BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan ialah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo 2003). 2.1.2 Tingkat Pengetahuan Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan membuat klasifikasi (taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses berpikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam 6 kategori yaitu : 1. Pengetahuan (knowledge) Mencakup keterampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah dipelajari. 2. Pemahaman (comprehension) Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada. 3. Penerapan (aplication) Mencakup keterampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru. 4. Analisis (analysis) Meliputi pemilihan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan mencoba memahami struktur informasi. 5. Sintesis (synthesis) Mencakup menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada sebelumnya. 6. Evaluasi (evaluation) Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteriakriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai kata : pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya. 2.1.3 Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden (Soekidjo, 2003). 2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Pendidikan Menurut Satria (2008), Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilainilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Semakin rendah tingkat pendidikan yang dimiliki maka akan semakin rendah pula kemampuan yang akan dimiliki seseorang dalam menyikapi suatu permasalahan. (Notoatmodjo, 2003) b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. c. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. d. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. e. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akn timbul kesan yang membekasa dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif f. Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. g. Informasi, kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. 2.2. Pengertian Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang timbul akibat kadar gula darah yang tinggi. Kadar gula darah yang tinggi itu disebabkan ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin atau penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Gula darah dapat meningkat karena makanan, stres, sakit dan obat-obatan tertentu. (Holistic Health Solution, 2011, hal. 1) Diabetes Melitus adalah penyakit seumur hidup dimana tubuh seseorang tidak memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik. Insulin adalah hormon yang menolong mengatur dan mengendalikan fungsi tubuh tertentu. Insulin dihasilkan oleh pankreas, sebuah kelenjar buntu yang kecil yang terdapat dibawah lambung. Di dalam pankreas itu terdapat sel-sel beta yang khas yang biasa disebut pulau Langenrhans yang mngeluarkan insulin langsung ke aliran darah. Disana insulin mengendalikan glukosa dalam darah.(Johnson, 2005, Hal. 19) Pembagian Diabetes Melitus mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu. Dahulu Diabetes Melitus dikelompokan berdasarkan waktu munculnya (time of set). Diabetes Melitus yang munucul sejak masa kanak-kanak disebut Juvenil Diabetes, sedangkan yang baru muncul setelah berumur diatas 45 tahun disebut sebagai Adult Diabetes. Namun, klasifikasi ini sudah tidak layak dipertahankan lagi, karena banyak sekali kasus-kasus diabetes muncul pada usia 20-39 tahun, yang menimbulkan kebingungan untuk mengklasifikasikannya. WHO telah beberapa kali mengajukan klarifikasi Diabetes melitus. Pada tahun 1965, WHO mengajukan beberapa istilah dalam pengolompokan Diabetes Melitus, antara lain Childhood Diabetics, Young Diabetics, Adult Diabetics, dan Elderly Diabetics (Ghoffar, 2012, Hal.27-28). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit manahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (gula darah normal 80-120 mg%). Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan komplikasi – komplikasi yang berakibat fatal, seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan dan amputasi. Karena itu Diabetes Melitus kini sudah merupakan masalah nasional. Penyakit ini tercantum dalam urutan nomor 4 priorotas nasional penyakit degeneratif (Pranadji, 2002). 2.2.1. Klasifikasi Penyakit Diabetes Mellitus. Ada beberapa klasifikasi dari Diabetes melitus, yang paling utama adalah : Diabetes Melitus tipe I yaitu Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), Diabetes Melitus tipe II yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM), Diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya dan Diabetes Melitus Gestational (GDM) (Brunner and Sudath, 2002). Defisiensi insulin juga menggangu metabolisame protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningakatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpangan kalori. a. Diabetes Melitus Tipe I (IDDM) Diabetes Melitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan insulin. Penyakit ini disebut Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM). Pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti, Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan perbandingan laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Kerusakan sel pembuat insulin dan sistem kekebalan tubuh sebagai pemicu diabetes tipe I. Karena itu, penderita Diabetes Melitus tipe I memerlukan suntikan insulin setiap hari, selain mengatur menu makanan yang telah ditentukan kalorinya sesuai kebutuhan. b. Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM) Diabetes Melitus tipe II yaitu Diabetes yang tidak tergantung dengan insulin. Diabetes tipe II ini terjadi akibat sensitivitas terhadap insulin ( yang disebut resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes tipe II pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan atau olahraga. Jika kenaikan glukosa tetap terjadi, terapi diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan obat hipoglikemik oral (OHO). Pada sebagian penyandang diabetes tipe II, obat oral tidak mengendalikan keadaan hiperglikemia sehingga diperlukan penyuntikan insulin. Kelompok Diabetes Melitus tipe II kebanyakan timbul pada penderita diatas usia 40 tahun. Penderita Diabetes melitus tipe II inilah yang terbanyak di Indonesia. Konon mencapai 90% dan umumnya disertai dengan kegemukan. Pengobatannya diutamakan dengan perencanaan makan yang baik dan latihan jasmani yang teratur. Pankreas masih relatif menghasilkan insulin, tetapi insulin yang ada bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat kegemukan. Dengan menurunkan berat badan, penyakit yang ada biasanya terkendali. Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. c. Diabetes Melitus Gestasional (DMG) Diabetes Gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap Diabetes Melitus. Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke status non Diabetes Melitus setelah kehamilan berakhir. Namun beresiko mengalami Diabetes Melitus tipe II pada waktu mendatang lebih besar dari pada normal. Penyebab Diabetes Melitus Gestasional dianggap berkaitan dengan kebutuhan energi dan kadar estrogen, hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan estrogen merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan gambaran sekresi insulin seperti Diabetes Melitus tipe II yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel. Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek anti insulin, misalnya perangsangan glikogenolisis (penguraian glikogen) dan penguraian jaringan lemak. Semua faktor ini mungkin berperan menimbulkan hiperglikemia pada Diabetes Melitus Gestasional. Wanita yang mengidap Diabetes Melitus Gestasional mungkin sudah memiliki gangguan subklinis pengontrolan glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul. Diabetes Gestasional dapat menimbulkan efek negatif pada kehamilan dengan meningkatkan resiko malformasi kongenital, lahir mati dan bayi bertubuh besar yang dapat menimbulkan masalah pada persalinan. Diabetes Melitus Gestasional secara rutin diperiksa pada pemeriksaan medis pranatal. 2.2.2. Gejala Klinis Diabetes Melitus. Gejala Diabetes Melitus sering disebut sebagai trias P, yaitu : Polodipsi ( rasa haus sehingga banyak minum), Poliuria (sering kencing terutama malam hari), Polipagia (sering merasa lapar). Gejala-gejala yang bisa tampak pada penderita Diabetes Melitus tipe II yaitu : a. Adanya perasaan haus secara terus menerus. b. Sering buang air kecil (kencing) dalam jumlah banyak. c. Cepat lelah,kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit. d. Mudah sakit yang berkepanjangan. e. Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada sebabnya. f. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja. Gejala lain yang biasanya muncul, adalah : a. Penglihatan kabur. b. Timbulnya borok (luka) pada kaki yang tak kunjung sembuh. c. Kaki terasa geli, atau merasa terbakar. d. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita. e. Impotensi pada pria. 2.2.3. Faktor Resiko Diabetes Melitus Indonesia menempati urutan keempat didunia setelah Amerika Serikat, India, dan China dalam rangka penderita Diabetes Melitus. Diperkirakan sedikitnya 14 juta orang dinegeri ini menderita diabetes dan setiap tahun jumlahnya terus meningkat. Ada sejumlah faktor yang dianggap bisa meningkat risiko diabetes, yakni: a. Kadar glukosa darah tinggi b. Adanya riwayat keluarga c. Kelebihan berat badan d. Kurang beraktivitas e. Usia f. Riwayat Diabetes Gestasional g. Sindrom ovarium polikistik h. Hipertensi atau lemak darah yang abnormal. (Diabetes di Usia Muda, 2011. Hal.10-11) Tabel 2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan atau penyaring Diagnosa Diabetes Melitus (mg/dl) Bukan DM Belum Pasti DM DM Kadar Glukosa Darah <110 110-199 ≥200 sewaktu (mg/dl) <90 90-199 ≥200 Kadar Glukosa Darah <110 110-125 ≥126 Puasa (mg/dl) <90 90-109 ≥110 Sumber : Konsesus Pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2002 2.2.4. Komplikasi Diabetes Melitus Komplikasi penyakit Diabetes Melitus dapat dibagi dua yaitu : akut dan kronis. Terdapat dua bentuk komplikasi akut yaitu : 1. Hipoglikemia Hipoglikemia adalah kadar gula darah (true glukose) penderita yang sangat rendah, yaitu kurang dari 50 mg/dl. Kadang-kadang gejala timbul pada kadar gula darah tinggi bila penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat. Keadaan ini terjadi mendadak dan dapat dipastikan dengan mengukur kadar gula darah. Hipoglikemia yang terjadi harus diatasi dengan segera, bila tidak akan cepat menjadi parah dan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul dapat ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma dan kejang-kejang. Gejala dini hipoglikemia yaitu keringat dingin pada muka terutama hidung, gemetar, lemas, rasa lapar, mual, tekanan darah, turun, gelisah, jantung berdebar, sakit kepala, serta kesemutan dijari tengah dan bibir. Bila dibiarkan tanpa petolongan maka penderita menjadi tidak sadar (koma) dengan atau tanpa kejang. 2. Hiperglikemia Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah melonjak/meningkat secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stres, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifa gia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat dicegah sehingga tidak menjadi parah. Hiperglikemia dapat memperburuk gangguangangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada vagina (Ghoffar, 2012) Gejala yang timbul antara lain merasa letih, sangat haus, mengeluarkan kencing yang sangat banyak, mual, muntah, nyeri daerah perut, nafas cepat dan dalam serta berbau aseton, kebingungan mental, dan akhirnya kehilangan kesadaran. Keadaan ini terjadi akibat tubuh sangat kekurangan insulin yang sifatnya mendadak (akut). Glukosa darah yang tinggi tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perubahan metabolik di dalam tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan energi , sel lemak dipecah dan menyebabkan terbentuknya keton yang dapat ditemukan di air kencing dan dirasakan baunya pada pernafasan. Bila keadaan ini terus melanjut tanpa pengobatan maka keton yang terburuk akan terakumulasi dan ini sangat membahayakan. Darah menjadi asam dan jaringan tubuh akan rusak. Akhirnya penderita tidak sadarkan diri dan menjadi koma. Komplikasi ini dikenal juga dengan nama koma diabetik atau koma hiperglikemik. 2.2.5. Pencegahan Melihat bahwa gangguan keseimbangan kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang berlebihan (pola makan yang salah) dan kegiatan yang penuh tekanan (gaya hidup stress), maka Diabetes dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut : Bila mengalami kegemukan turunkan berat badan. Lakukan olahraga/latihan aerobik (berenang, bersepeda, joging (jalan cepat)) paling tidak tiga kali seminggu. Konsumsi gula sedikit mungkin atau seperlunya saja, karena bukan merupakan bagian penting dari menu yang sehat. Kebutuhan zat gula darah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dari karbohidrat yang berasal dari beras, sereal, roti, kentan-kentan dalam menu sehari-hari. Setelah berumur 40 tahun, periksa kadar gula urine anda setiap tahun, terutama bila anda mempunyai riwayat keluarga penderita diabetes 2. Penatalaksanaan makanan untuk penderita Diabetes Melitus. Telah diketahui, bahwa Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif dengan demikian menurut teori, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penderita Diabetes seperti sebelumnya terserang penyakit ini. Oleh karena itu, tujuan umum pengobatan Diabetes Melitus adalah adalah memperpanjang umur dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Untuk mencapai semua tujuan diatas pengobatan Diabetes Melitus meliputi : Pengaturan makanan dengan memperhatikan kebutuhan gizi penderita untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala klinik. Latihan jasmani/olahraga Pendidikan/penyuluhan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 2.4 Konsep Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang setuju terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk apapun (Stanley, 2006). Sarafino (1990) mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan (compliance atau adherence) sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh tim medis lainnya (Smet, B, 1994). 2.4.1 Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut suddart dan bunner (2002) adalah : Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, status sosio ekonomi dan pendidikan. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, kayakinan agama atau budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet dalam psikologi kesehatan. 2.4.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian menurun Niven (2002) antara lain : a. Pemahaman tentang instruksi Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan kepadanya. b. Kualitas Interaksi Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. c. Isolasi sosial keluarga Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruhi dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. d. Keyakinan, sikap dan kepribadian Becker et al (1979) dalam Niven (2002) telah membuat suatu usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya. Strategi untuk meningkatkan kepatuhan Menurun Smet (1994) berbagai strategi untuk meningkatkan Kepatuhan adalah : a. Dukungan profesional kesehatan Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhan dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik Dokter/ perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien. b. Dukungan sosial Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat menyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi. c. Perilaku sehat Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan diabetes diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita diabetes. Modifikasi gaya hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat sangat diperlukan bagi pasien diabetes. d. Pemberian informasi Pemberian informasi yang jelas pada klien dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya 2.5 Pengertian Diet Diet adalah jumlah asupan makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu. Dalam bahasa indonesia, Diet lebih sering ditujukan untuk menyebut suatu upaya dalam menurunkan atau mengatur asupan nutrisi tertentu Pengertian diet lainnya yaitu “kegiatan membatasi nutrisi berupa kalori dengan sengaja, yang dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang lebih kurus”. Dapat diartikan bahwa perilaku diet ini menekankan pada usaha penurunan berat badan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara namun tetap berfokus pada pengaturan pola makan oleh pelaku diet. Berikut ini penjabaran beberapa perilaku diet sehat dan diet tidak sehat : 2.5.1 Diet Sehat Diet sehat adalah cara seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh, Diet sehat dapat dilakukan dengan cara mengurangi masukan kalori kedalam tubuh namun tetap menjaga pola makan yang dianjurkan oleh pedoman gizi seimbang. Orang yang melakukan diet untuk alasan kesehatan akan melakukan cara yang sehat pula, misalkan mengikuti pola makan yang dianjurkan. Sekarang ini sudah banyak menu makanan untuk diet yang bisa didapatkan dengan mudah dimana dengan menu ini membuat kebutuhan tubuh terhadap asupan gizi tetap terpenuhi ketika anda menjalankan program diet. 2.5.2 Diet Tidak Sehat Diet tidak sehat dapat diasosiakan dengan perilaku yang membahayakan kesehatan dapat dilakukan dengan berpuasa (diluar niat ibadah) atau melewatkan waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat-obat penurunan berat badan, penahan nafsu makan, muntah dengan disengaja. Orang-orang yang berdiet semata-mata bertujuan untuk memperbaiki penampilan dan cenderung menempuh cara-cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan mereka (kim & lennon,2006). 2.6 Pengaturan makanan pada penderita Diabetes Melitus. Pengaturan makanan diperlukan bagi semua penderita Diabetes Melitus, baik penderita Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) maupun Diabetes melitus Tidak Tergantung Insulin ( DMTTI). Pada Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) pengaturan makanan terutama ditujukan untuk menyesuaikan waktu dan jumlah makanan yang diberikan. Untuk penderita Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) pengaturan makanan terutama untuk mengembalikan penderita ke berat badan ideal. Disamping itu, pengaturan makan pada kedua tipe juga untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler. (Pranadji, 2002). . Menurut Smeltzer (2002) kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala. Untuk membantu pasien dalam mengikut sertakan kebiasaan perencanaan makan yang baru dalam gaya hidupnya, maka keikutsertaanya dalam terapi perilaku, dukungan kelompok dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan. Penatalaksanaan diet yang harus dilakukan pada pendeita diabetes melitus yaitu sebagai berikut. 2.6.1 Prinsip Diet Prinsip pemberian makanan bagi penderita Diabetes Melitus adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah. Saat ini anjuran presentase karbohidrat berkisar antara 60-68% dari total energi makanan dengan anjuran penggunaan karbohidrat kompleks yang mengandung serat. 2.6.2 Tujuan Diet Makanan yang dimakan oleh penderita Diabetes Melitus sehari-hari disusun agar tujuan diet tercapai. Tujuan diet yaitu : 1. Memperbaiki kesehatan umum penderita 2. Memperbaiki jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan ideal/normal 3. Memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat kesehatan optimal dan aktivitas normal. 4. Menormalkan pertumbuhan anak yang menderita Diabetes Melitus. Tabel 2. 2. Jumlah kalori yang terkandung dalam zat makanan. No Zat Makanan Jumlah Kalori 1 1g karbohidrat 4 kalori 2 1 g protein 4 kalori 3 1 g lemak 9 kalori Sumber : Konsesus Pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2002 2.6.3 Komposisi Diet Komposisi diet yang dianjurkan untuk penderita Diabetes Melitus berulang kali mengalami perubahan. Mula-mula mengacau pada diet Diabetes Melitus di Negara barat dengan komposisi karbohidrat rendah, sekitar 40-50% dari total energi. Namun saat ini dianjurkan energi atau disebut juga diet B. Disamping anjuran mengenai karbohidrat , protein dan lemak, dianjurkan pula pemakaian karbohidrat kompleks yang mengandung banyak serat dan rendah kolesterol. a. Makan karbohidrat yang tepat Makanan berikut ini akan dicerna oleh tubuh untuk menghasilkan gula yang memberikan energi. Terdapat dua jenis karbohidrat, yaitu yang mengandung gula dan tepung. Mengandung gula. Contohnya adalah gula, permen dan cokelat, bolu manis, biskuit manis dan puding, minuman soda. Penderita harus menghindari makanan tersebut karena kadar gula akan masuk ke dalam aliran darah dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan kenaikan gula darah secara tiba-tiba. Untuk itu dapat digunakan pemanis buatan, seperti sakarin, aspartame, dan acelsufame, ke dalam makanan dan minuman sebagai pengganti gula. Mengandung tepung. Contohnya adalah roti, kentang, pasta, nasi, sereal, dan buah. Kandungan gula makanan tersebut sangat rendah dan merupakan sumber energi yang baik. Karena itu pilihlah makanan tersebut sebagai menu harian. b. Makanan lemak yang tepat Terdapat dua jenis lemak, yakni lemak jenuh dan lemak tak jenuh, Lemak jenuh (hewani) antara lain terdapat dalam daging berlemak, susu full cream, mentega, dan lemak babi. Jenis makanan tersebut dapat menyebabkan masalah dalam sirkulasi darah. Sangat penting mengurangi jenis makanan tersebut bagi setiap orang. Lemak tak jenuh. Jenis lemak ini agak lebih baik dibandingkan lemak jenuh, yang terdapat dalam dua bentuk, yakni : - Lemak tak jenuh ganda, ditemukan dalam beberapa produk, seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran murni, minyak jagung,dan margarin bunga matahari. - Lemak tak jenuh tunggal, antara lain ditemukan dalam minyak zaitun dan minyak lobak. Jenis lemak ini dapat dipakai sebagai pengganti lemak jenuh maupun lemak tak jenuh ganda. Ingatlah bahwa semua jenis lemak tersebut memiliki kalori tinggi dan akan menyebabkan kenaikan berat tubuh bila dikonsumsi berlebihan. c. Makan serat yang tepat Serat ada yang dapat larut (larut dalam air dan lambat menyerap makanan) dan tak dapat larut ( tidak dapat dicerna dan membantu mencegah sembelit). Serat yang tak dapat larut juga bermanfaat bila tubuh langsing karena membuat seseorang merasa kenyang. Maksud penambahan isi serat dalam makanan tidak berarti makan nasi dan yang lainnya, melainkan harus mengkonsumsi 30 gram serat setiap harinya. Sangat penting untuk membuat usus bekerja baik. Beberapa j enis serat yang dapat larut dapat membantu mengontrol kadar gula darah agar normal dan menjaga tingkat kolesterol darah agar turun. Makanan, seperti buncis matang, bubur kacang hijau, bubur gandum, sereal gandum lainnya, maupun kue gandum semuanya kaya akan serat dapat larut. Sedangkan sereal berkadar tinggi, seperti rotim sayuran dan buah-buahan tanpa kulit, pasta, tepung terigu, dan beras merupakan makanan dengan serat yang tak dapat larut. d. Makanan protein yang tepat Yang satu ini juga penting agar tubuh dapat memperbaiki jaringan dan sebagai bahan bakar bagi pertumbuhan normal anak-anak. Namun , orang dewasa tidak membutuhkan sebanyak itu. e. Hindari garam Terlalu banyak mengkonsumsi garam tidak baik bagi siapapun dan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Cobalah memasak untuk memakai hanya sedikit garam saat memasak dan jangan tambahkan apapun saat makan. Berbagai bumbu, rempah-rempah, dan lada dapat digunakan secukupnya untuk menambah rasa dalam makanan. f. Vitamin dan mineral yang cukup Bila makan makanan yang seimbang, maka tidak memerlukan vitamin atau mineral. Sebagian ahli berpendapat bahwa kekurangan elemen, seperti khromium dan selenium berperan dalam serangan komplikasi diabetes. Namun, tidak ada cara untuk mengukur jumlah dalam makanan seseorang maupun kadar yang diperlukan tubuh. Sangat baik bila makan makanan yang bervariasi untuk menjamin kecukupan vitamin dan mineral serta gizi lainnya. (Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Diabetes, 2003, Hal 25-27). 2.6.4 Cara mengatur diet : - Untuk pertama kali sebaiknya makanan ditimbang sampai mencapai diet dan porsi yang sesuai. - Makanlah sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang telah ditentukan dalam daftar diet, terutama bagi penderita yang menggunakan insulin dan obat-obatan anti diabetes. - Untuk mendapatkan variasi menu, gunakanlah daftar penukar. - Makanlah banyak sayur-sayuran dan buah-buahan yang tinggi serat. - Laksanakanlah diet dengan disiplin untuk mencapai BB normal. Menghitung Kebutuhan Kalori Sebelum menghitung beberapa kalori yang dibutuhkan seorang pasien Diabetes terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang. Yang paling mudah adalah dengan rumus Brocca. Berat Badan Idaman = 90% x (tinggi badan dalam cm – 100) x 1 kg Catatan : Pada laki-laki dengan tinggi badan <160cm atau perempuan <150, berlaku rumus: Berat Badan Ideal (idaman):( tinggi badan dalam cm – 100) x 1 kg Tabel 2.3. Daftar Kalori Yang Dikeluarkan Pada Berbagai Aktivitas Ringan Sedang Mengendarai mobil Kerja rumah tangga Memancing Bersepeda Kerja Lab Bowling Kerja sekertaris Jalan cepat Mengajar Berkebun Sumber : Pedoman Diet Diabetes Melitus, 2002. Berat Aerobik Memanjat Menari Lari Ada beberapa beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes : 1. Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan idaman dengan sejumlah kalori : - Berat badan idaman dalam kg x 30 Kkal untuk laki-laki - Berat badan idaman dalam kg x 25 Kkal untuk perempuan Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari (lihat tabel 2.3). tampak pada tabel ada tiga jenis kegiatan, dari ringan sampai berat. - Kerja ringan : tambah 10% dari kalori basal - Kerja sedang : tambah 20% dari kalori basal - Kerja berat : tambah 40-100% dari kalori basal Tambahkan kalori sekitar 20-30% pada kegiatan sebagai berikut : - Pasien kurus - Pasien masih tumbuh kembang - Ada stres misalnya bila gemuk, hamil atau menyusui Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukannya. 2. Cara lain seperti tertera pada tabel 2.4 yang tampaknya lebih mudah. Tampak pada tabel bahwa seseorang dengan berat badan normal yang bekerja santai memerlukan 30Kkal/kg BB idaman. Yang kurus dan bekerja berat memerlukan 40-50 Kkal/kg BB idaman. Dengan cara ini tidak perlu ditambah-tambah lagi. 3. Untuk lebih gampangnya lagi, secara kasar dapat dibuat suatu pegangan sebagi berikut : - Pasien kurus : 2300 – 2500 Kkal - Paaien normal : 1700 – 2100 Kkal - Pasien gemuk : 1300 – 1500 Kkal Tabel 2.4. Kebutuhan Kalori Pada Pasien Diabetes Melitus Kkal/BB Kerja santai Kerja sedang Gemuk 20-25 30 Normal 30 35 Kurus 35 40 Sumber : Pedoman Diet Diabetes Melitus, 2002 Dewasa Kerja berat 35 40 40-50 Menurut Pranadji (2002) Pada dasarnya diet Diabetes Melitus diberikan dengan interval waktu 3 jam, meliputi 3 kali makanan utama dan 3 kali makan selingan. 1. Pukul 06.30 = Makan pagi. 2. Pukul 09.30 = Snack atau buah. 3. Pukul 12.00 = Makan siang. 4. Pukul 15.30 = Snack atau buah. 5. Pukul 18.30 = Makan malam 6. Pukul 21.30 = Snack atau buah Tabel 2.5. Contoh menu diet untuk penderita Diabetes Melitus (Diet dengan 1100 kalori) Waktu Pagi Nama masakan Roti isi omelet Snack Talam hunkue Siang Bubur beras Tahu bumbu Kare Tumis Taoge + wortel Pisang ambon Crakers Bubur beras Prekedel tahu Sayur Bayam + wortel Pisang ambon Snack Malam Nama bahan Roti Margarin Telur Daun selada Tomat Tepung hunkue Santan Cokelat Beras Tahu Santan Taoge Wortel Minyak Pisang ambon Crakers Beras Tahu Telur Bayam Wortel Pisang ambon Jumlah total Sumber : Pranadji, 2002. D. Daftar Makanan Pengganti. 1. Pengganti Nasi dari Beras Berat (g) 56 5 25 10 50 40 10 5 Energi (kalori) 138,8 36 40,5 1,5 10 138 12,2 14,9 Protein (g) 4,48 0,03 3,2 0,1 0,5 1,8 0,2 0,4 Lemak (g) 0,67 4,05 2,8 0,02 0,15 0,6 1 1,2 28 25 10 50 50 5 100 100,8 17 12,2 11,5 21 43,5 99 1,9 1,95 0,2 1,45 0,6 0 1,2 0,19 1,15 1 0,1 1,15 4,9 0,2 40 28 25 10 50 50 100 91,1 100,8 17 16,2 18 17,5 99 1,3 1,9 1,95 1,28 1,75 1,2 1,2 0 0,10 1,15 1,5 0,25 0,1 0,2 1.056,5 31,59 22,48 Nasi dan beras seberat 100g mengandung 175 kalori yang terdiri dari protein 4g dan karbohidrat 40g. Nasi ini dapat diganti dengan beberapa macam bahan lain seperti ini : 100g nasi 2. = 400g bubur beras = ⅓ gls = 200g nasi tim = 1 gls = 100g nasi jagung = ¼ gls = 200g kentang = 4 biji sdg = 100g singkong = 1 ptg sdg = 200g tales = ½ biji sdg = 150g ubi = 1 biji sdg = 80g roti putih = 1 biji sdg = 50g mie kering = 1gls direbus = 100g mie basah = 1 gls = 50g bihun = ½ gls = 50g crakers = 5 bh bsr = 50g havermout = 7 sdm Pengganti Daging Daging seberat 50g mengandung 95 kalori yang terdiri dari 10g protein dan lemak 6g. Daftar dibawah ini menunjukan jumlah bahan makanan yang dapat digunakan untuk pengganti daging. 50g daging sapi = 50g daging ayam = 1 ptg sdg = 50g hati sapi = 1 ptg sdg 3. = 75 telur ayam biasa = 2 butir = 60g telur ayam bebek = 1 btr = 50g ikan segar = 1 ptg sdg = 25g ikan asin = 1 ptg sdg = 25g ikan teri = 2 sdm = 50g udang basah = ¼ gls = 100g bakso daging = 10 biji bsr. Pengganti tempe Tempe seberat 50g mengandung 80 kalori yang terdiri dari protein 6g, lemak 3g, dan karbohidrat 8g. Daftar dibawah ini menunjukan jumlah bahan makanan yang dapat digunakan unutk mengganti 50g tempe. 50g tempe 4. = 100g tahu = 1 biji = 50g oncom = 2 ptg sdg = 25g kacang hijau = ½ direbus = 25g kedelai = 2 ½ sdm = 25g kacang merah = 2 ½ sdm = 20g kacang tanah = 2 sdm Pengganti Sayuran Sayuran dapat digolongkan menjadi dua. Golongan pertama merupakan sayuran yang mengandung banyak kalori, protein dan karbohidrat. Dalam 100g sayuran golongan I mengandung 50g kalori, yang terdiri dari protein 3g dan karbohidrat 10g. Sayuran yang termasuk golongan I adalah sebagai berikut : Bayam Buncis Daun melinjo Daun pepaya Labu siam Daun ubi jalar Daun singkong Jantung pisang Kacang panjang Nangka muda Wortel Pare Sayuran golongan kedua mengandung sedikit kalori, protein dan karbohidrat. Sayuran ini dapat digunakan agak bebas tanpa diperhitungkan beratnya, asal dalam jumlah yang wajar. Contoh sayuran golongan II ini sebgai berikut : Daun koro Kembang kol Taoge Mentimun 5. Rebung Jamur segar Kol/kubis Selada Gambas Lobak Cabai hijau besar Kecipir Daun kacang panjang Terung Seledri Pepaya muda Daun labu siam Kangkung Tomat Sawi Pengganti susu Susu sebanyak 200g mengandung 110 kalori yang terdiri dari protein 7g, lemak 7g dan karbohidrat 7g. Daftar dibawah ini menunjukan jumlah bahan makanan yang tepat digunakan untuk pengganti 200g susu. 200g susu sapi - 100g susu kental tak bergula = 1 gls - 25 tepung susu penuh = 4 sdm - 20g tepung susu krim = 4 sdm - 20g tepung susu saridele = 4 sdm (Pranadji, 2002) Arti singkatan : bh = buah gls = gelas sdg = sedang ptg = potong bsr = besar sdm = sendok makan 2.7 Kerangka Teori Dan Konsep Penelitian Diabetes Melitus - Klasifikasii Diabetes Melitus - Gejala Diabetes Melitus Pengetahuan - Faktor Resiko - Penatalaksanaan - Komplikasi - Pencegahan Kepatuhan pasien Diabetes Melitus terhadap pelaksanaan diet Gambar 2.1. Kerangka Teori Pengetahuan : - Klasifikasii Diabetes Melitus Kepatuhan pasien Diabetes Melitus terhadap pelaksanaan diet - Gejala Diabetes Melitus 3J: - Faktor Resiko Jenis diet - Penatalaksanaan Jumlah diet - Pencegahan Jadwal diet Gambar 2.2. Kerangka Konsep Yang menjadi variabel dalam penelitian adalah : 1. Variabel Independent (variabel bebas) 2. Variabel Dependent (variabel terikat)