BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
Dalam dunia pendidikan saat ini, salah satu komponen penting yang
dibutuhkan dalam pembelajaran adalah penilaian. Penilaian merupakan proses
pengukuran kemampuan peserta didik dalam suatu mata ajaran. Teori uji klasik
dan teori uji modern telah dikenal dalam pengukuran pendidikan.
Pada pengukuran klasik, kelompok butir yang sama diisi oleh kelompok
peserta yang sama. Jika kelompok butir soal atau kuisioner yang sama ditempuh
atau diisi oleh kelompok peserta yang berbeda, maka ciri atau karakteristik
kelompok butir itu pada umumnya berubah. Dengan kata lain, taraf sukar dan
daya beda kelompok butir itu berubah semata-mata karena mereka ditanggapi oleh
kelompok peserta yang berbeda. Untuk butir yang sama, kelompok peserta
berbeda menunjukkan ciri butir (taraf sukar dan daya beda) yang berbeda. Hal ini
menjadi kelemahan pada pengukuran klasik. (Azwar, 1999)
Guna menutup kelemahan teori tes klasik tersebut, dikembangkanlah teori
tes modern. Tujuan utama teori tes modern adalah melepaskan ketergantungan
antara butir tes dengan peserta tes. Dalam teori tes modern, karakteristik butir
akan tetap sama (invarian) tidak bergantung pada peserta tes yang mengisi.
Demikian pula, karakteristik peserta tes juga akan tetap, tidak bergantung pada
butir tes yang mereka isi. Salah satu jenis teori tes modern adalah teori respon
butir (item respon theory), yang selanjutnya disebut dengan IRT.
Pada teori responsi butir (IRT), kita mengenal tiga hal. Hal pertama adalah
proporsi jawaban benar yang dilakukan oleh peserta tes terhadap butir soal. Hal
kedua yaitu ciri butir yang menyebabkan para peserta memberikan respon seperti
itu. Hal ketiga yaitu ciri terpendam (latent trait) peserta yang menyebabkan para
peserta tes memberikan respon seperti itu.
Menurut Prasetyono (2009) ada dua masalah utama pada teori responsi
butir. Pertama adalah bagaimana menentukan persamaan responsi butir atau
persamaan karakteristik butir itu. Hal ini dikenal sebagai penentuan model
1
2
responsi butir atau model karakteristik butir. Kedua adalah bagaimana
menentukan nilai parameter butir dan nilai parameter peserta. Hal ini dikenal
sebagai pengestimasian parameter, baik parameter butir maupun parameter
peserta. Jika masalah pertama dapat diselesaikan dengan pemilihan persamaan
responsi butir yang memiliki alasan yang kuat agar dapat diterima sebagai model
responsi butir yang akan digunakan, serta masalah kedua dapat diselesaikan
dengan butir yang banyak dan direspon oleh banyak peserta maka bagaimana jika
respon dari banyak peserta tes tersebut merupakan data tersarang dalam tingkatantingkatan yang saling berhubungan. Menurut (Fox, 2013) sebagian besar data
penelitian pendidikan memiliki karakter bertingkat. Biasanya, level pengamatan
terendah berada pada siswa di level kedua, kemudian siswa tersarang pada kelas
di level ketiga, kemudian kelas tersarang pada sekolah di level keempat, dan
sebagainya. Struktur multilevel menyiratkan berbagai tingkat analisis untuk
memperhitungkan perbedaan antara pengamatan, antara siswa, dan antara tingkat
unit yang lebih tinggi lainnya. Kedepannya, analisis linear tidak dimungkinkan
karena dependensi antara pengamatan disetiap kelompok, karena pengelompokan
mengarah pada pelanggaran asumsi umum pengamatan yang didistribusikan
secara independen. Ketika data tersarang tersebut diabaikan, maka yang terjadi
adalah agregasi bias ( yaitu kesimpulan tingkat kelompok yang salah diasumsikan
untuk diterapkan ke seluruh anggota kelompok), hal ini dikenal juga sebagai
kesalahan ekologis, dimana hal ini sangat mungkin terjadi. Selain itu, perkiraan
ketepatan pengukuran juga sering bias.
Berdasarkan masalah diatas, akan dilakukan pemodelan multilevel untuk
IRT, dimana model multilevel merupakan salah satu bagian dari model statistika
yang mengajarkan bagaimana menganalisis data dengan struktur hirarki dimana
pada level 1 yang diukur adalah peubah respon dan beberapa peubah prediktor
diukur pada setiap level. Pemodelan Multilevel merupakan pendekatan statistika
yang dapat digunakan untuk menangani data tersarang atau berkelompok. Salah
satu keuntungan dari pendekatan pemodelan multilevel yaitu model dapat
menangani data di mana subjek yang akan diukur bervariasi.
3
1.2 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan hal-hal yang disebutkan diatas, tujuan dari penelitian adalah
untuk mengetahui bentuk model multilevel untuk IRT.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi tambahan untuk dunia pendidikan terutama dalam proses penilaian,
Selain itu diharapkan agar penelitian ini dapat dikembangkan untuk memperoleh
hasil yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dunia pendidikan indonesia saat
ini.
1.3 Tinjauan Pustaka
Literatur utama yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah artikel
yang ditulis oleh Pastor (2003) dan Ravand (2015). Jurnal ini membahas tentang
model multilevel untuk teori responsi butir (IRT) serta terapannya. Selain
menggunakan jurnal, penelitian ini juga menggunakan beberapa buku sebagai
acuan. Buku-buku yang digunakan antara lain buku berjudul Dasar-Dasar
Psikometri yang ditulis oleh Azwar (1999), “Fundamental of Item Response
Theory” karya Hambleton, dkk (1991), dan Teori Responsi Butir karya Sudaryono
(2013) yang merupakan rujukan dalam definisi, asumsi-asumsi, komponen dasar,
dan model-model logistik dari teori responsi butir.
Definisi dan konsep-konsep dasar dari model statistik multilevel diperoleh
dari rujukan berupa buku teks. Beberapa buku yang digunakan yaitu “Multilevel
Statistical Model” yang ditulis oleh Goldstein (2010), Pengantar Statistika Edisi
ke-3 yang ditulis oleh Walpole (1997), “Applied Multilevel Analysis” yang ditulis
oleh Hox (1995), dan “Introduction to Probability and Mathematical” yang ditulis
oleh Bain dan Engelhardt (1991).
1.4 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan studi literatur,
dimana dengan menggunakan berbagai referensi pendukung berupa buku teks dan
jurnal untuk memperoleh pengetahuan yang baik tentang model multilevel untuk
teori responsi butir. Langkah pertama yang dilakukan adalah mempelajari konsep-
4
konsep dasar dari teori respon butir seperti definisi IRT, karakteristik butir, dan
model-model logistik. Setelah itu, yang dilakukan adalah mengulang kembali/
mempelajari kembali konsep-konsep dasar dari teori ruang contoh dan peluang,
peluang bersyarat, dan variabel random. Setelah itu, yang dilakukan adalah
mempelajari konsep-konsep dasar model statistik multilevel seperti model regresi
linear 2 level dan model regresi logistik 2 level. Setelah konsep-konsep dasar dari
teori responsi butir serta model statistik multilevel dipahami, selanjutnya
dipelajari tentang model multilevel untuk teori responsi butir dan terapannya yang
nantinya akan dilanjutkan dengan studi kasus dengan data yang diperoleh dari
lapangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri atas lima bab. Berikut akan dijelaskan setiap bab
beserta isi didalam bab tersebut.
Bab I merupakan pendahuluan, yang berisi latar belakang dan
permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
Pada Bab II dibahas tentang definisi-definisi dan konsep dasar dari teori
responsi butir dan model statistik multilevel.
Selanjutnya pada Bab III dibahas model multilevel untuk teori responsi
butir.
Pada Bab IV dibahas studi kasus penerapan model multilevel untuk teori
respon butir pada jawaban peserta tes bidang studi matematika SMA Katolik
Villanova, Manokwari, Papua Barat, untuk mengetahui besar kemampuan siswa,
besar taraf kesukaran butir soal, serta bagaimana efek random siswa pada level 2
dan efek random kelas pada level 3.
Bab V merupakan penutup dalam penelitian ini, yang berisi kesimpulan
dari keseluruhan pembahasan penelitian ini serta saran tentang hal-hal yang dapat
dikaji lebih jauh mengenai topik dalam penelitian ini.
Download