PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN READING, QUESTIONING, AND ANSWERING (RQA) DIPADU THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI The Effect of Reading, Questioning, and Answering (RQA) Combined with Think Pair Share (TPS) Learning Models to Creative Thinking Skills Student Learning in Biology 1 Suprapto1, Siti Zubaidah2, Aloysius Duran Corebima2, Pendidikan Biologi, Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang e-mail korespondensi: [email protected] ABSTRAK Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang, di antaranya keterampilan berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi masih rendah karena keterampilan berpikir belum ditangani dengan baik. Keterampilan berpikir kreatif dapat dibelajarkan melalui model pembelajaran yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan Nonrandomized Control Group Pretest Posttest Design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Babat dan XI IPA SMA Negeri 1 Kedungpring, Kabupaten Lamongan. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA-6, XI IPA-7 SMA Negeri 1 Babat dan XI IPA-1, XI IPA-5 SMA Negeri 1 Kedungpring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi. Berdasarkan hasil analisis data dengan uji Anakova tunggal diperoleh F hitung perlakuan perbedaan model pembelajaran sebesar 2,692 dengan p-hitung 0,049 < 0,05. Rerata terkoreksi keterampilan berpikir kreatif siswa dengan model pembelajaran RQA adalah 2,74% lebih tinggi dari pada rerata terkoreksi kelas kontrol. Rerata terkoreksi keterampilan berpikir kreatif siswa dengan model pembelajaran RQA adalah 3,76% lebih tinggi dari pada rerata terkoreksi kelas TPS. Kata Kunci: RQA, TPS, Keterampilan Berpikir Kreatif ABSTRACT Life in the 21st century demands a variety of skills that must be mastered by somebody, including creative thinking skills. The creative thinking skills of elementary to university graduates are still low because the thinking skills have not been handled properly. Creative thinking skills can be learned through appropriate learning models. This study aims to determine the influence of Reading, Questioning, and Answering (RQA) combined Think Pair Share (TPS) of learning models on students' creative thinking skills in biology learning. The research design used was quasi experiment with Nonrandomized Control Group Pretest Posttest Design. The research population is all students of class XI IPA SMA Negeri 1 Babat and XI IPA SMA Negeri 1 Kedungpring, Lamongan District. The sample of this research are students of class XI IPA-6, XI IPA-7 SMA Negeri 1 Babat and XI IPA-1, XI IPA-5 SMA Negeri 1 Kedungpring. The results showed that the learning models of Reading, Questioning, and Answering (RQA) combined by Think Pair Share (TPS) had an effect on the students' creative thinking skill in biology learning. Based on data analysis result with single anakova test obtained F counted treatment of difference of learning model 2,692 with pcount 0.049 < 0,05. The corrected average of students' creative thinking skill with RQA learning model is 2,74% higher than mean of corrected control class. The corrected average of students' creative thinking skill with RQA learning model is 3.76% higher than the corrected average grade of TPS. . Keywords: RQA, TPS, Creative Thinking Skill Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang, di antaranya keterampilan berpikir kreatif. Pencapaian keterampilan abad ke-21 tersebut dilakukan dengan memperbarui kualitas pembelajaran, membantu siswa meningkatkan dan mengembangkan partisipasi, mendorong kerjasama dan komunikasi, dan membudayakan keterampilan berpikir kreatif, serta mengembangkan pembelajaran student-centered (Zubaidah, 2016). Selanjutnya, Corebima (2016) menjelaskan kebutuhan hidup di abad pengetahuan (baca juga abad 21) diantaranya keterampilan berpikir, yaitu keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif. Greenstein (2012) mengungkapkan pemikiran kreatif adalah salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang sangat penting untuk dikembangkan di abad ke-21. Biologi adalah salah satu mata pelajaran sains yang memiliki orientasi untuk membekali siswa untuk menghadapi tantangan hidup di abad ke-21. Pengalaman belajar yang dilatihkan semestinya untuk membekali siswa menjadi pribadi yang memiliki kemampuan kolaboratif, komunikatif, dan kreatif (Permendikbud RI. Nomor 59 Tahun 2014). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa SMA kurang mampu berpikir kreatif, antara lain penelitian yang dilaporkan oleh Mustami (2007), Sarwinda (2013), Robitah (2014), dan Asmara (2015). Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 151 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Asmara (2015) melaporkan dari 27 guru biologi yang terdapat pada 12 SMA Negeri dan Swasta di Kota Mojokerto, belum ada yang melakukan penilaian pada keterampilan berpikir kreatif, hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang dimiliki dan rumitnya proses asesmen yang harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan penemuan Rofi’udin (2000) yang menyatakan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi karena keterampilan berpikir belum ditangani dengan baik. Pembelajaran keterampilan berpikir kreatif sangat perlu diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Biologi. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap SMA Negeri di kabupaten Lamongan, guru belum memberdayakan keterampilan berpikir kreatif, sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti keterampilan berpikir kreatif, antara lain: Sarwinda (2011) melaporkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dipadu dengan Reciprocal Teaching (RT) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Ekoningtyas (2013) melaporkan model pembelajaran TPS dipadu Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) tidak berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir kreatif. Robitah (2014) melaporkan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif dibandingkan dengan model pembelajaran inkuiri, namun tidak berbeda nyata dengan model pembelajaran inkuiri + CPS. Listiana (2016) melaporkan model pembelajaran Group Investigation (GI) dipadu Think Talk Write (TTW) berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran Biologi. Ada hubungan antara keterampilan berpikir kreatif dengan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran Biologi. Kreativitas merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang ditetapkan UNESCO. Keterampilan berpikir kreatif merupakan salah satu komponen utama kreativitas, disamping dua komponen yang lain yaitu keahlian (pengetahuan teknis, prosedural, dan intelektual), dan motivasi (Sani, 2015). Kerangka kompetensi abad 21 (Partnership for 21st Century, 2008) menunjukkan bahwa memiliki pengetahuan mata pelajaran pokok (core subjects) saja tidak cukup, namun harus dilengkapi dengan: 1) kemampuan kreatif-kritis; 2) karakter kuat (bertanggung jawab, sosial, toleran, produktif, adaptif, dan sebagainya); serta 3) kemampuan memanfaatkan informasi dan berkomunikasi (Sani, 2015). Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan yang menggunakan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide yang menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional. Indikator berpikir kreatif meliputi 1) fluency (berpikir lancar), 2) flexibility (berpikir luwes), 3) Originality (berpikir asli), dan 4) elaboration (berpikir merinci). (Munandar, 1992; Greenstein, 2012) dan 5) metaphorical thinking (berpikir metaforis) (Treffinger, 2002). Menurut Hu & Adey (2002), keterampilan berpikir kreatif meliputi tiga dimensi Scientific Structure Creativity Model (SSCM), yaitu: 1) Process (proses), meliputi imagination dan thinking, 2) Trait (sifat) meliputi originality, flexibility, dan fluency, 3) Product (produk), meliputi science problem, science phenomena, science knowledge, dan technical product. Menurut Pantiwati (2013), Pemikiran kreatif adalah proses berpikir yang menghasilkan gagasan asli, estetis, dan kontroversial dan menekankan aspek intuitif dan rasional. Kreativitas mencakup kemampuan, prilaku, dan proses. Proses kreatif mengalir melalui lima tahap, meliputi: 1) persiapan, yaitu mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan; 2) inkubasi, yaitu mencerna faktafakta dan mengolahnya dalam pikiran; 3) iluminasi, yaitu mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan; 4) verifikasi, yaitu memastikan apakah solusi itu benarbenar memecahkan masalah; dan 5) aplikasi, yaitu mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut (Deporter & Hernacki, 2015). Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinankemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif, yang membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti: 1) mengajukan pertanyaan; 2) mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka; 3) membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda; 4) menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas; 5) menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda; dan 6) mendengarkan intuisi (Johnson, 2014). Menurut Mumford (2012), berpikir kreatif merupakan pelaksanaan yang efektif dari delapan proses inti, meliputi: 1) definisi masalah, 2) pengumpulan informasi, 3) organisasi informasi, 4) kombinasi konseptual, 5) generasi ide, 6) evaluasi ide, 7) perencanaan pelaksanaan, dan 8) pemantauan solusi. Keterampilan berpikir kreatif penting untuk dikembangkan pada mata pelajaran Biologi sehingga dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan, memberikan ide-ide baru yang orisinil, mengembangkan suatu gagasan serta dapat mengambil keputusan terhadap situasi yang berkaitan dengan Biologi (Sarwinda, 2013). Salah satu tujuan mata pelajaran Biologi dalam Permendikbud RI Nomor 59 Tahun 2014 yaitu menumbuhkan hard skill dan soft skill dalam bidang biologi secara seimbang untuk membekali siswa menjadi pribadi yang memiliki kemampuan kolaboratif, komunikatif, kreatif dan inovatif serta melek media (media literacy) melalui pembelajaran berbasis inquiri, Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 152 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 berbasis permasalahan, dan berbasis projek (inquiry based, problem based, dan project based learning). Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir yang sangat penting untuk direalisasikan guru dalam proses pembelajaran sains karena terdapat proses penemuan yang dapat mengasah keterampilan berpikir kreatif. Setiap guru harus mengetahui cara yang tepat untuk mengembangkan potensi berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran di kelas, karena setiap siswa memiliki keterampilan berpikir kreatif yang berbeda-beda (Tendrita et al, 2016). Pembelajaran di kelas hendaknya memperhatikan kondisi setiap siswa, karena setiap siswa merupakan individu yang berbeda satu sama lain (Syarifah et al, 2016). Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, salah satu solusi yang dapat diajukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dan kooperatif. Salah satu model pembelajaran konstruktivisme yang berpotensi memberdayakan keterampilan berpikir kreatif siswa adalah model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA). Pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah Think Pair Share (TPS). Perpaduan model pembelajaran RQA dan TPS diharapkan dapat memberdayakan keterampilan berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kreatif yang diteliti dalam penelitian ini menggunakan lima indikator menurut Treffinger (2002) yang meliputi: fluency (kelancaran) yaitu kemampuan untuk memunculkan banyak ide, cara, saran, pertanyaan, gagasan atau alternatif jawaban dengan lancar dalam waktu tertentu secara cepat yang ditekankan pada kualitas jawaban; 2) flexibility (keluwesan) yaitu kemampuan untuk memunculkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi dari sudut pandang yang berbeda-beda; 3) Originality (keaslian) yaitu kemampuan untuk memunculkan ungkapan, gagasan, atau ide untuk menyelesaikan masalah atau membuat kombinasi unsurunsur secara unik, tidak lazim, dan baru (tidak terpikirkan oleh orang lain); 4) elaboration (kerincian) yaitu kemampuan untuk mengembangkan atau memerinci detail-detail dari suatu obyek, gagasan, ide, atau situasi supaya lebih menarik; dan 5) metaphorical thinking (berpikir metaforis) yaitu kemampuan untuk menggunakan perbandingan atau analogi untuk membuat keterkaitan baru antar konsep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberdayakan keterampilan berpikir kreatif siswa, memberikan kontribusi bagi para guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang berpijak pada filosofi pembelajaran konstruktivisme dan kooperatif. Hipotesis (H1) dalam penelitian ini adalah ada pengaruh model pembelajaran RQA dipadu TPS terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa. METODE PENELITIAN Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonrandomized Control Group Pretest Posttest Design (Leedy & Ormrod, 2005). Rancangan penelitian seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Prosedur Pelaksanaan Rancangan Penelitian Nonrandomized Control Group Pretest Posttest Design Kelompok Waktu Kelompok 1 O1 T1 O2 Kelompok 2 O3 T2 O4 Kelompok 3 O5 T3 O6 Kelompok 4 O7 T4 O8 (Sumber: Leedy & Ormrod, 2005) Keterangan: O1, O3, O5, O7 = Pretest pada kelas sebelum perlakuan O2, O4, O6, O8 = Posttest pada kelas setelah perlakuan T1 = Kelas dengan perlakuan model pembelajaran RQA dipadu TPS (Kelas XI IPA-6 SMA Negeri 1 Babat sebanyak 31 siswa) T2 = Kelas dengan perlakuan model pembelajaran RQA (Kelas XI IPA-7 SMA Negeri 1 Babat sebanyak 31 siswa) T3 = Kelas dengan perlakuan model pembelajaran TPS (Kelas XI IPA-1 SMA Negeri 1 Kedungpring sebanyak 33 siswa) T4 = Kelas kontrol (Kelas XI IPA-5 SMA Negeri 1 Kedungppring sebanyak 33 siswa) Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Babat dan SMA Negeri 1 Kedungpring, Kabupaten Lamongan selama kurang lebih 3 bulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Babat (kelas XI IPA-1 sampai dengan XI IPA-8) dan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kedungpring (kelas XI IPA-1 sampai dengan XI IPA-5) Tahun Pelajaran 2016/2017. Sampel dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Babat pada kelas XI IPA-6 berjumlah 31 siswa dan XI IPA-7 berjumlah 31 siswa dan SMA Negeri 1 Kedungpring pada kelas XI IPA-1 berjumlah 33 siswa dan XI IPA-5 berjumlah 33 siswa, sehingga jumlah sampel keseluruhan 4 kelas yang berjumlah 128 siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan cara random sampling/probability sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran, rubrik keterampilan berpikir kreatif. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kovarian (Anakova tunggal) dengan taraf signifikansi 0,05 (P < 0,05). Sebelum uji anakova, dilakukan uji prasyarat, yaitu normalitas data dengan uji kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas data dengan Levenne test. Data dianalisis dengan bantuan Software IBM SPSS Statistics 23 for Ms Windows. Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 153 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Model Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kreatif terhadap Tabel 2. Ringkasan rata-rata Skor Pretest dan Posttest No Model Pembelajaran Pretest 1 RQA 37,9839 2 RQA+TPS 37,5806 3 Kontrol 38,6742 4 TPS 36,7803 Berdasarkan analisis deskriptif diketahui bahwa besarnya peningkatan nilai keterampilan berpikir kreatif kelas RQA lebih besar dari kelas RQA dipadu TPS. Kelas RQA memiliki kenaikan persentase sebesar 26,7338, kelas RQA dipadu TPS sebesar 25,6049, kelas kontrol sebesar 25,0379, dan kelas TPS sebesar 24,3561. Uji hipotesis anakova dilakukan untuk mengungkap pengaruh model pembelajaran terhadap keterampilan berpikir kreatif. Hasil perhitungan uji hipotesis keterampilan berpikir kreatif menggunakan anakova tunggal diperoleh F hitung Ringkasan rata-rata Skor Pretest dan Posttest keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 2. Posttest 64,7177 63,1855 63,7121 61,1364 Selisih Kenaikan (%) 26,7338 25,6049 25,0379 24,3561 sebesar 2,692 dan nilai probabilitas model pembelajaran 0,049 (p-hitung 0,049 < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa H1 yang berbunyi ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diterima, sehingga dapat disimpulkan model pembelajaran RQA dipadu TPS berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa. Ringkasan Anakova hasil penghitungan data keterampilan berpikir kreatif berdasarkan hasil pretest dan posttest dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Anakova Pengaruh Model Pembelajaran terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Corrected Model 3343,446a 4 835,861 71,515 Intercept 1172,529 1 1172,529 100,320 XKreatif 3123,006 1 3123,006 267,200 Model 94,386 3 31,462 2,692 Error 1437,609 123 11,688 Total 515462,500 128 Corrected Total 4781,055 127 a. R Squared = ,699 (Adjusted R Squared = ,690) Perbandingan rerata terkoreksi keterampilan berpikir kreatif dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kreatif dengan model pembelajaran yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa rerata terkoreksi keterampilan berpikir kreatif kelas RQA sebesar 64,480 lebih tinggi 2,74% dari pada kelas kontrol sebesar 62,760 dengan notasi LSD berbeda signifikan (a dan b). Rerata terkoreksi keterampilan berpikir kreatif kelas RQA sebesar 64,480 lebih tinggi 3,76% dari pada kelas TPS sebesar 62,144 dengan notasi LSD berbeda Sig. ,000 ,000 ,000 ,049 signifikan (a dan b). Berdasarkan perbandingan tersebut maka dapat dilihat bahwa hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran RQA dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatifnya dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TPS, dan konvensional (kontrol). Rata-rata skor keterampilan berpikir kreatif terkoreksi dan hasil uji BNT dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Skor Keterampilan Berpikir Kreatif Terkoreksi dan Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT/LSD) Model Kenaikan Pretest No XKreatif YKreatif Selisih KreatifCorr Notasi LSD Pembelajaran ke Posttest (%) 1 RQA 37,9839 64,7177 26,7338 64,480 70,381 a 2 RQA+TPS 37,5806 63,1855 25,6049 63,365 68,133 a b 3 Kontrol 38,6742 63,7121 25,0379 62,760 64,740 b 4 TPS 36,7803 61,1364 24,3561 62,144 66,220 b Hasil analisis data menunjukkan bahwa model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif. Hasil temuan ini sesuai dengan yang diungkapkan Sarwinda (2011), yang melaporkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dipadu dengan Reciprocal Teaching (RT) berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa. Kemampuan berpikir adalah inti dari pembelajaran. Kemampuan berpikir membuat semua menjadi mungkin, misalnya melalui pengalaman (learning by rote and learning by accident) tetapi Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 154 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 pembelajaran berpikir satu-satunya yang dapat dikelola. Membekali siswa terampil berpikir, berarti membekali kemampuan survival pada kehidupan masa mendatang (Mulyadi et al, 2014). Corebima (2010) menjelaskan bahwa optimalisasi sains untuk memberdayakan kemampuan berpikir dapat dilakukan dengan mengkaji sains sedalam-dalamnya untuk mengungkap informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya. Selanjutnya, Corebima (2016) menjelaskan jika keterampilan berpikir diberdayakan, para anak bangsa akan lebih berpotensi mempelajari sains sebanyak-banyaknya dan sedalamdalamnya, demi kemaslahatan hidup mereka ke depan, para anak bangsa akan lebih mampu menjadi manusia bebas, merdeka dan menjadi diri mereka sendiri, bukan menjadi orang lain, yang siap hidup hari ini dan di hari esok. Selanjutnya, Ekoningtyas (2013) menjelaskan keterampilan berpikir kreatif perlu dikembangkan melalui pembelajaran supaya siswa memiliki kemampuan dalam mengakses data atau informasi yang tersedia, serta mampu menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu permasalahan. Pembelajaran biologi yang kontekstual merupakan pendekatan yang mengarahkan belajar siswa dapat mengkonstruk pengetahuan yang didapat dari permasalahan-permasalahan, mencari solusi atas suatu masalah, menemukan fakta pendukung sampai akhirnya menyimpulkan permasalahan, disini diperlukan keterampilan berpikir kreatif yang melahirkan ide baru sebagai pemecahan masalah (Listiana, 2013). Selanjutnya, Yusnaeni et al (2017) menjelaskan pemikiran kreatif akan menghasilkan generasi kreatif, memiliki potensi untuk memecahkan masalah sosial dan lingkungan yang kompleks. Keterampilan berpikir kreatif akan semakin berkembang jika siswa memiliki kesempatan untuk berpikir divergen. Siswa harus distimulasi dan dilatih untuk berpikir di luar kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru, dan mampu mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, serta mencoba mengajukan dugaan jawaban. Kesuksesan individu akan diperoleh siswa yang memiliki keterampilan berpikir kreatif (Zubaidah, 2016). Temuan penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) efektif dalam memberdayakan keterampilan berpikir kreatif siswa. Efektivitas penerapan model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) tergambar dari perpaduan sintaks dari kedua model pembelajaran tersebut. Kegiatan tersebut memungkinkan tumbuhnya partisipasi dan kerja sama yang diharapkan mampu meningkatkan tumbuhnya solidaritas dan kemampuan berkomunikasi antar siswa dalam satu kelas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) ber potensi meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Lamongan. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan model pembelajaran RQA adalah 2,72% lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan model pembelajaran RQA adalah 3,71% lebih tinggi dari pada kelas TPS. Kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran RQA berbeda signifikan dibandingkan kelas TPS dan kelas kontrol dalam memberdayakan keterampilan berpikir kreatif siswa. Saran Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, beberapa yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya, antara lain: 1. Dianjurkan para guru untuk menerapkan model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dalam memberdayakan keterampilan berpikir kreatif. 2. Penelitian untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif dengan model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) tidak hanya dilakukan pada pada jenjang SMA saja, tetapi perlu diteliti lebih lanjut pada jenjang SD, SMP maupun di Perguruan Tinggi. 3. Perlu diteliti lebih lanjut pengaruh model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) terhadap sikap sosial misalnya: partisipasi, kerja sama, dan komunikasi. DAFTAR RUJUKAN Asmara, R. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berorientasi Pendekatan TASC (Thinking Actively Social Context) untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Corebima, A. D. (2010). Berdayakan Keterampilan Berpikir Selama Pembelajaran Sains Demi Masa Depan Kita. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Sains, yang diselenggarakan di Universitas Negeri Surabaya 16 Januari 2010, Surabaya Jawa Timur. Corebima, A.D. (2016). Pembelajaran Biologi di Indonesia Bukan untuk Hidup. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS. Proceeding Biology Education Conference, 13(1), 8-22. Deporter, B. & Hernacki, M., (2015). Quantum Learning. Membiasakan Belajar Nyaman dan Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 155 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Menyenangkan. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa Learning. Ekoningtyas, M. (2013). Pengaruh Pembelajaran Think Pair Share dipadu Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan terhadap Keterampilan Metakognitif, Berpikir Kreatif, Pemahaman Konsep IPA dan Retensinya serta Sikap Sosial Siswa. Malang: Jurnal Pendidikan Sains, 1, 332342. Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills. California: Corwin a Sage Company. Hu, W. & Adey, P. (2002). A Scientific Creativity test for Secondary School Students. International Journal of Science Education, Taylor & Francis Ltd. (Online). (etctpad.snnu.edu.cn/upload/files/HWP/ lwhwp---009.pdf). Diakses 27 Maret 2017. Johnson, E. B. (2014). Contextual Teaching And Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengasyikkan dan Bermakna. Terjemahan Ibnu Setiawan. Bandung: Kaifa. Kemendikbud. (2014). Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemendikbud. Leedy, P. D. & Ormrod, J. E., (2005). Practical Research. Planning and Design 8th Edition. New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall. Listiana, L. (2013). Pemberdayaan Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran Biologi melalui model Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) dan TTW (Think, Talk, Write). Surakarta: Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS. (Online). (download.portalgaruda.org/article.php? ...PEMBERDAYAAN%20...). Diakses 25 April 2017. Listiana, L. (2016). Pengaruh Model Group Investigation (GI) dipadu Think Talk Write (TTW) terhadap Keterampilan Metakognitif, Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Biologi Siswa Berkemampuan Akademik Berbeda. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang Mulyadi, Adlim & Djupri. (2014). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Mahasiswa melalui model Pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA). Jurnal Biotik, 2(1), 33-37. (Online). (jurnal.arraniry.ac.id/index.php/biotik/article/download/233/ 211). Di akses 25 April 2017. Mumford, M. D., et al. (2012). Creative Thinking: Processes, Strategies, and Konowledge. The Journal Of Creative Behavior, pp. 30-47. Mustami, M. K. (2007). Pengaruh Model Pembelajaran Synectics yang dipadu MIND MAPS dan Kooperatif STAD Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Sikap Kreatif, dan Penguasaan Materi Biologi Siswa SMP Kota Makassar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pantiwati, Y. (2013). Authentic Assessment for Improving Cognitive Skill, Critical-Creative Thinking and Meta-cognitive Awareness. Jurnal of Education and Practice, 4(14), 1-10. Robitah, A. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Biologi Berbasis Inquiri dan Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Keterampilan Proses Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Rofi’uddin, A. (2000). Model Pendidikan Berpikir Kritis Kreatif untuk Siswa Sekolah Dasar. Majalah Bahasa dan Seni 1(28):72-94. Sani, R.A. (2015). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Sarwinda, W. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share dipadu Reciprocal Teaching dan Kemampuan Akademik yang Berbeda terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif pada Siswa SMA Negeri 1 Batu dan SMA Negeri 1 Grati. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang Sarwinda, W. (2013). Pemberdayaan keterampilan Berpikir Kreatif Siswa melalui Strategi Reciprocal Teaching pada Pembelajaran Biologi SMA. Surakarta: Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS. (Online). (jurnal.fkip.uns.ac.id/index. php/prosbio/article/download/.../2205). Diakses 25 April 2017 Syarifah, H., Indriwati, S.E., & Corebima, A.D. (2016). Perbedaan Keterampilan Metakognitif dan Motivasi Siswa Putra dan Putri Kelas X SMAN di Kota Malang melalui Model Pembelajaran Reading Questioning and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS). Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2 (1), 10-18. Tendrita, M., Mahanal, S., & Zubaidah, S. (2016). Pemberdayaan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Model Remap Think Pair Share. Proceeding Biology Education Conference, 13(1), 285-291. Treffinger, D.J., Young, G.C., Selby, E.C., & Shepardson, C. (2002). Assessing Creativity: A Guide for Educators. The National Research Center On The Gifted and Talented. Center for Creative Learning: Sarasota, Florida. Yusnaeni, Corebima, A.D., Susilo, H., & Zubaidah, S. (2017). Creative Thinking of Low Academic Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 156 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Student Undergoing Search Solve Create and Share Learning Integrated with Metacognitive Strategy. International Journal of Instruction, 10 (2):245-262. Zubaidah, S. (2016). Keterampilan abad ke-21: Keterampilan yang diajarkan melalui pembelajaran. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan dengan tema: Isu-isu Model Pembelajaran MIPA Abad 21 di Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, Kalimantan Barat 10 Desember. Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 157