Ketika Islam dan Komunis Bersalaman

advertisement
Ketika Islam dan Komunis Bersalaman
Kompasiana, 21 September 2015 19:18:06
Islam dan Komunis, bertemu pada poros
kemanusiaan
Komunis,
negaralah
tak
yang
ada
yang
sama.
Dalam
doktrin
kepemilikan
pribadi,
berperan
mendistribusikan kekayaan.
dalam
Demikian pun
dalam Islam, harta adalah titipan, maka di
zaman Rasulullah, Baitul mal adalah otoritas
yang diberikan kewenangan oleh pemerintahan
rasulullah, untuk mengumpulkan dan mengelola
harta kekayaan masyarakat Madina, dan dibagikan kepada mereka yang kurang mampu
demi pemerataan kesejahteraan. Bahkan dalam Islam, orang-orang yang tak menunaikan
zakat, sementara mereka dikategorikan golongan orang mampu atau wajib mengeluarkan
zakat, maka mereka wajib di perangi.
Islam adalah suatu sistem nilai yang bersumber dari wahyu Tuhan. Sistem nilai wahyu
kemudian diturunkan berdasarkan kondisi sosiologis secara continue [Asbabun Nuzul].
Sementara, Komunis adalah suatu pandangan alam, suatu world view, yang tersusun atas
dialektika akal pada objek materi di luarnya. Pandangan alam materi inilah, secara
epistemology, menyusun suatu postulat ; yang menyatakan bahwa produktifitas materilah
yang membelah kelas manusia dari satu sejarah ke sejarah yang lainnya [antara kaum
buruh atau proletariat dan kaum feodal dan pemilik modal sebagai golongan borjuis].
Pikiran-pikiran Komunis, baik dari Karl Marx, Lenin dan kroni-kroninya, selalu berotasi
pada konsepsi demikian.
Islam [wahyu] sebagai keharusan universal, dan Komunis sebagai suatu pandangan alam
dan world view sama-sama lahir dari sejarah penindasan dan hegemoni kelas sosial [yang
kuat terhadap yang lemah]. Keduanya lahir untuk mengkonsepsikan kesetaraan,
kesamaan hak dan kewajiban, dari adanya penindasan kelas. Oleh ajaran Komunis,
mengkatagorikannya dengan kelas buruh [proletariat], dan pemilik modal, atau yang
1
menguasai alat produksi sebagai [kaum borjuis] terhadap pekerja; buru [kaum
proletariat].
Konsepsi tetantang kesamaan kelas sosial [baik hak dan kewajiban] inilah, dikonstruksi
oleh sejarah dan ilmu pengetahuan sebagai suatu ideologi. Sebagai suatu tatanan nilai
yang di-isme kan untuk melawan feodalisme dan diktator kaum kapitalis yang hidup pada
abad ke-19 di Eropa.
Ajaran Komunis, menghendaki diktator kaum buruh, untuk merampas alat-alat produksi
ke tangan proletariat, agar tak terjadi akumulasi modal oleh individu-individu tertentu.
Tak ada kepemilikan individu dalam doktrin Komunis. Semuanya milik bersama, dan
negaralah yang berdaulat dalam kepemilikan modal, untuk mendistribusikannya kepada
rakyat secara merata; untuk kemakmuran rakyat.
Otoritas Baitul mal dimasa nabi Muhammad saat pemerintahan Madina, memegang peran
penting dalam sektor modal ekonomi. Setiap penduduk Madina yang digolongkan mampu
[memenuhi syarat wajib zakat], wajib menyerahkan hartanya sesuai ketentuan kepada
Baitul mal, dan otoritas Baitul mal lah yang mendistribusikan kepada seluruh masyarakat
Madina [yang digolongkan dalam kelompok penerima zakat].
Di dalam Al qur’an, kata shalat dan zakat acap kali berdampingan. Oleh Profesor Dr.
Quraish Shihab, MA dalam bukunya [Membumikan Al qur’an] menemukan, ada 32 kali
persandingan kata shalat dan zakat dalam Al qur’an. Kitab suci Al qur’an begitu progresif
meletakkan konsep-konsep distribusi kekayaan kepada golongan orang-orang yang tidak
mampu [kamum fakir miskin].
Setelah Muhammad diangkat ke kursi kenabiannya, fase dakwah-nya yang pertama,
adalah melakukan dekonstruksi sosial terhadap sistem borjuasi Arab Mekkah yang
menempatkan klan kesukuan Arab Mekkah di tangan kepala-kepala suku yang kejam dan
bengis. Ajaran tauhid yang dibawah Muhammad, adalah basis nilai untuk merevolusi
kelas-kelas sosial di Mekkah yang despotik itu.
2
Ajaran tauhid yang dibawa Muhammad, menghapus segala bentuk otoritas kepala suku
Arab Mekkah sebagai personifikasi berhala-berhala yang disembah. Penyembahan
terhadap berhala, juga tak lain sebagai perwujudan arwah nenek moyang dan leluhur yang
dihidupkan kembali dengan tujuan superioritas kesukuan untuk berkuasa dan menindas.
Jadi larangan menyembah berhala sesuai ajaran Tauhid, adalah memutuskan mata rantai
sistem sosial yang disimbolisasi melalui berhala-brhala sembahan yang dikendalikan oleh
kepala klan; suku Arab Mekkah. Sistem simbol keyakinan ini, acap kali digunakan sebagai
sumber otoritas untuk menindas suku-suku kecil yang lemah di Mekkah.
Maka pertentangan demi pertentangan terhadap kehadiran Muhammad dan ajaran Islam,
adalah perlawanan sekelompok borjuis dan otoritas spiritual berhala di Mekkah yang
selama ini menguasai 99,9% sumber daya sosial dan sumber daya ekonomi di Mekkah.
Mereka terusik dengan kehadiran Muhammad dalam melawan penindasan yang sudah
berlangsung secara turun temurun di Arab Mekkah.
Objektifikasi ajaran tauhid pada masa fase dakwa Muhammad di Mekkah, adalah
perlawanan dan revolusi kesadaran, bahwa tak ada satupun manusia di bumi [Mekkah]
yang memiliki otoritas ketuhanan untuk menindas, dan meletakkan segala bentuk
keyakinan pada Allah, sebagai sumber keadilan dan prilaku hanif.
Pada masa-masa dakwa di Mekkah, adalah fase dakwah yang keras. Hal tersebut bisa
kita tangkap dari sinyalemen-sinyalemen ayat Al qur’an periode Mekkah, yang penuh
ancaman [surga-neraka] terhadap mereka-mereka yang zalim secara sosial. Jadi
dimasa-masa awal kehadiran Islam yang dibawa nabi Muhammad, Islam telah
memberikan ruang revolusi sosial yang besar dalam menyikapi kondisi masyarakat Arab
Mekkah saat itu yang sudah terlampau rusak dan bobrok secara sosial.
Islam juga menetapkan konsepsi manusia tanpa kelas, dengan meletakkan ketakwaan
[individu dan sosial] sebagai sikap keagamaan yang mengangkat manusia pada derajat
kemuliaan. Konsekuensinya, semakin saleh seseorang muslim, secara individu, maka
semakin saleh juga ia secara sosial.
3
Lagi-lagi, dalam posisi ini, Komunis bukanlah agama. Komunis hanyalah pandangan alam dan
world view. Tak ada konsep teologi dalam Komunis. Pandangan-pandangan Komunis
terhadap agama, hanyalah reaksi terhadap keintiman agama [pemuka agama] dan kaum
feodal. Bahkan di abad ke-19, agama, memberikan kontribusi dalam menyokong suburnya
kapitalisme di Eropa.
Dalam bukunya Bryan S Turner dengan mengutip Weber, ditulisnya bahwa : “asketisme
Protestan, memberi kontribusi bagi etos duniawi masyarakat kapitalis [baca ; Agama dan
Teory Sosial; Bryan S Turner, hal ; 53]”. Tentu tujuan dari pendapat ini adalah, untuk
membedah reaksi-reaksi para sosiolog Eropa pada Abad ke-19, terhadap sikap elit agama;
yang cenderung berkolaborasi dengan kaum feodal dan pemilik modal [kapitalis].
Tentu, Kritik Karl Marx terhadap agama [pada abad ke-19], konteksnya adalah antipati
seorang Marx terhadap sikap elit agama yang tak jelas keberpihakannya terhadap
penderitaan kaum buruh [proletariat].
Berkaitan dengan Komunis di Indonesia hingga puncaknya kehancurannya pada tahun
1965, harus dilihat secara melingkar. Ditahun-tahun itu di Indonesia, adalah masa-masa
romantik perbincangan ideologi politik dan tumbuh suburnya politik aliran. Demikian pun
peta konflik global yang membelah politik dunia dalam dua blok; yaitu blok Amerika dan
sekutunya VS Blok Uni Soviet.
Indonesia, tak bisa menghindari politik dunia yang terpilahpisah dalam blok-blok itu.
Soekarno waktu itu, memprakarsai gerakan non blok dan politik bebas aktif, namun
lagi-lagi, politik bebas aktif itu tak mampu memutuskan mata rantai pengaruh politik
global ke Indonesia.
Kehancuran Komunis di Indonesia yang puncaknya pada 30 September 1965, tak lepas
dari bagian konspirasi global tadi. Masa dimana begitu mesranya Indonesia di bawah
Presiden Soekrno dalam jalinan hubungan bilateral dengan Uni Soviet. Tentu pada titik
ini, teori konspirasi menjadi alat pelacak, bahwa kenapa Komunis di Indonesia menjadi
sedemikian buruknya pada tahun 1965 itu.
4
Vis a vis nya elit Islam Indonesia dan TNI AD dengan Komunis kala itu, tak lepas dari
political engineering kekuatan eksternal; di tengah tumbuh-suburnya politik aliran di
Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk hampir 100% Islam, maka
kehancuran Komunis, cukup dilakukan dengan menumbuh- suburkan provokasi-provokasi
teologis, bahwa Komunis anti agama dan Tuhan. Jelaslah, bahwa provokasi teologis yang
dilakukan disaat suburnya politik aliran [terutama partai berbasis Islam], akan
membakar kemarahan masyarakat secara masal terhadap Komunis di Indonesia [PKI].
Tumbuhnya organisasi-organisasi anti PKI kala itu, adalah tak lepas dari pembusukan
Komunis di Indonesia yang harus dibedah secara adil berdasarkan teori konspirasi global.
Pun isu kudeta dewan Jenderal, adalah catatan sejarah kelam yang sampai hari ini tak
bisa dibongkar
kesumirannya.
Begitu juga misteri Surat perintah
11 Maret
(SUPERSMAR), yang menjadi titik balik penggulingan kedigdayaan Komunis di Indonesia.
Termasuk penggulingan pemerintahan Soekarno secara lembut.
Memperhadapkan TNI AD dan PKI sebagai ancaman laten kehancuran ideologi negara
serta provokasi teologis PKI vs Islam, mendapatkan respon masyarakat Indonesia secara
emosional [emosi teologis dan ideologis]. Alhasil, pasca Robohnya rezim Orba,
pembantaian aktvis PKI dari pusat hingga pelosok desa se-Indonesia, seakan
mendapatkan legitimasi moral masyarakat Indonesia, atas nama pembelaan terhadap
ideologi Pancasila dan keyakinan mayoritas Islam di Indonesia. Disinilah PKI mengalami
kehancuran sistematis; terutama rezim Orba yang menempatkan PKI sebagai musuh
utama ideologi negara.
Seiring waktu, masyarakat mulai cerdas dalam melihat masa lalu PKI sebagai suatu
rekayasa politik dan konspirasi. Persoalan PKI vs Islam, ataupun PKI vs ideologi negara,
tak lagi dilihat secara tunggal, tapi dilihat dengan berbagai variable politik global di
sekitarnya. Lagi-lagi, Komunis bukanlah sebuah ajaran teologi yang berhadap-hadapan
dengan doktrin monoteisme Islam. Komunis hanyala sebuah world viewyang kritis dalam
melihat ketertindasan kaum buruh [proletariat] pada abad ke-19 di Eropa. Konteksnya
dengan Indonesia, Komunis hadir untuk memberikan energi perlawanan terhadap
kolonialisme dan hegemoni kapitalisme global melalui penguasaan asset dan investasi
asing. Dengan demikian, sudah saatnya, Komunis diberikan tempat dan kamar di rumah
5
besar yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia [NKRI]. Sudah saatnya Islam
dan Komunis bersalaman, demikianpun Komunis dan Negara. Semoga. []
6
Download