Penentuan Nilai Resistivitas Lava Beku Gunung - HFI DIY

advertisement
308
Fatma Hamid, Yudhiakto Pramudya, Moh. Toifur / Penentuan Nilai Resistivitas Lava Beku Gunung Gamalama dengan
Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner
Penentuan Nilai Resistivitas Lava Beku Gunung Gamalama dengan
Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner
Fatma Hamid, Yudhiakto Pramudya, Moh. Toifur
Magister Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Pramuka 42, Sidikan, Umbulharjo,Yogyakarta 55161
[email protected]
Abstrak – Lava beku gunungapi Gamalama memiliki variasi nilai resistivitas. Nilai resistivitas lava beku dapat
diketahui dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner. Lokasi penelitian merupakan daerah tumpahan
lahar yaitu daerah utara kota Ternate. Lokasi penelitian merupakan bagian kecil dari daerah tumpahan. Setelah
dilakukan pengambilan data, selanjutnya data tersebut diolah kembali menggunakan software Res2Dinv sehingga
diperoleh nilai resistivitas lava beku antara 1411 Ωm-16304 Ωm untuk pengukuran pertama dengan kedalaman
hingga mencapai 20 m dan pengukuran kedua dengan nilai resistivitas antara 1710 Ωm – 55873 Ωm dengan kedalaman
1,25 m - 15,9 m.
Kata kunci: Metode Geolistrik Wenner, lava beku, resistivitas.Gunung Gamalama
Abstract – Gamalama igneous rocks have various resistivity values. They can be measured by using Wenner
configuration geoelectric methods. The research location was the lava flow area which is located at the northern part of
Ternate. It is only a small portion of zone. The data was processed by using Res2Div software to produce resistivity
values of igneous rocks. They are 1411 Ωm-16304 Ωm for the first measurement with the depth of 20 cm. On the second
measurements, the resistivity values are 1710 Ωm – 55873 Ωm with the depth of 1.25 m – 15.9 m.
Keywords: Wenner Geoelectric Methods, igneous rocks, resistivity, Mount of Gamalama.
I. PENDAHULUAN
Lava adalah magma pijar yang mengalir keluar dari
dalam bumi melalui kawah gunungapi atau melalui celah
(patahan) yang kemudian membeku menjadi batuan yang
bentuknya bermacam-macam. Semua batuan pada
mulanya berasal dari magma. Magma merupakan batubatuan cair yang terletak di bawah permukaan bumi.
Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui
puncak gunung berapi, misalnya saat terjadi letusan.
Magma yang sudah mencapai permukaan bumi disebut
lava. Di atas permukaan bumi lava akan membeku. Lava
yang telah membeku kemudian menjadi batuan beku [1].
Batuan beku yang berada di muka bumi selama beriburibu tahun lamanya dapat hancur terurai akibat terkena
panas, hujan, serta aktifitas tumbuhan dan hewan.
Selanjutnya hancuran batuan tersebut terangkut oleh air,
angin, atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan.
Hancuran batuan yang diendapkan dapat kembali
membatu yang disebut batuan endapan atau batuan
sedimen. Batuan sediment atau beku tersebut dapat
berubah bentuk karena adanya perubahan temperatur dan
tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan
malihan atau metamorf [1].
Nilai resistivitas dari lava beku dapat diketahui dengan
menggunakan metode Geolistrik tahanan jenis. Geolistrik
adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik dalam bumi dan bagaimana
mendeteksinya dipermukaan bumi [2].
Penelitian geolistrik telah banyak dilakukan dalam
berbagai eksplorasi dan tempat, misalnya [3] tentang
pemodelan fisis aplikasi metode Geolistrik untuk
identifikasi fosfat dalam batuan gamping
yang
menunjukkan bahwa nilai resistivitas hasil penelitian dari
sampel batu gamping adalah 591 Ωm dan nilai resistivitas
hasil penelitian dari sampel batu gamping fosfat adalah
255 Ωm dengan nilai resistivitas fosfat 147 Ωm. Hasil
penelitian sesuai dengan hasil referensi yang
menunjukkan bahwa nilai resisitivitas batuan fosfat
adalah 94 Ωm hingga 450 Ωm [3]. Hal ini yang menjadi
referensi bahwa metode Geolistrik dapat digunakan pula
untuk menentukan nilai resistivitas dari lava beku gunung
Gamalama.
Daerah pengukuran Geolistrik adalah bagian utara kota
Ternate, yaitu kelurahan Tarau dengan dilakukan
pengukuran sebanyak 2 lintasan.
II. LANDASAN TEORI
A. Metode Geolistrik
Metode geolistrik digunakan untuk menyelidiki
struktur bawah tanah (sub surface prospecting method)
yang berdasarkan pada beda resistivitas (resistivity
contrast) antara lapisan-lapisan batuan di bawah
permukaan tanah yang diselidiki [4]. Survei Geolistrik
metoda resistivitas mapping dan sounding menghasilkan
informasi perubahan variasi nilai resistivitas baik arah
lateral maupun arah vertikal [5].
Arus listrik dialirkan dalam tanah dengan dua
elektroda, kemudian beda potensial diukur antara dua
elektroda yang lain. Sehingga nilai resistivitasnya dapat
dihitung [2]. Nilai resistivitas batuan dapat dilihat pada
tabel 1.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN : 0853-0823
Fatma Hamid, Yudhiakto Pramudya, Moh. Toifur / Penentuan Nilai Resistivitas Lava Beku Gunung Gamalama dengan
Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner
Tabel 1. Nilai Resistivitas Batuan [5].
melalui elektroda M dan N. Beda potensial antara titik M
dan N :
Resistivitas( Ωm)
Material
309
Batuan beku dan metamorf
Granite
5 x 103-106
Basalt
103-106
Slate
6 x 102- 4x107
Marble
102-2,5 x 108
Quartzita
102-2 x 108
Batuan Sedimen
Sandstone
8-4 x 103
Shale
20-2 x 103
Limestore
50-4 x 102
maka nilai resistivitas yang diperoleh :
dengan : 2πa adalah
Resistivitas batuan adalah karakteristik batuan untuk
menghantarkan arus listrik bila dialirkan di dalamnya.
Berdasarkan resistivitas, batuan digolongkan atas :
1. Konduktor baik
: 10-6 ≤ ρ ≤ 1 Ωm
2. Konduktor buruk : 1< ρ ≤107 Ωm
3. Isolator
: ρ > 107 Ωm[3]
Nilai resistivitas yang terukur merupakan nilai resistivitas
semu (apparent resistivity). Disebut resistivitas semu
karena resistivitas yang terhitung merupakan gabungan
dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang
dilalui arus listrik, dan bergantung pada jarak elektroda.
Metode geolistrik tahanan jenis yang dipakai adalah
konfigurasi Wenner. Pengukuran dengan konfigurasi ini
menggunakan empat elektroda, masing-masing 2
elektroda arus dan 2 elektroda potensial (gambar 1).
faktor geometrik konfigurasi
wenner. Sehingga K pada persamaan (1) adalah 2πa
[6,3].
B. Lava Beku Gunung Gamalama
Bentuk lava beku sebagai hasil erupsi dari gunungapi
Gamalama dapat di lihat pada gambar 2. Gambar 2a
merupakan lava beku yang sudah berbatasan dengan laut.
Lava beku ini merupakan aliran lahar terakhir pada saat
terjadi letusan gunungapi. Gambar 2b adalah lava beku
yang tidak berbatasan dengan laut.
I
V
(a)
M
A
a
B
N
a
a
Gambar 1. Konfigurasi elektroda Wenner.
A, B adalah elektroda arus dan M, N adalah elektroda
potensial. Pada konfigurasi ini AM = MN = NB = a
sehingga tahanan jenis semu dapat dirumuskan sebagai
dengan ρ merupakan tahanan jenis semu (apparent
resistivity). ∆V merupakan potensial yang terukur antara
elektroda P1 dan P2, I merupakan arus listrik yang
terukur antara elektroda C1 dan C2 serta K adalah faktor
geometrik konfigurasi elektroda.
Pada konfigurasi ini arus diinjeksikan melalui
elektroda A dan B. Sedangkan beda potensial diukur
(b)
Gambar 2. Batu Angus yang merupakan batuan beku
yang terbentuk akibat lava yang membeku.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode Geolistrik di
daerah utara kota Ternate, dimaksudkan untuk
mengetahui nilai resistivitas lava beku gunungapi
Gamalama, dengan menggunakan
seperangkat alat
Geolistrik Ares, yang meliputi elektroda, kabel
penghubung, aki, palu, dan laptop. Geolistrik Ares
memiliki spesifikasi multi elektroda untuk 2D bisa
sampai ke 200 elektroda sedangkan untuk 3D bisa sampai
1000 elektroda dengan panjang maksimun kabel 10 km.
Geolistrik Ares bisa digunakan untuk bidang eksplorasi
seperti mangan, pencarian akuifer, dll. Geolistrik Ares
mendukung metode 2D/3D-multi elektroda, VES
(vertical electrical sounding, RP (resistivity profilling),
SP (potensial diri), IP (Induce polarisasi).
Metdoe ini bisa untuk semua konfigurasi. Aki sebagai
sumber arus dengan tegangan 12 Volt. Konfigurasi
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
310
Fatma Hamid, Yudhiakto Pramudya, Moh. Toifur / Penentuan Nilai Resistivitas Lava Beku Gunung Gamalama dengan
Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner
Wenner secara otomatis diatur oleh alat Resistivitimeter
multi elektroda Ares. Data yang diperoleh dilapangan
adalah nilai potensial dan arus yang terbaca pada
Resistivitimeter. Kedua data inilah yang diolah sehingga
diperoleh nilai resistivitas dari pengukuran dilapangan
berdasarkan persamaan (6).
Data tersebut diolah kembali menggunakan software
Res2Dinv untuk diinversi dalam bentuk penampang 2D
dari masing-masing pengukuran. Hasil dari inversi
tersebut akan menunjukkan nilai resistivitas. Nilai
resistivitas berdasarkan citra warna yang dihasilkan oleh
gambar 2D. Setelah proses interpretasi dilakukan, masih
terdapat data-data yang dianggap tidak baik, sehingga
perlu dilakukan iterasi kembali (pengulangan). Iterasi
dapat dilakukan berkali-kali sesuai dengan kebutuhan
pada saat pengolahan data.
Gambar 3a dan 3b adalah rangkaian pada saat
pengambilan data. Alat Geolistrik Ares ini bekerja secara
otomatis. Proses pengambilan data yaitu dengan cara
menginjeksikan arus kedalam bumi dengan 24 elektroda
dengan bentangan kabel sepanjang 240 m. Bentangan
kabel dan elektroda yang sudah dirangkai selanjutnya
dialiri arus dalam hal ini Aki sebagai sumber arus dan
dihubungkan dengan Resistivitimer. Setelah proses
rangkaian selesai, Resistivitimeter Ares di hidupkan
untuk mengecek apakah semua elektroda sudah
terhubung atau belum. Jika ada elektrodanya tidak
terhubung, maka ada informasi di layar resisvitimeter
Ares. Sehingga perlu dilakukan pengecekan kembali pada
elektroda yang sudah di tancapkan kedalam bumi, sampai
semua elektroda teraliri arus dengan baik. Sehingga
diperoleh informasi dari layar Resistivitimer berupa arus,
tegangan, dan resistivitas semu.
konfigurasi Wenner di daerah tumpahan lahar (gambar
4).
Pengukuran 2
U
Pengukuran 1
googlemaps.com
Gambar 4. Lokasi penelitian.
Jarak antar elektroda maksimum yang dimungkinkan
alat yakni 5 m. Total bentangan kabel adalah 240 m.
Hasil inversi 2D dengan iterasi di atas 5 kali terlihat pada
gambar 5 dan 7.
Gambar 5 untuk pengukuran 1, dapat di lihat bahwa
nilai resistivitas lava beku antara 1710 Ωm – 55873 Ωm
dengan kedalaman antara 1,25 m - 15,9 m. Sedangkan
pada kedalaman di bawah 15,9 m lebih sudah terdapat
batas kontak sedimen pasir. Untuk jelasnya dapat dilihat
pada citra warna pada gambar 6.
Gambar 5. Model Inversi resistivitas 2D.
Sedimen
Lava Beku
Gambar 3a. Alat Geolistrik Ares.
Gambar 6. Nilai resistivitas berdasar citra warna.
Gambar 3b. Rangkaian peralatan pengambilan data.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran geolistrik dilakukan pada beberapa
bentangan yang mencakupi area tumpahan lahar Lokasi
pengukuran geolistrik tahanan jenis 2D dengan
Gambar 7. Model inverse resistivitas 2D.
Fatma Hamid, Yudhiakto Pramudya, Moh. Toifur / Penentuan Nilai Resistivitas Lava Beku Gunung Gamalama dengan
Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner
Pada
pengukuran ke 2 ini, daerah pengukuran
merupakan batas antara lava beku dengan batu pasir
(colluvial). Kabel Ares melewati perbatasan sehingga
nampak pada gambar 7, terlihat batas lava beku
(elektroda 11). Nilai resistivitas antara 3,11 Ωm - 415
Ωm merupakan colluvial dengan perselingan tanah dan
nilai resistivitas antara 1411 Ωm -16314 Ωm merupakan
lava beku atau batuan beku., dengan kedalaman hingga
20 m.
Dari hasil pengukuran di atas secara umum dapat
dilihat bahwa lava beku (basaltik) memiliki nilai
resistivitas tinggi dan memiliki kedalaman hingga 20
meter. Hanya saja pada kedalaman ini, sudah terlihat
penurunan nilai resistivitas lava beku. Ini menandakan
sudah terjadi pelapukan batuan menuju batuan sedimen,
yang berupa batu pasir yang merupakan batas kontak.
Tabel 2. Hasil interpretasi nilai resistivitas dan kedalaman lava.
Lokasi
Pengukuran
I
Pengukuran
2
Kedalaman
(m)
Resistvitas
(Ω.m)
Perkiraan
Litologi
1,25-15,9
1710-55873
16-20
65-424
lava beku
Batu pasir
basah
1,25-20
1411-16304
Lava beku
9,26-15,9
122-475
15,9-20
3,11-36,9
Batu pasir
Batu pasir
basah
311
PUSTAKA
[1] Magetsari, Noer Aziz., dkk. Geologi Fisik.
Bandung:ITB, 2006.
[2] W.M. Telford, L.P., Geldart, dan R. Sheriff, Applied
Geophysics. New York, USA: Cambridge University
Press Geofisika non seismic. Laboratorium Geofisika
FMIPA UGM, 1990.
[3] S.U. Nadliroh, Khumaedi, Supriyadi. Pemodelan Fisis
Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Fosfat
dalam Batuan Gamping. Indonesian Journal of
Applied Physics, Vol.2, No.2, 2012, halaman 83.
[4] H.A. Mahfi dan Sismanto. Metode Resistivitas
Sounding Panduan praktikum Lapangan Geofisika
non seismik. Laboratorium
Geofisika
FMIPA
UGM, 1989.
[5] M.H. Loke, Electrical Imaging Surveys for
Environmental and Engineering Studies: A practical
quide to 2-D and 3-D surveys. Malaysia: Penang,
1999.
[6] Waluyo, Metode Panduan Workshop Eksplorasi
Geofisika (Teori dan Aplikasi). Metode Geolitrik
Laboratorium Geofisika FMIPA.UGM, 2001.
V. KESIMPULAN
Nilai resistivitas lava beku/batuan beku sangat tinggi
bila dibandingkan dengan sedimen pasir yang berada di
bawahnya. Kedalaman lapisan batuan beku mencapai
hingga 20 m untuk pengukuran ke 2 dengan nilai
resistivitas antara 1411 Ωm-16314 Ωm. Sedangkan pada
pengukuran ke 1 nilai resistvitas lava beku antara 1710
Ωm-55873 Ωm. Hasil penelitian ini sesuai dengan nilai
resistivitas lava beku (Basalt). Hasil ini juga dapat
memberikan informasi bahwa lava beku merupakan
konduktor yang buruk.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN : 0853-0823
Download