perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Asia dan
Afrika (Depkes RI, 2007). Indonesia di tahun 2010 dengan perkiraan insidensi 450.000540.000 kasus per tahun (setara dengan 189-226 kasus tiap 100.000 penduduk) berada
di urutan keempat setelah India (2,0-2,5 juta kasus), Cina (0,9-1,2 juta kasus), dan
Afrika Selatan (400.000-590.000 kasus) (WHO, 2011). Multidrug Resistant
Tuberculosis (TB-MDR) adalah Mycobacterium tuberculosis (M.TB) resisten terhadap
isoniazid dan rifampisin secara bersamaan dengan atau tanpa resisten terhadap obat anti
tuberkulosis (OAT) lainnya. Multidrug resistant tuberculosis didapat saat menjalani
terapi OAT maupun tertular kuman resisten. Peningkatan kasus TB MDR merupakan
ancaman di berbagai negara, tahun 2008 World Health Organization (WHO)
memperkirakan TB MDR sekitar 440.000 kasus, hanya 7% yang tercatat (WHO, 2008).
Berdasar WHO Global Report (2011) di Indonesia tercatat 1,8% kasus baru dan 7 %
dari kasus kambuh merupakan TB MDR..
Faktor penyebab peningkatan prevalensi TB MDR meliputi program pengobatan
tuberkulosis tidak adekuat, kepatuhan penderita, risiko penularan, infeksi Human
Immunodefisiency Virus (HIV), keterlambatan diagnosis karena sarana diagnostik
kurang memadai, dan faktor genetik (Sharma dan Mohan, 2006). Variasi genetik
pejamu mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi dan perkembangan penyakit
(Qureshi et al., 1999). Menentukan gen yang berperan pada kerentanan infeksi M.TB
cukup sulit, belum ada metode khusus mampu mengungkap semua gen yang berperan
(Bellamy, 2006).
Gen Human leukocyte antigen merupakan bagian dari kromosom 6. Kompleks HLA
merupakan Major Histocompatibility Complex (MHC) pada manusia. Gen HLA
mengkode molekul MHC melalui aktivasi Class II Transcription Activator (CIITA)
akibat rangsangan sitokin proinflamasi yang diekspresikan sel dendritik saat
commit
1 to user
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
berinteraksi dengan patogen (Abbas et al., 2012). Molekul MHC diekspresikan di
permukaan Antigen Presenting Cell (APC). Major histocompatibility complex
mengenali, mengikat, dan membawa antigen ke permukaan sel APC untuk disajikan ke
sel T limfosit dalam respons imun selular (Sadki et al., 2012). Major histocompatibility
complex berperan dalam respons imun adaptif terhadap M.TB, MHC II mengikat
antigen M.TB dan membawa ke permukaan sel APC kemudian berinteraksi dengan
reseptor sel limfosit Th naive. Sekresi sitokin interleukin (IL) 12 oleh sel dendritik
menyebabkan diferensiasi sel Th naive kearah sel Th1 (Sadki et al., 2012). Sel Th1
berperan penting mengontrol infeksi M.TB, aktivasi sel Th1 meningkatkan sekresi
interferon gamma, mengaktivasi makrofag mengeliminasi M.TB melalui proses
fagositosis, meningkatkan proses maturasi fusi fagolisosom, produksi radikal bebas
sebagai pelaku utama penghancuran M.TB dalam makrofag (Ahmad, 2011).
Mycobacterium tuberculosis
mampu bertahan dari fagosistosis tetap hidup dan
menginfeksi sel, antigen dalam sel terinfeksi berinteraksi dengan MHC I
dipresentasikan dipermukaan sel APC. Kompleks antigen intrasel dengan MHC I di
permukaan sel APC dikenali oleh sel T cluster of differentiation (CD)8+, memicu
perkembangan sel T CD8+ naive menjadi sel T CD8+ sitotoksik. Sel makrofag yang
terinfeksi M.TB kemudian dilisiskan oleh sel T sitotoksik melalui proses apoptosis
sehingga M.TB dieliminasi bersamaan dengan kematian sel yang terinfeksi ( Broere et
al, 2011).
Gen HLA DQB merupakan bagian dari Gen HLA kelas II, Lokus HLA DQB
menempati 20 % dari komposisi semua HLA, terbanyak kedua sesudah HLA DRB.
Lokus HLADQB berdekatan dengan HLADRB, mempunyai fungsi yang sama dengan
HLADRB dalam mensintesis MHC kelas II. Sifat molekul HLA DQB unik dimana
rantai alfa dan beta bersifat polimorfik dengan berat molekul 32 dan 38 kDa terutama
rantai beta yang merupakan tempat ikatan dengan antigen (Escandon et al, 1999).
Delgado et al. (2006) membuktikan dalam sebuah penelitian di Kamboja subjek dengan
gen HLA DQB1*0503 terbukti rentan terhadap infeksi tuberkulosis, dalam penelitian
invitro terbukti terjadi gangguan ikatan antigen early secreted antigen target 6 kDa
(ESAT-6) dan penurunan kadar interferon gamma pada sel Th1 CD4 setelah dilakukan
stimulasi dengan antigen ESAT-6 pada penderita tuberkulosis yang terbukti mempunyai
alel HLA DQB1*0503. Sharma et al. commit
(2003) to
melakukan
penelitian di India pada 59
user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kasus tuberkulosis dan 55 kasus TB MDR, hasil penelitian menunujukkan HLA
DQB1*0503 berhubungan dengan TB MDR. Hasil berbeda dilaporkan Park et al.
(2003) pada penduduk Korea bahwa polimorfisme HLADQB1*0503 tidak berhubungan
dengan TB MDR.
Hasil penelitian terkait polimorfisme HLA DQB1*0503 terhadap kerentanan
tuberkulosis berbeda antar wilayah dan etnis, faktor ras mempengaruhi variasi genetik
(Wu et al., 2013). Belum ada penelitian tentang hubungan polimorfisme gen HLA
DQB1*0503 dengan tuberkulosis di Indonesia, terutama pada penderita TB MDR.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan polimorfisme gen HLA DQB1*0503
dengan kerentanan TB MDR.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah ada hubungan polimorfisme gen HLA DQB1*0503 dengan kerentanan
TB MDR ?
2. Apakah ada hubungan polimorfisme gen HLA DQB1*0503 dengan kadar
interferon gamma penderita TB MDR?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Mengetahui status polimorfisme gen HLA DQB1*0503 pada pasien TB MDR.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan menganalisis hubungan polimorfisme gen HLA DQB1*0503
dengan kerentanan TB MDR.
b. Mengetahui dan menganalisis hubungan polimorfisme gen HLA DQB1*0503
dengan kadar interfeon gamma penderita TB MDR.
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritik
a. Mengetahui hubungan polimorfisme gen HLA DQB1*0503 dengan kerentanan
TB MDR.
b. Hasil penelitian bisa dimanfaatkan sebagai landasan teoritik untuk penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan diagnostik kerentanan
tuberkulosis penderita TB MDR.
commit to user
Download