A. Tata Bahasa Bentuk terikat adalah kata yang tidak dapat berdiri

advertisement
A. Tata Bahasa
Bentuk terikat adalah kata yang tidak dapat berdiri sendiri; adi (menyatakan sesuatu
yang luar biasa) antar (menyatakan hubungan) anti (menyatakan perlawanan) swa
(menyatakan kemandirian) semi (menyatakan setengah atau tengah-tengah) mono
(menyatakan satu/tunggal) pasca (menyatakan sudah) de (menyatakan mengurangi,
keluar dari, suatu ubahan dari) maha (menyatakan yang paling/lebih)
Fungsi imbuhan/Afiks ke-an
1) Membentuk kata kerja
2) Membentuk kata benda
 Makna imbuhan ke-an;
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Menyatakan peristiwa yang telah terjadi; kenyataan itu sungguh pahit
Menyatakan tempat atau daerah; Andri bekerja di kedutaan RI
Menyatakan kena atau menderita suatu hal; Ia kehujanan semalam
Menyatakan perbuatan yang tidak sengaja; Ia ketiduran semalam
Menyatakan terlalu; baju Narji kebesaran
Menyatakan menyerupai; kebarat-baratan
Konjungsi atau penghubung antarkalimat ialah kata atau gtabungan kata yang
menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain.
 Fungsi konjungsi antarkalimat:
1) Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan kalimat sebelumnya,
konjungsinya; biarpun demikian/ begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun
demikian/begitu, meskipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu.
2) Konjungsi yang menyatakan hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar yang
dinyatakan sebelumnya; tambahan pula, lagi pula, selain itu.
3) Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya; sesungguhnya,
bahwasanya.
4) Konjungsi yang menyatakan akibat; oleh karena itu, oleh sebab itu
5) Konjungsi yang menyatakan kebalikannya; sebaliknya
6) Konjungsi yang menguatkan keadaan sebelumnya; bahkan
7) Konjungsi yang pertentangan dengan keadaan sebelumnya; namun, akan tetapi
8) Konjungsi yang menyatakan konsekswensi; dengan demikian
9) Konjungsi yang yang menyatakan mendahului keadaan sebelumnya; sebelum itu
10) Konjungsi yang menyatakan lanjutan dari peristiwa atau keadaan kalima;
sedudah itu, setelah itu, selanjutnya.
Sinonem dapat terjadi antara; morfem dengan morfem, morfem dengan kata, kata
dengan frasa, frasa dengan frasa, serta antarkalimat dengan kalimat.
Buku itu kepunyaanku = yang merupakan morfem terikat besinonem dengan saya
(morfem bebas). Kalimat aktif dapat bersinonim dengan kalimat pasif. Contoh frasa;
meninggal dunia, berpulang ke rahmatullah.
Kata berantonim tidak mutlak berlawanan, sebab yang berlawanan adalah maknanya.
Kata antonim diganti dengan Opisi oleh Verhaar sebab misalkan kata putuh bukan
sekadar berlawanan dengan hitam, tapi juga dengan kuning, hijau dan lain-lain.
 Berdasarkan sifatnya oposisi dibedakan menjadi:
1) Oposisi mutlak pada dua kata; hidup X mati
2) Oposisi kutub atau gradual; pertentangan yang bersifat gradasi (tinggkat-tingkat
makna kata), contoh; jauh dekat, panjang pendek, tinggi rendah.
3) Oposisi hubungan/relasional; mengandung hubungan kebalikannya, contoh;
mundur maju, pergi pulang, ayah-ibu, guru-murid
4) Oposisi majemuk mencakup perangkat yang terdiri dari dua kata atau lebih,
khususnya berhubungan dengan hiponim-hiponim dalam satu kelas, misal;
berdiri, duduk, berbaring, tiarap dan jongkok.
5) Oposisi hirarkial; mirip dengan oposisi majemuk, hanya terdapat kriteria
tambahan yaitu tingkatan, misal milimeter x kilometer, Januari x Februari.
Polisemi yakni kata yang memiliki makna lebih dari satu, contoh kepala bermakna;
bagian tubuh dari leher ke atas, bagian sebelah atas, pemimpin, jiwa, akal budi
 Membedakan Kalimat Tunggal dan Kalimat majemuk :
1. Anda melakukan kontak dengan penderita penyakit SARS
S
P
O
Merupakan contoh dari kalimat tunggal karena terdiri dari satu Subjek (S) satu Predikat
(P) dan satu Objek (O)
2. Dalam perawatan
Keterangan
Anda tidak perlu khawatir
S
P
sebab
Konjungsi
SARS
S
bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
P
Merupakan contoh kalimat majemuk karena terdiri dari 2S 2P dan 1 K atau terdiri dari
pola atasan yakni (K-S-P) dan satu pola bawahan yaitu konjungsi-S-P.
Sebuah kalimat tunggal dapat diperluas menjadi kalimat majemuk. Perluasan tersebut
dapat terjadi pada subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan
Contoh; Murid itu pintar (tunggal), murid itu sakit (tunggal) digabung menjadi; murid
yang pintar itu sakit (majemuk dengan perluasan anak kalimat subjek).
Contoh; Bibi Hana mencuci pakaian (tunggal) Bibi Hana menyetrika pakaian (tunggal),
digabung menjadi; Bibi Hana mencuci dan menyetrika pakaian (majemuk dengan
perluasan anak kalimat predikat).
Kalimat majemuk koordinatif ialah dua klausa yang digabungkan oleh konjungsi sebagai
tanda hubungan dua klausa tersebut. Contoh; Gempa bumi menggoncang Poso dan
(gempa bumi) menewaskan 5 orang.
 Macam kalimat majemuk setara koordinatif:
1) Kalimat majemuk setara menggabungkan. Konjungsinya; dan, serta, lagi, pula,
juga
2) Kalimat majemuk setara mempertentangkan. Konjungsinya; tetapi, namun,
sedangkan, melainkan
3) Kalimat majemuk setara memilih. Konjungsinya; atau
4) Kalimat majemuk setara menguatkan. Konjungsinya; bahkan, malahan
5) Kalimat majemuk setara mengurutkan. Konjungsinya; lalu, kemudian, setelah itu,
sesudah itu
6) Kalimat majemuk setara menjelaskan isi. Konjungsinya; bahwa, yaitu, ialah,
adalah, yakni
Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif) ialah jika terdapat klausa induk dan klausa
bawahan.
Contoh:
Pencuri sepeda motor itu dibakar massa, sebelum (ia) ditangani polisi setempat.
Klausa induk
Klausa bawahan/klausa anak
Macam kalimat majemuk bertingkat (selanjutnya disingkat KMB) ditentukan oleh sifat
konjungsi yang menghubungkan klausa-klausanya.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
Menyatakan hubungan waktu; saat, sebelum, selama, setelah, seraya
Menyatakan hubungan syarat; jika, kalau, bila, jikalau
Menyatakan hubungan tujuan; untuk, demi, bagi, supaya, agar
Menyatakan perbandingan; daripada, bagai, umpama, seperti, bak
Menyatakan hubungan sebab; karena, sebab, oleh sebab, karena itu
Menyatakan hubungan akibat; sehingga, maka
Menyatakan hubungan pengandaian; seandainya, sekiranya
Menyatakan hubungan pengecualian; kecuali, selain
Menyatakan hubungan cara; dengan
Menyatakan hubungan alat; dengan
Menyatakan hubungan kemiripan; seolah-olah, seakan-akan
 Perbedaan kalimat aktif dan pasif
1) Kalimat aktif terdiri dari subjek, predikat dan objek. Contoh; Adik mencuri uang
ayah.
2) Kalimat pasif terdiri dari objek, predikat dan subjek. Contoh; Uang ayah dicuri
(oleh) adik.
 Kalimat aktif dibedakan dalam dua macam :
1) Kalimat aktif transitif yakni yang bercirikan; predikatnya berupa verba transitif atau
verba yang berawal meN-, dan memiliki objek. Contoh; Dokter memeriksa
pasiennya (S-P-O) Henny menjalani operasi kanker otak (S-P-O). Kalimat aktif
transitif dibedakan atas :
a) Kalimat aktif ekatransitif, yaitu kalimat yang hanya memiliki satu objek. Contoh;
Petani mengairi sawah.
b) Kalimat aktif bitransitif yaitu kalimat yang hanya memiliki dua objek.
Contoh; Kakek membelikan adik boneka
O
O
2) Kalimat aktif intransitif; predikatnya dapat berupa verba berawalan selain meN-, kata
dasar, baik itu verba maupun nonverba, dan tidak memiliki objek.
Contoh: Kami duduk-duduk di depan teras
S
P
K
Kalimat korelatif ialah kalimat yang hubungan antarbagiannya bersifat sederajat, hal ini
ditandai dengan konjungtif korelatif (pasangan konjungsi yang secara tetap yang
menguhubungkan dua klausa atau lebih). Pasangan-pasangan konjungsi tersebut ialah;
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
baik …… maupun……….
tidak hanya …… tetapi (…) juga …..
apakah ….. atau ….
entah ….. entah ….
jangankan …. pun ….
semakin ….. semakin …..
bertambah …. bertambah ….
kian …. kian ….
bukanlah … melainkan …..
selain …. juga ……
 Denotasi; makna kata sesungguhnya. Contoh; saya makan nasi.
 Konotasi; bukan makna kata sesungguhnya. Contoh; kamu secantik rembulan di
angkasa.
Bentuk ulang atau kata ulang ialah bentuk bentuk gramatikal yang berwujud
penggandaan sebagian atau seluruh bentuk dasar, contoh; anak-anak berkumpul di
depan kelas,
 Jenis-jenis kata ulang:
1) kata ulang dwipurwa (kata ulang dari suku kata pertama dari sebua kata),
contoh; laki (lalaki) lelaki.
2) Kata ulang dwilinga; pengulangan bentuk dasar seutuhnya, contoh; pedagangpedagang
3) Kata ulang dwilinga salin suara; pengulangan bentuk dasar seutuhnya, tapi ada
perubahan bunyi pada salah satu fonem, contoh; ramah-tamah, corat coret.
Makna-makna kata ulang dikategorikan berdasarkan golongan bentuk dasarnya berikut
ini.
1) Bentuk dasar nomina (kata benda)
a) Menyatakan jamak, contoh; buku-buku, acara-acara
b) Menyatakan menyerupai atau tiruan hal yang disebut dalam kata dasar
2) Bentuk dasar verba (kata kerja)
a) Intensitas atau pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang, contoh; memukulmukul, mencari-cari
b) menyatakan saling (resiprok) atau pekerjaan berbalasan, contoh; tolong
menolong,
c) Menyatakan perbuatan yang dilakukan seenaknya, contoh; jalan-jalan,
membaca-baca
d) Menyatakan pekerjaan seperti yang ada pada bentuk dasar, contoh; tulis
menulis, karang mengarang
3) Bentuk dasar adjektiva (kata sifat)
a) menyatakan kesangatan, contoh; kuat-kuat, dalam-dalam
b) Menyatakan agak, contoh; kemerah-merahan
c) Menyatakan paling, contoh; sekuat-kuatnya, setinggi-tingginya
4) Bentuk dasar Numeral (kata bilangan), contoh; dua-dua, tujuh-tujuh
Memahami indeks dalam buku
a) al-salih, Ahmad, 14 (sesuatu yang berhubungan dengan Ahmad al shalih ada di
halanan 14)
b) Alas dialek, 34
c) Ali Topan Detektif Partikelir, 132
d) al-Nawawi, 21
e) Alisjahbana, Sutan taqdir, 93, 94, 98, 103
Kata penghubung ialah kata yang berfungsi menghubungkan kata yang mendahuluinya
atau sebuah kalimat dengan kalimat yang mendahuluinya. Beberapa jenis kata
penghubung;
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Kata penghubung gabungan; dan, lagi, lalu, kemudian\
Kata penghubung penunjuk waktu; saat, ketikwa, waktu, sejak
Kata penghubung penunjuk tujuan; agar, supaya, biar
Kata penghubung penunjuk perlawanan; tetapi, hanya, padahal
Kata penghubung penunjuk sebab; sebab, karena
Kata penghubung penunjuk syarat; jika, kalau, asal
Kata penghubung penunjuk pelaku; bahwa
Kata penghubung penunjuk sebab yang tidak dipedulikan; biarpun, meskipun,
walaupun
Puisi Balada terbunuhnya Atmo Karpo karya W.S. Rendra:
Parafrase ialah penguraian kembali suatu teks dalam bentuk sususan kata yang lain
supaya supaya dapat menjelaskan makna yang tersembunyi. Awalan pe- berfungsi
membentuk kata benda :
1)
2)
3)
4)
5)
Menyatakan pelaku; perampok, penulis, pembuat
Menyatakan orang yang di ….; pesuruh, petatar
Menyatakan orang yang biasa bekerja di suatu tempat; peladang, pelaut
Menyatakan orang yang gemar sesuatu; pecandu, pemakan
Menyatakan orang yang memiliki sifat seperti dalam kata dasar; pemalas,
pemurah, pendendam
Notulen rapat ialah catatan singkat dan padat mengenai jalannya rapat dan hal yang
diputuskan dalam rapat. Fungsi awalan me- membentuk kata kerja, baik transitif
maupun intransitif dengan menekankan pelaku (S) kalimat. Makna awalan me- :
1)
2)
3)
4)
5)
Melakukan suatu perbuatan; menari, menyanyi, melangkah
menuju ke bila kata dasar menunjukkan tempat; melaut, menepi, mengangkasa
menghasilkan atau membuat suatu hal; menguak, menyalak
berlaku atau menjadi seperti; membantu
menjadi bila kata dasarnya kata sifat atau bilangan; menyatu, memerah,
mengecil
6) mempergunakan atau bekerja dengan apa yang disebut dalam kata dasar;
menyapu, mencangkul
7) membuat atau menghasilkan seperti dalam kata dasar; menggulai, menyambal,
merujak.
Imbuhan pe-an mempunyai alomorf pem-an, pen-an, peny-an, peng-an, dan pnge-an.
Alomorf ialah morfem yang sama, yang bervariasi bentuknya akibat pengaruh
lingkungan yang dimasukinya. Fungsi pe-an ialah membentuk kata benda. Makna
imbuhan pe-an :
1) Menyatakan proses atau pembuatan me-, contoh; pelatihan, pendaftaran
2) Menyatakan hasil, contoh penghargaan.
Kata-kata yang berasal dari bahasa Arab seperti bismillah, silaturrahmi, wassalam, jika
dimasukkan dalam bahasa Indonesia, maka tidak ada penulisan dobel atau ganda,
berarti yang benar; bismilah, silaturahmi, wasalam.
Penggunaan kata-kata salah yakni penggunaan dua kata dengan makna sama,
seharusnya hanya mengunakan salah satu, misal;
1) Menuntut ilmu adalah merupakan kewajiban kita semua. (Buang salah satu)
2) Kita harus menguasai beberapa bidang ilmu, seperti misalnya Agama, IPA dan
Bahasa
3) Sayang amat sangat setuju pendapatmu!
Penggunaan bahwa merupakan penanda subjek (berupa anak kalimat) dalam kalimat
pasif, juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang
menggunakan adalah, merupakan, atau ialah. Contoh; Bahwa awan tebal itu pertanda
akan hujan, Bahwa karangan ini memiliki kekurangan adalah kelemahan saya.
Kata pukul untuk menunjukkan waktu, sedang jam menunjukkan jangka
waktu/masa/berapa lama, contoh; Pukul berapa Tante Ria datang? Tante Ria datang
pukul 10.00. Aria belajar 2 jam setiap hari.
Dalam menggunakan pasangan kata yang benar yakni antara dan dan bukan antara
dan melawan
(x) Salah: Nanti malam berlangsung pertandingan antara kesebalasan Indonesia
melawan Brasil
 Benar: Nanti malam berlangsung pertandingan antara kesebalasan Indonesia dan
Brasil
Kata-kata umum yang salah, Sambutan Bapak Wanto, kepala sekolah SMA Master,
waktu dan tempat kami persilahkan! Hal ini mengandung makna seadakan-akan yang
diundangkan waktu dan tempat. Contoh yang benar; Sambutan Bapak Wanto, selaku
kepala sekolah SMA Master, kepadanya persilahkan!
Bentuk Resiprokal adalah bahasa yang mengandung arti berbalasan, hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan kata saling dan kata berimbuhan, contoh;
1) Sesama sopir dilarang saling mendahului
2) Sesama sopir dilarang dahulu mendahului
Contoh penulisan jamak yang salah;
1) Hadir beberapa menteri-menteri ke Master
2) Kita harus mematuhi beberapa aturan-aturan
3) Para siswa-siswa harus rajin belajar
Ingatlah! Kata beberapa, berbagai, dan para bermakna banyak, maka penulisan yang
benar
1) Hadir beberapa menteri ke Master
2) Kita harus mematuhi beberapa aturan
3) Para siswa harus rajin belajar
Perusahaan banyak yang gulung tikar (bangkrut) dalam krisis global, sehingga banyak
orang yang banting stir (mengubah sikap atau cara hidup) menjadi wirausahawan.
Gelombang besar (perkembangan pesat) informasi dan teknologi turut andil
memperparah keadaan.
Kata yang dicetak miring disebut idiom atau ungkapan.
Idiom dilihat dari segi makna, yaitu penyimpangan
Ungkapan lebih pada ekspresi kebahasaaan dan emosinya dalam bentuk yang
dianggap paling tepat dan paling kena.
Metafora digunakan untuk membandingkan sesuatu yang lain dari yang lain, contoh
matahari disebut raja siang
B. Peribahasa dan artinya:
1) Hidup segan mati tak mau (keadaan kritis atau gawat).
2) Melihat fajar di ufuk Timur (harapan untuk keluar dari krisis).
3) Lepas dari mulut harimau dan masuk ke mulut buaya (keluar dari masalah pertama
dan terjerumus pada masalah lainnya).
4) Besar pasak daripada tiang (lebih banyak pengeluaran dari penghasilan).
5) Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup dijajah bangsa asing
(mempertahankan harga diri sampai mati).
6) Makin hari makin menggunung (makin lama makin bertambah banyak).
7) Bak telur di ujung tanduk (terdesak atau terjepit).
8) Keledai pun tak akan jatuh ke masalah yang sama kedua kalinya (belajar dari
pengalaman).
C. Konjungsi atau penghubung antarkalimat ialah kata atau gtabungan kata yang
menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain.
 Fungsi konjungsi antarkalimat:
1) Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan kalimat sebelumnya,
konjungsinya; biarpun demikian/ begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun
demikian/begitu, meskipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu.
2) Konjungsi yang menyatakan hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar yang
dinyatakan sebelumnya; tambahan pula, lagi pula, selain itu.
3) Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya; sesungguhnya,
bahwasanya.
4) Konjungsi yang menyatakan akibat; oleh karena itu, oleh sebab itu.
 Frasa verbal ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan
verba/kata kerja sebagai intinya, tapi bukan klausa, misalkan; sudah dapat, belum
datang, akan datang, tidak dapat ditulis sebaliknya; dapat sudah, datang belum,
datang akan.
1) Sejak kecil mereka sudah dilatih disiplin oleh sang Ibu
2) Agenda reformasi belum tercapai
3) Kita dapat melakukan kegiatan bermanfaat setiap hari
Verba inti kalimat di atas ialah dilatih, tercapai, dan melakukan, sedang sudah, belum,
dapat merupakan pewatas yang termasuk kategori adverbia. Adverbia berfungsi
menjelaskan verba, misal adverbia belum menjelaskan verba tercapai. Adverbia lainnya
ialah; masih, telah, sedang, tengah, akan, pernah, baru, mulai, tidak, harus, mungkin,
boleh dan lain-lain.
Unsur-unsur bahasa antara lain, adalah, yaitu, di antara, seperti, di samping sebagai
penanda hubungan contoh dan penanda transisi untuk sebuah perincian, juga berfungsi
menyatakan dan menjelaskan dua uncur yang sama, contoh; Sebagian besar dari
mereka adalah juga warga ibu kota karena orang tuanya memiliki KTP DKI.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis alasan, perincian dan contoh.
1) Jika perincian berupa kalimat, setelah penanda hubungan contoh atau rincian
diberi tanda (.)
Contoh : Ajib Rosidi (1985) membuat periodisasi sastra Indonesia sebagai berikut.
a) Periode kelahiran hingga (1945)
b) Periode perkembangan (1945-kini)
2) Jika rincian berupa kata atau frasa, setelah penanda hubungan contoh atau
rincian diberi tanda (:)
Contoh: Mempelajari suatu bahasa dapat dilakukan dengan cara: menyimak, meniru,
dan mempraktikkan. Penanda-penanda perincian dan contoh yang sering dipakai untuk
memberikan alasan terhadap suatu konsep adalah sebagai berikut.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
antara lain: ….,……, dan …….
sebagai berikut ini: (a)…., (b)……, dan (c)…….
adalah: ….,……, dan …….
adalah: (a)…., (b)……, dan (c)…….
yaitu: ….,……, dan …….
ialah: (1)…., (2)……, dan (3)…….
yakni: (a)…., (b)……, dan (c)…….
di antaranya: ….,……, dan …….
seperti: ….,……, dan …….
meliputi: (a)…., (b)……, dan (c)…….
D. Perubahan Makna.
Kata perempuan dan laki-laki seringkali diganti dengan kata wanita dan pria karena
dianggap lebih tinggi nilai rasanya. Perubahan makna dalam bahasa Indonesia karena
beberapa faktor menurut Chaer.
a) Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan, sastra dari makna tulisan menjadi
karya imajinatif
b) Perkembangan sosial budaya, misal saudara menjadi siapa saja yang dianggap
sederadat dan berstatus sosial sama
c) Perbedaan bidang pemakaian misal menggarap (sawah) menjadi mengerjakan
d) Adanya asoiasi, misal amplop menjadi uang suap/pelicin
e) Adanya pertukaran tanggapan indera, pedas (lidah) menjadi pedas (pendengaran)
f) Perbedaan tanggapan, adanya nilai rasa dan halus, misal kamu menjadi sampean
g) Adanya penyingkatan,misal dokter menjadi dok, bukti pelanggaran menjadi tilang
h) Proses gramatikal
i) Pengembangan istilah; papan yang bermakna lempengan kayu tipis menjadi
perumahan
E. Jenis perubahan makna:
1) Perluasan makna (generalisasi); dari makna khusus menuju makna umum/luas.
Cakupan makna sekarang lebih luas dari dahulu. Misal kakak bisa bermakna
saudara kandung tua atau orang yang lebih tua dan dihormati.
2) Penyempitan makna (spesialisasi); dari makna lebih umum ke makna
khusus/sempit. Cakupan makna sekarang lebih sempit dari dahulu. Contoh;
sastra dulu semua karya tulis disebut sastra, sekarang makna sastra udah
menyempit pada karya-karya tertentu.
3) Peningkatan makna (ameliorasi); pergeseran makna yang mana makna baru
dianggap lebih tinggi/hormat/halus dari makna sebelumnya. Contoh; Jika ingin ke
WC atau buang air besar/buang air kecil, lebih baik menggunakan kata-kata ke
belakang.
4) Penurunan Makna (peyorasi); kebalikannya yakni makna baru dianggap lebih
rendah/kurang baik. Contoh; kata bunting lebih kasar dari hamil, mengandung,
berbadan dua.
5) Persamaan sifat (asosiasi); makna kiasan. Contoh; amplop atau sampul surat
diasosiasikan sekarang dengan uang sogok atau uang pelicin.
6) Sinestesia; pergeseran makna akibat pertukaran tanggapan dua indera. Contoh;
Suaranya hambar (pergeseran indera pendengar ke indera rasa)
7) Perubahan total; misalkan kata ceramah dulunya bermakna cerewet, sekarang
berarti pidato/arahan
Kata namun, akan tetapi, dan sedangkan menandai hubungan perlawanan. Akan tetapi
terdapat perbedaan fungsi; Penanda namun dan akan tetapi menghubungkan kalimat
atau paragraf sebelum dan sesudahnya, sedangkan penanda sedangkan
menghubungkan klausa. Akan tetapi menghubungkan kedua kalimat, sedang namun
menghubungkan antara kedua paragraf. Penanda hubungan perlawanan lainnya;
tetapi, melainkan, walaupun, begitu, kendatipun demikian, hanya, sekalupun,
sungguhpun, walau, sebaliknya dan padahal.
Contoh; Namun, siapa yang dapat melakukan semua itu?
Penanda hubungan perbandingan dapat menggunakan; seperti, sebabgaimana,
daripada, bagai, seakan-akan, seolah-olah, serasa, seumpama, baik, seolah, sama
halnya, berbeda dengan.
Contoh; Kita berharap Indonesia menjadi negara maju, seperti; Jepang, China, AS dan
India
F. Wicara.
 Pembawa acara harus memperhatikan.
1)
2)
3)
4)
5)
Menguasai situasi
Menguasai kaidah bahasa resmi, umum dan bahasa pasaran sesuai acara
Mempunyai kepercayaan diri
Menggunakan gerak gerik yang wajar
Memiliki penampilan yang luwes dan penuh improvisasi
 Persiapan rancangan acara yang matang.
1)
2)
3)
4)
5)
Pembukaan
Pembacaan ayat suci Al-Qur’an
Sambutan
Acara Inti
Doa/Penutup
 Tuntunan bagi pembawa acara.
1) Memulai acara dengan Basmalah (Bismillahirrahmanirrahiem)
2) Memperkenalkan diri secara singkat
3) Menyapa massa atau hadirin, kalimat-kalimat sapaan diungkapkan dengan
penuh rasa hormat
4) Menyampaikan komentar di sela-sela antara satu acara dengan lainnya
5) Menyelesaikan acara dengan ucapan terima kasih dan ucapan hamdalah
(Alhamdulillah)
 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyampaikan pidato.
1.
2.
3.
4.
Sampaikan dengan intonasi dan artikulasi yang tepat
Berikan tekanan dinamik pada kata-kata yang menonjolkan pikiran tertentu
Gunakan gerak mimik yang sesuai dengan ekpresi komunikasi pada audiens
Yakinkan diri bahwa sedang menyampaikan sesuatu yang baru dan belum
pernah didengar audiens.
 Secara sederhana isi keseluruhan pidato.
1) Pembukaan; syukur, salawat, perkenalan tema pidato, gambaran umum isi
pidato, humor sebagai pengantar.
2) Isi pidato; ayat/hadits, penjelasan, alasan, bukti pendukung, ilustrasi, contoh,
Angka, perbandingan, kontras, diagram, cerita yang relevan dan humor.
3) Penutup; kesimpulan isi pidato, ajakan melakukan sesuatu, penegasan isi pidato,
permohonan maaf, dan pantun.,
G. Diskusi berasal dari bahasa latin discutio atau discusum yang berarti bertukar
pikiran. Macam-macamnya ialah.
1) Diskusi kelompok; bertukar pikiran secara kelompok untuk memahami dan
memecahkan masalah dalam satu disiplin ilmu atau permasalahan kehidupan.
2) Diskusi panel; bertukar pikiran antara tiga sampai enam orang ahli di suatu bidang
ilmu yang dipandu oleh seorang moderator dan disaksikan sejumlah pendengar.
3) Seminar; bertukar pikiran tentang suatu masalah yang diangkat dari penelitian atau
hasil kajian literatur (kepustakaan). Dalam seminar terdapat; moderator, notulis,
pemrasaran, pembanding, partisipan, dan pembimbimbing (guru/tenaga ahli).
 Dalam diskusi terdiri dari
a)
b)
c)
d)
Pembicara; penyaji/penyampai makalah
Moderator; pengatur jalannya diskusi/seminar
Notulis; pencatat hasil seminar
Peserta; pengikut seminar, bisa aktif (bertanya/menanggapi) atau pasif
(mendengarkan saja)
Kegiatan seminar merupakan salah satu aktivitas ilmiah, maka laporan yang dibuat
harus ilmiah. Berikut ini cara menuli hasil laporan ilmiah:
o (Nama Lembaga Penyelenggara)
o Laporan Hasil Seminar
o (Judul Seminar)
I.
Pendahuluan
a) Latar belakang seminar
b) Tujuan seminar
c) Hari/tanggal dan tempat seminar
II.
a)
b)
c)
d)
III.
IV.
V.
a)
b)
c)
d)
Pelaksanaan seminar
Pembicara
Moderator
Notulis
Peserta
Hasil Seminar (deskripsikan rangkuman hasil seminar).
Kesimpulan Seminar.
Lampiran
Susunan panitia
Makalah
Daftar hadir
Surat izin pelaksanaan (jika ada)
(tempat, tanggal, bulan, tahun)
Mengetahui
Pembicara,
Notulis
(nama terang)
(nama terang)
 Melaporkan hasil diskusi.
1)
2)
3)
4)
5)
Judul diskusi
Waktu dan tempat
Peserta
Jalannya diskusi
Hasil kesimpulan diskusi
 Manfaat mengajukan pertanyaan dalam diskusi:
1) merangsang kemampuan berpikir kreatif peserta;
2) membantu meningkatkan rasa percara diri; dan
3) membantu pencapaian tujuan diskusi yang ditetapkan
 Ketika mengajukan pertanyaan, sejumlah hal harus diperhatikan:
a)
b)
c)
d)
Pertanyaan harus jelas dan singkat
Pertanyaan bersifat kritis, sistematis dan logis
Pertanyaan bersifat memecahkan masalah
Tidak mengulang pertanyaan yang sama
H. Majas.
 Majas Pertentangan.
1) Hiperbola; pernyataan yang berlebihan, contoh; tubuhnya kurus kering tinggal
tulang belulang
2) Litotes; mengecilkan kenyataan yang sesungguhnya, contoh; pengorbananku
tidak berarti dibanding kesuksesan yang kamu raih
3) Ironis; bertentangan dengan maksud sebenarnya dengan maksud menyindir
atau mengolok-olok. Contoh: rajin sekali kamu, jam 11.00 WIB baru bangun
4) Sinisme; sindiran secara langsung, contoh; perilakumu membuatku muak
5) Oksimoron; antarbagiannya menyatakan suatu pertentangan; cinta terkadang
membuat bahagia, tapi terkadang juga membuat kesedihan.
 Majas Pertautan.
1) Matonimia; memakai nama ciri/hal yang ditautkan dengan nama orang, barang
atau hal lain sebagai pengganti, conoh; Kami ke Bogor mengendarai Toyota
2) Sinekdoke; menyebutkan nama sebagainsebagai pengganti nama keseluruhan
atau sebaliknya.
o Pars Pro toto; menyebutkan nama sebagian benda untuk benda itu secara
keseluruhan, contoh; Ayah menyembelih dua ekor kambing pada Idul Adha
kali ini
o Pars pro parte; menyebutkan keseluruhan untuk sebagiannya, contoh; kelas
kami medapat menghargaan kelas terbersih tahun ini.
3) Alusi; menunjuk secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang
diketahui bersama, contoh; Peristiwa ini mengingtkan kekejaman penjajahan
Jepang di Indonesia.
4) Eufimisme; penghalusan kata atau kalimat, “Bolehkah saya izin ke kamar kecil?”
5) Elipsis; menghilangkan satu unsur kalimat, tapi tetap dimengerti, contoh; Kami ke
Yokyakarta dengan kereta api (menghilangkan predikat pergi).
6) Inversi; perubahan susunan kalimat, contoh; Aku dan dia telah berpisah – Telah
berpisah aku dan dia.
 Majas penegasan:
1) Pleonasme; menggunakan kata-kata berlebihan dengan maksud menegaskan
arti, contoh; Mari, naik ke atas, agar Anda dapat melihat pemandangan yang
indah
2) Klimaks; menyatakan bebeberapa hal secara berurutan yang makin lama, makin
menghebat, contoh; anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua memenuhi
Pekan Raya Jakarta
3) Antiklimaks menyatakan bebeberapa hal secara berurutan yang makin lama,
makin menurun, contoh; Bupati, para camat, dan para kepala desa mematuhi
Undang-Undang Dasar
4) Retoris; bentuk pertanyaaan yang jawabannya sudah diketahui, contoh;
siapakah yang tidak ingin hidup senang?
5) Aliterasi; memanfaatkan kata-kata yang bunyi awalnya sama, contoh; inikah
indahnya impian?
6) Antanaklasis; ulangan makna kata sama dengan makna berbeda, contoh; ibu
membawa buah tangan dari Malang yakni buah apel segar.
7) Repetisi; pengulangan kata untuk menegasan, contoh; selamat tinggal sahabat,
selamat tinggal kawan, selamat tinggal sobat!
8) Paralelisme; sebagaimana repetisi, tapi dalam baris berbeda: -Hati ini biru; -Hati
ini lagu; -Hati ini debu.
9) Kiasmus; berisi perulangan sekaligus inversi, contoh; mereka yang kaya merasa
dirinya miskin, sedang mereka yang miskin merasa dirinya kaya.
 Majas terdiri dari:
majas perbandingan, pertentangan, Pertautan dan
Penegasan. Novel di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka (Haji Abdul Kariem
Amrullah).
Sanusi Pane lahir 14 Oktober 1905 di Muarasipongi Sumut, meninggal 2 Januari 1968,
di antara karyanya berbentuk drama (Manusia Baru) dan Puisi (Puspa Mega, Madah
Kelana).
Surat berdasarkan bentuknya dibagi dalam surat resmi dan surat tidak resmi.
AA Nasis lahir 17 November 1924 di Padangpanjang Sumbar, meninggal 22 Maret
2003 dalam usia 79 tahun. Karyanya yang paling terkenal yakni Robohnya Surau Kami
(Cerpen/Novel).
Film karya Asrul Sani 10 Juni 1927, Titian Serambut di Belah Tujuh, Apa yang Kau Cari
Palupi, skenario Sinetron Kejarlah Daku Kau Kutangkap, dan menulis Ontologi Puisi
Tiga Menguak Taqdir
Download