Pengaruh Cognitive Behavioral Therapy (CBT

advertisement
Alfeus Manuntung, Pengaruh Cognitive Behavioral ...
ARTIKEL PENELITIAN
Pengaruh Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terhadap Self Efficacy dan Self
Care Behavior pada Pasien Hipertensi
Effect of Cognitive Behavioral Therapy (CBT) on Self Efficacy and Self Care
Behavior in Patients with Hypertension
Alfeus Manuntung
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penderita hipertensi cenderung mengabaikan atau kurang menyadari karakter penyakit
hipertensi. Ketidakpatuhan terhadap perilaku perawatan diri juga dapat berdampak buruk terhadap
kesehatan yang dialami penderita hipertensi. Salah satu upaya untuk meningkatkan self efficacy dan
self care behavior pada pasien hipertensi adalah melalui Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh CBT terhadap self efficacy dan self care behavior
pada pasien hipertensi di Kota Palangka Raya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi
experiment: nonrandomized pretest posttest control group design. Satu kelompok terdiri dari 12 orang
diberikan CBT sebanyak empat kali pertemuan. Satu kelompok yang terdiri dari 12 orang sebagai
kontrol. Sampel dipilih dengan cara concecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengukur tingkat self efficacy dan self care behavior menggunakan kuesioner sebelum dan sesudah
intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah paired t test dan t test independent. Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dalam peningkatan self efficacy pasien hipertensi
sebelum dan sesudah pemberian CBT dengan nilai p (0,000)<0,05, ada pengaruh yang signifikan
dalam peningkatan self care behavior pasien hipertensi sebelum dan sesudah pemberian CBT
dengan nilai p (0,000)<0,05, dan ada hubungan yang signifikan antara self efficacy dan self care
behavior. Disimpulkan bahwa CBT berpengaruh terhadap self efficacy dan self care behavior pada
pasien hipertensi, dan terdapat hubungan antara self efficacy dan self care behavior pasien
hipertensi.
Kata kunci: Cognitive Behavioral Therapy (CBT), self efficacy, self care behavior, hipertensi
Abstract
Patients with hypertension tend to ignore or be unaware of the character of hypertensive
disease. Poor adherence to self-care behaviors can also have a negative impact on the health of
patients experienced hypertension. One of the efforts to increase self efficacy and self care behavior
in patients with hypertensionthrough Cognitive Behavioral Therapy (CBT). The objective of this study
was to analyze the effect of CBT on self efficacy and self care behavior in patients with hypertension
in Palangka Raya City with quasi experiment research design: nonrandomized pretest-posttest control
group design. One group consisting of 12 respondents were given four sessions of CBT. One group
consisting of 12 respondents as controls. Samples were selected by concecutive sampling. Data
collection is done by measuring the level of self efficacy and self care behavior using questionnaires
before and after the intervention. The statistical test used the paired t test and independent t test. The
results showed that there is significant effect in increasing self efficacy in hypertensive patients before
and after intervention of CBT with a p-value (0.000)<0.05, there is significant effect in improving self
care behavior of hypertensive patients before and after intervention of CBT with a p-value
(0.000)<0.05, and there is significant relationship between self efficacy and self care behavior. It can
concluded that CBT effect on self efficacy and self care behavior in patients with hypertension, and
there is a relationship between self efficacy and self care behavior of hypertensive patients.
Key words: Cognitive Behavioral Therapy (CBT), self efficacy, self care behavior, hypertension
42
Mutiara Medika
Vol. 15 No. 1: 39 - 50, Januari 2015
PENDAHULUAN
Hipertensi
hipertensi pada penduduk umur >15 tahun di
satu
atas prevalensi nasional, yaitu Bangka Belitung,
penyebab morbiditas dan mortalitas yang paling
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jawa
sering terjadi di seluruh dunia. Orang yang
Barat, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Kalimantan
menderita hipertensi biasanya tidak sadar akan
Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan
kondisinya.
Kalimantan Tengah.3
dipantau
merupakan
Tekanan
secara
darah
teratur
salah
pasien
karena
harus
hipertensi
Penderita hipertensi di Kota Palangka
merupakan kondisi seumur hidup begitu penyakit
Raya dalam lima tahun terakhir menunjukkan
ini diderita.1
peningkatan yang cukup tajam yaitu pada tahun
Penyakit hipertensi telah mengakibatkan
2004
dilaporkan
terdapat
1.127
penderita,
kematian 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya.
namun pada tahun 2008 meningkat hampir
World
(WHO)
enam kali menjadi 6.757 penderita, tahun 2009
memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
dilaporkan sebanyak 6.382 penderita, dan tahun
terus
2010 dilaporkan sebanyak 6.696 penderita.4
Health
meningkat
penduduk
yang
Organization
seiring
dengan
meningkat.
WHO
jumlah
juga
Kasus
hipertensi
Panarung
terkena hipertensi pada tahun 2025 mendatang.
menunjukkan
Persentase penderita hipertensi saat ini paling
terakhir, yaitu pada bulan September 2013
banyak terdapat di negara berkembang. Data
dilaporkan kasus baru hipertensi sebanyak 78
Global Status Report on Noncommunicable
orang, bulan Oktober 2013 sebanyak 83 orang
Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40
dan bulan Nopember 2013 sebanyak 110 orang.5
Data
Palangka
Puskesmas
memproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia
persen negara ekonomi berkembang memiliki
Kota
di
peningkatan
pada
pendahuluan
di
Raya
juga
tiga
bulan
Puskesmas
penderita hipertensi, sedangkan negara maju
Panarung Kota Palangka Raya menunjukkan
hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang
bahwa tingkat keterlibatan dalam perawatan diri
posisi tertinggi penderita hipertensi sebanyak 46
penderita hipertensi masih relatif rendah. Hal ini
persen, kawasan Amerika menempati posisi
kemungkinan
terendah dengan 35 persen, sedangkan di
mengabaikan atau kurang menyadari karakter
kawasan Asia Tenggara 36 persen orang
penyakit hipertensi. Intensi dan self efficacy
dewasa menderita hipertensi. Penyakit ini telah
penderita hipertensi untuk mengontrol tekanan
membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya di
darah juga masih sangat kurang. Penderita
kawasan Asia. Hal ini menandakan satu dari tiga
hipertensi
orang menderita tekanan darah tinggi.
2
terjadi
karena
cenderung
penderita
menganggap
kesembuhannya permanen ketika tekanan darah
Angka penderita hipertensi di Indonesia
sudah kembali normal, padahal sekali divonis
mencapai 25,8 persen pada tahun 2013 dengan
hipertensi, penyakit tersebut akan terus membelit
kisaran usia di atas 15 tahun. Data Riset
tubuh
Kesehatan Dasar 2013 menyebutkan sebanyak
kemampuan penatalaksanaan atau perawatan
sepuluh
mandiri (self care behavior) pasien hipertensi
provinsi
mempunyai
prevalensi
penderita.
Pemahaman
pasien
dan
43
Alfeus Manuntung, Pengaruh Cognitive Behavioral ...
juga masih sangat rendah. Ketidakpatuhan
Kelompok perlakuan diberikan suatu perlakuan
terhadap perilaku perawatan diri ini dapat
berupa CBT. Populasi dalam penelitian ini
berdampak buruk terhadap kesehatan yang
adalah semua pasien hipertensi di wilayah kerja
6
Puskesmas Panarung Kota Palangka Raya pada
Perawat dapat memberikan bantuan
bulan April 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.
pada pasien dengan memberikan psikoterapi
Kriteria inklusi penelitian ini adalah keadaan
dengan
melakukan
umum pasien baik, umur 45-59 tahun (middle
perawatan hipertensi secara mandiri. Salah satu
age) terdiagnosa hipertensi minimal enam bulan
psikoterapi yang digunakan adalah Cognitive
yang tidak terkontrol dan mendapatkan obat
Behavioral Therapy (CBT) yaitu pendekatan
antihipertensi. Kriteria eksklusi penelitian ini
psikoterapi yang digunakan untuk menangani
adalah
emosi disfungsional, perilaku maladaptif dan
kognitif yang dapat mengganggu penelitian
proses kognitif melalui tujuan yang berorientasi
(contoh: retardasi mental ataupun pasien yang
dan prosedur sistematis. CBT dianggap efektif
mengalami
untuk
komplikasi
dialami penderita hipertensi.
tujuan
pasien
pengobatan
mampu
berbagai
kondisi
atau
terdapat
keterbatasan
gangguan
mental
inteligensi),
atau
ada
serius yang dapat mengganggu
masalah kesehatan. Banyak program perawatan
penelitian, seperti stroke, sakit jantung berat, dan
CBT untuk gangguan tertentu telah dievaluasi
sakit ginjal berat. Teknik pengambilan sampel
keberhasilannya.7
menggunakan teknik nonprobability sampling,
untuk
yaitu concecutive sampling. Besar sampel dari
self
tiap kelompok yang digunakan pada penelitian
efficacy dan self care behavior pada pasien
ini dihitung menggunakan rumus estimasi besar
hipertensi di Kota Palangka Raya.
sampel untuk penelitian yang bertujuan menguji
Tujuan
menganalisis
penelitian
pengaruh
ini
CBT
adalah
terhadap
hipotesis beda dua mean kelompok independen
(Lemeshow, 1990),8 sebagai berikut:
BAHAN DAN CARA
Jenis
experiment
penelitian
dengan
ini
adalah
desain
quasi
penelitian
nonrandomized pretest posttest control group
2𝜎 2 (𝑍1−𝛼/2 + 𝑍1−𝛽 )
𝑛=
(𝜇1 − 𝜇2 )2
Sampel
yang
2
dibutuhkan
dalam
design. Penelitian ini melibatkan dua kelompok
penelitian ini adalah dua belas orang untuk
subjek yaitu kelompok perlakuan dan kelompok
setiap kelompok.
kontrol, namun tidak dilakukan randomisasi.
44
Mutiara Medika
Vol. 15 No. 1: 39 - 50, Januari 2015
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Self Efficacy pada Pasien Hipertensi di Kota Palangka Raya
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
Self efficacy pasien hipertensi
pretest
posttest
pretest
posttest
f
%
f
%
f
%
f
%
Baik
10
83,3
-*)
Cukup
4
33,3
2
16,7
10
83,3
10
83,3
Kurang
8
66,7
2
16,7
2
16,7
Jumlah
12
100
12
100
12
100
12
100
Paired t test
p=0,000
p=0,000
T test independent
p=0,000
Ket : *) - : tidak ada
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Self Care Behavior pada Pasien Hipertensi di Kota Palangka Raya
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
Self care behavior
pretest
posttest
pretest
posttest
pasien hipertensi
f
%
f
%
f
%
f
%
Baik
8
66,7
-*)
Cukup
9
75
4
33,3
8
66,7
8
66,7
Kurang
3
25
4
33,3
4
33,3
Jumlah
12
100
12
100
12
100
12
100
Paired t test
p=0,000
p=0,000
T test independent
p=0,000
Ket : *) - : tidak ada
Pengumpulan data dilakukan dengan
dan
datanya
interval,
sedangkan
untuk
mengukur tingkat self efficacy dan self care
mengetahui hubungan antara self efficacy dan
behavior menggunakan kuesioner sebelum dan
self care behavior dilakukan analisis korelasi
setelah intervensi. 1) Analisis deskriptif: variabel
Pearson yang akan menghasilkan angka dan
yang berbentuk kategorik (jenis kelamin, status
tanda positif atau negatif.
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
dan lama sakit) atau dikategorisasikan (self
efficacy dan self care behavior) disajikan dalam
bentuk
proporsi,
sedangkan
variabel
HASIL
Penelitian
yang
dilaksanakan
mulai
yang
bulan April sampai dengan Mei 2014 wilayah
berbentuk numerik (umur) disajikan berupa nilai
kerja Puskesmas Panarung Kota Palangka Raya
tendensi sentral dalam bentuk mean, median,
menunjukkan distribusi frekuensi self efficacy
modus dan deviasi standar dengan internal
dan self care behavior pada 24 responden.
consistency (IC) 95%, 2) Analisis inferensial:
Distribusi frekuensi tersebut ditunjukkan pada
digunakan untuk menguji signifikansi variabel
tabel sebagai berikut.
penelitian dengan menggunakan bantuan dan
analisis statistik. Uji paired t test dilakukan
karena ingin mengetahui perbedaan sebelum
dan setelah pelaksanaan suatu intervensi di
dalam suatu sampel dan datanya interval. Uji t
test
independent
dilakukan
karena
ingin
melakukan komparasi antara dua sampel bebas
Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Product Moment Self
Efficacy dan Self Care Behavior
Kelompok
Jenis tes
Nilai r
P
Perlakuan
Pretest
0,548
0,065
Posttest
0,203
0,527
Kontrol
Pretest
0,560
0,058
Posttest
0,535
0,073
45
Alfeus Manuntung, Pengaruh Cognitive Behavioral ...
rata-rata tingkat pendidikan dan pekerjaan pada
DISKUSI
kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok
Pengaruh CBT terhadap Self Efficacy
perlakuan.
Pasien
penelitian
terjadinya perbedaan self efficacy antara kedua
menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi
kelompok pada saat pretest karena semakin
CBT, self efficacy pada kelompok perlakuan
tinggi tingkat pendidikan dan pekerjaan akan
mengalami peningkatan. Self efficacy pada
mempengaruhi self efficacy seseorang, selain itu
kelompok
adanya perbedaan dari lamanya menderita
pada
Hipertensi.
perlakuan
Hasil
sebelum
intervensi
Perbedaan
hipertensi
(66,7%) dan setelah intervensi sebagian besar
hipertensi pada kelompok perlakuan lebih lama
responden pada kelompok perlakuan mengalami
daripada kelompok kontrol juga menyebabkan
peningkatan self efficacy dalam kategori baik
terjadinya perbedaan self efficacy antara kedua
(83,3%) dengan peningkatan nilai rata-rata self
kelompok pada saat pretest. Hal ini sesuai
efficacy
dengan
kelompok
kontrol
40,33,
yang
sedangkan
penelitian
lama
Findlow
menderita
(2012),9
bahwa
mendapatkan
semakin tinggi tingkat pendidikan dan latar
intervensi pada saat pretest sebagian besar
belakang pendidikan, serta semakin lama waktu
responden
penerimaan
mempunyai
tidak
pada
rata-rata
menyebabkan
sebagian besar berada dalam kategori kurang
sebesar
yaitu
ini
self
efficacy
dalam
kategori cukup (83,3%), sedangkan pada saat
terhadap
penyakitnya
akan
mempengaruhi self efficacy pasien.
posttest sebagian besar responden juga dalam
Ajzen
(2005),10
menjelaskan
bahwa
kategori cukup (83,3%) dengan nilai rata-rata
sikap dan perilaku individu terhadap suatu hal
self efficacy sebesar 23,83.
dipengaruhi oleh tiga faktor latar belakang,
Hasil uji paired t test menunjukkan
yakni personal, sosial dan informasi. Faktor
adanya peningkatan self efficacy pada kelompok
personal
perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini
terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality
didukung oleh uji t test independent dengan nilai
traits),
p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan adanya
kecerdasan
perbedaan
signifikan
peningkatan
antara
self
kelompok
adalah
nilai
sikap
hidup
yang
umum
(values),
dimilikinya.
seseorang
emosi
Faktor
dan
sosial
efficacy
yang
antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender),
perlakuan
dan
etnis, pendidikan, penghasilan dan agama.
kelompok kontrol.
Faktor
informasi
adalah
pengalaman,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan dan paparan pada media. Perilaku
terdapat perbedaan tingkat self efficacy pada
dilakukan karena individu mempunyai minat
kedua kelompok pada saat pretest yaitu pada
atau keinginan untuk melakukannya. Minat dan
kelompok perlakuan lebih rendah daripada
keinginan pasien adalah hal yang penting,
kelompok kontrol. Hal ini berhubungan dengan
pasien perlu menyadari bahwa merekalah yang
perbedaan faktor predisposisi yang dimiliki oleh
mengontrol kehidupannya, bukan orang lain dan
kedua kelompok yaitu adanya perbedaan dari
mereka yang bertanggung jawab hasil dari
latar belakang pendidikan dan pekerjaan, yaitu
46
Mutiara Medika
Vol. 15 No. 1: 39 - 50, Januari 2015
perbuatannya dan setiap pasien mempunyai
faktor tersebut akan mempengaruhi persepsi
kemampuan untuk berubah.
seseorang
Penelitian yang dilakukan oleh Craciun
11
terhadap
penyakit
dan
pengelolaannya yang meliputi persepsi pasien
menunjukkan bahwa pendekatan CBT
tentang kerentanan (susceptible), keparahan
efektif untuk mengurangi keyakinan irasional dan
(severity), manfaat dari tindakan yang dilakukan,
stres. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
persepsi
tentang
teori Health Belief Model (HBM) di dalam Edberg
adanya
petunjuk
(2013),
(2010),
12
bahwa
seseorang
yang
telah
sedikitnya
dan
hambatan
arahan
dari
dan
tenaga
kesehatan dalam penatalaksanaan penyakitnya.
mendapatkan informasi dan keterampilan terkait
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan penyakitnya akan mempunyai persepsi
peningkatan self efficacy yang terjadi pada
yang baik pula terhadap penyakitnya dan akan
kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan
membentuk
kelompok kontrol. Sebagian besar responden
dan
memperkuat
self
efficacy
seseorang sebelumnya.
baik
laki-laki
maupun
perempuan
setelah
Salah satu faktor yang mempengaruhi
intervensi mengalami peningkatan ke dalam
self efficacy pada pasien hipertensi berdasarkan
kategori baik, sedangkan pada kelompok kontrol
pengamatan selama penelitian adalah persepsi
sebagian besar dalam kategori cukup, selain itu
individu terhadap penyakit dan tingkat keparahan
dari segi tingkat pendidikan, setelah intervensi
yang dialami. Hal ini juga didukung oleh Bandura
sebagian besar responden
(1994),
13
pada kelompok
yang menjelaskan bahwa self efficacy
perlakuan yang berpendidikan SD, SMP dan
seseorang dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
SMA mengalami peningkatan ke dalam kategori
performance
baik,
accomplishment,
vicarious
sedangkan
pada
kelompok
kontrol
experience, verbal persuasion, dan emotional
sebagian besar mempunyai self efficacy dalam
arousal. Self efficacy tersebut dapat diperoleh,
kategori
diubah, atau ditingkatkan melalui salah satu atau
pengetahuan dan dukungan informasi yang
kombinasi empat faktor tersebut. Performance
cukup
accomplishment merupakan suatu pengalaman
menimbulkan kesadaran dan sikap yang positif
atau prestasi yang pernah dicapai oleh individu
untuk perawatan hipertensi.
cukup.
tentang
Hal
ini
penyakit
dipengaruhi
hipertensi
oleh
sehingga
tersebut di masa lalu, vicarious experience
Hasil pengamatan selama penelitian
merupakan pengalaman yang diperoleh dari
menunjukkan bahwa responden mempunyai
orang
merupakan
minat untuk berubah dan selalu memperhatikan
persuasi yang dilakukan oleh orang lain secara
informasi yang diberikan tentang perawatan
verbal maupun oleh dirinya sendiri (self talk)
hipertensi. Sikap empati merupakan ciri penting
yang dapat mempengaruhi seseorang untuk
bagi membangun keyakinan dan kepercayaan
bertindak
responden,
lain,
verbal
atau
persuasion
berperilaku,
dan
emotional
selain
itu
kerja
sama
antara
arousal yang merupakan pembangkitan emosi
responden dan perawat dalam pelaksanaan CBT
positif sehingga individu mempunyai keyakinan
juga mampu membuat proses pertukaran pikiran
untuk melakukan tindakan tertentu. Keempat
dapat dilakukan dengan bimbingan. Pertukaran
47
Alfeus Manuntung, Pengaruh Cognitive Behavioral ...
pikiran dan emosi tersebut bisa membuat
kelompok kontrol yaitu peningkatan self care
responden merasakan perasaannya.
behavior pada kelompok perlakuan lebih tinggi
Bentuk
interaksi yang terjadi dalam suasana yang
kondusif
juga
turut
menyumbang
perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor,
Pengaruh CBT terhadap Self Care
pada
penelitian
menunjukkan
faktor pemungkin (enabling factors),dan faktor
care
penguat (reinforcing factors). Faktor predisposisi
behavior pada kelompok perlakuan mengalami
meliputi karakteristik responden, pengetahuan,
peningkatan
intervensi.
sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai dan tradisi.
Tingkat self care behavior menunjukkan bahwa
Seseorang dengan pengetahuan yang cukup
sebelum intervensi pada kelompok perlakuan
tentang perilaku perawatan hipertensi, maka
sebagian besar berada dalam kategori cukup
secara
(75%) dan setelah intervensi sebagian besar
menuruti aturan perawatan disertai munculnya
responden pada kelompok perlakuan mengalami
keyakinan untuk sembuh. Faktor pemungkin
peningkatan self care behavior dengan kategori
meliputi
baik (66,7%) dengan peningkatan nilai rata-rata
ketercapaian sarana, keterampilan yang berkaitan
self care behavior sebesar 126,08. Kelompok
dengan kesehatan. Lingkungan yang jauh atau
kontrol
intervensi
jarak dari pelayanan kesehatan memberikan
tingkat self care behavior pada saat pretest
kontribusi rendahnya perilaku perawatan pada
sebagian
dalam
penderita hipertensi. Faktor penguat meliputi
kategori cukup (66,7%), sedangkan pada saat
sikap dan praktik petugas kesehatan dalam
posttest sebagian besar responden juga berada
pemberian pelayanan kesehatan, sikap dan
dalam
dengan
praktik petugas lain seperti tokoh masyarakat,
peningkatan nilai rata-rata self care behavior
tokoh agama, dan keluarga. Dukungan petugas
yang terjadi sebesar 89,25.
kesehatan sangat membantu dan sangat besar
setelah
yang
tidak
besar
kategori
Kedua
Hipertensi.
yaitu faktor predisposisi (predisposising factors),
Hasil
peningkatan
Pasien
Green (1980), 14 menjelaskan bahwa
ke arah
peningkatan sikap menghargai diri sendiri.
Behavior
daripada kelompok kontrol.
bahwa
dilakukan
mendapatkan
responden
cukup
berada
(66,7%)
kelompok
self
self
care
mengalami
behavior,
namun
artinya
langsung
akan
bersikap
ketersediaan
bagi
positif
sarana
seseorang
dalam
dan
kesehatan,
melakukan
perawatan hipertensi, sebab petugas adalah yang
berdasarkan hasil uji paired t test pada kelompok
merawat
perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan
pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis
peningkatan
lebih baik, dengan sering berinteraksi akan sangat
perlakuan
yang
kelompok
dibandingkan
berinteraksi,
sehingga
mempengaruhi rasa percaya dan menerima
kelompok kontrol. Hal ini diperkuat dengan
kehadiran petugas bagi dirinya, serta motivasi
adanya uji t test independent dengan nilai
atau dukungan yang diberikan petugas sangat
p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan adanya
besar artinya terhadap ketaatan pasien untuk
perbedaan peningkatan self care behavior yang
selalu mengontrol tekanan darahnya secara rutin.
signifikan
Dukungan keluarga juga sangat berperan dalam
antara
tinggi
pada
sering
pada
48
lebih
terjadi
dan
kelompok
perlakuan
dan
Mutiara Medika
Vol. 15 No. 1: 39 - 50, Januari 2015
menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh
perawatan memberikan pasien perasaan kontrol
anggota keluarga yang menderita hipertensi
diri
sehingga mereka merasa tidak sendiri dalam
keterampilan koping, dan dapat meningkatkan
menghadapi
penyakit
kerja sama dalam regimen terapeutik. Pasien
hipertensi merupakan penyakit seumur hidup
yang merasa yakin bahwa hipertensi merupakan
dan perawatannya pun seumur hidup.
suatu keadaan yang dikelola dan pasien yang
penyakitnya
Notoatmojo
karena
(2010),
15
menjelaskan
yang
memiliki
berkelanjutan,
pengetahuan
memperbaiki
tentang
perilaku
bahwa perilaku ketaatan pada individu sangat
perawatan diri yang tepat merupakan faktor
dipengaruhi
penting dalam meningkatkan perawatan diri
oleh
pengetahuan,
beberapa
sikap,
ciri
faktor
yaitu
individual
dan
hipertensi
dan
kontrol
tekanan
darah.
partisipasi. Pengetahuan merupakan hal yang
Pengetahuan yang rendah akan berdampak
sangat
pada kemampuan pasien dalam pengelolaan
berpengaruh
perilaku
terhadap
seseorang.
terbentuknya
Pengetahuan
pasien
hipertensi secara mandiri (self care behavior)
tentang perawatan pada penderita hipertensi
sehingga
mengakibatkan
tingginya
angka
yang rendah dapat menimbulkan kesadaran
morbiditas dan mortalitas, serta komplikasi yang
yang rendah pula sehingga mempengaruhi
dialami pasien.
NACBT (2007),9 menyatakan bahwa
penderita hipertensi dalam mengontrol tekanan
darah, kedisiplinan pemeriksaan yang akibatnya
pasien
dapat
berpartisipasi dalam melatih diri dengan cara
mandiri
terjadi
komplikasi
pasien
Perawatan
terlibat
aktivitas
dan
membuat keputusan, penguatan diri dan strategi
diperoleh,
lain yang mengacu pada self-regulation. Tujuan
pendayagunaan dan kemampuan monitoring
dari CBT yaitu mengajak individu untuk belajar
terhadap manajemen perawatan diri sehingga
mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan
membantu pasien hipertensi dalam mengubah
tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih
perilakunya
untuk
jelas dan membantu dalam keputusan yang
meningkatkan self management sehingga hasil
tepat sehingga pada akhirnya dengan CBT
yang
pencegahan
diharapkan dapat membantu pasien dalam
komplikasi dan peningkatan kualitas hidup
menyelaraskan dalam berpikir, merasa dan
dapat tercapai.
bertindak.
kesehatan
secara
diharapkan
tergantung
CBT
pada
pendidikan
sangat
lanjut.
melalui
yang
signifikan
berupa
Brashers (2008),
16
menjelaskan bahwa
Oemarjoedi
(2003),17
menyatakan
terapi yang adekuat secara bermakna dapat
bahwa CBT dapat menjadi terapi yang efektif
menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung,
untuk berbagai masalah seperti kecemasan,
stroke,
kongestif.
nyeri kronis, depresi, masalah tidur, masalah
Keberhasilan terapi bergantung pada pendidikan
makan dan masalah kesehatan umum lainnya.
pasien,
dan
Penyakit kronis seperti hipertensi membutuhkan
pembahasan strategi secara berulang bersama
pendekatan yang berpusat pada pasien, yaitu
pasien. Keterlibatan pasien dalam perencanaan
pemberdayaan pasien yang menekankan pada
dan
tindak
gagal
lanjut
jantung
yang
cermat,
49
Alfeus Manuntung, Pengaruh Cognitive Behavioral ...
memfasilitasi
perawatan diri pasien (self care behavior) pada
pasien mengarahkan dirinya dalam perubahan
kelompok perlakuan tidak terlepas dari proses
perilaku yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan
belajar pasien selama dilakukan intervensi.
salah satu prinsip CBT yaitu CBT merupakan
Setiap perilaku manusia itu merupakan hasil
edukasi yang bertujuan mengajarkan pasien
dari
untuk menjadi terapis bagi dirinya sendiri dan
merespons berbagai stimulus dari lingkungannya
menekankan pada pencegahan.
dan dalam proses belajar untuk menghasilkan
pendekatan
kolaboratif
untuk
proses
belajar
(pengalaman)
dalam
Peningkatan self care behavior pada
perilaku
kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan
peranan
kelompok kontrol karena selama kunjungan
mempertimbangkan
rumah pasien mendapatkan intervensi CBT
hendak dilakukan, menentukan pilihan tindakan
secara terstruktur. Responden berperan aktif
dan mengambil keputusan tindakan perilakunya.
aspek
penting
kognitif
memiliki
terutama
berbagai
dalam
tindakan
yang
Hubungan antara Self Efficacy dan
dalam mengikuti setiap sesi selama intervensi.
18
tersebut,
menyatakan bahwa CBT dapat
Self Care Behavior pada Pasien Hipertensi.
mengubah sikap dan perilaku seseorang dengan
Hasil uji korelasi product moment menunjukkan
berfokus pada pikiran, keyakinan dan sikap yang
adanya hubungan yang positif dan signifikan
kita pegang (proses kognitif) dan bagaimana hal
antara variabel self efficacy dan self care
ini berhubungan dengan cara kita berperilaku.
behavior
pada
Hal ini juga didukung oleh penelitian Shahni
kelompok
kontrol,
Beck (2011),
19
kelompok
baik
perlakuan
pada
saat
dan
pretest
bahwa model kognitif-perilaku secara
maupun posttest, yang artinya jika self efficacy
signifikan dapat meningkatkan self care behavior
meningkat, maka self care behavior juga akan
pada pasien yang menderita penyakit kronis.
meningkat,
(2013),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
begitu
pun
sebaliknya,
namun
peningkatan angka korelasi yang terjadi pada
pelaksanaan CBT memberikan pengaruh yang
kelompok
signifikan
kelompok kontrol yaitu 0,345 berbanding 0,025.
dalam
meningkatkan
self
care
behavior pada pasien hipertensi. Hasil penelitian
perlakuan
Peningkatan
lebih
angka
tinggi
korelasi
daripada
antara
yang
variabel self efficacy dan self care behavior yang
dilakukan oleh Arch (2013),20 yang menunjukkan
terjadi pada kelompok perlakuan lebih tinggi
bahwa CBT efektif dalam mengurangi keparahan
daripada kelompok kontrol disebabkan oleh
diagnosis dan efektif mengurangi kecemasan.
adanya peningkatan self efficacy pada kelompok
Inti
adalah
perlakuan lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
memiliki
Hal ini menyebabkan peningkatan self care
tekanan darah tinggi dengan mengatur pola
behavior pada kelompok perlakuan menjadi lebih
hidup
tinggi
ini
juga
relevan
dengan
penatalaksanaan
pencegahan
pada
sehat
penelitian
hipertensi
individu
untuk
yang
mengurangi
komplikasi
daripada
kelompok
kontrol.
Hal
ini
hipertensi meliputi manajemen berat badan,
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
menghindari alkohol, berhenti merokok, dan
oleh Findlow (2012),9 menunjukkan hubungan
modifikasi
positif antara self efficacy dan self care behavior
50
diet.
Peningkatan
kemampuan
Mutiara Medika
Vol. 15 No. 1: 39 - 50, Januari 2015
sehingga adanya peningkatan self efficacy juga
dan harapan bahwa mereka mampu untuk
akan diikuti dengan peningkatan self care
melakukan perubahan perilaku. Tiga persepsi
behavior.
tersebut
Bandura (1994),
21
menjelaskan bahwa
secara
bersama-sama
akan
mempengaruhi intensi perilaku dan usaha untuk
self efficacy akan mempengaruhi empat proses
melakukan
dalam diri manusia, yaitu cara individu berpikir
mempertahankan perilaku baru yang sudah
(kognitif), perasaan (afektif), motivasional, dan
dilakukan.
perubahan
perilaku,
dan
seleksi terhadap perilaku perawatan yang dipilih
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
oleh individu. Self efficacy akan mempengaruhi
yang dilakukan Bosworth (2009),22 bahwa tingkat
cara
self efficacy yang baik dapat menyebabkan
seseorang
untuk
berpikir,
perasaan,
motivasi, dan penampilan yang ditunjukkan
peningkatan
individu. Motivasi seseorang untuk menunjukkan
memperbaiki kontrol hipertensi. Hasil penelitian
perilaku tertentu tergantung pada kemampuan
ini juga sesuai
individu
mengevaluasi
self
efficacy
yang
self
management
untuk
dengan penelitian Findlow
9
(2012), yang menyatakan bahwa self efficacy
dimilikinya. Self efficacy individu yang semakin
dapat
baik
dalam
mengetahui kepatuhan pasien dalam self care
memecahkan masalah. Individu yang meyakini
behavior. Pasien dengan kepatuhan yang kurang
bahwa dia mampu melakukan suatu perilaku
mempunyai self efficacy yang kurang juga.
tertentu akan melakukan perilaku tersebut,
Pasien hipertensi dengan self efficacy yang baik
sedangkan individu dengan self efficacy yang
menunjukkan
kurang
melakukan
hipertensi daripada pasien yang self efficacy-nya
perilaku tersebut atau menghindarinya. Individu
kurang dan nilai self efficacy berhubungan
dengan self efficacy yang baik akan lebih mudah
dengan perilaku spesifik dalam penatalaksanaan
mengadopsi perilaku baru.
hipertensi, seperti manajemen berat badan, diet
akan
memudahkan
cenderung
Hasil
individu
untuk
penelitian
tidak
ini
sesuai
dengan
digunakan
sebagai
ketaatan
prediktor
dalam
untuk
manajemen
dan pengobatan.
21
Self efficacy yang baik akan membuat
efficacy
individu merasa mampu untuk melakukan perilaku
merupakan prediktor yang paling efektif dalam
perawatan mandiri (self care behavior) sehingga
menilai perubahan perilaku seseorang. Individu
dapat menurunkan komplikasi hipertensi dan
dengan self efficacy yang baik akan mempunyai
meningkatkan kualitas hidupnya. Perilaku yang
kemampuan
kontrol
dalam
didasari oleh pengetahuan dan sikap positif,
menghadapi
ancaman, mempunyai masalah
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
yang lebih sedikit dan lebih mudah pulih dengan
Pengetahuan pasien yang semakin meningkat
cepat. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh
tentang
persepsi
kemajuan berpikir tentang perilaku yang baik
pendapat yang disampaikan Bandura (1994),
yang
menyatakan
individu
bahwa
diri
self
yang
terhadap
tiga
kuat
hal,
yaitu
hipertensi
bisa
akan
mengarah
berpengaruh
pada
persepsi tentang tingkat risiko, yang diikuti oleh
sehingga
terhadap
harapan bahwa perilaku akan menurunkan risiko
terkontrolnya tekanan darah. Perilaku yang baik
51
Alfeus Manuntung, Pengaruh Cognitive Behavioral ...
tersebut bisa dalam hal perencanaan makan,
misalnya
diet
rendah
konsumsi
lemak
makanan
yang
garam,
hewani,
mengurangi
kacang
berkolesterol
tinggi
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Kemenkes R.I., 2013. Laporan
tanah,
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
dan
2013. Kementerian Kesehatan Republik
mengandung alkohol, dalam hal olah raga
penderita selalu rutin jalan pagi dan senam pagi.
Hal inilah yang dapat membantu mengontrol
tekanan darah.
Indonesia, Jakarta.
4. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, 2011.
Profil Kesehatan Kota Palangka Raya, 2010.
5. Puskesmas Panarung Kota Palangka Raya,
Keterbatasan penelitian ini adalah tidak
menggunakan teknik randomisasi dalam teknik
pengambilan
3. Badan
sampel,
selain
itu
pengisian
2013. Laporan Surveilans Kasus Penyakit
Tidak Menular Bulan Nopember 2013.
6. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya,
kuesioner dipengaruhi oleh pemahaman dan
2014.
daya ingat responden terhadap dukungan yang
Diakses
diterima dan kualitas hidup yang dirasakan
http://www.dinkes.palangkaraya.go.id/ pada
sehingga gangguan konsentrasi dan penurunan
tanggal 12 Mei 2014.
daya ingat mempengaruhi kebenaran jawaban
7. NACBT,
‘UPTD
Puskesmas
dari
2007.
‘Cognitive
Therapy’. Diakses dari
yang diberikan.
Panarung’.
Behavioral
pada tanggal 5
Oktober 2013.
SIMPULAN
8. Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J. &
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Cognitive
Behavioral
Therapy
(CBT)
berpengaruh terhadap self efficacy dan self care
Lwangsa, S.K., 1990. Adequacy of Sample
Size in Health Studies. World Health
Organization.
behavior pada pasien hipertensi, dan terdapat
9. Findlow, J.W. & Seymour, R.B., 2011.
hubungan antara self efficacy dan self care
‘Prevalence Rates of Hypertension Self-
behavior pasien hipertensi.
Care Activities among African Americans’. J
Natl Med Assoc. 2011 June; 103(6): 503–
DAFTAR PUSTAKA
512. Diakses dari pada tanggal 18 Oktober
1. Smeltzer, Suzanne C., 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah: Brunner &
Sudarth. Edisi 8. vol 2. Alih bahasa:
Meningkat.
52
10. Ajzen, I., 2005. Attitude, Personality, &
Behavior. Open University Press.
11. Craciun,
Kuncara, dkk. Jakarta: EGC.
2. Kompas.
2013.
Penderita
Hipertensi
Terus
2013.
Diakses
dari
B.,
2013.
‘The
Efficiency
of
Applying a Cognitive Behavioral Therapy
Program
in
Diminishing
Perfectionism,
http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1
Irrational Beliefs and Teenagers’ Stres’.
404008/Penderita.Hipertensi.Terus.Meningk
Procedia-Sosial and Behavioral Sciences 84
at pada tanggal 5 Oktober 2013
(2013)
274–278.
Diakses
dari
Mutiara Medika
Vol. 15 No. 1: 39 - 50, Januari 2015
http://www.sciencedirect.com/ pada tanggal
Behavioral Treatment of Pain on Increasing
5 Oktober 2013.
of Self-Efficacy in Patients with Chronic
12. Edberg, M., 2010. Buku Ajar Kesehatan
Pain’.
Procedia-Sosial
and
Behavioral
Masyarakat: Teori Sosial dan Perilaku. Alih
Sciences 84 (2013) 225–229. Diakses dari
bahasa: Anwar, dkk, Jakarta: EGC.
http://www.sciencedirect.com/ pada tanggal
13. Bandura, A., 1994. ‘Self-Efficacy: Toward
a
Unyfying
Behavioral
20. Arch, J.J., Ayers, C.R., Baker, A. Almklov,
Change’. Psychological Review 1977, vol.
E., Dean, D.J., & Craske M.G., 2013.
84.
‘Randomized
no.
2.
Theory
of
5 Oktober 2013.
191-215.
Diakses
dari
Clinical
Trial
of
Adapted
http://www.ou.edu/cls/online/ pada tanggal
Mindfulness-Based Stres Reduction Versus
20 Oktober 2013.
Group Cognitive Behavioral Therapy for
14. Green,
Lawrence.
Planning
A
Health
Diagnostic
Education
Heterogeneous
Anxiety
Disorders’.
Approach.
Behaviour Research and Therapy 51 (2013)
Baltimore. The John Hopkins University,
185e196.
Mayfield Publishing Co. 1980.
http://www.sciencedirect.com/ pada tanggal
15. Notoatmodjo,
S.,
2010.
Ilmu
Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Diakses
dari
5 Oktober 2013.
21. Bandura, A., 1994. ‘Self-Efficacy. in V. S.
16. Brashers, Valentina L., 2008. Aplikasi Klinis
Ramachaudran
(ed.),
Encyclopedia
of
Patofisiologi: Pemeriksaan dan Manajemen.
Human Behavior’. New York: Academic
Edisi 2. Alih bahasa: Kuncara. Jakarta:
Press, vol. 4, pp. 71-81. Diakses dari pada
EGC.
tanggal 20 Oktober 2013.
17. Oemarjoedi,
Cognitive
A.K.
Behavior
2003.
Pendekatan
22. Bosworth, H.B., Olsen, M.K., Grubber J.M.,
dalam
Psikoterapi.
Neary A.M., RN, Orr M.M., Powers B.J.,
Jakarta: Kreativ Media.
Adams M.B., Svetkey L.P., Reed S.D., Li,
18. Beck, Judith S., 2011. Cognitive Behavior
Yanhong, Dolor R.J., Oddone E.Z., 2009.
Therapy: Basics and Beyond. 2nd ed. New
‘Two
York: The Guilford Press.
Improve Hypertension Control’. Ann Intern
19. Shahni, R., Shairi, M.R., Moghaddam,
M.A.A.,
&
Zarnaghash,
M.,
2013.
‘Appointment the Effectiveness of Cognitive-
Self-management
Interventions
to
Med. 2009; 151: 687-695. Diakses dari
http://www.sciencedirect.com/ pada tanggal
5 Oktober 2013.
53
Download