Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran

advertisement
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN READING, QUESTIONING, AND ANSWERING
(RQA) DIPADU THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR
KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
The Effect of Reading, Questioning, and Answering (RQA) Combined with Think Pair Share (TPS) Learning
Models to Creative Thinking Skills Student Learning in Biology
1
Suprapto1, Siti Zubaidah2, Aloysius Duran Corebima2,
Pendidikan Biologi, Pascasarjana Universitas Negeri Malang
2
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
e-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang, di antaranya keterampilan
berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi masih
rendah karena keterampilan berpikir belum ditangani dengan baik. Keterampilan berpikir kreatif dapat dibelajarkan
melalui model pembelajaran yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) terhadap keterampilan berpikir kreatif
siswa pada pembelajaran biologi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan
Nonrandomized Control Group Pretest Posttest Design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Babat dan XI IPA SMA Negeri 1 Kedungpring, Kabupaten Lamongan. Sampel penelitian adalah siswa
kelas XI IPA-6, XI IPA-7 SMA Negeri 1 Babat dan XI IPA-1, XI IPA-5 SMA Negeri 1 Kedungpring. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair
Share (TPS) berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi. Berdasarkan hasil
analisis data dengan uji Anakova tunggal diperoleh F hitung perlakuan perbedaan model pembelajaran sebesar 2,692
dengan p-hitung 0,049 < 0,05. Rerata terkoreksi keterampilan berpikir kreatif siswa dengan model pembelajaran
RQA adalah 2,74% lebih tinggi dari pada rerata terkoreksi kelas kontrol. Rerata terkoreksi keterampilan berpikir
kreatif siswa dengan model pembelajaran RQA adalah 3,76% lebih tinggi dari pada rerata terkoreksi kelas TPS.
Kata Kunci: RQA, TPS, Keterampilan Berpikir Kreatif
ABSTRACT
Life in the 21st century demands a variety of skills that must be mastered by somebody, including creative thinking
skills. The creative thinking skills of elementary to university graduates are still low because the thinking skills have
not been handled properly. Creative thinking skills can be learned through appropriate learning models. This study
aims to determine the influence of Reading, Questioning, and Answering (RQA) combined Think Pair Share (TPS) of
learning models on students' creative thinking skills in biology learning. The research design used was quasi
experiment with Nonrandomized Control Group Pretest Posttest Design. The research population is all students of
class XI IPA SMA Negeri 1 Babat and XI IPA SMA Negeri 1 Kedungpring, Lamongan District. The sample of this
research are students of class XI IPA-6, XI IPA-7 SMA Negeri 1 Babat and XI IPA-1, XI IPA-5 SMA Negeri 1
Kedungpring. The results showed that the learning models of Reading, Questioning, and Answering (RQA) combined
by Think Pair Share (TPS) had an effect on the students' creative thinking skill in biology learning. Based on data
analysis result with single anakova test obtained F counted treatment of difference of learning model 2,692 with pcount 0.049 < 0,05. The corrected average of students' creative thinking skill with RQA learning model is 2,74%
higher than mean of corrected control class. The corrected average of students' creative thinking skill with RQA
learning model is 3.76% higher than the corrected average grade of TPS.
.
Keywords: RQA, TPS, Creative Thinking Skill
Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai
keterampilan yang harus dikuasai seseorang, di antaranya
keterampilan berpikir kreatif. Pencapaian keterampilan
abad ke-21 tersebut dilakukan dengan memperbarui
kualitas pembelajaran, membantu siswa meningkatkan
dan mengembangkan partisipasi, mendorong kerjasama
dan komunikasi, dan membudayakan keterampilan
berpikir kreatif, serta mengembangkan pembelajaran
student-centered
(Zubaidah,
2016).
Selanjutnya,
Corebima (2016) menjelaskan kebutuhan hidup di abad
pengetahuan (baca juga abad 21) diantaranya
keterampilan berpikir, yaitu keterampilan berpikir kritis
dan keterampilan berpikir kreatif. Greenstein (2012)
mengungkapkan pemikiran kreatif adalah salah satu
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang sangat penting
untuk dikembangkan di abad ke-21. Biologi adalah salah
satu mata pelajaran sains yang memiliki orientasi untuk
membekali siswa untuk menghadapi tantangan hidup di
abad ke-21. Pengalaman belajar yang dilatihkan
semestinya untuk membekali siswa menjadi pribadi yang
memiliki kemampuan kolaboratif, komunikatif, dan
kreatif (Permendikbud RI. Nomor 59 Tahun 2014).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa
SMA kurang mampu berpikir kreatif, antara lain
penelitian yang dilaporkan oleh Mustami (2007),
Sarwinda (2013), Robitah (2014), dan Asmara (2015).
Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
151
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Asmara (2015) melaporkan dari 27 guru biologi yang
terdapat pada 12 SMA Negeri dan Swasta di Kota
Mojokerto, belum ada yang melakukan penilaian pada
keterampilan berpikir kreatif, hal ini terjadi karena
keterbatasan waktu yang dimiliki dan rumitnya proses
asesmen yang harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan
penemuan Rofi’udin (2000) yang menyatakan bahwa
terjadi keluhan tentang rendahnya kemampuan berpikir
kreatif yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi karena keterampilan berpikir
belum ditangani dengan baik. Pembelajaran keterampilan
berpikir kreatif sangat perlu diintegrasikan dalam setiap
mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Biologi. Hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap SMA
Negeri di kabupaten Lamongan, guru belum
memberdayakan keterampilan berpikir kreatif, sehingga
keterampilan berpikir kreatif siswa masih tergolong
rendah.
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti
keterampilan berpikir kreatif, antara lain: Sarwinda
(2011) melaporkan bahwa model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) yang dipadu dengan Reciprocal
Teaching (RT) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa.
Ekoningtyas
(2013)
melaporkan
model
pembelajaran TPS dipadu Pola Pemberdayaan Berpikir
Melalui Pertanyaan (PBMP) tidak berpengaruh signifikan
terhadap keterampilan berpikir kreatif. Robitah (2014)
melaporkan model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan berpikir kreatif dibandingkan
dengan model pembelajaran inkuiri, namun tidak berbeda
nyata dengan model pembelajaran inkuiri + CPS. Listiana
(2016) melaporkan model pembelajaran
Group
Investigation (GI) dipadu Think Talk Write (TTW)
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa
pada pembelajaran Biologi. Ada hubungan antara
keterampilan berpikir kreatif dengan hasil belajar kognitif
siswa pada pembelajaran Biologi.
Kreativitas merupakan salah satu keterampilan
abad 21 yang ditetapkan UNESCO. Keterampilan berpikir
kreatif merupakan salah satu komponen utama kreativitas,
disamping dua komponen yang lain yaitu keahlian
(pengetahuan teknis, prosedural, dan intelektual), dan
motivasi (Sani, 2015).
Kerangka kompetensi abad 21 (Partnership for 21st
Century, 2008)
menunjukkan bahwa memiliki
pengetahuan mata pelajaran pokok (core subjects) saja
tidak cukup, namun harus dilengkapi dengan: 1)
kemampuan kreatif-kritis; 2) karakter kuat (bertanggung
jawab, sosial, toleran, produktif, adaptif, dan sebagainya);
serta 3) kemampuan memanfaatkan informasi dan
berkomunikasi (Sani, 2015).
Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan
yang menggunakan dasar proses berpikir untuk
mengembangkan atau menemukan ide yang menekankan
pada aspek berpikir intuitif dan rasional. Indikator
berpikir kreatif meliputi 1) fluency (berpikir lancar), 2)
flexibility (berpikir luwes), 3) Originality (berpikir asli),
dan 4) elaboration (berpikir merinci). (Munandar, 1992;
Greenstein, 2012) dan 5) metaphorical thinking (berpikir
metaforis) (Treffinger, 2002).
Menurut Hu & Adey (2002), keterampilan berpikir
kreatif meliputi tiga dimensi Scientific Structure
Creativity Model (SSCM), yaitu: 1) Process (proses),
meliputi imagination dan thinking, 2) Trait (sifat)
meliputi originality, flexibility, dan fluency, 3) Product
(produk), meliputi science problem, science phenomena,
science knowledge, dan technical product. Menurut
Pantiwati (2013), Pemikiran kreatif adalah proses berpikir
yang menghasilkan gagasan asli, estetis, dan kontroversial
dan menekankan aspek intuitif dan rasional. Kreativitas
mencakup kemampuan, prilaku, dan proses.
Proses kreatif mengalir melalui lima tahap,
meliputi: 1) persiapan, yaitu mendefinisikan masalah,
tujuan, atau tantangan; 2) inkubasi, yaitu mencerna faktafakta dan mengolahnya dalam pikiran; 3) iluminasi, yaitu
mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan;
4) verifikasi, yaitu memastikan apakah solusi itu benarbenar memecahkan masalah; dan 5) aplikasi, yaitu
mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi
tersebut (Deporter & Hernacki, 2015).
Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari
pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi,
menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinankemungkinan baru, membuka sudut pandang yang
menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak
terduga. Berpikir kreatif, yang membutuhkan ketekunan,
disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas
mental seperti: 1) mengajukan pertanyaan; 2)
mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak
lazim dengan pikiran terbuka; 3) membangun keterkaitan,
khususnya di antara hal-hal yang berbeda; 4)
menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas; 5)
menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk
menghasilkan hal baru dan berbeda; dan 6) mendengarkan
intuisi (Johnson, 2014).
Menurut Mumford (2012), berpikir kreatif
merupakan pelaksanaan yang efektif dari delapan proses
inti, meliputi: 1) definisi masalah, 2) pengumpulan
informasi, 3) organisasi informasi, 4) kombinasi
konseptual, 5) generasi ide, 6) evaluasi ide, 7)
perencanaan pelaksanaan, dan 8) pemantauan solusi.
Keterampilan berpikir kreatif penting untuk
dikembangkan pada mata pelajaran Biologi sehingga
dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan,
memberikan ide-ide baru yang orisinil, mengembangkan
suatu gagasan serta dapat mengambil keputusan terhadap
situasi yang berkaitan dengan Biologi (Sarwinda, 2013).
Salah satu tujuan mata pelajaran Biologi dalam
Permendikbud RI Nomor 59 Tahun 2014 yaitu
menumbuhkan hard skill dan soft skill dalam bidang
biologi secara seimbang untuk membekali siswa menjadi
pribadi yang memiliki kemampuan kolaboratif,
komunikatif, kreatif dan inovatif serta melek media
(media literacy) melalui pembelajaran berbasis inquiri,
Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
152
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
berbasis permasalahan, dan berbasis projek (inquiry
based, problem based, dan project based learning).
Keterampilan
berpikir
kreatif
merupakan
keterampilan berpikir yang sangat penting untuk
direalisasikan guru dalam proses pembelajaran sains
karena terdapat proses penemuan yang dapat mengasah
keterampilan berpikir kreatif. Setiap guru harus
mengetahui cara yang tepat untuk mengembangkan
potensi berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran
di kelas, karena setiap siswa memiliki keterampilan
berpikir kreatif yang berbeda-beda (Tendrita et al, 2016).
Pembelajaran di kelas hendaknya memperhatikan kondisi
setiap siswa, karena setiap siswa merupakan individu
yang berbeda satu sama lain (Syarifah et al, 2016).
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan
di atas, salah satu solusi yang dapat diajukan adalah
dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme
dan kooperatif. Salah satu model pembelajaran
konstruktivisme yang berpotensi memberdayakan
keterampilan berpikir kreatif siswa adalah model
pembelajaran Reading, Questioning, and Answering
(RQA). Pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah
Think Pair Share (TPS). Perpaduan model pembelajaran
RQA dan TPS diharapkan dapat memberdayakan
keterampilan berpikir kreatif.
Keterampilan berpikir kreatif yang diteliti dalam
penelitian ini menggunakan lima indikator menurut
Treffinger (2002) yang meliputi: fluency (kelancaran)
yaitu kemampuan untuk memunculkan banyak ide, cara,
saran, pertanyaan, gagasan atau alternatif jawaban dengan
lancar dalam waktu tertentu secara cepat yang ditekankan
pada kualitas jawaban; 2) flexibility (keluwesan) yaitu
kemampuan untuk memunculkan gagasan, jawaban atau
pertanyaan yang bervariasi dari sudut pandang yang
berbeda-beda; 3) Originality (keaslian) yaitu kemampuan
untuk memunculkan ungkapan, gagasan, atau ide untuk
menyelesaikan masalah atau membuat kombinasi unsurunsur secara unik, tidak lazim, dan baru (tidak terpikirkan
oleh orang lain); 4) elaboration (kerincian) yaitu
kemampuan untuk mengembangkan atau memerinci
detail-detail dari suatu obyek, gagasan, ide, atau situasi
supaya lebih menarik; dan 5) metaphorical thinking
(berpikir
metaforis)
yaitu
kemampuan
untuk
menggunakan perbandingan atau analogi untuk membuat
keterkaitan baru antar konsep.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran Reading, Questioning, and
Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS)
terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada
pembelajaran biologi. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberdayakan keterampilan berpikir kreatif
siswa, memberikan kontribusi bagi para guru dalam
mengembangkan model pembelajaran yang berpijak pada
filosofi pembelajaran konstruktivisme dan kooperatif.
Hipotesis (H1) dalam penelitian ini adalah ada pengaruh
model pembelajaran RQA dipadu TPS terhadap
keterampilan berpikir kreatif siswa.
METODE PENELITIAN
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian yang
digunakan adalah Nonrandomized Control Group Pretest
Posttest Design (Leedy & Ormrod, 2005). Rancangan
penelitian seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel
1. Prosedur Pelaksanaan Rancangan Penelitian
Nonrandomized Control Group Pretest Posttest Design
Kelompok
Waktu
Kelompok 1
O1
T1
O2
Kelompok 2
O3
T2
O4
Kelompok 3
O5
T3
O6
Kelompok 4
O7
T4
O8
(Sumber: Leedy & Ormrod, 2005)
Keterangan:
O1, O3, O5, O7 = Pretest pada kelas sebelum perlakuan
O2, O4, O6, O8 = Posttest pada kelas setelah perlakuan
T1 = Kelas dengan perlakuan model pembelajaran RQA dipadu
TPS
(Kelas XI IPA-6 SMA Negeri 1 Babat sebanyak 31 siswa)
T2 = Kelas dengan perlakuan model pembelajaran RQA
(Kelas XI IPA-7 SMA Negeri 1 Babat sebanyak 31 siswa)
T3 = Kelas dengan perlakuan model pembelajaran TPS
(Kelas XI IPA-1 SMA Negeri 1 Kedungpring sebanyak 33
siswa)
T4 = Kelas kontrol
(Kelas XI IPA-5 SMA Negeri 1 Kedungppring sebanyak
33 siswa)
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Babat
dan SMA Negeri 1 Kedungpring, Kabupaten Lamongan
selama kurang lebih 3 bulan. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Babat (kelas XI IPA-1 sampai dengan XI IPA-8) dan
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kedungpring (kelas XI
IPA-1 sampai dengan XI IPA-5) Tahun Pelajaran
2016/2017. Sampel dalam penelitian ini adalah SMA
Negeri 1 Babat pada kelas XI IPA-6 berjumlah 31 siswa
dan XI IPA-7 berjumlah 31 siswa dan SMA Negeri 1
Kedungpring pada kelas XI IPA-1 berjumlah 33 siswa
dan XI IPA-5 berjumlah 33 siswa, sehingga jumlah
sampel keseluruhan 4 kelas yang berjumlah 128 siswa.
Penentuan sampel dilakukan dengan cara random
sampling/probability
sampling.
Instrumen
yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri atas silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Siswa (LKS), lembar observasi keterlaksanaan sintaks
pembelajaran, rubrik keterampilan berpikir kreatif. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis kovarian
(Anakova tunggal) dengan taraf signifikansi 0,05 (P <
0,05). Sebelum uji anakova, dilakukan uji prasyarat, yaitu
normalitas data dengan uji kolmogorov-Smirnov dan uji
homogenitas data dengan Levenne test. Data dianalisis
dengan bantuan Software IBM SPSS Statistics 23 for Ms
Windows.
Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
153
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Model Pembelajaran
Keterampilan Berpikir Kreatif
terhadap
Tabel 2. Ringkasan rata-rata Skor Pretest dan Posttest
No
Model Pembelajaran
Pretest
1
RQA
37,9839
2
RQA+TPS
37,5806
3
Kontrol
38,6742
4
TPS
36,7803
Berdasarkan analisis deskriptif diketahui bahwa
besarnya peningkatan nilai keterampilan berpikir kreatif
kelas RQA lebih besar dari kelas RQA dipadu TPS. Kelas
RQA memiliki kenaikan persentase sebesar 26,7338, kelas
RQA dipadu TPS sebesar 25,6049, kelas kontrol sebesar
25,0379, dan kelas TPS sebesar 24,3561. Uji hipotesis
anakova dilakukan untuk mengungkap pengaruh model
pembelajaran terhadap keterampilan berpikir kreatif.
Hasil perhitungan uji hipotesis keterampilan berpikir
kreatif menggunakan anakova tunggal diperoleh F hitung
Ringkasan rata-rata Skor Pretest dan Posttest
keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 2.
Posttest
64,7177
63,1855
63,7121
61,1364
Selisih Kenaikan (%)
26,7338
25,6049
25,0379
24,3561
sebesar 2,692 dan nilai probabilitas model pembelajaran
0,049 (p-hitung 0,049 < 0,05).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa H1 yang
berbunyi ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diterima,
sehingga dapat disimpulkan model pembelajaran RQA
dipadu TPS berpengaruh terhadap keterampilan berpikir
kreatif siswa. Ringkasan Anakova hasil penghitungan
data keterampilan berpikir kreatif berdasarkan hasil
pretest dan posttest dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Anakova Pengaruh Model Pembelajaran terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif
Source
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Corrected Model
3343,446a
4
835,861
71,515
Intercept
1172,529
1
1172,529
100,320
XKreatif
3123,006
1
3123,006
267,200
Model
94,386
3
31,462
2,692
Error
1437,609
123
11,688
Total
515462,500
128
Corrected Total
4781,055
127
a. R Squared = ,699 (Adjusted R Squared = ,690)
Perbandingan rerata terkoreksi keterampilan
berpikir kreatif dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui perbandingan peningkatan keterampilan
berpikir kreatif dengan model pembelajaran yang
berbeda. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa rerata
terkoreksi keterampilan berpikir kreatif kelas RQA
sebesar 64,480 lebih tinggi 2,74% dari pada kelas kontrol
sebesar 62,760 dengan notasi LSD berbeda signifikan (a
dan b). Rerata terkoreksi keterampilan berpikir kreatif
kelas RQA sebesar 64,480 lebih tinggi 3,76% dari pada
kelas TPS sebesar 62,144 dengan notasi LSD berbeda
Sig.
,000
,000
,000
,049
signifikan (a dan b). Berdasarkan perbandingan tersebut
maka dapat dilihat bahwa hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran RQA dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kreatifnya dibandingkan dengan
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TPS,
dan konvensional (kontrol). Rata-rata skor keterampilan
berpikir kreatif terkoreksi dan hasil uji BNT dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Skor Keterampilan Berpikir Kreatif Terkoreksi dan Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT/LSD)
Model
Kenaikan Pretest
No
XKreatif
YKreatif
Selisih
KreatifCorr
Notasi LSD
Pembelajaran
ke Posttest (%)
1
RQA
37,9839
64,7177
26,7338
64,480
70,381
a
2
RQA+TPS
37,5806
63,1855
25,6049
63,365
68,133
a b
3
Kontrol
38,6742
63,7121
25,0379
62,760
64,740
b
4
TPS
36,7803
61,1364
24,3561
62,144
66,220
b
Hasil analisis data menunjukkan bahwa model
pembelajaran Reading, Questioning, and Answering
(RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) berpengaruh
terhadap keterampilan berpikir kreatif. Hasil temuan ini
sesuai dengan yang diungkapkan Sarwinda (2011), yang
melaporkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) yang dipadu dengan Reciprocal Teaching (RT)
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.
Kemampuan
berpikir
adalah
inti
dari
pembelajaran. Kemampuan berpikir membuat semua
menjadi mungkin, misalnya melalui pengalaman
(learning by rote and learning by accident) tetapi
Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
154
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
pembelajaran berpikir satu-satunya yang dapat dikelola.
Membekali siswa terampil berpikir, berarti membekali
kemampuan survival pada kehidupan masa mendatang
(Mulyadi et al, 2014). Corebima (2010) menjelaskan
bahwa optimalisasi sains untuk memberdayakan
kemampuan berpikir dapat dilakukan dengan mengkaji
sains sedalam-dalamnya untuk mengungkap informasi
sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya. Selanjutnya,
Corebima (2016) menjelaskan jika keterampilan berpikir
diberdayakan, para anak bangsa akan lebih berpotensi
mempelajari sains sebanyak-banyaknya dan sedalamdalamnya, demi kemaslahatan hidup mereka ke depan,
para anak bangsa akan lebih mampu menjadi manusia
bebas, merdeka dan menjadi diri mereka sendiri, bukan
menjadi orang lain, yang siap hidup hari ini dan di hari
esok. Selanjutnya, Ekoningtyas (2013) menjelaskan
keterampilan berpikir kreatif perlu dikembangkan melalui
pembelajaran supaya siswa memiliki kemampuan dalam
mengakses data atau informasi yang tersedia, serta
mampu menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu permasalahan.
Pembelajaran biologi yang kontekstual merupakan
pendekatan yang mengarahkan belajar siswa dapat
mengkonstruk
pengetahuan
yang
didapat
dari
permasalahan-permasalahan, mencari solusi atas suatu
masalah, menemukan fakta pendukung sampai akhirnya
menyimpulkan
permasalahan,
disini
diperlukan
keterampilan berpikir kreatif yang melahirkan ide baru
sebagai pemecahan masalah (Listiana, 2013). Selanjutnya,
Yusnaeni et al (2017) menjelaskan pemikiran kreatif akan
menghasilkan generasi kreatif, memiliki potensi untuk
memecahkan masalah sosial dan lingkungan yang
kompleks.
Keterampilan berpikir kreatif akan semakin
berkembang jika siswa memiliki kesempatan untuk
berpikir divergen. Siswa harus distimulasi dan dilatih
untuk berpikir di luar kebiasaan yang ada, melibatkan
cara berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk
menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru, dan mampu
mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, serta mencoba
mengajukan dugaan jawaban. Kesuksesan individu akan
diperoleh siswa yang memiliki keterampilan berpikir
kreatif (Zubaidah, 2016).
Temuan penelitian ini membuktikan bahwa model
pembelajaran Reading, Questioning, and Answering
(RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) efektif dalam
memberdayakan keterampilan berpikir kreatif siswa.
Efektivitas penerapan model pembelajaran Reading,
Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair
Share (TPS) tergambar dari perpaduan sintaks dari kedua
model pembelajaran tersebut. Kegiatan tersebut
memungkinkan tumbuhnya partisipasi dan kerja sama
yang diharapkan mampu meningkatkan tumbuhnya
solidaritas dan kemampuan berkomunikasi antar siswa
dalam satu kelas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Reading,
Questioning, and Answering (RQA) ber potensi
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada
pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten
Lamongan. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif
siswa dengan model pembelajaran RQA adalah 2,72%
lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Peningkatan
keterampilan berpikir kreatif siswa dengan model
pembelajaran RQA adalah 3,71% lebih tinggi dari pada
kelas TPS. Kelas yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran RQA berbeda signifikan dibandingkan kelas
TPS dan kelas kontrol dalam memberdayakan
keterampilan berpikir kreatif siswa.
Saran
Berdasarkan pembahasan
hasil
penelitian,
beberapa yang dapat disampaikan untuk penelitian
selanjutnya, antara lain:
1. Dianjurkan para guru untuk menerapkan model
pembelajaran Reading, Questioning, and Answering
(RQA) dalam memberdayakan keterampilan berpikir
kreatif.
2. Penelitian untuk mengukur keterampilan berpikir
kreatif dengan model pembelajaran Reading,
Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair
Share (TPS) tidak hanya dilakukan pada pada jenjang
SMA saja, tetapi perlu diteliti lebih lanjut pada
jenjang SD, SMP maupun di Perguruan Tinggi.
3. Perlu diteliti lebih lanjut pengaruh model
pembelajaran Reading, Questioning, and Answering
(RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) terhadap sikap
sosial misalnya: partisipasi, kerja sama, dan
komunikasi.
DAFTAR RUJUKAN
Asmara, R. (2015). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Biologi Berorientasi Pendekatan
TASC (Thinking Actively Social Context) untuk
Melatihkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa.
Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya.
Corebima, A. D. (2010). Berdayakan Keterampilan
Berpikir Selama Pembelajaran Sains Demi Masa
Depan Kita. Makalah dipresentasikan pada
Seminar Nasional Sains, yang diselenggarakan di
Universitas Negeri Surabaya 16 Januari 2010,
Surabaya Jawa Timur.
Corebima, A.D. (2016). Pembelajaran Biologi di
Indonesia Bukan untuk Hidup. Makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional XIII
Pendidikan Biologi FKIP UNS. Proceeding
Biology Education Conference, 13(1), 8-22.
Deporter, B. & Hernacki, M., (2015). Quantum Learning.
Membiasakan
Belajar
Nyaman
dan
Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
155
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Menyenangkan.
Terjemahan
Alwiyah
Abdurrahman. Bandung: Kaifa Learning.
Ekoningtyas, M. (2013). Pengaruh Pembelajaran Think
Pair Share dipadu Pola Pemberdayaan Berpikir
Melalui Pertanyaan terhadap Keterampilan
Metakognitif, Berpikir Kreatif, Pemahaman
Konsep IPA dan Retensinya serta Sikap Sosial
Siswa. Malang: Jurnal Pendidikan Sains, 1, 332342.
Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills.
California: Corwin a Sage Company.
Hu, W. & Adey, P. (2002). A Scientific Creativity test for
Secondary School Students. International Journal
of Science Education, Taylor & Francis Ltd.
(Online). (etctpad.snnu.edu.cn/upload/files/HWP/
lwhwp---009.pdf). Diakses 27 Maret 2017.
Johnson, E. B. (2014). Contextual Teaching And
Learning:
Menjadikan
Kegiatan
Belajar
Mengasyikkan dan Bermakna. Terjemahan Ibnu
Setiawan. Bandung: Kaifa.
Kemendikbud. (2014). Permendikbud Nomor 59 Tahun
2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemendikbud.
Leedy, P. D. & Ormrod, J. E., (2005). Practical Research.
Planning and Design 8th Edition. New Jersey:
Pearson Merril Prentice Hall.
Listiana, L. (2013). Pemberdayaan Keterampilan Berpikir
dalam Pembelajaran Biologi melalui model
Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) dan
TTW (Think, Talk, Write). Surakarta: Seminar
Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS.
(Online). (download.portalgaruda.org/article.php?
...PEMBERDAYAAN%20...). Diakses 25 April
2017.
Listiana, L. (2016). Pengaruh Model Group Investigation
(GI) dipadu Think Talk Write (TTW) terhadap
Keterampilan Metakognitif, Keterampilan Berpikir
Kreatif dan Hasil Belajar Biologi Siswa
Berkemampuan Akademik Berbeda. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas
Negeri Malang
Mulyadi, Adlim & Djupri. (2014). Memberdayakan
Kemampuan Berpikir Mahasiswa melalui model
Pembelajaran
Reading,
Questioning,
and
Answering (RQA). Jurnal Biotik, 2(1), 33-37.
(Online).
(jurnal.arraniry.ac.id/index.php/biotik/article/download/233/
211). Di akses 25 April 2017.
Mumford, M. D., et al. (2012). Creative Thinking:
Processes, Strategies, and Konowledge. The
Journal Of Creative Behavior, pp. 30-47.
Mustami, M. K. (2007). Pengaruh Model Pembelajaran
Synectics yang dipadu MIND MAPS dan
Kooperatif STAD Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif, Sikap Kreatif, dan Penguasaan Materi
Biologi Siswa SMP Kota Makassar. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas
Negeri Malang.
Pantiwati, Y. (2013). Authentic Assessment for
Improving Cognitive Skill, Critical-Creative
Thinking and Meta-cognitive Awareness. Jurnal of
Education and Practice, 4(14), 1-10.
Robitah, A. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
Biologi Berbasis Inquiri dan Creative Problem
Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif, Keterampilan Proses Ilmiah dan Hasil
Belajar Kognitif Siswa Kelas X. Tesis tidak
diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas
Negeri Malang.
Rofi’uddin, A. (2000). Model Pendidikan Berpikir Kritis
Kreatif untuk Siswa Sekolah Dasar. Majalah
Bahasa dan Seni 1(28):72-94.
Sani, R.A.
(2015). Pembelajaran Saintifik untuk
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sarwinda, W. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran
Think Pair Share dipadu Reciprocal Teaching dan
Kemampuan Akademik yang Berbeda terhadap
Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berpikir
Kreatif pada Siswa SMA Negeri 1 Batu dan SMA
Negeri 1 Grati. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Sarwinda, W. (2013). Pemberdayaan keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa melalui Strategi Reciprocal
Teaching pada Pembelajaran Biologi SMA.
Surakarta: Seminar Nasional X Pendidikan Biologi
FKIP UNS. (Online). (jurnal.fkip.uns.ac.id/index.
php/prosbio/article/download/.../2205). Diakses 25
April 2017
Syarifah, H., Indriwati, S.E., & Corebima, A.D. (2016).
Perbedaan Keterampilan Metakognitif dan
Motivasi Siswa Putra dan Putri Kelas X SMAN di
Kota Malang melalui Model Pembelajaran
Reading Questioning and Answering (RQA)
dipadu Think Pair Share (TPS). Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia, 2 (1), 10-18.
Tendrita, M., Mahanal, S., & Zubaidah, S. (2016).
Pemberdayaan Keterampilan Berpikir Kreatif
melalui Model Remap Think Pair Share.
Proceeding Biology Education Conference, 13(1),
285-291.
Treffinger, D.J., Young, G.C., Selby, E.C., & Shepardson,
C. (2002). Assessing Creativity: A Guide for
Educators. The National Research Center On The
Gifted and Talented. Center for Creative Learning:
Sarasota, Florida.
Yusnaeni, Corebima, A.D., Susilo, H., & Zubaidah, S.
(2017). Creative Thinking of Low Academic
Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
156
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Student Undergoing Search Solve Create and
Share Learning Integrated with Metacognitive
Strategy. International Journal of Instruction, 10
(2):245-262.
Zubaidah, S. (2016). Keterampilan abad ke-21:
Keterampilan
yang
diajarkan
melalui
pembelajaran. Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Pendidikan dengan tema: Isu-isu
Model Pembelajaran MIPA Abad 21 di Program
Studi Pendidikan Biologi STKIP Persada
Khatulistiwa Sintang, Kalimantan Barat 10
Desember.
Suprapto et al., Pengaruh Model Pembelajaran
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
157
Download