ANALISIS ANOMALI PASAR PERDAGANGAN PADA RETURN

advertisement
Jurnal Ekonom, Vol. 13, No. 2 April 2010
ANALISIS ANOMALI PASAR PERDAGANGAN PADA RETURN
SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
Isfenti Sadalia1 dan Octavianus Pandiangan2
1
2
Dosen FE USU
Alumnus FE USU
Abstract: The purpose of this research is to examine and to analyze the day of week
effect, week four effect, rogalsky effect and january effect at Indonesian Stock
Exchnge. Sample were choosen by Purposive Sampling. For the samples of this
research are 34 companies was listed as LQ45 stock during 2008. The data’s
analyzed statisctically by using SPSS 16.0 for wondows program such as ANOVA,
One sample ttest, and Independent sample ttest. The result of this research show that
anomaly of trade day market such as the day of week effect, week four effect,
rogalsky effect and january effect at stock return was not occured at 2008 in
Indonesian Stock Exchange.
Keywords: The day of the week effect, Week Four Effect, AND Rogalsky Effect
PENDAHULUAN
Return merupakan hasil yang
diperoleh
dari
investasi.
Dalam
menginvestasikan dana tersebut investor
yang
realistis
akan
membandingkan
keuntungan yang dihasilkan dengan risiko
yang akan ditanggung oleh investasi tersebut
di masa yang akan datang. Investor harus
terlebih dahulu membuat bebagai analisis
dan evaluasi atas saham-saham yang
ditawarkan di bursa efek. Pergerakan pasar
saham internasional misalnya mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) nasional dari hari ke hari. Oleh
karena itu para investor dalam melakukan
investasi perlu berpikir lebih jauh ke depan
serta memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap pengaruh internasional ini.
Pemilik modal atau investor perlu
memiliki sejumlah informasi yang berkaitan
dengan dinamika harga saham agar bisa
mengambil keputusan tentang saham
perusahaan yang layak untuk dipilih.
Sebenarnya
hampir
semua
investasi
mengandung unsur ketidakpastian atau
risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil
yang akan diperoleh dari investasi yang
dilakukannya. Dalam keadaan semacam ini
dikatakan
bahwa
investor
tersebut
menghadapi risiko dalam investasi yang
dilaku-kannya. Penilaian saham secara akurat
bisa
meminimalkan
risiko
sekaligus
membantu investor mendapatkan keuntungan
yang wajar, mengingat investasi saham di
pasar modal merupakan jenis investasi yang
cukup berisiko tinggi meskipun menjanjikan
ke-untungan yang relatif besar. Kelaziman
yang sering dijumpai adalah bahwa semakin
besar return yang diharapkan (expected),
semakin besar pula peluang risiko yang
terjadi.
Semakin
kompleks
tingkat
persaingan, baik dalam hal menarik dana
investasi maupun dalam pemasaran produk
merupakan peringatan dini untuk mengelola
setiap sumber dana dan sumber daya secara
serius dan ini berarti penyelengggaraan
dengan tingkat efisiensi dan efektifitas
seoptimal mungkin. Apalagi saat ini dunia
sedang
dilanda
krisis
global yang
menghambat laju pertumbuhan ekonomi
semua negara. Pasar modal merupakan salah
satu alternatif yang dapat dipilih oleh
investor dalam melakukan investasi. Di pasar
modal terdapat berbagi macam perusahaan
dengan kinerjanya masing-masing yang
dapat dipilih investor untuk melakukan
investasi dalam berbagai macam surat
berharga. Perusahaan yang menawarkan
surat berharga kepada masyarakat adalah
perusahaan-perusahaan yang telah memenuhi
persyaratan yang diminta oleh Badan
Pengawas Modal (Bapepam) perusahaan
yang telah memenuhi syarat dan telah
terdaftar di Bursa Efek untuk menjual saham
kepada masyarakat disebut perusahaan go
public.
Timbulnya risiko dapat dipicu oleh
berbagai informasi yang masuk ke pasar
seperti situasi politik yang tidak menentu
71
Isfenti Sadalia, Octavianus Pandiangan: Analisis Anomali Pasar Perdagangan pada Return Saham
adanya kebijakan pemerintah , ketidakpastian
dalam dunia usaha dan khususnya dalam
krisis global yang melanda semua negara di
dunia saat ini termasuk Indonesia.
Tahun 2008 merupakan tahun yang
penuh tantangan bagi komunitas keuangan
dunia termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan para pelaku Pasar Modal Indonesia.
Krisis keuangan global yang bermula dari
krisis subprime mortgage di Amerika
Serikat, berdampak luas pada sektor
keuangan dunia termasuk Indonesia. Hal
tersebut berdampak pada kinerja Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang
mengalami penurunan signifikan dalam
beberapa bulan terakhir. Puncaknya terjadi
pada hari Rabu 8 Oktober 2008, IHSG
terkoreksi sebesar 10,38% hingga menyentuh
level 1.451,669. Hal tersebut mendorong BEI
mensuspen perdagangan efek bersifat ekuitas
dan derivatif di seluruh pasar hingga dibuka
kembali pada tanggal 13 Oktober 2008.
Akibat terimbas krisis finansial global seperti
disebutkan dalam siaran pers, IHSG terus
mengalami penurunan pada 3 (tiga) bulan
terakhir di tahun 2008 yang diikuti dengan
penurunan nilai kapitalisasi pasar di BEI. Hal
tersebut menyebabkan pada akhir tahun
2008, IHSG ditutup pada level 1.340,892
atau turun sebesar 51,17 % dari level
penutupan di tahun 2007 sebesar 2.745,826.
(www.pkesinteraktif.com)
Nilai kapitalisasi pasar untuk saham di
akhir tahun 2008 turun 46,42% dari tahun
sebelumnya senilai Rp1.988,3 triliun menjadi
Rp1.065,36 triliun. Namun demikian, ratarata nilai transaksi harian meningkat sebesar
4,17% dari Rp 4,27 triliun di tahun 2007
menjadi Rp4,45 triliun pada tahun 2008,
demikian pula dengan rata-rata frekuensi
transaksi
harian
yang
mengalami
peningkatan sebesar 16,19% dari 48.216 kali
ditahun 2007 menjadi 56.022 kali di tahun
2008. Sedangkan volume transaksi harian
menurun sebesar 22,34% dari 4,23 miliar
lembar di tahun 2007 menjadi 3,28 miliar
lembar di tahun 2008. Sementara itu,
sepanjang tahun 2008, aktifitas pasar Surat
Utang Korporasi mencapai Rp52.980,43
miliar atau turun sebesar 23% dibanding
dengan tahun 2007 yaitu Rp68.715,55 miliar.
Frekuensi transaksi di tahun 2008 mencapai
12.170 kali atau turun sebesar 21%
dibandingkan tahun 2007 yang tercatat
sebesar 15.478 kali. Rata-rata transaksi
72
harian turun dari Rp279 miliar perhari pada
tahun 2007 menjadi Rp218 milliar per hari
pada tahun 2008 atau turun 22 %. Untuk
aktifitas Surat Utang Negara (SUN) termasuk
ORI disepanjang tahun 2008, mencapai
Rp949.465,73 miliar, atau mengalami
penurunan sebesar 23% dari Rp1.234.720,51
miliar pada tahun 2007. Frekuensi transaksi
di tahun 2008 mencapai 49.500 kali atau
turun sebesar 11% dibandingkan tahun 2007
yang tercatat sebesar 55.453 kali. Rata-rata
transaksi harian turun dari Rp 5.019 miliar
perhari pada tahun 2007 menjadi Rp3.907
miliar per hari pada tahun 2008 atau turun
22%. (www.pkesinteraktif.com)
Adanya penelitian-penelitian mengenai
pola perubahan return saham di pasar modal
memberikan kesimpulan yang beragam.
Berbagai penelitian dalam bidang pasar
modal dan mengenai perilaku keuangan
(behavioral finance) menyatakan bahwa
terdapat beberapa penyimpangan yang terjadi
yang dapat mempengaruhi harga saham.
Penyimpangan tersebut diantaranya adalah
fenomena-fenomena The Day of Week Effect,
Week Four Effect, Rogalsky Effect, dan
January Effect.
Penelitian day of the week effect di
Bursa Efek Jakarta menunjukkan hasil yang
bervariasi. Hasil penelitian Primawurti
(2003) dan Suwarni (2002) menunjukkan
pada return pasar IHSG tidak ditemukan
adanya day of the week effect tetapi pada
return saham secara individual ditemukan
adanya fenomena tersebut. Algifari (1998)
dan Listyaningsih (2004) menemukan adanya
day of the week effect.
Sun dan Tong (2002) dalam
membuktikan lebih lanjut penelitian Wang,
Li dan Erickson menemukan bahwa return
Senin yang negatif terkonsentrasi pada
minggu keempat setiap bulan yaitu antara
tanggal 18-26, hal ini berkaitan dengan
tuntutan likuiditas investor individu. Mereka
menyebut fenomena ini sebagai week-four
effect. Juga ditemukan bahwa negatif return
yang terkonsentrasi antara tanggal 18-26
setiap bulannya dapat dijelaskan secara
statistik oleh negatif return yang terjadi pada
Jumat sebelumnya.
Rogalski (1984) dalam mengemukakan
adanya hubungan yang menarik antara day of
the week effect dengan January effect. Ratarata return Senin dalam bulan Januari adalah
positif, sementara return Senin di bulan
Jurnal Ekonom, Vol. 13, No. 2 April 2010
lainnya adalah negatif. Ini menunjukkan
fenomena Monday effect menghilang pada
bulan Januari. Fenomena ini kemudian
disebut Rogalski effect.
Rozeff dan Kinney (1976) adalah
peneliti pertama yang mengemukakan bahwa
tingkat rata-rata return saham pada bulan
Januari lebih tinggi bila dibandingkan
dengan tingkat rata-rata return saham pada
bulan-bulan lain selama periode waktu 1904
sampai 1974.
Berdasarkan latar belakang masalah
yang dikemukakan sebelumnya maka
dirumuskan masalah sebagai berikut: 1)
Diduga terjadi efek hari perdagangan (the
day of the week effect) return saham di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2008. 2) Diduga
terjadi efek minggu keempat (week four
effect) return saham di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2008. 3) Diduga terjadi rogalsky
effect return saham di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2008. 4) Diduga terjadi efek
bulan Januari (January Effect) retrun saham
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008.
METODE
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
yang listing atau yang terdaftar di BEI
sebagai saham LQ 45 selama tahun 2008.
Hal ini dilakukan untuk menghindari saham
tidur atau saham yang tidak diperdagangkan
pada waktu tertentu.
Tabel 1 : Jumlah
Sampel
Karakteristik Sampel
Berdasarkan
No.
Karakteristik Sampel
Jumlah
1.
Perusahaan yang terdaftar dalam LQ
51
45 selama tahun 2008
2.
Perusahaan yang keluar dari saham LQ (17)
45 selama tahun 2008
Jumlah Akhir Sampel
34
Sumber: data diolah peneliti (2008)
Adapun yang menjadi batasan operasional
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Return Saham
Return saham yang digunakan adalah
return realisasi (actual return) yang
merupakan capital gain/capital loss yaitu
selisih antara indeks harga saham periode
saat ini (IHSIt) dengan indeks harga saham
pada periode sebelumnya (IHSIt-1). Secara
matematis
actual
return
dapat
diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto,
HM 2000) :
Rt =
(IHSI t − IHSI t −1 )
IHSI t −1
b. Efek Hari Perdagangan (The Day of
The Week Effect)
Hari perdagangan saham (The Day of
The Week Effect) dilakukan mulai hari Senin
sampai dengan hari Jumat. Dalam hal ini
terjadi perbedaan return antara hari Senin
dengan hari-hari lainnya dalam seminggu
secara signifikan. Biasanya return yang
signifikan negatif terjadi pada hari Senin,
sedangkan return positif terjadi pada harihari lainnya. Untuk mencari nilai return
saham hari perdagangan dilakukan dengan
cara:
• Langkah pertama: menghitung return
saham harian dari 34 sampel perusahaan
selama tahun 2008.
• Langkah kedua, return saham yang
diperoleh
kemudian
dirata-ratakan
sehingga diperoleh nilai return saham
harian selama satu tahun sebanyak 250
return saham.
• Langkah ketiga, return saham harian yang
diperoleh
kemudian
dikelompokkan
berdasarkan harinya untuk kemudian diuji
dengan metode analisis data pengujian
hipotesis yang digunakan yaitu ANOVA.
c. Efek Minggu Keempat (Week Four
Effect)
Pengaruh Minggu Keempat (Weekfour Effect) merupakan suatu fenomena yang
mengungkapkan bahwa Monday Effect hanya
terjadi pada minggu keempat untuk setiap
bulannya. Sedangkan return hari Senin pada
minggu pertama sampai minggu ketiga
dianggap tidak signifikan negatif atau sama
dengan nol. Untuk melihat efek minggu
keempat pada return saham dilakukan
dengan cara:
Langkah pertama, menghitung return
saham hari Senin setiap minggu selama tahun
2008.
RSenin ( Minggu 4 ) =
RSenin ( Minggu1− 3)
Senin
(IHSI Senin − IHSI Jumat )
IHSI Jumat
(IHSI Senin − IHSI Jumat )
=
IHSI Jumat
Langkah kedua, return saham hari
yang
diperoleh
kemudian
73
Isfenti Sadalia, Octavianus Pandiangan: Analisis Anomali Pasar Perdagangan pada Return Saham
dikelompokkan menjadi dua kelompaok
yaitu return saham pada minggu pertama
sampai minggu ketiga dengan return saham
pada minggu pertama.
Langkah ketiga, return saham yang
telah
dikelompokkan
tersebut
diuji
berdasarkan metode analisis data yang
digunakan untuk menguji hipotesisnya
melaui one sample ttest.
c. Rogalsky Effect
Rogalski Effect bisa diartikan sebagai
suatu fenomena dimana return negatif yang
biasa terjadi pada hari Senin (Monday Effect)
menghilang pada bulan tertentu yaitu bulan
April. Untuk melihat return saham rogalsky
effect dilakukan dengan cara:
Langkah pertama, menghitung return
saham setiap hari Senin selama tahun 2008.
RSenin ( April )
(IHSI Senin − IHSI Jumat )
=
RSenin ( Non − April )
IHSI Jumat
(IHSI Senin − IHSI Jumat )
=
IHSI Jumat
Langkah kedua, return saham yang
diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi
dua yaitu return saham hari Senin pada bulan
April dan return saham hari Senin selain
bulan April.
Langkah ketiga, return saham yang
telah dikelompokkan kemudian diuji dengan
menggunakan
metode
analisis
data
pengujuan hipotesis yang dipakai yaitu
independent sample ttest.
e. Efek Bulan Januari (January Effect)
Fenomena efek bulan Januari ini
merupakan sebuah anomali. Disebut anomali
karena return saham dari setiap bulan pada
Tabel 2 : Analisis
BEI
N
Senin
49
Selasa 50
Rabu
50
Kamis 45
Jumat
46
Total 240
74
sepanjang tahun apabila dirata-ratakan relatif
akan sama sehingga ketika return di bulan
Januari lebih tinggi dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya, hal ini adalah anomali.
Fenomena ini di pasar modal global dikenal
dengan sebutan “January Effect”. Untuk
dapat melihat efek bulan Januari return
saham pada tahun 2008 di BEI maka
dilakukan dengan cara:
Langkah pertama, menghitung return
saham setiap bulannya yang diperoleh dari
return saham harian yang dirata-ratakan
setiap bulannya.
Langkah kedua, return saham yang
diperoleh kemudian dibagi berdasarkan bulan
masing-masing. Setelah itu kemudian
dianalisis dengan pengujian hipotesisnya
yaitu ANOVA.
HASIL
Pengamatan terhadap 34 saham
perusahaan yang dijadikan sampel pada
penelitian ini, diperoleh hasil rata-rata
pendapatan harian pada bulan Januari 2008
sampai dengan Desember 2008, sebagaimana
disajikan pada tabel 2.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa ratarata return adalah negatif dan return terendah
terjadi pada hari Senin. dimana rata-rata
return menunjukkan nilai negatif sebesar 1,0113773% setelah itu terjadi kenaikan
return pada hari Selasa sebesar -0,7175477%.
Pada hari Rabu meningkat menjadi 0,4487436% kemudian pada hari Kamis
meningkat menjadi -0,2009491% dan pada
hari
Jumat
meningkat
menjadi
0,00471695%.
Agar memberikan gambaran yang
lebih jelas, maka akan disajikan fluktuasi
rata-rata return harian pada Gambar 1.
Deskriptif Return Saham Harian Perusahaan LQ45 periode Tahun 2008 di
Mean
-0.010113773
-0.00717547
-0.004487436
-0.002009491
-0.000471695
-0.024257866
Std. Deviation
0.038082567
0.027175792
0.031169784
0.029376017
0.030446726
0.156250885
Minimum
-0.156138776
-0.098160452
-0.111760037
-0.075610549
-0.07880358
-0.520473394
Maximum
0.110136939
0.060782593
0.101943984
0.066954156
0.086773742
0.426591414
Jurnal Ekonom, Vol. 13, No. 2 April 2010
FLUKTUASI RATA-RATA RETURN
0
Senin
Selasa
Rabu
RETURN
-0.002
-0.004
-0.000471695
Kamis
Jumat
-0.002009491
-0.004487436
-0.006
-0.00717547
-0.008
-0.01
-0.010113773
-0.012
PERIODE
Gambar 1 : Pergerakan Rata-Rata Return
Harian Periode Tahun 2008
Dari gambar 1 dapat dilihat dengan
jelas bahwa return terendah terjadi pada hari
Senin. Berdasarkan nilai standart deviasi,
dapat diketahui bahwa standart deviasi
terbesar terjadi pada hari Senin yaitu sebesar
0.038082567. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
rata-rata return pada hari Senin memiliki
risiko tertinggi dibanding hari perdagangan
lainnya. Standart deviasi terendah terjadi
pada hari Selasa, yakni sebesar 0.027175792.
Hal ini menandakan bahwa resiko pada hari
Selasa lebih kecil dibandingkan dengan hari
lainnya. Akhirnya berdasarkan penelitian
minimum
dan
maksimumnya,
dapat
diketahui bahwa return terendah pada tahun
2008 terjadi pada hari Senin yakni 15,6138776% dan return tertinggi juga
terjadi pada hari Senin yakni sebesar
11,0136939%. Hal yang penting yang dapat
diperhatikan dari penelitian ini adalah bahwa
rata-rata return setiap hari pada tahun 2008
adalah bernilai negatif.
Pengamatan return saham bulanan
terhadap 34 perusahaan yang dijadikan
sampel penelitian ini, diperoleh hasi rata-rata
return saham bulanan pada tahun 2008,
sebagaimana disajikan pada table 3.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa
rata-rata return saham adalah negatif dan
return saham terendah terjadi pada bulan
Oktober dimana rata-rata return saham
menunjukkan nilai negatif sebesar 2,80% sedangkan return saham yang
tertinggi terjadi pada bulan Mei dimana
rata-rata return sahambernilai positif
sebesar 0,63%.
Tabel 3 : Analisis Deskriptif Return Saham Bulanan Perusahaan LQ45 Periode Tahun 2008 di
BEI
Std.
Bulan
N
Mean
Minimum
Maximum
Deviation
Januari
20
-0,00448
0,042635
-0,09816 0,101943984
Februari
19
0,001864
0,012463
-0,02558
0,02534165
Maret
18
-0,00569
0,027998
-0,0544 0,042030208
April
22
-0,00221
0,023747
-0,05526 0,039115539
Mei
20
0,006284
0,012371
-0,0172 0,028873426
Juni
21
-0,00226
0,009089
-0,01927 0,015330286
Juli
22
-0,00101
0,015335
-0,03281 0,026594469
Agustus
20
-0,00661
0,021378
-0,04466 0,029304452
september
21
-0,01068
0,033169
-0,07656 0,073939757
Oktober
18
-0,02799
0,061194
-0,15614 0,086773742
november
20
-0,01199
0,043453
-0,07561 0,110136939
desember
19
0,00307
0,030876
-0,04457 0,079620159
Total
240
-0,00496
0,031422
-0,15614 0,110136939
Sumber: data diolah
75
Isfenti Sadalia, Octavianus Pandiangan: Analisis Anomali Pasar Perdagangan pada Return Saham
Dari data yang ada jelas bahwa
return saham terndah terjadi pada bulan
Oktober. Berdasarkan nilai standart deviasi,
dapat diketahui bahwa standart deviasi
terbesar terjadi pada bulan Oktober yaitu
sebesar 0,06119. Hal ini menjelaskan bahwa
rata-rata return saham pada bulan Oktober
memiliki risiko yang tertinggi dibanding
bulan lainnya pada tahun 2008. Standart
deviasi terendah terjadi pada bulan Mei,
yakni sebesar 0,01237. Hal ini menandakan
bahwaresiko bulan Mei lebih kecil
dibandingkan bulan lainnya pada tahun 2008.
pasar modal Indonesia. Kondisi ini membuat
para investor sangat berhati-hati dalam
berinvestasi dalam bentuk saham sehingga
membuat kondisi di pasar modal menjadi
tidak stabil akibat perilaku investor yang
sangat protektif.
Untuk perusahaan-perusahaan LQ45
sendiri kondisi ini juga sangat mempengaruhi
penerimaan return sahamnya. Perolehan
return saham yang negatif atau sama dengan
nol membuat perusahaan sangat berhati-hati
dalam menjual saham-sahamnya kepada
investor.
PEMBAHASAN
Hipotesis 1
Hipotesis pertama dalam penelitian ini
adalah bahwa terjadi efek hari perdagangan
pada return saham harian tahun 2008 pada
Bursa Efek Indonesia. Pembuktian hipotesis
ini dilakukan dengan menggunakan Uji F
Analysis of Variance (ANOVA).
Hasil pengujian ANOVA dapat
diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 0,725
lebih kecil dari pada nilai Ftabel sebesar 2,370.
Tingkat signifikansi yang diperoleh adalah
0,576 yang lebih besar dari pada tingkat
signfikansi 0.05 . Secara empiris hal ini
membuktikan bahwa hari perdagangan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham. Hal ini berarti H0 dalam
penelitian diterima. Dengan demikian, tidak
terjadi pengaruh hari perdagangan (the day of
week effect) pada return saham di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2008.
Efek hari perdagangan (the day of the
week effect) return saham tidak terjadi pada
tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh karena
rata-rata return saham pada tahun 2008
bernilai negatif setiap harinya. Artinya,
bahwa pada tahun 2008 rata-rata return
saham yang diperoleh oleh setiap perusahaan
LQ45 menurun atau tetap. Kondisi ini
bertentangan
dengan
kondisi
pasar
sebenarnya dimana return saham bernilai
negatif hanya terjadi pada hari Senin
sedangkan untuk hari lainnnya return saham
bernilai positif.
Penyebab tidak terjadinya efek hari
perdagangan return saham pada tahun 2008
di BEI adalah tidak terlepas dari pengaruh
krisis ekonomi global yang terjadi. Krisis
keuangan global yang bermula dari Amerika
Serikat memberikan dampak yang negatif
pada sektor keuangan di dunia termasuk
Hipotesis 2
Pengujian yang kedua adalah untuk
menguji bahwa rata-rata return hari Senin
pada minggu keempat adalah negatif
dibandingkan dengan rata-rata return hari
Senin pada minggu pertama, kedua, dan
ketiga.
Hasil pengujian yang dilakukan melalui One
sample ttest dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
return hari Senin pada akhir bulan adalah
sebesar -0,01323. Nilai thitung lebih besar dari
pada ttabel (-1,613 > -1,796) dengan tingkat
signifikansi 0,135 yang lebih besar dari pada
0.05, begitu juga dengan rata-rata return hari
Senin pada awal bulan dimana nilai thitung
lebih besar dari pada nilai ttabel (-1,609 > 1,671) dengan tingkat signifikansi 0,117
yang lebih besar dari pada 0,05 yang berarti
bahwa H0 tidak dapat di tolak. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa rata-rata return hari Senin
pada akhir bulan dan awal bulan adalah tidak
signifikan atau tidak berbeda dengan nol.
Dengan demikian tidak terjadi efek minggu
keempat (week four effect) return saham di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008.
Dari hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini jika dibandingkan dengan
kondisi yang sebenarnaya dimana biasanya
return saham terendah hari Senin hanya
terjadi pada minggu keempat. Sedangkan
return saham hari Senin minggu pertama
sampai minggu ketiga dianggap tidak
signifikan negati atau sama dengan nol.
Sementara pada tahun 2008 return saham
dari minggu pertama sampai minggu
keempat bernilai negatif.
Fenomena Week-four effect ini
biasanya disebabkan karena adanya tuntutan
untuk memenuhi segala kebutuhan utama
yang harus dilakukan pada awal bulan
berikutnya. Oleh karena itu, pada akhir bulan
76
Jurnal Ekonom, Vol. 13, No. 2 April 2010
banyak terjadi tekanan jual pada Bursa Efek
Jakarta. Sesuai dengan teori penawaran, jika
terdapat banyak barang yang ditawarkan
maka akan menyebabkan penurunan harga.
Penurunan harga inilah yang menyebabkan
return pada minggu keempat dan minggu
kelima
menjadi
negatif.
Hasil
ini
memberikan implikasi bagi para investor
agar melakukan pembelian saham pada hari
Senin di minggu keempat dan minggu kelima
untuk setiap bulannya. Namun akibat dari
kondisi pasar modal yang tidak pasti karena
kondisi ekonomi dunia membuat para
investor enggan untuk berbelanja saham
meskipun telah terjadi penurunan harga
saham. Investor lebih memilih untuk
menahan modalnya dan berhati-hati dalam
berinvestasi.
Hipotesis 3
Hipotesis yang ketiga dalam penelitian
ini adalah untuk membuktikan bahwa ratarata return saham pada hari Senin pada bulan
April lebih besar dibandingkan rata-rata
return saham hari Senin pada bulan selain
April.
Hasil pengujian yang dilakukan
melalui independent sample ttest dapat dilihat
bahwa rata-rata return hari Senin bulan April
adalah sebesar -0,0029, sedangkan rata-rata
return hari Senin selain bulan April adalah
sebesar -0,0134. Artinya, return saham pada
hari Senin pada bulan April lebih besar dari
pada return saham hari Senin selain bulan
April. Perbedaan return saham pada hari
Senin bulan April dan non April juga dapat
dilihat dari metode analisis data Independent
Sample Ttest sebagai berikut. bahwa nilai
thitung adalah 1,383 sedangkan nilai ttabel 1,711
(thitung < ttabel), sehingga H0 tidak dapat
ditolak. Hal ini menunjukkan tidak ada
terjadi rogalsky effect return saham di BEI.
Jika dilihat berdasarkan rata-rata return
saham maka sebenarnya return saham pada
hari Senin bulan April lebih besar daripada
return saham hari Senin selain bulan April.
Namun berdasrkan alat uji hipotesisnya tidak
terjadi secara sinifikan. Dengan demikian
hipotesis ketiga dalam penelitian ini tidak
dapat diterima dan tidak terjadi Rogalsky
effect return saham pada tahaun 2008.
Dalam penelitian ini pada tahun 2008
Bursa Efek Indonesia tidak mengalami
rogalsky effect return saham, hal ini
disebabakab adanya pengaruh kondisi
ekonomi dalam dan luar negeri yang terjadi
selama bulan April selain akibat dari
pengarih krisis ekonomi global.
Dari kondisi pasar modal, selama April
2008,
IHSG
diperdagangkan
sangat
berfluktuasi dengan nilai kapitalisasi pasar di
bawah rata-rata perdagangan harian. Pada
awal April indeks diperdagangkan pada level
2393 dan sempat turun sampai 2.180
diakibatkan kekhawatiran investor dalam
negeri karena tingginya inflasi bulan Maret
yang jauh di atas prediksi para ekonom.
Berdasarkan kondisi ekonomi dunia,
pada bulan April harga minyak dunia
kembali memecahkan rekor tertinggi yaitu
USD 120/barel. Kenaikan harga minyak ini
lebih disebabkan terus melemahnya nilai
tukar dollar Amerika terhadap mayoritas
mata uang utama dunia, kenaikan harga
minyak ini berakibat terhadap naiknya harga
komoditas dunia baik komoditas di sektor
pertambangan, energi maupun pertanian.
Sedangkan kondisi keuangan dalam negeri,
akibat tingkat inflasi yang cukup tinggi pada
kuartal pertama tahun 2008,diperkirakan
Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan
tingkat suku bunga acuannya (BI Rate) tetap
berada di level 8%.
Akibat beberapa kondisi diatas maka
mempengaruhi perilaku investor untuk
menginvestasikan modalnya dalam bentuk
saham yang diperdagangkan di pasar modal.
Hipotesis 4
Pengujian terakhir dalam penelitian
ini adalah untuk melihat bahwa return saham
pada bulan Januari lebih besar dari pada
bulan selain Januari. Hasil pengujian yang
dilakukan melalui One Way ANOVA dapat
dilihat bahwa nilai Fhitung sebesar 1,567 lebih
kecil dari pada nilai Ftabel sebesar 1,830.
Tingkat signifikansi yang diperoleh adalah
0,11 yang lebih besar dari pada tingkat
signfikansi 0.05 . Secara empiris hal ini
membuktikan bahwa efek bulan Januari
(January effect) return saham tidak terjadi
secara signifikan terhadap return saham. Hal
ini berarti H0 dalam penelitian tidak dapat
ditolak. Dengan demikian, tidak terjadi efek
bulan Januari (January effect) return saham
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008.
Efek bulan Januari return saham yang tidak
terjadi pada tahun 2008 disebabkan oleh
karena pengaruh krisis ekonomi global yang
melanda pasar modal Indonesia sejak awal
77
Isfenti Sadalia, Octavianus Pandiangan: Analisis Anomali Pasar Perdagangan pada Return Saham
pembukaan perdagangan bulan Januari 2008
dimana ISHG dibuka melemah. Kondisi
pasar modal yang tidak pasti membuat para
investor menjadi sangat berhati-hati dalam
berinvestasi di pasar modal. Hal ini
menyebabkan beberapa perusahaan LQ45
mengalami penurunan return saham selain
karena perilaku investor juga dipengaruhi
oleh kondisi internal perusahaan dan
ekonomi yang terjadi.
Tabel 4 :
Homogeneous
HSD, Return
Subset
Tukey
Subset for alpha =
0.05
1
2
Tukey
18
Oktober
-0.028
HSDa
November
20
-0.012 -0.012
September
21
-0.0107 -0.0107
Agustus
20
-0.0066 -0.0066
Maret
18
-0.0057 -0.0057
Januari
20
-0.0045 -0.0045
Juni
21
-0.0023 -0.0023
April
22
-0.0022 -0.0022
Juli
22
-0.001 -0.001
Februari
19
0.0019 0.0019
Desember
19
0.0031 0.0031
20
Mei
0.0063
Sig.
0.075
0.783
Sumber : lampiran return saham, data diolah (2009)
Bulan
N
Selanjutnya dengan menggunakan
Homogeneous Subset Tukey HSD ternyata
terbentuk dua kelompok. Berdasarkan Tabel
d adai atas 2 kelompok yang terbentuk, dapat
diketahui bahwa pada kelompok 1 berisi ratarata return untuk bulan Januari, Februari,
Maret, April, Juni, Juli, Agustus, September,
Oktober,
November
dan
Desember,
sedangkan pada kelompok 2 berisi nilai ratarata return bulan Januari, Februari, Maret,
April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September,
November dan Desember. Hal ini
membuktikan bahwa rata-rata return antara
bulan-bulan tersebut tidak berbeda secara
signifikan. Perbedaan signifikan terjadi
antara rata-rata return bulan Mei dan
Oktober, dimana bulan Mei return bernilai
positif dan tertinggi sebesar 0,0063 dan
Oktober return saham bernilai negatif dan
terendah sebesar -0,0280 pada tahun 2008.
Return saham terendah terjadi pada
bulan oktober karena BEI pada bulan
Oktober 2008, dimana IHSG terkoreksi
sebesar 10,38% hingga menyentuh level
1.451,669. Hal tersebut mendorong BEI
mensuspen perdagangan efek bersifat ekuitas
dan derivatif di seluruh pasar hingga dibuka
78
kembali pada tanggal 13 Oktober 2008.
Tujuan suspensi tersebut adalah untuk
memberikan perlindungan kepada investor
dan pasar secara lebih luas. Sedangkan
return saham yang tinggi terjadi pada bulan
Mei karena IHSG selama bulan Mei telah
mengalami kenaikan sebesar 4% dengan
rentang kisaran level 2.342 hingga 2.444.
Kenaikan ini dipicu oleh keluarnya laporan
kinerja keuangan emiten dan pengumuman
pembagian dividen. Tinggi dan rendahnya
return saham yang diperoleh setiap bulannya
tidak lepas dari kondisi dari pasar modal
sendiri dan juga kondisi ekonomi yang
mempengaruhi perilaku para investor di
pasar modal. Investor menjadi sangat berhatihati dan protektif dalam berinvestasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan
pembahasan yang dilakukan sebelumnya
maka penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil uji yang dilakukan terhadap efek
hari perdagangan (the day of week
effect) return
saham dengan
menggunakan ANOVA ternyata tidak
membuktikan terjadinya efek hari
perdagangan return saham pada tahun
2008 di Bursa Efek Indonesia.
2. Hasil uji One sample ttest
untuk
membuktikan efek minggu keempat
(week four effect) return saham di BEI
pada tahun 2008 tidak terbukti terjadi.
3. Hasil uji independent sample ttest untuk
membuktikan Rogalsky effect return
saham di BEI pada tahun 2008 tidak
terjadi.
4. Hasil uji ANOVA untuk membuktikan
efek bulan Januari (January effect)
return saham di BEI pada tahun 2008
tidak terjadi. Pada tahun 2008 return
saham tertinggi terjadi pada bulan Mei
SARAN
1. Anomali pasar hari perdagangan pada
return saham di Bursa Efek Indonesia
yaitu efek hari perdagangan, efek
minggu keempat, rogalsky effect, dan
efek bulan Januari ternyata tidak
selamanya terjadi, khususnya pada tahun
2008. Anomali tersebut ternyata dapat
juga dipengaruhi oleh kodisi eksternal
pasar modal seperti kondisi ekonomi
dalam dan luar negeri. Untuk itu kepada
Jurnal Ekonom, Vol. 13, No. 2 April 2010
para
investor
agar
juga
mempertimbangkan kondisi internal dan
eksternal di BEI yang terjadi untuk dapat
memperoleh return
saham yang
maksimal. Sedangkan untuk BEI sendiri
juga harus mampu mengeluarkan
kebijakan-kebijakan
yang
dapat
membantu para investor agar investor
tetap berminat untuk berinvestasi melalui
sahan yang diperdagangkan.
2. Keterbatasan pada penelitian ini adalah
teletak pada periode penelitian yang
hanya satu tahun yaitu mulai JanuariDesember. Bagi peneliti selanjutnya
diharapkan akan lebih baik dengan
menambahkan periode penelitian agar
pengaruh variasi antar waktunya dapat
diamati dengan lebih jelas.
3. Variabel
yang
digunakan
dalam
penelitian ini harus lebih dikembangkan,
misalnya varibel dependen dilihat dari
segi volume perdagangan harian,
abnormal return dan sebagainya.
DAFTAR RUJUKAN
Anogara, Pandji dan Piji Pakarti. 2006.
Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi.
Jakarta. Rineka Cipta
Bodie, dkk. 2006. Investments. Jakarta.
Salemba Empat
Fatma Lubis, Ade. 2008. Pasar Modal.
Jakarta. Yayasan Peduli Bangsa
Fakruddin, M dan M. Sopian H. 2001.
Perangkat Dan Model Analisis
Investasi Di Pasar Modal. Buku Satu.
Jakarta. Gramedia
Ghozali, H. Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Edisi ketiga. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar.1995. Ekonometrika
Dasar. Jakarta. Erlangga
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFEYogyakarta
Santoso, Singgih. 2008. Panduan Lengkap
Menguasai SPSS 16. Jakarta. Gramedia
Samsul, Mohamad.2006. Pasar Modal dan
Manajemen
Portofolio.
Surabaya.
Erlangga
Situmorang, Syafrizal Helmi, et al. 2008.
Analisis
Data
Penelitian
(Menggunakan Program SPSS). Medan
: USU Press.
Iramani,Rr dan Ansyori Mahdi.2006. “Studi
Tentang Pengaruh Hari Perdagangan
Terhadap Return Saham pada BEJ”.
Universitas Kristen Petra
Kantor
Berita
Ekonomi
Syariah
http://www.pkesinteraktif.com
www.idx.co.id, dan www.google.com diakses
oleh Octavianus 10 Maret 2009, pukul
13.32 WIB
www.duniainvestasi.com
diakses
oleh
Octavianus 10 Mei 2009, pukul 14.00
WIB.
79
Download