yang Bapak gunakan? (m)
54.5% 1.5
36.4% 1
9.1% lainnya
77
 3
(20) Berapakah lebar palkah yang Bapak gunakan? (m)
70.0% 1
30.0% 2
(21) Berapakah tinggi palkah yang Bapak gunakan? (m)
40.0% 0.5
30.0% 0.6
30.0% lainnya
 1.5
 0.7
 0.8
(22) Berapakah jumlah operasional kapal per trip? (hari/trip)
100.0% 1
(23) Berapakah jumlah operasional kapal per tahun? (trip/tahun)
73.3% 300
26.7% 313
(24) Berapakah jumlah bulan kapal tidak beroperasi? (bulan/tahun)
100.0% 2
(25) Mengapa kapal tidak beroperasi?
86.7% perbaikan kapal
76.7% perbaikan jaring
76.7% istirahat
46.3% cuaca
(26) Apakah nama alat tangkap umum yang Bapak gunakan?
60.0% payang
20.0% jaring insang
20.0% pancing
(27) Apakah nama daerah alat tangkap yang Bapak gunakan?
20.0% jaring koped
20.0% payang
20.0% payang bondet
20.0% pancing
20.0% Payang ampera
(28) Apakah jenis alat tangkap yang Bapak gunakan?
60.0% payang
20.0% jaring insang
20.0% pancing
(29) Apakah bahan pembuatan jaringnya?
40.0% nylon
40.0% waring
20.0% senar
(30) Berapakah panjang alat tangkap yang Bapak gunakan? (m)
26.7% 100
10.0% 150
6.7% 130
20.0% 50
10.0% 200
6.7% 250
 140
 120
 90
6.7% 80
13.3% lainnya
78
 60
(31) Berapakah lebar alat tangkap yang Bapak gunakan? (m)
16.7% 4
8.3% 10
8.3% 20
12.5% 2
8.3% 100
8.3% 3
8.3% 50
29.2% lainnya
 12
 60
 120
 125
 14
 15
 30
(32) Berapakah ukuran mesh size alat tangkap yang Bapak gunakan? (m)
50.0% 0.005
25.0% 0.025
20.8% 0.15
4.2% lainnya
 0.13
(33) Jenis ikan apa saja yang ditangkap?
70.0% kembung
23.3% tembang
16.7% rebon
10.0% teri kasar
30.0% tongkol
23.3% tenggiri
16.7% udang
6.7% lainnya
26.7% teri nasi
20.0% belanak
10.0% kakap putih
23.3% layang
20.0% lemuru
10.0% selar
 manyung
 bawal putih
(34) Berapakah rata-rata hasil tangkapan yang ditangkap?
20.0% kembung 100kg (sampingan)
6.7% kakap 10 kg (sampingan)
16.7% layang 100 kg (sampingan)
6.7% kembung 1000 (utama)
16.7% lemuru 200 kg (utama)
6.7% kembung 200 kg (utama)
13.3% tongkol 200 kg (sampingan)
6.7% layang 200 kg (sampingan)
10.0% kembung 300 kg (utama)
6.7% rebon 50 kg (sampingan)
10.0% selar 100 kg (sampingan)
6.7% tenggiri 50 kg (utama)
10.0% tembang 200 kg (sampingan)
6.7% teri nasi 200 kg (utama)
10.0% tenggiri 50 (sampingan)
6.7% udang 15 kg (sampingan)
10.0% teri nasi 300 (utama)
6.7% belanak 15 kg (utama)
73.3% lainnya
79
- manyung 200 kg (sampingan)
- belanak 25 kg (sampingan)
- teri nasi 250 kg (utama)
- belanak 100 kg (utama)
- tongkol 250 kg (sampingan)
- udang 20 kg (sampingan)
- kembung 70 kg (sampingan)
- rebon 100 kg (utama)
- udang 13 kg (sampingan)
- belanak 50 kg (sampingan)
- belanak 20 kg (utama)
- udang 50 kg (sampingan)
- rebon 15 kg (sampingan)
- lemuru 100 kg (sampingan)
- tembang 100 kg (sampingan)
- kakap putih 100 kg (sampingan)
- kembung 50 kg (utama)
- bawal putih 100 kg (sampingan)
- kembung 100 kg (utama)
- teri nasi 100 kg (sampingan)
- tembang 50 kg (sampingan)
- layang 500 kg (sampingan)
- kembung 30 kg (sampingan)
- tenggiri 20 kg (sampingan)
- tongkol 30 kg (sampingan)
- kembung 40 kg (sampingan)
- teri kasar 100 kg (sampingan)
- tongkol 40 kg (utama)
- teri nasi 500 kg (utama)
- kembung 70 kg (utama)
- teri kasar 250 kg (sampingan)
- tembang 40 kg (sampingan)
- teri kasar 200 kg (sampingan)
- tenggiri 100 kg (utama)
- kembung 200 kg (sampingan)
- kembung 50 kg (sampingan)
- rebon 200 kg kg (utama)
- tongkol 50 kg (sampingan)
(35) Bulan berapakah terjadi musim puncak hasil tangkapan ikan?
23.3% 4 – 8
20.0% 4 – 5
6.7% 5 – 9
23.3% lainnya
20.0% 4 – 9
6.7% 4 – 10
 3
 5 – 12
 5–8
 4–2
 5–7
 11 – 4
 11 – 1
(36) Bulan berapakah terjadi musim biasa hasil tangkapan ikan?
20.0% 10 – 12
16.7% 9 – 12
10.0% 2 – 3
6.7% 4
6.7% 5 – 10
6.7% 6 – 2
6.7% 6 – 1
26.7% lainnya
80
 4–7
 1–3
 10 – 2
 6 – 12
 9–2
 9–3
 12 – 1
 9 – 10
(37) Bulan berapakah terjadi musim paceklik hasil tangkapan ikan?
40.0% 1 – 3
6.7% 1 – 4
6.7% 3
6.7% 9 – 3
10.0% 2 – 3
6.7% 10 – 1
6.7% 3 – 4
16.7% lainnya
 8–2
 11 – 12
 11 – 1
 6–8
(38) Apakah nama lokasi atau dimana penangkapan ikan (fishing ground)
dilakukan?
63.3% Pulau Panjang
20.0% Pesisir Kali Wadas
10.0% Pulau Sugira
6.7% Pulau Tunda
(39) Berapakah lama waktu yang dibutuhkan menuju lokasi penangkapan ikan?
(jam)
70.0% 1
13.3% 7
6.7% 3
10% lainnya
 1
 60
 2
(40) Berapakah jarak lokasi penangkapan ikan dari PPI? (km)
56.7% 3
13.3% 1
13.3% 2
10.0%12
6.7% 5
81
Lampiran 2 Jenis ikan yang didaratkan di Bojonegara, kriteria menurut Froese &
Pauly (2010)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Nama ikan
Bawal hitam
Bawal putih
Belanak
Beloso
Bentong
Ekor kuning
Japuh
Kakap merah
Kakap putih
Kembung lelaki
Kerapu
Kuniran
Kurisi
Kuwe
Layang
Layur
Lemuru
Manyung
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Pari
Peperek
Selar kuning
Tembang
Tenggiri
Teri
Tongkol
Tuna
Jenis ikan
Pelagis
Pelagis
Demersal
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Demersal
Demersal
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Demersal
Demersal
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Pelagis
Pelagis
82
Lampiran 3 Jenis ikan dan trofik levelnya
Nama
ikan
No.
Nama
internasional
Nama
latin
Trofik
level
Standar
deviasi
Formio niger
Pampus argentus
Valamugi speigleri
Saurida tumbil
Selar
crumeneopphthalmus
Caesio erythrogaster
Dussumieria acuta
Lutjanus sanguineus
Lates calcarifer
Rastrelliger
kanagurta
Epinephelus merra
Upeneus sulphureus
Nemipterus
nematophorus
Caranx sexfasciatus
Decapterus russelli
Trichiurus savala
Sardinella
longiceps
Arius thalassimus
Pastinachus sephen
Leiognathus
splendens
Selaroides
leptolepis
Sardinella
fimbriata
Scomberomorus
commerson
Stolephorus
commersonnii
Auxis thazard
Thunnus obesus
2.90
3.12
2.20
4.40
4.10
0.35
0.37
0
0.75
0.70
3.40
3.40
4.49
4.35
3.20
0.50
0.45
0.77
0.77
0.38
3.79
3.16
3.72
0.65
0.33
0.56
4.50
3.69
4.45
2.40
0.80
0.58
0.77
0.22
3.10
3.71
2.94
0.30
0.60
0.38
3.53
0.47
2.70
0.30
4.4
0.75
3.05
0.20
4.34
4.49
0.68
0.75
1.
2.
3.
4.
5.
Bawal hitam
Bawal putih
Belanak
Beloso
Bentong
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Ekor kuning
Japuh
Kakap merah
Kakap putih
Kembung
lelaki
Kerapu
Kuniran
Kurisi
14.
15.
16.
17.
Kuwe
Layang
Layur
Lemuru
18.
19.
20.
Manyung
Pari
Peperek
21.
Selar kuning
22.
Tembang
23.
Tenggiri
24.
Teri
Black pomfret
Silver pomfret
Mullet
Lizard fish
Bigeye
scad
Yellowtail fusilier
Round hering
Red snapper
Silver snapper
Striped
mackerel
Grouper
Yellow goatfish
Threadfin
bream
Trevally
Scad mackerel
Hair tail
Indonesian oil
sardine
Marine catfish
Cowtail stingray
Black tipped
ponnyfish
Yellowstripe
trevally
Fringescale
sardine
Barred spanish
mackerel
Anchovy
25.
26.
Tongkol
Tuna
Fridate mackerel
Bigeye tuna
83
Lampiran 4 Data pengukuran hasil tangkapan utama pada penelitian I bulan
Maret 2010
Alat tangkap: payang
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis ikan
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Rata-rata
Standar deviasi
Panjang total (cm)
3,5
3,5
3,2
3,8
3,9
3,5
3,2
3,4
3,3
3,2
3,5
0,2
Panjang cagak (cm)
3,0
3,1
2,8
3,3
3,5
3,1
2,8
3,0
2,9
2,8
3,0
0,2
Berat (gram)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
Panjang cagak (cm)
15,0
14,5
14,0
14,1
14,0
13,2
15,0
14,3
14,2
14,0
14,2
0,5
Berat (gram)
50
30
40
30
30
20
40
50
40
30
36
9,7
Panjang cagak (cm)
16,0
15,5
16,4
14,5
14,5
15,3
Berat (gram)
60
70
80
60
50
60
Alat tangkap: payang ampera
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis ikan
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Rata-rata
Standar deviasi
Panjang total (cm)
16,5
16,5
16,0
16,3
16,5
15,5
17,5
16,5
16,4
16,2
16,4
0,5
Alat tangkap: payang bondet
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis ikan
Belanak
Belanak
Belanak
Belanak
Belanak
Belanak
Panjang total (cm)
18,5
18,7
19,5
17,0
16,5
18,6
84
Lampiran 4. (Lanjutan)
No.
7.
8.
9.
10.
Jenis ikan
Belanak
Belanak
Belanak
Belanak
Rata-rata
Standar deviasi
Panjang total (cm)
16,5
17,5
16,6
16,0
17,5
1,2
Panjang cagak (cm)
14,0
15,0
14,7
13,5
14,9
0,9
Berat (gram)
50
80
50
50
61
12,0
Panjang total
(cm)
17,5
18,5
18,0
18,5
16,5
18,5
18,3
18,5
18,2
18,5
18,1
0,6
Panjang cagak
(cm)
15,3
16
15,5
16,4
14,0
17,0
16,5
16,5
15,5
16,5
15,9
0,9
Berat
(gram)
50
50
50
60
40
50
60
50
50
60
52
6,3
Panjang total (cm)
46,0
47,0
74,0
57,0
53,0
58,0
59,0
52,0
57,0
56,0
55,9
7,8
Panjang cagak (cm)
40,0
40,0
64,0
48,0
44,0
49,0
48,0
42,0
46,0
46,5
46,78
6,9
Berat (gram)
800
700
1500
1100
950
1300
1280
920
1250
1100
1090
249,2
Alat tangkap: jaring koped
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis
ikan
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Rata-rata
Standar deviasi
Alat tangkap: pancing
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis ikan
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Rata-rata
Standar deviasi
85
Lampiran 5 Data pengukuran hasil tangkapan utama pada penelitian II bulan Mei
2010
Alat tangkap: payang
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis ikan
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Teri nasi
Rata-rata
Standar deviasi
Panjang total (cm)
3,0
3,2
3,4
3,5
3,3
3,6
3,0
3,2
3,6
3,1
3,3
0,2
Panjang cagak (cm)
2,7
2,8
3,0
3,1
3,0
3,2
2,7
2,8
3,2
2,8
2,9
0,2
Berat (gram)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
Panjang cagak (cm)
16,6
15,6
15,7
14,6
15,3
14,5
14,7
14,5
14,5
14,5
14,9
0,5
Berat (gram)
45
50
55
50
60
50
55
50
50
50
51,5
4,1
Panjang cagak (cm)
15,5
16,5
16,6
15,7
15,0
15,6
Berat (gram)
50
80
60
60
70
80
Alat tangkap: payang ampera
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis ikan
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Lemuru
Rata-rata
Standar deviasi
Panjang total (cm)
16,0
16,5
16,8
16,5
17,7
16,7
17,0
16,5
16,8
16,7
16,7
0,4
Alat tangkap: payang bondet
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis ikan
Belanak
Belanak
Belanak
Belanak
Belanak
Belanak
Panjang total (cm)
18,0
19,0
18,7
18,0
17,5
18,8
86
Lampiran 5. (Lanjutan)
No.
Jenis ikan
Panjang total (cm)
Panjang cagak (cm)
Berat (gram)
7.
8.
9.
10.
Belanak
Belanak
Belanak
Belanak
Rata-rata
Standar deviasi
17,0
16,6
18,0
17,2
17,9
0,8
14,5
14,0
15,5
14,5
15,3
0,9
60
60
70
60
65
9,7
Alat tangkap: jaring koped
No.
Jenis ikan
Panjang total (cm)
Panjang cagak (cm)
Berat (gram)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Kembung lelaki
Rata-rata
Standar deviasi
18,0
19,0
18,7
18,8
16,7
18,9
17,0
18,6
18,6
18,8
18,3
0,8
15,7
16,5
16,7
16,8
14,5
17,5
15,5
16,5
16,0
16,8
16,3
0,8
50
70
60
70
50
70
50
60
70
70
62
9,2
Panjang total (cm)
50,0
50,2
60,0
59,0
50,0
60,0
61,0
60,0
58,0
55,0
56,3
4,6
Panjang cagak (cm)
40,2
40,0
51,0
50,0
41,0
51,0
49,0
51,0
49,0
46,6
46,9
4,7
Alat tangkap: pancing
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis ikan
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Tenggiri
Rata-rata
Standar deviasi
Berat (gram)
900
910
1400
1000
900
1300
1400
900
1100
1000
1081
208,8
87
Lampiran 6 Hasil jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan setiap alat tangkap
yang digunakan nelayan di Bojonegara
Nama alat tangkap
Payang
Jaring insang
Jenis ikan
Bawal hitam
Belanak
Lemuru
Tembang
Bawal putih
Ekor kuning
Japuh
Kembung lelaki
Kuniran
Layang
Manyung
Peperek
Selar kuning
Teri
Kerapu
Kurisi
Pari
Beloso
Bentong
Kakap merah
Kakap putih
Kuwe
Layur
Tenggiri
Tongkol
Tuna
Bawal hitam
Belanak
Lemuru
Tembang
Bawal putih
Ekor kuning
Japuh
kembung lelaki
Kuniran
Layang
Manyung
Keterangan
TL2
TL2
TL2
TL2
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL4
TL4
TL4
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL2
TL2
TL2
TL2
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
88
Lampiran 6. (Lanjutan)
Nama alat tangkap
Jaring insang
Pancing
Jenis ikan
Peperek
Selar kuning
Kerapu
Kurisi
Beloso
Bentong
Kakap merah
Kakap putih
Kuwe
Layur
Tenggiri
Tongkol
Bawal hitam
Belanak
Lemuru
Tembang
Bawal putih
Ekor kuning
Japuh
Kembung lelaki
Kuniran
Layang
Manyung
Selar kuning
Kerapu
Kurisi
Beloso
Bentong
Kakap merah
Kakap putih
Kuwe
Layur
Tenggiri
Tongkol
Tuna
Keterangan
TL3
TL3
TL4
TL4
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL2
TL2
TL2
TL2
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL3
TL4
TL4
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
TL5
89
Lampiran 7 Hasil analisis statistik produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang
Dari hasil analisis statistik pada Tabel 9 didapatkan hasil Fhit = 0,0878 dan
Ftab = 3,1788 sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variasi temporal produksi perikanan tangkap Kabupaten
Serang tidak berbeda nyata secara statistik.
Tabel 9 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang (ton)
Jenis ikan
Manyung
Selar
Layang
Ikan tetengkek
Tembang
Lemuru
Teri
Peperek
Belanak
Kurisi
Kembung
Tenggiri
Tongkol abu2
Layur
Pari
Udang putih/jerbung
2005
2007
134
252
1512
5
126
218
714
948
128
409
1260
48
387
5
31
48
135
611
559
5
1440
324
627
976
122
394
1380
78
386
7
46
56
147
597
130
586
519
7
1359
340
579
988
113
386
1279
68
358
6
43
51
150
669
6969
7631
8073
Rajungan
Cumi-cumi
Total
2008
166
761
Anova Single Factor
SUMMARY
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Column 1
18
6969
387,1667 202706,5
Column 2
18
7631
423,9444 180787,8
Column 3
18
8073
448,5 202892,4
ANOVA
Source of Variation
Between Groups
Within Groups
Total
SS
34304,15
9968574
10002878
df
2
MS
F
P-value
F crit
17152,07
0,0878
0,9161
3,1788
51 195462,2
53
90
Lampiran 8 Hasil analisis statistik hubungan antara jenis ikan dan waktu
penelitian dilakukan
Dari hasil analisis statistik pada Tabel 11 diperoleh hasil Fhit = 0,0232 dan
F tab = 4,2252, sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variasi temporal hasil tangkapan berdasarkan waktu penelitian
di Bojonegara tidak berbeda nyata secara statistik.
Tabel 11 Hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian dilakukan menurut
responden
Keseluruhan
jawab
responden
Jenis ikan yang dapat
ditangkap
Kembung
Tongkol
Teri nasi
Layang
Tembang
Tenggiri
Belanak
Lemuru
Rebon
Udang
Kakap putih
Selar
Teri kasar
Lainnya
Waktu wawancara
Keterangan
Maret 2010
70,00%
30,00%
26,70%
23,30%
23,30%
23,30%
20,00%
20,00%
16,70%
16,70%
10,00%
10,00%
10,00%
6,70%
73,30%
40,00%
20,00%
33,30%
26,70%
20,00%
20,00%
20,00%
13,30%
20,00%
6,70%
13,30%
0%
6,70%
Mei 2010
66,70%
20,00%
33,30%
13,30%
20,00%
26,70%
20,00%
20,00%
20,00%
13,30%
13,30%
6,70%
20,00%
6,70%
TL3
TL5
TL3
TL3
TL2
TL5
TL2
TL2
TL5
TL3
TL3
-
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Column 1
14
313,3
22,3786 325,1557
Column 2
14
300
21,4286
220,196
SS
df
MS
F
P-value
F crit
6,3175
272,6759
0,0232
0,8802
4,2252
ANOVA
Source of
Variation
Between Groups
Within Groups
Total
6,3175
7089,572
7095,89
1
26
27
91
Lampiran 9 Hasil analisis statistik hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap
Dari hasil analisis statistik pada Tabel 12 diperoleh hasil Fhit = 0,003 dan
F tab = 3,2381, sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variasi hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap di
Bojonegara tidak berbeda nyata secara statistik.
Tabel 12 Hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap menurut responden
Jenis ikan yang
dapat ditangkap
Jenis alat tangkap digunakan
Keseluruhan
jawab
responden
Jaring
insang
70,00%
30,00%
26,70%
23,30%
23,30%
23,30%
20,00%
20,00%
16,70%
16,70%
10,00%
10,00%
10,00%
6,70%
100,00%
0%
0%
83,30%
50,00%
16,70%
0%
0%
0%
0%
0%
50,00%
0%
0%
Kembung
Tongkol
Teri nasi
Layang
Tembang
Tenggiri
Belanak
Lemuru
Rebon
Udang
Kakap putih
Selar
Teri kasar
Lainnya
Keterangan
Pancing
100,00%
66,70%
0%
0%
33,30%
100,00%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Payang
50,00%
27,80%
44,40%
11,10%
11,10%
0%
33,30%
33,30%
27,80%
27,80%
16,70%
0%
16,70%
11,10%
TL3
TL5
TL3
TL3
TL2
TL5
TL2
TL2
TL5
TL3
TL3
-
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups
Column 1
Count
14
Sum
300
Average Variance
21,4286 1214,555
Column 2
14
300
21,4286 1471,478
Column 3
14
311,1
22,2214 232,4603
ANOVA
Source of
Variation
Between Groups
SS
df
5,8671 2
Within Groups
37940,4007 39
Total
37946,2679 41
MS
2,9336
972,8308
F
P-value
F crit
0,003
0,9970
3,2381
92
Lampiran 10 Hasil analisis statistik jenis ikan dan waktu penelitian berdasarkan
alat tangkap menurut responden
Dari hasil analisis statistik pada Tabel 16 diperoleh hasil Fhit = 0,0215dan
F tab = 2,3317, sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variasi hasil tangkapan dan alat tangkap berdasarkan waktu
penelitian di Bojonegara tidak berbeda nyata secara statistik.
Tabel 16
Hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian berdasarkan alat
tangkap menurut responden
Maret 2010
No.
Jenis ikan
Jaring
insang
Mei 2010
Pancing
Payang
Jaring
insang
Pancing
Payang
Kembung
100,00% 100,00%
Tongkol
0%
66,7%
Teri nasi
0%
0%
Layang
100,00%
0%
Tembang
33,30% 33,30%
Tenggiri
0% 100,00%
Belanak
0%
0%
Lemuru
0%
0%
Rebon
0%
0%
Udang
0%
0%
Kakap
11. putih
0%
0%
12. Selar
66,70%
0%
13. Teri kasar
0%
0%
14. Lainnya
0%
0%
Anova: Single Factor
55,60%
44,40%
33,30%
22,20%
22,20%
0%
33,30%
33,30%
22,20%
33,30%
100,00% 100,00%
0% 66,70%
0%
0%
100%
0%
66,70% 33,30%
0% 100,00%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
44,40%
44,40%
44,40%
0%
0%
0%
33,30%
33,30%
33,30%
22,20%
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
22,20%
0
0
22,20%
SUMMARY
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Column 1
14
300
21,4286
1471,478
Column 2
Column 3
14
14
300
344,2
21,4286
24,5857
1471,478
269,2367
Column 4
14
300
21,4286
1471,478
Column 5
14
300
21,4286
1471,478
Column 6
14
299,7
21,4071
349,9976
0%
0%
0%
33,30%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
33,30%
11,10%
93
ANOVA
Source of
Variation
Between Groups
Within Groups
Total
SS
116,6092
84566,88
84683,49
df
MS
5 23,3218
78 1084,191
83
F
0,0215
P-value
0,9998
F crit
2,3317
94
Lampiran 11 Hasil analisis statistik jenis ikan dan alat tangkap berdasarkan waktu
penelitian menurut responden
Dari hasil analisis statistik pada Tabel 16 diperoleh hasil Fhit = 0,0215dan
F tab = 2,3317, sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variasi hasil tangkapan dan waktu penelitian berdasarkan alat
tangkap di Bojonegara tidak berbeda nyata secara statistik.
Tabel 17 Hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap berdasarkan waktu
penelitian menurut responden
Jaring insang
Jenis
ikan
No.
Maret
2010
Pancing
Mei
2010
Maret
2010
Payang
Mei
2010
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Maret
2010
Mei
2010
55,60%
44,40%
1.
Kembung
2.
Tongkol
0%
0%
66,70%
66,70%
44,40%
44,40%
3.
Teri nasi
0%
0%
0%
0%
33,30%
44,40%
4.
Layang
100,00%
100%
0%
0%
22,20%
0%
5.
Tembang
33,30%
66,70%
33,30%
33,30%
22,20%
0%
6.
Tenggiri
0%
0% 100,00% 100,00%
0%
0%
7.
Belanak
0%
0%
0%
0%
33,30%
33,30%
8.
Lemuru
0%
0%
0%
0%
33,30%
33,30%
9.
Rebon
0%
0%
0%
0%
22,20%
33,30%
10.
0%
0%
0%
0%
33,30%
22,20%
11.
Udang
Kakap
putih
0%
0%
0%
0%
22,20%
0%
12.
Selar
66,70%
0%
0%
0%
0%
0%
13.
Teri kasar
0%
0%
0%
0%
0%
33,30%
0%
33,30%
0%
0%
22,20%
11,10%
14.
Lainnya
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Column 1
14
3
0,214286
0,147148
Column 2
14
3
0,214286
0,147148
Column 3
14
3
0,214286
0,147148
Column 4
14
3
0,214286
0,147148
Column 5
14
3,442
0,245857
0,026924
Column 6
14
2,997
0,214071
0,035
95
ANOVA
Source of
Variation
Between
Groups
SS
0,01166092
Within Groups 8,45668807
df
MS
F
P-value
F crit
5 0,002332 0,021511 0,999797 2,331739
78 0,108419
96
Lampiran 12 Hasil analisis statistik jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan
nelayan di Bojonegara
Dari hasil analisis statistik pada Tabel 14 diperoleh hasil Fhit = 0,0570 dan
F tab = 4,2565, sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa trofik level hasil tangkapan menurut alat tangkap yang
digunakan di Bojonegara tidak berbeda nyata secara statistik.
Tabel 14 Hasil jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan di Bojonegara
Jumlah spesies/jenis
Tingkatan trofik
Payang
4
11
2
9
26
TL2
TL3
TL4
TL5
Jumlah
Jaring insang
4
9
2
8
23
Pancing
4
8
2
9
21
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Column 1
4
26
6,5
17,6667
Column 2
Column 3
4
4
23
23
5,75
5,75
10,9167
10,9167
ANOVA
Source of Variation
Between Groups
Within Groups
Total
SS
df
MS
1,5
2
0,75
118,5
9
13,1667
120
11
F
P-value
F crit
0,0570
0,9450
4,2565
97
Lampiran 13 Unit penangkapan payang
Kapal
Alat tangkap
98
Lampiran 14 Unit penangkapan payang ampera
Kapal
Alat tangkap
99
Lampiran 15 Unit penangkapan payang bondet
Kapal
Alat tangkap
100
Lampiran 16 Unit penangkapan jaring koped (jaring insang)
Kapal
Alat tangkap
101
Lampiran 17 Unit penangkapan pancing
Kapal
Alat tangkap
102
Lampiran 18 Hasil tangkapan utama
Nama alat tangkap: Payang
Teri (Stolephorus commersonnii)
Nama alat tangkap: Payang Bondet
Belanak (Valamugil speigleri)
Nama alat tangkap: Pancing
Tenggiri (Scomberomorus commerson)
Nama alat tangkap: Payang Ampera
Lemuru (Sardinella longiceps)
Nama alat tangkap: Jaring Insang
Kembung (Rastrelliger kanagurta)
Download