BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Soygurt Sari Tempe Medium susu tempe yang dipergunakan mempunyai pH awal 6, setelah diinokulasi dengan bakteri L. plantarum, 10 jam kemudian pH turun menjadi 4. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum (Kusumaningrum, 2004). SST yang dihasilkan mempunyai aroma dan rasa yang asam, hal ini disebabkan karena sebagian besar hasil metabolisme karbohidratnya berupa asam laktat. L. plantarum merupakan bakteri homofermentatif yang menguraikan glukosa menjadi asam piruvat, selanjutnya mengalami reduksi NADH2 menjadi asam laktat (Schlegel, 1994). Selain memiliki aroma yang asam, SST juga memiliki tekstur yang lebih kental daripada susu tempe. Perubahan tekstur ini terjadi karena aktifitas proteolitik yang dilakukan oleh L. plantarum terhadap protein tempe (Ratnawati et al., 1999). 4.2 Hasil perlakuan hiperkolesterolemia Perlakuan hiperkolesterolemia bertujuan untuk meningkatkan kadar kolesterol total darah kelinci, sehingga pengaruh perlakuan SST terhadap penurunan kadar kolesterol total dapat diamati. Perlakuan hiperkolesterolemia dilakukan dengan cara pemberian kuning telur sebesar 2gr/ekor/hari selama 7 hari. Kuning telur merupakan makanan yang kaya akan kolesterol. Menurut 19 Sudarmanto (1999), dalam per/100 gram kuning telur mengandung 250 mg kolesterol. Sedangkan menurut Lidya (2001) dalam Suarsana et al.(2004), pemberian kuning telur sebanyak 2gr/ekor/hari setara dengan 0,1% kolesterol dalam pakan, hal tersebut dapat meningkatkan kadar kolesterol total. Hasil perlakuan hiperkolesterolemia terhadap kadar kolesterol total kelinci terlihat pada Tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2. Kadar kolesterol total darah hiperkolesterolemia Kelompok kelinci setelah perlakuan Kuning telur Kolesterol Total (gr) 2 (mg/dl) Kelompok I 2 40,75 Kelompok II 2 40,25 Kelompok III 2 41,50 Kelompok IV 2 41,25 Kontrol Ulangan (N) 41,50 : 4 kali Dari tabel 4.2 terlihat bahwa pemberian kuning telur sebesar 2gr/ekor/hari pada semua kelompok perlakuan menyebabkan kadar kolesterol total menjadi 40-41 mg/dl. 4.3 Pengaruh perlakuan SST terhadap penurunan kadar kolesterol total kelinci SST mengandung dua komponen yang bersifat hipokolesterolemik, yaitu tempe (Purwanto, 2003) dan bakteri asam laktat, L. plantarum (Pan et al., 2005). 20 Tempe merupakan bahan baku pembuatan SST, sedangkan L. plantarum digunakan untuk memfermentasi susu tempe menjadi SST. Perlakuan SST bertujuan untuk mengetahui kemampuan menurunkan kadar kolesterol total / efek hipokolesterolemik SST terhadap kelinci yang mengalami hiperkolesterolemia. Perlakuan SST dilakukan selama 5 hari (Suarsana et al., 2004) pada semua kelompok perlakuan dengan volume berturut-turut 0cc, 2cc, 4cc, 6cc, dan 8cc. Hasil analisa kadar kolesterol total kelinci setelah perlakuan SST terlampir (Lampiran B&C) ditunjukkan Tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3. Kadar kolesterol total sebelum (kolesterol awal) dan setelah perlakuan SST (kolesterol akhir) Perlakuan Kolesterol Total Kelompok Δ (mg/dl) SST Kolesterol Kolesterol (cc) Awal Akhir Kontrol 0 41,50 69 27.50a Kelompok I 2 40,75 37,25 -3.50b Kelompok II 4 40,25 36,5 -3.75b Kelompok III 6 41,50 34,45 -7.00b Kelompok IV 8 41,25 32,75 -8.50b Ulangan (N) ; 4 kali Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata (p<0,05/ Uji Duncan) Pada tabel 4.3 terlihat bahwa perlakuan SST menyebabkan kadar kolesterol total pada kelompok I – IV mengalami penurunan sebesar rata-rata 3 – 8 mg/dl. Hal ini berbeda dengan kelompok kontrol yang tidak mendapat 21 perlakuan SST, kolesterol totalnya mengalami peningkatan dari 41,50mg/dl menjadi 69 mg/dl. Uji ANOVA terhadap selisih kadar kolesterol akhir dan kolesterol awal menunjukkan bahwa SST berpengaruh nyata pada penurunan kadar kolesterol total (p < 0,05), dengan nilai F Hitung > F tabel, 52,36 > 3,06 (Lampiran A). Sedangkan uji Duncan memperlihatkan bahwa kadar kolesterol total kelinci pada kelompok I – IV yang mendapat SST tidak saling berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan kelompok kontrol tanpa perlakuan SST. Semakin banyak volume SST yang diberikan maka kadar kolesterol total akan semakin menurun, seperti terlihat pada gambar 4.3. berikut ini : 70 65 60 55 kadar kolesterol total 50 45 40 35 kolesterol awal 30 kolesterol akhir 25 20 15 10 5 0 kontrol Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV kelompok perlakuan Gambar 4.3. Grafik Kadar kolesterol total sebelum perlakuan SST (kolesterol awal) dan sesudah perlakuan SST (kolesterol akhir) Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa pemberian SST minimum 2cc/ekor/hari selama 5 hari berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol total kelinci, sehingga dapat dikatakan bahwa SST memiliki efek 22 hipokolesterolemik. Efek hipokolesterolemik tersebut disebabkan karena SST mengandung isoflavon, asam lemak tak jenuh, serat terlarut, dan bakteri asam laktat. Isoflavon berperan dalam peningkatan aktifitas LDL reseptor , sehingga terjadi peningkatan pembuangan kolesterol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhayati et al.(2005) bahwa jumlah LDL reseptor aktif yang tinggi akan mempercepat pembuangan kolesterol LDL dari darah dan rendahnya kolesterol darah. Asam lemak tak jenuh ganda, yaitu asam linoleat dan asam linolenat juga berperan dalam penurunan sintesis kolesterol. Hal ini disebabkan sintesis kolesterol menggunakan bahan baku asam lemak jenuh, sedangkan asam lemak tak jenuh tidak digunakan dalam sintesis kolesterol (Montgomery et al., 1997). Serat terlarut tempe, yaitu pektin, gum, hemisellulosa, dan lignin, mampu menurunkan kadar kolesterol karena dapat mengurangi kecepatan pengosongan lambung, dan meningkatkan waktu transit di usus. Akibatnya terjadi peningkatan kekentalan isi usus. Kekentalan isi usus tersebut menyebabkan menurunnya laju absorpsi lemak, kolesterol, dan karbohidrat (Silalahi et al., 2004). Serat terlarut dapat berikatan dengan garam empedu dalam usus halus, selanjutnya akan keluar bersama feses. Hal ini menyebabkan garam empedu yang direabsorpsi melalui siklus enterohepatik menjadi berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan garam empedu tersebut, hati meningkatkan sintesis kolesterol menjadi garam empedu (Silalahi et al., 2004). 23 Proses fermentasi serat larut di dalam kolon oleh mikroba akan menghasilkan asam propionat dalam jumlah besar yang kemudian akan segera diabsorpsi di hati. Asam propionat dalam hati dapat menghambat aktifitas enzimatis pada sintesis kolesterol (Silalahi et al., 2004, dan Suarsana et al., 2004). Bakteri asam laktat, L. Plantarum dalam SST dapat berikatan langsung dengan kolesterol sehingga menghambat proses absorpsi kolesterol dalam usus halus. Pengikatan kolesterol oleh L. plantarum terjadi pada dinding peptidoglikan hingga ke bagian membran sel (Pato, 2001). L. plantarum juga dapat mendekonjugasi garam empedu menjadi asam empedu bebas karena L. plantarum memproduksi enzim Bile Salt Hydrolase. Asam empedu bebas kemudian akan dikeluarkan bersama fese. Penurunan garam empedu menyebabkan peningkatan sintesis kolesterol menjadi garam empedu (Pan et al., 2005 dan Begley et al., 2006) 24 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan SST dengan volume minimum 2cc/ekor/hari selama 5 hari memberikan efek hipokolesterolemik pada kolesterol total kelinci kelompok hiperkolesterolemia. 5.2 Saran Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penimbangan berat badan, pengamatan morfologi dan perilaku hewan percobaan. 25