“KEUNEUNONG”, Potensi Peringatan Dini Cuaca Extrim dan Iklim Ala adat Masyarkat Aceh Oleh. Nasrol Adil Organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menangani bidang pendidikan dan kebudayaan UNESCO akhir-akhir ini aktif mencari altenatif dalam mitigasi bencana yang bersumber dari kearifan lokal dan adat istiadat pada masyarakat tertentu untuk meningkatkan kewaspadaan masyarkat terhadap bencana alam. Bencana Alam memang tidak dapat ditolak namun manusia hanya dapat berusaha dengan melakukan berbagai cara untuk meminimalisir jumlah korban baik jiwa dan harta benda dari dampak suatu bencana. Data BNPB menyebutkan dari seluruh bencana alam yang menimpa negara kita diawal tahun 2014 ini, sebagaian besar atau mencapai 80% nya adalah bencana hydrometeorologi yaitu banjir. Kerugian akan harta benda mencapai triliunan rupiah tiap tahunnya, serta ratusan nyawa melayang, dan ribuan orang menjadi pengungsi. Terhitung dari data yang berhasil dikumpulkan sejak tahun 1998 s/d 2013 terdapat 262 kejadian banjir yang tersebar di seluruh kabupaten kota dalam propinsi Aceh, menurut sumber BNPB 254 kejadian, dan sejak 1976 kejadian dan jumlah korban akibat banjir meningkat tiap tahunnya. Berbagai cara telah dilakukan oleh pemeritah dalam mengantisipasi bencana banjir, memperbaiki infrastruktur, normalisasi sungai, bahkan yang paling terakhir pemerintah DKI bekerja sama dengan BNPB membuat kegiatan modifikasi Cuaca untuk mengantisipasi banjir Jakarta namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Namun disisi lain kemungkinan sebagian dari kita telah lupa masih ada potensi-potensi pada masyarakat kita dalam mengantisipasi bencana terutama cuaca buruk dan banjir yaitu yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat. Adat Istiadat pada masyarakat kita telah tumbuh subur di Nusantara tercinta ini berabadabad lamanya sebagai bentuk hasta karya dan cipta manusianya. Adat Istiadat muncul sebagai bentuk dinamika masyarakat baik dalam menata kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam merespon dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada alam. Terlebih di Nusantara tercinta Indonesia yang berada dalam “ring of fire” tentunya banyak kearifan lokal yang mengarah kepada kesiapsiagaan terhadap datangnya malapetaka atau bencana. Seperti Smong (air laut surut dengan cepat) di Kabupaten Simeulu Propinsi Aceh sebagai adaptasi masyarakat terhadap 1 ancaman tsunami yang telah diakui PBB menjadi salah satu warisan leluhur dalam kesiapsiagaan terhadap bencana Tsunami, Ono Hada di Sumatra Utara, Subak di Bali, Adat suku Baduy di Jawa Barat yang mempertahankan hutan sehingga terhindar dari banjir bandang dan tanah longsor, Talehu dan Gagala di Ambon, upacara adat Maccara Tapaerang di Soppeng Sulawesi Selatan dan masih banyak lagi di bumi pertiwi ini. Salah satu kearifan lokal dibumi nusantara ini adalah yag ada pada masyarakat Aceh yaitu “Keuneunong” sebagai adaptasi terhadap musim dan cuaca untuk keperluan bercocok tanam dan berlayar untuk berniaga maupun sebagai nelayan. Sebagimana halnya Klimatologi sebagai pedoman penentuan musim, Keuneunong yang disingkat Keunong mengambil pedoman pada pola pergeseran maupun perubahan kedudukan yang terjadi pada bintang-bintang dilangit serta perilaku adaptasi hewan pada saat pergantian musim yang dipakai dalam menentukan kapan waktu menanam padi, menabur benih disawah dan juga kapan hari baik untuk berlayar sehingga tidak terjadi gelombang tinggi ataupun angin badai dilaut. Keuneunong merupakan kosakata bahasa Aceh yang berasal dari kata Keunong yang berarti kena, mengenai, bertemu, atau menyentuh (TDMRC,2013:3) dikatakan kena atau mengena artinya posisi bulan dan bintang scorpio terletak pada posisi yang sama atau sejajar. Menurut sejarahnya belum diketahui secara pasti siapa dan kapan Keunong pertama kali ditemukan akan tetapi dalam berbagai literature nama Keuneunong telah dipakai sejak masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda 1607-1636 dan banyak literature lainnya yang menyebutkan tentang almanak Keuneunong oleh orang Belanda yang melakukan kegiatan penelitian terhadap kebudayaan dan dan adat istiadat orang Aceh dalam bukunya The Atjeher yaitu Dr.Snouck Hugronje. Namun berdasarkan polanya diketahui bahwa perhitungan Keuneunong bersumber dari kitab Tajull Mulk karya Bustanul Salatin. (FGD Keuneunong, TDMRC-Unsyiah:2013). Demikian sebagian masayarakat baik yang bermukim di pesisir maupun di pedalamam mengetahui dengan jelas bagaimana mekanisme pola perhitungan tersebut selama ratusan tahun yang diturunkan oleh nenek moyang dalam menghadapi musim. Dalam penanggalan Keuneunong terdapat 12 bulan yang sama dengan bulan masehi namun perhitungannya berdasarkan kelipatan angka ganjil yang dimulai dari keunong 1 sampai 23. Menurut buku karangan Snouk Hurgronje berjudul “ The Atjeher” yang diterjemahkan oleh NG Singarimbun (Eds), terbitan Yayasan Soko Guru, 1985. Hugronje menyebutkan bahwa keunong 2 dimulai dengan angka 23 yang jatuh pada bulan Jumadil Akhir pada bulan Hijriah pada tahun 1892 M pada saat itu (saat dimana Prof.Dr.Snouck Hugronje ke Aceh). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tsunami and Disaster Research centre (TDMRC) Universitas Syiah Kuala Banda terhadap maysarakt Pulo Aceh ( salah satu pulau di Kabupaten Aceh Besar, Prop.Aceh) pada bulan Februari 2013 menunjukkan bahwa Keunong masih menjadi pedoman masyarakata Pulo Aceh tidak saja bagi penentuan awal penanaman padi atau kapan sebaiknya berlayar atau melaut, tapi juga kewaspadaan terhadap bahaya baik yang bersumber dari alam berupa bencana badai, hujan, petir dan gelombang tinggi serta bencana akibat kejahatan dan kecerobohan yang ditimbulkan oleh manusia yang akan terjadi yang terdiri dari waktu ke waktu yang terdiri dari Naas (naas) Kala (saat buruk) dan Celaka (sangat buruk). Penelitian tersebut menemukan bahwa dalam melakukan aktifitas pertanian dan perikanan masyarakat Pulo Aceh mempercayai pola perhitungan kalender yang didasarkan pada ilmu perbintangan (ilmu Falaq) yang kemudian disebut Keuneunong. Pola penanggalan Keunong layaknya kalender yang didasarkan pada perhitungan pertemuan gugusan bintang Kala (scorpio) dengan peredaran bulan. Artinya ketika bintang kala bertemu dengan atau sejajar dengn bulan maka itu disebut keunong atau kena atau mengenai, sehingga menurut Hugronje (1985) dalam setahun rata rata terdapat 13.363 keunong bulan dalam posisi yang sama atau kena dengan bintang kala (scorpio).(Hugronje,1985). Gambar1. Rasi bintang scorpio sejajar dengan bulan disebut Kena (Keunong) (sumber http://basecamppetualang.blogspot.com/2013/03/menentukan-arah-pada-peta-dan-tanda.html) Selain Bintang scorpio sebagai pedoman utama dalam pengatur musim di Aceh, dikenal juga kumpulan bintang besar lainnya seperti bintang Lhee (bintang tiga) atau bintang Orion. Pada 3 saat salah satu bintang tiga ini bercahaya sangat terang, maka itu pertanda benih padi sudah boleh ditabur, jika bintang yang ditengah bersinar paling terang maka itu berarti benih padi sudah boleh ditanam, dan jika bintang paling timur bersinar paling terang maka masa tanam telah berakhir. Arah garis yang menghubungkan ketiga bintang merupakan arah kiblat. Menurut Hugronje (1985) terdapat beberapa bintang lainya yang sangat populer dikalangan masyarakat Aceh seperti bintang zohra (Venus). Bintang ini sering disebut bntang timu (timur) atau bintang kejora. Posisi ini juga dijadikan kompas bagi nelayan untuk mengetahui posisi mereka dilaut. Disamping itu juga dikenal bintang lainnya seperti bintang Takat untuk menghitung permulaan dari musim, bintang paro (pari) dan bintang tujuh, bintang puyoh Muloot (musim dimana tidak bisa melaut sehingga orang yang suka menyabung mencari puyuh untuk diadu sehingga disebut puyuh berkelahi) dan bintang Boh Glem (buah Glem). Dalam tiap Bulan Keuneunong terdapat 2 atau 3 hari yang patut diwaspadai dimana didalam ketiga hari yang patut diwaspadai tersebut terdapat kejadian kejadian seperti yang disebut diatas berupa angen Badee, (Badai) Puteng Bliung (Putting Beliung), Reudok (mendung) dan Ujeun serta Gelombang tinggi sehingga nelayan pada hari-hari tersebut pantang melaut. (TDMRC: 2013). Hugronje (1985) menyebutkan bahwa biasanya tiga hari setelah terjadi keunong ditandai datangnya cuaca buruk. Gambar2. Rasi bintang orion dan scorpio (sumber:: www.kafeastronomi.com) 4 Untuk menghitung tiga hari yang patut diwaspadai tersebut diambil dari patokan bulan hijriah (penanggalan menurut peredaran bulan) pada bulan masehi yang bersangkutan. Cara menghitung keunong (K) adalah sebagai berikut: K= C – 2 x bulan berjalan, dimana C adalah konstanta 25 Misalnya: Bulan januari = 1 K= 25 – 2 (1) = 23 Maka bulan Januari adalah keunong duaploh lhee (23) K= 25 – 2 (5) = 15 Bulan Mei = 5; Maka bulan mai adalah keunong 15 ( keunong limongblah) Berikut adalah Keunong tahun 1892 yang dikutip dari buku The Atjeher karangan Dr. Snouck Hugronje. Tabel 1. Keunong (sumber: The Atjeher terjemahan NG.Singarimbun,1985 dan TDMRC Unsyiah 2013) no Keunong Bulan hijriah (1310 Bulan Hari H s/d 1311H) masehi diwaspadai 12 jan 3, 13, 23 Adat istiadat/Gejala alam /Karakteristik iklim (TDMRC) 1 23 23 jumadil akhir 1310 H Waktu malam bertiup angin kering, ( angin timur tenggara) Musim kering, berbahaya utk berlayar tapi ada waktu 5 s/d 7 hari bias berlayar ke pantai utara dan timur 2 21 21 rajab 1310 H 8 feb 1, 11, 21 Musim kanduri blang (kenduri sawah) bisa bertanam palawija( intermediate crop) sawah sempit atau tertutup utk berladang 3 19 19 sya’ban 1310 H 8 mar 9, 29 Sama dengan musim tahun lalu 4 17 17 Ramadhan 1310 4 apr 7,17,27 Ikan luloh ke hilir dan kembali ke hulu disore saat kembali H banyak orang menangkapnya dan masyarakat di Ulelhe (pelabuhan feri banda aceh sekarang) dilaksanakan kenduri Laut. Mulai Musim Barat. Zenith mencapai puncaknya. Sebenarnya terjadi tanggal 5 april 5 15 15 Syawal 1310 H 2 Mei 5,15,25 Petani mulai membajak, dilaut angin badai 6 13 13 dzulqaidah 1310 29 Mei 3,13,23 Umumnya orang mulai membajak, tanda berakhirnya musim 7 11 26 Juni 1,11,21 H 11 Dzulhijjah 1310 sempit sawah, lamanya kira-kira 8 bulan H Dari bulan ini samapi 2 bulan berikutnya Petani mulai menanam benih, tergantung kilauan dari bintang di Orion (bintang Lhee) mulai bertiup angin barat. 8 9 9 Muharam 1311 H 23 Juli 9,19,29 Kepiting/ketam di tepi pantai seolah-olah tersesat dikenal” bingkong wo” (ketam pulang) 9 7 7 Safar 1311 H 20 Agt 7,17,27 Mata uroe senang (puncak zenith Matahari). Tebu yang ditanan bernasib sama dg keunong 17 tidak berair. 10 5 5 Rabiul Awal 16 Sep 5,15,25 Musim angin timur (angen timu), para nelayan kembali mengadakan kanuri La’ot (kenduri laut) 11 3 3 Rabiul Akhir 14 Okt 3,13,23 Waktu paling baik utk berlayar dari ibukota kepantai barat: waktu ini berlangsung sampai keunong 17. 5 12 1 1 jumadil awal 11 Nov 1,11,21 Hujan lebat mulai turun pada keunong ini, dalam keunong ini terjadi pertemuan antara bulan dan bintang scorpio sebelum bulan baru dibulan desember (7 desember). karena banyaknya pertumbuhan awan dan hujan maka keunong tidak terlihat sehingga dikenal sbg keunong tenggile ( Trenggiling: binatang pemakan semut yang keluar dari sarangnya karena banyak) Dari tabel diatas pada posisi keunong 17 dan keunong 7 memperlihatkan korelasi musim di Indonesia pada umumnya yang dipengaruhi gerak semu matahari yaitu pada bulan Maret dan Desember matahari tepat berada di khatulistiwa dan dalam kalender keunong 1892 terdapat dua bulan yang sama dimana top zenith (mata uroe senang) mencapai puncaknya yaitu pada tanggal 5 April dan 20 Agustus terdapat pergeseran dari bulan Maret ke bulan April dan bulan September ke agsutus karena posisi Aceh yang lebih ke belahan Bumi Utara 5 LU-2LU. Dari kedua tabel diatas sangat menarik dilakukan analisis maupun validasi terhadap tabel tersebut pada jumlah kejadian cuaca ektrim yang mengakibatkan banjir di propinsi Aceh. Dari data banjir periode 1998 s/d 2013 menunjukkan bahwa terdapat 262 kejadian banjir di propinsi Aceh selama periode tersebut yang diakibatkan oleh kejadian hujan lebat. kejadian banjir Aceh 60 40 20 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 0 Grafik 1. Sebaran kejadian banjir dari tahun ke tahun di Prop.Aceh Dan untuk kejadian banjir terbanyak terjadi pada bulan bulan oktober, November dan januari tiap tahunnya seperti tergambar pada grafik di bawah ini: 6 Grafik.2 Jumlah Kejadian Banjir di Aceh berdasarkan Bulan periode 1998 s/d 2013 Sedangkan jika ditinjau dari sisi bulan Hijriah Kejadian banjir terbanyak adalah pada bulan Zulkaidah dan yang paling kecil adalah pada bulan ra’jab seperti terlihat pada grafik dibawah ini: Jumlah kejadian 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Grafik.3 jumlah kejadian banjir berdasarkan bulan hijriah Ditampilkan grafik diatas adalah untuk melihat korelasi klimatologis antara bulan masehi dan bulan hijriah dikarenakan perhitungan almanak keuneunong masyarakat Aceh mendasari pada perjalanan bulan. Dari perhitungan Keunong terdapat pergeseran tanggal kejadian banjir dengan hari waspada keunong seperti terdapat pada tabel berikut: Tabel.2 pergeseran hari waspada terhadap kejadian banjir Pergeseran (hari) 8 7 6 5 4 3 7 Jumlah kejadian 14 44 24 19 29 26 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -8 jumlah 22 20 26 12 16 3 3 2 1 1 262 Pada grafik 4 dibawah menggambarkan jumlah pergeseran terbanyak adalah 7 hari dan paling sedikit adalah – 8 dan – 6 hari. 50 Jumlah kejadian 40 30 20 jml kejadian 10 0 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -5 -6 pergeseran Grafik.4 pergeseran hari banjir dan hari keunong Pergeseren 1 s/d 7 hari berarti cuaca ektrim terjadi 1 s/d 7 hari setelah tanggal atau hari waspada menurut keunong sedangkan pergeseran -1 s/d -8 berarti kejadian cuaca ektrim terjadi sebelum hari waspada menurut Keunong. Pergeseran Minus yang paling banyak terjadi adalah – 2. Dari data menunjukkan pergeseran -2 dan 7 hari saling kesesuasin artinya jika kejadian banjir 7 hari lagi maka sama dengan – 2 dengan kenong berikutnya. Ditinjau dari pergeseran hari kejadian banjir dengan keunong maka rata rata pertahunnya adalah adalah sebesar 4,15 hari bergeser dari hari-hari waspada keunong. Garfik berikut menggambarkan sebaran pergeseran rata-rata pertahunnya 10 rata rata pergeseran per tahun 5 8 2013 2012 2011 2010 2009 2007 2008 2005 2006 2003 2004 1998 1999 2000 2001 2002 0 Grafik.5 jumlah kejadian banjir berdasarkan bulan hijriah Pergeseran hari kejadian banjir terhadap hari waspada keunong sangat mungkin terjadi jika ditinjau dari unsur- unsur gangguan cuaca yang terbentuk diatmosfer sebagai contoh kasus untuk kejadian banjir tanggal 6 April 2013 di Aceh Besar, Aceh Utara dan Bireun. Gangguan berupa daerah tekanan rendah sudah muncul sejak tanggal 29 maret 2013 (7 hari sebelum kejadian banjir) dan belokan Angin muncul di atmosfer ketiga wilayah diatas, sebagaimana terlihat pada analisis streamline di bawah ini: Gambar 3. Analisis Streamline 29 Maret 2013 (sumber: www.bmkg.go.id) Berikut adalah salah satu citra satelit kejadian cuaca ekstrim pada tanggal 5 April 2013 pada posisi 0 hari dari hari waspada pada kalender Keunong dengan lokasi banjir meliputi kabupaten Aceh Besar, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya dan Lhokseumawe. gambar.5 Citra MTSAT tangal 6 April 2013 9 Maka jika ditinjau dari unsur-unsur gangguan cuaca terdapat beberapa gangguan cuaca yang terbentuk pada hari hari wapada keunong dari tahun 1998 s/d 2013 sebagai berikut: Tabel.3 Gangguan yang sering muncul periode 1998 s/d 2013 Gangguan atmosfer Jumlah kejadian 1 Belokan angin 165 2 edy 56 3 konvergensi 24 4 Area tekanan rendah (LPA) 17 no Dilihat dari tabel diatas belokan angin adalah unsur ganggauan cuaca yang paling banyak mengakibatkan banjir di Aceh yang bermula dari munculnya daerah tekanan rendah. Namun demikian bahwa factor factor global dan regional tetap mempengaruhi munculnya gangguan pada dinamika atmosfer lokal di Aceh dimana pengaruh monsunal lebih banyak mempengaruhi pesisir timur Aceh dan equatorial banyak berdampak di pesisir barat-selatan. Faktor osilasi MJO dan Indian Ocean Dipole juga banyak berpengaruh pada pembentukan gangguan atmosfer di Aceh juga tidak menafikan adanya belokan angin dan konvergensi akibat munculnya tropical siklon di sekitar samudra hindia belahan bumi utara yang biasanya berakhir di teluk benggala maupun di bagian belahan bumi selatan. Maka jika ditinjau dari gangguan yang terjadi pada factor lokal dan regional maka pergeseran keunong tersebut merupakan masa dimana proses gangguan yang terjadi di atmosfer terbentuk. Maka dari ketiga factor analisis baik factor lokal, regional maupun global waktu pergeseran 7 dan 0 hari dari kalender keunong memungkinkan adanya aktifitas terjadinya cuaca ektrim yang memiliki keakuratan 83% tepat. Untuk pergeseran hingga 3 hari kedepan juga memiliki keakuratan 83% dari kalender keunong karena telah disebutkan bahwa tiga hari setelah keunong biasanya diikuti oleh kejadian cuaca buruk. Maka jika dianggap pergeseran antara 0 s/d 7 hari merupakan ketepatan yang akurat terhadap pembentukan unsur-unsur gangguan dan anomaly cuaca maka akurasi dari keunong adalah 83%. Berikut tabel akurasi dari hal tersebut. 10 prosentase akurasi 16%% 1% 0-7 hari -1s/d-4 hari -6 s/d -8 hari 83% Grafik 5. Prosentasi akurasi Keunong setelah analisis Dari analisis dan pengolahan data diatas dapat disimpulkan bahwa Prosentase pergeseran Keunong terhadap kejadian banjir merupakan masa proses pembentukan gejala cuaca hujan dengan intesitas lebat dari 1 hingga 7 hari. Hal ini berarti bahwa pergeseran tersebut mewakili ketepatan dari kalender Keunong. Akurasi Keunong berada pada posisi 83% setelah analisis meteorologis. Dengan Prosentase mencapai 83% persen tersebut ditinjau dari analisis meteorologist maka dapat diksimpulkan bahwa Almanak Keunong dapat dijadikan bahan pertimbangan dan dasar analisa bagi peringatan dini Cuaca ektrem maupun penentuan musim di Aceh. Dari penulisan ini juga diharapkan dalam rangka keakuratan prakiraan iklim dan cuaca BMKG prakirawan selain mempertimbangkan analisa dinamika atmosfer perlu juga memperhatikan analisis dari sisi Astronomis atau gejala-gejala yang terjadi pada benda langit dan hal ini sangat mendukung program pembangunan yang dilakukan oleh BMKG untuk membangun menara Hilal yang tidak saja memantau dari sisi pergerakan bulan , juga dapat digunakan bagi observasi kedudukan bintang serta pengaruhnya terhadap iklim dan cuaca di Indonesia dalam rangka meminimalisir resiko bencana Hdydrometeorologi. Banda Aceh, 14 April 2014 Mengetahui/ Menyetujui Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Blang Bintang 11 Penulis Prakirawan Sta. Meteorologi Blang Bintang Banda Aceh Nasrol Adil NIP.197405121997031001 12