ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR DI

advertisement
ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR
DI WILAYAH JAKARTA SELATAN
(Studi kasus banjir, 27 dan 28 Agustus 2016)
Levi Ratnasari1, Arditho Bramandika Putra2
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
Email : [email protected]
Abstrak
Kondisi cuaca yang tidak menentu kembali dirasakan, pada bulan Agustus ini normalnya
curah hujan berkurang dan diikuti dengan musim kemarau, namun tidak di tahun 2016. Fenomena
global La Nina mempengaruhi sistem cuaca di wilayah Indonesia. Pada tanggal 27 dan 28 Agustus
2016 hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur sebagian wilayah Jakarta dan
Tangerang bagian Selatan. Berdasarkan sumber berita media cetak dan elektronik, terjadi banjir di
daerah Kemang, Jakarta selatan dan beberapa daerah lainnya di Jakarta. Genangan air di bebrapa jalan
utama juga memperparah kondisi lalu lintas di Jakarta. Dari pantauan citra satelit pada tanggal 27 dan
28 Agustus 2016 menunjukan konsentrasi awan di sebagian wilayah Jakarta terutama bagian Selatan
dan Barat cukup kuat.
I. Pendahuluan
Fenomena global La Nina memepengaruhi
sistem cuaca di Indoensia. Di bulan Agustus
kondisi normal untuk beberapa wilayah di
Indonesia memasuki musim kemarau namun
berbeda di tahun ini, intensitas hujan yang
sedang hingga lebat dapat tejadi hampir setiap
hari di beberapa wilayah Indoenesia.
Fenomena La Nina merupakan fenomena alam
global yang ditandai dengan kondisi suhu
muka laut di perairan Samudra Pasifik ekuator
lebih dingin atau dibawah normal, sedangkan
kondisi suhu muka laut di sekitaran perairan
Indonesia menghangat atau diatas normalnya.
Beberapa faktor regional lain seperti dipole
mode dan MJO semakin menguatkan
terjadinya intensitas curah hujan di beberapa
wilayah Indonesia. Dampak dari curah hujan
dengan intensitas sedang dan lebat antara lain
timbulnya banjir dan tanah longsor yang
berpotensi terjadi di wilayah yang rentan
bencana. Jakarta sebagai ibu kota dan daerah
rawan banjir perlu diperhatikan karena potensi
curah hujan intensitas sedang dan lebat masih
dapat berlangsung hingga beberapa bulan
kedepan. Hujan dengan intesitas sedang
hingga lebat yang terjadi pada tanggal 27
Agustus hingga 28 Agustus 2016 di beberapa
wilayah di Jakarta menyebabkan banjir.
Sumber : banjir di area parkir kemang
news.viva.co.id
Berikut infomasi yang dikutip dari media
masa. “Dari informasi warga melalui akun
@TMCPoldaMetro, sejak pukul 17.02 WIB,
banjir terjadi di depan Universitas Pancasila,
Lenteng Agung. Pengguna jalan dari arah
Depok menuju Pasar Minggu diminta berhatihati. Sementara itu genangan air setinggi 70
cm membuat lalu lintas di Kemang macet
total. Kendaraan belum bisa melintas di
kawasan itu. Banyak kendaraan yang memaksa
melintas justru mogok. Pengguna jalan
dihimbau untuk menghindari kawasan
Kemang’’ [http://nasional.news.viva.co.id/].
“Banjir merendam Kecamatan Kebayoran
Baru, Cilandak, Cipete Selatan, Pasar Minggu,
Mampang Prapatan, dan Pesanggrahan.
Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran
Baru, dengan ketinggian air 90-100 sentimeter.
Sebanyak 39 RT di 3 RW di Kelurahan
Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru,
terendam banjir. Sementara itu, banjir setinggi
40–100 sentimeter juga merendam 3 kelurahan
dan 9 RW yang meliputi 54 RT di Kelurahan
Pondok Labu, Cipete Selatan, dan Gandaria
Selatan” [http://megapolitan.kompas.com/].
Pada kajian ini akan menganalisis
kondisi atmosfer pada kejadian banjir di
Jakarta pada tanggal 27 hingga 28 Agustus
2016.
II.
Metode Penelitian
Melakukan analisis skala global, regional,
dan lokal di wilayah Jakarta, dengan
menggunakan data WRF-EMS dan data citra
satelit pada tanggal 27 Agustus dan 28
Agustus 2016.
III.
Hasil dan Pembahasan
a. Analisis suhu muka laut, Indeks SOI dan IOD
Gambar 1. Suhu muka laut (sumber: www.bom.gov.au)
Indonesia sebagai wilayah maritim continen,
maka suhu muka laut memiliki peranan
penting sebagai pemasok utama uap air dan
massa udara basah yang mendukung curah
hujan di wilayah Indonesia. Berdasarkan dari
data kondisi suhu muka laut sejak tanggal 27
Agustus 2016 terlihat suhu muka laut perairan
wilayah Indonesia cenderung hangat dengan
anomali suhu bernilai positif. Untuk perairan
bagian Selatan Jawa hingga Barat Sumatra
berkisar 28°C s.d 30°C. Anomali suhu muka
laut yang bernilai positif ini mengindikasikan
kondisi suhu muka laut lebih hangat dari
normalnya dan mendukung banyaknya
pasokan uap air dari perairan Selatan Jawa.
Gambar 2. Indeks La Nina (sumber: www.bom.gov.au)
Berdasarkan pantauan dari indeks nino 3.4
menunjukan indikasi dari La Nina lemah
dengan anomali di Samudra Pasifik bagian
tengah lebih dingin dibandingkan dengan rataratanya. Hal ini berkebalikan dengan kondisi
di ekuator dimana anomali suhu muka laut
yang lebih hangat dari rata-ratanya. Nilai
Indeks SOI menunjukkan bahwa La Nina aktif
hal ini di tandai dengan nilai indeks yang
bernilai positif.
Gambar 3. Indeks Lanina (sumber: www.bom.gov.au)
Indeks dari dipole mode bernilai negatif (0,69). Hal ini mengindikasikan SST di
Samudera Hindia bagian Tenggara akan lebih
hangat, sementara di bagian Barat akan lebih
dingin, dan tempat terjadinya pertumbuhan
awan akan bergerak ke arah Timur. Hal ini
akan mendukung peningkatan curah hujan di
wilayah
Indonesia
bagian
Barat.
b. Analisis angin 3000 feet pada tanggal 27 dan 28 Agustus 2016
Gambar 4. Angin gradien pada tanggal 27 Agustus 2016
Gambar 5. Angin gradien pada tanggal 28 Agustus 2016
Adanya tekanan rendah (Low Pressure) di
perairan Barat Daya Sumatera menyebabkan
sebagian massa udara menuju daerah tersebut
dan membentuk pola konvergensi. Pada pukul
12.00 UTC angin gradient menunjukan
adanya palung yang memanjang dari
Sumatera bagian Selatan hingga perairan Jawa
bagian Selatan. Kondisi tersebut mendukung
terbentuknya pumpunan massa udara sejak
pagi hari hingga malam hari di daerah
tersebut. Pada tanggal 28 Agustus 2016 masih
terlihat adanya perlambatan angin di wilayah
Jawa bagian Barat hingga peraian Selat
Sunda.
c. Analisis kelembaban udara
Gambar 6. Data prakiraan kelembaban udara 850 mb pada tanggal 27 Agustus 2016
(sumber: puslitbang.bmkg.go.id)
Berdasarkan data prakiraan yang dikeluarkan
oleh BMKG pada tanggal 27 Agustus 2016
menunjukan kelembaban udara cukup tinggi
sejak pagi hari hingga malam hari khususnya
di wilayah Lampung, Jawa bagian Selatan dan
Barat kelembaban udaranya berkisar 80% 95%.
Gambar 7. Data prakiraan kelembaban udara 700 mb pada tanggal 27 Agustus 2016
(sumber: puslitbang.bmkg.go.id)
Jika dilihat dari kelembaban udara pada
lapisan 700 mb, RH cukup signifikan pada
siang dan malam hari yakni mencapai 85% di
sekitar Jakarta bagian Selatan, Jakarta bagian
Barat dan daerah Jawa Barat. Kelembaban
udara yang cukup tinggi ini bertahan hingga
menjelang sore hari.
Gambar 8. Data prakiraan kelembaban udara 850 mb pada tanggal 28 Agustus 2016
(sumber: puslitbang.bmkg.go.id)
Pada tanggal 28 Agustus 2016 dari prakiraan
BMKG
menggunakan
WRF–EMS
menunjukan bahwa kelembaban khususnya di
wilayah Jakarta bagian Selatan hingga Barat
menunjukan nilai yang signifikan yakni 85%95% sejak sore hari hingga malam hari. Hal
ini mengindikasikan kondisi udara yang
lembab dan kandungan air di wilayah tersebut
cukup tinggi.
d. Analisis citra satelit tanggal 27 Agustus 2016
Gambar 9. Data Satelit IR pukul 07.00 UTC s.d 15.00 UTC tanggal 27 Agustus 2016
Berdasarkan analisis citra satelit pada tanggal
27 Agustus 2016, Pumpunan awan-awan
hujan di sebgaian pulau Jawa hampir merata.
Pada pukul 07.00 UTC terlihat pertumbuhan
awan konvektif disekitar wilayah Jakarta
bagian Barat dan Selatan serta pergerakan
awan dari arah tenggara dan bergerak ke arah
barat pulau Jawa. Data satelit per jam
menunjukan pertumbuhan awan di sekitar
Jakarta semakin meluas hingga pukul 10.00
UTC serta adanya pergerakan awan dari arah
Tenggara, sehingga kondisi tersebut bertahan
cukup lama khususnya di wilayah selatan
Jakarta, awan terkonsentrasi di wilayah
Jakarta bagian selatan dan barat hingga pukul
13.00 UTC.
Gambar 10. Data Satelit IR pukul 09.00 UTC s.d 12.00 UTC tanggal 28 Agustus 2016
Analisis citra satelit pada tanggal 28 Agustus
2016 terlihat pumpunan awan di sebagian
pulau jawa cukup signifikan. Sebagian
pumpunan awan awan bergerak ke selatan
jawa hingga selat sunda. Adanya konsentrasi
awan di wilayah Jakarta bagian Selatan dan
Barat sejak pukul 09.00 UTC hingga pukul
12.00 UTC. Pada citra satelit kanal IR terlihat
suhu puncak awan mencapai -73°C sebagai
indikasi awan konvektif pada pukul 09.00
UTC kemudian suhu puncak awan cenderung
meningkat yang merupakan indikasi telah
meluruhnya awan konvektif pada pukul 11.00
UTC.
IV.
Kesimpulan
1. Banjir dan genangan air di jalan utama di
Jakarta pada tanggal 27 dan 28 Agustus
2016 ini didukung dengan kondisi
atmosfer baik secara global dan regional
yakni adanya fenomena La Nina, suhu
muka laut yang hangat di Selatan pulau
Jawa, Selat sunda, hingga Barat Sumatera,
serta negatifnya indeks IOD menambah
pasokan uap air khususnya di wilayah
Indoneisa bagian barat meningkat.
2. Adanya konvergensi serta palung yang
menyebabkan perlambatan angin di
wilayah yang dilaluinya juga menyebabkan
pumpunan awan–awan hujan khususnya di
wilayah Jakarta. Kondisi tersebut dapat
bertahan hingga beberapa hari kedepan.
Berdasarkan data prakiraan kelembaban
udara dengan WRF-EMS dari BMKG
cukup
baik
dalam
memprediksi
kelembaban udara di daerah tersebut.
Kelembaban udara hingga lapisan 700 mb
cukup tinggi yakni mencapai 80%-95%
pada siang hingga malam hari. Kondisi
tersebut dapat mengindikasikan terjadinya
hujan dengan intensitas sedang-lebat pada
tanggal 27 Agustus 2016 dan 28 Agustus
2016 di wilayah Jakarta bagian Selatan
hingga Barat.
3. Citra satelit kanal IR juga menunjukan
bahwa awan-awan konvektif menyelimuti
sebagian pulau Jawa, untuk daerah Jakarta
pada tanggal 27 Agustus 2016 sejak pukul
14.00 WIB s.d 18.00 WIB awan konvektif
menyelimuti wilayah Jakarta bagian
selatan dan barat, ditandai dengan suhu
puncak awan yang rendah yakni kurang
dari -60°C. Pada tanggal 28 Agustus
terlihat awan konvektif di sekitar wilayah
Jakarta bagian barat dan selatan cenderung
lebih singkat. Hal ini mengindikasikan
durasi hujan serta intensitas hujan pada
tanggal 27 Agustus 2016 lebih lama dan
tinggi dibandingkan pada tanggal 28
Agustus 2016.
V.
Saran
Dengan menganalisis kondisi atmosfer
pada saat terjadinya hujan lebat khususnya
yang berdampak banjir di wilayah yang rentan
terdampak, diharapkan nantinya dapat
dijadikan warning sebelum terjadinya bencana
tersebut. Tidak hanya Intesitas curah hujan
tinggi yang dapat menyebabkan banjir,
buruknya tata kota suatu wilayah dan semakin
padatnya pemukiman serta meluapnya aliran
sungai adalah faktor penting yang harus di
perhatikan dan dibenahi khususnya di wilayah
yang sering terdampak banjir seperti wilayah
Jakarta.
Referensi :
1. http://nasional.news.viva.co.id/news/r
ead/814389-kawasan-jakarta-selatandikepung-banjir
2. http://megapolitan.kompas.com/read/
2016/08/28/00104351/banyak.mobil.n
yaris.tenggelam.oleh.banjir.kemang.ta
k.bisa.dilalui.kendaraan
3. Zakir, Acmad dkk. 2010. Perspektif
Operasional Cuaca Tropis. BMKG
Jakarta.
Download