BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang pasar Modal No. 8
tahun 1995 pasal 1 butir 14, adalah sebagai berikut:
Pasar modal ialah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang telah diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:1), menyatakan
pengertian pasar modal, yaitu:
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun
instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi
kegiatan berinvestasi.
Sedangkan Suad Husnan (2005:3) menyebutkan pengertian dari pasar
modal, yaitu:
Pasar modal secara formal sebagai pasar untuk berbagai
instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta.
14
15
Disisi lain, Tandaellin (2001:7) menyatakan tiga definisi pasar modal,
yaitu:
Pertama definisi dalam arti luas adalah : Sistem keuangan yang
terorganisir, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara
dibidang keuangan, serta surat berharga. Kedua, definisi dalam arti
menengah adalah: Semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga
yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka
waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi-obligasi,
pinjaman berjangka hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka.
Ketiga, definisi dalam arti sempit adalah : Tempat pasar terorganisir
yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan
memakai jasa dari makelar, komisioner dan para underwriter
(penjamin).
Dari seluruh pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan
akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengarahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.
Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan
perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen
keuangan seperti obligasi, saham dan lainnya. Dalam kegiatannya,
pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas kepada perusahaan yang
menawarkan saham/obligasi kepada masyarakat, dengan memberikan
kemudahan-kemudahan dan juga memberikan peraturan-peraturan agar
kepentingan masyarakat terjamin, sehingga setiap perusahaan yang akan go
public diteliti kelayakannya. Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
16
2.1.2 Peranan Pasar Modal
Rusdin (2008:2-3) menyatakan 5 (lima) peranan pasar modal di
Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien.
2. Pasar modal sebagai alternatif investasi.
3. Pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan
yang sehat dan berprospek baik.
4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transaparan.
5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional.
2.1.3 Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal pada dasarnya adalah instrumen keuangan
jangka panjang atau surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal.
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang
dimaksud dengan efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap right,
waran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang
ditetapkan sebagai efek.
Tjiptono
Darmadji
dan
Hendy
M.
Fakhruddin
(2006:4-5)
mengklasifikasikan jenis-jenis efek sebagai berikut:
1. Efek Penyertaan (equity securities), adalah efek yang memberikan hak
kepada pemegangnya untuk menjadi pemegang saham perusahaan yang
menerbitkan efek tersebut. Efek yang termasuk efek penyertaan adalah
saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).
17
2. Efek Utang (debt securities), adalah efek dimana penerbitnya (issuer)
mengeluarkan atau menjual surat utang, dengan kewajiban menebus
kembali pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan. Besarnya bunga dan periode
pembayaran bunga atau kupon yang dibayarkan oleh penerbit sesuai
dengan kesepakatan awal. Efek yang termasuk efek utang adalah obligasi
(bond) dan surat utang jangka menengah (medium term note).
3. Efek Derivatif merupakan efek turunan dari efek “utama”, baik yang
bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan
langsung dari efek “utama” maupun turunan selanjutnya atau turunan
kedua. Efek yang termasuk efek derivatif adalah waran, right, opsi,
futures, forward, swap, dan lain-lain.
4. Efek lain-lain, adalah efek yang tidak termasuk dalam efek penyertaan
utang, maupun derivatif. Termasuk dalam kelompok ini antara lain, Reksa
Dana, Sertifikat Penitipan Efek (SPEI), dan lain-lain.
2.2 Efisiensi Pasar Modal
2.2.1 Konsep Efisiensi Pasar
Menurut Suad Husnan (2005:264) secara formal pasar modal yang
efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah
mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru
tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut.
18
Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga
keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang
tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien
(Jogiyanto, 2003:369).
Pasar modal dikatakan efisiensi bila informasi dapat diperoleh
dengan mudah dan murah oleh para pemodal, sehingga semua informasi
yang relevan dan terpercaya telah tercermin dalam harga-harga saham.
Dari pendapat-pendapat pakar keuangan, dapat diketahui bahwa
yang dimaksud dengan pasar modal yang efisien adalah berikut ini :
1. Pasar menyediakan informasi yang akurat, lengkap, relevan, dan jujur.
2. Investor tidak dimungkinkan mendapat abnormal return.
3. Harga sekuritas tidak dapat diprediksi.
Pada umumnya situasi pasar modal efisien menunjukkan hubungan
antara harga pasar dan bentuk pasar. Pengertian harga pasar dalam hal ini
adalah harga saham yang ditentukan dan dibentuk oleh mekanisme pasar
modal. Sedang bentuk mekanisme pasar modal tidak mudah untuk
didefinisikan, mengingat hal itu meliputi sejumlah aktivitas (kejadian) yang
berpengaruh pada beberapa keadaan. Adanya berbagai situasi maupun
kondisi yang berbeda diantara negara yang satu dengan yang lainnya,
menyebabkan efisiensi pasar pada suatu negara akan berbeda dengan negara
yang lain.
19
2.2.2 Bentuk Efisiensi Pasar
2.2.2.1 Bentuk Efisiensi Pasar Secara Informasi
Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah
hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Menurut Jogiyanto
(2003:375) ada tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar
berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa
lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi
privat, sebagai berikut :
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika hargaharga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi
masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah
terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan
teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa
data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar
efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat
digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa
untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat
menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan
yang tidak normal.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga
sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang dipublikasikan (all publicly available information)
20
termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan
perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa:
1) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi
harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan
informasi tersebut.
2) Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi hargaharga sekuritas sejumlah perusahaan.
3) Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi hargaharga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar
saham. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka
tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat
menggunakan
informasi
yang
dipublikasikan
untuk
mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu
yang lama.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga
sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar
efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau
grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak
normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
21
2.2.2.2 Bentuk Efisiensi Pasar Secara Keputusan
Efisiensi pasar perlu juga dilihat berdasarkan kemampuan
pelaku pasar dalam mengolah informasi untuk pengambilan keputusan.
Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk
setengah kuat yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan.
Perbedaannya
adalah
jika
efisiensi
pasar
secara
informasi
(informationally efficient market) hanya mempertimbangkan sebuah
faktor saja, yaitu ketersediaan informasi, maka efisiensi pasar secara
keputusan (decisionally efficient market) mempertimbangkan dua buah
faktor, yaitu ketersediaan informasi dan kemampuan pelaku pasar.
Karena melibatkan lebih banyak faktor dalam menentukan pasar yang
efisien. Suatu pasar yang efisien secara keputusan merupakan efisiensi
pasar bentuk setengah kuat yang lebih tinggi dibandingkan efisiensi
pasar bentuk setengah kuat secara informasi. Dengan demikian efisiensi
pasar secara keputusan dapat ditambahkan di pembagian efisiensi pasar.
Pasar yang efisien secara informasi belum tentu efisien secara
keputusan. Sebagai contoh misalnya adalah pengumuman pembayaran
dividen yang naik dari nilai dividen periode sebelumnya dan informasi
ini tersedia untuk semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan.
Umumnya perusahaan emiten menggunakan pembayaran dividen
sebagai sinyal kepada pelaku pasar. Dengan meningkatkan nilai dividen
yang dibayar, perusahaan emiten mencoba memberi sinyal bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa depan, sehingga
22
mampu meningkatkan pembayaran dividen. Pelaku pasar yang kurang
mampu menganalisis informasi akan menerima informasi peningkatan
dividen ini begitu saja sebagai sinyal yang baik tanpa menganalisisnya
lebih lanjut dan harga sekuritas akan mencerminkan informasi kabar
baik ini secara penuh. Secara definisi, ini berarti pasar sudah efisien
bentuk setengah kuat secara informasi.
Sebaliknya, pelaku pasar yang mampu menganalisis informasi
ini lebih lanjut untuk menentukan apakah benar ini merupakan sinyal
yang valid dan dapat dipercaya. Jika ternyata sinyal ini merupakan
sinyal yang tidak valid (ternyata perusahaan tidak mempunyai prospek
yang baik) dan karena investor tidak mampu menganalisis informasi
yang didapat, reaksi mereka yang positif terhadap informasi
pembayaran dividen yang meningkat tersebut merupakan reaksi yang
tidak benar, sehingga dapat dikatakan pasar belum efisien secara
keputusan, karena mereka mengambil keputusan yang salah. Dengan
demikian untuk mengetahui apakah pasar sudah efisien secara
keputusan tidaklah cukup hanya melihat efisien secara informasi, tetapi
juga harus mengetahui apakah keputusan yang dilakukan oleh pelaku
pasar sudah benar dan mereka tidak dibodohi oleh pasar.
Untuk mengarah ke pasar yang efisien secara keputusan, maka
pendidikan merupakan hal yang mutlak untuk membuat pelaku pasar
mampu menganalisis keadaan pasar (sophisticated).
23
2.3 Tinjauan Umum Saham
2.3.1 Definisi Saham
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling
banyak diminati oleh investor, karena mampu memberikan tingkat
pengembalian yang menarik. Saham (stock atau share) dapat didefinisikan
sebagai tanda penyertaan atau pemilikan perseorangan atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh
seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. (Tjiptono
Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, 2006:6).
Sedangkan Rusdin (2008:68), mengemukakan saham adalah sertifikat
yang menunjukkan bukti kepemilikkan suatu perusahaan, dan pemegang
saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Apa yang
dikemukakan Rusdin senada dengan yang diungkapkan Robert Ang (1997:2),
“Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikkan
individu maupun institusi dalam suatu perusahaan berbentuk Perseroan
Terbatas”.
24
2.3.2 Jenis-Jenis Saham
Saham dibedakan menjadi beberapa jenis. Tjiptono Darmadji dan
Hendy M. Fakhruddin (2006:7-9) mengemukakan jenis-jenis saham ditinjau
dari beberapa sudut, yaitu:
Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham
terbagi atas:
1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya
pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
2. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan
pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak
mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen
serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu: (i) mewakili kepemilikan
ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas
lembaran saham tersebut; (ii) membayar dividen. Oleh karena saham
preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada
investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat
berharga dengan pendapatan tetap.
Ditinjau dari cara peralihannya, saham dapat dibedakan atas:
1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke
investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka
25
dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam
RUPS.
2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama
pemilik yang tertulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui
prosedur tertentu.
Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas:
1. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu
perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) ke
industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam
membayar dividen.
2. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang
memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen
yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya
mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur
membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak
mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio).
3. Saham pertumbuhan (growth stock-well-known), yaitu saham-saham dari
emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai
pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu,
terdapat juga growth stock lesser-known, yaitu saham dari emiten yang
tidak berperan sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth
stock. Umumnya, saham ini berasal dari daerah dan kurang popular di
kalangan emiten.
26
4. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang
tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun,
akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa
mendatang, meskipun belum pasti.
5. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh
kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat
resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu
memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten
dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
2.3.3 Jenis Nilai Saham
Rusdin (2008:68) mengemukakan nilai saham terbagi atas 3 (tiga)
jenis, yaitu:
1. Nilai Nominal (Nilai Pari), merupakan nilai yang tercantum dalam
sertifikat saham yang bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan
harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada
suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal.
2. Nilai Dasar, pada prinsipnya harga dasar saham ditentukan dari harga
perdana saat saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah
sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan
dengan saham, antara lain: Right Issue, Stock Split, Waran, dan lain-lain.
3. Nilai Pasar, merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut
adalah harga penutupannya.
27
2.3.4 Analisis Saham
2.3.4.1 Analisis Fundamental
Analisis
fundamental
adalah
suatu
metode
peramalan
pergerakan instrumen finansial diwaktu mendatang berdasarkan pada
perekonomian, politik, lingkungan dan faktor-faktor relevan lainnya
serta statistik yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran
instumen finansial tersebut (Suad Husnan, 2001:315).
Rusdin (2008:139) mengemukakan bahwa “analisis fundamental
yang fokus pada berita keuangan, ekonomi serta perkembangan politik
suatu negara dalam mengukur kekuatan permintaan dan penawaran”.
Analisis fundamental mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor
yang menentukan nilai instrinsik suatu instrumen finansial. Apabila
penawarannya meningkat tetapi permintaannya tetap, maka harga pasar
akan meningkat, begitu sebaliknya. Analisis fundamental menggunakan
data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan
(misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya)
(Jogiyanto, 2003:88 ).
Dari beberapa pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis fundamental merupakan
analisis yang berdasarkan pada data riil untuk mengevaluasi atau
memproyeksi nilai suatu saham. Menurut Suad Husnan (2005:309),
untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan
analisis.
28
(1) Tahapan Pertama, Analisis kondisi makro ekonomi atau kondisi
pasar.
Dalam melakukan analisis fundamental, penilaian terhadap
kondisi ekonomi dan keadaan berbagai variabel utama seperti laba
yang diperoleh oleh perusahaan-perusahaan dan tingkat bunga.
Variabel-variabel
tersebut
sangat
mempengaruhi
keputusan-
keputusan investasi yang akan diambil oleh para pemodal. Apabila
resesi diperkirakan akan terjadi, atau perekonomian sedang menuju
ke situasi resesi, harga saham-saham akan sangat terpengaruh oleh
situasi
tersebut.
Disamping
pengaruhnya
terhadap
kondisi
perusahaan, kondisi perekonomian juga mempengaruhi kondisi
industri. Karena informasi yang dapat menggambarkan pertumbuhan
ekonomi suatu negara itu berpengaruh terhadap pertumbuhan
perusahaan (emiten) publik. Perubahan dan peningkatan berbagai
indikator perekonomian secara langsung dan tidak langsung akan
mempengaruhi kinerja pasar saham secara keseluruhan. Sehingga
para investor harus mempertajam analisisnya terkait dengan
variabel-variabel makro ekonomi yang akan mempengaruhi kondisi
laba suatu perusahaan yang berimbas pada pembagian prosentase
pembagian keuntungan melalui dividen atau capital gain. Menurut
Robert Ang (1997:19.11), ada delapan variabel ekonomi dan
pengaruhnya terhadap pasar modal, yaitu sebagai berikut:
29
1. Pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP), variabel ini
memberikan pengaruh yang positif terhadap pasar ekuitas,
disamping memberikan optimisme yang tinggi dan juga
memacu sentimen positif pasar.
2. Pertumbuhan produksi industri, variabel ini memberikan
pengaruh positif terhadap pasar ekuitas, karena kenaikan indeks
produksi industri yang terus-menerus menunjukkan suatu tanda
kekuatan.
3. Inflasi,
inflasi
yang
tinggi
menyebabkan
menurunnya
keuntungan suatu perusahaan, sehingga menyebabkan efek
ekuitas menjadi kurang kompetitif.
4. Keuntungan perusahaan, keuntungan perusahaan yang semakin
meningkat memberikan tanda bahwa kekuatan operasional dan
keuangan perusahaan semakin membaik, sehingga memberikan
pengaruh positif terhadap pasar ekuitas.
5. Pengangguran, meningkatnya tingkat pengangguran berarti
bisnis mulai melemah, yang berarti memberikan pengaruh
negatif terhadap pasar ekuitas.
6. Rupiah melemah, melemahnya rupiah memberikan pengaruh
negatif terhadap pasar ekuitas, karena menyebabkan pasar
ekuitas menjadi tidak mempunyai daya tarik.
7. Tingkat Bunga, jika suku bunga naik, maka akan memberikan
pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas.
30
8. Uang beredar, pertumbuhan yang wajar memberikan pengaruh
positif terhadap ekonomi dan pasar ekuitas secara jangka
pendek. Pertumbuhan yang pendek akan memicu inflasi yang
tentunya memberikan pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas.
(2) Tahapan Kedua, Analisis Industri
Analisis industri sangat berkaitan erat dengan kinerja atau
perkembangan industri/sektor tersebut. Industri dapat ditelaah
dengan menggunakan data yang menyangkut tingkat penjualan, laba,
dividen, struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, regulasi,
inovasi dan sebagainya (Suad Husnan, 2005:321). Hal ini selaras
dengan yang diungkapkan oleh Munawir (2002:275), bahwa:
Analisis industri adalah analisis untuk menentukan
industri-industri apa yang diharapkan akan memberikan return
yang paling baik. Dalam menganalisis industri, pertama-tama
yang harus diperhatikan adalah perkembangannya, pengaruh
akibat kondisi ekonomi, dan kepekaan terhadap kondisi pasar.
Kemudian dilanjutkan dengan penelaahan data yang berkaitan
dengan penjualan, laba, dividen, struktur modal, jenis produk
yang dihasilkan, serta regulasi dan inovasi lain-lain. Langkah
berikutnya adalah mengidentifikasi tahap kehidupan produknya
pada saat dianalisis (tahap perkenalan, tahap pertumbuhan,
kedewasaan, atau penurunan) tahap kehidupan produk tersebut
kemudian dihubungkan dengan kemampuan operasi dan kondisi
perekonomian makro.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka analisis industri dapat
dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi tahap kehidupan produknya. Tahap ini
bermaksud untuk mengenali apakah industri tempat perusahaan
beroperasi merupakan industri yang masih akan berkembang
31
cepat, sudah stabil, ataukah sudah menurun. Suad Husnan
(2005:322-323) berpendapat bahwa siklus kehidupan industri
terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Pertumbuhan. Tahap pertumbuhan ditandai dengan
pertumbuhan penjualan yang relatif masih tinggi, meskipun
risiko sudah tidak setinggi pada tahap perkenalan. Karena
tingginya pertumbuhan penjualan, laba yang diperoleh
mungkin tidak cukup untuk membiayai ekspansi yang
diperlukan. Dengan demikian mungkin sekali perusahaan
dalam tahap ini akan mempunyai dividend payout ratio yang
rendah,
dan
memerlukan
pendanaan
eksternal
untuk
membiayai ekspansinya.
2. Tahap Kedewasaan. Pada tahap ini pertumbuhan penjualan
masih terjadi, tetapi sudah dalam tingkatan yang lebih rendah
daripada tahap pertumbuhan. Karena internal financing
cukup untuk mendukung penjualan, dan karenanya proporsi
laba yang dibagikan sebagai dividen (dividen payout ratio)
lebih besar daripada tahap pertumbuhan.
3. Tahap Penurunan. Pada tahap ini permintaan akan produk
tersebut sudah mengalami penurunan, sehingga pertumbuhan
penjualan menjadi negatif.
2) Menganalisa
perekonomian.
industri
dalam
kaitannya
dengan
kondisi
32
3) Analisa kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan
untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang
akan datang.
(3) Analisis Perusahaan
Salah satu aspek penting dalam melakukan evaluasi harga
saham adalah tingkat kemampuan investor dalam melakukan analisis
kinerja perusahaan baik secara keuangan maupun non keuangan,
serta kinerja bisnis perusahan secara keseluruhan. Dan salah satu alat
analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan
adalah penilaian melalui laporan keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sapto Rahardjo
(2006:145), mengemukakan aspek-aspek penting dalam melakukan
analisis perusahaan,yaitu:
1. Analisis laporan keuangan.
2. Prospek bisnis perusahaan (faktor diversifikasi).
3. Aspek potensi pemasaran dan pangsa pasar produk
perusahaan.
4. Proyeksi keuangan perusahaan.
Sedangkan Stoner et al. Dalam penelitian Njo Anastasia yang
dikutip Ai Annisaa Utami (2008:34), menyatakan bahwa “Analisis
fundamental berkaitan denagn penilaian kinerja perusahaan, tentang
efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya”.
33
A. Zubaidi Indra dalam Ai Annisaa Utami (2008)
mengungkapkan bahwa:
Pengumuman laporan keuangan perusahaan emiten juga
mempunyai pengaruh terhadap kegiatan perdagangan saham dan
variabilitas tingkat keuntungan (return) saham. Dari hasil
penelitian tersebut bisa disimpulkan sebagai berikut:
1. Laporan keuangan yang diumumkan tampaknya dipergunakan
oleh investor dalam kegiatan dibursa, ini terlihat dari relatif
tingginya perdagangan dihari pengumuman dibanding dengan
kegiatan diluar hari pengumuman tersebut.
2. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara perdagangan
pada saat sebelum dan sesudah pengumuman laporan
keuangan.
3. Laporan keuangan Desember mempunyai dampak yang lebih
besar dibanding dengan bulan Maret.
Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa penggunaan laporan
keuangan sangat penting bagi investor untuk mempertimbangkan
dan memutuskan menginvestasikan dana yang dimilikinya di pasar
modal. Salah satu teknik menganalisis laporan keuangan yaitu teknik
analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan
dasar untuk melakukan analisa laporan keuangan. Selaras dengan
yang diungkapkan oleh Warsidi (2000),bahwa:
Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis
prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan
indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan
perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa
lalu dan membantu menggambarkan tren pola perubahan
tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang
melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Makna dan
kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada
kenyataannya bersifat subjektif tergantung kepada untuk apa
suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut
diaplikasikan. Meskipun pelaporan keuangan memiliki tujuan
sosial yang luas, akan tetapi orientasinya terletak pada investor
dan kreditur, karena dengan memenuhi kebutuhan mereka maka
34
hampir semua kebutuhan dari para pemakai eksternal lainnya
akan terpenuhi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menganalisis laporan keuangan dan kinerja investasi merupakan
syarat mutlak bagi investor yang ingin memaksimalkan keputusan
investasinya. Karena investor dapat mendapatkan berbagai manfaat
pengetahuan teknis operasional bisnis perusahaan berdasarkan
informasi laporan keuangan.
2.3.4.2 Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah suatu metode meramalkan pergerakan
harga saham dan meramalkan kecenderungan pasar di masa mendatang
dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan dan
indeks harga saham gabungan.
Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah
terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi. Para analis
teknikal tidak begitu peduli terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
pasar, sebagaimana para analis fundamental, tetapi lebih berkonsentrasi
pada instrumen pasar. Analisis teknikal ini menggunakan data pasar
dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk
menentukan nilai dari saham (Jogiyanto, 2003:88-89).
Analisis teknikal digunakan untuk memprediksi perilaku dan
pergerakan harga saham (the behaviour and movement of stock prices)
dengan sebagian besar analis menggunakan grafik (chart). Selaras
35
dengan yang dikemukakan Suad Husnan (2005:349) menjelaskan
bahwa analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut pada masa
lalu dan analisis ini menggunakan grafik (chart) maupun berbagai
indikator teknis. Dari chart ini diusahakan membuat suatu pola tertentu
dan dengan pola ini berusaha memperkirakan harga sekuritas di masa
yang akan datang. Secara umum, analisis teknikal meliputi faktor-faktor
sebagai berikut:
a. Sumber data analisis teknikal berasal dari data pasar dan fokus pada
faktor internal pergerakan harga saham atau di pasar saham itu
sendiri.
b. Dalam melakukan analisis teknikal, fokus utama terdapat pada
waktu, karena pergerakan harga saham pada dasarnya merupakan
perubahan harga saham itu sendiri, yang disebabkan oleh perbedaan
jumlah permintaan dan penawaran saham.
c. Dalam analisis teknikal yang diutamakan adalah analisis jangka
pendek, dan bukan analisis jangka panjang.
36
2.4 Return Saham
Jogiyanto (2003:109) berpendapat bahwa “Return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi
atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di
masa mendatang”. Menurut J. C. Van Horne dan J. M. Wachowicz (2005:96),
ukuran kesejahteraan yang paling umum bagi pemilik saham adalah return yang
didefinisikan sebagai berikut: “Return from holding an investment is simply any
cash payments received due to ownership, plus the change in market price,
devided by the beginning price. Return comes from two sources: income plus any
price appreciation (or loss in price).”
Menurut Jogiyanto (2003:109) menjelaskan bahwa return dapat terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Return ekspektasi (expected return)
Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi
yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
2. Return realisasi (realized return)
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di
masa mendatang.
37
Untuk return realisasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu terdiri dari capital gain
(loss) dan yield.
1. Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang
(Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (Pt-1) ini berarti terjadi
keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital
loss).
2. Sedangkan yield adalah persentase penerimaan kas periodik terhadap harga
investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham yield adalah
persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Dividen
diberikan setelah adanya persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS
(Rapat Umum Pemegang Saham).
2.4.1
Bentuk-Bentuk Dividen
Dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang
saham, menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:179)
maka dividen dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk:
1. Dividen tunai (cash dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham dalam bentuk kas (tunai).
2. Dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibagikan bukan
dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.
38
3. Dividen properti (property dividend), yaitu dividen yang dibagikan dalam
bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan suratsurat berharga.
4. Dividen likuidasi (liquidating dividend), yaitu dividen yang diberikan
kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan.
Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi aset perusahaan
dikurangi dengan semua kewajiban.
Dari beberapa jenis dividen tersebut, yang sering dibagikan kepada
pemegang saham adalah jenis dividen tunai dan dividen saham. Dan diantara
dividen tunai dan saham, yang paling sering dibagikan adalah dividen tunai.
Sedangkan berdasarkan metode penghitungan pembayaran, dividen
dibedakan menjadi dua, yaitu dividen interim dan dividen final.
1. Dividen interim adalah jenis pembayaran dividen yang dilakukan satu kali
atau lebih diantara tahun buku periode tertentu dengan tahun buku
selanjutnya. Tujuan perusahaan membagikan dividen interim adalah
memberikan insentif bagi pemegang saham atau investor.
2. Dividen final adalah pembayaran dividen pada tahun lalu yang dibayarkan
tahun sekarang. Pembayaran dividen interim yang dilakukan pada tahun
sebelumnya akan mengurangi jumlah dividen final yang akan dibayarkan.
Banyak perusahaan yang memilih pembayaran dividen final agar
penghitungan dan alokasi kas perusahaan bisa lebih jelas.
39
Jogiyanto (2003:111) merumuskan penghitungan return saham dengan
mengabaikan capital gain sebagai berikut:
Keterangan:
Dt = Dividen Per Lembar Saham periode berjalan
Pt-1 = Harga Saham periode sebelumnya
2.5 Tinjauan Umum Laporan Keuangan
2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2004:2), sebagai
berikut:
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang dikutip oleh Ai Annisaa
Utami (2008), menjelaskan pengertian laporan keuangan sebagai berikut:
Bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap
terdiri atas neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, laporan perubahan
ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.
Sedangkan Zaki Baridwan (1996:17), mengemukakan pengertian
laporan keuangan sebagai berikut:
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan
keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
40
oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu, laporan keuangan dapat
juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai
laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah
satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan yang sangat berguna untuk pengambilan
keputusan perusahaan.
2.5.2 Tujuan Laporan Keuangan
Zaki Baridwan (1996:3) mengutip tujuan laporan keuangan yang
tertuang dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 1
dinyatakan bahwa pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang:
1. Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan
pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian
kredit dan keputusan lainnya. Informasi yang dihasilkan itu harus memadai
bagi mereka yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kegiatan
dan usaha perusahaan dan peristiwa-peristiwa ekonomi, serta bermaksud
untuk menelaah informasi-informasi itu secara sungguh-sungguh.
2. Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan
pemakai lainnya untuk menaksir jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari
penerimaan uang dimasa yang akan datang yang berasal dari dividen atau
bunga dan dari penerimaan dan pengeluaran uang (cash flow) seorang
kreditur atau investor itu berkaitan dengan cash flow dari perusahaan,
pelaporan keuangan harus menyajikan informasi untuk membantu
investor, kreditur dan pihak-pihak lainnya untuk memperkirakan jumlah,
41
waktu dan ketidakpastian dari aliran kas masuk (sesudah dikurangi kas
keluar) di masa datang untuk perusahaan tersebut.
3. Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas
sumber-sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer
sumber-sumber ke perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan), dan
pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan
yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber
tersebut.
Berdasarkan uraian tujuan laporan keuangan diatas, dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan berisi tentang informasi keuangan dari suatu
perusahaan.
2.5.3 Pengaruh Laporan Keuangan Bagi Investor
Menurut Munawir (2002:53) pengaruh laporan keuangan bagi
investor, yaitu:
Equity Investor (investor saham) yang meliputi pemegang
saham yang sudah ada maupun calon pemegang saham yang potensial,
mereka membutuhkan informasi keuangan dalam rangka pengambilan
keputusan untuk mempertahankan, menjual, atau justru menambah
saham yang dimilikinya. Pemegang saham potensial membutuhkan
informasi keuangan untuk membantu dalam pemilihan alternatif
investasi yang bersaing. Investor saham pada umumnya tertarik dalam
perolehan profitabilitas dimasa yang akan datang dan tingkat resiko
perusahaan.
42
Sedangkan menurut Farid dan Siswanto (1998), mengemukakan
pentingnya laporan keuangan bagi pelaku pasar modal, yaitu:
1. Memahami analisis fundamental laporan keuangan.
2. Memahami hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan nilai
saham.
3. Memahami penerapan analisis laporan keuangan untuk dijadikan dasar
dalam keputusan investasi.
Dapat disimpulkan, bahwa sangat penting bagi investor untuk dapat
memahami dan menggunakan laporan keuangan, sebagai salah satu
pertimbangan dalam berinvestasi. Karena dari laporan keuangan investor
dapat mengetahui kinerja perusahaan dan dapat mengestimasikan besarnya
return yang akan diterima investor.
2.6 Tinjauan Umum Analisis Laporan Keuangan
2.6.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) menurut
Soemarso (1999:430) adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan
keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan
arah perubahan (trend) suatu fenomena.
Disisi lain Dian Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani (2005:277),
mengemukakan bahwa:
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang
penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa
lalu, dengan tujuan utama menentukan estimasi dan prediksi yang
43
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja (performance)
perusahaan pada masa mendatang. Analisis laporan keuangan
dikatakan mempunyai kegunaan apabila dapat dipakai untuk
memprediksi fenomena ekonomi.
Berdasarkan pengertian diatas, maka disimpulkan bahwa analisis
laporan keuangan adalah sebuah proses evaluasi posisi keuangan perusahaan
mengenai kinerja keuangan perusahaan, yang angkanya dapat menjelaskan
perubahan sebuah fenomena.
2.6.2 Analisis Laporan Keuangan Untuk Pengukuran Kinerja
Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak
yang berkepentingan dengan eksistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya
merupakan alat komunikasi. Artinya laporan keuangan itu adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu
perusahaan dan kegiatan-kegiatannya kepada mereka yang berkepentingan
dengan perusahan tersebut.
Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu manajemen
dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengendalian
perusahaan. Sehingga dengan adanya laporan keuangan diharapkan mampu
memberikan bantuan informasi kepada pengguna untuk membuat keputusan
ekonomi yang bersifat finansial.
Menurut Farid dan Siswanto (1998) manfaat analisis laporan
keuangan dalam pembuatan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui manfaat analisis laporan keuangan untuk proses perencanaan
dan pengendalian perusahaan.
2. Mengetahui pengaruh ketepatan ramalan laba untuk kegiatan investasi.
3. Memahami analisis efisiensi.
44
4. Memahami alat-alat yang dipakai untuk mengukur kinerja efisiensi
perusahaan.
5. Mengaplikasikan berbagai alat analisis efisiensi.
Sedangkan Sri Sulistyanto dan Haris (2003) mengatakan bahwa
kinerja keuangan merefleksikan suatu kinerja fundamental perusahaan dan
akan diukur dengan menggunakan data fundamental perusahaan yaitu laporan
keuangan perusahaan tersebut.
2.6.3 Analisis Rasio Keuangan
Rasio
menggambarkan
suatu
hubungan
atau
perimbangan
(mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang
lain (Munawir, 2004:54). Rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan
dalam aritmathical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan
antara dua macam data finansial (Bambang Riyanto, 2001:329). Rasio
keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan hubungan antara
berbagai macam akun (accounts) dari laporan keuangan yang mencerminkan
keadaan keuangan serta hasil operasional perusahaan. Sedangkan studi yang
berfungsi untuk mempelajari rasio keuangan tersebut disebut analisa rasio
keuangan (financial ratios analysis).
Menurut Munawir (2004:37), "Analisa rasio adalah suatu metode
analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau
laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut".
Sedangkan menurut Mamduh M. Hanafi (2007:76) mengemukakan, "Rasiorasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan
angka-angka didalam atau antara laporan rugi laba dan neraca".
45
Mamduh M. Hanafi (2007:76) mengungkapkan bahwa pada dasarnya
analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
2. Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan
melihat tingkat aktivitas aset.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahan memenuhi
kewajiban jangka panjangnya.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(profitabilitas).
5. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan.
Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan dua teknik analisis,
yaitu cross sectional ratio analysis dan time series ratio analysis (Munawir,
2004:37).
1) Cross Sectional Ratio Analysis adalah rasio dengan membandingkan antar
informasi atau data untuk satu periode, kemudian hasilnya dibandingkan
dengan rasio pembanding antara lain rasio pada perusahaan sejenis atau
rasio rata-rata industri.
2) Time Series Ratio Analysis adalah analisis rasio keuangan untuk beberapa
periode sehingga akan terlihat prestasi perusahaan tersebut cenderung
meningkat, menurun atau cenderung konstan dalam beberapa periode
tersebut.
46
2.6.4
Rasio Profitabilitas
Menurut
Munawir
(2004:33),
“Profitabilitas
menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu”. Sedangkan Agus Sartono (2001:122) memberikan batasan
terkait dengan profitabilitas, yaitu “Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan didalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri”.
Untuk
mengukur
tingkat
profitabilitas
perusahaan,
dapat
dilakukan dengan menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas
adalah jenis rasio yang menakar seberapa besar kemampuan sebuah
perusahaan mencetak laba. Rasio ini memberikan gambaran mengenai
perubahan-perubahan dari tahun ke tahun terutama kesehatan financial
perusahaan. Bambang Riyanto (2001:331) mengemukakan bahwa “Rasio
profitabilitas adalah rasio-rasio yang menunjukan hasil akhir dari
sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on
sales, return on total asset, return on net worth, dan lain sebagainya)”.
Rusdin (2008:144) mengemukakan rasio profitabilitas yang umum
digunakan adalah:
a) Operating Profit Margin (OPM)
Yaitu rasio yang menunjukkan kontribusi penjualan terhadap laba
bersih yang dihasilkan. Semakin besar rasio ini semakin baik.
Operating Profit Margin dirumuskan sebagai berikut:
47
b) Net Profit Margin (NPM)
Yaitu rasio yang menunjukkan kontribusi penjualan terhadap laba
bersih yang dihasilkan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Net
Profit Margin dapat dirumuskan sebagai berikut:
c) Return on Equity (ROE)
Yaitu rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian (return) yang
dihasilkan manajemen atas modal yang ditanam oleh pemegang
saham, sesudah dipotong kewajiban kepada kreditur. Return on Equity
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
d) Return on Asset (ROA)
Yaitu rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian (return) yang
dihasilkan manajemen atas modal yang ditanam pemegang saham,
sesudah dipotong kewajiban kepada kreditur. Menurut Munawir
(2004:91-82) manfaat dari rasio ROA yaitu:
1. Sifatnya yang menyeluruh, rasio ini dapat mengukur efisiensi
penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi
bagian penjualan.
48
2. Dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi penggunaan
modal dengan perusahaan sejenis.
3. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi suatu bagian dengan
bagian yang lain didalam perusahaan yang bersangkutan.
4. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masingmasing produk yang dihasilkan perusahaan.
5. ROA selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk
pengambilan keputusan jika perusahaan akan mengadakan
ekspansi. ROA ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.7 Hubungan Profitabilitas dengan Return Saham
Pengukuran laba tahunan dan interim perusahaan berhubungan dengan
peningkatan volume perdagangan sekuritas dan peningkatan imbal hasil (return)
sekuritas. Penyusunan laporan keuangan perusahaan merupakan alat bagi para
investor untuk membuat keputusan. Imbal hasil (return) sekuritas erat kaitannya
dengan informasi laba akuntansi. Karena return yang didapat investor merupakan
bagian dari laba perusahaan, yang dibagikan dalam bentuk dividen.
Profitabilitas merupakan indikator atas kesehatan keuangan perusahaan
secara keseluruhan. Ukuran profitabilitas yang umum digunakan dalam
memperkirakan return perusahaan dimasa depan yaitu ROA. Sedangkan return
49
saham perusahaan didapat dari perbandingan dividen yang dibagikan per lembar
sahamnya dengan harga saham pada periode sebelumnya. Pemilihan return saham
dengan menggunakan pendekatan dividen dikarenakan fokus analisis fundamental
yaitu keadaan internal perusahaan serta perkembangan politik suatu negara dalam
mengukur kekuatan permintaan dan penawaran. Keadaan internal perusahaan
tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, yang dilihat dari profitabilitas
perusahaan
dan
kemudian
menganalisis
kemampuan
perusahaan
dalam
memberikan imbal hasil (return) dalam bentuk dividen kepada pemegang saham.
2.8 Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Penelitian terkait dengan analisis fundamental saham perusahaan go publik
pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Tendi Haruman, SE MM, Stevanus Adree
Cipto Setiawan, SH MM, dan Maya Ariyanti, SE. MM, ” yang dilakukan
pada tahun 2005 dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental, dan Risiko
Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian saham BEJ. Penelitian ini
dilakukan pada 33 perusahaan yang sahamnya termasuk di dalam LQ45
periode tahun 2001 sampai dengan 2003, dengan pertimbangan kecukupan
data. Selain itu saham-saham LQ45 dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar
yang tinggi sehingga diasumsikan dapat mewakili kondisi industri lain yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta. Variabel faktor fundamental yang diteliti
adalah PER dan EPS, sedangkan variabel risiko sistematis yang diteliti adalah
tingkat inflasi dan nilai kurs. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah
50
faktor fundamental PER secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengembalian saham individu, sedangkan EPS secara nyata tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengembalian saham individu. Secara
simultan faktor fundamental (PER dan EPS) tidak berpengaruh secara
simultan terhadap tingkat pengembalian investasi saham individu. Kondisi
makro ekonomi yang diwakili oleh tingkat inflasi secara parsial berpengaruh
negatif terhadap tingkat pengembalian saham individu. Sedangkan nilai kurs
berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham individu.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman Hakim dari Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta pada tahun 2006 dengan judul “Perbandingan Kinerja
keuangan Perusahaan Dengan metode EVA, ROA, dan Pengaruhnya
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ
45 Di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang
tergabung dalam Indeks LQ45 periode 2002-2004 dengan jumlah sampel
sebanyak 24 perusahaan. Return saham dihitung dengan menggunakan
pendekatan capital gain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode
ROA memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Return Saham,
sedangkan metode EVA tidak berpengaruh. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengukuran kinerja keuangan dengan metode ROA lebih baik
dibandingkan metode EVA dalam pengaruhnya terhadap Return Saham.
3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cutia Prasekti tahun 2003 dengan
judul “Analisis fundamental harga saham perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Jakarta”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
51
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2001 sampai tahun 2003. Sampel
dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Perusahaan yang
terpilih sebagai sampel adalah tahun 2001 memperoleh 34 sampel, tahun
2002 memperoleh 31 sampel, tahun 2003 memperoleh 32 sampel.
Penghitungan return saham menggunakan capital gain. Pengujian terhadap
sampel memperoleh kesimpulan bahwa variabel earning per share, return on
asset, debt equity ratio, price earning ratio, dan dividend per share secara
simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara
parsial, variabel earning per share, return on asset, debt equity ratio, price
earning ratio, dan dividend per share mempunyai pengaruh signifikan
terhadap harga saham. Hanya variabel debt equity ratio saja yang tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Return on asset, debt
equity ratio, price earning ratio, dan dividen per share terhadap harga saham
baik secara simultan maupun parsial, dan juga untuk mengetahui beda
pengaruh earning per share, return on asset, debt equity ratio, price earning
ratio, dan dividen per share terhadap harga saham antara perusahaan besar
dan perusahaan kecil. Pengujian terhadap sampel memperoleh kesimpulan
bahwa variabel earning per share, return on asset, debt equity ratio, price
earning ratio, dan dividend per share secara simultan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, variabel earning per share,
return o n asset, debt equity ratio, price earning ratio, dan dividend per share
mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hanya variabel debt
52
equity ratio saja yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga
saham.
4. Penelitian lain dilakukan oleh Ariyadi Primandoko pada tahun 2005, dengan
judul penelitian “Pengaruh Likuiditas Dan Profitabilitas Terhadap Return
Saham Bank Di BEJ”. Populasi dari penelitian ini berjumlah 26 bank yang
terdaftar di BEJ. Sampel yang diambil berjumlah 19 bank. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan Purposive Sampling. Sedangkan
return saham dihitung dengan menggunakan pendekatan capital gain. Data
yang diambil berupa laporan keuangan bank selama dua tahun (2002 dan
2003) dari 19 bank yang termasuk dalam sampel, sehingga n berjumlah 38.
Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa likuiditas dan
profitabilitas memiliki pengaruh terhadap return saham.
5. Mila Kurniasari Fadhilah pada tahun 2003 melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan harga saham, studi pada
perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Jakarta periode 20002002. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima
jenis rasio yang terdiri dari: rasio likuiditas yaitu current ratio, rasio
solvabilitas yaitu debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu gross profit
margin dan return on assets, rasio aktivitas yaitu inventory turnover dan
total assets turnover, serta rasio nilai pasar yaitu price to earning ratio dan
price to book value. Penelitian ini menggunakan survey data sekunder dengan
populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama
tahun 2000, 2001 dan 2002. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan
53
metode purposive sampling, antara lain dengan kriteria perusahaan yang
sahamnya aktif diperdagangkan selama tahun 2000–2002, menerbitkan
laporan keuangan tahunan auditee dan tidak mengalami rugi selama tiga
periode penelitian berturut-turut. Akhirnya terpilih 32 perusahaan yang
menjadi sampel penelitian. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan
bahwa: 1) rasio keuangan secara serentak berpengaruh signifikan terhadap
perubahan harga saham, 2) terdapat pengaruh secara individu rasio keuangan
terhadap perubahan harga saham dan 3) kemampuan rasio keuangan secara
simultan dalam mempengaruhi perubahan harga saham disekitar tanggal
publikasi laporan keuangan adalah rendah.
6. Penelitian lainnya dilakukan oleh Ai Annisaa Utami pada tahun 2008, dengan
judul penelitian “Pengaruh Return On Equity (ROE) dan Debt To Equity
Ratio (DER) Terhadap Return Saham Biasa”. Objek penelitian ini adalah
perusahaan emiten sektor property tahun 2006 sebanyak 32 perusahaan,
dengan penghitungan return saham menggunakan pendekatan capital gain.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ROE yang merupakan salah satu
rasio profitabilitas dan DER (salah satu rasio leverage) tidak berpengaruh
terhadap return saham, baik secara parsial maupun simultan.
54
2.9 Kerangka Pemikiran
Suatu investasi dikatakan menguntungkan (profitable) jika investasi
tersebut dapat membuat pemodal (investor) menjadi lebih kaya. Dengan kata lain,
kemakmuran investor menjadi lebih besar setelah melakukan investasi. Investor
adalah pihak baik perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya
dalam bentuk efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal.
Salah satu bidang investasi yang cukup menarik adalah investasi saham.
Karena saham memiliki sifat komoditi yang sangat peka terhadap perubahanperubahan yang terjadi, baik perubahan diluar negeri maupun didalam negeri,
perubahan dibidang politik, ekonomi, moneter, undang-undang atau peraturan
maupun perubahan yang terjadi dalam industri dan perubahan itu sendiri.
Perubahan-perubahan tersebut dapat berdampak positif yang berarti naiknya kurs
saham atau berdampak negatif yang berarti turunnya kurs saham. (Rusdin,
2008:65)
Dalam
melakukan
investasinya,
investor
mengharapkan
sebuah
pengembalian investasi atau disebut dengan return saham. Tingkat kesejahteraan
para pemegang saham yang mencerminkan nilai kepuasan dan keuntungan yang
diperoleh atas investasi dalam bentuk saham di suatu perusahaan yang dapat
diukur dengan return sahamnya. Menurut Jogiyanto Return merupakan hasil
yang di peroleh dari investasi (2007:109). Return dapat berupa return realisasi
yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi. Return realisasi
dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting, karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realiasasi terdiri dari
55
capital gain dan yield. Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga
investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu, capital gain biasanya
dipandang sebagai keuntungan investasi jangka pendek. Sedangkan yield
merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode
tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase dividen
terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah
presentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode
sebelumnya (Jogiyanto, 2003:110-111).
Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Robert Ang (1997:6.19),
Dividend yield digunakan untuk mengukur jumlah dividen per saham relatif
terhadap harga pasar yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Semakin besar
dividend yield maka saham tersebut semakin menarik investor. Namun demikian
dividend yield juga dipengaruhi oleh harga pasar, sehingga semakin tinggi harga
pasar maka dividend yield semakin rendah. Dengan demikian dividend yield
merupakan rasio antara dividen per lembar saham (DPS) dibagi dengan harga
pasarnya.
Return memiliki hubungan positif dengan risiko, semakin besar risiko
yang ditanggung, semakin besar pula return yang diharapkan. Jika investor
menginginkan return yang lebih tinggi, maka ia harus lebih cermat dalam memilih
saham yang akan dibelinya. Investor membutuhkan informasi yang cukup untuk
dapat memutuskan dimana ia akan menginvestasikan dananya.
Robert Ang (1997:16.4) menyatakan bahwa “informasi merupakan kunci
sukses berinvestasi di Pasar Modal”. Sesuai dengan pendapat diatas, sudah jelas
56
bahwa untuk menginvestasikan dana yang dimilikinya di pasar modal, para
investor memerlukan informasi yang cukup untuk menjadi landasan pertimbangan
pengambilan keputusan menyangkut investasi yang akan dilakukannya. Oleh
karena itu, keberhasilan dari investasi di pasar modal sangat ditentukan oleh
pengetahuan dan kemampuan investor untuk menganalisis semua informasi yang
ada. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh investor yaitu, yang
pertama adalah kondisi perusahaan, informasi mengenai kondisi perusahaan ini
berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang. Yang
kedua yaitu informasi mengenai faktor-faktor teknis berupa fluktuasi harga kurs,
volume transaksi saham, dan kondisi bursa, apakah sedang dalam keadaan
bergerak naik (bullish) atau dalam keadaan melemah (bearish). Sedangkan faktor
ketiga yang harus dipertimbangkan oleh investor yaitu faktor yang berkaitan
dengan lingkungan yang mencakup kondisi ekonomi, politik dan stabilitas
keamanan suatu negara. Dengan mempertimbangkan ketiga informasi diatas,
investor diharapkan dapat memilih dengan tepat di perusahaan mana ia akan
menginvestasikan dananya.
Salah satu informasi penting yang dapat menggambarkan kondisi
perusahaan adalah kondisi keuangan perusahaan emiten. Kondisi keuangan
perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Bagi perusahaan
emiten
merupakan
sebuah
kewajiban
keuangannya minimal satu tahun sekali.
untuk
mempublikasikan
laporan
57
Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2003:2), sebagai berikut:
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan
Indonesia yang dikutip oleh Ai Annisaa Utami (2008), sebagai berikut: “Bagian
dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas
neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan
atas laporan keuangan.”
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan suatu
perusahaan yang dipublikasikan dapat menggambarkan kondisi keuangan
perusahaan, prestasi operasi (dalam satu rentang waktu), dan informasi-informasi
lainnya yang berhubungan dengan perusahaan. Manfaat dari laporan keuangan
ditinjau dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan merupakan media bagi
mereka untuk mengkomunikasikan performa keuangan perusahaan yang
dikelolanya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan ditinjau dari
sudut pandang pemakai, diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan
yang rasional dalam praktek bisnis yang sehat.
Dalam menyusun laporan keuangan, diupayakan memiliki cangkupan
tujuan yang luas sehingga dapat melayani semua kepentingan umum dari berbagai
pemakai yang potensial, dan bukan hanya untuk kebutuhan khusus kelompok
tertentu saja. Setelah menetapkan tujuan sosial yang luas yang merupakan tujuan
menyeluruh dari pelaporan keuangan, diantaranya bahwa pelaporan keuangan
juga menyediakan informasi yang bermanfaat untuk menaksir arus kas dimasa
58
yang akan datang (Smith dan Skousen dalam Warsidi, 2001). Dari laporan
keuangan yang diterbitkan setelah dianalisis akan bisa diperoleh rasio keuangan,
yang berguna untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu
perusahaan, serta untuk menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau
memburuk selama satu waktu. Atau dengan kata lain, tujuan ini mengasumsikan
bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan resiko dari investasi
yang dilakukannya.
Rasio keuangan perusahaan didapat dengan cara menganalisis laporan
keuangan. Kegunaan dari analisis rasio keuangan perusahaan adalah rasio
keuangan dapat mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu
perusahaan, serta menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada
periode tertentu. Salah satu rasio keuangan perusahaan yang menjadi
pertimbangan investor adalah rasio profitabilitas. Menurut Kieso (2002:341) yang
menjadi fokus perhatian dari investor dalam menilai performance perusahaan
adalah profitabilitas perusahaan. Profitabilitas tersebut yang dimasa yang akan
datang akan mempengaruhi stabilitas pendapatan dan nilai investasi mereka di
perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan
akan memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan tingkat pengembalian
saham yang akan diperoleh investor. Investor sangat perlu untuk mengetahui
secara baik tingkat profitabilitas perusahaan, agar investor dapat memperoleh
earning seperti yang diharapkan dimasa depan.
59
Tandaellin dalam bukunya (2001:240), menyatakan:
…dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk
menilai prospek perusahaan dimasa datang adalah dengan melihat
sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan
mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan
investor. Untuk itu, biasanya digunakan rasio-rasio profitabilitas.
Sedangkan Agus Sartono (2001:114) mengemukakan pemilik (pemegang
saham) dan calon investor akan melihat dari segi profitabilitas dan resiko, karena
kestabilan harga saham tergantung dengan keuntungan yang diperoleh dan dividen
dimasa datang.
Untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, dapat dilakukan dengan
menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah jenis rasio yang
menakar seberapa besar kemampuan sebuah perusahaan mencetak laba.
Menghitung rasio ini sangat penting sekali, karena dengan investor membeli
saham berarti modal perusahaan tersebut bertambah. Rasio ini memberikan
gambaran mengenai perubahan-perubahan dari tahun ke tahun terutama kesehatan
finansial perusahaan. Bambang Riyanto (2001:329), mengemukakan bahwa
“Rasio profitabilitas adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari
sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return
on total asset, return on net worth, dan lain sebagainya)”. Indikator rasio
profitabilitas yang kerap kali dijadikan investor untuk mengukur tingkat
profitabilitas perusahaan adalah Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA)
dan profit margin. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Mambuh Hanafi
dan Abdul Halim (2007:83), “Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu: profit
margin, return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE).
60
Salah satu rasio keuangan yang lazim digunakan untuk mengukur
profitabilitas perusahaan yaitu rasio Return On Asset (ROA). Menurut Lawrence
J. Gitman (2003:65), menyatakan bahwa “Return On Asset (ROA) measurere the
overall effectiveness of management in generating profits with its available asset,
also called Return On Investment (ROI)”, artinya ROA sering juga disebut ROI
merupakan ukuran efektivitas perusahaan secara keseluruhan yang ditanamkan
dalam aktiva yang tersedia dalam perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Return On Asset digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Sedangkan M. Faishal Abdullah (2004:60) mengungkapkan “ROI sering juga
disebut Return on Total Assets dipergunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan
aktiva perusahaan yang dimiliki”. ROA merupakan analisa keuangan yang
mempunyai kedudukan sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat
menyeluruh. Fokus ROA adalah profitabilitas dan independen terhadap biaya
modalnya.
Selaras dengan yang diungkapkan Munawir (2004:89),
Return On Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang dipergunakan untuk
operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Disisi lain, Anderson Consulting yang bekerjasama dengan majalah Swa
(Desember 1999), menyimpulkan bahwa perhitungan ROA dapat mewakili
kondisi keuangan perusahaan, maka investor akan menilai saham dengan nilai
61
yang tinggi sehingga diharapkan akan menghasilkan tingkat pengembalian saham
bagi investor yang tinggi.
Apabila rasio ROA perusahaan tinggi, selain menunjukkan kemampuan
perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi juga berarti terjaminnya
kebutuhan dana bagi perusahaan dalam operasinya dimasa datang. Ketika
profitabilitas perusahaan dalam keadaan baik, maka hal ini akan berdampak pada
peningkatan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal, yang kemudian
akan menarik hati investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Menurut pendapat Ida Bagus (2002:70),
Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk
menanamkan dananya sehingga diharapkan banyaknya investor membeli
saham akan meningkatkan return saham perusahaan tersebut. Hal ini juga
menunjukkan hubungan yang positif antara ROA terhadap return saham.
Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Robert Ang (1997), yaitu:
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin
efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah
pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan
semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik
perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan
menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat
kembalian akan semakin besar.
Investor membuat keputusan menanam uangnya dengan membeli saham
setelah mempertimbangkan keuntungan (gain) yang akan diterima oleh emiten
seperti laba emiten, pertumbuhan penjualan dan aktiva selama kurun waktu
tertentu. ROA adalah salah satu unsur dari faktor profitabilitas perusahaan yang
tercermin dalam laporan keuangan perusahaan sebagai wujud dari kinerja
perusahaan, yang diyakini secara teori dapat mempengaruhi return saham
perusahaan. Semakin tinggi rasio ROA maka semakin baik kondisi profitabilitas
62
perusahaan dan akan semakin menarik investor untuk menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut. Dari uraian diatas, didapat gambar kerangka pemikiran
sebagai berikut.
Investor
Return Saham
Dividen
Laporan Keuangan
Emiten
Analisis Fundamental
Profitabilitas
ROA
Keputusan Investor
GAMBAR 2.1
KERANGKA PEMIKIRAN
2.10 Hipotesis Penelitian
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap masalah
penelitian. Suharsimi Arikunto (2006 : 71) menyatakan bahwa : “hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”
63
Berdasarkan paparan kerangka pemikiran dan permasalahan diatas,
hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap
Return Saham”.
Download