Erna Roostin, Menuju Perspektif Baru… Menuju Perspektif Baru Dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Sosial-Budaya Pada Anak Erna Roostin1 Abstrak Pendekatan sosial-budaya merupakan salah satu pengembangan dari kurikulum. Pendekatan ini dipengaruhi oleh pemikiran Piaget, Bruner dan Vygotsky. Sosio-budaya sangat terpengaruh oleh pandangan-pandangan dari Vygotsky (1978) . Seiring dengan Piaget penekanan terhadap pemahaman perkembangan ditinjau dari sisi genetik . Pendekatan lainnya mengarah pada perhatian asal muasal “Sosial”, dimana kapasitas intelektual berhubungan erat dengan aktifitas sosial , semakin tinggi intelektual seseorang maka aktivitas sosialnya juga akan semakin banyak, hal ini dikarenakan aktivitas sosial sebagai tuntutan dari intektual sesuai dengan pengamatan dan analisis Vygotsky. Kemampuan dan hubungan antar manusia selalu dikaitkan dengan penggunaan alat alat dan teknologi fisik. Akan tetapi sosial-budaya mengarahkan pemikiran kita bukan kepada fisiknya akan tetapi bagaimana cara-cara dan ketersediaan alat tersebut, dengan kata lain sosial-budaya mengambil pandangan/perspektif dari sudut pemikirannya, sedangkan realitanya diwujudkan dengan bentuk alatalat tadi. Pendidikan diperoleh dari pemaknaan terhadap tradisi dan budaya, dan pengetahuan dapat diperoleh dari masyarakat. Bruner juga berpendapat bahwa pendidikan harus membantu siswa tumbuh besar dalam suatu budaya, membantu menemukan identitas diri dan membantu menemukan makna hidup dari budaya tersebut. Alat dan tanda serta simbol sesuatu adalah produk dari sejarah sosialbudaya yang diinterpestasikan kedalam pemikiran orang-orang/masyarakat sesuai perkembangan didalam masyarakat. Pada kenyataan terdapat begitu banyak budaya dimuka bumi ini, termasuk pola pengasuhan anak. Di Indonesia pola orang tua untuk mendidik dan mengasuh putra putrinya dikenal dengan istilah asuh, asah dan asih. Kata Kunci : Perspektif, Pembelajaran, Anak, Pendekatan , Sosial, Budaya 1 Erna Roostin, dosen STKIP Sebelas April Sumedang. Email: [email protected] ISSN 2086 – 1397 Volume VII Nomor 2. Juli – Desember 2016 |82 Erna Roostin, Menuju Perspektif Baru… b. Bruner PENDAHULUAN Perkembangan manusia adalah sesuatu Pendidikan diperoleh dari pemaknaan yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan terhadap tradisi dan budaya, dan pengetahuan sosial dan budaya, yang merupakan suatu dapat diperoleh dari masyarakat. Bruner juga proses perkembangan mental seperti ingatan, berpendapat perhatian, dan penalaran yang melibatkan membantu siswa tumbuh besar dalam suatu pembelajaran dengan menggunakan temuan- budaya, membantu menemukan identitas diri temuan masyarakat. Setiap anak diharapkan dan membantu menemukan makna hidup dari dapat berkembang secara sempurna baik budaya tersebut. dalam perkembangan fisik, kejiwaan dan juga bahwa pendidikan harus c. Vygotsky sosialnya sesuai dengan standar kesehatan, Pendekatan ini mengarahkan perhatian yaitu sehat jasmani, rohani dan sosial. Anak- pada asal muasal sosial pemungsian mental anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dimana kapasitas intelektual di pengaruhi oleh dasar seperti kemampuan untuk memahami aktifitas sosial. Vygotsky menganalisis cara- dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, cara berpikir di modelkan dalam hubungan anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental dan aktifitas sosial sebelum di internalisasi dan yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan tersedia untuk pemikiran yg lebih mandiri menyelesaikan masalah. Anak seusia ini akan sama halnya dengan konsep perkembangan lebih mudah belajar dan paham dengan proksimal melakukan aktifitas, bukan dengan diceramahi pengaruh untuk perkembangan pengetahuan . atau sekadar kata-kata. Lev Pendekatan sosial-budaya merupakan salah satu dimana pengembangan pendidikan orang Vygotsky yang lain memiliki adalah melihat tokoh bagaimana kurikulum. pembelajaran itu terjadi dipandang dari sisi Pendekatan ini dipengaruhi oleh pemikiran sosial. Perkembangan kognitif dan bahasa Piaget, Bruner dan Vygotsky. anak-anak tidak berkembang dalam suatu a. Piaget situasi sosial yang hampa. Teori Vygotsky Pembelajaran pada anak diperoleh menawarkan suatu sesuatu perkembangan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. manusia Piaget menekankan pada aspek perkembangan terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan fisik sebagai pemenuhan potensi biologis. budaya. Faktor-faktor biologis yang tidak mudah Menurut Vygotsky, fungsi-fungsi ini dipahami, baik dalam hal variasi gen maupun dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat dalam hal pemungsian syaraf otak. individu hidup dan alat-alat itu berasal dari ISSN 2086 – 1397 semakin sebagai potret Volume VII Nomor 2. Juli – Desember 2016 |83 Erna Roostin, Menuju Perspektif Baru… budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak- psikomotorik. Pola anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang pembentukan intelektualitas, lebih tua selama pengalaman pembelajaran bahasa, keruntutan logika dan nalar, serta yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain ketangkasan dalam mengolah gerak tubuh. secara berangsur menjadi semakin mendalam Sedangkan pola asih merupakan perawatan dan membentuk gambaran batin anak tentang anak dunia. Karena itulah berpikir setiap anak emosional dan spiritual sehingga mampu dengan cara yang sama dengan anggota lain menyuburkan rasa kasih sayang, empati, dalam kebudayaannya memiliki norma dan nilai sosial yang bisa dalam asah ini meliputi kecakapan mengembangkan kecerdasan Selain itu peran orang tua sangat diterima oleh masyarakat. Pola asih ini akan penting dalam mendidik anak, dan akan mempengaruhi perkembangan afeksi anak, mempengaruhi tumbuh-kembang anak, akan meliputi moral, akhlak, emosi dan perilaku. tetapi orangtua merupakan significant other 1. Pendekatan Sosial terhadap bagi anak dan role model bagi seorang anak Pembelajaran dalam proses pembentukan kepribadiannya. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia Dengan demikian pada tahap awal, orangtua (1984:961) sosial diartikan sebagai segala memiliki peran penting dalam pertumbuhan sesuatu dan perkembangan anak termasuk dalam kemasyarakatan. Arti lain dari sosial adalah pembentukan karakter dan penanaman nilai- masyarakat atau orang-orang yang hidup nilai budi pekerti pada anak. Karena orangtua dalam masyarakat, sedangkan masyarakat merupakan sosok pertama dan utama dalam sendiri diartikan melindungi, merawat, dan mencurahkan kasih- memiliki kebutuhan hidup bersama. mengenai masyarakat atau sekelompok orang yang sayang sebelum anak mengenal orang lain. Di Secara umum pengertian Sosial adalah Indonesia orangtua mengenal istilah asuh, sesuatu sifat dasar yang dimiliki oleh setiap asah dan asih yang dijadikan pola untuk individu mendidik putra-putrinya. Pola asuh adalah lingkungannya. perlakuan orangtua dalam rangka memenuhi Yang termasuk pendekatan sosial terhadap kebutuhan, memberi perlindungan, dan pembelajaran untuk tumbuh kembang anak mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. usia dini yaitu setting individual di mana anak Pola asuh lebih menyangkut pada perawatan tumbuh dan keluarga, perlindungan anak yang sangat untuk dan berinteraksi berkembang teman sebaya, meliputi sekolah lingkungan anak. Pola asah menyangkut perawatan anak pengalaman-pengalaman yang di dapatkan di dalam menyuburkan kecerdasan majemuk, dalam keluarga, pengalaman dengan teman utamanya terkait dengan aspek kognitif dan sebaya, pengalaman tempat dan menentukan pembentukan fisik dan mental ISSN 2086 – 1397 sekitar yang dengan di tinggal, sekolah dan Volume VII Nomor 2. Juli – Desember 2016 |84 Erna Roostin, Menuju Perspektif Baru… pengalaman lingkungan tempat tinggal. kebudayaan ini, perkembangan mental anak- Pengaruh pendekatan sosial dipengaruhi juga anak oleh media masa seperti TV, majalah anak- akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri anak, film dan lingkungan pekerjaan orang beberapa konsep melalui pengalaman sehari- tua. hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh Menurut pandangan Piaget (Wortham, 2006: 36) bahwa anak membangun menjadi matang. Meskipun lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah pengetahuannya melalui interaksi aktif denga mengembangkan lingkungan, dan pengalaman belajar anak formal tanpa bantuan orang lain. sejak dini sangatlah perkembangan penting bagi anak didik. kecerdasan pada pemikiran 2. Pendekatan Budaya operasional terhadap Pembelajaran Pengalaman belajar ini diperoleh karena Budaya dapat diartikan sebagai pikiran adanya interaksi dengan orang lain, baik itu atau akal guru, orang tua dan teman sebaya. Sedangkan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan menurut teori belajar sosial Albert Bandura akal (Wortham, 2006: 35) bahwa perilaku dibentuk kesenian, adat istiadat, dan lain sebagainya. budi budi sedangkan manusia seperti kebudayaan kepercayaan, karena proses meniru terhadap perilaku yang Budaya dipelajari dan diwariskan dari dilakukan oleh orang lain, adanya interaksi satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anak disekitarnya. orang tua ke anak-anaknya dalam suatu Vygotsky (Wortham, 2006: 37) berpendapat masyarakat karena hal-hal yang dianggaap bahwa interaksi sosial dan fisik memiliki baik perlu untuk dipertahankan dan diteruskan peranan yang sangat penting dalam perilaku kepada generasi berikutnya, serta mungkin pengetahuan seorang hendaknya guru terhadap lingkungan individu sehingga saja suatu masyarakat menganggap bahwa hal- memahami tentang hal tertentu ada yang perlu dirubah atau lingkungan sosial, latar belakang budaya, latar diperbaiki dalam budaya mereka. Bruner juga belakang keluarga sebelum melakukan proses berpendapat pembelajaran dan keterampilan-keterampilan membantu siswa tumbuh besar dalam suatu dalam berkembang budaya, membantu menemukan identitas diri melalui interaksi sosial. Informasi tentang alat- dan membantu menemukan makna hidup dari alat, budaya tersebut. keberfungsian mental keterampilan-keterampilan hubungan-hubungan interpersonal dan bahwa pendidikan harus kognitif Pada kenyataan terdapat begitu banyak dipancarkan melalui interaksi langsung dengan budaya dimuka bumi ini, termasuk pola manusia. pengasuhan Melalui pengorganisasian anak. Pola pengasuhan ini pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang terbentuk tradisi dan peralatan budaya dangan berada pendidikan sebagai proses utama sehingga di dalam ISSN 2086 – 1397 suatu latar belakang Volume VII Nomor 2. Juli – Desember 2016 |85 Erna Roostin, Menuju Perspektif Baru… setiap masyarakat dapat berbagi dengan luar biasa sehingga sangat dinantikan oleh sesamanya. anggota keluarganya. Refleksi syukuran atas Lembaga/sekolah/institusi pendidikan sangat mengembangkan berperan pola aktif dalam kehadiran anak ditunjukan dengan hadirnya pengasuhan secara berbagai upacara syukuran untuk menyambut tradisional. kehadiran anak misalnya di daerah Sunda Di Amerika, trend memasukkan anak dalam program tersebut a. 4 bulanan yang ditujukan untuk sebenarnya lebih banyak dilakukan oleh para memohon doa keselamatan bagi calon wanita yang bekerja sehingga mereka harus bayi yang baru diberi ruh agar selamat menitipkan anaknya. Di Indonesia sendiri, sampai kelahirannya. kecenderungan child untuk day-care contohnya : memasukkan anak b. 7 bulanan ditujukan untuk memohon dalam program child day-care tampaknya doa keselamatan bagi calon bayi dapat sudah mengalami perubahan karena anak-anak lahir dengan lancar dan selamat yang mengikuti program bukanlah disebabkan sampai karena ibunya harus bekerja sepanjang hari. membagikan Sekarang ini, memasukkan dalam keluarga yang datang , dan sesaji program child day-care banyak kelapa muda yang diberi gambar dipengaruhi oleh alasan trend atau mode wayang Arjuna dan Sri Kandi dengan sehingga seringkali lupa untuk melihat pada harapan bila nanti bayi lahir untuk kebutuhan sebenarnya dari sang anak. Tidak laki-laki setampan Arjuna dan bila jarang anak-anak tersebut dimasukkan oleh perempuan secantik Sri Kandi. anak lebih orang tuanya karena mereka tidak mau repot- kelahirannya, rujakan bagi dan sanak c. Barokahan untuk bayi yang baru lahir repot untuk mendidik atau mengajari beberapa dengan keterampilan pada anak-anak mereka atau kemudian dimalam harinya diberi karena para orang tua berpikir, semakin cepat lilin. dimasukkan ke day-care program, anak d. Puput menanam yang ari-ari, ditujukan yang untuk mereka akan semakin cepat memohon keselamatan bagi bayi yang pintar dilaksanakan pada tali pusat putus Fungsi budaya adalah untuk dengan mengadakan syukuran dan membantu anak-anak dalam mengadaptasi pemberian nama bayi. dengan kondisi yang diperlukan ketika mereka pembagian sesaji kepada tetangga. hidup di lingkungannya. Begitupun dengan daera-daerah lain Di masyarakat Indonesia terdapat perpaduan yang ada di Indonesia tentunya akan agama dan kebudayaan dalam menyambut memiliki adat istiadat dan kebudayaan kelahiran seorang anak sebagai anugerah yang yang beragam. ISSN 2086 – 1397 Ari-ari dan Volume VII Nomor 2. Juli – Desember 2016 |86 Erna Roostin, Menuju Perspektif Baru… 3. Pendekatan yang Sosial- Budaya konflik yang dihadapinya. Permainan diyakini terhadap Pembelajaran mampu Sosial budaya adalah segala sesuatu membantu anak dalam menyelesaikan masalah dihasilkan sehingga dan konflik yang dihadapi dalam hidupnya. kelangsungan kehidupan bermasyarakat, salah Optimalisasi alat permainan tradisional yang satu yang termasuk dalam pembelajaran sosial mampu mengembangkan kecerdasan majemuk budaya perlu mendapatkan perhatian serius dari semua tradisional manusia ketegangan untuk adalah oleh meredakan permainan karena selain anak-anak dapat pihak. Diharapkan alat permainan tidak saja berinteraksi dengan lingkungan dan teman mampu merangsang kecerdasan anak tetapi sebayanya juga dapat melestarikan budaya juga memperkenalkan identitas dan keunikan permainan tradisional yang ada di daerahnya bangsa terhadap anak sejak dini. Permainan masing-masing. tradisional mampu mengasah kemampuan Permainan tradisional yang kini ada telah yang banyak memadai dengan biaya dan kemudahan dalam dihilangkan permainan moderen anak tergantikan padahal oleh permainan dibutuhkan anak secara intensif, membuatnya. tradisional mampu memacu perkembangan Selain permainan tradisional intensitas syaraf anak secara seimbang sehingga anak penggunaan televisi tidak dibarengi dengan tidak hanya pintar secara intelektual, tapi juga berkembangnya budaya dan melek media cerdas secara emosional, spiritual dan sosial. (media literacy) sehingga orang tua memiliki Sedangkan keterbatasan waktu dan pengetahuan dalam permainan modern cenderung mendidik anak untuk bersikap individual, mendampingi egois, dan anti sosial. Mengenal permainan televisi. Hal ini mengakibatkan perubahan tradisional misalnya, perilaku anak yang menjadi cepat dewasa memacu secara seksual dibandingkan kematangan umur keseimbangan otak kanan dan otak kiri serta dan mentalnya. Hal ini diperparah dengan koordinasi antara kaki dan tangan, permainan banyaknya dhakon/congklak dapat membantu anak untuk gampang memahami strategi untung-rugi, berkembang perilaku bola bekel dapat merangsang kecerdasan kecenderungan melakukan emosional, keseimbangan, koordinasi saraf kalangan anak-anak. Berbagai acara televisi mata dan tangan dan sosial anak. menawarkan berbagai tayangan menarik ke permainan untuk anak-anak, engrang dapat permainan anaknya visualisasi ditiru yang menonton kekerasan oleh anak yang sehingga agresif kekerasan dan di Menurut Freud dan Erikson (Santrock, ruang pribadi keluarga dan anak sehingga 1998) Bermain bagi anak sangat berguna banyak waktu yang terbuang untuk menonton sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri, televisi yang secara bertahap memunculkan membantu anak menguasai kecemasan dan ISSN 2086 – 1397 Volume VII Nomor 2. Juli – Desember 2016 |87 Erna Roostin, Menuju Perspektif Baru… sikap malas belajar karena tergoda tayangan Indonesia memiliki kekayaan televisi. permainan anak tradisional yang luar biasa. KESIMPULAN Namun sekarang ini permainan tradisional Terkait dengan di mulai banyak ditinggalkan dan dilupakan dan sosial-budaya digantikan dengan permainan modern, di sisi tercantum dalam peraturan lain alat permainan modern belum cukup mentri No 16 tahun 2007 tentang kompetensi tersedia sehingga tidak cukup alternative bagi guru PAUD. anak Tradisi yang berkembang dalam masyarakat majemuknya. Di samping itu, ada beberapa ada yang kondusif untuk perkembangan anak permainan tradisional yang tidak aman bagi juga ada yang menghambat tumbuh kembang anak sehingga mengkahawatirkan. Selajutnya, anak untuk itu diperlukan kemampuan untuk beberapa mengambil dan membuat anak menjadi individual, soliter, dan menghilangkan tradisi yang kurang baik anti sosial. Pembedaan jender juga masih menjaga yang lama dan baik serta melakukan berlaku di sebagian besar permainan anak inovasi baru yang lebih baik. Tradisi baik tradisional. misalnya sambutan hangat terhadap kehadiran Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan seorang tersebut diperlukan upaya sebagai berikut: Indonesia, pendidikan pendekatan pembelajaran tradisi anak yang keceriaan anak. perempuan dan yang baik melahirkan Tingkat kondisi sosial aroma pendidikan ekonomi dalam mengembangkan permainan kecerdasan moderen cenderung 1. Menggali dan mempromosikan berbagai tradisi dan budaya lokal yang masyarakat yang bervariasi dan umumnya konstruktif dalam didominasi oleh pendidikan rendah dengan dan meminimalisasi tradisi lokal yang ekonomi tidak konstruktif. yang terbatas berdampak pada pengasuhan anak beragamanya pola dan kualitas pengasuhan 2. Melakukan sosialisasi dan advokasi pola pada anak. Pola asuh, asah dan asih orangtua asuh, asah, dan asih yang holistik dan terhadap anak dipengaruhi oleh banyak hal, terintegrasi, termasuk mendorong pada seperti latar belakang budaya, status sosial- penggunaan pola asuh yang positif ekonomi, kondisi geografis, dan pemahaman berdasarkan kearifan lokal (local genius nilai – nilai. Dengan demikian masing-masing and wisdom) dan mengarahkan pada ranah kebudayaan memiliki pola asuh, asah proses tumbuh kembang, interaksi, dan dan asih yang berbeda-beda. Orang tua di sosialisasi beberapa daerah menerapkan pola asuh, asah sekitarnya. dan asih secara turun temurun dari nenek moyang. dengan 3. Memadukan permainan tradisional dan modern dalam memperkuat kecerdasan majemuk anak, ISSN 2086 – 1397 lingkungan serta mendorong Volume VII Nomor 2. Juli – Desember 2016 |88 Erna Roostin, Menuju Perspektif Baru… berkembangnya alat permainan anak yang ramah jender (gender friendly). 6. Melakukan berbagai sosialisasi dan komunikasi, edukasi dalam 4. Revitalisasi permainan tradisional anak- meningkatkan tingkat melek media anak nusantara antara lain mealui (media literacy) orang tua sehingga pemetaan, pengenalan dan promosi, mampu menyikapi kehadiran televisi serta mendorong terwujudnya kerjasama secara yang sinergis antar pihak terkait dalam mendampingi upaya anaknya ketika menonton televisi. melestarikan permainan tradisional. 5. Memperkuat sinergi Komisi Penyiaran arif 7. Menumbuh dan peduli dan untuk membimbing kembangkan berbagai partisipasi dan keswadayaan masyarakat Indonesia dan pemerintah dalam menata dalam melakukan dan mengatur ruang publik, khususnya media program dan frekuensi televisi yang misalnya massa, melalui kontrol terhadap terutama televisi, media wacth. ramah anak. ISSN 2086 – 1397 Volume VII Nomor 2. Juli – Desember 2016 |89 Erna Roostin, Menuju Perspektif Baru… DAFTAR PUSTAKA Al-Hafizh Mushlihin. (2012) .Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky http://www.referensimakalah.com/2012/09/teori-pembelajaran-sosial-vygotsky.html Diakses tanggal 3 April 2014 Bacthiar.( 2013). Kebijakan Pendidikan Indonesia: Kebijakan Berbasis Riset.UPI:Konferensi pendidikan Anak Usia Dini dan pendidikan Dasar. Hermawan dan Kanda. (2006). Perspektif Sosial Budaya. Bandung :UPI Press. Kementrian Pendidikan Nasional. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Kemendiknas. Khaerudin, H. (2002). Sosiologi Keluarga.Yogyakarta : Liberty. Muttaqin Tatang. (2007) . Meneropong Tumbuh Kembang Anak : Persfektif Sosio-Budaya http :// referensimakalah.com /2007/04/ meneropong-tumbuh-kembang-anak : Persfektif-sosiobudaya. Html. Diakses tanggal 3 April 2014 Poerwadarminta. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :Pusat Bahasa. Santrock. (1998) . Perkembangan Anak : Jakarta :Erlangga. Senjaya Wina.(2013).Strategi Pembelajaran.Jakarta.Kencana . Shochib, M. (2010). Pola asuh orangtua. Jakarta:Rieneka Cipta. Sujiyono Yuliani.( 2011). Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Undang undang. (2003). Tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Wortham,sue c.( 2006). Earyl Childhood Curriculum. Developmental Bses for Learing And Teaching. Columbus Ohaio, Pearson. ISSN 2086 – 1397 Volume VII Nomor 2. Juli – Desember 2016 |90