BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang pasar Modal No. 8 tahun 1995 pasal 1 butir 14, adalah sebagai berikut: Pasar modal ialah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang telah diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:1), menyatakan pengertian pasar modal, yaitu: Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Sedangkan Suad Husnan (2005:3) menyebutkan pengertian dari pasar modal, yaitu: Pasar modal secara formal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. 14 15 Disisi lain, Tandaellin (2001:7) menyatakan tiga definisi pasar modal, yaitu: Pertama definisi dalam arti luas adalah : Sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan, serta surat berharga. Kedua, definisi dalam arti menengah adalah: Semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka. Ketiga, definisi dalam arti sempit adalah : Tempat pasar terorganisir yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa dari makelar, komisioner dan para underwriter (penjamin). Dari seluruh pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan seperti obligasi, saham dan lainnya. Dalam kegiatannya, pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas kepada perusahaan yang menawarkan saham/obligasi kepada masyarakat, dengan memberikan kemudahan-kemudahan dan juga memberikan peraturan-peraturan agar kepentingan masyarakat terjamin, sehingga setiap perusahaan yang akan go public diteliti kelayakannya. Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. 16 2.1.2 Peranan Pasar Modal Rusdin (2008:2-3) menyatakan 5 (lima) peranan pasar modal di Indonesia, yaitu sebagai berikut: 1. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. 2. Pasar modal sebagai alternatif investasi. 3. Pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. 4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transaparan. 5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. 2.1.3 Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal pada dasarnya adalah instrumen keuangan jangka panjang atau surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap right, waran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:4-5) mengklasifikasikan jenis-jenis efek sebagai berikut: 1. Efek Penyertaan (equity securities), adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjadi pemegang saham perusahaan yang menerbitkan efek tersebut. Efek yang termasuk efek penyertaan adalah saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). 17 2. Efek Utang (debt securities), adalah efek dimana penerbitnya (issuer) mengeluarkan atau menjual surat utang, dengan kewajiban menebus kembali pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan diantara pihak-pihak yang bersangkutan. Besarnya bunga dan periode pembayaran bunga atau kupon yang dibayarkan oleh penerbit sesuai dengan kesepakatan awal. Efek yang termasuk efek utang adalah obligasi (bond) dan surat utang jangka menengah (medium term note). 3. Efek Derivatif merupakan efek turunan dari efek “utama”, baik yang bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari efek “utama” maupun turunan selanjutnya atau turunan kedua. Efek yang termasuk efek derivatif adalah waran, right, opsi, futures, forward, swap, dan lain-lain. 4. Efek lain-lain, adalah efek yang tidak termasuk dalam efek penyertaan utang, maupun derivatif. Termasuk dalam kelompok ini antara lain, Reksa Dana, Sertifikat Penitipan Efek (SPEI), dan lain-lain. 2.2 Efisiensi Pasar Modal 2.2.1 Konsep Efisiensi Pasar Menurut Suad Husnan (2005:264) secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. 18 Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien (Jogiyanto, 2003:369). Pasar modal dikatakan efisiensi bila informasi dapat diperoleh dengan mudah dan murah oleh para pemodal, sehingga semua informasi yang relevan dan terpercaya telah tercermin dalam harga-harga saham. Dari pendapat-pendapat pakar keuangan, dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan pasar modal yang efisien adalah berikut ini : 1. Pasar menyediakan informasi yang akurat, lengkap, relevan, dan jujur. 2. Investor tidak dimungkinkan mendapat abnormal return. 3. Harga sekuritas tidak dapat diprediksi. Pada umumnya situasi pasar modal efisien menunjukkan hubungan antara harga pasar dan bentuk pasar. Pengertian harga pasar dalam hal ini adalah harga saham yang ditentukan dan dibentuk oleh mekanisme pasar modal. Sedang bentuk mekanisme pasar modal tidak mudah untuk didefinisikan, mengingat hal itu meliputi sejumlah aktivitas (kejadian) yang berpengaruh pada beberapa keadaan. Adanya berbagai situasi maupun kondisi yang berbeda diantara negara yang satu dengan yang lainnya, menyebabkan efisiensi pasar pada suatu negara akan berbeda dengan negara yang lain. 19 2.2.2 Bentuk Efisiensi Pasar 2.2.2.1 Bentuk Efisiensi Pasar Secara Informasi Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Menurut Jogiyanto (2003:375) ada tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat, sebagai berikut : 1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika hargaharga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) 20 termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa: 1) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. 2) Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi hargaharga sekuritas sejumlah perusahaan. 3) Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi hargaharga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat. 21 2.2.2.2 Bentuk Efisiensi Pasar Secara Keputusan Efisiensi pasar perlu juga dilihat berdasarkan kemampuan pelaku pasar dalam mengolah informasi untuk pengambilan keputusan. Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan. Perbedaannya adalah jika efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market) hanya mempertimbangkan sebuah faktor saja, yaitu ketersediaan informasi, maka efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market) mempertimbangkan dua buah faktor, yaitu ketersediaan informasi dan kemampuan pelaku pasar. Karena melibatkan lebih banyak faktor dalam menentukan pasar yang efisien. Suatu pasar yang efisien secara keputusan merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang lebih tinggi dibandingkan efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi. Dengan demikian efisiensi pasar secara keputusan dapat ditambahkan di pembagian efisiensi pasar. Pasar yang efisien secara informasi belum tentu efisien secara keputusan. Sebagai contoh misalnya adalah pengumuman pembayaran dividen yang naik dari nilai dividen periode sebelumnya dan informasi ini tersedia untuk semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan. Umumnya perusahaan emiten menggunakan pembayaran dividen sebagai sinyal kepada pelaku pasar. Dengan meningkatkan nilai dividen yang dibayar, perusahaan emiten mencoba memberi sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa depan, sehingga 22 mampu meningkatkan pembayaran dividen. Pelaku pasar yang kurang mampu menganalisis informasi akan menerima informasi peningkatan dividen ini begitu saja sebagai sinyal yang baik tanpa menganalisisnya lebih lanjut dan harga sekuritas akan mencerminkan informasi kabar baik ini secara penuh. Secara definisi, ini berarti pasar sudah efisien bentuk setengah kuat secara informasi. Sebaliknya, pelaku pasar yang mampu menganalisis informasi ini lebih lanjut untuk menentukan apakah benar ini merupakan sinyal yang valid dan dapat dipercaya. Jika ternyata sinyal ini merupakan sinyal yang tidak valid (ternyata perusahaan tidak mempunyai prospek yang baik) dan karena investor tidak mampu menganalisis informasi yang didapat, reaksi mereka yang positif terhadap informasi pembayaran dividen yang meningkat tersebut merupakan reaksi yang tidak benar, sehingga dapat dikatakan pasar belum efisien secara keputusan, karena mereka mengambil keputusan yang salah. Dengan demikian untuk mengetahui apakah pasar sudah efisien secara keputusan tidaklah cukup hanya melihat efisien secara informasi, tetapi juga harus mengetahui apakah keputusan yang dilakukan oleh pelaku pasar sudah benar dan mereka tidak dibodohi oleh pasar. Untuk mengarah ke pasar yang efisien secara keputusan, maka pendidikan merupakan hal yang mutlak untuk membuat pelaku pasar mampu menganalisis keadaan pasar (sophisticated). 23 2.3 Tinjauan Umum Saham 2.3.1 Definisi Saham Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak diminati oleh investor, karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang menarik. Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan perseorangan atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. (Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, 2006:6). Sedangkan Rusdin (2008:68), mengemukakan saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikkan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Apa yang dikemukakan Rusdin senada dengan yang diungkapkan Robert Ang (1997:2), “Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikkan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas”. 24 2.3.2 Jenis-Jenis Saham Saham dibedakan menjadi beberapa jenis. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:7-9) mengemukakan jenis-jenis saham ditinjau dari beberapa sudut, yaitu: Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas: 1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 2. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu: (i) mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; (ii) membayar dividen. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap. Ditinjau dari cara peralihannya, saham dapat dibedakan atas: 1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka 25 dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. 2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama pemilik yang tertulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas: 1. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) ke industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen. 2. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio). 3. Saham pertumbuhan (growth stock-well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu, terdapat juga growth stock lesser-known, yaitu saham dari emiten yang tidak berperan sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya, saham ini berasal dari daerah dan kurang popular di kalangan emiten. 26 4. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. 2.3.3 Jenis Nilai Saham Rusdin (2008:68) mengemukakan nilai saham terbagi atas 3 (tiga) jenis, yaitu: 1. Nilai Nominal (Nilai Pari), merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal. 2. Nilai Dasar, pada prinsipnya harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham, antara lain: Right Issue, Stock Split, Waran, dan lain-lain. 3. Nilai Pasar, merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupannya. 27 2.3.4 Analisis Saham 2.3.4.1 Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah suatu metode peramalan pergerakan instrumen finansial diwaktu mendatang berdasarkan pada perekonomian, politik, lingkungan dan faktor-faktor relevan lainnya serta statistik yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran instumen finansial tersebut (Suad Husnan, 2001:315). Rusdin (2008:139) mengemukakan bahwa “analisis fundamental yang fokus pada berita keuangan, ekonomi serta perkembangan politik suatu negara dalam mengukur kekuatan permintaan dan penawaran”. Analisis fundamental mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor yang menentukan nilai instrinsik suatu instrumen finansial. Apabila penawarannya meningkat tetapi permintaannya tetap, maka harga pasar akan meningkat, begitu sebaliknya. Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya) (Jogiyanto, 2003:88 ). Dari beberapa pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis fundamental merupakan analisis yang berdasarkan pada data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham. Menurut Suad Husnan (2005:309), untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis. 28 (1) Tahapan Pertama, Analisis kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar. Dalam melakukan analisis fundamental, penilaian terhadap kondisi ekonomi dan keadaan berbagai variabel utama seperti laba yang diperoleh oleh perusahaan-perusahaan dan tingkat bunga. Variabel-variabel tersebut sangat mempengaruhi keputusan- keputusan investasi yang akan diambil oleh para pemodal. Apabila resesi diperkirakan akan terjadi, atau perekonomian sedang menuju ke situasi resesi, harga saham-saham akan sangat terpengaruh oleh situasi tersebut. Disamping pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, kondisi perekonomian juga mempengaruhi kondisi industri. Karena informasi yang dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi suatu negara itu berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan (emiten) publik. Perubahan dan peningkatan berbagai indikator perekonomian secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kinerja pasar saham secara keseluruhan. Sehingga para investor harus mempertajam analisisnya terkait dengan variabel-variabel makro ekonomi yang akan mempengaruhi kondisi laba suatu perusahaan yang berimbas pada pembagian prosentase pembagian keuntungan melalui dividen atau capital gain. Menurut Robert Ang (1997:19.11), ada delapan variabel ekonomi dan pengaruhnya terhadap pasar modal, yaitu sebagai berikut: 29 1. Pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP), variabel ini memberikan pengaruh yang positif terhadap pasar ekuitas, disamping memberikan optimisme yang tinggi dan juga memacu sentimen positif pasar. 2. Pertumbuhan produksi industri, variabel ini memberikan pengaruh positif terhadap pasar ekuitas, karena kenaikan indeks produksi industri yang terus-menerus menunjukkan suatu tanda kekuatan. 3. Inflasi, inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya keuntungan suatu perusahaan, sehingga menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif. 4. Keuntungan perusahaan, keuntungan perusahaan yang semakin meningkat memberikan tanda bahwa kekuatan operasional dan keuangan perusahaan semakin membaik, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap pasar ekuitas. 5. Pengangguran, meningkatnya tingkat pengangguran berarti bisnis mulai melemah, yang berarti memberikan pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas. 6. Rupiah melemah, melemahnya rupiah memberikan pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas, karena menyebabkan pasar ekuitas menjadi tidak mempunyai daya tarik. 7. Tingkat Bunga, jika suku bunga naik, maka akan memberikan pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas. 30 8. Uang beredar, pertumbuhan yang wajar memberikan pengaruh positif terhadap ekonomi dan pasar ekuitas secara jangka pendek. Pertumbuhan yang pendek akan memicu inflasi yang tentunya memberikan pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas. (2) Tahapan Kedua, Analisis Industri Analisis industri sangat berkaitan erat dengan kinerja atau perkembangan industri/sektor tersebut. Industri dapat ditelaah dengan menggunakan data yang menyangkut tingkat penjualan, laba, dividen, struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, regulasi, inovasi dan sebagainya (Suad Husnan, 2005:321). Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Munawir (2002:275), bahwa: Analisis industri adalah analisis untuk menentukan industri-industri apa yang diharapkan akan memberikan return yang paling baik. Dalam menganalisis industri, pertama-tama yang harus diperhatikan adalah perkembangannya, pengaruh akibat kondisi ekonomi, dan kepekaan terhadap kondisi pasar. Kemudian dilanjutkan dengan penelaahan data yang berkaitan dengan penjualan, laba, dividen, struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, serta regulasi dan inovasi lain-lain. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi tahap kehidupan produknya pada saat dianalisis (tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, kedewasaan, atau penurunan) tahap kehidupan produk tersebut kemudian dihubungkan dengan kemampuan operasi dan kondisi perekonomian makro. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka analisis industri dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud untuk mengenali apakah industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih akan berkembang 31 cepat, sudah stabil, ataukah sudah menurun. Suad Husnan (2005:322-323) berpendapat bahwa siklus kehidupan industri terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1. Tahap Pertumbuhan. Tahap pertumbuhan ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang relatif masih tinggi, meskipun risiko sudah tidak setinggi pada tahap perkenalan. Karena tingginya pertumbuhan penjualan, laba yang diperoleh mungkin tidak cukup untuk membiayai ekspansi yang diperlukan. Dengan demikian mungkin sekali perusahaan dalam tahap ini akan mempunyai dividend payout ratio yang rendah, dan memerlukan pendanaan eksternal untuk membiayai ekspansinya. 2. Tahap Kedewasaan. Pada tahap ini pertumbuhan penjualan masih terjadi, tetapi sudah dalam tingkatan yang lebih rendah daripada tahap pertumbuhan. Karena internal financing cukup untuk mendukung penjualan, dan karenanya proporsi laba yang dibagikan sebagai dividen (dividen payout ratio) lebih besar daripada tahap pertumbuhan. 3. Tahap Penurunan. Pada tahap ini permintaan akan produk tersebut sudah mengalami penurunan, sehingga pertumbuhan penjualan menjadi negatif. 2) Menganalisa perekonomian. industri dalam kaitannya dengan kondisi 32 3) Analisa kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang. (3) Analisis Perusahaan Salah satu aspek penting dalam melakukan evaluasi harga saham adalah tingkat kemampuan investor dalam melakukan analisis kinerja perusahaan baik secara keuangan maupun non keuangan, serta kinerja bisnis perusahan secara keseluruhan. Dan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan adalah penilaian melalui laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sapto Rahardjo (2006:145), mengemukakan aspek-aspek penting dalam melakukan analisis perusahaan,yaitu: 1. Analisis laporan keuangan. 2. Prospek bisnis perusahaan (faktor diversifikasi). 3. Aspek potensi pemasaran dan pangsa pasar produk perusahaan. 4. Proyeksi keuangan perusahaan. Sedangkan Stoner et al. Dalam penelitian Njo Anastasia yang dikutip Ai Annisaa Utami (2008:34), menyatakan bahwa “Analisis fundamental berkaitan denagn penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya”. 33 A. Zubaidi Indra dalam Ai Annisaa Utami (2008) mengungkapkan bahwa: Pengumuman laporan keuangan perusahaan emiten juga mempunyai pengaruh terhadap kegiatan perdagangan saham dan variabilitas tingkat keuntungan (return) saham. Dari hasil penelitian tersebut bisa disimpulkan sebagai berikut: 1. Laporan keuangan yang diumumkan tampaknya dipergunakan oleh investor dalam kegiatan dibursa, ini terlihat dari relatif tingginya perdagangan dihari pengumuman dibanding dengan kegiatan diluar hari pengumuman tersebut. 2. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara perdagangan pada saat sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan. 3. Laporan keuangan Desember mempunyai dampak yang lebih besar dibanding dengan bulan Maret. Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa penggunaan laporan keuangan sangat penting bagi investor untuk mempertimbangkan dan memutuskan menginvestasikan dana yang dimilikinya di pasar modal. Salah satu teknik menganalisis laporan keuangan yaitu teknik analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan dasar untuk melakukan analisa laporan keuangan. Selaras dengan yang diungkapkan oleh Warsidi (2000),bahwa: Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan tren pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan. Meskipun pelaporan keuangan memiliki tujuan sosial yang luas, akan tetapi orientasinya terletak pada investor dan kreditur, karena dengan memenuhi kebutuhan mereka maka 34 hampir semua kebutuhan dari para pemakai eksternal lainnya akan terpenuhi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis laporan keuangan dan kinerja investasi merupakan syarat mutlak bagi investor yang ingin memaksimalkan keputusan investasinya. Karena investor dapat mendapatkan berbagai manfaat pengetahuan teknis operasional bisnis perusahaan berdasarkan informasi laporan keuangan. 2.3.4.2 Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah suatu metode meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecenderungan pasar di masa mendatang dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi. Para analis teknikal tidak begitu peduli terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, sebagaimana para analis fundamental, tetapi lebih berkonsentrasi pada instrumen pasar. Analisis teknikal ini menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham (Jogiyanto, 2003:88-89). Analisis teknikal digunakan untuk memprediksi perilaku dan pergerakan harga saham (the behaviour and movement of stock prices) dengan sebagian besar analis menggunakan grafik (chart). Selaras 35 dengan yang dikemukakan Suad Husnan (2005:349) menjelaskan bahwa analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut pada masa lalu dan analisis ini menggunakan grafik (chart) maupun berbagai indikator teknis. Dari chart ini diusahakan membuat suatu pola tertentu dan dengan pola ini berusaha memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang. Secara umum, analisis teknikal meliputi faktor-faktor sebagai berikut: a. Sumber data analisis teknikal berasal dari data pasar dan fokus pada faktor internal pergerakan harga saham atau di pasar saham itu sendiri. b. Dalam melakukan analisis teknikal, fokus utama terdapat pada waktu, karena pergerakan harga saham pada dasarnya merupakan perubahan harga saham itu sendiri, yang disebabkan oleh perbedaan jumlah permintaan dan penawaran saham. c. Dalam analisis teknikal yang diutamakan adalah analisis jangka pendek, dan bukan analisis jangka panjang. 36 2.4 Return Saham Jogiyanto (2003:109) berpendapat bahwa “Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang”. Menurut J. C. Van Horne dan J. M. Wachowicz (2005:96), ukuran kesejahteraan yang paling umum bagi pemilik saham adalah return yang didefinisikan sebagai berikut: “Return from holding an investment is simply any cash payments received due to ownership, plus the change in market price, devided by the beginning price. Return comes from two sources: income plus any price appreciation (or loss in price).” Menurut Jogiyanto (2003:109) menjelaskan bahwa return dapat terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Return ekspektasi (expected return) Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. 2. Return realisasi (realized return) Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa mendatang. 37 Untuk return realisasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu terdiri dari capital gain (loss) dan yield. 1. Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (Pt-1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss). 2. Sedangkan yield adalah persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Dividen diberikan setelah adanya persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). 2.4.1 Bentuk-Bentuk Dividen Dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:179) maka dividen dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk: 1. Dividen tunai (cash dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai). 2. Dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibagikan bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut. 38 3. Dividen properti (property dividend), yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan suratsurat berharga. 4. Dividen likuidasi (liquidating dividend), yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajiban. Dari beberapa jenis dividen tersebut, yang sering dibagikan kepada pemegang saham adalah jenis dividen tunai dan dividen saham. Dan diantara dividen tunai dan saham, yang paling sering dibagikan adalah dividen tunai. Sedangkan berdasarkan metode penghitungan pembayaran, dividen dibedakan menjadi dua, yaitu dividen interim dan dividen final. 1. Dividen interim adalah jenis pembayaran dividen yang dilakukan satu kali atau lebih diantara tahun buku periode tertentu dengan tahun buku selanjutnya. Tujuan perusahaan membagikan dividen interim adalah memberikan insentif bagi pemegang saham atau investor. 2. Dividen final adalah pembayaran dividen pada tahun lalu yang dibayarkan tahun sekarang. Pembayaran dividen interim yang dilakukan pada tahun sebelumnya akan mengurangi jumlah dividen final yang akan dibayarkan. Banyak perusahaan yang memilih pembayaran dividen final agar penghitungan dan alokasi kas perusahaan bisa lebih jelas. 39 Jogiyanto (2003:111) merumuskan penghitungan return saham dengan mengabaikan capital gain sebagai berikut: Keterangan: Dt = Dividen Per Lembar Saham periode berjalan Pt-1 = Harga Saham periode sebelumnya 2.5 Tinjauan Umum Laporan Keuangan 2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2004:2), sebagai berikut: Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang dikutip oleh Ai Annisaa Utami (2008), menjelaskan pengertian laporan keuangan sebagai berikut: Bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan Zaki Baridwan (1996:17), mengemukakan pengertian laporan keuangan sebagai berikut: Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya 40 oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu, laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang sangat berguna untuk pengambilan keputusan perusahaan. 2.5.2 Tujuan Laporan Keuangan Zaki Baridwan (1996:3) mengutip tujuan laporan keuangan yang tertuang dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 1 dinyatakan bahwa pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang: 1. Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya. Informasi yang dihasilkan itu harus memadai bagi mereka yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kegiatan dan usaha perusahaan dan peristiwa-peristiwa ekonomi, serta bermaksud untuk menelaah informasi-informasi itu secara sungguh-sungguh. 2. Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan uang dimasa yang akan datang yang berasal dari dividen atau bunga dan dari penerimaan dan pengeluaran uang (cash flow) seorang kreditur atau investor itu berkaitan dengan cash flow dari perusahaan, pelaporan keuangan harus menyajikan informasi untuk membantu investor, kreditur dan pihak-pihak lainnya untuk memperkirakan jumlah, 41 waktu dan ketidakpastian dari aliran kas masuk (sesudah dikurangi kas keluar) di masa datang untuk perusahaan tersebut. 3. Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas sumber-sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber-sumber ke perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber tersebut. Berdasarkan uraian tujuan laporan keuangan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan berisi tentang informasi keuangan dari suatu perusahaan. 2.5.3 Pengaruh Laporan Keuangan Bagi Investor Menurut Munawir (2002:53) pengaruh laporan keuangan bagi investor, yaitu: Equity Investor (investor saham) yang meliputi pemegang saham yang sudah ada maupun calon pemegang saham yang potensial, mereka membutuhkan informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan untuk mempertahankan, menjual, atau justru menambah saham yang dimilikinya. Pemegang saham potensial membutuhkan informasi keuangan untuk membantu dalam pemilihan alternatif investasi yang bersaing. Investor saham pada umumnya tertarik dalam perolehan profitabilitas dimasa yang akan datang dan tingkat resiko perusahaan. 42 Sedangkan menurut Farid dan Siswanto (1998), mengemukakan pentingnya laporan keuangan bagi pelaku pasar modal, yaitu: 1. Memahami analisis fundamental laporan keuangan. 2. Memahami hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan nilai saham. 3. Memahami penerapan analisis laporan keuangan untuk dijadikan dasar dalam keputusan investasi. Dapat disimpulkan, bahwa sangat penting bagi investor untuk dapat memahami dan menggunakan laporan keuangan, sebagai salah satu pertimbangan dalam berinvestasi. Karena dari laporan keuangan investor dapat mengetahui kinerja perusahaan dan dapat mengestimasikan besarnya return yang akan diterima investor. 2.6 Tinjauan Umum Analisis Laporan Keuangan 2.6.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) menurut Soemarso (1999:430) adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena. Disisi lain Dian Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani (2005:277), mengemukakan bahwa: Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama menentukan estimasi dan prediksi yang 43 paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja (performance) perusahaan pada masa mendatang. Analisis laporan keuangan dikatakan mempunyai kegunaan apabila dapat dipakai untuk memprediksi fenomena ekonomi. Berdasarkan pengertian diatas, maka disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah sebuah proses evaluasi posisi keuangan perusahaan mengenai kinerja keuangan perusahaan, yang angkanya dapat menjelaskan perubahan sebuah fenomena. 2.6.2 Analisis Laporan Keuangan Untuk Pengukuran Kinerja Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan eksistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Artinya laporan keuangan itu adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatan-kegiatannya kepada mereka yang berkepentingan dengan perusahan tersebut. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu manajemen dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengendalian perusahaan. Sehingga dengan adanya laporan keuangan diharapkan mampu memberikan bantuan informasi kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial. Menurut Farid dan Siswanto (1998) manfaat analisis laporan keuangan dalam pembuatan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui manfaat analisis laporan keuangan untuk proses perencanaan dan pengendalian perusahaan. 2. Mengetahui pengaruh ketepatan ramalan laba untuk kegiatan investasi. 3. Memahami analisis efisiensi. 44 4. Memahami alat-alat yang dipakai untuk mengukur kinerja efisiensi perusahaan. 5. Mengaplikasikan berbagai alat analisis efisiensi. Sedangkan Sri Sulistyanto dan Haris (2003) mengatakan bahwa kinerja keuangan merefleksikan suatu kinerja fundamental perusahaan dan akan diukur dengan menggunakan data fundamental perusahaan yaitu laporan keuangan perusahaan tersebut. 2.6.3 Analisis Rasio Keuangan Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 2004:54). Rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam aritmathical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial (Bambang Riyanto, 2001:329). Rasio keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan hubungan antara berbagai macam akun (accounts) dari laporan keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil operasional perusahaan. Sedangkan studi yang berfungsi untuk mempelajari rasio keuangan tersebut disebut analisa rasio keuangan (financial ratios analysis). Menurut Munawir (2004:37), "Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut". Sedangkan menurut Mamduh M. Hanafi (2007:76) mengemukakan, "Rasiorasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-angka didalam atau antara laporan rugi laba dan neraca". 45 Mamduh M. Hanafi (2007:76) mengungkapkan bahwa pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Aktivitas Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. 3. Rasio Solvabilitas Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. 4. Rasio Profitabilitas Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas). 5. Rasio Pasar Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan dua teknik analisis, yaitu cross sectional ratio analysis dan time series ratio analysis (Munawir, 2004:37). 1) Cross Sectional Ratio Analysis adalah rasio dengan membandingkan antar informasi atau data untuk satu periode, kemudian hasilnya dibandingkan dengan rasio pembanding antara lain rasio pada perusahaan sejenis atau rasio rata-rata industri. 2) Time Series Ratio Analysis adalah analisis rasio keuangan untuk beberapa periode sehingga akan terlihat prestasi perusahaan tersebut cenderung meningkat, menurun atau cenderung konstan dalam beberapa periode tersebut. 46 2.6.4 Rasio Profitabilitas Menurut Munawir (2004:33), “Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”. Sedangkan Agus Sartono (2001:122) memberikan batasan terkait dengan profitabilitas, yaitu “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan didalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri”. Untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, dapat dilakukan dengan menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah jenis rasio yang menakar seberapa besar kemampuan sebuah perusahaan mencetak laba. Rasio ini memberikan gambaran mengenai perubahan-perubahan dari tahun ke tahun terutama kesehatan financial perusahaan. Bambang Riyanto (2001:331) mengemukakan bahwa “Rasio profitabilitas adalah rasio-rasio yang menunjukan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total asset, return on net worth, dan lain sebagainya)”. Rusdin (2008:144) mengemukakan rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah: a) Operating Profit Margin (OPM) Yaitu rasio yang menunjukkan kontribusi penjualan terhadap laba bersih yang dihasilkan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Operating Profit Margin dirumuskan sebagai berikut: 47 b) Net Profit Margin (NPM) Yaitu rasio yang menunjukkan kontribusi penjualan terhadap laba bersih yang dihasilkan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Net Profit Margin dapat dirumuskan sebagai berikut: c) Return on Equity (ROE) Yaitu rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian (return) yang dihasilkan manajemen atas modal yang ditanam oleh pemegang saham, sesudah dipotong kewajiban kepada kreditur. Return on Equity ini dapat dirumuskan sebagai berikut: d) Return on Asset (ROA) Yaitu rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian (return) yang dihasilkan manajemen atas modal yang ditanam pemegang saham, sesudah dipotong kewajiban kepada kreditur. Menurut Munawir (2004:91-82) manfaat dari rasio ROA yaitu: 1. Sifatnya yang menyeluruh, rasio ini dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan. 48 2. Dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi penggunaan modal dengan perusahaan sejenis. 3. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain didalam perusahaan yang bersangkutan. 4. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masingmasing produk yang dihasilkan perusahaan. 5. ROA selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk pengambilan keputusan jika perusahaan akan mengadakan ekspansi. ROA ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.7 Hubungan Profitabilitas dengan Return Saham Pengukuran laba tahunan dan interim perusahaan berhubungan dengan peningkatan volume perdagangan sekuritas dan peningkatan imbal hasil (return) sekuritas. Penyusunan laporan keuangan perusahaan merupakan alat bagi para investor untuk membuat keputusan. Imbal hasil (return) sekuritas erat kaitannya dengan informasi laba akuntansi. Karena return yang didapat investor merupakan bagian dari laba perusahaan, yang dibagikan dalam bentuk dividen. Profitabilitas merupakan indikator atas kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Ukuran profitabilitas yang umum digunakan dalam memperkirakan return perusahaan dimasa depan yaitu ROA. Sedangkan return 49 saham perusahaan didapat dari perbandingan dividen yang dibagikan per lembar sahamnya dengan harga saham pada periode sebelumnya. Pemilihan return saham dengan menggunakan pendekatan dividen dikarenakan fokus analisis fundamental yaitu keadaan internal perusahaan serta perkembangan politik suatu negara dalam mengukur kekuatan permintaan dan penawaran. Keadaan internal perusahaan tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, yang dilihat dari profitabilitas perusahaan dan kemudian menganalisis kemampuan perusahaan dalam memberikan imbal hasil (return) dalam bentuk dividen kepada pemegang saham. 2.8 Penelitian-Penelitian Sebelumnya Penelitian terkait dengan analisis fundamental saham perusahaan go publik pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Tendi Haruman, SE MM, Stevanus Adree Cipto Setiawan, SH MM, dan Maya Ariyanti, SE. MM, ” yang dilakukan pada tahun 2005 dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental, dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian saham BEJ. Penelitian ini dilakukan pada 33 perusahaan yang sahamnya termasuk di dalam LQ45 periode tahun 2001 sampai dengan 2003, dengan pertimbangan kecukupan data. Selain itu saham-saham LQ45 dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga diasumsikan dapat mewakili kondisi industri lain yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Variabel faktor fundamental yang diteliti adalah PER dan EPS, sedangkan variabel risiko sistematis yang diteliti adalah tingkat inflasi dan nilai kurs. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah 50 faktor fundamental PER secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham individu, sedangkan EPS secara nyata tidak berpengaruh signifikan terhadap pengembalian saham individu. Secara simultan faktor fundamental (PER dan EPS) tidak berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pengembalian investasi saham individu. Kondisi makro ekonomi yang diwakili oleh tingkat inflasi secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian saham individu. Sedangkan nilai kurs berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham individu. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman Hakim dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta pada tahun 2006 dengan judul “Perbandingan Kinerja keuangan Perusahaan Dengan metode EVA, ROA, dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 periode 2002-2004 dengan jumlah sampel sebanyak 24 perusahaan. Return saham dihitung dengan menggunakan pendekatan capital gain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode ROA memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Return Saham, sedangkan metode EVA tidak berpengaruh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja keuangan dengan metode ROA lebih baik dibandingkan metode EVA dalam pengaruhnya terhadap Return Saham. 3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cutia Prasekti tahun 2003 dengan judul “Analisis fundamental harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur 51 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2001 sampai tahun 2003. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Perusahaan yang terpilih sebagai sampel adalah tahun 2001 memperoleh 34 sampel, tahun 2002 memperoleh 31 sampel, tahun 2003 memperoleh 32 sampel. Penghitungan return saham menggunakan capital gain. Pengujian terhadap sampel memperoleh kesimpulan bahwa variabel earning per share, return on asset, debt equity ratio, price earning ratio, dan dividend per share secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, variabel earning per share, return on asset, debt equity ratio, price earning ratio, dan dividend per share mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hanya variabel debt equity ratio saja yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Return on asset, debt equity ratio, price earning ratio, dan dividen per share terhadap harga saham baik secara simultan maupun parsial, dan juga untuk mengetahui beda pengaruh earning per share, return on asset, debt equity ratio, price earning ratio, dan dividen per share terhadap harga saham antara perusahaan besar dan perusahaan kecil. Pengujian terhadap sampel memperoleh kesimpulan bahwa variabel earning per share, return on asset, debt equity ratio, price earning ratio, dan dividend per share secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, variabel earning per share, return o n asset, debt equity ratio, price earning ratio, dan dividend per share mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hanya variabel debt 52 equity ratio saja yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. 4. Penelitian lain dilakukan oleh Ariyadi Primandoko pada tahun 2005, dengan judul penelitian “Pengaruh Likuiditas Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham Bank Di BEJ”. Populasi dari penelitian ini berjumlah 26 bank yang terdaftar di BEJ. Sampel yang diambil berjumlah 19 bank. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Purposive Sampling. Sedangkan return saham dihitung dengan menggunakan pendekatan capital gain. Data yang diambil berupa laporan keuangan bank selama dua tahun (2002 dan 2003) dari 19 bank yang termasuk dalam sampel, sehingga n berjumlah 38. Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa likuiditas dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap return saham. 5. Mila Kurniasari Fadhilah pada tahun 2003 melakukan penelitian dengan judul Pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan harga saham, studi pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Jakarta periode 20002002. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima jenis rasio yang terdiri dari: rasio likuiditas yaitu current ratio, rasio solvabilitas yaitu debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu gross profit margin dan return on assets, rasio aktivitas yaitu inventory turnover dan total assets turnover, serta rasio nilai pasar yaitu price to earning ratio dan price to book value. Penelitian ini menggunakan survey data sekunder dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2000, 2001 dan 2002. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan 53 metode purposive sampling, antara lain dengan kriteria perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan selama tahun 2000–2002, menerbitkan laporan keuangan tahunan auditee dan tidak mengalami rugi selama tiga periode penelitian berturut-turut. Akhirnya terpilih 32 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa: 1) rasio keuangan secara serentak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, 2) terdapat pengaruh secara individu rasio keuangan terhadap perubahan harga saham dan 3) kemampuan rasio keuangan secara simultan dalam mempengaruhi perubahan harga saham disekitar tanggal publikasi laporan keuangan adalah rendah. 6. Penelitian lainnya dilakukan oleh Ai Annisaa Utami pada tahun 2008, dengan judul penelitian “Pengaruh Return On Equity (ROE) dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Biasa”. Objek penelitian ini adalah perusahaan emiten sektor property tahun 2006 sebanyak 32 perusahaan, dengan penghitungan return saham menggunakan pendekatan capital gain. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ROE yang merupakan salah satu rasio profitabilitas dan DER (salah satu rasio leverage) tidak berpengaruh terhadap return saham, baik secara parsial maupun simultan. 54 2.9 Kerangka Pemikiran Suatu investasi dikatakan menguntungkan (profitable) jika investasi tersebut dapat membuat pemodal (investor) menjadi lebih kaya. Dengan kata lain, kemakmuran investor menjadi lebih besar setelah melakukan investasi. Investor adalah pihak baik perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam bentuk efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal. Salah satu bidang investasi yang cukup menarik adalah investasi saham. Karena saham memiliki sifat komoditi yang sangat peka terhadap perubahanperubahan yang terjadi, baik perubahan diluar negeri maupun didalam negeri, perubahan dibidang politik, ekonomi, moneter, undang-undang atau peraturan maupun perubahan yang terjadi dalam industri dan perubahan itu sendiri. Perubahan-perubahan tersebut dapat berdampak positif yang berarti naiknya kurs saham atau berdampak negatif yang berarti turunnya kurs saham. (Rusdin, 2008:65) Dalam melakukan investasinya, investor mengharapkan sebuah pengembalian investasi atau disebut dengan return saham. Tingkat kesejahteraan para pemegang saham yang mencerminkan nilai kepuasan dan keuntungan yang diperoleh atas investasi dalam bentuk saham di suatu perusahaan yang dapat diukur dengan return sahamnya. Menurut Jogiyanto Return merupakan hasil yang di peroleh dari investasi (2007:109). Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting, karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realiasasi terdiri dari 55 capital gain dan yield. Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu, capital gain biasanya dipandang sebagai keuntungan investasi jangka pendek. Sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah presentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode sebelumnya (Jogiyanto, 2003:110-111). Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Robert Ang (1997:6.19), Dividend yield digunakan untuk mengukur jumlah dividen per saham relatif terhadap harga pasar yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Semakin besar dividend yield maka saham tersebut semakin menarik investor. Namun demikian dividend yield juga dipengaruhi oleh harga pasar, sehingga semakin tinggi harga pasar maka dividend yield semakin rendah. Dengan demikian dividend yield merupakan rasio antara dividen per lembar saham (DPS) dibagi dengan harga pasarnya. Return memiliki hubungan positif dengan risiko, semakin besar risiko yang ditanggung, semakin besar pula return yang diharapkan. Jika investor menginginkan return yang lebih tinggi, maka ia harus lebih cermat dalam memilih saham yang akan dibelinya. Investor membutuhkan informasi yang cukup untuk dapat memutuskan dimana ia akan menginvestasikan dananya. Robert Ang (1997:16.4) menyatakan bahwa “informasi merupakan kunci sukses berinvestasi di Pasar Modal”. Sesuai dengan pendapat diatas, sudah jelas 56 bahwa untuk menginvestasikan dana yang dimilikinya di pasar modal, para investor memerlukan informasi yang cukup untuk menjadi landasan pertimbangan pengambilan keputusan menyangkut investasi yang akan dilakukannya. Oleh karena itu, keberhasilan dari investasi di pasar modal sangat ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan investor untuk menganalisis semua informasi yang ada. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh investor yaitu, yang pertama adalah kondisi perusahaan, informasi mengenai kondisi perusahaan ini berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang. Yang kedua yaitu informasi mengenai faktor-faktor teknis berupa fluktuasi harga kurs, volume transaksi saham, dan kondisi bursa, apakah sedang dalam keadaan bergerak naik (bullish) atau dalam keadaan melemah (bearish). Sedangkan faktor ketiga yang harus dipertimbangkan oleh investor yaitu faktor yang berkaitan dengan lingkungan yang mencakup kondisi ekonomi, politik dan stabilitas keamanan suatu negara. Dengan mempertimbangkan ketiga informasi diatas, investor diharapkan dapat memilih dengan tepat di perusahaan mana ia akan menginvestasikan dananya. Salah satu informasi penting yang dapat menggambarkan kondisi perusahaan adalah kondisi keuangan perusahaan emiten. Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Bagi perusahaan emiten merupakan sebuah kewajiban keuangannya minimal satu tahun sekali. untuk mempublikasikan laporan 57 Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2003:2), sebagai berikut: Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang dikutip oleh Ai Annisaa Utami (2008), sebagai berikut: “Bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.” Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan yang dipublikasikan dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, prestasi operasi (dalam satu rentang waktu), dan informasi-informasi lainnya yang berhubungan dengan perusahaan. Manfaat dari laporan keuangan ditinjau dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan merupakan media bagi mereka untuk mengkomunikasikan performa keuangan perusahaan yang dikelolanya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan ditinjau dari sudut pandang pemakai, diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang rasional dalam praktek bisnis yang sehat. Dalam menyusun laporan keuangan, diupayakan memiliki cangkupan tujuan yang luas sehingga dapat melayani semua kepentingan umum dari berbagai pemakai yang potensial, dan bukan hanya untuk kebutuhan khusus kelompok tertentu saja. Setelah menetapkan tujuan sosial yang luas yang merupakan tujuan menyeluruh dari pelaporan keuangan, diantaranya bahwa pelaporan keuangan juga menyediakan informasi yang bermanfaat untuk menaksir arus kas dimasa 58 yang akan datang (Smith dan Skousen dalam Warsidi, 2001). Dari laporan keuangan yang diterbitkan setelah dianalisis akan bisa diperoleh rasio keuangan, yang berguna untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan, serta untuk menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk selama satu waktu. Atau dengan kata lain, tujuan ini mengasumsikan bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan resiko dari investasi yang dilakukannya. Rasio keuangan perusahaan didapat dengan cara menganalisis laporan keuangan. Kegunaan dari analisis rasio keuangan perusahaan adalah rasio keuangan dapat mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan, serta menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Salah satu rasio keuangan perusahaan yang menjadi pertimbangan investor adalah rasio profitabilitas. Menurut Kieso (2002:341) yang menjadi fokus perhatian dari investor dalam menilai performance perusahaan adalah profitabilitas perusahaan. Profitabilitas tersebut yang dimasa yang akan datang akan mempengaruhi stabilitas pendapatan dan nilai investasi mereka di perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan akan memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan tingkat pengembalian saham yang akan diperoleh investor. Investor sangat perlu untuk mengetahui secara baik tingkat profitabilitas perusahaan, agar investor dapat memperoleh earning seperti yang diharapkan dimasa depan. 59 Tandaellin dalam bukunya (2001:240), menyatakan: …dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa datang adalah dengan melihat sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Untuk itu, biasanya digunakan rasio-rasio profitabilitas. Sedangkan Agus Sartono (2001:114) mengemukakan pemilik (pemegang saham) dan calon investor akan melihat dari segi profitabilitas dan resiko, karena kestabilan harga saham tergantung dengan keuntungan yang diperoleh dan dividen dimasa datang. Untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, dapat dilakukan dengan menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah jenis rasio yang menakar seberapa besar kemampuan sebuah perusahaan mencetak laba. Menghitung rasio ini sangat penting sekali, karena dengan investor membeli saham berarti modal perusahaan tersebut bertambah. Rasio ini memberikan gambaran mengenai perubahan-perubahan dari tahun ke tahun terutama kesehatan finansial perusahaan. Bambang Riyanto (2001:329), mengemukakan bahwa “Rasio profitabilitas adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total asset, return on net worth, dan lain sebagainya)”. Indikator rasio profitabilitas yang kerap kali dijadikan investor untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan adalah Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA) dan profit margin. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Mambuh Hanafi dan Abdul Halim (2007:83), “Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu: profit margin, return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE). 60 Salah satu rasio keuangan yang lazim digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan yaitu rasio Return On Asset (ROA). Menurut Lawrence J. Gitman (2003:65), menyatakan bahwa “Return On Asset (ROA) measurere the overall effectiveness of management in generating profits with its available asset, also called Return On Investment (ROI)”, artinya ROA sering juga disebut ROI merupakan ukuran efektivitas perusahaan secara keseluruhan yang ditanamkan dalam aktiva yang tersedia dalam perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Return On Asset digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Sedangkan M. Faishal Abdullah (2004:60) mengungkapkan “ROI sering juga disebut Return on Total Assets dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki”. ROA merupakan analisa keuangan yang mempunyai kedudukan sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh. Fokus ROA adalah profitabilitas dan independen terhadap biaya modalnya. Selaras dengan yang diungkapkan Munawir (2004:89), Return On Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang dipergunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Disisi lain, Anderson Consulting yang bekerjasama dengan majalah Swa (Desember 1999), menyimpulkan bahwa perhitungan ROA dapat mewakili kondisi keuangan perusahaan, maka investor akan menilai saham dengan nilai 61 yang tinggi sehingga diharapkan akan menghasilkan tingkat pengembalian saham bagi investor yang tinggi. Apabila rasio ROA perusahaan tinggi, selain menunjukkan kemampuan perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi juga berarti terjaminnya kebutuhan dana bagi perusahaan dalam operasinya dimasa datang. Ketika profitabilitas perusahaan dalam keadaan baik, maka hal ini akan berdampak pada peningkatan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal, yang kemudian akan menarik hati investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Menurut pendapat Ida Bagus (2002:70), Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk menanamkan dananya sehingga diharapkan banyaknya investor membeli saham akan meningkatkan return saham perusahaan tersebut. Hal ini juga menunjukkan hubungan yang positif antara ROA terhadap return saham. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Robert Ang (1997), yaitu: Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar. Investor membuat keputusan menanam uangnya dengan membeli saham setelah mempertimbangkan keuntungan (gain) yang akan diterima oleh emiten seperti laba emiten, pertumbuhan penjualan dan aktiva selama kurun waktu tertentu. ROA adalah salah satu unsur dari faktor profitabilitas perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan sebagai wujud dari kinerja perusahaan, yang diyakini secara teori dapat mempengaruhi return saham perusahaan. Semakin tinggi rasio ROA maka semakin baik kondisi profitabilitas 62 perusahaan dan akan semakin menarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Dari uraian diatas, didapat gambar kerangka pemikiran sebagai berikut. Investor Return Saham Dividen Laporan Keuangan Emiten Analisis Fundamental Profitabilitas ROA Keputusan Investor GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN 2.10 Hipotesis Penelitian Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Suharsimi Arikunto (2006 : 71) menyatakan bahwa : “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” 63 Berdasarkan paparan kerangka pemikiran dan permasalahan diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Return Saham”.