Modul ke: Komunikasi Organisasi Pendekatan Budaya & Kritis Fakultas FIKOM Program Studi PUBLIC RELATIONS www.mercubuana.ac.id Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom A. Pendekatan Budaya & Kritis • Tradisional Tradisional atau yang dikenal juga dengan fungsionalis, seperti telah dikenal sebelumnya, lebih cenderung membahas mengenai struktur, ukuran teknologi oganisasi, dll. Semua variabel tersebut diarahkan untuk mencapai efektifitas organisasi. Menurut Smircich dalam Daniels (1997), budaya organisasi pun dipandang sebagai upaya mencapai efektifitas organisasi. Strategi yang dilakukan adalah dengan menekankan kontrol manajer terhadap budaya. Mereka menemukan bahwa organisasi yang excellent adalah mereka yang: • Dekat dengan konsumen • Mendorong karyawan untuk mampu mandiri dan berjiwa eneterpreneur • Manajer mereka menghargai seluruh karyawan dan percaya bahwa produktifitas bisa datang dari ketrampilan dan kreatifitas setiap orang • Mereka memiliki budaya kuat, sehingga nilai-nilai yang ada pada budaya itu diketahui, dipahami dan diterima oleh setiap karyawan • Mereka menggunakan/menyewa karyawana yang memang kompeten di bidangnya • Mereka memiliki “A Bias for acting” dalam hal ini berarti mereka responsif dan segera merespon dengan cepat lingkungan mereka • Mereka tidak akan mengambil tugas atau pekerjaan yang ada di luar kemahiran mereka • Budaya Organisasi dan In Serach of Excellence memiliki dampak bagi praktek organisasi. Di sini mereka menekankan pentingnya budaya (hal-hal intangibles) pada organisasi. • Perspektif Interpretif Perspektif ini memperhatikan mengenai kerangka berpikir anggota organisasi. Hal ini hampir sama dengan apa yang diperhatikan oleh perspektif tradisional, hanya saja dengan cara yang berbeda. Pendekatan ini melihat bahwa budaya organisasi adalah jaringan dari proses berbagi arti antar anggota. • Perspektif interpretif kritis Dimulai dengan premis bahwa organisasi adalah tempat dimana anggota membangun sistem berbagi arti dan segala perbedaan untuk memenuhi tujuan individu dan organisasi. Jika dilihat memamng tidak berbeda dengan perspektif interpretif. Ynag membedakan diantar keduanya yaitu dalam interpretif kritis, juga melihat bahwa organisasi adalah sebagai tempat perjuangan sistem arti yang saling berlawanan. B. Pendekatan Kritis Memang tidak mudah menyediakan gambaran kajian yang menyeluruh mengenai pendekatan kritis ini. Tetapi Miller (2001) mencoba menyajikannya ke dalam tiga isu yaitu : • Pertama: Teori Kritis percaya bahwa struktur sosial tertentu dan prosesnya membawa kepada ketidakseimbangan fundamental terhadap power. • Kedua: ketidakseimbangan power tersebut membawa pada keterasingan dan opresi /penindasan pada klas sosial dan grup tertentu. • Ketiga: peran dari teori kritis adalah untuk menelusuri dan membuka ketidakseimbangan itu dan membawanya kepada mereka yang tertindas sehingga mereka sadar atas keadaan tersebut. Emansipasi mungkin dilakukan, baik melalui aksi politik langsung atau melalui penyadaran bagi mereka yang tertindas. • Pengaruh Power (The Pervasiveness of Power) Isu mengenai power ini menjadi isu sentral dalam teori atau pendekatan kritis, disamping isu kontrol dan dominasi. Untuk itu perlu dilihat konsep power dari berbagai perspektif. Dimulai dari pendekatan tradiisonal. Tradisionalis melihat Power sebagai sesuatu yang relatif stabil yang dimiliki oleh kelompok atau manusia. Biasanya pembahasan mengenai power ini atau pengaruh dari power ini diarahkan kepada outcomes dari power yaitu kepuasan kerja dan kinerja. Struktur yang membangun hubungan power (power relatinship) dalam organisasi meliputi 14 hal yaitu (Miller 2001, p.1 19) • Otoritas formal (formal authority) • Kontrol pada sumberdaya langka (control of scarce resources) • Pemanfaatan stuktur, aturan dan regulasi organisasi • Kontrol proses keputusan • Kontrol pengetahuan dan informasi • Kontrol terhadap boundary/perbatasan • Kemampuan mengatasi ketidakpastian • Kontrol teknologi • Aliansi interpersonal, jaringan dan kontrol terhadap organisasi informal • Kontrol kepada counterorgan ization • Simbolisme dan arti yang disampaikan oleh manajemen • Gender dan pengelolaan kepada hubungan gender (gender relationship) • Faktor struktural yang menentukan tahapan aksi • Power yang telah dimiliki seseorang ada kemungkinan tambahan lain mengenai sumber power selain 14 di atas. • Pendekatan Kritis Dalam Komunikasi Berikut ini adalah beberapa teori dan pendekatan yang dapat diaplikasikan dalam komunikasi organisasi : 1. Teori Concertive Control Mengikuti prinsip human resources, struktur berdasarkan tim digunakan untuk melibatkan partisipasi dan akuntabilitas pada organisasi dan memfasilitasi bentuk demokrasi dalam organisasi. 2. Kontrol Pada dasarnya ada tiga strategi kontrol dalam organisasi modern yaitu simple control yang melibatkan kontrol langsung dan otoriter. Techological control, melibatkan control mellaui teknologi seperti misalnya melalui jaringan intranet, dll, yang ketiga dan yang terkahir dari strtaegi kontrol adalah bureaucratic control yang didasari oleh power dari struktur (hirarkis) dan peraturan legal rasional yang ada di organisasi. 3. Identifikasi Persepsi tentang satu untuk semua , dimana seseorang memandang bahwa diri mereka adalah bagian dari yang lain. Organisasi sendiri merepresentasikan identifikasi kesatuan antara individu dan kolektif yang mendasarinya dengan mempertimbangkan perbedaan antara identitas individual dan identitas kolektif. 4. Disiplin Melalui interakasi komunikasinya, kelompok membangun teknik hukuman dan ganjaran yang diturunkan dari nilai-nilai yang telah dibentuk tadi. Teknisk yang biasanya digunakan untuk ini misalnya dengan kritik langsung, mendiamkan, tekanan sosial, dll. • Teori Feminis Dalam Komunikasi Organisasi 1. Kontrol gender merupakan salah satu sumber power dalam organisasi. Oleh karena itu isu mengenai gender menjadi isu yang juga diperhatikan dalam organisasi termasuk di dalamnya komunikasi organisasi. 2. Pada dasarnya seperti telah disebutka di atas, masalah yang muncul di sini adalah bentuk tradisional dan birokratis yang ada di organisasi biasanya menganut budaya pratriarkal, yang kemudian menengarai bahwa perempuan memliki cara yang berbeda dalam memandang sesuatu dan menciptakan arti dalam interaksi. Terima Kasih Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom