METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan dengan menganalisis data hasil sounding ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler), Current Meter, konversi angin dan Tide and Wave Gauge. Kegiatan penelitan ini merupakan salah satu program penelitian dari Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI untuk mengatasi dampak abrasi yang sedemikian besar di daerah Eretan Kulon, Indramayu. Pengambilan data lapangan dilakukan pada 3 periode yaitu pada Bulan Februari 2006, Mei 2006, dan Agustus 2006, periode ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk setiap perubahan musim. Perubahan yang disebabkan pergantian musim diharapkan dapat menjelaskan mengenai transformasi gelombang dan pola arus menyusur pantai selama satu tahun. Penelitian dilakukan di pesisir Eretan yang secara geografis berada pada posisi 6o18’40”-6o20’00” lintang selatan dan 108o04’00”-108o05’45” bujur timur, berada di Kabupaten Indramayu yang merupakan salah satu kabupaten di daerah pantai utara Jawa Barat, Gambar 13. Perolehan Data Data yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan bersama-sama dengan Kelompok Peneliti Fisika - Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI, Jakarta. Alat pengukur arus dan gelombang ditempatkan pada dua buah mooring / tripod (Gambar 14), yang ditenggelamkan selama satu minggu dalam setiap periode pengambilan data (Gambar 15), alat digantungkan pada kaki-kaki mooring. Mooring I di tempatkan pada jarak 500 m dari pantai, sedangkan moooring II ditempatkan pada jarak 1000 m dari pantai. Kedua mooring membentuk garis tegak lurus terhadap pantai. Alat-alat ini (Lampiran 1) merekam data selama satu minggu dengan interval 10 menit, sehingga akan mendapatkan data secara periodik selama satu minggu. Gambar 13. Peta Lokasi Penelitian 25 Current Meter Tide and Wave Gauge 3m 8m 3,5 m Gambar 14. Skema Bentuk Mooring Peralatan yang di pergunakan dalam penelitian secara detail ditabulasikan pada Tabel 2: Tabel 2. Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian Alat dan Bahan Tipe Perolehan Data Alat : Bathimetri Arus Kecepatan Arah Arus Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) ADCP Furuno Model Cl-35h Current Meter RCM 108 GPS Garmin SRV II Garmin Map 276 c Posisi Tide and Wave Gauge Model 20-03 Arus Pasang Surut Gelombang Bahan : Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Hardware dan Software Komputer (MS. Excel, Surfer, RCPWave, WRPLOT view, Map Info dan Arc View ) Peta dasar Analisis Data Gambar 15. Diagram Alur Pengukuran Parameter Oseanografi di Eretan Kulon, Indramayu 27 Pengukuran Kedalaman Perairan dan Batimetri Kedalaman perairan dan batimetri didapat dengan menggunakan ADCP (Acoustic Doppler Current Proppeler) yang menyapu lokasi penelitian. Daerah tersebut diplotkan dalam peta digital guna mendapatkan gambaran kedalaman laut. Penyapuan dilakukan sepanjang garis pantai eretan kulon (sekitar 2 km) dan ke arah laut lepas sekitar 1,5 km dari pantai. Data Arah dan Kecepatan Angin Data arah dan kecepatan angin diperoleh dari Stasiun Meteorologi Jatiwangi (SM Jatiwangi). Data angin diperlukan untuk memprediksi gelombang laut dalam berdasarkan data angin maksimum bulanan selama 10 tahun. Data tersebut cukup representatif untuk memprediksi gelombang dan pengaruhnya terhadap pembangkitan arus dan transpor sedimen menyusur pantai Pengukuran Gelombang Pengukuran gelombang dengan menggunakan instrumen Tide and Wave yang dipasang pada Mooring selama 7 hari. Hasil pengukuran dikoreksi dengan menggunakan gelombang hasil dari penurunan angin. Pengukuran Arus Kecepatan arus dengan menggunakan instrumen Current Meter yang dipasang pada Mooring selama 7 hari. Hasil pengukuran dikoreksi dengan menggunakan nilai kecepatan arus hasil dari perhitungan Gelombang. Analisis data Analisis data dilakukan mencakup transformasi gelombang di perairan dangkal, dan distribusi tegak lurus pantai untuk arus menyusur pantai (longshore current). 28 Kedalaman Kedalaman yang diperoleh di lapangan diplotkan ke dalam peta digital berdasarkan posisi GPS untuk membuat peta kontur kedalaman. Kedalaman yang diplotkan terlebih dahulu dikoreksi terhadap MSL (mean sea level) sebagai titik referensi dengan menggunakan persamaan berikut: Δd = dt – ( ht – MSL) dimana: Δd (1) = Kedalaman suatu titik pada dasar perairan; MSL = Permukaaan air laut rata-rata; dt = Kedalaman suatu titik pada dasar laut pada pukul t; ht = Ketinggian permukaan air pasut pada pukul t. Peta kedalaman yang diperoleh, dianalisis untuk mengetahui kemiringan pantai pada tiap profil yang ditentukan dan membandingkannya dengan peta kontur kedalaman dari Dishidros (1991). Data kemiringan pantai dari Dishidros digunakan sebagai data awal untuk menganalisis perilaku gelombang dan pengaruhnya terhadap pembangkitan arus menyusur pantai. Parameter Gelombang Peramalan Gelombang Sebelum perhitungan prediksi (peramalan) gelombang, terlebih dahulu dilakukan analisis perhitungan panjang fetch efektif (Feff) dan data angin yang diperoleh dari SM Jatiwangi, Indramayu Perhitungan panjang fetch efektif menggunakan Peta RBI dan Peta Alur Pelayaran dengan persamaan: Feff = ∑ Xi cosα ∑ cos α (2) dimana: Xi = Panjang fetch yang diukur dari titik observasi gelombang sampai memotong garis pantai. α = Deviasi pada kedua sisi (kanan dan kiri) arah angin dengan menggunakan pertambahan 5o sampai sudut 45o. Metode ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut : a. Angin berhembus melalui permukaan air melalui lintasan yang berupa garis lurus. 29 b. Angin berhembus dengan mentransfer energinya dalam arah gerakan angin menyebar dalam radius 45o pada sisi kanan dan kiri dari arah anginnya. c. Angin mentransfer satu unit energi pada air dalam arah dan pergerakan angin dan ditambah satu satuan energi yang ditentukan oleh harga kosinus sudut antara jari-jari terhadap arah angin. d. Gelombang diabsorpsi secara sempurna di pantai. Berdasarkan data angin maksimum yang diperoleh dari SM Jatiwangi yang diukur di darat, maka perlu dikoreksi menjadi data angin di laut untuk dapat digunakan dalam peramalan gelombang. Urutan analisis koreksi data kecepatan angin berdasarkan petunjuk dari CHL (2002) sebagaimana disajikan pada Gambar 16 - 19. Dalam memudahkan pembacaan data arah dan kecepatan angin, maka divisualisasikan dalam bentuk tabel dan diagram mawar angin (wind rose) setiap bulan selama periode peramalan dengan menggunakan software WRPLOT view versi 5.3.0. Gambar 16. Diagram alir koreksi kecepatan angin (simbol lihat dalam teks). Keterangan: UL = kecepatan angin di darat; UW = kecepatan angin di laut; RT = kondisi atmosfer; UA = faktor tegangan angin 30 Gambar 17. Rasio Koreksi Angin pada Ketinggian 10 m. Gambar 18. Rasio durasi kecepatan angin (Ut) pada kecepatan 1 jam (U3600). Gambar 19. Perbandingan/rasio (RL) kecepatan angin di atas laut (UW) dengan angin di darat (UL) (CHL, 2002). Keterangan : Pemakaian RL, normalnya jika jarak alat pencatat angin 16 km dari laut 31 Peramalan gelombang dimaksudkan untuk mengalihragamkan (transformasi) data angin menjadi data gelombang. Di dalam perencanaan bangunan pantai diperlukan data gelombang yang mencakup seluruh musim, terutama pada musim dimana gelombang-gelombang besar terjadi. Salah satu metode peramalan gelombang adalah metode yang dikenalkan oleh Sverdrup dan Munk (1947) dan dilanjutkan oleh Bretschneider (1958), metode tersebut di kenal dengan metode SMB (Sverdrup Munk Bretschneider) (CERC 1984), yang dibangun berdasarkan pertumbuhan energi gelombang. Kecepatan angin yang digunakan adalah kecepatan angin maksimum yang dapat membangkitkan gelombang, yakni kecepatan ≥10 knot dari arah utara, barat laut, barat, timur dan timur laut, sedangkan arah lain tidak dihitung karena berasal dari darat. Parameter gelombang perairan dalam dari metode SMB adalah: Tinggi gelombang signifikan: U A2 g 2 U dan H s = 0.243 A ; untuk F* > 2 x 104 (fully developed waves) g Periode puncak signifikan gelombang: H s = 1, 6 x10−3 F*0,5 Ts = 0, 2857 F∗1/ 3 UA g (1) (2) (3) UA ; untuk F* > 2 x 104 m (fully developed waves) (4) g Durasi pertumbuhan gelombang: dan Ts = 8.13 t = 68,8 F∗2 / 3 UA g (5) UA ; untuk F* > 2 x 104 m (fully developed waves) (6) g g F e ff Dalam hal ini, F ∗ = = fetch tak berdimensi; UA = faktor tegangan angin; U A2 dan t = 7,15 x10 4 t = durasi pertumbuhan gelombang (detik); Feff = panjang fetch efektif (m); g = percepatan gravitasi (m/det2). Analisis parameter gelombang diselesaikan dengan menggunakan teori gelombang amplitudo kecil (small- amplitude wave theory). Berdasarkan teori ini, 32 untuk penyederhanaan rumus-rumus gelombang maka dilakukan klasifikasi gelombang berdasarkan kedalaman, sebagaimana dalam Tabel 3 (CHL, 2002) Tabel 3. Persamaan Parameter Gelombang Amplitudo Kecil (CHL, 2002) Perairan Dangkal Kedalaman Relatif Perairan Transisi 1 d 1 < < 25 L 2 d 1 < L 20 Kecepatan gelombang C= L = gd T C= L = T gd = CT Panjang gelombang C g = C = gd Kecepatan grup L gT ⎛ 2πd ⎞ tanh⎜ = ⎟ T 2π ⎝ L ⎠ L= gT 2 ⎛ 2πd ⎞ tanh ⎜ ⎟ 2π ⎝ L ⎠ 4πd L ⎤ 1⎡ Cg = nC = ⎢1 + C 2 ⎣ sinh(4πd L)⎥⎦ E= Energi gelombang Perairan Dalam d 1 < L 2 C = Co = L = Lo = Cg = L gT = T 2π gT 2 = CoT 2π 1 gT C= 2 4π gH 2 L 8 Dimana : d = Kedalaman Perairan L = Panjang Gelombang (m) T = Periode Gelombang (detik) C = Kecepatan Gelombang (m/detik) g = Gravitasi (m/detik2) Analisis Parameter Gelombang Pecah Perhitungan parameter gelombang pecah perlu diketahui keadaan kemiringan pantai pada segmen yang ditinjau sehingga indeks gelombang (γb) pecah yang akan digunakan dalam perhitungan dapat ditentukan. Arah gelombang datang tidak selalu tegak lurus dengan garis pantai, sehingga perlu memperhitungkan pengaruh transformasi gelombang utama yakni pengaruh refraksi dan shoaling (perubahan kedalaman). Penentuan besar sudut datang gelombang di perairan dalam disesuaikan dengan sudut datang angin. Analisis transformasi gelombang, dapat dilakukan dengan menentukan gelombang dalam ekivalen ( H o' ) dengan menggunakan persamaan (CHL, 2002): H o' = H o K s K r (1) dimana Ks dan Kr adalah koefisien shoaling dan refraksi yang dihitung dengan persamaan: Ks = C go Cg (2) 33 cos θ o cos θ Kr = (3) Indeks gelombang pecah dihitung dengan persamaan (Weggel 1972 dalam CHL, 2002): γb = b − a Hb gT 2 (4) dimana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai tan β dan diberikan oleh persamaan: a = 43,75 (1 − e −19 tan β ) (5) a = 43,75 (1 − e −19 tan β ) (6) Komar dan Gaughan (1973) dalam CHL (2002) memperoleh hubungan semi empiris indeks gelombang pecah (Ωb) untuk teori gelombang linear dengan persamaan: ⎛ H' ⎞ Ωb = 0.56 ⎜ o ⎟ ⎝ Lo ⎠ −1/ 5 (7) Sehingga parameter gelombang pecahnya dapat dihitung: Gelombang pecah: H b = H o/ Ω b (8) Kedalaman gelombang pada saat pecah: d b= Hb (9) γb Lebar daerah hempasan gelombang pecah: Xb = Hb γ b tan β (10) Kecepatan grup gelombang pecah: Cb = C gb = gd b (11) Tipe gelombang pecah: ⎛H ξ o = tan β ⎜⎜ o ⎝ Lo ⎞ ⎟⎟ ⎠ −0.5 (12) 34 dimana ξo = surf similarity; tan β = kemiringan pantai; Ho dan Lo = tinggi dan panjang gelombang di perairan dalam. Selanjutnya tipe pecah dapat diduga berdasarkan surf similarity dengan kriteria sebagai berikut: Surging/Collapsing ξo > 3,3 Plunging 0.5 < ξo < 3,3 Spilling ξo < 0,5 Subskrib (o) menunjukkan sudut dan kecepatan gelombang sebelum pecah. Perhitungan sudut datang gelombang pecah diperoleh dari hasil analisis dengan menggunakan program RCPWave yang diinterpertasikan melalui hasil peta transformasi gelombang pada setiap arah dan profil pantai yang ditinjau. Analisis Transformasi Gelombang Menggunakan Model RCPWave Selain hasil analisis dengan menggunakan persamaan empiris di atas, penelitian ini juga menggunakan model RCPWave sebagai solusi numerik dalam penyelesaian proses transformasi gelombang yakni untuk proses refraksi dan difraksi (Bruce et al. 1986). Model ini berisi suatu algoritma yang dapat memperkirakan kondisi gelombang dalam surf zone, sehingga model gelombang pecah dapat dibuat pada dua dimensi horizontal. Berdasarkan bentuk pantai Eretan Kulon yakni pantai yang menghadap arah utara, sehingga input data kedalaman pada program disesuaikan dengan hal tersebut. Arah gelombang dari utara, barat laut dan timur laut dalam program besar sudutnya masing-masing 0o, 45o dan -45o. Program ini dengan input data gelombang maksimum, rata-rata dan minimum, sedangkan untuk yang hanya satu karakteristik gelombang digunakan yang memiliki periode diatas 3 detik, dikarenakan pada program ini hanya dapat mensimulasikan periode minimal 3 detik. Jumlah grid yang digunakan sebanyak [50,50], karena semakin banyak grid yang dibuat maka akan semakin besar tingkat ketelitiannya. Output dari model ini terdiri dari dua bagian (Lampiran 2), bagian pertama yaitu FNPRNT yang berupa data hasil gelombang secara keseluruhan, terdiri dari data kedalaman, sudut gelombang, tinggi gelombang, bilangan gelombang, dan indeks pecah 35 gelombang pada setiap grid, dan bagian kedua adalah savespec yang berupa data muka gelombang dalam satu baris tertentu. Aplikasi program ini dengan memasukkan model input data berupa tinggi, periode, dan arah gelombang laut dalam (Ho, To, dan θo). Model input juga memasukkan spesifikasi kontur kedalaman dasar pada grid (matriks). Variabel sudut gelombang lokal, sudut gelombang air dalam dan sudut kontur kedalaman dalam model ini didefinisikan pada Gambar 20. Gambar 20. Definisi Sudut Dalam Model. Keterangan : θo = Sudut gelombang laut dalam; θ = sudut gelombang lokal; θc = sudut kontur daerah off-shore; di = kontur kedalaman ke-i, i = 1,2,3,... dst Hasil tinggi gelombang pecah (Hb) yang diperoleh setiap grid dari model akan dilihat dan ditest berdasarkan hasil perhitungan kedalaman gelombang pecah (db) dari persamaan empirik Weggel (1976) dalam Bruce et al. (1986) dengan syarat db ≥ d, yakni: Hb = bdb ba 1+ gT 2 dimana a dan b dihitung berdasarkan persamaan (5) dan (6). (13) 36 Hasil analisis dari RCPWave ini akan divisualisasikan melalui program Surver dan ArcView untuk memudahkan dalam analisis deskriptif. Longshore Current Kecepatan arus menyusur pantai atau Longshore Current (v) akibat pengaruh gelombang pecah dihitung dengan 3 persamaan empirik berikut, yakni: 1. Longshore current biasanya terjadi didaerah mid-surf dan bila berdasarkan Longuet-Higgins (1970), maka didapat perbandingan antara longshore current dan lebar surf-zone yang sangat kasar. Dengan menggabungkan data lapangan di California oleh Putnam, Munk dan Traylor (1949); Saville (1950); dan Brebner dan Kamphuis (1963) serta memperhitungkan teori gelombang linear (Komar, 1979) maka didapat : v = 1,17 gH b sin α b cos α b (Komar dan Inman 1970 dalam Komar 1998) 2. Dilatar belakangi prediksi dari Longuet-Higgins (1970) yang diadaptasi dari Bruun (1963) dan Galvin (1963) dengan menggunakan dua set data dari data lapangan di California oleh Putnam, Munk dan Traylor (1949) dan data laboratorium oleh Galvin dan Eagleson (1965) maka didapat modifikasi persamaan empirik v = 20,7 gH b tan β sin 2θ b (CERC 1984). 3. Berdasarkan pembentukkan longshore current yang dibangkitkan oleh gelombang (Longuet-Higgins (1970)) ditambah dengan asumsi bahwa bathimetri dan tinggi gelombang homogen, memperhitungkan adanya gelombang linear, sudut gelombang pecah yang kecil, kemiringan pantai yang tidak sama, tidak adanya lateral mixing, dan gelombang pecah berada di surfzone. Faktor-faktor diatas menghasilkan persamaan empirik baru yaitu : v= 5π tan β ∗ γ b gd b sin α b cos α b (CHL, 2002) 16 C f tan β* = kemiringan pantai untuk wave setup = tan β ⎛ ⎛ 3γ b2 ⎞ ⎞ ⎜1 + ⎜ 8 ⎟⎠ ⎟⎠ ⎝ ⎝ 37 ⎛ ⎛ Hb ⎞ ⎞ Cf adalah koefisien gesekan dasar = ⎜ 1, 742 + 2 Log10 ⎜ ⎟⎟ ⎝ 0, 001 ⎠ ⎠ ⎝ −2 dimana: Hb = tinggi gelombang pecah; db = kedalaman gelombang pada saat pecah αb = sudut gelombang pada saat pecah; tan β = m = kemiringan pantai; γb = indeks gelombang pecah; g = percepatan gravitasi (m/det2).