3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras dibandingkan dengan batupasir secara umum. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan butiran dengan kontak bidang hingga sutura. Kehadiran mineral lempung dengan pola alur seragam didugakan merupakan tekstur kataklastik. Kondisi batuan yang telah mengalami metamorfisme menyebabkan penentuan lingkungan pengendapan menjadi sulit untuk dilakukan. Selain karena tidak ditemukannya fosil, tekstur batuan yang teramati juga banyak mengalami perubahan. Struktur sedimen perlapisan pararel dan graded bedding ditemukan di beberapa tempat belum cukup menentukan yang lingkungan pengendapan. 3.2.3.4. Hubungan Stratigrafi Dengan melihat penampang geologi dan memperhatikan data-data di lapangan, baik berupa ciri litologi maupun kedudukan perlapisannya, satuan batuan ini mempunyai hubungan yang tidak selaras dengan satuan Meta-Batupasir Sangat Halus dan selaras dengan Satuan batugamping yang terletak relatif di bawah satuan ini. 3.2.3.5. Umur Dengan melihat penampang, satuan ini terletak di atas Satuan Perlapisan Meta-Batupasir Sangat Halus dengan hubungan selaras. Berdasarkan hukum superposisi, satuan ini memiliki umur relatif lebih muda dibandingkan dengan Satuan meta-Batupasir Sangat Halus. Berdasarkan penelitian sebelumnya, batuan ini memiliki umur Perm Awal hingga Perm Akhir (Rock dkk., 1983 op. cit. barber dkk., 2005). 46 3.2.4. Satuan Breksi Polimik 3.2.4.1. Penyebaran Batuan Satuan ini tersebar sepanjang jalur perbukitan selatan dengan arah penyebaran barat – timur. Satuan ini menempati sekitar 5% daerah penelitian, ditandai dengan warna coklat (Lampiran D. Peta Geologi). Singkapan batuan pada satuan ini banyak ditemukan di hulu Sungai Untung dan Sungai Surian. 47 Foto 3.16 Singkapan breksi polimik. Singkapan ini ditemukan di hulu Sungai Untung. Batuan ini memiliki bentuk yang masif dan keras. Satuan ini mempunyai bentuk yang masif, tidak dijumpai perlapisan (Foto 3.15). Pada daerah penelitian sangat sulit sekali ditemukan kontak perlapisan antara satuan ini dengan Satuan Perlapisan Meta-Batupasir Sangat Halus. Ketebalan minimal yang teramati di daerah penelitian diperkirakan mencapai 190 m (Lampiran D. Peta Geologi). 3.2.4.2. Ciri Litologi Berdasarkan ciri-ciri megaskopik (Foto 3.16), batuan ini mempunyai karakteristik warna krem kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna coklat kemerahan, abu-abu terang, abu-abu gelap hinga krem kehijauan, pemilahan buruk, kemas terbuka, menyudut tanggung-membundar, ukuran butir 0,01 - 5 mm, terdiri dari fragmen batuan beku, sedimen dan metamorf. Foto 3.17 Sampel breksi polimik. Foto tersebut menunjukkan sejumlah butiran yang tertanam dalam matriks berwarna krem kecoklatan. 48 Foto 3.18 Sayatan tipis pada breksi polimik (HC_04). Sedangkan berdasarkan ciri-ciri mikroskopik (Foto 3.17), memperlihatkan pemilahan buruk, kemas terbuka, terdiri dari butiran primer (29%) menyudut – membundar, 0,01 – 5 mm, terdiri dari sisa-sisa fosil, kuarsa, k-feldspar, serisit, plagioklas, klorit, mineral opak, biotit dan oksida besi, serta litik batuan terdiri atas batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf, teralterasi dengan intensitas lemah-sedang dengan mineral sekunder (9%) berupa serisit, klorit, mineral opak dan oksida besi. Matriks (59%) gelas, sebagian besar sudah terubah menjadi mineral lempung dan terekristalisasi menjadi mikrokristalin kuarsa. Porositas (3%) berupa rongga (Lampiran A2). 49 3.2.4.3. Hubungan Stratigrafi Berdasarkan penyebaran dan rekonstruksi penampang, satuan ini ditafsirkan memiliki hubungan tidak selaras dengan Satuan Meta-batupasir Sangat Halus – Batusabak. 3.2.4.4. Umur Berdasarkan posisi dan rekonstruksi penampang, Satuan Breksi Polimik memiliki umur relatif lebih muda dibandingkan dengan Satuan Meta-Batupasir Sangat Halus. Sedangkan berdasarkan alterasi yang terjadi pada batuan ini, diperkirakan bahwa Satuan Breksi Polimik memiliki umur yang relatif lebih tua dibandingkan dengan Satuan Intrusi Granodiorit. Dengan demikian, diperkirakan, satuan ini memiliki umur relatif lebih muda dari Perm Akhir dan lebih tua dari Tersier Awal. 3.2.5. Satuan Lava Basalt 3.2.5.1. Penyebaran Batuan Satuan ini tersebar di perbukitan tengah, tersingkap menumpang di atas perbukitan karst. Batuan ini ditemukan tersebar dengan luas 2%, ditandai dengan daerah berwarna merah muda (Lampiran D. Peta Geologi). Singkapan batuan ini ditemukan di sepanjang Sungai Tamrin, Hulu Sungai Kucul dan sekitar hulu Sungai Ibin (Foto 3.18). 50 Foto 3.19 Singkapan batuan beku lava basalt. Singkapan ditemukan di Sungai Ibin. 3.2.5.2. Ciri Litologi Berdasarkan ciri-ciri megaskopik, batuan ini mempunyai karakteristik warna gelap, kompak, afanitik, didominasi oleh mineral mafik berwarna gelap, vesikuler, beberapa sudah terisi oleh mineral ubahan (amigdaliodal), mineral ubahan yang hadir: klorit, hematit dan kalsit (Foto 3.19). 51 Foto 3.20 Sampel lava basalt. Foto tersebut menunjukkan warna yang gelap dan struktur vesikuler. 52 Foto 3.21 Sayatan tipis basalt (HN_07). Sedangkan berdasarkan pengamatan mikroskopis (Foto 3.20), batuan ini mempunyai karakteristik holokristalin, subhedral-anhedral, porfiritik, mempunyai tekstur khusus hyalofilik, terdiri dari fenokris berupa plagioklas. Mengalami alterasi dengan intensitas kuat dengan mineral klorit hadir sebagai alterasi dari mineral mafik. 53 3.2.5.3. Mekanisme pembentukan dan Hubungan Stratigrafi Berdasarkan tekstur dan kandungan mineralnya, batuan ini digolongkan ke dalam batuan beku volkanik, sedangkan tekstur khas vesikuler menunjukkan jika batuan ini merupakan suatu aliran lava. 3.2.5.4. Umur Berdasarkan pengukuran menggunakan 40 K- 40 Ar Lava Basal pada Formasi Silungkang, Lava Basalt di daerah ini diduga memiliki umur yang sama, yaitu Paleosen Awal (Bellon dkk., 2004 op. cit. Barber dkk., 2005). 3.2.6. Satuan Intrusi Granodiorit 3.2.6.1.Penyebaran Batuan Singkapan batuan ini diinterpretasikan sebagai intrusi dengan dimensi yang besar. Satuan ini memiliki geometri memanjang dengan arah tenggara – barat laut dengan luas sekitar 20% daerah penelitian, ditandai dengan daerah berwarna oranye (Lampiran D. Peta Geologi). Singkapan satuan ini mengisi bagian tenggara hingga barat laut dari daerah penelitian. Di bagian tenggara, singkapan satuan ini dapat ditemukan di hulu cabang kanan Sungai Asman, kemudian sekitar Muara Sampinur hingga ke hulu. Di bagian barat laut, singkapan mengisi dinding-dinding muara Sungai Saribulan (Foto 3.21) hingga ke hulu. Singkapan ini juga ditemukan di Sungai Amran. 54 Foto 3.22 Singkapan batuan beku granodiorit. Singkapan ditemukan di tepi kanan Sungai Saribulan ke arah hulu. 3.2.6.2.Ciri Litologi Secara umum, dalam kondisi segar, satuan batuan ini dicirikan sebagai berikut: warna putih kemerah-mudaan dengan bercak hitam hingga coklat, fanerik, ukuran mineral berkisar antara 0,1 - 0,7 cm, holokristalin, ekuigranular, subhedral-anbhedral, komposisi mineral: kuarsa, alkali feldspar dan plagioklas (Foto 3.22). 55 Foto 3.23 Sampel batuan beku granodiorit. Batuan ini mengalami alterasi tingkat sedang-rendah. Mineral alterasi yang muncul adalah serisit dan klorit. Dengan sebaran yang luas, satuan batuan ini memiliki kondisi yang berbeda di beberapa tempat. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan tingkat alterasi dan oksidasi pada masing-masing tempat. Berdasarkan pengamatan lapangan, singkapan batuan di bagian barat laut relatif lebih segar dibandingkan dengan singkapan yang ditemukan di bagian tenggara. Singkapan batuan di bagian tenggara memiliki warna coklat kehitaman hingga kemerahan dengan tekstur yang hancur, hampir tidak menampakkan tekstur aslinya lagi. Mineral ubahan yang dominan adalah mineral oksida. 56