BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum yang berasal dari bahasa Latin. Data menggambarkan dunia nyata yang mewakili entitas seperti manusia, event, konsep, dan keadaan. Untuk mendefinisikan sesuatu, dibutuhkan data yang mendukung definisi tersebut. Data dikumpulkan dan disimpan dari fakta atau pernyataan yang dapat berbentuk angka, kata atau kalimat, gambar, audio, atau video. Data masih berupa pernyataan yang belum mempunyai makna dalam artian belum mempunyai arti yang mempengaruhi pengguna dalam sistem dan kemudian akan diukur dan diolah untuk menjadi informasi yang berguna dan dimengerti oleh pengguna dari data tersebut. Dalam sistem informasi maka data juga menjadi peran yang penting untuk mendefinisikan sistem informasi. Dalam sistem informasi, data akan di-capture, disimpan, dan kemudian akan diolah untuk menjadi informasi yang berguna bagi sistem. Contohnya adalah pada sistem recruitment, salah satu data penting untuk disimpan dan diolah adalah data kandidat. Data kandidat akan disimpan untuk diproses ke tahap interview, training, dan selanjutnya. Menurut O’Brien & Marakas (2010, p. 34), data merupakan fakta – fakta yang belum diolah, atau hasil dari observasi, yang berhubungan 7 8 dengan fenomena fisik atau transaksi – transaksi bisnis. teknologi informasi seperti multimedia sebagai alat penyampaian materi. Menurut Whitten & Bentley (2007, p. 21), data merupakan kumpulan fakta mentah tentang orang, tempat, kejadian, dan sesuatu penting pada organisasi. Tiap fakta masih belum memiliki arti. Menurut Rainer & Cegielski (2011, p. 10), data adalah deskripsi dasar dari suatu entitas, event, aktifitas, dan transaksi yang disimpan dan dikelompokkan namun belum memiliki suatu arti yang spesifik. Data dapat berupa angka, huruf, citra, suara ataupun gambar. Menurut Cooper (2014), data adalah sesuatu yang kasar, yang hanya ada, dan tidak memiliki pengaruh lain selain keberadaannya. Data memiliki banyak bentuk. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan, data adalah kumpulan fakta – fakta yang masih abstrak dan belum memiliki arti yang berguna bagi pengguna dari berbagai sumber dan kemudian fakta tersebut akan disimpan dan diolah untuk menjadi sesuatu yang berguna bagi sistem informasi. 2.2 Informasi Informasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi sebuah sistem informasi. Informasi bersifat individu berdasarkan sejauh mana nilai dari data bermakna bagi penggunanya. Akurasi dari informasi yang dimiliki menentukan pencapaian tujuan dari sistem. Data yang belum memiliki arti atau masih abstrak akan diolah dan kemudian akan 9 menghasilkan data yang terpilih menjadi suatu informasi. Informasi tersebut akan digunakan oleh pengguna dalam sistem untuk menjadi suatu knowledge yang membantu menghasilkan suatu keputusan yang tepat. Menurut Rainer & Cegielski (2011, p. 10), informasi adalah data yang telah diolah sehingga data tersebut memiliki arti dan nilai terhadap penggunanya. Menurut O’Brien & Marakas (2010, p. 34), informasi adalah data yang telah diubah menjadi sesuatu yang bermakna dan berguna bagi enduser tertentu. Menurut Whitten & Bentley (2007, p. 21), informasi adalah data yang telah diproses atau diolah menjadi sesuatu bentuk yang lebih bermakna. Informasi dibentuk dari kombinasi beberapa data yang memiliki makna bagi pengguna. Menurut Cooper (2014), informasi adalah data yang sudah diproses sehingga memiliki kegunaan, dapat menjawab pertanyaan siapa, apa, dimana, dan kapan. Informasi adalah data yang diberikan arti dengan cara menghubungkan dengan data lain. Simpulan dari definisi informasi adalah hasil pengolahan data yang belum memiliki arti bagi pengguna sistem menjadi suatu bentuk yang memiliki arti/makna yang berguna. Pengelola informasi dapat menyediakan informasi dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dan sumber informasi dapat berasal dari internal maupun eksternal. 10 2.3 Knowledge Data dan informasi pada suatu organisasi/perusahaan yang telah disimpan akan digunakan untuk diolah dan menghasilkan knowledge yang berguna bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Keputusan tersebut akan dilanjutkan menjadi suatu aksi dengan tujuan akan menguntungkan organisasi/perusahaan tersebut. Menurut Whitten & Bentley (2007, p. 21), knowledge adalah data dan informasi yang lebih disaring berdasarkan fakta, kebenaran, kepercayaan, keputusan, pengalaman, dan keahlian dari pengguna. Menurut Vercellis (2009, p. 7), knowledge adalah hasil pengeloalan informasi pada saat digunakan untuk membuat suatu keputusan dan dikembangkan menjadi suatu aksi yang berdasarkan dengan keputusan tersebut. Menurut Rainer & Cegielski (2011, p. 10), knowledge adalah sesuatu yang terdiri dari data dan/atau informasi yang telah diolah dan diproses untuk menyampaikan suatu pemahaman, pengalaman, akumulasi pelajaran, dan keahlian yang berlaku untuk masalah bisnis pada saat itu. Menurut Cooper (2014), knowledge adalah pengaplikasian dari data dan informasi, digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaiamana. Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan, knowledge adalah hasil dari data dan/atau informasi yang telah diolah dan digunakan oleh pihak manajemen untuk membuat suatu keputusan yang menguntungkan bagi organisasi/perusahaan 11 2.4 Sistem Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) yang mempunyai arti kumpulan komponen yang saling berhubungan dan memiliki tujuan yang sama. Untuk menentukan lingkup dari suatu sistem perlu ditentukan batasannya terlebih dahulu. Sebagai contoh suatu organisasi hanya mempunyai kemampuan untuk membeli bahan baku, memproduksi barang, dan menjual barang. Maka batasan sistem dari organisasi tersebut hanya terbatas pada subsistem pembelian, produksi dan penjualan saja. Kemudian ditentukan komponen – komponen terkait dengan masing – masing subsistem. Setelah mendapatkan komponen – komponennya maka perlu untuk menghasilkan penghubung untuk ketiga subsistem tersebut sehingga menjadi satu kesatuan sistem pada organisasi tersebut. Menurut Whitten & Bentley (2007, p. 6), sistem adalah kumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam mencapai hasil yang diinginkan. Menurut O’Brien & Marakas (2010, p. 26), sistem adalah suatu kelompok atau kumpulan dari komponen – komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama dengan menerima suatu input dan menghasilkan suatu hasil (output) dalam proses transformasi yang terorganisir. Sistem dibagi menjadi 3 fungsi utama yaitu: 1. Input melibatkan penangkapan dan pengumpulan data yang masuk ke dalam sistem untuk diproses. 12 2. Processing melibatkan transformasi yang mengkonversi input menjadi output. 3. Output melibatkan pengiriman informasi yang telah dihasilkan dari transformasi ke tujuan utama. Berdasarkan kutipan di atas simpulan dari sistem adalah satu kesatuan dari beberapa benda/komponen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang sama. Contohnya adalah dalam sistem informasi terdapat software, hardware, dan brainware sebagai komponennya yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang sama. 2.5 Teknologi Informasi Menurut William dan Sawyer (2010 : 4) “Information technology is a general term that describes any technology that helps to produce, menupulate, store, communicate, and/or disseminate information”. Definisi tersebut dapat diartikan teknologi informasi adalah istilah umum untuk mendeskripsikan teknologi apapun yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan, dan/atau menyebarkan informasi. Hamidah, Arifin dan Suhatman (2009 : 1) teknologi informasi adalah teknologi yang berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyebaran informasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi (IT) merupakan sebuah kombinasi teknologi komputer dengan teknologi komunikasi yang 13 berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyebaran informasi. 2.6 Sistem Informasi Menurut O'Brien & Marakas (2011, p4), sistem informasi (IS) merupakan kombinasi yang terorganisir dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan kebijakan dan prosedur mendiseminasi yang menyimpan, informasi dalam mengambil, sebuah mengubah, organisasi. dan Orang-orang bergantung pada sistem informasi modern untuk berkomunikasi dengan satu sama lain menggunakan berbagai perangkat fisik (hardware), petunjuk prosedur pengolahan informasi (perangkat lunak), jaringan komunikasi, dan data yang disimpan (data sumber daya). Menurut O’Brien & Marakas (2011, p6), ada tiga peran utama dari aplikasi bisnis yang sistem informasi dapat lakukan dari sebuah business enterprise : Mendukung proses bisnis dan operasi (support of business processes and operations). Mendukung pengambilan keputusan oleh karyawan dan manajer (support of decision making by employees and managers). Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif (support of strategies for competitive advantage). 14 Gambar 2.1 – Tiga Peran Utama dari Aplikasi Bisnis Sistem Informasi (Sumber: O’Brien & Marakas, 2011, p6) Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan kombinasi dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan kebijakan dan prosedur yang menyimpan, mengambil, mengubah, dan mendiseminasi informasi dalam sebuah organisasi yang berperan untuk mendukung proses bisnis dan operasi, mendukung pengambilan keputusan oleh karyawan dan manajer, dan mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif. Terdapat beberapa peran dari sistem informasi yang menjelaskan alasan penggunaan aplikasi bisnis dalam teknologi informasi. Berdasarkan gambar 2.1, ditemukan 3 peran penting sistem informasi dari aplikasi bisnis, yaitu mendukung strategi untuk keuntungan dalam bersaing, mendukung pembuat keputusan bisnis, dan mendukung proses dan operasional bisnis. 15 Tingkat dari peranan business application juga menentukan tingkat pengguna. Tingkat pengguna eksekutif akan menggunakan aplikasi bisnis untuk mendukung pembuatan strategi yang meningkatkan keuntungan dalam bersaing dengan perusahaan lainnya. Tingkat pengguna manajemen menggunakan aplikasi bisnis untuk mendukung pengambilan keputusan yang meningkatkan keuntungan dalam bisnisnya serta mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan. Sedangkan pada tingkat terendah adalah tingkat operator yang menjalan kegiatan operasional sesuai dengan proses bisnisnya, aplikasi bisnis membantu pengguna tingkat operator dalam penyimpanan data, sekuritas, dan pembuatan laporan. 2.7 Area Pengetahuan Sistem Informasi Gambar 2.2 Area Pengetahuan Sistem Informasi Sumber : O’Brien & Marakas (2010, p. 7) Dalam sistem informasi terdapat beberapa area pengetahuan yang perlu diketahui oleh para pelaku bisnis yang profesional. Seperti pada gambar 2.2, area tersebut dibagi menjadi 5 bagian, yaitu: 16 1. Foundation Concepts. Area ini membicarakan tingkah laku dasar, teknikal, bisnis, dan konsep manajerial tentang komponen dan peran dari sistem informasi 2. Information Technologies. Area ini membicarakan konsep utama, dan permasalahan tentang teknik informasi yang mencakup hardware, software, jaringan, manajemen data, dan berbagai macam teknologi berbasis internet. 3. Business Applications. Area ini membicarakan kegunaan utama dari sistem informasi untuk kegiatan operasional, manajerial, dan keuntungan kompetitif dari sebuah bisnis. 4. Development Processes. Area ini membicarakan bagaimana business professionals dan information specialists merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasi sistem informasi agar sesuai dengan bisnis tertentu. 5. Management Challenges. Area ini membicarakan tantangan pada saat mengatur teknologi informasi secara efisien dan etikal untuk pengguna akhir dari bisnis. 2.8 Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), Evaluasi adalah suatu proses penilaian yang sistematis, mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, pengenalan masalah dan pemberian solusi atas permasalahan yang ditemui 17 Menurut Umar (2005) evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapanharapan yang ingin diperoleh. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses mengumpulkan dan menyediakan informasi sebagai proses yang sistematis untuk mencari kesesuaian keaadaan sekarang dengan harapan. 2.9 Evaluasi Sistem Informasi Dalam prakteknya, pengukuran kesuksesan diperlukan untuk mengevaluasi praktek sistem informasi, kebijakan dan prosedur. Walaupun keinginan untuk mendapatkan satu ukuran keberhasilan sistem informasi atau efektifitasnya terus diteliti, namun hal ini tidak mungkin dapat ditemukan. Sebaliknya, penelitian telah memberikan taksonomi dari varabel keberhasilan, yang dapat diterapkan di berbagai situasi (DeLone & McLean 1992; Grover et al. 1996). Secara umum, keberhasilan sebuah informasi sistem dapat dievaluasi melalui : a. Kualitas informasi yang disediakan untuk pengguna (Kepuasan Pengguna) 18 b. Dampak dari sistem informasi bagi pemikiran, keputusan dan aksi pengguna (Dampak Bagi Pengguna) c. Dampak dari sistem informasi terhadap cost dan benefit pada level organisasi (Dampak Bagi Organisasi) Kepuasan Pengguna Karena sulitnya menilai dampak dari sistem informasi baik pada individu atau organisasi, maka pengukuran berdasarkan persepsi pengguna menjadi menonjol dalam literatur mengenai sistem informasi (Galetta & Lederer 1989). User Information Satisfactory (UIS) merupakan pengukuran kesuksesan sistem informasi yang paling banyak digunakan. Beberapa peneliti menganggap UIS sangat berhubungan dengan penggunaan sistem yang lebih tinggi, yang pada akhirnya berhubungan dengan performa individu dan organisasi (DeLone & McLean 1994; Grover et al. 1996). 2.10 Delone & McLean IS Success Model Menurut Lavazza, Frumento, & Mazza, (2015) kesuksesan sistem informasi dibagi dalam beberapa level : • Kesuksesan level teknikal didefinisikan dengan akurasi dan efisiensi sistem. • Kesuksesan level semantik adalah dapat menyampaikan informasi sesuai dengan maksudnya. • Kesuksesan level efektivitas adalah dampak informasi untuk penerima informasi. 19 • Kesuksesan level fungsional fokus pada usaha memghasilkan functional scorecard untuk mengukur kinerja sistem informasi, berdasarkan tiga dimensi output, yaitu kinerja sistem, efektivitas informasi, dan kinerja servis. The DeLone and McLean (D&M) Information Systems Success Model adalah framework dan model untuk mengukur variabel complex-independent pada penelitian sistem informasi. DeLone dan McLean, menekankan pada kebutuhan untuk memvalidasi instrumen efektifitas sistem informasi, yaitu menyediakan standarisasi untuk proses mekanisme evaluasi perbandingan pada departemen, sistem, user, dan organisasi (Ozkan, 2006). D&M model adalah pengukuran kesuksesan IS. framework Ada 6 yang dimensi digunakan untuk untuk mengukur kesuksesan model IS, yaitu (Petter, DeLone, &McLean, 2008).: • Kualitas sebuah sistem : karakteristik yang diinginkan dari sistem informasi, Contohnya : mudah digunakan, fleksibel, system reliability, mudah dipelajari, dan fitur sistem yang intuitif, sophistication, flexibility, functionality, data, portability, integration, importance, kualitas dan response times. • Kualitas informasi : karakteristik yang diinginkan dari output sistem, yaitu management reports dan halaman Web. Contohnya : relevan, mudah dimengerti, akurat, keamanan, currency, timeliness, dan usability. ringkas, lengkap, 20 • Kualitas servis : kualitas dalam mendukung sistem yang diterima user dari anggota departemen IS dan IT support. Contohnya : responsiveness, accuracy, reliability, technical competence, dan empati dari anggota staf. • Penggunaan sistem : tingkat/kadar dan sikap pada staf dan customer dalam menggunakan kapabilitas sistem informasi. Contohnya : waktu penggunaan, jumlah penggunaan, frekuensi penggunaan, nature of use, kalayakan penggunaan, perluasan penggunaan, dan tujuan penggunaan. • Kepuasan pengguna : level kepuasan user terhadap report, web sites, dan servis pendukung. Contohnya : tingkah laku pengguna. • Manfaat bersih : perluasan pada IS dalam berkontribusi untuk kesuksesan individu, grup, organisasi, industri, dan nations. Contohnya meningkatkan : meningkatkan produktivitas, pengambilan keputusan, meningkatkan penjualan, mengurangi biaya, meningkatkan keuntungan, efesiensi pasar, kesejahteraan pemakai, dan membangun ekonomi. 21 Gambar 2.3 DeLone and McLean IS success model (Sumber : Devos, Landeghem, & Deschoolmeester, 2012) 2.11 Pengukuran Terhadap Dimensi D&M Model Untuk mengukur dimensi kesuksesan model informasi, berikut adalah parameter-parameter yang dapat diukur (Urbach & Mueller, 2011): • System Quality Merupakan karakteristik yang diinginkan dari sebuah sistem informasi. Hal hal yang diukur adalah penggunaan sistem tersebut. Misalnya, akses, kemudahan, kustomisasi, efisensi, fleksibilitas, intregritas, navigasi, waktu response, dan fitur sistem. • Information Quality Merupakan kunci dari kepuasan pemakaian. Dimensi ini mengukur karateristik dari output sebuah sistem informasi. 22 akurasi, timeliness, kelengkapan, relevansi, format, presisi, kegunaan dan konsistensi. • Service Quality Merupakan dimensi yang merepresentasikan kualitas dukungan yang user terima dari departemen IS dan IT Support. Misalnya pelatihan, help desk, empati, fleksibiltas, tangible, dan responsivitas. • Intention to Use/Use Merupakan dimensi yang mengukur bagaiamana sebuah IS digunakan oleh user. hal hal yang diukur adalah : penggunaan sehari-hari, frekwuensi penggunaan, dan jumlah transaksi • User Satisfaction Merupakan dimensi yang mengukur tingkat kepuasan user saat menggunakan IS. Dimensi ini merupakan salah satu dimensi yang paling penting sebab hampir mencakup penilaian sistem secara keseluruhan. Hal hal yang diukur adalah : Penerimaan, efektifitas, efisiensi, kepuasan terhadap hasil informasi, kepuasan terhadap sistem, dan kepuasan secara menyeluruh. • Net Benefit Merupakan dimensi yang mengukur seberapa sukses IS terhadap kepentingan para stakeholder. Hal hal yang diukur adalah : Decision Effectiveness, peningkatan individu, pembelajaran, inovasi, menjalankan sebuah pekerjaan. dan produktifitas secara kemudahan dalam 23 2.12 Gap Analysis Menurut (Adi, 2015) Gap analysis digunakan untuk menentukan langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk berpindah dari kondisi saat ini ke kondisi yang diinginkan atau keadaan masa depan yang diinginkan. Banyak orang menyebutnya menjadi analisa kebutuhan dan gap, penilaian kebutuhan atau analisis kebutuhan saja. Gap analysis dapat juga diartikan sebagai perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang diharapkan. Sebagai metoda, gap analysis digunakan sebagai alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya. Analisis ini juga mengidentifikasi tindakan-tindakan apa saja yang diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan pada masa datang. Lebih dari itu analisis ini juga memperkirakan waktu, biaya, dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan perusahaan yang diharapkan. Gap analysis terdiri dari tiga komponen faktor utama yaitu: 1). daftar karakteristik (seperti atribut, kompetensi, tingkat kinerja) dari situasi sekarang (apa yang saat ini), 2). daftar apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan masa depan (apa yang harus), dan 3). daftar kesenjangan apa yang ada dan perlu diisi. Analisis kesenjangan akan memicu organisasi atau perusahaan untuk merenung status dan kemampuan apa yang saat ini dimiliki oleh organisasi dan bertanya ingin berada dimana di masa depan. Jadi dengan lain kata gap analysis adalah studi yang dibuat untuk mengidentifikasi apakah sistem saat ini telah memenuhi kebutuhan. 24 Gap analysis mengidentifikasikan gap (kesenjangan) antara bagaimana operasi bisnis diperlukan untuk melawan apa yang dinginkan tetapi belum atau tidak bisa penuhi. Dengan sendirinya alternatif-alternatif akan dikembangkan pada saat gap fungsi ditemukan. Gap diubah sesuai dengan proses bisnis, laporan yang diinginkan atau penyesuaian perangkat yang digunakan. Sasaran awal dari analisa gap adalah: mengumpulkan requirement dari perusahaan, menentukan penyesuaian (customization) yang diperlukan, memastikan sistem yang baru memenuhi kebutuhan proses bisnis perusahaan, memastikan bahwa proses bisnis akan menjadi best practice, membutuhkan dan perubahan mengidentifikasikan kebijakan permasalahan perusahaan. Langkah yang untuk melakukan gap analysis adalah : 1. Ranking Requirements, yaitu memastikan proses bisnis dapat diakomodasikan selama implementasi sistem yang baru dan memastikan area-area yang penting bagi organisasi yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam meningkatkan proses bisnis. 2. Degree of Fit yaitu menentukan sejauh mana kebutuhan dapat diakomodir oleh sistem yang baru. 3. Gap Resolution yaitu menentukan alternative merekomendasikan solusi untuk mengatasi gap yang ada. dan 25 2.13 Review Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Godana Platisa dan Nedo Balaban yang berjudul "Methodological Approaches to Evaluation of Information System Functionality Performances and Importance of Successfulness Factors Analysis" (2009) membahas mengenai kesuksesan implementasi sistem informasi dari segi kualitas sistem, informasi, dan kepuasan pengguna. Namun, tidak dengan memperhitungkan dimensi lain dari sudut pandang manusia Delone dan McLean memperbaharui kerangka kerja mereka pada tahun 2003 dengan menambahkan dimensi Service Quality sebagai salah satu dimensi penting mereka (Peter, DeLone, & McLean, 2013), cara penggunaan sebagai ukuran alternatif, dan menggabungkan impact individual dan organisasi menjadi satu dimensi yaitu Net Benefit sehingga kerangka kerja mereka melingkupi manusia dan perlakunya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan implementasi sistem informasi (Delone & McLean, 2003). Seperti yang dikatakan oleh Ghobakhloo, Aranda, & Amado (2011), Sebuah sistem tidak dapat dikatakan sukses diterapkan apabila hanya semata-mata digunakan, namun agar sebuah sistem dapat dikatakan sukses, maka sistem tersebut harus dapat melakukan sebuah pekerjaan lebih cepat dibandingan dengan cara sebelumnya, namun dengan hasil yang berkualitas dan dapat diandalkan. Hal ini diperkuat oleh Urbach & Mueller (2011) bahwa menggunakan sebuah sistem informasi saja tidak dapat 26 menjadi sebuah faktor yang menggambarkan kesuksesan sebuah implementasi sistem informasi. Perusahaan perlu mengeluarkan investasi yang cukup besar untuk mengimplementasi sistem informasi, (Manchanda, 2013). Evaluasi sistem informasi adalah sebuah proses evaluasi performa perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, data, dan sumber daya manusia. Tujuan utama evaluasi sistem informasi adalah untuk meningkatkan kualitas sebuah sistem informasi beserta menaksir seberapa sukses sebuah implementasi sistem informasi dalam mencapai tujuan organisasi (Platiša & Balaban, 2009), serta mengevaluasi area-area mana saja yang perlu perbaikan agar implementasi sistem informasi dapat mencapai tingkat kesuksesan yang diinginkan (Goldkuhl & Lagsten, 2012). Evaluasi sistem informasi tidak dapat hanya mengevaluasi dari satu dimensi saja sebab sebuah sistem informasi tidak hanya memiliki satu dimensi, namun terdiri dari beberapa dimensi yang terkaitan (Delone & McLean, 2003). Kerangka kerja Delone dan McLean merupakan kerangka kerja yang mengidentifikasi enam dimensi sukses dari sebuah sistem informasi (Cecez-Kecmanovic, Kautz, & Abrahall, 2014) yang sudah banyak diterapkan untuk mengevaluasi sistem informasi (Halone et al., 2009). Namun kerangka kerja Delone dan McLean (versi 1992) hanya merujuk pada dimensi sistem informasi tanpa melihat aspek dari manusia (Platiša & Balaban, 2009). Pada 2003, Delone dan McLean memperbaharui kerangka kerja mereka dengan menambahkan dimensi Service Quality sebagai salah satu dimensi penting mereka (Peter, DeLone, & McLean, 27 2013), cara penggunaan sebagai ukuran alternatif, dan menggabungkan impact individual dan organisasi menjadi satu dimensi yaitu Net Benefit sehingga kerangka kerja mereka melingkupi manusia dan perlakunya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan implementasi sistem informasi (Delone & McLean, 2003).