TROFIK LEVEL HASIL TANGKAPAN BERDASARKAN ALAT TANGKAP YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI BOJONEGARA, KABUPATEN SERANG, BANTEN SISKA APRILIA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan Nelayan di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, 4 Maret 2011 Siska Aprilia ABSTRAK SISKA APRILIA, C44061691. Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan Nelayan di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Dibimbing oleh AM AZBAS TAURUSMAN dan MULYONO S. BASKORO. Trofik level adalah posisi suatu organisme dalam jaring makanan. Sumberdaya ikan sering dibedakan pada selang trofik level yang berbeda. Oleh karena itu, menjadi pertanyaan penting apakah spesies ikan yang ditangkap pada trofik level berhubungan dengan jenis alat tangkap yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan status perikanan tangkap di Bojonegara, Kabupaten Serang; (2) mengetahui komposisi hasil tangkapan nelayan menurut jenis alat tangkap dan trofik levelnya; dan (3) memahami dampak penggunaan suatu alat tangkap terhadap ekosistem. Metode yang digunakan adalah deskriptif survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis alat tangkap utama yang digunakan nelayan di Bojonegara adalah payang, payang ampera, payang bondet, jaring insang dan pancing. Jenis tangkapan utama masing-masing dari alat tangkap tersebut adalah ikan teri nasi (Stolephorus commersonnii), lemuru (Sardinella longiceps), belanak (Valamugil speigleri), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) dan tenggiri (Scomberomorus commerson). Ukuran ratarata panjang total jenis ikan hasil tangkapan utama masing-masing alat tangkap tersebut adalah teri nasi (3,4 ± 0,2 cm), lemuru (16,6 ± 0,5 cm), belanak (17,7± 1,0 cm), kembung lelaki (18,2 ± 0,7 cm) dan tenggiri (56,1 ± 6,2 cm). Berat ratarata hasil tangkapan utama masing-masing jenis ikan tersebut adalah lemuru (43,8 ± 10,7 gram), belanak (63,0 ± 10,8 gram), kembung lelaki (57,0 ± 9,2 gram) dan tenggiri (1085,5 ± 223,8 gram). Trofik level yang ditangkap didominasi oleh jenis omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton) (TL3 yaitu 2,9 - 3,7), seperti ikan kembung dan teri nasi. Sebagian besar hasil tangkapan utama nelayan berada di bawah ukuran standar tangkap menurut indikator length at first maturity sehingga dalam jangka panjang berpotensi mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan di Teluk Banten. Kata kunci: Trofik level, hasil tangkapan, alat tangkap ABSTRACT SISKA APRILIA, C44061691. Trophic Level of Catch Related to Fishing Gears Used by Fishermen in Bojonegara, Serang District, Banten. Supervised by AM AZBAS TAURUSMAN and MULYONO S. BASKORO. Trophic level is a structure of organism in food chain. Fish resources often distinguished at different level interval. Thus, it is an important question that species which are caught at the trophic level have connected with the fishing gears. The purposes of this research are: (1) to describe the status of fisheries in Bojonegoro, Serang Regency; (2) to know the catch composition related to fishing gears and trophic level; (3) to understand the effect of fishing gears on ecosystem. This research used survey descriptive as the method. The result of this study showed that the major fishing gears which used by fishermen in Bojonegara were payang, payang ampera, payang bondet, gill net and hand line. The main catch species by each fishing gears were anchovi (Stolephorus commersonnii), Indonesia oil sardine (Sardinella longiceps), mullet (Valamugil speigleri), stripped mackerel (Rastrelliger kanagurta) and barred spanish mackerel (Scomberomorus commerson). The average total length of the fish catch were anchovi (3.4 ± 0.2 cm), Indonesia oil sardine (16.6 ± 0.5 cm), mullet (17.7± 1.0 cm), stripped mackerel (18.2 ± 0.7 cm) and barred spanish mackerel (56.1 ± 6.2 cm). Meanwhile, the average weight of those fish were Indonesia oil sardine (43.8 ± 10.7 gram), mullet (63.0 ± 10.8 gram), stripped mackerel (57.0 ± 9.2 gram) and barred spanish mackerel (1085.5 ± 223.8 gram). The trophic level of fish catch were dominated by omnivorous tend to eat animals (zooplankton) or TL3 value from 2.9 till 3.7, such as stripped mackerel and anchovi. Most of those catch in Bojonegara are under the standard size of sustainable fishing which was lower than value on length at first maturity indicator. As consequence, for a long time it will potentially treat the sustainability of fish resources in Banten Bay. Key words: Trophic level, catch, fishing gears, Banten © Hak cipta IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB. TROFIK LEVEL HASIL TANGKAPAN BERDASARKAN ALAT TANGKAP YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI BOJONEGARA, KABUPATEN SERANG, BANTEN SISKA APRILIA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 Judul skripsi : Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan Nelayan di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten Nama : Siska Aprilia NRP : C44061691 Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Program studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Disetujui : Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Am Azbas Taurusman, S.Pi, M.Si. Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. NIP 19730510 200501 1001 NIP 19620303 198803 1001 Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP: 19621223 198703 1 001 Tanggal lulus: 2 Februari 2011 KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2010 ini adalah Dampak Kegiatan Penangkapan terhadap Struktur Komunitas Ikan, dengan judul Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan Nelayan di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr. Am Azbas Taurusman, S.Pi, M.Si. dan Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini; 2. Bapak Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas saran dan arahannya; 3. Bapak Ir. Ronny Irawan Wahyu, M.Phil sebagai penguji tamu pada sidang ujian skripsi; 4. Bapak Juanda selaku Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Wadas dan nelayan yang telah memberikan informasi dan bantuannya selama penelitian ini; 5. Staf Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Serang yang telah memberikan data-data dan informasi dalam penelitian ini; 6. Orang tua, adik dan kakak yang telah memberikan dorongan dan dukungan kepada penulis, serta doanya yang selalu menyertai; 7. Keluarga besar Wa Pepi dan Wa Cucun yang telah memberikan bantuannya selama penulis berada di tempat penelitian; 8. Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Maret 2011 Siska Aprilia RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 April 1988 dari Bapak Lusi Andalusia dan Ibu Ida Sundari. Penulis merupakan putri ke dua dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama lulus seleksi jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Penulis memilih mayor Teknologi mayor dan Manajemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun 2008/2009. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan Nelayan di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten.” DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................ i DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3 1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Penangkapan Ikan ....................................................................... 2.2 Selektivitas Alat Penangkapan Ikan .................................................... 2.3 Sumberdaya Perikanan ....................................................................... 2.4 Trofik Level ....................................................................................... 2.5 Pendekatan Ekosistem ........................................................................ 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 3.2 Bahan dan Alat ................................................................................... 3.3 Metode Penelitian ............................................................................... 3.3.1 Pengumpulan data ................................................................... 3.3.2 Pengolahan data ...................................................................... 3.4 Analisis Data ...................................................................................... 4 4 11 11 13 16 19 19 20 20 21 22 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Serang .................................... 26 4.2 Keadaan Umum Perikanan Bojonegara ............................................... 30 4.3 Hasil Tangkapan Utama Berdasarkan Alat Tangkap ........................... 31 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil ................................................................................................... 5.1.1 Karakteristik alat tangkap di Bojonegara ................................. 5.1.2 Komposisi ikan dominan hasil tangkapan di Bojonegara ......... 5.1.3 Indeks keragaman hasil tangkapan di Kabupaten Serang ......... 5.1.4 Variasi temporal hasil tangkapan ............................................ 5.1.5 Variasi alat tangkap yang digunakan ....................................... 5.1.6 Trofik level hasil tangkapan .................................................... 5.2 Pembahasan ........................................................................................ 36 36 39 55 57 57 58 61 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 67 6.2 Saran .................................................................................................. 68 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 69 LAMPIRAN ................................................................................................. 74 DAFTAR TABEL Halaman 1 Tingkatan trofik pada jaring makanan .................................................... 14 2 Jenis data dan metode pengumpulannya ................................................. 20 3 Iklim di Kabupaten Serang ..................................................................... 27 4 Tipe-tipe pantai di Kabupaten Serang ..................................................... 27 5 Jumlah armada tangkap menurut jenis .................................................... 28 6 Jumlah armada tangkap menurut jenis .................................................... 29 7 Kelompok obyek wilayah pesisir Kabupaten Serang ............................... 30 8 Daerah penyebaran ikan tenggiri ............................................................ 35 9 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang ...................................... 55 10 Hasil analisis indeks keragaman produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang ..................................................................... 56 11 Hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian dilakukan menurut responden ................................................................................. 57 12 Hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap menurut responden ............ 58 13 Jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan di Bojonegara .......... 58 14 Hasil jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan di Bojonegara ......................................................................................... 60 15 Hasil pengukuran rataan dan standar deviasi panjang dan berat ikan hasil tangkapan utama di Bojonegara ...................................................... 62 16 Hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian berdasarkan alat tangkap menurut responden ................................................................... 92 17 Hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap berdasarkan waktu penelitian menurut responden ................................................................ 94 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Desain dan keadaan payang dalam operasi penangkapan ........................ 7 2 Konstruksi pancing ulur ......................................................................... 8 3 Konstruksi jaring insang ......................................................................... 10 4 Struktur trofik pada rantai makanan ........................................................ 14 5 Peta lokasi penelitian ............................................................................ 19 6 Cara pengukuran panjang ikan ............................................................... 22 7 Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Serang ......................................... 8 Panjang ikan teri nasi hasil tangkapan .................................................... 39 9 Selang kelas panjang total ikan teri nasi ................................................. 40 10 Panjang ikan lemuru hasil tangkapan ...................................................... 41 11 Berat ikan lemuru hasil pengukuran ....................................................... 42 12 Selang kelas panjang total ikan lemuru ................................................... 43 13 Hubungan panjang dan berat ikan lemuru bulan Maret 2010 ................... 43 14 Hubungan panjang dan berat ikan lemuru bulan Mei 2010 ...................... 44 15 Panjang ikan belanak hasil tangkapan ..................................................... 45 16 Berat ikan belanak hasil pengukuran ...................................................... 45 17 Selang kelas panjang total ikan belanak .................................................. 46 18 Hubungan panjang dan berat ikan belanak bulan Maret 2010 ................. 47 19 Hubungan panjang dan berat ikan belanak bulan Mei 2010 .................... 47 20 Panjang ikan kembung lelaki hasil tangkapan ......................................... 48 21 Berat ikan kembung lelaki hasil pengukuran ........................................... 49 22 Selang kelas panjang total ikan kembung lelaki ...................................... 49 23 Hubungan panjang dan berat ikan kembung lelaki bulan Maret 2010 ...... 50 24 Hubungan panjang dan berat ikan kembung lelaki bulan Mei 2010 ......... 51 25 Panjang ikan tenggiri hasil tangkapan ..................................................... 52 26 Berat ikan tenggiri hasil pengukuran ...................................................... 52 27 Selang kelas panjang total ikan tenggiri .................................................. 53 28 Hubungan panjang dan berat ikan tenggiri bulan Maret 2010 ................. 54 29 Hubungan panjang dan berat ikan tenggiri bulan Mei 2010 .................... 54 29 30 Indeks keragaman hasil tangkapan berdasarkan tahun ............................ 56 31 Trofik level hasil tangkapan setiap jenis alat tangkap .............................. 60 32 Komposisi trofik level hasil tangkapan setiap jenis alat tangkap ............. 61 33a Ilustrasi struktur trofik level hasil tangkapan di alam .............................. 65 33b Ilustrasi struktur trofik level hasil tangkapan di lokasi studi .................... 66 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil analisis kuesioner dengan menggunakan Survei Pro 2.0 bulan Maret dan Mei 2010 ............................................................................... 75 2 Jenis ikan yang didaratkan di Bojonegara ............................................... 81 3 Jenis ikan dan trofik levelnya, kriteria menurut Froese & Pauly (2010) .. 82 4 Data pengukuran hasil tangkapan utama pada penelitian I bulan Maret 2010 ................................................................................... 83 5 Data pengukuran hasil tangkapan utama pada penelitian I bulan Mei 2010 ...................................................................................... 85 6 Hasil jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan setiap alat tangkap yang digunakan nelayan di Bojonegara ................................................... 87 7 Hasil analisis statistik produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang .... 89 8 Hasil analisis statistik hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian dilakukan ............................................................................... 90 9 Hasil analisis statistik hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap ........ 91 10 Hasil analisis statistik jenis ikan dan waktu penelitian berdasarkan alat tangkap menurut responden ............................................................. 92 11 Hasil analisis statistik jenis ikan dan alat tangkap berdasarkan waktu penelitian ............................................................................................... 94 12 Hasil analisis statistik jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan di Bojonegara ............................................................................ 96 13 Unit penangkapan payang ...................................................................... 97 14 Unit penangkapan payang ampera .......................................................... 98 15 Unit penangkapan payang bondet ........................................................... 90 16 Unit penangkapan jaring koped (jaring insang) ..................................... 100 17 Unit penangkapan pancing ................................................................... 101 18 Hasil tangkapan utama ......................................................................... 102 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap adalah suatu upaya/kegiatan yang menyangkut pengusahaan suatu sumberdaya di laut atau melalui perairan umum melalui cara penangkapan baik secara komersial atau tidak. Kegiatan ini meliputi penyediaan prasarana, sarana, kegiatan penangkapan, penanganan hasil tangkapan, pengolahan serta pemasaran hasil (Nurhakim, 2006). Penangkapan ikan memiliki dampak langsung dan tidak langsung pada pantai dan ekosistem pesisir. Dampak ini diidentifikasi pada skala waktu dan level yang berbeda pada populasi, komunitas dan ekosistem. Saat ini ekosistem laut telah mengalami penurunan kondisi alaminya, baik keragaman spesies maupun biomassanya (Jackson et al., 2001 vide Stergiou et al., 2007). Pengelolaan sumberdaya perikanan adalah suatu tindakan melalui pembuatan peraturan yang didasari oleh kajian ilmiah yang kemudian dalam pelaksanaannya diikuti oleh kegiatan monitoring, controlling dan surveilance dengan tujuan akhirnya adalah suatu kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungannya serta memberikan keuntungan secara ekonomi dan biologi. Arti pengelolaan mencakup pengembangan dan pengendalian, dimana acuan yang dianut dalam pelaksanaannya adalah konsep perikanan yang bertanggung jawab (Nurhakim, 2006). Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan merupakan salah satu implementasi dari perikanan bertanggung jawab. Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan merupakan istilah yang digunakan dalam kerangka menggabungkan dua prinsip yang berbeda yaitu pengelolaan perikanan konvensional dan pengelolaan berbasis ekosistem. Pengelolaan berbasis ekosistem lebih terfokus kepada pengelolaan untuk kelestarian ekosistem yang ada sedangkan pengelolaan perikanan secara konvensional lebih terfokus kepada kegiatan perikanan dan sumberdaya target untuk bidang ekonomi dan kebutuhan pangan (FAO, 2005). 2 Pada dasarnya trofik level adalah posisi suatu organisme dalam jaring makanan (Froese & Pauly, 2000). Konsep trofik level telah membuka topik baru untuk penelitian ekologi laut, seperti: (1) Perbandingan berbagai ekosistem berdasarkan distribusi frekuensi trofik level spesies tertentu (Froese et al., 2005 vide Stergiou et al., 2007). (2) Hubungan antara trofik level dengan variabel biologi lainnya dengan ukuran tertentu, misalnya variabel biologi antar spesies (Froese & Pauly, 2000). Selektivitas alat, baik dalam ukuran alat dan spesies tangkapan dibedakan sesuai dengan tipe alat, mulai dari yang tidak selektif hingga paling selektif. Sebagai contoh, trawl, purse seine dan pukat pantai relatif tidak selektif pada spesies dan ukuran (Millar & Fryer, 1999 vide Stergiou et al., 2007). Selain itu, teknologi dan mesin penangkapan modern saat ini membantu nelayan dalam mengakses semua habitat sumberdaya ikan, yang sering dibedakan pada selang trofik level yang berbeda (Stergiou & Karpouzi, 2002 vide Stergiou et al., 2007). Oleh karena itu, menjadi pertanyaan penting apakah spesies ikan yang ditangkap pada trofik level berhubungan dengan jenis alat tangkap yang digunakan, sehingga dampak penggunaan alat tersebut terhadap ekosistem dapat dianalisis. Selama ini penelitian tentang hubungan antara kegiatan penangkapan ikan dan dampaknya terhadap ekosistem telah dilakukan, walaupun masih sangat terbatas, contoh penelitiannya, yaitu tentang kajian kerusakan ekosistem terumbu karang akibat penangkapan ikan hias dan pengambilan bunga karang di Kelurahan Pulau Panggang Kepulauan Pulau Seribu, Jakarta Utara (Mahaza, 2003) serta penelitian tentang pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan karang di Pulau Weh, Nangroe Aceh Darussalam (Yulianto, 2010). Namun penelitian- penelitian tersebut belum menganalisis potensi dampak kegiatan alat tangkap terhadap jaring makanan (trofik level). Berdasarkan demikian tersebut, maka penelitian ini penting untuk dilakukan dalam kerangka mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. 3 1.2 Tujuan Tujuan dilaksanakannya penelitian ini, adalah: 1) Mendeskripsikan status perikanan tangkap di Bojonegara, Kabupaten Serang; 2) Mengetahui komposisi hasil tangkapan nelayan menurut jenis alat tangkap dan trofik levelnya; 3) Memahami dampak penggunaan suatu alat tangkap terhadap ekosistem (keseimbangan jaring makanan). 1.3 Manfaat Manfaat dari penelitian yang telah dilakukan ini, yaitu: 1) Memberikan informasi ilmiah tentang komposisi hasil tangkapan nelayan di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten; 2) Menghasilkan salah satu informasi dalam kerangka pengelolaan perikanan berbasis ekosistem di wilayah penangkapan. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Penangkapan Ikan Alat penangkapan ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk menangkap atau mengumpulkan ikan (Diniah, 2008). Timbulnya banyak jenis alat tangkap dan teknologi penangkapan yang berbeda-beda tidak terlepas karena lautan Indonesia yang beriklim tropis memiliki banyak sekali jenis ikan, udang maupun biota laut lainnya yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di samping itu kondisi dan topografi dasar perairan daerah satu dengan lainnya berbeda sehingga menjadi salah satu faktor timbulnya banyak jenis alat tangkap. Namun sebagian dari jenis biota lain yang tidak termasuk sasaran penangkapan, kadangkala secara tidak sengaja ikut tertangkap pula. Contoh yang paling jelas adalah penggunaan pukat udang, dimana semua biota dasar ikut tertangkap (Subani & Barus, 1989). Alat-alat penangkapan harus dikembangkan sedemikian rupa agar semakin selektif dan aman terhadap lingkungan hidup sehingga dapat mempertahankan keanekaragaman jenis dan populasi ikan. Upaya untuk mempertahankan keanekaragaman jenis di dalam suatu ekosistem dan ikan yang dimanfaatkan oleh manusia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ekosistem secara keseluruhan. Dengan demikian, karena ikan di laut selalu ditangkap dengan jaring atau alat lainnya, maka selalu terdapat kemungkinan dimana jenis ikan-ikan lain tidak sengaja tertangkap oleh jaring, bahkan tidak jarang pula mengalami kematiannya dengan percuma. Insiden-insiden tersebut hendaknya dihindari atau dikurangi kemungkinan terjadinya (Barani, 2006). Menurut Purbayanto et al. (2010) penggunaan setiap jenis teknologi penangkapan ikan mulai dari yang sederhana hingga modern sedikit atau banyak akan memberikan dampak negatif terhadap sumberdaya ikan dan lingkungan perairan. Besarnya dampak yang ditimbulkan secara umum sangat tergantung dari 4 faktor utama, yaitu: (1) Daya tangkap (fishing power) Daya tangkap dari suatu alat tangkap ditentukan oleh dimensi, metode pengoperasian dan tingkat selektivitas dari alat tangkap tersebut. 5 (2) Intensitas penangkapan Intensitas ditentukan oleh durasi atau frekuensi operasi penangkapan ikan yang dilakukan di suatu perairan. (3) Bahan atau material dari komponen alat tangkap Jenis bahan atau material dari komponen alat tangkap dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh penggunaan material sintesis yang tidak dapat didaur ulang secara alami dan penggunaan material dari bahan-bahan alami seperti batu karang dan kayu mangrove yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem pantai dan jelas-jelas dilarang. (4) Lokasi pengoperasian alat tangkap Lokasi penangkapan ikan akan menentukan tingkat interaksi/kontak alat tangkap dengan habitat perairan, sebagai contoh lokasi terumbu karang, dasar perairan, kolom perairan atau permukaan perairan memiliki dampak yang tidak sama akibat suatu aktivitas penangkapan ikan. Meniadakan dampak negatif dari kegiatan penangkapan terhadap sumberdaya ikan dan lingkungan perairan merupakan suatu hal yang sangat sulit dilakukan. Namun, upaya mengurangi atau meminimalisasi dampak penangkapan ikan merupakan suatu keniscayaan. Besar dan kecilnya upaya tersebut sangat bergantung dari tingkat kesadaran dan kemauan dari nelayan dan pengusaha penangkapan serta didukung dengan aturan pemerintah yang dilaksanakan secara konsisten dan tegas. Kode tindak perikanan bertanggung jawab adalah suatu tuntutan global untuk mewujudkan kegiatan perikanan tangkap yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan melalui perbaikan selektivitas alat tangkap dan survival ikan-ikan bukan target penangkapan yang lolos dari alat tangkap (Purbayanto et al., 2010). Menurut Purbayanto et al. (2010), teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan diklasifikasikan sebanyak 14 kriteria, yaitu: (1) Nelayan terlatih yang memahami dan menerapkan konsep efisiensi dan konservasi; (2) Tidak membahayakan nelayan dan orang lain di laut; (3) Sesuai dengan peraturan yang berlaku; (4) Hemat energi; 6 (5) Tidak menimbulkan polusi; (6) Terbuat dari bahan yang pengadaannya tidak merusak lingkungan atau ekosistem yang dilindungi; (7) Selektif, yaitu ikan yang tertangkap seragam dan sesuai ukuran yang ditetapkan; (8) Ikan yang tertangkap legal; (9) Potensi hilangnya alat tangkap (ghost fishing) yang rendah; (10) Memanfaatkan ikan secara maksimum; (11) Menjamin survival dari ikan dan biota laut yang dikembalikan ke laut (discards); (12) Tidak menangkap jenis ikan yang dilindungi; (13) Tidak merusak lingkungan perairan dan habitat; (14) Tidak menimbulkan konflik dengan kegiatan lainnya. Alat penangkapan ikan yang dominan dioperasikan di Kabupaten Serang yaitu payang, pancing dan jaring insang (DKP Kabupaten Serang, 2009). 1) Payang Payang termasuk ke dalam klasifikasi pukat kantong. Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari bagian kantong, badan/perut dan kaki/sayap. Payang mempunyai bagian atas mulut jaring yang menonjol ke belakang. Hal ini dikarenakan payang tersebut umumnya digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang biasanya hidup di bagian atas air dan mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah bila telah terkurung jaring. Payang mempunyai bagian bawah mulut jaring lebih menonjol ke depan maka kesempatan lolos menjadi terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong jaring. Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat, sedangkan bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung yang berukuran paling besar ditempatkan di bagian tengah dari mulut jaring. Pada kedua ujung depan kaki/sayap disambung dengan tali panjang yang umumnya disebut tali selambar (Subani & Barus, 1989). Desain alat tangkap payang dapat dilihat pada Gambar 1. 7 Sumber: Subani dan Barus, 1989 Gambar 1 Desain dan keadaan payang dalam operasi penangkapan. Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam maupun pada siang hari. Pada malam hari terutama hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan), penangkapan ikan dibantu menggunakan lampu petromak. Sedangkan penangkapan yang dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu payaos/rumpon. Namun, penangkapan ikan kadang kala tanpa alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga di tempat banyaknya ikan/mencari gerombolan ikan (Subani & Barus, 1989). Hasil tangkapan payang terutama jenis-jenis ikan pelagis kecil, seperti ikan layang, selar, kembung, lemuru, tembang dan japuh. Hasil tangkapan sangat tergantung pada keadaan daerah dan banyak sedikitnya ikan yang berkumpul di sekitar rumpon (Subani & Barus, 1989). Menurut Purbayanto et al. (2010), jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan payang adalah ikan yang hidup bergerombol pada lapisan permukaan perairan, baik yang bergerombol dalam jenis yang sama ataupun dalam jenis berbeda ukuran sama. 8 2) Pancing (Hook and lines) Pancing adalah salah satu alat tangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing dapat dibuat dari bahan benang katun, nilon, polyethylin dan plastik (senar). Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat (satuan) pancing itu dapat tunggal maupun ganda (dua - tiga buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya. Ukuran mata pancingnya bervariasi, disesuaikan dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap (dipancing) (Subani & Barus, 1989). Pancing memilki komponen-komponen lain seperti gandar atau tangkai (pole, rode), pemberat (sinker), pelampung (float), kili-kili (swivel) adalah alat penyambung tali pancing dengan tali pancing berikutnya agar tidak mudah terbelit bila pancing dimakan ikan (Subani & Barus, 1989). Konstruksi alat tangkap pancing dapat dilihat pada Gambar 2. Sumber: Nurhayati, 2006 Gambar 2 Konstruksi pancing ulur. 9 Umpan yang digunakan pada alat tangkap pancing yaitu umpan mati, umpan hidup dan umpan tiruan. Umpan tiruan merupakan umpan palsu yang dapat menarik perhatian ikan. Ikan yang tertangkap pada pancing biasanya terkait di bagian mulutnya. Hal ini terjadi karena ikan terangsang dan tertarik pada umpan, kemudian berusaha menyambarnya yang pada akhirnya terkait (Subani & Barus, 1989). Dilihat dari cara pengoperasiannya pancing dapat dilabuh (pancing ladung, rawai biasa dan rawai cucut), ditarik di belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan (trolling) baik menelusuri lapisan permukaan air, lapisan tengah (pancing cumi-cumi) maupun di dasar perairan (pancing garit) dan dihanyutkan (rawai tuna, tuna longline). Penangkapan dengan pancing dapat dilakukan baik pada siang maupun malam hari dan dapat digunakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim (Subani & Barus, 1989). 3) Jaring insang (gill net) Jaring insang adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas dan pemberat ris bawah. Besar mata jaring disesuaikan dengan sasaran yang akan ditangkap. Jaring ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece). Dalam operasi penangkapan jaring insang terdiri dari beberapa tinting yang digabung menjadi satu sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang. Jaring insang termasuk alat tangkap selektif, besar mata jaring dapat disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap (Subani & Barus, 1989). Konstruksi alat tangkap jaring insang dapat dilihat pada Gambar 3. 10 Sumber: PERMEN No. 08/MEN/2008 Gambar 3 Konstruksi jaring insang hanyut (drift gill net). Dilihat dari cara pengoperasiannya alat tangkap ini dapat dihanyutkan (drift gill net), dilabuhkan (set gill net) dan dilingkarkan (encircling gill net). Ikan yang tertangkap biasanya karena terjerat (gilled) pada bagian belakang lubang penutup insang (opecalum), terbelit/terpuntal (entagled) pada mata jaring yang terdiri dari satu lapis, dua lapis maupun tiga lapis (Subani & Barus, 1989). Jaring insang dioperasikan dengan tujuan menghadang ruaya gerombolan ikan. Pada umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan adalah jenis ikan yang baik horizontal migration maupun vertical migration-nya tidak seberapa aktif, dengan perkataan lain migrasi dari ikan-ikan tersebut terbatas pada sutu depth/layer tertentu (Subani & Barus, 1989). 11 2.2 Selektivitas Alat Penangkapan Ikan Selektivitas adalah sifat dari suatu alat tangkap dalam menangkap ukuran dan jenis ikan tertentu dalam suatu populasi (Astrini, 2004). Selektivitas alat tangkap tersusun oleh dua karakter, yaitu selektivitas ukuran (size selectivity) dan selektivitas spesies (species selectivity). Selektivitas ukuran merupakan karakter dari suatu alat tangkap untuk menangkap ikan berukuran tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi ikan hasil tangkapan yang berbeda, sedangkan selektivitas spesies adalah karakter dari alat tangkap untuk menangkap ikan dari spesies tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi spesies hasil tangkapan yang bervariasi (Matsuoka, 1997 vide Astrini, 2004). Alat tangkap yang termasuk dalam kategori alat non selektif adalah alat-alat yang dalam operasi penangkapannya membentuk kantong misalnya trawl, purse seine dan lain-lain. Untuk alat-alat ini biasanya dianggap bahwa komposisi ukuran ikan yang masuk ke dalam mulut jaring sama dengan pada sekitar alat tersebut. Oleh karena itu, menjadi pertanyaan bagaimana ikan dapat lolos melalui mata jaring. Untuk kebanyakan spesies terbukti bahwa lolosnya ikan terjadi melalui cod-end. Dengan demikian, selektivitas alat tersebut dapat diduga baik dengan meletakkan suatu penutup yang bermata jaring lebih kecil di seluruh codend atau bagian lain yang tertangkap pada waktu dan tempat yang sama (Aziz, 1989). 2.3 Sumberdaya Perikanan Menurut Subani & Barus (1989), pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal tanpa mengganggu kelestariannya akan memberikan dampak positif, yaitu: 1) Meningkatkan devisa negara dari hasil ekspor komoditi perikanan laut, 2) Meningkatkan gizi khususnya protein hewani bagi rakyat, 3) Meningkatkan penghasilan dan pendapatan untuk kesejahteraan nelayan khususnya dan rakyat pada umumnya. Menurut Subani & Barus (1989), walaupun sebagian besar komoditi sumberdaya perikanan laut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kebutuhan hidup terutama dalam peningkatan gizi yang berasal dari protein hewani, namun 12 dalam pengelolaannya perlu adanya prioritas yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan. Prioritas ini terlihat dari sasaran penangkapan yang secara berurut dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Udang, merupakan komoditi ekspor perikanan utama, (2) Tuna dan cakalang, merupakan komoditi ekspor setelah udang, (3) Komoditi perikanan lainnya, yaitu: (1) Ikan kakap, kerapu, baronang, tenggiri dan ikan hias laut, (2) Krustasea terutama udang barong, kepiting dan rajungan, (3) Moluska, misalnya cumi-cumi, tiram mutiara dan kerang-kerangan, (4) Holothuria, seperti teripang, (5) Coelenterata, seperti ubur-ubur, (6) Rumput laut. Menurut Monintja (1989) vide Yuliana (2009), sumberdaya perikanan di laut dapat digolongkan dalam 5 kelompok besar, yaitu: 1) Ikan Jenis ikan yang hidupnya di lapisan dasar perairan disebut ikan demersal. Contohnya ikan sebelah, ikan lidah, manyung beloso, biji nangka, ikan gerotgerot, ikan bambangan, kerapu, kakap, kurisi, cucut, pari, bawal hitam dan bawal putih. Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di lapisan permukaan air. Contohnya ikan layang, selar, belanak, julung-julung, teri, tembang, lemuru, layur, tuna, cakalang, tongkol dan lain-lain. 2) Hewan berkulit keras Yang termasuk hewan berkulit keras adalah rajungan, kepiting, udang barong, udang windu, udang putih dan udang dogol. 3) Hewan lunak Yang termasuk hewan lunak adalah tiram, simping, remis, kerang darah, cumicumi, sotong, gurita dan lain-lain. 4) Hewan lainnya Yang termasuk hewan lainnya adalah penyu, teripang, ubur-ubur dan lain-lain. 5) Tanaman air Yang termasuk tanaman air adalah rumput laut. 13 Walaupun sebagian besar komoditi sumberdaya perikanan laut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kebutuhan hidup terutama dalam peningkatan gizi yang berasal dari protein hewani, namun dalam pengelolaannya perlu adanya prioritas yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan (Subani dan Barus, 1999). Menurut Manalu (2003), ditinjau dari pemanfaatannya hasil tangkapan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1) Hasil tangkapan utama (target catch) Hasil tangkapan utama adalah komponen dari stok ikan yang utama dicari dari operasi penangkapan. 2) Hasil tangkapan sampingan (by-catch target) Hasil tangkapan sampingan adalah ikan non target yang tertangkap dalam operasi penangkapan. Tertangkapnya spesies ikan non target ini dapat disebabkan karena adanya tumpang tindih habitat antara ikan target dan non target serta kurang selektifnya alat tangkap yang digunakan. Menurut Hall (1999), kategori hasil tangkapan sampingan (by-catch) dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: 1) Spesies yang kebetulan tertangkap (accidental catch), yaitu hasil tangkapan yang sekali-kali tertahan (tertangkap) dan bukan merupakan spesies target dari operasi penangkapan. Accidental catch ini ada yang dimanfaatkan oleh nelayan dan ada juga yang dibuang tergantung dari nilai ekonomisnya. 2) Spesies yang dikembalikan ke laut (discard catch), yaitu bagian dari hasil tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena pertimbangan ekonomi (ikan yang tertangkap bernilai ekonomis rendah) atau karena spesies yang tertangkap adalah spesies yang dilindungi oleh hukum. 2.4 Trofik Level Trofik level adalah posisi suatu organisme dalam jaring makanan (Froese & Pauly, 2000). Trofik level menunjukkan keberadaan ikan dan organisme lainnya yang masing-masing berperan dalam jaring makanan (Stergiou et al., 2007). 14 Struktur trofik adalah hubungan makan-memakan berbagai spesies dalam komunitas. Adapun contoh struktur trofik pada rantai makanan darat dan rantai makanan perairan, seperti pada Gambar 4. Sumber: Michael, 1995 Gambar 4 Struktur trofik pada rantai makanan. Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan melalui sederetan makhluk hidup. Umumnya terdapat lebih dari empat atau lima makhluk hidup terkait dalam satu rantai makanan. Rantai-rantai makanan ini tidak merupakan satuan yang terisolasi namun saling berkaitan dalam suatu komunitas. Pola yang demikian disebut jaring makanan. Beberapa tingkatan trofik dapat dikenali dalam setiap jaring makanan (Tabel 1). Tabel 1 Tingkatan trofik pada jaring makanan Tingkatan trofik Produser Konsumen primer Konsumen sekunder Konsumen tersier Contoh organisme Tumbuhan hijau Herbivora Karnivora dan parasit Karnivora yang lebih tinggi dan hiperparasit Sumber: Michael, 1995 Suatu spesies tertentu dapat menghuni lebih dari satu tingkatan trofik. Ukuran hewan dalam tingkatan-tingkatan trofik yang berurutan cenderung bertambah (Michael, 1995). 15 Menurut Elliot dan Hemingway (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi trofik level suatu jenis atau individu ikan, yaitu : 1) Faktor ekstrinsik yaitu faktor lingkungan (non-biological) Perubahan lingkungan dapat berdampak pada perpindahan makan-memakan spesies ikan yang berbeda. Faktor lingkungan, yaitu: (1) Perubahan geografis pada faktor lingkungan seperti suhu dapat mempengaruhi tingkah laku makan-memakan ikan. Pada sebagian stratifikasi estuari, perubahan ini berkaitan dengan posisi dan peristiwa termoklin. (2) Pedoman hidrografi (faktor pasang surut dan lainnya) pada faktor lingkungan seperti tingginya pasang surut mempengaruhi ukuran populasi ikan. Kadar salinitas dan oksigen terlarut juga mempengaruhi perilaku makan-memakan ikan. (3) Lokasi yang dikhususkan/substratum pada faktor lingkungan seperti daerah pasang surut dikenal sebagai feeding ground juvenile ikan. 2) Faktor biologi (intrinsik), yaitu: (1) Tingkat hidup, termasuk umur dan ukuran yang berbeda Ukuran tubuh merupakan salah satu bagian penting organisme dari sudut pandang ekologi dan evolusioner. Ukuran memiliki pengaruh yang sangat besar pada tingkat kebutuhan energi hewan, dan berpotensi sebagai sumber eksploitasi, serta memberi pengaruh pada musuh alami. (2) Jenis kelamin Pada ikan gobies jantan dari jenis spesies terakhir menunjukkan perubahan dalam diet makanannya selama musim bertelur karena setelah mengkonsumsi sejumlah telur Pomatoschistus, diperkirakan seekor pejantan secara agresif menguasai wilayah tersebut. (3) Ecotrophomorphology Hipotesis ekomorfologi menduga bahwa morfologi berkaitan erat dengan hidup, sehingga dijadikan prediksi model hidup. Berdasarkan hipotesis tersebut, bahan makanan dapat diduga dari morfologi ikan, khususnya dari sifat morfologis tentang makan-memakan seperti ukuran mulut, bentuk rahang dan pertumbuhan gigi. 16 (4) Tingkah laku Pandangan terkini dalam makan-memakan ikan berpusat pada teori waktu mencari makan yang optimal atau Optimal Foraging Theory (OFT). Teori ini menduga bahwa ikan akan mencari makanan, memilih bahan-bahan makanan jika diberi pilihan dan berhenti makan pada perkiraan waktu pengambilan energi yang maksimal untuk memperkecil energi yang digunakan. Hasilnya, ikan akan memaksimalkan kesehatannya, sehingga reproduksi kehidupannya berlangsung baik. (5) Kompetisi intraspesies dan inter spesies Kompetisi terjadi saat kebutuhan dari dua atau lebih individu terhadap sumber daya tertentu melebihi ketersediaan sumberdaya tersebut di wilayah tempat mereka tinggal atau jika permintaannya tidak dapat melebihi penawaran, mereka saling mempengaruhi satu dan yang lain dalam upaya memperoleh sumberdaya. (6) Pembagian sumber daya Pembagian sumber daya dapat terjadi pada tiga level, yaitu: waktu yang bersifat temporal, wilayah, dan bahan makanan. Oleh karena itu, dalam penentuan ekosistem perlu dianalisa interaksi pola makan antara anggotaanggota yang berbeda dalam satu perkumpulan. (7) Parasit Mikroparasit meliputi virus, bakteri, jamur, serta protozoa dan dicirikan oleh ukurannya yang kecil, masa hidup yang pendek dan kemampuan menggandakan diri dalam inang yang terinfeksi. Organisme tersebut sering berpindah secara lagsung, sehingga ikan yang hidup di wilayah yang padat dan dangkal sangat mudah dimasuki oleh patogen-patogen ini. 2.5 Pendekatan Ekosistem Pendekatan ekosistem adalah suatu pendekatan yang mengacu pada aplikasi dari berbagai metode ilmiah yang berfokus pada tingkat tatanan kehidupan yang melibatkan struktur, proses, fungsi dan interaksi antar organisme dengan lingkungannya (Aryani, 2010). Menurut FAO (2005) terdapat 12 prinsip dalam pelaksanaan pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan, yaitu: 17 1) Sasaran dari pengelolaan ini adalah pilihan dari masyarakat; 2) Pengelolaan harus terdesentralisasi pada tingkat yang terendah; 3) Pengelolaan harus mempertimbangkan dampak setiap aktivitas terhadap ekosistem lainnya; 4) Dengan mempertimbangkan dampak positif dari pengelolaan tersebut, dibutuhkan pemahaman dan pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem dalam konteks ekonomi. Pengelolaan tersebut antara lain: (1) Mengurangi pengaruh pasar yang berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati; (2) Mempromosikan konservasi sumberdaya dan pemanfaatan yang lestari dengan pemberian insentif; (3) Mempertimbangkan komponen biaya dan manfaat bagi ekosistem. 5) Konservasi fungsi dan struktur ekosistem dalam rangka menjaga manfaat ekosistem, dimana yang dikonservasi merupakan lokasi prioritas; 6) Pengelolaan ekosistem harus mempertimbangkan daya dukung; 7) Pendekatan ekosistem harus mempertimbangkan komponen spasial dan temporal; 8) Pengelolaan ekosistem harus mengacu pada pengelolaan jangka panjang; 9) Pengelolan harus adaptif terhadap perubahan; 10) Pendekatan ekosistem harus seimbang antar konservasi dan pemanfaatan; 11) Pendekatan ekosistem harus mempertimbangkan beberapa informasi ilmiah, adat istiadat, inovasi dan pengalaman; 12) Pendekatan ekosistem harus melibatkan para pihak dan lintas ilmu. Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi pendekatan ekosistem, yaitu kelestarian ekosistem, kesejahteraan masyarakat dan kemampuan untuk mencapai tujuan (Yulianto, 2010). Menurut FAO (2005) dalam dokumen tentang implementasi pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan yang diterbitkan oleh FAO pada tahun 2003 menyebutkan terdapat beberapa opsi yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan pendekatan ini. Opsi-opsi yang dapat dilakukan antara lain: 18 1) Pengaturan secara teknis Pengaturan secara teknis dapat dilakukan pada pengaturan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. Pengaturan secara teknis ini dapat dilakukan dengan: (1) Pengaturan jumlah alat tangkap dan ukuran mata jaring (2) Pengurangan ikan hasil tangkapan sampingan (by-catch) (3) Penyesuaian metode dan operasi penangkapan untuk mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem dan spesies yang dilindungi (4) Mengedepankan pendekatan pencegahan atau kehati-hatian (precautionary approach) 2) Pengaturan secara spasial dan temporal Pengaturan secara spasial merupakan pengaturan daerah penangkapan ikan. Pengaturan secara spasial ini dapat diimplementasikan dalam bentuk pengembangan kawasan konservasi laut. Pengaturan secara temporal merupakan pengaturan pelarangan penangkapan pada waktu tertentu. 3) Pengaturan input dan output Pengaturan input penangkapan dapat dilakukan dengan pengendalian kapasitas penangkapan dan usaha penangkapan nelayan. Pengaturan output dapat dilakukan dengan pengendalian hasil dan jenis tangkapan. Salah satu tujuan pengaturan ini adalah untuk menurunkan kematian akibat penangkapan (fishing mortality). 4) Manipulasi ekosistem Manipulasi ekosistem dapat dilakukan dengan mencegah degradasi habitat, merehabilitasi habitat, pengembangan habitat buatan dan restocking ikan. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2010, selanjutnya dilakukan analisis data pada dua musim yaitu pada musim paceklik (Maret 2010) dan musim puncak ikan (Mei 2010). Survei lapangan dilakukan di wilayah penangkapan ikan yaitu Desa Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten (Gambar 5). Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009 Gambar 5 Peta lokasi penelitian. 20 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain kuesioner, komputer/laptop, alat tulis, alat ukur, kamera serta peralatan lainnya yang digunakan dalam membantu pengumpulan data dan pengolahan data, seperti pada Tabel 2. 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif survey. Metode penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang suatu populasi dengan menggunakan sampel. Karakteristik dari metode penelitian ini adalah informasi diperoleh dari sampel (bukan populasi), informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (lisan, tertulis) dan informasi dikumpulkan untuk mendeskripsikan aspek tertentu (Kamarga, 2010). Pada penelitian ini dilakukan pengamatan langsung dan wawancara untuk mendapatkan data primer. Selengkapnya metode dan teknik pengumpulan datanya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis data dan metode pengumpulannya No. Jenis data Data komposisi hasil tangkapan 5 tahun terakhir Metode pengumpulan sumber data - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Serang 2. Data alat tangkap yang digunakan 3. Data hasil tangkapan nelayan - Wawancara - Pengamatan langsung di lapangan - Wawancara - Pengamatan di lapangan 4. Data panjang dan berat ikan 1. Pengukuran Alat yang digunakan Wawancara dan pengumpulan data sekunder - Kuesioner - Kamera - Alat tulis - Kuesioner - Kamera - Alat tulis - Alat ukur panjang: meteran dengan ketelitian 1 mm - Alat ukur berat: timbangan dengan ketelitian 0,5 gram 21 3.3.1 Pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (pengukuran morfologi dan penimbangan berat hasil tangkapan), hasil wawancara dengan nelayan atau hasil pengisian kuesioner oleh responden yang digunakan sebagai sampel. Adapun data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait serta literatur yang relevan. Metode yang akan dilakukan untuk memperoleh data pada penelitian ini yaitu: 1) Wawancara (Kuesioner) Wawancara yang dilakukan mengacu pada kuesioner yang telah dibuat agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara sesuai dengan tujuan yang dilakukan. Dalam penelitian ini, dilakukan wawancara dengan nelayan yang melakukan kegiatan operasional penangkapan ikan di Bojonegara. Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan identitas responden, kapal yang digunakan responden, alat tangkap yang digunakan responden, operasi penangkapan ikan, hasil tangkapan, musim penangkapan dan lokasi penangkapan. 2) Pengumpulan data sekunder Data sekunder diperoleh terutama dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang, instansi terkait dan literatur yang relevan. 3.3.2 Pengolahan data Data yang diperoleh kemudian diolah berdasarkan: 1) Komposisi hasil tangkapan utama dan sampingan Hasil tangkapan setiap alat tangkap diidentifikasi terlebih dahulu dan dikelompokkan berdasarkan spesiesnya, lalu diukur panjang dan beratnya. Komposisi hasil tangkapan dianalisis dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 untuk melihat perbandingan jumlah dan bobot antar spesies. Panjang tubuh ikan yang diukur adalah panjang cagak dan panjang total. Panjang cagak adalah panjang tubuh ikan mulai dari ujung mulut depan hingga pangkal cagak ekor ikan. Panjang total adalah panjang tubuh ikan mulai dari 22 ujung mulut depan hingga ujung ekor ikan (Sparre & Vanema, 1999 vide Raspati, 2008). Cara pengukuran panjang ikan dapat dilihat pada Gambar 6. Sumber: http://www.collegeofidaho.edu Gambar 6 Cara pengukuran panjang ikan. 2) Jenis dan ukuran alat tangkap Data hasil tangkapan diperoleh dari pencatatan hasil tangkapan untuk setiap jenis dan ukuran alat tangkap. 3) Trofik level setiap ikan hasil tangkapan nelayan menurut alat tangkapnya Dari spesies hasil tangkapan yang didapat, diklasifikasikan nilai trofik level dari Fish Base Online (Froese & Pauly, 2010), yang menyediakan informasi trofik level dari jenis dan komposisi makanan. 4) Length at first maturity (Lm) Ukuran pertama kali ikan matang gonad penting diketahui karena dengan mengetahui nilai Lm maka dapat digunakan untuk menyusun suatu konsep pengelolaan lingkungan perairan (Saputra, 2009). 3.4 Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu: 1. Analisis kuesioner Analisis kuesioner dilakukan dengan bantuan paket software Survey Pro 2.0. Kelebihan Survey Pro yaitu sebagai alat analisis data survey kuesioner, yakni 23 dapat menganalisis data kuesioner secara sistematis dan bersifat database serta hasil yang diperoleh dapat terus di-update (Apian Software Inc, 1995). 2. Analisis statistik Tujuan dari analisis ini, yaitu mengetahui apakah terdapat perbedaan antara jenis alat tangkap dan komposisi hasil tangkapan menurut trofik levelnya. Hipotesis yang digunakan, yaitu: Ho : Tidak terdapat perbedaan antara trofik level hasil tangkapan dan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. H1 : Terdapat perbedaan antara trofik level hasil tangkapan dan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. 3. Indeks keragaman Shannon-Wiener Keragaman dihitung berdasarkan indeks keragaman untuk menggambarkan komunitas secara matematis dan mempermudah analisis komunitas ikan. Indeks diversitas (keragaman) Shannon-Wiener dihitung dengan menggunakan persamaan modifikasi dari Krebs, 1989. H’= H’= Keterangan: H’: indeks diversitas Shannon-Wiener pi : proporsi spesies ke-i ni : jumlah total biomassa (biota) hasil tangkapan spesies ke-i N : jumlah biomassa dari suatu spesies ke i (i = 1 sampai S) S : jumlah total spesies dalam suatu contoh Analisis keragaman Shannon-Wiener dilakukan dengan bantuan software Primer 5.2. 4. Analisis regresi Regresi dan korelasi adalah analisis untuk menelaah hubungan antara dua peubah pengukuran. Jika ada dua peubah pengukuran X dan Y, keeratan 24 hubungan linear antara kedua peubah tersebut dinyatakan dengan korelasi antar kedua peubah tersebut. Jika X merupakan peubah bebas dan Y merupakan peubah tak bebas, regresi Y pada X memberi gambaran bagaimana nilai peubah X mempengaruhi peubah Y. Nilai korelasi X – Y yang bernilai 0 menunjukkan tidak adanya korelasi antar peubah tersebut. Besarnya nilai peubah Y adalah bebas, tidak terkait dengan besarnya nilai peubah X, demikian pula nilai peubah X adalah bebas, tidak terkait dengan besarnya nilai peubah Y. Semakin tinggi nilai korelasi X dan Y, maka semakin mendekati nilai 1 atau -1 dan berarti semakin erat keterkaitan nilai peubah X dan Y (Saefuddin et al., 2009). Adapun intepretasi dari nilai r menurut Usman & Akbar (2008), yaitu: 0 = tidak berkolerasi 0,01 – 0,20 = sangat rendah 0,21 – 0,40 = rendah 0,41 – 0,60 = agak rendah 0,61 – 0,80 = cukup 0,81 – 0,99 = tinggi 1 = sangat tinggi Kesesuaian model menyatakan sejauh mana kesesuaian model yang dipasang dengan data yang dibicarakan. Ukuran kesesuaian ini dinamakan koefisien determinasi. Koefisien determinasi menyatakan besarnya keragaman yang terjelaskan oleh model. Nilai minimum koefisien determinasi adalah 0 dan nilai maksimumnya adalah 1. Semakin besar nilai koefisien determinasi mendekati angka 1, semakin sesuai model yang dipasang dengan data yang dibicarakan. Koesisien determinasi kadang-kadang juga dinyatakan dalam persen, sehingga nilainya berkisar antara 0 - 100%. 5. Hubungan panjang dan berat Panjang dan berat ikan hasil tangkapan utama setiap alat tangkap diukur, kemudian dianalisis hubungannya dengan menggunakan model Ricker (1975) yaitu W = a Lb, dimana W = bobot ikan (gram) dan L = panjang total (cm), sedangkan a dan b = konstanta regresi hubungan panjang dan berat. Logaritma 25 persamaan tersebut, yaitu: ln W = ln a + b ln L menunjukkan hubungan yang linear. 6. Indikator ukuran panjang ikan dan length at first maturity Indikator ukuran panjang ikan dibandingkan terhadap ukuran saat pertama kali matang gonad (memijah) atau length at first maturity dari Froese and Pauly, 2010 (fishbase). Analisis dilakukan untuk mengetahui perbedaan jenis alat tangkap dan komposisi alat hasil tangkapan. 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Serang Kabupaten Serang secara geografis terletak antara 5050’ - 6021’ Lintang Selatan dan 10507’ - 106022’ Bujur Timur. Jarak dari Kabupaten Serang ke ibukota negara, Jakarta hanya berjarak sekitar 70 km. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara ke selatan sekitar 60 km, sedangkan dari barat ke timur sekitar 90 km. Luas wilayah Kabupaten Serang secara administratitif yaitu 173.409 ha yang terbagi atas 28 kecamatan dan 308 desa. Secara administratif, Kabupaten Serang berbatasan dengan: 1) sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan Kota Serang. 2) sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang. 3) sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang. 4) sebelah barat, berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda (DKP Kabupaten Serang, 2009). Kondisi topografi Kabupaten Serang berada pada ketinggian 0 - 1778 m dpl (di atas permukaan laut). Pada umumnya tergolong pada kelas topografi lahan dataran dan bergelombang. Kondisi hidrologi dapat dibedakan menjadi air bawah tanah dan air permukaan dimana air permukaan sendiri dapat dibedakan kembali menjadi sungai, danau/situ dan waduk (DKP Kabupaten Serang, 2009). Terdapat dua sistem sungai besar di Kabupaten Serang yang mengalir ke utara dan bermuara di Laut Jawa, yaitu Sungai Ciujung dan Sungai Cidurian. Sungai Ciujung merupakan sungai terbesar di daerah ini. Bagian hulunya berasal dari Gunung Halimun dengan debit sebesar 315,0 m3/detik, sedangkan Sungai Cidurian terletak di bagian timur dengan debit sebesar 153,9 m3/detik dan merupakan batas dari wilayah Kabupaten Serang dengan Kabupaten Tangerang. Selain dua sistem sungai besar di atas, terdapat tiga sungai yang cukup besar yaitu Sungai Cidanau, Sungai Cibanten dan Sungai Anyer serta beberapa sungai kecil yang bermuara di Teluk Banten dan Selat Sunda (DKP Kabupaten Serang, 2009). Iklim Kabupaten Serang, sesuai dengan Klasifikasi Koppen dapat dilihat pada Tabel 3. 27 Tabel 3 Iklim Kabupaten Serang No. 1. Tipe Ama 2. Afa 3. Cfa Lokasi Belahan utara Serang Belahan selatan Serang Belahan selatan Serang Karakteristik Mempunyai bulan basah 1 bulan atau lebih Tidak mempunyai bulan yang dapat dikategorikan bulan kering Tidak mempunyai bulan yang dapat dikategorikan bulan kering, suhu pada bulan terdingin bisa mencapai ≤180C, suhu pada bulan terhangat ≥220C Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009 Kabupaten Serang berbatasan dengan dua wilayah laut yaitu Selat Sunda di bagian barat dan Laut Jawa di bagian utara. Secara geologis, Selat Sunda yang terbentuk oleh proses tektonis, sangat dipengaruhi oleh proses volkanis yang berasal dari kompleks Gunung api Gede di sebelah selatan Anyer dan Gunung api Gede di sebelah utara Merak, aliran lahar dan lava purba membentuk batuan dasar pantai Selat Sunda menjadi stabil. Sementara itu, arus laut membentuk perairan pantai Selat Sunda relatif dangkal, kedalaman kurang dari 20 m. Secara umum, kondisi pantai bagian barat dibentuk oleh batuan dasar breksi, breksi volkanis dan aliran lava dan ditumbuhi terumbu karang (DKP Kabupaten Serang, 2009). Dalam perkembangannya, perairan bagian timur membentuk dataran aluvial, dataran fluvio-marine dan rataan lumpur, sedangkan di bagian barat endapan material volkanis yang berupa lahar dan lava. Terumbu karang dapat berkembang dengan baik menumpang pada endapan lahar dan aliran lava di pantai barat Kabupaten Serang (DKP Kabupaten Serang, 2009). Secara ringkas, tipetipe pantai di Kabupaten Serang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Tipe-tipe pantai di Kabupaten Serang No. 1. 2. 3. Tipe pantai Pantai berlumpur Pantai berpasir membentuk beting gisik Pantai berbatuan aliran lava 4. 5. Pantai berbatu karang/terumbu karang Pantai berpasir Lokasi Teluk Banten Pantai Lontar dan Pontang Kecamatan Pulo Ampel, Cinangka dan Anyer Kecamatan Cinangka dan Anyer Kecamatan Cinangka Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009 Berdasarkan Peta Batimetri skala 1 : 500.000 yang dikeluarkan oleh DISHIDROS dan Penelitian hingga jarak kurang lebih 2 kilometer, kedalaman laut berkisar antara 0 - 20 meter. Kondisi yang sama juga dijumpai di sekitar 28 Pulau Sangiang dan Pulau Tunda, sedangkan di bagian utara kedalaman 0 - 20 meter dijumpai hingga jarak kurang lebih 4,5 sampai dengan 15 kilometer (DKP Kabupaten Serang, 2009). Wilayah Kabupaten Serang berbatasan langsung dengan Selat Sunda di bagian barat dan Laut Jawa di bagian utara dengan garis panjang pantai sekitar 92 km dan kewenangan 4 mil dari batas pulau terluar, Kabupaten Serang memiliki luasan perairan penangkapan sekitar 888 km2 yang merupakan area potensial penangkapan ikan. Di samping itu, potensi perikanan tangkap juga terdapat pada perairan umum baik sungai, rawa maupun danau dengan luasan masing-masing sungai 640 km, waduk 28 ha dan rawa/danau 250 ha (DKP Kabupaten Serang, 2009). Potensi sumberdaya ikan di Kabupaten Serang dimanfaatkan dengan menggunakan beberapa alat tangkap, diantaranya bagan, pukat pantai, jaring insang, payang dan pancing. Alat tangkap ini menangkap beberapa spesies, yaitu tenggiri (Scomberomorus commerson), kembung (Rastrelliger spp), selar kuning (Selaroides leptolepis), tongkol (Auxis thazard), layang (Decapterus russelli), lemuru (Sardinella longiceps), teri nasi (Stolephorus commersonnii), tembang (Sardinella fimbriata), kurisi (Nemipterus nematophorus) dan pepetek (Leioghnatus sp) (DKP Kabupaten Serang, 2009). Jenis armada tangkap di Kabupaten Serang terdiri dari perahu tanpa motor (perahu layar), perahu dengan motor tempel dan kapal motor dengan kapasitas kecil yaitu kurang dari 5 GT. Jumlah armada pada masing-masing jenis selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5 Jumlah armada tangkap menurut jenis No. 1. 2. 3. Jenis Perahu tanpa motor Motor tempel Kapal motor < 5 GT Jumlah Jumlah (unit) 63 1021 197 1281 Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009 Jenis alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Serang didominasi oleh jenis alat tangkap payang dan pancing. Jumlah dan jenis alat tangkap selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 29 Tabel 6 Jumlah alat tangkap menurut jenis No. Jenis A. Laut 1. Payang 2. Jaring insang hanyut 3. Jaring klitik 4. Jaring angkat lainnya 5. Pancing yang lain Jumlah B. Perairan umum 1. Pancing 2. Jaring insang Jumlah Total Jumlah (unit) 529 253 84 50 398 1314 573 149 722 2036 Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009 Kelompok ikan pelagis menjadi kelompok dominan dan penting dalam produksi perikanan Kabupaten Serang. Hampir 60% produksi perikanan berasal dari kelompok ikan pelagis terutama ikan pelagis kecil, sehingga kelompok ikan pelagis kecil menjadi penting dan mendapat perhatian khusus untuk dapat dijaga kelestariannya (DKP Kabupaten Serang, 2009). Kegiatan penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Serang dilakukan dengan berbagai jenis alat tangkap. Adapun jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis ini adalah bagan, pukat pantai, jaring insang, payang dan pancing (DKP Kabupaten Serang, 2009). Berdasarkan data statistik, tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Serang terus mengalami peningkatan (Gambar 7). Namun, tingkat konsumsi ikan ini masih di bawah standar tingkat konsumsi ikan nasional 26,5 kg/kapita/tahun. Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009 Gambar 7 Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Serang. 30 Potensi sumberdaya kelautan Kabupaten Serang meliputi sumberdaya hayati ikan dan non ikan yang tersebar di perairan Teluk Banten dan Selat Sunda. Sumberdaya hayati antara lain keberadaan ekosistem terumbu karang, padang lamun dan bakau yang mampu berperan sebagai pelindung sekaligus merupakan habitat tempat berkembang biak dan berlindung bagi sumberdaya hayati laut. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Citra Satelit Landsat Thematic Mapper yang direkam tanggal 7 Agustus 2001, terdapat kelompok obyek yang ditemui di wilayah pesisir Kabupaten Serang, seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kelompok obyek wilayah pesisir Kabupaten Serang Jenis Pasir Agihan lamun Karang mati Karang hidup Perairan terbuka/Laut Lokasi Sekitar muara Sungai Cikangkung, muara Sungai Kasuban dan muara Sungai Ciujung Wilayah Sungai Ciujung dan muara Sungai Cikangkung dan wilayah Teluk Bbanten Tengah laut di Teluk Banten, di sekitar Pulau Panjang, di sepanjang Pantai Anyer dan di sekitar Pulau Sangiang - Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009 4.2 Keadaan Umum Perikanan Bojonegara Kawasan Bojonegara termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang Propinsi Banten. Kawasan Bojonegara terletak di sebelah barat (sekitar 130 km) ibukota Daerah Khusus Ibukota. Secara administratif kawasan Bojonegara termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang tepatnya di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel. Pulo Ampel merupakan pemekaran dari Kecamatan Bojonegara. Kecamatan Bojonegara memiliki luas keseluruhan sekitar 6.700,2 hektar dan dihuni hampir 75.000 jiwa (http://www.dkp-banten.go.id). Wilayah Bojonegara merupakan wilayah pesisir dengan aneka kegiatan seperti pelabuhan, industri, perikanan dan pembangkit listrik yang mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Kawasan Bojonegara - Merak Cilegon dalam PP No.47 tahun 1997 telah ditetapkan sebagai kawasan andalan. Kawasan andalan ini merupakan kawasan yang cepat tumbuh karena kegiatan produksi dan jasa dengan skala besar yang menunjang kegiatan produksi nasional 31 dan ekspor nasional dengan andalan kawasan industri Cilegon. Fungsi andalan Bojonegara - Merak - Cilegon, yaitu: 1) Pusat transportasi 2) Pusat industri 3) Pusat pariwisata 4.3 Hasil Tangkapan Utama Berdasarkan Alat Tangkap 1) Ikan teri nasi (Stolephorus commersonnii ) Dikatakan teri nasi karena ukurannya yang kecil dan putih, apabila dikumpulkan menyerupai segumpalan nasi. Masyarakat juga menyatakan bahwa teri nasi disebut juga teri medan. Ciri-ciri morfologisnya adalah tidak berwarna atau agak kemerahan, bentuk tubuh bulat memanjang, sepanjang tubuhnya terdapat garis putih keperakan, memanjang dari kepala hingga ekor, sisik kecil dan tipis serta mudah lepas, mulut agak tersayat dalam, mencapai hingga belakang mata dan rahang bawah lebih pendek dari rahang atas (Hutomo et al., 1987). Teri nasi termasuk jenis ikan teri yang hidup bergerombol hingga mencapai ribuan ekor. Jenis ikan teri ini yang besar lebih bersifat soliter. Ikan teri yang umumnya berkelompok (schooling) memiliki respon yang positif terhadap cahaya namun ikan teri memilki kepekaan yang tinggi terhadap reaksi yang berupa gerakan yang berasal dar luar (Hutomo et al., 1987). Ikan teri nasi termasuk jenis ikan musiman. Musim tangkapannya antara bulan Februari sampai Agustus. Jumlah tangkapan tertinggi biasanya terjadi pada bulan Juli dan Agustus (Hutomo et al., 1987). Ikan teri nasi memijah beberapa kali serta memiliki musim pemijahan yang panjang, bahkan sepanjang tahun. Fekunditasnya cukup bervariasi dan berkisar antara 921 - 2287 butir, untuk ukuran panjang ikan 63 - 97 mm (Hutomo et al., 1987). Secara umum makanan ikan teri nasi didominasi oleh copepoda (Hutomo et al., 1987). Menurut Wahyudi (2004) menyimpulkan bahwa makanan ikan teri nasi umumnya terdiri dari organisme pelagis berukuran kecil, meskipun komposisinya berbeda untuk masing-masing spesies. 32 2) Ikan lemuru (Sardinella longiceps) Ikan lemuru termasuk ikan pelagis kecil pemakan plankton. Hidupnya bergerombol, badannya bulat memanjang, bagian perut agak membulat dengan sisik duri yang agak tumpul dan tidak menonjol. Panjang badannya dapat mencapai 23 cm, namun umumnya 17 - 18 cm. Warna badan biru kehijauan di bagian atas, sedangkan bagian bawah putih keperakan. Pada bagian atas penutup insang sampai pangkal ekor terdapat sebaris totol-totol hitam atau bulatan-bulatan kecil berwarna gelap. Sirip-siripnya berwarna abu-abu kekuning-kuningan, sedangkan warna sirip ekor kehitaman (Dwiponggo, 1982 vide Syamsiar, 2006). Ikan lemuru tergolong ikan pelagis kecil. Ruaya ikan ini dipengaruhi oleh makanan, suhu dan salinitas. Pada siang hari ikan lemuru umumnya berada di dekat dasar perairan dan membentuk gerombolan yang kompak, sedangkan pada malam hari bergerak ke dekat permukaan air dalam bentuk gerombolan yang menyebar dan akan muncul ke permukaan apabila cuaca mendung yang disertai hujan gerimis. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya temperatur permukaan (Adianto, 1993). Distribusi ikan lemuru meliputi perairan Indo Pasifik, dari Teluk Aden sampai dengan perairan Filipina. Penyebaran ikan lemuru di luar perairan Indonesia adalah dari Kepulauan Filipina ke barat sampai ke India dan pantai timur Afrika, sedangkan di perairan Indonesia konsentrasi tersebar di Selat Bali dan sekitarnya (Dwiponggo, 1982 vide Syamsiar, 1986). Musim penangkapan ikan lemuru di perairan pantai utara Jawa Tengah dimulai bulan Mei dan berakhir pada bulan Januari tahun berikutnya. Puncak musim ikan lemuru terjadi pada bulan Agustus sampai November. Musim tersebut kadang-kadang bergeser dan pada kenyataannya dapat dilakukan sepanjang tahun (Adianto, 1993). 3) Ikan belanak (Valamugil speigleri) Ikan belanak merupakan jenis ikan demersal dan termasuk jenis ikan bergerombol. Ikan ini merupakan jenis ikan laut tetapi sering masuk ke daerah estuaria bahkan ke perairan sungai (tawar) (Froese & Pauly, 2000). 33 Ikan belanak mempunyai panjang maksimum 35 cm. Ikan ini mempunyai total 4 duri punggung, 3 duri dubur dan 9 sirip dubur lunak, punggungnya kehijau-hijauan dan daerah perutnya berwarna perak. Sirip punggung pertama dengan garis tepi hitam, sedangkan sirip lainnya berwarna kehitam-hitaman (Fishbase, 2000). Ikan belanak merupakan ikan yang mempunyai skema atau pertumbuhan yang baik. Ikan ini dapat tumbuh mencapai panjang 35 cm dan umumnya berukuran 15 - 20 cm, yang merupakan ukuran normal (Shabrina, 2009). Ikan belanak akan pergi atau meninggalkan tempat hidupnya menjauhi pantai apabila akan memijah. Juvenil ikan belanak kemungkinan ditemukan di rawa bakau. Ikan belanak memakan copepoda dan alga yang mengapung, sedangkan juvenil ikan belanak memakan ganggang kecil dan zat organik lainnya (Shabrina, 2009). Penyebaran ikan belanak yaitu di perairan Indo Pasifik, Pakistan hingga Asia Tenggara menuju New Guinea (Froese & Pauly, 2000). Menurut Shabrina (2009), daerah penyebaran ikan belanak yaitu di daerah pantai seluruh perairan Indonesia. Ikan ini terdistribusi pada semua perairan terutama di daerah estuari (coastal) dan laut di daerah tropis dan subtropis yaitu di Indo - Pasifik, Filipina, dan Laut Cina Selatan, hingga Australia. Ikan ini juga tinggal di pesisir pantai dan muara serta sungai-sungai. Ikan ini termasuk ikan yang bersifat non predator (bukan pemangsa), jadi penyebarannya merata baik di perairan bersuhu ataupun tropis. 4) Ikan kembung (Rastrelliger spp) Ikan kembung merupakan merupakan salah satu ikan pelagis yang sangat potensial di Indonesia dan hampir di seluruh perairan Indonesia. Ikan ini tertangkap baik dalam jumlah besar maupun sedikit (Burhanuddin et al., 1984 vide Abidin, 2000). Berdasarkan klasifikasi Saanin (1984), di perairan Indonesia terdapat tiga spesies ikan kembung, yaitu Rastrelliger brachysoma, Rastrelliger neglectus, Rastrelliger kanagurta. Ikan kembung lelaki Rastrelliger kanagurta secara sepintas sama dengan ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma). Ikan kembung lelaki 34 mempunyai punggung berwarna biru kehijauan dan bawahnya berwarna putih kekuningan) serta dihiasi totol hitam pada bagian punggungnya dari depan ke belakang sehingga ikan kelihatan menarik. Ikan kembung perempuan mempunyai warna biru kehijauan pada punggungnya dan putih perak pada bagian perutnya. Terdapat totol hitam pada bagian punggung di atas garis rusuk. Warna sirip punggung pertama kuning keabuan dan gelap pada pinggirnya, kuning muda pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan sirip dubur dan sirip ekornya kuning bening (Kriswantoro dan Sunyoto, 1986). Ikan kembung lelaki hidupnya di laut lepas, sedangkan ikan kembung perempuan terdapat di daerah pantai. Ikan kembung lelaki sulit dicari dan jarang muncul ke permukaan, biasanya mempunyai kelompok yang padat dan sering dijumpai pada perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai karena mempunyai kadar garam yang lebih dari 230/00. Ikan kembung perempuan menyukai perairan dekat pantai karena hidup pada kadar garam rendah (Kriswantoro dan Sunyoto, 1986). Letak kedalaman kelompok ikan pelagis banyak ditentukan oleh suhu secara vertikal. Ikan pelagis akan berenang sedikit ke sebelah dalam pada saat suhu permukaan lebih tinggi dari biasanya. Jenis-jenis ini akan selalu menghindar dari lapisan air yang bersuhu lebih rendah dari 4 - 50C. Walaupun demikian khusus untuk perairan Indonesia yang merupakan perairan tropis, masalah suhu tidak memberikan gambaran yang jelas bagaimana pengaruhnya di bidang perikanan. Ikan kembung merupakan jenis ikan diurnal (ikan siang hari) yang banyak dijumpai di lapisan pelagis dan lapisan yang banyak cahaya matahari (Gunarso, 1985). Musim pemijahan utama ikan kembung terjadi antara bulan April dan Agustus dengan puncak musim diduga berlangsung pada bulan Agustus, sedangkan pada bulan Desember diduga merupakan musim pemijahan tambahan (Nurhakim, 1993). 5) Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) Secara morfologi tenggiri mempunyai tubuh panjang dan berbentuk torpedo. Mulut lebar dan berujung runcing, gigi pada rahang gepeng dan tajam. Sirip 35 punggung ikan tenggiri ada yang berjari-jari keras dengan jumlah 14 - 17 buah dan ada pula sirip punggung yang berjari-jari lemah dengan jumlah 14 - 19 buah yang diikuti dengan 8 - 10 sirip tambahan. Ikan tenggiri memiliki garis rusuk lurus kemudian membengkok tajam di bawah awal jari-jari sirip tambahan dan melurus kembali sampai batang ekor. Garis rusuk ikan tenggiri tidak terputus dan hanya berjumlah satu. Gelembung renang tidak ada, warna punggung biru gelap keabu-abuan atau biru kehijauan. Sisi tubuh ikan tenggiri berwarna putih keperakan dan pada bagian perut dijumpai garis-garis (Guci, 1999). Penyebaran ikan tenggiri sangat luas, meliputi seluruh perairan Indonesia, perairan Indo - Pasifik, Teluk Benggala, Teluk Siam, Laut Cina Selatan, ke selatan sampai perairan panas Australia, ke barat sampai Afrika Timur dan ke utara sampai Jepang (Rizkawati 2009). Daerah penyebaran ikan tenggiri di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Daerah penyebaran ikan tenggiri Lokasi perairan Sumatera Daerah Daerah penyebaran penangkapan utama Seluruh - Perairan Aceh bagian utara, timur Sumatera Utara, perairan sekitar Bengkalis - Perairan Bangka Belitung - Pantai barat Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung Jawa dan Seluruh - Seluruh Pantai utara Jawa dan Madura, selatan Jawa Nusa perairan Tengah, selatan Bali, sebelah utara Lombok, Sumbawa Tenggara dan utara Flores - Pantai Pulau Timor bagian barat Kalimantan Seluruh - Hampir semua pantai barat dan selatan Kalimantan dan perairan - Perairan Teluk Palu, Sulawesi bagian selatan Sulawesi - Sebagian perairan Sulawesi Utara dan perairan sekitar pantai Maluku Seluruh - Sebagian pantai barat Halmahera dan Papua perairan - Perairan selatan Pulau Seram - Hampir semua perairan pantai barat Pulau Papua sampai sekitar daerah Kepala Burung Sumber: Guci, 1999 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Karakteristik alat tangkap di Bojonegara 1) Unit penangkapan payang Payang yang digunakan di Bojonegara dapat diklasifikasikan sebagai payang, payang ampera dan payang bondet. Perbedaan dari payang tersebut adalah ukuran mesh sizenya. Ukuran mesh size yang digunakan pada alat tangkap payang yaitu 15 cm, sedangkan pada alat tangkap payang ampera dan payang bondet yaitu 0,5 cm. Ukuran panjang alat tangkap payang bondet lebih kecil daripada payang payang ampera dan payang. Alat penangkapan ikan ini dioperasikan dengan menggunakan perahu/kapal motor dengan bahan kayu. Kapal yang digunakan salah satunya memiliki ukuran panjang 9 meter, lebar 2,5 meter dan draft 0,6 meter. Mesin kapal yang digunakan memiliki kekuatan 20 PK. Alat tangkap ini terdiri atas sayap, badan jaring, kantong, tali ris atas, tali ris bawah, tali selambar, pelampung dan pemberat. Hasil tangkapan yang diperoleh oleh payang adalah ikan pelagis. Pada alat tangkap payang, hasil tangkapan utamanya adalah teri nasi (Stolephorus commersonnii), sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu tongkol (Auxis thazard), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), manyung (Arius thalassimus), layang (Decapterus russelli). Pada alat tangkap payang ampera, hasil tangkapan utamanya adalah lemuru (Sardinella longiceps), sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), teri nasi (Stolephorus commersonnii), bawal putih (Pampus argentus), kakap putih (Lates calcarifer), tembang (Sardinella fimbriata), tongkol (Auxis thazard) dan layang (Decapterus russelli). Pada alat tangkap payang bondet, hasil tangkapan utamanya adalah belanak (Valamugil speigleri), sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah udang, rebon dan kakap putih (Lates calcarifer). Proses pengoperasian payang di Bojonegara dilakukan secara harian (one day fishing). Nelayan berangkat menuju lokasi penangkapan (fishing ground) sekitar pukul 05.00 pagi hari untuk payang, sedangkan payang ampera dan payang 37 bondet berangkat menuju fishing ground sekitar pukul 17.00. Waktu yang dibutuhkan menuju fishing ground sekitar 1 - 2 jam tergantung jarak yang ditempuh. Penggunaan tenaga pada alat tangkap payang berkisar antara 6 orang untuk payang berukuran kecil dan 16 orang untuk payang berukuran besar (Subani & Barus, 1989). Jumlah nelayan yang digunakan di Bojonegara pada alat tangkap payang sebanyak 9 - 11 orang. Jumlah nelayan untuk payang ampera 9 orang dan jumlah nelayan untuk payang bondet sebanyak 6 - 7 orang. Pengoperasian payang dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap persiapan, penentuan fishing ground, penurunan jaring (setting) dan pengangkatan jaring (hauling). Tahap persiapan antara lain persiapan bahan bakar, pengecekan mesin, perbekalan makanan, es, air tawar dan keperluan melaut lainnya. Penurunan jaring dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, diikuti tali selambar kanan, kemudian sayap kanan dan badan jaring dimana ujung tali selambar kanan masih tetap berada pada perahu. Saat penurunan sayap, nelayan lain melemparkan pemberat dan pelampung secara berurutan agar tidak terbelit dengan jaring. Selanjutnya dilakukan penurunan kantong dan sayap kiri sampai bertemu dengan pelampung tanda awal. Waktu yang dibutuhkan untuk setting adalah 20 - 30 menit. Ketika gerombolan ikan diperkirakan sudah masuk ke dalam kantong, selanjutnya dilakukan tahap hauling. Tahap ini dimulai dengan pengangkatan sayap kiri dan sayap kanan secara bersamaan. Saat proses hauling diusahakan posisi kantong berada di tengah. Pengangkatan jaring dilakukan secara perlahan, setelah sampai badan jaring pengangkatan jaring dipercepat. Hal ini dilakukan untuk mencegah ikan yang meloloskan diri. Pada saat pengangkatan jaring, ada nelayan yang bertugas menyusun pemberat dan pelampung secara teratur untuk proses setting selanjutnya. 2) Unit penangkapan jaring insang Jaring insang yang digunakan di Bojonegara biasa disebut dengan jaring koped. Alat penangkapan ikan ini dioperasikan dengan menggunakan perahu/kapal motor dengan bahan kayu. Ukuran perahu yang digunakan yaitu panjang 10 meter, lebar 3 meter dan draft 0,6 meter. Hasil tangkapan yang 38 diperoleh oleh jaring insang adalah ikan pelagis. Pada alat tangkap jaring insang, hasil tangkapan utamanya adalah kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu tongkol (Auxis thazard), layang (Decapterus russelli), tembang (Sardinella fimbriata) dan selar kuning (Selaroides leptolepis). Dalam pelaksanaan operasi penangkapan dilakukan di bawah lapisan permukaan air. Dalam bentuk ukuran yang besar, ia dapat mencapai ukuran panjang antara 300 - 500 meter, yaitu terdiri dari beberapa tinting (pieces) yang digabung menjadi satu (Subani & Barus, 1989). Namun, alat tangkap jaring koped (jaring insang) yang digunakan di Bojonegara berukuran kecil yaitu 50 – 60 meter. Penangkapan dengan jaring insang dilakukan dengan perahu motor. Penggunaan tenaga penangkapan dengan alat tangkap ini sebanyak 7 orang. Proses pengoperasian jaring insang di Bojonegara dilakukan secara harian (one day fishing). Nelayan berangkat menuju lokasi penangkapan (fishing ground) pada pukul 05.00 pagi. 3) Unit penangkapan pancing Pancing yang digunakan di Bojonegara adalah pancing ulur. Alat penangkapan ini merupakan jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam hook and lines. Alat tangkap pancing di Bojonegara biasanya menggunakan jenis kapal/perahu motor dalam operasi penangkapan ikan. Pada prinsipnya pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Alat tangkap pancing di Bojonegara merupakan jenis pancing ulur, terdiri atas roller, tali utama (main line) dan tali cabang (branch line), mata pancing (hook) dari besi, kili-kili (swivel) dari bahan baja dan besi, pemberat dari bahan besi, pelampung dari styrofoam dan pemberat. Tali pancing yang digunakan nelayan di Bojonegara dibuat dari plastik (senar). Mata pancing yang digunakan nelayan di Bojonegara dibuat dari kawat baja dengan mata kail nomor 9 dan 16. Pada alat tangkap pancing, hasil tangkapan utamanya adalah kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) untuk mata kail no. 9 dan tenggiri (Scomberomorus 39 commerson) untuk mata kail no. 16, sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu tongkol (Auxis thazard) dan tembang (Sardinella fimbriata). Proses pengoperasian payang di Bojonegara dilakukan secara harian (one day fishing). Penggunaan tenaga penangkapan dengan alat tangkap ini yaitu 7 orang. Nelayan berangkat menuju fishing ground pada pukul 05.00 menuju rumpon yang telah di pasang sebelumnya fishing ground. Ketika tiba di fishing ground mesin kapal dimatikan dan jangkar diturunkan, setelah itu nelayan melakukan pemancingan. 5.1.2 Komposisi ikan dominan hasil tangkapan di Bojonegara Komposisi ikan hasil tangkapan dominan di Bojonegara diperoleh menurut musim penangkapannya, yaitu pada musim paceklik diwakili hasil tangkapan pada bulan Maret dan pada musim puncak diwakili hasil tangkapan pada bulan Mei. 1) Ikan teri nasi (Stolephorus commersonnii) Panjang total maksimal ikan teri nasi yang tertangkap yaitu sebesar 3,9 cm dengan panjang cagak 3,5 cm, sedangkan panjang total minimal ikan teri nasi yang tertangkap sebesar 3 cm dengan panjang cagak 2,7 cm (Gambar 8). Hal ini menyatakan hubungan positif antara panjang total dan panjang cagak, misalnya pada ikan dengan panjang total sebesar 3,5 cm dan panjang cagak 3 cm mengalami peningkatan panjang pada ikan dengan panjang total sebesar 3,9 cm Panjang (cm) dan panjang cagak 3,5 cm. 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Panjang total Panjang cagak Ikan teri nasi (yang ke-) Gambar 8 Panjang ikan teri nasi hasil tangkapan bulan Maret dan Mei 2010. 40 Ikan teri nasi yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 3,2 3,3 cm yaitu sebanyak 7 ekor (35%), kemudian pada selang kelas 3,4 - 3,5 cm sebesar 6 ekor (30%) dan pada selang kelas 3 - 3,1 cm sebanyak 3 ekor (15%). Ikan teri nasi yang paling sedikit tertangkap terdapat pada selang kelas 3,6 - 3,7 cm dan 3,8 - 3,9 cm yaitu masing-masing sebesar 2 ekor (10%), seperti pada frekuensi Gambar 9. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 3-3,1 3,2-3,3 3,4-3,5 3,6-3,7 3,8-3,9 selang kelas (cm) Gambar 9 Selang kelas panjang total ikan teri nasi bulan Maret dan Mei 2010. 2) Ikan lemuru (Sardinella longiceps) Panjang total maksimal ikan lemuru yang tertangkap yaitu sebesar 17,5 cm dengan panjang cagak 15 cm, sedangkan panjang total minimal ikan teri nasi yang tertangkap yaitu sebesar 15,5 cm dengan panjang cagak 13,2 cm (Gambar 10). Hal ini menyatakan hubungan positif antara panjang total dan panjang cagak, misalnya pada ikan dengan panjang total sebesar 15,5 cm dan panjang cagak 13,2 cm mengalami peningkatan panjang pada ikan dengan panjang total sebesar 17,5 cm dan panjang cagak 15 cm. Dari Gambar 10 dan Gambar 12, dapat disimpulkan bahwa ikan yang tertangkap umumnya ditangkap pada ukuran ikan saat matang gonad yang pertama kali (length at first maturity). Ikan yang tertangkap di bawah length at first maturity berjumlah 4 ekor (20%), sedangkan Ikan yang tertangkap di atas length at first maturity berjumlah 16 ekor (80%). Hal ini berarti sumberdaya ikan lemuru di Bojonegara sebagian besar di atas ukuran layak tangkap dan 41 keberlanjutan sumberdaya ikan dapat diharapkan. Hal ini karena hasil tangkapan didominasi oleh ikan-ikan dewasa. 18 17 16 Lm 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Panjang (cm) 16,3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Panjang total Panjang cagak Ikan lemuru (yang ke-) Gambar 10 Panjang ikan lemuru hasil tangkapan bulan Maret dan Mei 2010. Berat ikan lemuru yang tertangkap berkisar antara 20 - 60 gram. Berat maksimal ikan lemuru yang tertangkap yaitu sebesar 60 gram sedangkan berat minimal ikan lemuru yang tertangkap yaitu sebesar 20 gram (Gambar 11). Ikan yang tertangkap dengan berat ukuran 20, 40, 45, 50, 55 dan 60 gram yaitu masingmasing sebanyak 1, 4, 3, 1, 8, 2 dan 1 ekor atau masing-masing 5, 20, 15, 5, 40, 10 dan 5 persen. 42 70 Berat (gram) 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ikan lemuru (yang ke-) Gambar 11 Berat ikan lemuru hasil pengukuran bulan Maret dan Mei 2010. Ikan lemuru yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 16,5 - 16,9 cm yaitu sebesar 10 ekor (50%), pada selang kelas 16 - 16,4 cm sebesar 5 ekor (25%) dan pada selang kelas 17,5 - 17,9 cm sebesar 3 ekor (15%). Ikan lemuru yang paling sedikit tertangkap terdapat pada selang kelas 15,5 - 15,9 cm dan 17 - 17,4 cm yaitu masing-masing sebesar 1 ekor (5%). Ikan yang tidak tertangkap pada length at first maturity termasuk ke dalam kelas 15,5 - 15,9 cm yaitu sebesar 1 ekor (5%) dan pada selang kelas 16 - 16,4 cm sebesar 3 ekor (15%). Ikan yang tertangkap pada length at first maturity termasuk ke dalam kelas 15,5 - 16,4 cm; 16,5 - 16,9 cm; 17 - 17,4 cm; 17,5 - 17,9 cm masingmasing sebesar 2, 11, 1 dan 2 ekor atau masing-masing sebesar 10, 55, 5 dan 10 persen (Gambar 12). 43 Lm = 16,3 12 frekuensi 10 8 6 4 2 0 15,5-15,9 16-16,4 16,5-16,9 17-17,4 17,5-17,9 Selang kelas (cm) Gambar 12 Selang kelas panjang total ikan lemuru bulan Maret dan Mei 2010. Hasil pengukuran hasil tangkapan utama payang ampera pada bulan Maret 2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan lemuru antara 15,5 - 17,5 cm dengan rata-rata 16,4 ± 0,5 cm. Berat rata-rata ikan lemuru yang diperoleh adalah 36 ± 9,7 gram atau berkisar 20 - 50 gram (Lampiran 3). Model regresi linear antara panjang dan berat ikan lemuru hasil tangkapan utama pancing pada bulan Maret 2010 adalah ln W = -10,605 + 5,0617 ln L atau y = -10,605 + 5,0617x (R² = 29,84%) (Gambar 13). Model ini hanya berlaku ln Berat (W) untuk kisaran panjang 15,5 – 17,5 cm. 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 2,72 y = 5,0617x - 10,605 R² = 0,2984 2,74 2,76 2,78 2,8 2,82 ln Panjang (L) 2,84 2,86 2,88 Gambar 13 Hubungan panjang dan berat ikan lemuru bulan Maret 2010. 44 Hasil pengukuran hasil tangkapan utama payang ampera pada bulan Mei 2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan lemuru antara 16,0 - 17,7 cm dengan rata-rata 16,7 ± 0,4 cm. Berat rata-rata ikan lemuru yang diperoleh adalah 51,5 ± 4,1 gram atau berkisar 45 – 60 gram (Lampiran 4). Model regresi linear antara panjang dan berat ikan lemuru hasil tangkapan utama payang ampera pada bulan Mei 2010 adalah ln W = -4,0652 + 2,842 ln L atau y = -4,0652 + 2,842 (R² = 88,01%) (Gambar 14). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 16,0 – 17,7 cm. 4,15 y = 2,842x - 4,0652 R² = 0,8801 4,1 ln Berat (W) 4,05 4 3,95 3,9 3,85 3,8 3,75 2,76 2,78 2,8 2,82 2,84 2,86 2,88 ln Panjang (L) Gambar 14 Hubungan panjang dan berat ikan lemuru bulan Mei 2010. 3) Ikan belanak (Valamugil speigleri) Panjang total maksimal ikan belanak yang tertangkap yaitu sebesar 19,5 cm dengan panjang cagak 16,4 cm, sedangkan panjang total minimal ikan teri nasi yang tertangkap yaitu sebesar 16 cm dengan panjang cagak 13,5 cm (Gambar 15). Hal ini menyatakan hubungan positif antara panjang total dan panjang cagak, misalnya pada ikan dengan panjang total sebesar 16,5 cm dan panjang cagak 14 cm mengalami peningkatan panjang pada ikan dengan panjang total sebesar 17,5 cm dan panjang cagak 15 cm. 45 Panjang (cm) 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Panjang total Panjang cagak Ikan belanak (yang ke-) Gambar 15 Panjang ikan belanak hasil tangkapan bulan Maret dan Mei 2010. Berat ikan belanak yang tertangkap berkisar antara 50 - 80 gram. Berat maksimal ikan kembung yang tertangkap yaitu sebesar 80 gram sedangkan berat minimal ikan lemuru yang tertangkap yaitu sebesar 50 gram. Berat ikan belanak yang tertangkap yaitu ukuran 50, 60, 70 dan 80 gram masing-masing sebanyak 5, 8, 3, dan 4 ekor atau masing-masing 25, 40, 15 dan 20 persen, seperti pada Berat (gram) Gambar 16. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ikan belanak (yang ke-) Gambar 16 Berat ikan belanak hasil pengukuran bulan Maret dan Mei 2010. 46 Ikan belanak yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 18,4 - 19,1 cm yaitu sebanyak 6 ekor (30%), pada selang kelas 16 - 16,7 cm dan 16,8 17,5 cm masing-masing sebanyak 5 ekor (25%) dan pada selang kelas 17,6 - 18,3 cm sebesar 3 ekor (15%). Ikan lemuru yang paling sedikit tertangkap terdapat pada selang kelas 19,2 - 20 cm yaitu sebesar 1 ekor (5%), seperti pada Gambar 17. 7 6 frekuensi 5 4 3 2 1 0 16-16,7 16,8-17,5 17,6-18,3 18,4-19,1 19,2-20 Selang kelas (cm) Gambar 17 Selang kelas panjang total ikan belanak bulan Maret dan Mei 2010. Hasil pengukuran hasil tangkapan utama payang bondet pada bulan Maret 2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan belanak antara 16,0 19,5 cm dengan rata-rata 17,5 ± 1,2 cm. Berat rata-rata ikan belanak yang diperoleh adalah 61 ± 12,0 gram atau berkisar 50 - 80 gram (Lampiran 3). Model regresi linear antara panjang dan berat ikan belanak hasil tangkapan utama payang bondet pada bulan Maret 2010 yaitu ln W = -2,0294 + 2,1394 l ln L atau y = -2,0294 + 2,1394x (R² =58,94%) (Gambar 18). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 16,0 – 19,5 cm. 47 4,5 y = 2,1394x - 2,0294 R² = 0,5894 ln Berat (W) 4,4 4,3 4,2 4,1 4 3,9 3,8 2,75 2,8 2,85 2,9 ln Panjang (L) 2,95 3 Gambar 18 Hubungan panjang dan berat ikan belanak bulan Maret 2010. Hasil pengukuran hasil tangkapan utama payang bondet pada bulan Mei 2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan belanak antara 16,6 19,0 cm dengan rata-rata 17,9 ± 0,8 cm. Berat rata-rata ikan belanak yang diperoleh adalah 65 ± 9,7 gram atau berkisar 50 - 80 gram (Lampiran 4). Model regresi linear antara panjang dan berat ikan belanak hasil tangkapan utama payang bondet pada bulan Mei 2010 adalah ln W = -0,394 + 1,5813 ln L atau y = -0,394 + 1,5813x (R² = 23,31 %) (Gambar 19). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 16,6 – 19,0 cm. 4,5 y = 1,5813x - 0,394 R² = 0,2331 4,4 ln Berat (W) 4,3 4,2 4,1 4 3,9 3,8 2,8 2,82 2,84 2,86 2,88 2,9 ln Panjang (L) 2,92 2,94 Gambar 19 Hubungan panjang dan berat ikan belanak bulan Mei 2010. 2,96 48 4) Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) Panjang total maksimal ikan kembung lelaki yang tertangkap yaitu sebesar 19 cm dengan panjang cagak 16,5 cm, sedangkan panjang total minimal ikan kembung lelaki yang tertangkap yaitu sebesar 16,5 cm dengan panjang cagak 14 cm (Gambar 20). Hal ini menyatakan hubungan positif antara panjang total dan panjang cagak, misalnya pada ikan dengan panjang total sebesar 17,5 cm dan panjang cagak 15,3 cm mengalami peningkatan panjang pada ikan dengan panjang total sebesar 18,5 cm dan panjang cagak 16,5 cm. Dari Gambar 20 dan 23, dapat disimpulkan bahwa ikan kembung lelaki yang tertangkap ditangkap di bawah length at first maturity, artinya sumberdaya ikan di Bojonegara berpotensi terjadinya overfishing dan ketidakberlanjutan sumberdaya ikan yang relatif besar. Hal ini karena hasil tangkapan didominasi oleh ikan-ikan muda, sehingga berpotensi menghambat proses reproduksi. L Panjang (cm) Lm 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Panjang total Panjang cagak Ikan kembung lelaki (yang ke-) Gambar 20 Panjang ikan kembung lelaki hasil tangkapan bulan Maret dan Mei 2010. Berat ikan kembung lelaki yang tertangkap berkisar antara 40 - 70 gram. Berat maksimal ikan kembung lelaki yang tertangkap yaitu sebesar 70 gram sedangkan berat minimal ikan kembung lelaki yang tertangkap yaitu sebesar 40 gram. Berat ikan kembung lelaki yang tertangkap yaitu ukuran 40, 50, 60, dan 70 gram masing-masing sebanyak 1, 9, 5, dan 5 ekor atau masing-masing 5, 45, 25, dan 25%, seperti pada Gambar 21. 49 80 Berat (gram) 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ikan kembung lelaki (yang ke-) Gambar 21 Berat ikan kembung lelaki hasil pengukuran bulan Maret dan Mei 2010. Ikan kembung lelaki yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 18,3 - 18,8 cm sebanyak 11 ekor (55%), pada selang kelas 16,5 - 17 cm dan 17,7 - 18,2 cm masing-masing sebanyak 3 ekor (15%), pada selang kelas 18,9 19,5 cm sebanyak 2 ekor (10%). Ikan kembung lelaki yang paling sedikit tertangkap terdapat pada selang kelas 17,1 - 17,6 cm yaitu sebesar 1 ekor (5%). Pada selang kelas panjang total ikan kembung lelaki tidak terdapat ikan yang tertangkap pada length at first maturity, seperti pada Gambar 22. Lm = 20,5 12 frekuensi 10 8 6 4 2 0 16,5-17,0 17,1-17,6 17,7-18,2 18,3-18,8 18,9-19,5 Selang kelas (cm) Gambar 22 Selang kelas panjang total ikan kembung lelaki bulan Maret dan Mei 2010. 50 Hasil pengukuran hasil tangkapan utama jaring insang pada bulan Maret 2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan kembung lelaki antara 16,5 - 18,5 cm dengan rata-rata 18,1 ± 0,6 cm. Berat rata-rata ikan kembung lelaki yang diperoleh adalah 52 ± 6,3 gram atau berkisar 40 - 60 gram (Lampiran 3). Model regresi linear antara panjang dan berat ikan kembung lelaki hasil tangkapan utama jaring insang pada bulan Maret 2010 adalah ln W = -3,3287 + 2,512 ln L atau y = -3,3287 + 2,512x (R² = 55,69%) (Gambar 23). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 16,5 - 18,5 cm. 4,15 4,1 ln Berat (W) 4,05 y = 2,512x - 3,3287 R² = 0,5569 4 3,95 3,9 3,85 3,8 3,75 3,7 3,65 2,75 2,8 2,85 ln Panjang (L) 2,9 2,95 Gambar 23 Hubungan panjang dan berat ikan kembung lelaki bulan Maret 2010. Hasil pengukuran hasil tangkapan utama jaring insang pada bulan Mei 2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan kembung lelaki antara 16,7 19,0 cm dengan rata-rata 18,3 ± 0,8 cm. Berat rata-rata ikan kembung lelaki yang diperoleh adalah 62 ± 9,2 gram atau berkisar 50 - 70 gram (Lampiran 4). Model regresi linear antara panjang dan berat ikan kembung lelaki hasil tangkapan utama jaring insang pada bulan Mei 2010 adalah ln W = -42775 + 2,8881 ln L atau y = -42775 + 2,8881x (R² = 74,11%) (Gambar 24). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 16,7 - 19,0 cm. ln Berat (W) 51 4,3 4,25 4,2 4,15 4,1 4,05 4 3,95 3,9 3,85 3,8 y = 2,8881x - 4,2775 R² = 0,7411 2,8 2,85 2,9 2,95 3 ln Panjang (L) Gambar 24 Hubungan panjang dan berat ikan kembung lelaki bulan Mei 2010. 5) Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) Panjang total maksimal ikan tenggiri yang tertangkap yaitu sebesar 74 cm dengan panjang cagak 64 cm, sedangkan panjang total minimal ikan teri nasi yang tertangkap yaitu sebesar 46 cm dengan panjang cagak 40 cm. Hal ini menyatakan hubungan positif antara panjang total dan panjang cagak, misalnya pada ikan dengan panjang total sebesar 52 cm dan panjang cagak 42 cm mengalami peningkatan panjang pada ikan dengan panjang total sebesar 57 cm dan panjang cagak 46 cm (Gambar 25). Dari Gambar 25 dan 27, dapat disimpulkan bahwa ikan tenggiri yang tertangkap ditangkap di bawah length at first maturity, artinya sumberdaya ikan di Bojonegara berpotensi terjadinya overfishing dan ketidakberlanjutan sumberdaya ikan yang relatif besar. Hal ini karena hasil tangkapan didominasi oleh ikan-ikan muda, sehingga berpotensi menghambat proses reproduksi. 52 Panjang (cm) Lm 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Panjang total Panjang cagak Ikan tenggiri (yang ke-) Gambar 25 Panjang ikan tenggiri hasil tangkapan bulan Maret dan Mei 2010. Berat ikan tenggiri yang tertangkap berkisar antara 700 - 1500 gram. Berat maksimal ikan tenggiri yang tertangkap yaitu sebesar 1500 gram sedangkan berat minimal ikan lemuru yang tertangkap yaitu sebesar 700 gram. Berat ikan tenggiri yang tertangkap yaitu ukuran 700, 800, 900, 910, 920, 950, 1000, 1100, 1250, 1280, 1300, 1400, dan 1500 gram masing-masing sebanyak 1, 1, 3, 1, 1, 1, 2, 3, 1, 1, 2, 2, dan 1 ekor atau masing-masing 5, 5, 15, 5, 5, 5, 10, 15, 5, 5, 10, 10 dan 5 persen, seperti pada Gambar 26. 1600 Berat (gram) 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ikan tenggiri (yang ke-) Gambar 26 Berat ikan tenggiri hasil pengukuran bulan Maret dan Mei 2010. 53 Ikan tenggiri yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 58 63 yaitu sebanyak 8 ekor (40%), pada selang kelas 46 - 51 sebanyak 5 ekor (25%), pada selang kelas 52 - 57 sebanyak 6 ekor (30%). Ikan tenggiri yang paling sedikit tertangkap terdapat pada selang kelas 70 - 75 yaitu sebesar 1 ekor (5%). Dari Gambar 27, tidak terdapat ikan yang tertangkap pada length at first maturity. Lm = 85 9 8 frekuensi 7 6 5 4 3 2 1 0 46-51 52-57 58-63 64-69 70-75 Selang kelas (cm) Gambar 27 Selang kelas panjang total ikan tenggiri bulan Maret dan Mei 2010. Hasil pengukuran hasil tangkapan utama pancing pada bulan Maret 2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan lemuru antara 46 - 74 cm dengan rata-rata 55,9 ± 7,8 cm. Berat rata-rata ikan lemuru yang diperoleh adalah 1090 ± 249,2 gram atau berkisar 700 - 1500 gram (Lampiran 3). Model regresi linear antara panjang dan berat ikan lemuru hasil tangkapan utama pancing pada bulan Maret 2010 adalah ln W = 0,3541 + 1,6474 ln L atau y = 0,3541 + 1,6474x (R² = 84,54%) (Gambar 35). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 46 - 74 cm. ln Berat (W) 54 7,5 7,4 7,3 7,2 7,1 7 6,9 6,8 6,7 6,6 6,5 y = 1,6474x + 0,3541 R² = 0,8454 3,8 3,9 4 4,1 4,2 4,3 4,4 ln Panjang (L) Gambar 28 Hubungan panjang dan berat ikan tenggiri bulan Maret 2010. Hasil pengukuran hasil tangkapan utama pancing pada bulan Mei 2010 di Bojonegara diperoleh kisaran panjang total ikan tenggiri antara 50 - 61 cm dengan rata-rata 56,3 ± 4,6 cm. Berat rata-rata ikan tenggiri yang diperoleh adalah 1081 ± 208,8 gram atau berkisar 900 - 1400 gram (Lampiran 4). Model regresi linear antara panjang dan berat ikan tenggiri hasil tangkapan utama pancing pada bulan Mei 2010 adalah ln W = 0,7001 + 1,5566 ln L atau y = 0,7001 + 1,5566x (R² = 49,9%) (Gambar 29). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 46 – 74 cm. 7,3 y = 1,5566x + 0,7001 R² = 0,499 ln Berat (W) 7,2 7,1 7 6,9 6,8 6,7 3,9 3,95 4 4,05 4,1 ln Panjang (L) Gambar 29 Hubungan panjang dan berat ikan tenggiri bulan Mei 2010. 4,15 55 5.1.3 Indeks keragaman hasil tangkapan di Kabupaten Serang Keragaman dihitung berdasarkan indeks keragaman untuk menggambarkan komunitas secara matematis dan mempermudah analisis komunitas ikan. Berikut ini merupakan tabel produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang yang akan dianalisis untuk mengetahui indeks keragamannya. Tabel 9 Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Serang (ton) Jenis ikan Manyung Selar Layang Tetengkek Tembang Lemuru Teri Peperek Belanak Kurisi Kembung Tenggiri Tongkol abu2 Layur Pari Udang putih/jerbung 2005 2007 134 252 1512 5 126 218 714 948 128 409 1260 48 387 5 31 48 135 611 559 5 1440 324 627 976 122 394 1380 78 386 7 46 56 147 597 130 586 519 7 1359 340 579 988 113 386 1279 68 358 6 43 51 150 669 6969 7631 8073 Rajungan Cumi-cumi Total 2008 166 761 Sumber: DKP Kabupaten Serang, 2009 Dari Tabel 9, ikan kembung merupakan jenis ikan dengan produksi tertinggi pada tahun 2005, 2007 dan 2009 di Kabupaten Serang. Ikan kembung terus mengalami peningkatan produksi pada tahun 2007, 2008 dan 2009. Ikan tetengkek dan ikan layur merupakan jenis ikan dengan produksi terendah pada tahun 2005, 2007, dan 2009 di Kabupaten Serang. Hasil analisis keragaman hasil tangkapan nelayan di Bojonegara selama 3 tahun tersebut dengan bantuan software Primer5 disajikan pada Tabel 10. 56 Tabel 10 Hasil analisis indeks keragaman produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang Sample S N H' (log2) 2005 18 6969 3,34 2007 18 7631 3,49 2008 18 8073 3,49 Keterangan: S = Jumlah total spesies ikan yang ditangkap N = Total produksi tahunan (ton) H’ = Indeks diversitas Shannon-Wiener Produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Total produksi pada tahun 2008 merupakan produksi perikanan terbanyak (8073 ton), sedangkan total produksi pada tahun 2005 merupakan produksi perikanan terendah (6969 ton) (Tabel 10). Indeks keragaman tertinggi yaitu pada tahun 2007 ( 3,49), sedangkan indeks keragaman terendah yaitu pada tahun 2005 (3,34). Indeks keragaman hasil tangkapan di Kabupaten Serang mengalami peningkatan yaitu dari tahun 2005 sebesar 3,34 menuju tahun 2007 menjadi 3,49. Pada tahun 2008, indeks keanekaragaman hasil tangkapan stabil dengan indeks keragaman sebesar 3,49, Indeks keragaman seperti pada Gambar 30. 3,55 3,5 3,49 3,49 2007 2008 3,45 3,4 3,35 3,34 3,3 3,25 2005 Tahun Gambar 30 Indeks keragaman hasil tangkapan berdasarkan tahun. 57 5.1.4 Variasi temporal hasil tangkapan Dari hasil penelitian, 73,30% responden mengemukakan ikan kembung merupakan ikan yang dapat ditangkap pada bulan Maret 2010, sedangkan 66,70% responden mengemukakan ikan kembung dapat ditangkap pada bulan Mei 2010. Secara keseluruhan, 70% responden mengemukakan bahwa ikan kembung dapat ditangkap pada bulan Maret dan Mei 2010 (Tabel 11). Tabel 11 Hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian dilakukan menurut responden Jenis ikanyang dapat ditangkap Waktu wawancara Keseluruhan jawab responden Maret 2010 Mei 2010 70,00% 30,00% 26,70% 23,30% 23,30% 23,30% 20,00% 20,00% 16,70% 16,70% 10,00% 10,00% 10,00% 6,70% 73,30% 40,00% 20,00% 33,30% 26,70% 20,00% 20,00% 20,00% 13,30% 20,00% 6,70% 13,30% 0% 6,70% 66,70% 20,00% 33,30% 13,30% 20,00% 26,70% 20,00% 20,00% 20,00% 13,30% 13,30% 6,70% 20,00% 6,70% Kembung Tongkol Teri nasi Layang Tembang Tenggiri Belanak Lemuru Rebon Udang Kakap putih Selar Teri kasar Lainnya Keterangan TL3 TL5 TL3 TL3 TL2 TL5 TL2 TL2 TL5 TL3 TL3 - 5.1.5 Variasi alat tangkap yang digunakan Dari hasil penelitian, ikan kembung merupakan ikan yang dapat ditangkap oleh alat tangkap jaring insang (100% responden), pancing (100% responden) dan payang (50% responden). Secara keseluruhan, 70% responden mengemukakan bahwa ikan kembung merupakan ikan yang dapat ditangkap oleh jaring insang, pancing dan payang (Tabel 12). 58 Tabel 12 Hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap menurut responden Jenis ikan yang dapat ditangkap Kembung Tongkol Teri nasi Layang Tembang Tenggiri Belanak Lemuru Rebon Udang Kakap putih Selar Teri kasar Lainnya Keseluruhan jawab responden 70,00% 30,00% 26,70% 23,30% 23,30% 23,30% 20,00% 20,00% 16,70% 16,70% 10,00% 10,00% 10,00% 6,70% Jenis alat tangkap digunakan Jaring insang 100,00% 0% 0% 83,30% 50,00% 16,70% 0% 0% 0% 0% 0% 50,00% 0% 0% Keterangan Pancing 100,00% 66,70% 0% 0% 33,30% 100,00% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Payang 50,00% 27,80% 44,40% 11,10% 11,10% 0% 33,30% 33,30% 27,80% 27,80% 16,70% 0% 16,70% 11,10% TL3 TL5 TL3 TL3 TL2 TL5 TL2 TL2 TL5 TL3 TL3 - 5.1.6 Trofik level hasil tangkapan Hasil tangkapan nelayan di Bojonegara dengan menggunakan alat tangkap payang, jaring insang, dan pancing didominasi oleh ikan jenis omnnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton) (TL3 yaitu 2,9 - 3,7), seperti ikan kembung dan teri. Jenis ikan dominan kedua yang ditangkap menggunakan payang, jaring insang, dan pancing didominasi oleh jenis carnivora yang menyukai ikan kecil dan cephalopoda (TL5 yaitu 4,0 - 4,5) (Tabel 13). Tabel 13 Jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan menurut alat tangkap di Bojonegara Alat Tangkap Trofik level Payang Jaring insang Pancing Bawal hitam 2.90 1 1 1 TL2 Bawal putih 3.12 1 1 1 TL3 Belanak 2.20 1 1 1 TL2 Beloso 4.40 1 1 1 TL5 Bentong 4.10 1 1 1 TL5 Ekor kuning 3.40 1 1 1 TL3 Japuh 3.40 1 1 1 TL3 Kakap merah 4.49 1 1 1 TL5 Nama ikan Keterangan 59 Tabel 13. (Lanjutan) Nama ikan Kakap putih Kembung lelaki Kerapu Kuniran Kurisi Kuwe Layang Layur Lemuru Manyung Pari Peperek Selar kuning Tembang Tenggiri Teri Tongkol Tuna Alat Tangkap Trofik level Payang 4.35 3.20 3.79 3.16 3.72 4.50 3.69 4.45 2.40 3.10 3.22 2.94 3.53 2.70 4.4 3.05 4.34 4.49 Pancing Keterangan 1 1 1 Jaring insang 1 1 1 1 1 1 TL5 TL3 TL4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 TL3 TL4 TL5 TL3 TL5 TL2 TL3 TL4 TL3 TL3 TL2 TL5 TL3 TL5 TL5 Keterangan: 1 = dapat ditangkap; 0 = tidak ditangkap = klasifikasi trofik level menurut Froese dan Pauly (2010) = klasifikasi trofik level menurut Stergiou et al. (2007) 2,1 ≤ TL2 ≤ 2,9 = omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan 2,9 < TL3 ≤ 3,7 = omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton) 3,7 < TL4 ≤ 4,0 = carnivora yang menyukai decapoda dan ikan 4,0 < TL5 ≤ 4,5 = carnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda Dari Tabel 14, alat tangkap payang dapat menangkap semua jenis ikan yang ada, sedangkan jaring insang tidak menangkap ikan pari dan ikan teri. Alat tangkap pancing menangkap semua jenis ikan kecuali ikan pari, peperek dan teri. 60 Tabel 14 Hasil jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan di Bojonegara Jumlah spesies/jenis ikan Tingkatan trofik TL2 TL3 TL4 TL5 Jumlah Payang Jaring insang Pancing 4 10 3 9 26 4 9 2 8 23 4 8 2 9 21 Alat tangkap payang dan jaring insang banyak menangkap jenis ikan dengan trofik level 3 (2,9 - 3,7) yaitu omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton). Alat tangkap pancing banyak menangkap jenis ikan dengan trofik level 5 (4,0 - 4,5) yaitu carnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda. Alat tangkap payang, jaring insang dan pancing sedikit menangkap jenis ikan dengan trofik level 4 (3,7 - 4,0) yaitu carnivora yang menyukai decapoda dan ikan, seperti pada Gambar 31. 12 10 TL 8 6 4 2 0 payang jaring insang TL2 TL3 pancing TL4 TL5 Gambar 31 Trofik level hasil tangkapan setiap jenis alat tangkap di Bojonegara. Alat tangkap payang menangkap jenis ikan dengan trofik level 2 sebanyak 15,38%, pada trofik level 3 sebanyak 44,25%, pada trofik level 4 sebanyak 11,54%, pada trofik level 5 sebanyak 34,62%. Alat tangkap jaring insang menangkap jenis ikan dengan trofik level 2 sebanyak 17,39%, pada trofik level 3 sebanyak 39,13%, pada trofik level 4 sebanyak 8,70%, pada trofik level 5 61 sebanyak 34,78%. Alat tangkap pancing menangkap jenis ikan dengan trofik level 2 sebanyak 17,39%, pada trofik level 3 sebanyak 34,78%, pada trofik level 4 sebanyak 8,70% dan pada trofik level 5 sebanyak 39,13%. Alat tangkap payang dan jaring insang banyak menangkap jenis ikan dengan trofik level 3 (42,31% dan 39,13%) yaitu omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton), sedangkan alat tangkap payang banyak menangkap jenis ikan dengan trofik level 5 (39,13%) yaitu carnivora yang menyukai ikan dan cephalopoda. Alat tangkap payang, jaring insang, dan pancing sedikit menangkap jenis ikan dengan trofik level 4 (7,69% dan 8,70%) yaitu carnivora yang menyukai decapoda dan ikan (Gambar 32). TL 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% payang jaring insang TL5 pancing TL4 Gambar 32 Komposisi trofik level hasil tangkapan setiap jenis alat tangkap di Bojonegara. . 5.2 Pembahasan Selama penelitian yang dilakukan pada bulan Maret – Mei 2010, terdapat 5 alat tangkap yang digunakan di Bojonegara yaitu payang, payang ampera, payang bondet, jaring koped (jaring insang) dan pancing. Hasil tangkapan utama dari masing-masing alat tangkap tersebut adalah ikan teri nasi (Stolephorus commersonnii), lemuru (Sardinella longiceps), belanak (Valamugil speigleri), kembung lelaki commerson). (Rastrelliger kanagurta) dan tenggiri (Scomberomorus 62 Dari hasil pengukuran panjang total ikan hasil tangkapan utama, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar panjang dan berat rata-rata ikan hasil tangkapan utama pada bulan Mei lebih besar dibandingkan pada bulan Maret (Tabel 15). Tabel 15 Hasil pengukuran rataan dan standar deviasi panjang dan berat ikan hasil tangkapan utama di Bojonegara No. 1. 2. Jenis ikan Teri nasi Lemuru Panjang (cm) 4. 5. Belanak Kembung lelaki Tenggiri Keterangan (3,5 ± 0,2) - Payang (Maret) (3,5 ± 0,2) - Payang (Mei) (16,4 ± 0,5) (16,7 ± 0,4) 3. Berat (gram) (36 ± 9,7) Payang ampera (Maret) (51,5 ± 4,1) Payang ampera (Mei) (17,5 ± 1,2) (61 ± 12) Payang bondet (Maret) (17,9 ± 0,8) (65 ± 9,7) Payang bondet (Mei) (18,1 ± 0,6) (52 ± 6,3) Jaring insang (Maret) (18,3 ± 0,8) (62 ± 9,2) Jaring insang (Mei) (55,9 ± 7,8) (1090 ± 249,2) Pancing (Maret) (56,3 ± 4,6) (1081 ± 208,8) Pancing (Mei) Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan menghitung indeks keragaman Shannon-Wiener berdasarkan berat hasil tangkapan. Indeks ini menggambarkan keragaman ikan di lingkungan. Pada penelitian Silvano dan Begossi (2001), penelitian juga dilakukan dengan menghitung indeks keragaman Shannon-Wiener berdasarkan berat hasil tangkapan karena parameter tersebut lebih relevan untuk nelayan. Pada penelitian ini indeks keragaman ikan hasil tangkapan di lingkungan berdasarkan musim. Indeks keragaman pada musim gugur yaitu 3,01, pada musim dingin yaitu 2,63, pada musim semi yaitu 2,65 dan pada musim panas yaitu 1,93. Dari hasil penelitian Silvano dan Begossi di sungai Piracicaba (Brazil) (2001) didapatkan hasil indeks keragaman yang lebih rendah dibandingkan indeks keragaman produksi perikanan tangkap di kabupaten Serang yaitu 3,34 pada tahun 2005 dan 3,49 pada tahun 2007 dan 2008. 63 Ikan kembung merupakan ikan yang paling banyak ditangkap oleh semua alat tangkap yang digunakan di Bojonegara. Ikan kembung juga merupakan ikan dengan produksi tertinggi di Kabupaten Serang (DKP Kabupaten Serang, 2009). Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hasil tangkapan dominan yang didaratkan di Bojonegara adalah ikan pelagis. Menurut DKP Kabupaten Serang (2009), kelompok ikan pelagis menjadi kelompok dominan dan penting dalam produksi perikanan Kabupaten Serang. Hampir 60% produksi perikanan berasal dari kelompok ikan pelagis terutama ikan pelagis kecil, sehingga kelompok ikan pelagis kecil menjadi penting dan mendapat perhatian khusus untuk dapat dijaga kelestariannya. Model regresi linear antara panjang dan berat ikan lemuru hasil tangkapan utama payang ampera pada bulan Maret 2010 yaitu ln W = -10,605 + 5,0617 ln L atau y = -10,605 + 5,0617x (R² = 29,84%). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 15,5 – 17,5 cm. Untuk jenis ikan lemuru pada bulan Mei 2010 mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -4,0652 + 2,842 ln L atau y = -4,0652 + 2,842 (R² = 88,01%) berlaku untuk kisaran panjang 16,0 – 17,7 cm. Hasil tangkapan utama payang bondet pada ikan belanak mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -2,0294 + 2,1394 ln L atau y = -2,0294 + 2,1394x (R² =58,94%) berlaku untuk kisaran panjang 16,0 – 19,5 cm, sedangkan pada bulan Mei 2010 ikan belanak mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -0,394 + 1,5813 ln L atau y = -0,394 + 1,5813x (R² = 23,31 %) untuk kisaran panjang 16,6 – 19,0 cm. Ikan kembung lelaki hasil tangkapan utama jaring insang pada bulan Maret 2010 mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -3,3287 + 2,512 ln L atau y = -3,3287 + 2,512x (R² = 55,69%) dan berlaku untuk kisaran panjang 16,5 – 18,5 cm. Untuk jenis ikan kembung lelaki pada bulan Mei mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -42775 + 2,8881 ln L atau y = -42775 + 2,8881x (R² = 74,11%). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 16,7 – 19,0 cm. Hasil tangkapan utama pancing pada ikan tenggiri, model regresi linear antara panjang dan berat pada bulan Maret 2010 adalah ln W = 0,3541 + 1,6474 ln L atau y = 0,3541 + 1,6474x (R² = 84,54%) untuk kisaran panjang 46 – 74 cm. Pada ikan tenggiri di bulan Mei 64 2010, model regresi linear antara panjang dan berat hasil tangkapan utama pancing pada bulan Mei 2010 adalah ln W = 0,7001 + 1,5566 ln L atau y = 0,7001 + 1,5566x (R² = 49,9%). Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 46 – 74 cm. Hasil penelitian Binohlan & Crispina (1991) vide Pauly et al (1996) di Calicut (India) menunjukkan hubungan linear panjang dan berat populasi ikan lemuru dengan model y = 0,0135 + 2,926x (L = 6,5 – 24 cm). Hubungan linear panjang dan berat populasi ikan belanak pada penelitian Binohlan & Crispina (2005) Pauly et al. (1996) di perairan bagian barat Indonesia mempunyai model y = 0,0502 + 2,528x. Untuk jenis ikan kembung lelaki pada penelitian Binohlan & Crispina B (1991) vide Pauly et al. (1996) di perairan bagian barat Indonesia menunjukkan hubungan linear panjang dan berat populasi ikan kembung lelaki dengan model y = 0,0061 + 3,174x. Model ini berlaku untuk kisaran L = 5,0 – 26,5 cm. Hasil penelitian Binohlan & Crispina (1996) vide Pauly et al (1996) pada ikan tenggiri di perairan bagian barat Indonesia menunjukkan hubungan linear panjang dan berat populasi ikan tenggiri dengan model y = 0,0057 + 3,125x berlaku untuk kisaran L = 14 – 106 cm. Sebagian besar hasil tangkapan utama nelayan berada di bawah ukuran standar tangkap menurut indikator length at first at maturity (Lm) sehingga dalam jangka panjang berpotensi mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan di lokasi studi. Menurut Saputra, 2009, ukuran pertama kali ikan matang gonad penting diketahui karena dengan mengetahui nilai Lm maka dapat digunakan untuk menyusun suatu konsep pengelolaan lingkungan perairan. Banyaknya hasil tangkapan ikan yang tertangkap pada TL5 dan TL3 menyebabkan struktur trofik level hasil tangkapan menjadi tidak seimbang (Gambar 33a dan 33b). 65 Carnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda Carnivora yang menyukai decapoda dan ikan Omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton) Omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan Fitoplakton Gambar 33a Ilustrasi struktur trofik level seimbang alamiah. Pada ekosistem produktif dunia dan khususnya ekosistem upwelling, trofik level peralihan ditempati oleh sedikit ikan kecil, ikan pelagis pemakan plankton dan komponen populasi yang secara besar-besaran dieksploitasi terus-menerus dan sangat melimpah. Ikan pelagis kecil berperan penting dalam menentukan keseimbangan energi di dalam ekosistem perairan yang menyebabkan upwelling dan ini dikenal dengan istilah kontrol wasp-waist. Penurunan mangsa-mangsa dominan dapat menimbulkan perubahan drastis pada bagian trofik level yang lebih tinggi (carnivora), tetapi juga terjadi perubahan keseimbangan pada bagian trofik level yang lebih rendah (Cury et al., 2000). 66 Gambar 33b Ilustrasi struktur trofik level hasil tangkapan di lokasi studi. Kelimpahan ikan mangsa (prey) atau ikan-ikan pelagis kecil tergantung pada lingkungan dan kontrol baik kelimpahan predator maupun produsen utama. Penurunan kelimpahan ikan mangsa secara negatif dipengaruhi kelimpahan predator. Penurunan yang sama dalam kelimpahan ikan mangsa mengurangi predasi (proses memakan) zooplankton sehingga ketersediaan zooplankton semakin melimpah. Populasi zooplankton yang besar meningkatkan penguraian dan mengurangi kelimpahan fitoplankton (Sinclair & Valdimarsson, 1988). Dari gambaran di atas terlihat bahwa kegiatan penangkapan ikan yang cenderung lebih mengeksploitasi ikan pelagis kecil seperti kasus di Serang berpotensi merusak keseimbangan ekosistem (jaring makanan) . 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Jenis alat tangkap utama yang digunakan nelayan di Bojonegara adalah payang, payang ampera, payang bondet, jaring insang dan pancing. Jenis tangkapan utama masing-masing alat tangkap tersebut adalah ikan teri nasi (Stolephorus commersonnii), lemuru (Sardinella longiceps), belanak (Valamugil speigleri), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) dan tenggiri (Scomberomorus commerson). 2. Ukuran rata-rata panjang total jenis ikan hasil tangkapan utama masing-masing alat tangkap tersebut adalah teri nasi (3,4 ± 0,2 cm), lemuru (16,6 ± 0,5 cm), belanak (17,7± 1,0 cm), kembung lelaki (18,2 ± 0,7 cm) dan tenggiri (56,1 ± 6,2 cm). 3. Berat rata-rata hasil tangkapan utama masing-masing jenis ikan tersebut adalah lemuru (43,8 ± 10,7 gram), belanak (63,0 ± 10,8 gram), kembung lelaki (57,0 ± 9,2 gram) dan tenggiri (1085,5 ± 223,8 gram). 4. Trofik level ikan yang ditangkap dengan semua alat tangkap utama di Bojonegara (payang, jaring insang dan pancing) berkisar antara pada TL 2,10 4,50 dan didominasi oleh jenis omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton) atau TL3 yaitu 2,9 - 3,7, seperti ikan kembung lelaki dan teri nasi. Jenis ikan dominan kedua yang ditangkap menggunakan alat tangkap tersebut adalah jenis carnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda (TL5 yaitu 4,0 - 4,5), seperti ikan tongkol dan tenggiri. 5. Pada alat tangkap payang dan jaring insang didominasi oleh jenis omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton) (TL3 yaitu 2,9 - 3,7), seperti ikan bawal putih dan layang. Pada alat tangkap pancing didominasi oleh jenis carnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda (TL5 yaitu 4,0 4,5), seperti ikan kakap dan tenggiri. 6. Sebagian besar hasil tangkapan utama nelayan berada di bawah ukuran standar tangkap menurut indikator length at first maturity, seperti ikan kembung dan tenggiri sehingga dalam jangka panjang berpotensi mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan di Teluk Banten. 68 6.2 Saran Penelitian ini telah dapat menghasilkan informasi terkini tentang kondisi perikanan tangkap di lokasi studi dan struktur ekologis hasil tangkapan menurut alat tangkap yang digunakan. Penelitian lanjutan perlu dilakukan beberapa hal, yaitu: 1) Mengukur jenis ikan dan alat tangkap yang lain. 2) Analisis feeding guilds secara langsung terhadap jenis ikan tangkapan perlu untuk memperoleh data real trofik level ikan tangkapan. DAFTAR PUSTAKA Abidin Z. 2000. Studi Tentang Selektivitas Jaring Rampus terhadap Ikan Kembung (Rastrelliger spp) di Teluk Jakarta [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Adianto. 1993. Penggunaan Model Surplus Produksi dalam Pendugaan Potensi Lestari dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Lemuru [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2007. Fish Morphology. www.collegeofidaho.edu. [20 Februari 2009]. Apian S. 1995. Survey Pro. 2.0 User Guide : Tutorial How to and Reference. Aryani OD. 2010. Pengelolaan Sumberdaya Alam. www.mediaindonesia.com. [16 Januari 2010]. Astrini ED. 2004. Selektivitas Trammel Net terhadap Udang di Perairan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Aziz KA. 1989. Pendugaan Stok Populasi Ikan Tropis. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Barani HM. 2006. Pelaksanaan dan Evaluasi Kebijaksanaan Teknologi Penangkapan Ikan yang Bertanggung Jawab di Indonesia. Di dalam: Sondita, editor. Seminar Nasional Perikanan Tangkap; Auditorium Rektorat Institut Pertanian Bogor, 10 - 11 Agustus 2006. Bogor: IPB Press Hal 6. Burhanudin, S Matosewejo dan M Hutomo. 1984. Sumberdaya Ikan Kembung. Jakarta: LIPI. Cury P, L Shannon dan YJ Shin. 1995. The Functioning of Marine Ecosystems: a Fisheries Perspective. Journal of Marine Science. No. 57: 603 – 618. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Mewujudkan Kawasan Industri Pengolahan Perikanan Bojonegara. www.dkp-banten.go.id. [15 September 2010]. Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 62 hal. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang. 2009. Profil Kelautan dan Kabupaten Serang. Serang: DKP. 70 [DPU] Departemen Pekerjaan Umum Kabupaten Serang. 2005. Bentuk Penjabaran Kawasan Bojonegara. Serang: DPU. Dwiponggo A. 1982. Beberapa Aspek Biologi Ikan Lemuru (Sardinella spp). Prosiding Ikan Lemuru; Banyuwangi, 18 – 21 Januari 1982. Jakarta: Puslitbangkan. Elliot dan Hemingway. 2002. Fishes in Estuaries. Blackwell Science: USA. Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioteknologi. Jakarta: PT Bumi Aksara. FAO. 2005. Menempatkan Praktek Pendekatan Ekosistem untuk Perikanan. www.fao.org. [23 Januari 2010]. Froese R dan D Pauly. 2000. Fish Base: Consepts, Design and Data Sources. Philippine: International Center for Living Aquatic Resources Management. Froese R, S Garthe, U Piatkowski dan D Pauly. 2005. Trophic Signatures of Marine Organisms in the Mediterranean as Compared with Other Ecosystems. Marine Ecology Progress Series. No. 135: 139 - 143. Guci N. 1999. Analisis Hasil Tangkapan (Catch) dan Upaya Penangkapan (Effort) Tenggiri (Scomberomorus commerson) di Pantai Baron dan Sadeng Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hall SJ. 1999. The Effect of Fishing on Marine Ecosystems and Communities. Cornwall: MPG Books. Hutomo, M Burhanudin, S Djamali dan S Martosejowo. 1987. Sumberdaya Ikan Teri di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi LIPI. Kamarga H. 2010. Metode Penelitian dalam Kurikulum dan Pembelajaran. www.unhas.ac.id. [16 Januari 2011]. Krebs CJ. 1989. The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Harper & Row: London. Kriswantoro dan Sunyoto. 1986. Mengenal Ikan Laut. Jakarta: Karya Bani. Mahaza NS. 2003. Kajian Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Akibat Penangkapan Ikan Hias dan Pengambilan Bunga Karang di Kelurahan Pulau Panggang Kepulauan Pulau Seribu, Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 71 Manalu M. 2003. Kajian Output yang Dihasilkan Operasi Unit Penangkapan Jaring Kejer di Teluk Banten [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Michael P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: Universitas Indonesia. Millar RB dan RJ Fryer. 1999. Estimating the Size-Selection Curves of Towed Gears, Traps, Nets and Hook. Marine Ecology Progress Series. No. 9: 89 116. Monintja DR. 1989. Perikanan Tangkap di Indonesia: Suatu Pengantar. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 66 hal. Nurhakim S. 1993. Beberapa Aspek Produksi Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Laut Jawa. Jurnal Penelitian Laut. No.81. Nurhakim. 2006. Peran Lembaga Riset DKP dalam Mewujudkan Perikanan Tangkap yang Bertanggung jawab. Di dalam: Sondita, editor. Seminar Nasional Perikanan Tangkap; Auditorium Rektorat Institut Pertanian Bogor, 10-11 Agustus 2006. Bogor: IPB Press Hal 33 - 34. Nurhayati Y. 2006. Pengaruh Kedalaman terhadap Komposisis Hasil Tangkapan Pancing Ulur (Hand Line) pada Perikanan Layur di Perairan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nybakken JW. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia. Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia tentang Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Jaring Insang (Gill net) di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. www.itjen.kkp.go.id. [10 Februari 2011]. Purbayanto A, M Riyanto dan ADP Fitri. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan pada Perikanan Tangkap. Bogor: IPB Press. Raspati RP. 2008. Pengkajian Hasil Tangkapan Muroami di Kepulauan Seribu [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rizkawati. 2009. Pengaruh Suhu Permukaan Laut terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tenggiri di Perairan Indramayu, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung: Bina Cipta. 72 Saefuddin A, KA Notodiputro, A Alamudi dan K Sadik. 2009. Statistika Dasar. Jakarta: PT Grasindo. Saputra. 2009. Beberapa Aspek Biologi Ikan Kuniran (Upeneus spp ) di Perairan Demak. Jurnal Saintek Perikanan. Vol 1. No. 1. Stergiou KI, DK Moutopoulus, HJA Casal dan K Erzini. 2007. Trophic Signatures of Small-Scale Fishing Gears: Implications for Conservation and Management. Marine Ecology Progress Series. No. 333: 117 - 128. Stergiou KI dan VS Karpouzi. 2002. Feeding Habits and Trophic levels of Mediterranean Fish. Marine Ecology Progress Series. No. 11: 217 - 254. Shabrina. 2009. Keanekaragaman Hayati Perairan. www.fpik.undip.ac.id. [10 Desember 2010]. Silvano RAM dan A Begossi. 2001. Seasonal Dynamics of Fishery at the Piracicaba River (Brazil). Fisheries Research. No. 51: 69 - 86. Sinclair M dan G Valdimarsson. 2003. Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem. Italy: FAO. Sparre P dan SC Venema. 1998. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50: 4 - 16. Syamsiar. 1986. Mempelajari Pengaruh Cara Penggaraman terhadap Mutu Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Tritondo LN. 2008. Komposisi Hasil Tangkapan Udang dan Laju Tangkap Udang di Perairan Arafura (Kasus Studi PT Irian Marine Product Development) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Usman H dan Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Wahyudi Y. 2004. Pengembangan Sistem Perikanan Teri Nasi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Yuliana. 2009. Karakteristik Unit Penangkapan Ikan Skala Kecil di Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu, Serang, Banten [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 73 Yulianto I. 2010. Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan Karang di Pulau Weh, Nangroe Aceh Darussalam [Tesis]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. LAMPIRAN 75 Lampiran 1 Hasil Analisis Kuesioner dengan Menggunakan Survei Pro 2.0 Bulan Maret dan Mei 2010 (1) Kapankah wawancara dilakukan? 50.0% Maret 2010 (2) 50.0% Mei 2010 Dimanakah wawancara dilakukan? 100.0% Kelurahan Karang Kepuh, Desa Karang Kepuh, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang (3) (4) (5) Berapakah umur Bapak? 16.7% 30 13.3% 40 10.0% 45 6.7% 37 13.3% 38 10.0% 35 6.7% 27 6.7% 42 Dimanakah alamat Bapak? 23.3% Mangkunegara 20.0% Wadas 23.3% Sempu 13.3% Karang Kepuh 0.0% Wanita 36.7% SLTP 0.0% Sarjana 0.0% lainnya 10.0% nakhoda 0.0% lainnya Status pekerjaan 100.0% utama (9) 0.0% SLTA Status nalayan 93.3% nelayan pemilik (8) 6.7% Teluk Bako Pendidikan 63.3% SD (7) 13.3% Kubang Kepo Jenis Kelamin 100.0% Pria (6) 16.7% lainnya 0.0% sambilan Apabila status pekerjaan bapak menjadi nelayan sambilan, apakah pekerjaan utama Bapak? Tidak ada (10) Apakah nama kapal yang Bapak gunakan? - Logam Jaya - Tunggal - Mangoro - Puteri mandiri - MS. Rukun - Kembang Desa - Sumber Lancar - Rohayu - Sumber Makmur - KM. Jaya Warna - Sabar Jaya - Sumber Bahagia - MD Jaya 8 - Carita Indah 76 - Sumber Jaya - Sempurna - Putera banten - Widara putih - Pelopor - Mulya - Jembar Jaya - Roda Mas - Tori - Alam Jaya - Sumber Bangga - Sumber Sana - Harum Sari - Puteri Santai - Bunga Desa - Sumber Gambar (11) Apakah jenis kapal yang Bapak gunakan? 33.3% jonsonan 30.0% perahu motor 30.0% perahu bondet 6.7% bendongan (12) Apakah jenis bahan kapal yang Bapak gunakan? 100.0% kayu (13) Berapakah panjang kapal (LOA) yang Bapak gunakan? (m) 30.0% 10 16.7% 12 6.7% 11 16.7% lainnya 23.3% 9 13.3% 7 6.7% 8 16.7% lainnya 7.5 (14) Berapakah lebar kapal yang Bapak gunakan? (m) 40.0% 25 23.3% 2 23.3% 3 6.7% 4 6.7% lainnya 1.5 2.8 (15) Berapakah draft kapal yang Bapak gunakan? (m) 66.7% 0.6 33.3% 0.5 (16) Berapakah kapasitas kapal yang Bapak gunakan? (GT) 76.7% 1 23.3% 2 (17) Apakah merk merk kapal yang Bapak gunakan? 100.0% Dompeng (18) Berapakah kecepatan maksimal kapal yang Bapak gunakan? (km/jam) 43.3% 60 26.7% 30 26.7% 70 3.3% lainnya 50 (19) Berapakah panjang palkah yang Bapak gunakan? (m) 54.5% 1.5 36.4% 1 9.1% lainnya 77 3 (20) Berapakah lebar palkah yang Bapak gunakan? (m) 70.0% 1 30.0% 2 (21) Berapakah tinggi palkah yang Bapak gunakan? (m) 40.0% 0.5 30.0% 0.6 30.0% lainnya 1.5 0.7 0.8 (22) Berapakah jumlah operasional kapal per trip? (hari/trip) 100.0% 1 (23) Berapakah jumlah operasional kapal per tahun? (trip/tahun) 73.3% 300 26.7% 313 (24) Berapakah jumlah bulan kapal tidak beroperasi? (bulan/tahun) 100.0% 2 (25) Mengapa kapal tidak beroperasi? 86.7% perbaikan kapal 76.7% perbaikan jaring 76.7% istirahat 46.3% cuaca (26) Apakah nama alat tangkap umum yang Bapak gunakan? 60.0% payang 20.0% jaring insang 20.0% pancing (27) Apakah nama daerah alat tangkap yang Bapak gunakan? 20.0% jaring koped 20.0% payang 20.0% payang bondet 20.0% pancing 20.0% Payang ampera (28) Apakah jenis alat tangkap yang Bapak gunakan? 60.0% payang 20.0% jaring insang 20.0% pancing (29) Apakah bahan pembuatan jaringnya? 40.0% nylon 40.0% waring 20.0% senar (30) Berapakah panjang alat tangkap yang Bapak gunakan? (m) 26.7% 100 10.0% 150 6.7% 130 20.0% 50 10.0% 200 6.7% 250 140 120 90 6.7% 80 13.3% lainnya 78 60 (31) Berapakah lebar alat tangkap yang Bapak gunakan? (m) 16.7% 4 8.3% 10 8.3% 20 12.5% 2 8.3% 100 8.3% 3 8.3% 50 29.2% lainnya 12 60 120 125 14 15 30 (32) Berapakah ukuran mesh size alat tangkap yang Bapak gunakan? (m) 50.0% 0.005 25.0% 0.025 20.8% 0.15 4.2% lainnya 0.13 (33) Jenis ikan apa saja yang ditangkap? 70.0% kembung 23.3% tembang 16.7% rebon 10.0% teri kasar 30.0% tongkol 23.3% tenggiri 16.7% udang 6.7% lainnya 26.7% teri nasi 20.0% belanak 10.0% kakap putih 23.3% layang 20.0% lemuru 10.0% selar manyung bawal putih (34) Berapakah rata-rata hasil tangkapan yang ditangkap? 20.0% kembung 100kg (sampingan) 6.7% kakap 10 kg (sampingan) 16.7% layang 100 kg (sampingan) 6.7% kembung 1000 (utama) 16.7% lemuru 200 kg (utama) 6.7% kembung 200 kg (utama) 13.3% tongkol 200 kg (sampingan) 6.7% layang 200 kg (sampingan) 10.0% kembung 300 kg (utama) 6.7% rebon 50 kg (sampingan) 10.0% selar 100 kg (sampingan) 6.7% tenggiri 50 kg (utama) 10.0% tembang 200 kg (sampingan) 6.7% teri nasi 200 kg (utama) 10.0% tenggiri 50 (sampingan) 6.7% udang 15 kg (sampingan) 10.0% teri nasi 300 (utama) 6.7% belanak 15 kg (utama) 73.3% lainnya 79 - manyung 200 kg (sampingan) - belanak 25 kg (sampingan) - teri nasi 250 kg (utama) - belanak 100 kg (utama) - tongkol 250 kg (sampingan) - udang 20 kg (sampingan) - kembung 70 kg (sampingan) - rebon 100 kg (utama) - udang 13 kg (sampingan) - belanak 50 kg (sampingan) - belanak 20 kg (utama) - udang 50 kg (sampingan) - rebon 15 kg (sampingan) - lemuru 100 kg (sampingan) - tembang 100 kg (sampingan) - kakap putih 100 kg (sampingan) - kembung 50 kg (utama) - bawal putih 100 kg (sampingan) - kembung 100 kg (utama) - teri nasi 100 kg (sampingan) - tembang 50 kg (sampingan) - layang 500 kg (sampingan) - kembung 30 kg (sampingan) - tenggiri 20 kg (sampingan) - tongkol 30 kg (sampingan) - kembung 40 kg (sampingan) - teri kasar 100 kg (sampingan) - tongkol 40 kg (utama) - teri nasi 500 kg (utama) - kembung 70 kg (utama) - teri kasar 250 kg (sampingan) - tembang 40 kg (sampingan) - teri kasar 200 kg (sampingan) - tenggiri 100 kg (utama) - kembung 200 kg (sampingan) - kembung 50 kg (sampingan) - rebon 200 kg kg (utama) - tongkol 50 kg (sampingan) (35) Bulan berapakah terjadi musim puncak hasil tangkapan ikan? 23.3% 4 – 8 20.0% 4 – 5 6.7% 5 – 9 23.3% lainnya 20.0% 4 – 9 6.7% 4 – 10 3 5 – 12 5–8 4–2 5–7 11 – 4 11 – 1 (36) Bulan berapakah terjadi musim biasa hasil tangkapan ikan? 20.0% 10 – 12 16.7% 9 – 12 10.0% 2 – 3 6.7% 4 6.7% 5 – 10 6.7% 6 – 2 6.7% 6 – 1 26.7% lainnya 80 4–7 1–3 10 – 2 6 – 12 9–2 9–3 12 – 1 9 – 10 (37) Bulan berapakah terjadi musim paceklik hasil tangkapan ikan? 40.0% 1 – 3 6.7% 1 – 4 6.7% 3 6.7% 9 – 3 10.0% 2 – 3 6.7% 10 – 1 6.7% 3 – 4 16.7% lainnya 8–2 11 – 12 11 – 1 6–8 (38) Apakah nama lokasi atau dimana penangkapan ikan (fishing ground) dilakukan? 63.3% Pulau Panjang 20.0% Pesisir Kali Wadas 10.0% Pulau Sugira 6.7% Pulau Tunda (39) Berapakah lama waktu yang dibutuhkan menuju lokasi penangkapan ikan? (jam) 70.0% 1 13.3% 7 6.7% 3 10% lainnya 1 60 2 (40) Berapakah jarak lokasi penangkapan ikan dari PPI? (km) 56.7% 3 13.3% 1 13.3% 2 10.0%12 6.7% 5 81 Lampiran 2 Jenis ikan yang didaratkan di Bojonegara, kriteria menurut Froese & Pauly (2010) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Nama ikan Bawal hitam Bawal putih Belanak Beloso Bentong Ekor kuning Japuh Kakap merah Kakap putih Kembung lelaki Kerapu Kuniran Kurisi Kuwe Layang Layur Lemuru Manyung 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Pari Peperek Selar kuning Tembang Tenggiri Teri Tongkol Tuna Jenis ikan Pelagis Pelagis Demersal Pelagis Pelagis Pelagis Pelagis Pelagis Pelagis Pelagis Pelagis Demersal Demersal Pelagis Pelagis Pelagis Pelagis Demersal Demersal Pelagis Pelagis Pelagis Pelagis Pelagis Pelagis Pelagis 82 Lampiran 3 Jenis ikan dan trofik levelnya Nama ikan No. Nama internasional Nama latin Trofik level Standar deviasi Formio niger Pampus argentus Valamugi speigleri Saurida tumbil Selar crumeneopphthalmus Caesio erythrogaster Dussumieria acuta Lutjanus sanguineus Lates calcarifer Rastrelliger kanagurta Epinephelus merra Upeneus sulphureus Nemipterus nematophorus Caranx sexfasciatus Decapterus russelli Trichiurus savala Sardinella longiceps Arius thalassimus Pastinachus sephen Leiognathus splendens Selaroides leptolepis Sardinella fimbriata Scomberomorus commerson Stolephorus commersonnii Auxis thazard Thunnus obesus 2.90 3.12 2.20 4.40 4.10 0.35 0.37 0 0.75 0.70 3.40 3.40 4.49 4.35 3.20 0.50 0.45 0.77 0.77 0.38 3.79 3.16 3.72 0.65 0.33 0.56 4.50 3.69 4.45 2.40 0.80 0.58 0.77 0.22 3.10 3.71 2.94 0.30 0.60 0.38 3.53 0.47 2.70 0.30 4.4 0.75 3.05 0.20 4.34 4.49 0.68 0.75 1. 2. 3. 4. 5. Bawal hitam Bawal putih Belanak Beloso Bentong 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Ekor kuning Japuh Kakap merah Kakap putih Kembung lelaki Kerapu Kuniran Kurisi 14. 15. 16. 17. Kuwe Layang Layur Lemuru 18. 19. 20. Manyung Pari Peperek 21. Selar kuning 22. Tembang 23. Tenggiri 24. Teri Black pomfret Silver pomfret Mullet Lizard fish Bigeye scad Yellowtail fusilier Round hering Red snapper Silver snapper Striped mackerel Grouper Yellow goatfish Threadfin bream Trevally Scad mackerel Hair tail Indonesian oil sardine Marine catfish Cowtail stingray Black tipped ponnyfish Yellowstripe trevally Fringescale sardine Barred spanish mackerel Anchovy 25. 26. Tongkol Tuna Fridate mackerel Bigeye tuna 83 Lampiran 4 Data pengukuran hasil tangkapan utama pada penelitian I bulan Maret 2010 Alat tangkap: payang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jenis ikan Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Rata-rata Standar deviasi Panjang total (cm) 3,5 3,5 3,2 3,8 3,9 3,5 3,2 3,4 3,3 3,2 3,5 0,2 Panjang cagak (cm) 3,0 3,1 2,8 3,3 3,5 3,1 2,8 3,0 2,9 2,8 3,0 0,2 Berat (gram) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 Panjang cagak (cm) 15,0 14,5 14,0 14,1 14,0 13,2 15,0 14,3 14,2 14,0 14,2 0,5 Berat (gram) 50 30 40 30 30 20 40 50 40 30 36 9,7 Panjang cagak (cm) 16,0 15,5 16,4 14,5 14,5 15,3 Berat (gram) 60 70 80 60 50 60 Alat tangkap: payang ampera No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jenis ikan Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Rata-rata Standar deviasi Panjang total (cm) 16,5 16,5 16,0 16,3 16,5 15,5 17,5 16,5 16,4 16,2 16,4 0,5 Alat tangkap: payang bondet No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis ikan Belanak Belanak Belanak Belanak Belanak Belanak Panjang total (cm) 18,5 18,7 19,5 17,0 16,5 18,6 84 Lampiran 4. (Lanjutan) No. 7. 8. 9. 10. Jenis ikan Belanak Belanak Belanak Belanak Rata-rata Standar deviasi Panjang total (cm) 16,5 17,5 16,6 16,0 17,5 1,2 Panjang cagak (cm) 14,0 15,0 14,7 13,5 14,9 0,9 Berat (gram) 50 80 50 50 61 12,0 Panjang total (cm) 17,5 18,5 18,0 18,5 16,5 18,5 18,3 18,5 18,2 18,5 18,1 0,6 Panjang cagak (cm) 15,3 16 15,5 16,4 14,0 17,0 16,5 16,5 15,5 16,5 15,9 0,9 Berat (gram) 50 50 50 60 40 50 60 50 50 60 52 6,3 Panjang total (cm) 46,0 47,0 74,0 57,0 53,0 58,0 59,0 52,0 57,0 56,0 55,9 7,8 Panjang cagak (cm) 40,0 40,0 64,0 48,0 44,0 49,0 48,0 42,0 46,0 46,5 46,78 6,9 Berat (gram) 800 700 1500 1100 950 1300 1280 920 1250 1100 1090 249,2 Alat tangkap: jaring koped No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jenis ikan Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Rata-rata Standar deviasi Alat tangkap: pancing No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jenis ikan Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Rata-rata Standar deviasi 85 Lampiran 5 Data pengukuran hasil tangkapan utama pada penelitian II bulan Mei 2010 Alat tangkap: payang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jenis ikan Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Teri nasi Rata-rata Standar deviasi Panjang total (cm) 3,0 3,2 3,4 3,5 3,3 3,6 3,0 3,2 3,6 3,1 3,3 0,2 Panjang cagak (cm) 2,7 2,8 3,0 3,1 3,0 3,2 2,7 2,8 3,2 2,8 2,9 0,2 Berat (gram) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 Panjang cagak (cm) 16,6 15,6 15,7 14,6 15,3 14,5 14,7 14,5 14,5 14,5 14,9 0,5 Berat (gram) 45 50 55 50 60 50 55 50 50 50 51,5 4,1 Panjang cagak (cm) 15,5 16,5 16,6 15,7 15,0 15,6 Berat (gram) 50 80 60 60 70 80 Alat tangkap: payang ampera No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jenis ikan Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Lemuru Rata-rata Standar deviasi Panjang total (cm) 16,0 16,5 16,8 16,5 17,7 16,7 17,0 16,5 16,8 16,7 16,7 0,4 Alat tangkap: payang bondet No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis ikan Belanak Belanak Belanak Belanak Belanak Belanak Panjang total (cm) 18,0 19,0 18,7 18,0 17,5 18,8 86 Lampiran 5. (Lanjutan) No. Jenis ikan Panjang total (cm) Panjang cagak (cm) Berat (gram) 7. 8. 9. 10. Belanak Belanak Belanak Belanak Rata-rata Standar deviasi 17,0 16,6 18,0 17,2 17,9 0,8 14,5 14,0 15,5 14,5 15,3 0,9 60 60 70 60 65 9,7 Alat tangkap: jaring koped No. Jenis ikan Panjang total (cm) Panjang cagak (cm) Berat (gram) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Kembung lelaki Rata-rata Standar deviasi 18,0 19,0 18,7 18,8 16,7 18,9 17,0 18,6 18,6 18,8 18,3 0,8 15,7 16,5 16,7 16,8 14,5 17,5 15,5 16,5 16,0 16,8 16,3 0,8 50 70 60 70 50 70 50 60 70 70 62 9,2 Panjang total (cm) 50,0 50,2 60,0 59,0 50,0 60,0 61,0 60,0 58,0 55,0 56,3 4,6 Panjang cagak (cm) 40,2 40,0 51,0 50,0 41,0 51,0 49,0 51,0 49,0 46,6 46,9 4,7 Alat tangkap: pancing No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jenis ikan Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Tenggiri Rata-rata Standar deviasi Berat (gram) 900 910 1400 1000 900 1300 1400 900 1100 1000 1081 208,8 87 Lampiran 6 Hasil jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan setiap alat tangkap yang digunakan nelayan di Bojonegara Nama alat tangkap Payang Jaring insang Jenis ikan Bawal hitam Belanak Lemuru Tembang Bawal putih Ekor kuning Japuh Kembung lelaki Kuniran Layang Manyung Peperek Selar kuning Teri Kerapu Kurisi Pari Beloso Bentong Kakap merah Kakap putih Kuwe Layur Tenggiri Tongkol Tuna Bawal hitam Belanak Lemuru Tembang Bawal putih Ekor kuning Japuh kembung lelaki Kuniran Layang Manyung Keterangan TL2 TL2 TL2 TL2 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL4 TL4 TL4 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL2 TL2 TL2 TL2 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 88 Lampiran 6. (Lanjutan) Nama alat tangkap Jaring insang Pancing Jenis ikan Peperek Selar kuning Kerapu Kurisi Beloso Bentong Kakap merah Kakap putih Kuwe Layur Tenggiri Tongkol Bawal hitam Belanak Lemuru Tembang Bawal putih Ekor kuning Japuh Kembung lelaki Kuniran Layang Manyung Selar kuning Kerapu Kurisi Beloso Bentong Kakap merah Kakap putih Kuwe Layur Tenggiri Tongkol Tuna Keterangan TL3 TL3 TL4 TL4 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL2 TL2 TL2 TL2 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL3 TL4 TL4 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 TL5 89 Lampiran 7 Hasil analisis statistik produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang Dari hasil analisis statistik pada Tabel 9 didapatkan hasil Fhit = 0,0878 dan Ftab = 3,1788 sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa variasi temporal produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang tidak berbeda nyata secara statistik. Tabel 9 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang (ton) Jenis ikan Manyung Selar Layang Ikan tetengkek Tembang Lemuru Teri Peperek Belanak Kurisi Kembung Tenggiri Tongkol abu2 Layur Pari Udang putih/jerbung 2005 2007 134 252 1512 5 126 218 714 948 128 409 1260 48 387 5 31 48 135 611 559 5 1440 324 627 976 122 394 1380 78 386 7 46 56 147 597 130 586 519 7 1359 340 579 988 113 386 1279 68 358 6 43 51 150 669 6969 7631 8073 Rajungan Cumi-cumi Total 2008 166 761 Anova Single Factor SUMMARY Groups Count Sum Average Variance Column 1 18 6969 387,1667 202706,5 Column 2 18 7631 423,9444 180787,8 Column 3 18 8073 448,5 202892,4 ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total SS 34304,15 9968574 10002878 df 2 MS F P-value F crit 17152,07 0,0878 0,9161 3,1788 51 195462,2 53 90 Lampiran 8 Hasil analisis statistik hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian dilakukan Dari hasil analisis statistik pada Tabel 11 diperoleh hasil Fhit = 0,0232 dan F tab = 4,2252, sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa variasi temporal hasil tangkapan berdasarkan waktu penelitian di Bojonegara tidak berbeda nyata secara statistik. Tabel 11 Hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian dilakukan menurut responden Keseluruhan jawab responden Jenis ikan yang dapat ditangkap Kembung Tongkol Teri nasi Layang Tembang Tenggiri Belanak Lemuru Rebon Udang Kakap putih Selar Teri kasar Lainnya Waktu wawancara Keterangan Maret 2010 70,00% 30,00% 26,70% 23,30% 23,30% 23,30% 20,00% 20,00% 16,70% 16,70% 10,00% 10,00% 10,00% 6,70% 73,30% 40,00% 20,00% 33,30% 26,70% 20,00% 20,00% 20,00% 13,30% 20,00% 6,70% 13,30% 0% 6,70% Mei 2010 66,70% 20,00% 33,30% 13,30% 20,00% 26,70% 20,00% 20,00% 20,00% 13,30% 13,30% 6,70% 20,00% 6,70% TL3 TL5 TL3 TL3 TL2 TL5 TL2 TL2 TL5 TL3 TL3 - Anova: Single Factor SUMMARY Groups Count Sum Average Variance Column 1 14 313,3 22,3786 325,1557 Column 2 14 300 21,4286 220,196 SS df MS F P-value F crit 6,3175 272,6759 0,0232 0,8802 4,2252 ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total 6,3175 7089,572 7095,89 1 26 27 91 Lampiran 9 Hasil analisis statistik hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap Dari hasil analisis statistik pada Tabel 12 diperoleh hasil Fhit = 0,003 dan F tab = 3,2381, sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa variasi hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap di Bojonegara tidak berbeda nyata secara statistik. Tabel 12 Hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap menurut responden Jenis ikan yang dapat ditangkap Jenis alat tangkap digunakan Keseluruhan jawab responden Jaring insang 70,00% 30,00% 26,70% 23,30% 23,30% 23,30% 20,00% 20,00% 16,70% 16,70% 10,00% 10,00% 10,00% 6,70% 100,00% 0% 0% 83,30% 50,00% 16,70% 0% 0% 0% 0% 0% 50,00% 0% 0% Kembung Tongkol Teri nasi Layang Tembang Tenggiri Belanak Lemuru Rebon Udang Kakap putih Selar Teri kasar Lainnya Keterangan Pancing 100,00% 66,70% 0% 0% 33,30% 100,00% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Payang 50,00% 27,80% 44,40% 11,10% 11,10% 0% 33,30% 33,30% 27,80% 27,80% 16,70% 0% 16,70% 11,10% TL3 TL5 TL3 TL3 TL2 TL5 TL2 TL2 TL5 TL3 TL3 - Anova: Single Factor SUMMARY Groups Column 1 Count 14 Sum 300 Average Variance 21,4286 1214,555 Column 2 14 300 21,4286 1471,478 Column 3 14 311,1 22,2214 232,4603 ANOVA Source of Variation Between Groups SS df 5,8671 2 Within Groups 37940,4007 39 Total 37946,2679 41 MS 2,9336 972,8308 F P-value F crit 0,003 0,9970 3,2381 92 Lampiran 10 Hasil analisis statistik jenis ikan dan waktu penelitian berdasarkan alat tangkap menurut responden Dari hasil analisis statistik pada Tabel 16 diperoleh hasil Fhit = 0,0215dan F tab = 2,3317, sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa variasi hasil tangkapan dan alat tangkap berdasarkan waktu penelitian di Bojonegara tidak berbeda nyata secara statistik. Tabel 16 Hubungan antara jenis ikan dan waktu penelitian berdasarkan alat tangkap menurut responden Maret 2010 No. Jenis ikan Jaring insang Mei 2010 Pancing Payang Jaring insang Pancing Payang Kembung 100,00% 100,00% Tongkol 0% 66,7% Teri nasi 0% 0% Layang 100,00% 0% Tembang 33,30% 33,30% Tenggiri 0% 100,00% Belanak 0% 0% Lemuru 0% 0% Rebon 0% 0% Udang 0% 0% Kakap 11. putih 0% 0% 12. Selar 66,70% 0% 13. Teri kasar 0% 0% 14. Lainnya 0% 0% Anova: Single Factor 55,60% 44,40% 33,30% 22,20% 22,20% 0% 33,30% 33,30% 22,20% 33,30% 100,00% 100,00% 0% 66,70% 0% 0% 100% 0% 66,70% 33,30% 0% 100,00% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 44,40% 44,40% 44,40% 0% 0% 0% 33,30% 33,30% 33,30% 22,20% 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 22,20% 0 0 22,20% SUMMARY Groups Count Sum Average Variance Column 1 14 300 21,4286 1471,478 Column 2 Column 3 14 14 300 344,2 21,4286 24,5857 1471,478 269,2367 Column 4 14 300 21,4286 1471,478 Column 5 14 300 21,4286 1471,478 Column 6 14 299,7 21,4071 349,9976 0% 0% 0% 33,30% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 33,30% 11,10% 93 ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total SS 116,6092 84566,88 84683,49 df MS 5 23,3218 78 1084,191 83 F 0,0215 P-value 0,9998 F crit 2,3317 94 Lampiran 11 Hasil analisis statistik jenis ikan dan alat tangkap berdasarkan waktu penelitian menurut responden Dari hasil analisis statistik pada Tabel 16 diperoleh hasil Fhit = 0,0215dan F tab = 2,3317, sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa variasi hasil tangkapan dan waktu penelitian berdasarkan alat tangkap di Bojonegara tidak berbeda nyata secara statistik. Tabel 17 Hubungan antara jenis ikan dan alat tangkap berdasarkan waktu penelitian menurut responden Jaring insang Jenis ikan No. Maret 2010 Pancing Mei 2010 Maret 2010 Payang Mei 2010 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Maret 2010 Mei 2010 55,60% 44,40% 1. Kembung 2. Tongkol 0% 0% 66,70% 66,70% 44,40% 44,40% 3. Teri nasi 0% 0% 0% 0% 33,30% 44,40% 4. Layang 100,00% 100% 0% 0% 22,20% 0% 5. Tembang 33,30% 66,70% 33,30% 33,30% 22,20% 0% 6. Tenggiri 0% 0% 100,00% 100,00% 0% 0% 7. Belanak 0% 0% 0% 0% 33,30% 33,30% 8. Lemuru 0% 0% 0% 0% 33,30% 33,30% 9. Rebon 0% 0% 0% 0% 22,20% 33,30% 10. 0% 0% 0% 0% 33,30% 22,20% 11. Udang Kakap putih 0% 0% 0% 0% 22,20% 0% 12. Selar 66,70% 0% 0% 0% 0% 0% 13. Teri kasar 0% 0% 0% 0% 0% 33,30% 0% 33,30% 0% 0% 22,20% 11,10% 14. Lainnya Anova: Single Factor SUMMARY Groups Count Sum Average Variance Column 1 14 3 0,214286 0,147148 Column 2 14 3 0,214286 0,147148 Column 3 14 3 0,214286 0,147148 Column 4 14 3 0,214286 0,147148 Column 5 14 3,442 0,245857 0,026924 Column 6 14 2,997 0,214071 0,035 95 ANOVA Source of Variation Between Groups SS 0,01166092 Within Groups 8,45668807 df MS F P-value F crit 5 0,002332 0,021511 0,999797 2,331739 78 0,108419 96 Lampiran 12 Hasil analisis statistik jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan di Bojonegara Dari hasil analisis statistik pada Tabel 14 diperoleh hasil Fhit = 0,0570 dan F tab = 4,2565, sehingga Fhit < Ftab maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa trofik level hasil tangkapan menurut alat tangkap yang digunakan di Bojonegara tidak berbeda nyata secara statistik. Tabel 14 Hasil jenis dan trofik level ikan hasil tangkapan nelayan di Bojonegara Jumlah spesies/jenis Tingkatan trofik Payang 4 11 2 9 26 TL2 TL3 TL4 TL5 Jumlah Jaring insang 4 9 2 8 23 Pancing 4 8 2 9 21 Anova: Single Factor SUMMARY Groups Count Sum Average Variance Column 1 4 26 6,5 17,6667 Column 2 Column 3 4 4 23 23 5,75 5,75 10,9167 10,9167 ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total SS df MS 1,5 2 0,75 118,5 9 13,1667 120 11 F P-value F crit 0,0570 0,9450 4,2565 97 Lampiran 13 Unit penangkapan payang Kapal Alat tangkap 98 Lampiran 14 Unit penangkapan payang ampera Kapal Alat tangkap 99 Lampiran 15 Unit penangkapan payang bondet Kapal Alat tangkap 100 Lampiran 16 Unit penangkapan jaring koped (jaring insang) Kapal Alat tangkap 101 Lampiran 17 Unit penangkapan pancing Kapal Alat tangkap 102 Lampiran 18 Hasil tangkapan utama Nama alat tangkap: Payang Teri (Stolephorus commersonnii) Nama alat tangkap: Payang Bondet Belanak (Valamugil speigleri) Nama alat tangkap: Pancing Tenggiri (Scomberomorus commerson) Nama alat tangkap: Payang Ampera Lemuru (Sardinella longiceps) Nama alat tangkap: Jaring Insang Kembung (Rastrelliger kanagurta)