Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 PENERAPAN METODE PROBLEM POSING DAN LEMBAR KERJA (LK) PADA PEMBELAJARAN PERHITUNGAN KIMIA DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN AR-RANIRY Azhar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN AR-Raniry Banda Aceh E_mail: [email protected] Abstract The topic of chemistry calculation emphasizes on a quantitative aspect that involves mathematical relationship and chemical counting of related substances in a reaction. Meanwhile, problem posing is an alternative instructional method that may develop thinking ability on the quantitative aspect that related to mathematical relationship or usage of thinking mathematically, as thinking mathematically characteristics are as follows: minimizing counting, identifying mistakes, finding way out, and posing problems. In learning with problem posing method, students are given a chance to formulate/construct questions/problems from a given condition, therefore it will assist students to understand a concept. Thus, there is a matching between a learning that emphasizes on understanding of a concept and a learning that stresses on a skill to overcome a problem with quantitative relationship pattern. So, it is expected that learning activity with problem posing method will improve problem solving ability. The use of students’ work sheet in learning is one of alternative strategies for teachers in teaching and learning activities in the classroom. Using students’ work sheet will save time in presenting a topic and accelerate a learning process. The aims of this research were to find out whether the students were able to follow learning activity with problem posing method at chemistry calculation topic, and to test the effectiveness of problem posing approach or whether instructional strategy using students’ work sheet may improve students’ achievement at chemistry calculation topic. It was quasi experimental research using control-group pretest-posttest design. In line with the hypotheses, there were three groups, namely: experiment-1 group, experiment-2 group and control group. These groups were given the same treatment in terms of the objective and substance. The difference was that whether the learning with problem posing method and strategy of using students’ work sheet were given or not in the learning process. Learning with problem posing method without students’ work sheet was implemented at the experiment-1 group, problem posing method with students’ work sheet was employed at the experiment-2 group, and without problem posing and students’ work sheet was conducted at the control group. The obtained data was analyzed using statistical technique of analysis covariance that pretest score was as a covariate. Keywords: Chemistry Calculation Learning, Instructional Method, Problem Posing. LATAR BELAKANG MASALAH Laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta implikasi dari perubahanperubahan pesat dewasa ini memerlukan penyesuaian dan penyempurnaan dalam bidang pendidikan, seperti penyesuaian materi kurikulum maupun strategi dan metode pembelajarannya, sebab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menciptakan permasalahan tentang bagaimana membentuk pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Untuk meningkatkan keefektifan proses pembelajaran maka salah satunya dapat dilakukan dengan cara inovatif pembelajaran, misalnya detour atau reformasi dari rutinitas metode dalam proses pembelajaran.1 Pada pembelajaran kimia juga perlu diupayakan reformasi dari rutinitas strategi dan metode pembelajarannya terutama terhadap konsep-konsep yang selama ini secara umum rendah nilai yang diperoleh peserta didik. Dalam mata pelajaran kimia terdapat pokok bahasan-pokok bahasan dengan nilai rendah yang diperoleh peserta didik yaitu konsep-konsep yang menekankan pada aspek kuantitatif yang melibatkan hubungan matematis dan perhitungan-perhitungan kimia antara zat-zat yang terkait dalam suatu reaksi seperti pokok bahasan perhitungan kimia. Sementara itu Suryanto2 menyatakan bahwa metode problem posing merupakan alternatif metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis peserta didik. Merumuskan (membentuk) soal adalah suatu aktifitas dalam pembelajaran yang dapat mengembangkan motivasi dan kemampuan mahamahasiswa untuk berfikir kritis dan kreatif karena mahamahasiswa mendapat pengalaman langsung dalam merumuskan (membentuk) soal sendiri. Kegiatan merumuskan soal juga akan memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada peserta didik untuk merekonstruksikan pikiran-pikirannya, dan kegiatan ini memungkinkan pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna sesuai dengan skemata yang dimiliki oleh peserta didik3. Belajar merupakan tindakan yang kreatif, belajar tidak hanya dengan menyerap untuk membentuk pengetahuan, akan tetapi belajar dengan baik jika seseorang aktif dalam menciptakan, tidak hanya strategi penyelesian soal tetapi juga membentuk soal itu sendiri4. Pembelajaran yang disertai aktifitas membuat soal akan membiasakan peserta didik untuk merumuskan soal sehingga terbiasa pula dalam menghadapi dan memecahkan soal, sebagaimana pendapat Cars dalam Najoan5 bahwa untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal (problem solving) dapat dilakukan dengan membiasakan mahasiswa atau peserta didik merumuskan soal (problem posing). Kegiatan merumuskan soal juga akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk merekonstruksikan pikiran-pikirannya dalam membentuk soal, kegiatan ini memungkinkan pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna sesuai dengan skemata yang dimilikinya. English menambahkan bahwa dengan metode problem posing 1 Musnir (2010). Kecenderungan dalam Teknologi Pendidikan. Hal: 151 Suryanto (2000) Problem Posing dalam Pembelajaran Matematika. Hal: 24 3 Najoan (2005) Analysis Problem Posing Mahasiswa Pada Konsep Operasi Hitung Bilangan Cacah. Hal: 7 4 Moses (2003) Beyond Problem Solving: Problem Posing. Hal: 92 5 Najoan (2005) Analysis Problem Posing Mahasiswa Pada Konsep Operasi Hitung Bilangan Cacah. Hal: 9 2 2 – Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 peserta didik diberi kesempatan beraktifitas untuk merumuskan soal-soal dan mendorong mereka agar lebih bertanggung jawab dalam belajarnya6. RUMUSAN MASALAH Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah mahasiswa mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode problem posing pada pembelajaran perhitungan kimia? 2. Apakah pembelajaran dengan metode problem posing dan menggunakan LK akan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran perhitungan kimia? TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui apakah mahasiswa mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode problem posing pada pembelajaran perhitungan kimia? 2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan metode problem posing dan menggunakan LK dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran perhitungan kimia? MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi keperluan secara praktis dan teoritis. Secara teoritis akan dapat mendukung kehadiran metode problem posing yang merupakan metode pembelajaran yang baru mulai dikembangkan dalam pembelajaran kimia. Secara praktis diharapkan dapat memberikan bukti empirik tentang keefektifan metode problem posing dengan menggunakan LK dalam meningkatkan hasil belajar mahamahasiswa pada pembelajaran perhitungan kimia. Informasi ini akan berguna sebagai alternatif pilihan metode pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar mahamahasiswa. BATASAN ISTILAH Pembatasan istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memahami konsep terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam mengukur variabel-variabel yang diteliti. Oleh sebab itu istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 6 English (2008). Children’s Problem Posing within Formal and Informal Contexts. Hal: 84 Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 – 3 1. Metode problem posing adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan, memberi kesempatan serta melibatkan peserta didik dalam merumuskan (membentuk) soal (pertanyaan) dari suatu situasi yang diberikan. 2. Kemampuan problem posing adalah kemampuan mahasiswa dalam merumuskan (membentuk) soal (pertanyaan) dari suatu situasi tugas yang diberikan, yang berguna untuk mengetahui apakah mahamahasiswa mampu/dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode problem posing, yang diukur berdasarkan hasil skor tes problem posing. 3. Lembar kerja (LK) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan lembar kerja diskusi mahasiswa yang dikembangkan oleh peneliti. 4. Peningkatan hasil belajar mahasiswa merupakan hasil belajar mahasiswa yang ditunjukkan berdasarkan hasil skor tes konsep perhitungan kimia. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis-A Hipotesis-A dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode problem posing dan pemberian LK akan lebih meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan dengan pembelajaran tanpa metode problem posing. Hipotesis-B Hipotesis-B dalam penelitian ini menyatakan pembelajaran dengan metode problem posing tanpa pemberian LK akan meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan dengan pembelajaran tanpa metode problem posing. Hipotesis-C Hipotesis-C dalam penelitian ini yaitu pembelajaran dengan metode problem posing dan pemberian LK akan lebih meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan pembelajaran dengan metode problem posing tanpa pemberian LK. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi eksperimental dengan desain control-group pretest-postest, yang menurut Sukamto7 bahwa desain ini termasuk desain eksperimen dengan kontrol maksimal. Sesuai dengan hipotesis yang akan diuji maka dalam penelitian ini ditetapkan tiga kelompok penelitian yaitu kelompok eksperimen-1, kelompok 7 Sukamto (2005) Metode Penelitian. Hal: 74 4 – Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 eksperimen-2 dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mendapat perlakuan pembelajaran yang sama dari segi tujuan dan isi materi pembelajaran. Pada kelompok kontrol dilakukan pembelajaran konsep perhitungan kimia tanpa LK dan tanpa metode problem posing. Kelompok eksperimen-1 dan kelompok eksperimen-2 tersebut mendapat perlakuan pembelajaran yang sama dari segi metode pembelajaran yang digunakan, tujuan, dan isi materi pembelajaran. Perbedaannya terletak pada penggunaan Lembar Kerja (LK). Pada kelompok eksperimen-1 dilakukan pembelajaran konsep perhitungan kimia dengan metode problem posing, sedangkan pada kelompok eksperimen-2 dilakukan pembelajaran konsep perhitungan kimia dengan metode problem posing serta menggunakan LK. Pada awal kegiatan penelitian dilaksanakan tes awal konsep perhitungan kimia secara serentak terhadap seluruh kelompok penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa dalam kelompok-kelompok penelitian tersebut. Kemudian terhadap kelompok eksperimen-1 dan eksperimen-2 dilaksanakan tes problem posing pada setiap akhir pembelajaran subpokok bahasan pada konsep perhitungan kimia, dengan maksud untuk mengetahui kemampuan problem posing mahamahasiswa pada pembelajaran konsep perhitungan kimia. Selanjutnya setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dilaksanakan tes akhir (tes hasil belajar) pada konsep perhitungan kimia yang dilakukan secara serentak terhadap seluruh kelompok penelitian. Rancangan penelitian ini dapat diringkaskan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1. Rancangan Penelitian Tes awal Kelompok perhitungan Penelitian kimia Spb.1 Spb.2 Eksperimen 1 T.1.1 X.1 T.3 T.4 Eksperimen 2 T.1.2 X.2 T.3 T.4 - - - Kontrol T.1.3 Spb.4 Tes akhir perhitungan kimia T.6 T.2.1 Tes Problem posing Perlakuan Spb.3 T.5 T.5 T.6 - - T.2.2 T.2.3 Keterangan: T.1 = Tes awal Konsep perhitungan kimia T.3 = Tes Problem posing pada subpokok bahasan 1 T.4 = Tes Problem posing pada subpokok bahasan 2 T.5 = Tes Problem posing pada subpokok bahasan 3 T.6 = Tes Problem posing pada subpokok bahasan 4 T.2 = Tes akhir konsep perhitungan kimia X.1 = Pembelajaran pada kelompok eksperimen-1 Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 – 5 X.2 = Pembelajaran pada kelompok eksperimen-2 Spb = Subpokok bahasan pada pembelajaran perhitungan kimia POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Tadris/ Pendidikan Kimia (TKM) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Sebagaimana dengan ketentuan yang tercantum dalam Kurikulum Jurusan TKM serta GBPP mata kuliah perhitungan kimia maka pembelajaran mata kuliah ini dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 2013/2014. Penetapan sampel dalam penelitian ini diambil dari seluruh populasi yaitu seluruh mahasiswa yang memprogram mata kuliah perhitungan kimia. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 90 mahasiswa dan ditetapkan sebagai sampel penelitian sebanyak 90 mahasiswa (100 %). Untuk menetapkan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak melalui cara undian agar diperoleh tiga kelompok/kelas untuk dilaksanakan penelitian. PROSEDUR PELAKSANAAN EKSPERIMEN Untuk memperkecil bias hasil penelitian maka perlu dilakukan pengontrolan terhadap beberapa faktor, seperti waktu pelaksanaan eksperimen, materi/konsep pembelajaran, tenaga pengajar (dosen) dan jadwal tes. Waktu pelaksanaan kegiatan eksperimen yaitu disesuaikan dengan jadwal perkuliahan pada masing-masing unit/kelompok penelitian. Pada kelompokkelompok penelitian tersebut (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen) mendapat perlakuan pembelajaran yang sama dari segi tujuan dan isi materi pembelajaran konsep perhitungan kimia sesuai dengan GBPP kurikulum Jurusan TKM Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Tenaga pengajar selama proses penelitian dilaksanakan oleh dosen yang sama pada masing-masing unit/kelompok penelitian. Sebelum kegiatan perlakuan pembelajaran terlebih dahulu dilakukan tes awal konsep perhitungan kimia untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa pada seluruh kelompok penelitian. Kemudian setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada setiap subpokok bahasan dilakukan tes problem posing pada kelompok eksperimen-1 dan eksperimen-2. Sedangkan tes akhir konsep perhitungan kimia dilaksanakan pada seluruh kelompok penelitian setelah kegiatan pembelajaran perhitungan kimia selesai dilaksanakan. 6 – Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 INSTRUMEN PENELITIAN Pengembangan Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen kemampuan problem posing dan instrumen hasil belajar perhitungan kimia. 1. Instrumen kemampuan problem posing Instrumen ini merupakan seperangkat alat ukur tes yang berupa sejumlah soal-soal tes problem posing. Tes ini dilakukan untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam merumuskan soal/pertanyaan sesuai dengan situasi tugas yang diberikan. Tes berbentuk uraian yang memuat situasi-situasi tugas8. Dari situasi tugas tersebut mahamahasiswa diminta untuk merumuskan soal/pertanyaan. Tes problem posing dilaksanakan dalam tahap-tahap (empat kali tes) pada setiap akhir pembelajaran subpokok bahasan pada materi konsep perhitungan kimia. Aturan untuk skor atas jawaban mahasiswa, diberikan menurut ketentuan sebagai berikut: a. Untuk jawaban mahasiswa yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak sesuai dengan situasi tugas yang diberikan (pertanyaan yang tidak dapat diselesaikan karena tidak sesuai dengan situasi tugas sehingga tidak cukup data untuk itu), diberi skor 0 (nol). b. Untuk jawaban mahasiswa yang berupa pertanyaan dan sesuai dengan situasi tugas yang diberikan, diberi skor 1 (satu). 2. Instrumen pemahaman konsep perhitungan kimia Instrumen ini merupakan seperangkat alat ukur tes yang berupa sejumlah soal-soal tes konsep perhitungan kimia berbentuk soal objektif yang disusun secara proporsional dengan mengacu pada GBPP kurikulum jurusan TKM Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Instrumen ini dikembangkan oleh peneliti yang dalam penelitian ini dipergunakan sebagai alat pengukuran kemampuan awal (tes awal) dan kemampuan hasil belajar (tes akhir). Validitas dan Reliabilitas Instrumen Instrumen penelitian dapat dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat pengumpul data adalah apabila instrumen penelitian tersebut valid dan reliabel.9 1. Uji Validitas Uji validitas instrumen bermaksud untuk mengetahui tingkat kesesuaian instrumen penelitian dengan tujuan dan isi materi pembelajaran. Validitas instrumen penelitian ini 8 9 Brown dan Walter (2007). The Art of the Problem Posing. Hal: 143 Arikunto (1998) Metodologi Penelitian. Hal: 65 Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 – 7 ditentukan berdasarkan penilaian dan pertimbangan tiga orang ahli. Kepada tim penilai diminta memberikan penilaian dalam dua hal, yaitu penilaian terhadap pemakaian kalimat yang digunakan (sudah komunikatif atau belum) dan penilaian terhadap kandungan konsepkonsep yang akan diteliti pada setiap item tes. Sistem penilaian yang digunakan adalah dengan memberikan nilai 2 (dua) untuk setiap item tes yang sudah komunikatif dan mengandung konsep yang akan diteliti. Nilai 1 (satu) diberikan untuk item tes yang sudah komunikatif tetapi belum mengandung konsep yang akan diteliti atau sebaliknya. Nilai 0 (nol) untuk item tes yang belum lengkap sama sekali. Kemudian hasil penilaian tersebut dihitung kevalidannya dalam persentase dengan rumus berikut: %Vs.x Jsp 100 % Jsm Keterangan: %Vs.x = Validitas butir tes ke-x Jsp = Jumlah skor tim penilai Jsm = Jumlah skor maksimum Untuk menginterpretasikan kriteria dari validasi isi ini adalah sebagai berikut: Jika nilai Vs.x antara 80 sampai 100% = sangat tinggi Jika nilai Vs.x antara 60 sampai 80% = tinggi Jika nilai Vs.x antara 40 sampai 60% = cukup Jika nilai Vs.x antara 20 sampai 40% = rendah Jika nilai Vs.x antara 0 sampai 20% = sangat rendah Berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh tim validator untuk instrumen tes pemahaman perhitungan kimia terlihat bahwa hasil validasi berkisar antara 83,3 % sampai dengan 100 % atau dengan kata lain penilaian terhadap setiap item tes dengan kriteria sangat tinggi. Sedangkan dari hasil penilaian yang diberikan untuk instrumen tes kemampuan problem posing terlihat bahwa hasil validasi berkisar antara 83,3 % sampai dengan 100% atau dengan kata lain penilaian terhadap setiap item tes dengan skor kriteria sangat tinggi. 2. Reliabilitas Instrumen Dalam penelitian ini reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson atau K-R.21 2 n x - x /n r 1 - S 2 n - 1 Keterangan: r = reliabilitas secara keseluruhan n = banyaknya item/jumlah skor total 8 – Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 S2 = Varians skor total x = rata-rata skor total 10 Sebagai dasar untuk menginterpretasi besarnya harga r adalah sebagai berikut: Antara 0,80 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi Antara 0,60 sampai dengan 0,80 = tinggi Antara 0,40 sampai dengan 0,60 = cukup Antara 0,20 sampai dengan 0,40 = rendah Antara 0,00 sampai dengan 0,20 = sangat rendah Dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen pemahaman perhitungan kimia (sebagaimana yang terdapat pada lampiran 3) diperoleh harga r sebesar 0,656 (dalam kategori tinggi). Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen kemampuan problem posing (sebagaimana yang terdapat pada lampiran 4) diperoleh harga r sebesar 0,733 (dalam kategori tinggi). Taraf Kesukaran dan Daya Beda Butir Soal Taraf Kesukaran butir soal pemahaman Konsep Dasar Sains dianalisis dengan menggunakan persamaan berikut: B P Js keterangan: P = Taraf kesukaran butir soal B = Banyaknya peserta tes yang menjawab soal dengan benar Js = Jumlah seluruh peserta tes 11 Sebagai standar untuk menginterpretasikan besarnya nilai P sebagai berikut: - jika nilai P < 0,25 maka digolongkan sukar - jika nilai P antara 0,25 sampai dengan 0,75 maka digolongkan sedang - jika nilai P > 0,75 maka digolongkan mudah Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran butir soal sebagaimana ditunjukkan pada lampiran, terdapat 2 butir soal yang tergolong mudah, 16 butir soal tergolong sedang dan 2 butir soal yang tergolong sukar serta diperoleh nilai rata-rata taraf kesukaran soal sebesar 0,511 (dalam kategori sedang). Dengan demikian umumnya butir soal yang ada dalam instrumen ini memiliki taraf kesukaran soal dengan kategori sedang. Menurut Arikunto butir soal yang memiliki taraf kesukaran dengan kategori sedang paling layak digunakan untuk mengukur hasil belajar. 10 11 Sukamto (2005) Metode Penelitian. Hal: 92 Arikunto (2008) Metodologi Penelitian Hal: 68 Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 – 9 Untuk mengukur daya beda butir soal digunakan rumus sebagai berikut: KA - KB D 1/2 N keterangan: D = Daya beda butir soal KA=Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar KB=Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar N = Banyaknya peserta kelompok atas dan kelompok bawah Sebagai dasar untuk menginterpretasi besarnya harga D digunakan kriteria berikut: Antara 0,71 sampai dengan 1,00 = sangat baik Antara 0,41 sampai dengan 0,70 = baik Antara 0,21 sampai dengan 0,41 = cukup Antara 0,00 sampai dengan 0,20 = kurang Dari hasil perhitungan indeks daya beda butir soal yang dilakukan (sebagaimana tercantum pada lampiran) diperoleh daya beda antara 0,25 sampai dengan 0,75. Adapun rincian hasil perhitungan daya beda butir soal yaitu terdapat delapan item dengan daya pembeda cukup, sebelas item dengan daya pembeda baik dan satu item dengan daya pembeda sangat baik serta diperoleh nilai rata-rata indeks daya beda butir soal sebesar 0,445 (dengan kriteria baik). PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen pemahaman konsep perhitungan kimia dan instrumen kemampuan problem posing, dengan langkah sebagai berikut: setelah dilaksanakan penentuan subjek penelitian, kemudian menetapkan kelompok-kelompok penelitian. Selanjutnya pada masing-masing kelompok penelitian dilakukan tes awal konsep perhitungan kimia secara serentak. Tes awal ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan awal mahamahasiswa pada konsep perhitungan kimia dari masing-masing kelompok penelitian. Setelah selesai kegiatan perlakuan pembelajaran, maka dilaksanakan tes hasil pembelajaran (tes akhir materi perhitungan kimia). Sedangkan untuk mengetahui kemampuan problem posing mahamahasiswa dalam pembelajaran perhitungan kimia maka pada kelompok penelitian eksperimen-1 dan eksperimen-2 dilakukan tes problem posing. Tes problem posing dilaksanakan dalam tahaptahap (sebanyak empat kali tes) yaitu yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran subpokok bahasan tertentu, dengan materi instrumen yang berbeda yaitu sesuai dengan masing-masing subpokok bahasan pada pembelajaran konsep perhitungan kimia. 10 – Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 ANALISIS DATA Data Tes Hasil Belajar Perhitungan Kimia Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik statistik analisis kovarian (analysis of covariance) dengan skor tes awal Konsep perhitungan kimia dijadikan sebagai kovariatnya. Menurut Arikunto12 bahwa dengan analisis kovarian peneliti dapat mengendalikan variabel bebas yang diduga dapat berpengaruh pada hasil penelitian yang diperoleh. Data Tes Problem Posing Untuk mengetahui hasil deskripsi kemampuan problem posing mahamahasiswa pada pembelajaran Konsep perhitungan kimia maka dilakukan analisis terhadap data tes problem posing dengan cara jawaban mahamahasiswa diklasifikasikan berdasarkan jenis rumusan soalnya, dan hasil pengklasifikasian ini merupakan indikator kemampuan mahamahasiswa dalam merumuskan (membentuk) soal/pertanyaan13. Aturan skor untuk hasil rumusan mahamahasiswa diberikan menurut ketentuan berikut: untuk hasil rumusan yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak sesuai dengan situasi tugas (pertanyaan yang tidak dapat diselesaikan karena tidak sesuai dengan situasi tugas yang diberikan) diberi skor 0 (nol), sedangkan untuk hasil rumusan mahamahasiswa yang berupa pertanyaan dan sesuai dengan situasi tugas yang diberikan (pertanyaan yang dapat diselesaikan menggunakan informasi yang ada) diberi skor 1 (satu). Berikut disajikan aturan skor kemampuan problem posing mahasiswa pada pembelajaran Konsep perhitungan kimia dalam tabel di bawah ini: Tabel 2. Kriteria Skor Kemampuan problem posing No. 12 13 Jenis Rumusan soal Skor 1. Pernyataan 0 2. Pertanyaan yang tidak sesuai dengan situasi tugas (pertanyaan yang tidak dapat diselesaikan) 0 3. Pertanyaan yang sesuai dengan situasi tugas 1 Arikunto (1998) Metodologi Penelitian Hal: 57 Silver (2006) An Analysis of Arithmetic Problem Posing by Middle School Students. Hal: 531 Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 – 11 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar pada Pembelajaran Konsep Perhitungan kimia Berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir pada konsep perhitungan kimia dari seluruh kelompok penelitian diperoleh rerata skor tes awal antara kelompok-kelompok penelitian hampir sama, yaitu: (a) untuk kelompok eksperimen-1 sebesar 5,350; (b) untuk kelompok eksperimen-2 sebesar 5,525 ; (c) untuk kelompok kontrol sebesar 5,475. Hasil tes awal dan tes akhir konsep perhitungan kimia, serta hasil tes kemampuan problem posing mahasiswa dari seluruh kelompok penelitian selengkapnya tercantum dalam lampiran. Sebagaimana hasil tes akhir konsep perhitungan kimia diperoleh skor rerata untuk kelompok-kelompok penelitian sebagai berikut: (a) untuk kelompok eksperimen-1 sebesar 13,825; (b) untuk kelompok eksperimen-2 sebesar 14,025; (c) untuk kelompok kontrol sebesar 11,650. Tingkat hasil belajar konsep perhitungan kimia dan standar deviasi untuk kelompok-kelompok penelitian disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 3. Tingkat Hasil Belajar mahasiswa pada konsep perhitungan kimia Kelompok Penelitian Skor Rerata Persen Pemahaman Standar Deviasi Kelompok Eksperimen-1 13,825 69,12 % 5,584 Kelompok Eksperimen-2 14,025 70,13 % 4,230 Kelompok Kontrol 11,650 58,25 % 5,156 Berdasarkan data-data tingkat hasil belajar konsep perhitungan kimia dari kelompokkelompok penelitian diketahui bahwa rerata skor pemahaman konsep perhitungan kimia kelompok eksperimen-1 memiliki skor rerata yang lebih tinggi dari kelompok kontrol yaitu sebesar 2,175 (10,87% lebih tinggi), dan skor rerata kelompok eksperimen-2 memiliki skor yang lebih tinggi dari kelompok eksperimen-1 yaitu sebesar 0,2 (1% lebih tinggi). Dari data rerata hasil belajar perhitungan kimia seperti tersebut di atas, diperoleh hasil belajar mahasiswa untuk kelompok eksperimen-1 dan eksperimen-2 mempunyai rerata yang lebih tinggi dari kelompok kontrol, dan hasil belajar mahasiswa pada kelompok eksperimen-1 mempunyai rerata yang lebih rendah dari kelompok eksperimen-2. Data-data hasil belajar di atas memberikan gambaran bahwa pembelajaran pada kelompok eksperimen-2 lebih meningkatkan hasil belajar mahasiswa dibandingkan dengan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen-1, sementara itu pembelajaran pada kelompok eksperimen-1 lebih meningkatkan hasil belajar mahasiswa dibandingkan dengan pembelajaran pada kelompok kontrol. Untuk mengetahui apakah perbedaan hasil belajar antar kelompok-kelompok penelitian tersebut signifikan atau tidak maka perlu dilakukan uji statistik. 12 – Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 Deskripsi Kemampuan Problem Posing Untuk mengetahui kemampuan problem posing mahasiswa pada pembelajaran perhitungan kimia dari kelompok eksperimen-1 dan kelompok eksperimen-2 maka dilakukan analisis deskriptif terhadap hasil tes problem posing dengan cara hasil jawaban mahasiswa diklasifikasikan berdasarkan jenis rumusan soalnya. Pengukuran kemampuan problem posing mahasiswa dilaksanakan dalam tahap-tahap sesuai dengan subpokok bahasan pada pembelajaran perhitungan kimia. 1. Tes problem posing pada kelompok penelitian eksperimen-1 Berdasarkan tahap-tahap tes kemampuan problem posing pada pembelajaran perhitungan kimia untuk kelompok eksperimen-1 diperoleh rumusan soal/ pertanyaan yang sesuai dengan situasi yang diberikan sebagai berikut: tahap-1 sebesar 197 (49,3 %), tahap-2 sebesar 304 (76 %), tahap-3 sebesar 336 (84 %) dan tahap-4 sebesar 347 (86,8 %). Dari hasil tes kemampuan problem posing dapat diketahui bahwa dalam tahap-tahap pada pembelajaran perhitungan kimia terjadi peningkatan kemampuan mahasiswa dalam merumuskan soal/pertanyaan yang sesuai dengan situasi tugas yang diberikan. Perbandingan kemampuan problem posing mahasiswa pada pembelajaran perhitungan kimia dalam tahaptahap untuk kelompok eksperimen-1 dapat dilukiskan sebagai berikut: tahap-4 > tahap-3 > tahap-2 > tahap-1. Dari hasil tes kemampuan problem posing tersebut diketahui pula bahwa total rumusan soal yang dihasilkan lebih besar dengan klasifikasi rumusan yang sesuai dengan situasi tugas yang diberikan, dibandingkan dengan rumusan yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak sesuai dengan situasi tugas (pertanyaan yang tidak dapat diselesaikan), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa (74 %) pada kelompok eksperimen-1 dapat mengikuti pembelajaran perhitungan kimia dengan metode problem posing. 2. Tes problem posing pada kelompok penelitian eksperimen-2 Berdasarkan tahap-tahap tes kemampuan problem posing pada pembelajaran perhitungan kimia untuk kelompok eksperimen-2 diperoleh rumusan soal yang sesuai dengan situasi yang diberikan sebagai berikut: tahap-1 sebesar 210 (52,5 %), tahap-2 sebesar 313 (78,3 %), tahap-3 sebesar 341 (85,3%) dan tahap-4 sebesar 357 (89,3 %). Dari hasil tes kemampuan problem posing diketahui bahwa persentase total rumusan soal yang dihasilkan lebih banyak dengan klasifikasi rumusan yang sesuai dengan situasi tugas yang diberikan, dibandingkan dengan rumusan yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak sesuai dengan situasi tugas (pertanyaan yang tidak dapat diselesaikan), sehingga memberikan gambaran bahwa sebagian besar mahasiswa (76,4%) pada kelompok eksperimen-2 dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode problem posing. Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 – 13 Dari hasil tes problem posing tersebut dapat diketahui pula bahwa dalam tahap-tahap pada pembelajaran perhitungan kimia terjadi peningkatan kemampuan mahasiswa dalam merumuskan soal/pertanyaan yang sesuai dengan situasi tugas yang diberikan. Perbandingan kemampuan problem posing mahasiswa pada pembelajaran perhitungan kimia dalam tahaptahap untuk kelompok eksperimen-2 dapat dilukiskan sebagai berikut: tahap-4 > tahap-3 > tahap-2 > tahap-1. PENGUJIAN HIPOTESIS Pengujian Hipotesis-A Hipotesis-A dalam penelitian ini menyatakan pembelajaran dengan metode problem posing dan pemberian LK akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan dengan pembelajaran tanpa metode problem posing. Berdasarkan analisis kovarian untuk perbedaan metode pembelajaran (pengujian hipotesis-1) dengan hasil sebagaimana tercantum pada lampiran, dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 4. Hasil analisis kovarian untuk pengujian hipotesis-A Derajat Jumlah Rerata Sumber Variasi Kebebasan Kuadrat Kuadrat Antara kelompok 1 157,9322 157,9322 Dalam kelompok 78 542,6681 6,957283 Total kelompok 79 700,6003 FHitung 22,701 Dari daftar distribusi F dengan df = 1,78 pada taraf signifikan 0,05 diperoleh nilai F(0,05)(1,78) = 3,964, sedangkan pada taraf signifikan 0,01 diperoleh nilai F(0,01)(1,78) = 6,970. Jadi nilai F hitung >F tabel, dengan demikian hipotesis-1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terbukti pembelajaran dengan metode problem posing dan pemberian LK lebih meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan dengan pembelajaran tanpa metode problem posing. Pengujian Hipotesis-B Hipotesis-B dalam penelitian ini menyatakan pembelajaran dengan metode problem posing tanpa pemberian LK secara signifikan akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan dengan pembelajaran tanpa metode problem posing. Berdasarkan analisis kovarian untuk perbedaan hasil belajar mahasiswa dengan hasil sebagaimana tercantum pada lampiran 9, dapat diringkas sebagai berikut: 14 – Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 Tabel 5. Hasil analisis kovarian untuk pengujian hipotesis-B Derajat Jumlah Rerata Sumber Variasi Kebebasan Kuadrat Kuadrat 157,91 Antar kelompok 1 157,91 Dalam kelompok 78 661,0156 8,474558 Total kelompok 79 818,9255 FHitung 18,633 Dari daftar distribusi F dengan df = 1,78 pada taraf signifikan 0,05 diperoleh F(0,05)(1,78) = 3,964, dan pada taraf signifikan 0,01 diperoleh F(0,01)(1,78) = 6,970. Jadi nilai F hitung > F tabel, dengan demikian hipotesis-2 diterima sehingga dapat disimpul-kan bahwa pembelajaran dengan metode problem posing tanpa pemberian LK lebih meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan dengan pembelajaran tanpa metode problem posing. Pengujian Hipotesis-C Hipotesis-C dalam penelitian ini menyatakan pembelajaran dengan metode problem posing dan pemberian LK secara signifikan akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan pembelajaran dengan metode problem posing tanpa pemberian LK. Dari hasil analisis kovarian untuk perbedaan strategi dalam pembelajaran perhitungan kimia dengan metode problem posing sebagaimana tercantum pada lampiran 10, dengan ringkasan sebagai berikut: Tabel 6. Hasil analisis kovarian untuk pengujian hipotesis-C Derajat Jumlah Rerata Sumber Variasi Kebebasan Kuadrat Kuadrat Antar kelompok 1 0,1749 0,1749 Dalam kelompok 78 319,1445 4,0916 Total kelompok 79 319,3194 FHitung 0,043 Dari daftar distribusi F dengan df = 1,78 pada taraf signifikan 0,05 diperoleh nilai F(0,05)(1,78) = 3,964, sedangkan pada taraf signifikan 0,01 diperoleh nilai F(0,01)(1,78) = 6,970. Jadi nilai F hitung <F tabel, dengan demikian hipotesis-3 yang diajukan ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode problem posing dan pemberian LK tidak meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan pembelajaran dengan metode problem posing tanpa pemberian LK. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar (75 %) mahasiswa mampu mengikuti kegiatan pembelajaran konsep perhitungan kimia dengan metode problem posing. Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 – 15 2. Pembelajaran dengan metode problem posing dan pemberian LK secara signifikan meningkatkan hasil belajar belajar mahasiswa, dibandingkan dengan pembelajaran tanpa metode problem posing. 3. Pembelajaran dengan metode problem posing tanpa pemberian LK secara signifikan meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan dengan pembelajaran tanpa metode problem posing. 4. Pembelajaran dengan metode problem posing dan pemberian LK secara signifikan tidak meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dibandingkan pembelajaran dengan metode problem posing tanpa pemberian LK. SARAN-SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian maka diajukan saran-saran yaitu: 1. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dalam bidang pendidikan kimia, untuk itu disarankan kepada peneliti lain yang berminat terhadap masalah ini, hendaknya dapat mencoba meneliti penerapan metode problem posing pada pembelajaran materi lain dalam bidang pendidikan kimia untuk memperkuat kesimpulan penelitian tentang metode problem posing yang mulai dikembangkan dalam pembelajaran kimia, dan mencoba menganalisis tingkat kesukaran rumusan soal/pertanyaan hasil bentukan siswa yang berkaitan dengan struktur sintaksis dan struktur semantik. 2. Metode problem posing merupakan alternatif metode pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa, hal ini telah terbukti dari hasil penelitian ini khususnya pada pembelajaran perhitungan kimia. Oleh sebab itu secara khusus peneliti menyarankan kepada para dosen dan guru bidang studi kimia untuk mencoba menerapkan metode problem posing dalam pembelajaran perhitungan kimia, dan secara umum menyarankan pula agar mencoba menggunakan metode problem posing pada pembelajaran materi lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan materi pelajaran perhitungan kimia. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. Brown dan Walter, The Art of the Problem Posing, London: Lawrence Erlbaum AssPublishers, 2007. English, L.D, Children’s Problem Posing within Formal and Informal Contexts, Journal for Research in Mathematics Education,2008, 29 (1).83-106. Junck, John R, A Problem Posing Approach to Biology Education, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 2006. 16 – Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 Moses, Barbara, Beyond Problem Solving: Problem Posing, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 2003. Musnir, Diana N, Kecenderungan dalam Teknologi Pendidikan, Jakarta: UNJ, 2010 Najoan, RAO, Analysis Problem Posing Siswa SDN II Tomohon Minahasa Pada Konsep Operasi Hitung Bialangan Cacah, Thesis. Malang: PPS UM, 2005. Suryanto, Problem Posing dalam Pembelajaran Matematika, Makalah disajikan pada Seminar Nasional: Upaya-Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan, PPS UM Malang, 4 April 2000. Silver dan Cai, An Analysis of Arithmetic Problem Posing by Middle School Students. Journal for Research in Mathematics Education, 2006, 27:521-539. Sukamto, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015 – 17