pengenalan teknologi informasi dan komunikasi menggunakan

advertisement
Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013
PENGENALAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
EXAMPLE DAN NON EXAMPLE
Sandra Jamu Kuryanti
AMIK BSI Bogor
Jalan Merdeka No. 168 Bogor, Jawa Barat
Email : [email protected]
ABSTRACT
Teaching learning process has been completed in the classroom in general can make you feel
bored when learning students performed memorable too procedural, due process of learning and
teaching under the control of one teacher, students can only listen to without being able to create
your own. Learning methods such as these led to disinterest students to read course material,
moreover, in appropriate teaching methods used in teaching and learning. Model example non
example is one example of a model in teaching methods. Example non example model used with
the aim to enable students to gain an understanding of the concept is more in depth analysis and
more complex, so that students can engage in a process of discovery which will encourage them
to build the concept of progressively through the experience of the example non example and
students can explore the characteristics of a concept by considering the non example is possible
there are some parts which is a character of the concept which has been described in the example.
The purpose of the example model of non example is that the students gain an understanding of the
concept is more in depth analysis and more complex, so that students engage in a discovery
process that will encourage them to build a progressive concept through example and experience
of non example and for students to explore the characteristics from a concept by considering the
non example is possible there are some parts which is a character of the concept which has been
described in the example.
Keywords: Information Technology, Communication, Example Non Example Models,
I PENDAHULUAN
Kehadiran teknologi informasi dan
komunikasi yang sangat pesat saat ini
membawa dampak luar biasa terhadap
perubahan paradigma dan inovasi dalam proses
pembelajaran. Situasi pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi untuk
peserta belajar dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah :
a. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai
b. Metode pembelajaran yang digunakan
c. Materi pelajaran yang akan diajarkan
d. Tersedianya sumber belajar yang tersedia.
Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah
untuk memberi kesadaran terhadap penguasaan
materi pelajaran yang ditopang oleh
penguasaan
teknologi
informasi
dan
komunikasi.
Setiap jenis pendidikan, baik itu yang
bersifat keterampilan, penumbuhan sikap,
maupun yang hanya menitikberatkan pada
aspek pengetahuan saja senantiasa memerlukan
situasi pendidikan yang khusus. Situasi khusus
ini dapat diartikan sebagai keadaan/ langkah
awal yang fleksibel terhadap tujuan yang
hendak dicapai dalam rangka meningkatkan
efisiensi dalam penyediaan sarana dan
prasarana dalam berlangsungnya proses
pembelajaran.
Proses belajar mengajar yang terlaksana
di dalam
kelas pada umumnya dapat
menimbulkan rasa bosan pada siswa ketika
pembelajaran yang dilaksanakan berkesan
terlalu prosedural. Artinya seorang pengajar
melaksanakan pengajaran secara sistematis,
sementara keadaan seperti ini umumnya tidak
diinginkan siswa. Disamping itu, perangkat
43
Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013
pengajaran dalam hal ini buku-buku yang
diberikan sebagai materi pengajaran kepada
siswa mengandung materi yang terlalu padat,
sehingga dapat menyebabkan ketidaktertarikan
siswa untuk membaca materi pelajaran
tersebut, terlebih lagi metode pengajaran yang
tidak tepat digunakan dalam proses belajar
mengajar.
Jika kondisi pembelajaran dalam kelas
sebagaimana uraian di atas, maka pengajar ada
baiknya melakukan upaya untuk mengubah
metode pengajaran yang digunakan, karena
bukan tidak mungkin keadaan belajar siswa
sebagaimana uraian di atas salah satunya
disebabkan karena metode pengajaran yang
tidak sesuai dengan keinginan dan keadaan
belajar siswa dalam kelas.
Peran pengajar yang diharapkan dalam
proses pengajaran harus dirubah menjadi
proses
pembelajaran,
dimana
proses
pembelajarannya yang terpusat kepada siswa.
Pengajar yang semula bertugas mengajar
menjadi fasilisator, motivator dan sekaligus
moderator. Pengajar perlu menerapkan strategi
pengajaran dengan pendekatan tertentu dan
menggunakan media pembelajaran untuk
memotivasi
para
siswa
agar
tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
Hal ini merupakan implementasi dari teori
taksonomi bloom ( Sutrisno : 2011 : 39) yang
mengemukakan tiga faktor utama yang
mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
a. Tipe hasil belajar bidang kognitif, yang
terdiri dari :
1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan
(knowledge)
Cakupan dalam pengetahuan hafalan
termasuk pula pengetahuan yang
sifatnya
faktual,
di
samping
pengetahuan yang mengenai hal-hal
yang perlu diingat kembali. Dari sudut
respon belajar siswa pengetahuan itu
perlu dihafal, diingat, agar dapat
dikuasai dengan baik. Ada beberapa
cara
untuk
dapat
menguasai/
menghafal, misalnya dibaca berulangulang menggunakan teknik mengingat
(memo teknik) atau lazim dikenal
dengan ”jembatan keledai”.
2. Tipe
hasil
belajar
pemahaman
(comprehention)
Tipe hasil belajar pemahaman lebih
tinggi satu tingkat dati tipe hasil belajar
pengetahuan hafalan. Pemahaman
memerlukan kemampuan menangkap
makna atau arti dari sesuatu konsep.
44
3.
4.
5.
6.
Ada tiga macam pemahaman yang
berlaku umum; pertama pemahaman
terjemahan,
yakni
kesanggupan
memahami makna yang terkandung di
dalamnya.
Kedua
pemahaman
penafsiran, misalnya memahami grafik,
menghubungkan dua konsep yang
berbeda, membedakan yang pokok dan
yang bukan pokok. Ketiga pemahaman
ekstrapolasi,
yakni
kesanggupan
melihat dibalik yang tertulis, tersirat
dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau
memperluas wawasan.
Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Aplikasi
adalah
kesanggupan
menerapkan, dan mengabstaksi suatu
konsep, ide, rumus, hukum dalam
situasi
baru.
Aplikasi
bukan
keterampilan motorik tapi lebih banyak
keterampilan mental.
Tipe hasil belajar analisis
Analisis
adalah
kesanggupan
memecah, mengurai suatu integritas
(kesatuan yang utuh) menjadi unsurunsur atau bagian-bagian yang
mempunyai arti, atau mempunyai
tingkatan/ hirarki. Analisis merupakan
tipe hasil belajar yang kompleks, yang
memanfaatkan unsur tipe hasil belajar
sebelumnya,
yakni
pengetahuan,
pemahaman, aplikasi. Analisis sangat
diperlukan bagi para siswa sekolah.
Tipe hasil belajar sintesis
Sintesis adalah lawan analisis. Bila
pada
analisis
tekanan
pada
kesanggupan
menguraikan
suatu
integritas menjadi bagian yang
bermakna, pada sintesis adalah
kesanggupan menyatukan unsur atau
bagian menjadi suatu integritas.
Sintesis memerlukan kemampuan
hafalan, pemahaman, aplikasi dan
analisis. Pada berpikir sintesis adalah
berpikir divergent sedangkan berpikir
analisis adalah berpikir konvergent.
Dengan sintesis dan analisis maka
berpikir kreatif untuk menemukan
sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih
mudah dikembangkan.
Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi
adalah
kesanggupan
memberikan keputusan tentang nilai
sesuatu berdasarkan judgment yang
dimilikinya,
dan
kriteria
yang
dipakainya. Dalam tipe hasil belajar
evaluasi, tekanan pada pertimbangan
Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013
sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya,
tepat tidaknya, dengan menggunakan
kriteria tertentu.
b. Tipe hasil belajar bidang afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap
dan nilai. Hasil belajar bidang afektif
kurang mendapat perhatian dari guru. Para
guru lebih banyak memberi tekanan pada
bidang kognitif semata-mata. Tipe hasil
belajar afektif tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku seperti atensi/
perhatian terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan
teman sekelas, kebiasaan belajar, dan lainlain. Sekalipun bahan pelajaran berisi
bidang kognitif, namun bidang afektif
harus menjadi bagian integral dari bahan
tersebut, dan harus nampak dalam proses
belajar dan hasil belajar yang dicapai
siswa.
Ada beberapa tingkatan bidang afektif
sebagai tujuan dan tipe hasil belajar :
1. Recceiving/ attending, yakni semacam
kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulasi) dari luar yang datang pada
siswa, baik dalam bentuk masalah
situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima
stimulus, kontrol dan seleksi gejala
atau ransangan dari luar.
2. Responding atau jawaban. Yakni
reaksi yang diberikan seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari
luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan
reaksi, perasaan, kepuasan dalam
menjawab stimulus dari luar yang
datang kepada dirinya.
3. Valuing (penilaian), yakni berkenaan
dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus tadi. Dalam
evaluasi ini termasuk di dalamnya
kesediaan menerima nilai, latar
belakang atau pengalaman untuk
menerima nilai, dan kesepakatan
terhadap nilai tersebut.
4. Organisasi, yakni pengembangan nilai
ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu
nilai dengan nilai lain dan kemantapan,
dan prioritas nilai yang telah
dimilikinya. Yang termasuk dalam
organisasi ialah konsep tentang nilai,
organisasi dari pada sistem nilai.
5. Karakteristik nilai atau internalisasi
nilai yakni keterpaduan dari semua
sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Di
sini termasuk keseluruhan nilai dan
karakteristiknya
c. Tipe hasil belajar bidang psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor tampak
dalam bentuk keterampilan (skill),
kemampuan bertindak individu. Ada 6
tingkatan keterampilan, yakni:
1. Gerakan refleks (keterampilan pada
gerakan yang tidak sadar).
2. Keterampilan pada gerakan-gerakan
dasar.
3. Kemampuan perseptual termasuk di
dalamnya
membedakan
visual,
membedakan auditif motorik dan lainlain.
4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya
kekuatan, keharmonisan, ketepatan.
5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari
keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.
6. Kemampuan yang berkenan dengan
non decursive komunikasi seperti
gerakan ekspresif, interpretatif.
7. Berdasarkan kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil belajar fisika berupa penilaian
kelas yang diperoleh dalam bentuk skor
setelah diberi tes akhir.
Dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi
dan pemrosesan
informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi
adanya interaksi antara kondisi internal dan
kondisi eksternal individu.
Kondisi internal adalah keadaan dalam
diri individu yang diperlukan untuk mencapai
hasil belajar. Sedangkan kondisi eksternal
adalah ransangan dari lingkungan yang
mempengaruhi
individu
dalam
proses
pembelajaran. Oleh karena itu sewajarnya
seorang pengajar haruslah dapat menciptakan
45
Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013
kegiatan pembelajaran dengan menciptakan
suasana dan gaya belajar yang dapat
mendukung siswa.
Model example non example merupakan
salah satu model dari metode pembelajaran.
Example Non example adalah taktik yang dapat
digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan
siswa secara cepat dengan menggunakan dua
hal yang terdiri dari example dan non-example
dari suatu definisi konsep yang ada, dan
meminta siswa untuk mengklasifikasikan
keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu
yang menjadi contoh akan suatu materi yang
sedang dibahas, sedangkan non example
memberikan gambaran akan sesuatu yang
bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang
dibahas (Hamzah, 2005:113).
Tujuan dari model example non example
adalah :
a. Agar siswa mendapatkan pemahaman
konsepnya dari hasil analisa lebih
mendalam dan lebih kompleks.
b. Agar siswa terlibat dalam satu proses
discovery (penemuan) yang nantinya
mendorong mereka untuk membangun
konsep
secara
progresif
melalui
pengalaman dari example dan non example
c. Agar siswa dapat
mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan
mempertimbangkan bagian non example
yang dimungkinkan masih terdapat
beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan
pada bagian example.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu perilaku pada saat
orang belajar maka responnya menjadi lebih
baik, sehingga dengan belajar maka orang akan
mengalami perubahan tingkah laku (Skinner :
2002:9).
Sedangkan belajar menurut Slameto
(2003:2) merupakan perubahan tingkah laku
sebagai
hasil
dari
interaksi
dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan sesorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
46
proses dimana didalamnya terjadi interaksi
antara siswa dengan lingkungannya yang
mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku.
Tujuan dari belajar itu sendiri menurut
(Sutrisno : 2011 : 39) adalah untuk
memperoleh pengetahuan dengan suatu cara
yang dapat melahirkan kemampuan intelektual,
merangsang keingintahuan, dan memotivasi
siswa.
Oleh karena itu kegiatan pembelajaran
yang
berkualitas
dipengaruhi
strategi
pembelajaran
yang
digunakan.
Untuk
mendukung hal ini pengajar berperan sebagai
fasilitator yang harus mampu merencanakan
pembelajaran sedemikian rupa sehingga
seluruh potensi siswa terpenuhi.
2.2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa yang
dalam pembelajaran tersebut terdapat proses
penerimaan informasi atau pemrosesan
informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar (Sutrisno: 2011: 40). Sedangkan
menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Proses pembelajaran haruslah terdiri dari
adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan
proses belajar siswa. Sedangkan komponenkomponen dalam pembelajaran adalah tujuan,
materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.
Dalam pembelajaran informasi yang diterima,
kemudian diproses, yang pada akhirnya
informasi yang telah diproses tersebut akan
menghasilkan keluaran berupa hasil belajar.
Hasil belajar itu sendiri merupakan
kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar. Hasil belajar
tersebut dipengaruhi oleh faktor yang bersifat
internal atau eksternal. Perubahan yang terjadi
pada siswa biasanya dapat dilihat dengan
bertambah baiknya atau meningkatnya
kemampuan yang dicapainya.
2.3. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran adalah untuk tujuan
pendidikan nasional. Tujuan pendidikan
nasional menurut UU RI No 2 tahun 1989 pasal
4 tentang sistem pendidikan nasional berbunyi
pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Setiap pengajar perlu memahami dan
terampil dalam merumuskan tujuan dari
pembelajaran, karena rumusan tujuan yang
jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi
efektivitas keberhasilan proses pembelajaran,
pembelajaran dikatakan berhasil manakala
siswa dapat mencapai tujuan secara optimal.
Keberhasilan pencapaian tujuan merupakan
indikator
keberhasilan
pengajar
dalam
merancang
dan
melaksanakan
proses
pembelajaran.
Tujuan
pembelajaran
juga
dapat
digunakan sebagai pedoman dan panduan
kegiatan belajar siswa dalam melaksanakan
aktivitas belajarnya. Tujuan pembelajaran
membantu
dalam
mendesain
sistem
pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang
jelas dapat membantu pengajar dalam
menentukan
materi
pelajaran,
metode
pembelajaran, strategi pembelajaran, alat,
media dan sumber belajar, serta dalam
menentukan dan merancang alat evaluasi untuk
melihat keberhasilan dari proses belajar siswa.
2.4. Pengertian Model Example Non
Example
Model example non example adalah taktik
yang dapat digunakan untuk mengajarkan
definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk
mempersiapkan siswa secara cepat dengan
menggunakan dua hal yang terdiri dari example
dan non example dari suatu definisi konsep
yang ada, dan meminta siswa untuk
mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan
konsep yang ada. Example memberikan
gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh
akan suatu materi yang sedang dibahas,
sedangkan non example memberikan gambaran
akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu
materi yang sedang dibahas (Hamzah,
2005:113).
Model example non example perlu
dilakukan karena suatu definisi konsep adalah
suatu konsep yang diketahui secara primer
hanya dari segi definisinya daripada dari sifat
fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa
terhadap example dan non example diharapkan
akan dapat mendorong siswa untuk menuju
pemahaman yang lebih dalam mengenai materi
yang ada.
Model pembelajaran example non
example menggunakan gambar sebagai media
pembelajarannya. Penggunaan gambar ini
disusun dan dirancang agar siswa dapat
menganalisis sebuah gambar dan siswa tersebut
dapat menjelaskan makna yang terkandung
dalam gambar tersebut.
Strategi yang diterapkan dari metode ini
bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara
cepat dengan menggunakan dua hal yang
terdiri dari example dan non example dari suatu
definisi konsep yang ada, dan meminta siswa
untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai
dengan konsep yang ada.
2.5. Keuntungan Model Example Non
Example
Menurut buehl (Depdiknas, 2007:219)
mengemukakan keuntungan menggunakan
model example non example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang
selanjutnya digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih
mendalam dan lebih kompleks.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery
(penemuan), yang mendorong mereka
untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari example dan non
example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan
untuk mengeksplorasi karakteristik dari
suatu konsep dengan mempertimbangkan
bagian non example yang dimungkinkan
masih terdapat beberapa bagian yang
merupakan suatu karakter dari konsep yang
telah dipaparkan pada bagian example.
Tennyson dan Pork (Slavin, 2002:56)
menyarankan bahwa jika pengajar akan
menyajikan
contoh dari suatu konsep maka
ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan,
yaitu:
1. Urutkan contoh dari yang gampang ke yang
sulit.
2. Pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama
lain.
3. Bandingkan dan bedakan contoh-contoh
dan bukan contoh.
47
Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013
4. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
model example non example akan
membantu siswa untuk membangun makna
yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah
konsep penting.
III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif, penulis melakukan kajian
terhadap beberapa sumber literature yang
terkait, seperti buku-buku dan website yang
berhubungan dengan metode pembelajaran
dengan menggunakan model example non
example. Selain itu penulis juga mengadakan
observasi ke salah satu tempat yang menjadi
objek penelitian yaitu SMPN 3 Lubuk Linggau.
IV HASIL PEMBAHASAN
4.1. Berubahnya Metode Pengajaran
Menjadi Metode Pembelajaran
Pola pembelajaran saru arah atau yang
lebih dikenal sebagai metode pengajaran
merupakan metode yang terpusat kepada
pengajar (teacher centered learning). Pola
pembelajaran seperti ini menekankan kepada
pemberian pengalaman yang dimiliki oleh
pengajar dengan cara ceramah. Penggunaan
metode ceramah yang dominan tersebut
No
1
2
3
4
menyebabkan partisipasi siswa sangat rendah,
sehingga kemajuan belajar, perhatian dan
minat siswa tidak dapat dipantau oleh pengajar.
Strateginya pun berlangsung sangat kaku dan
formal yang mengakibatkan kreativitas dari
siswa tidak tumbuh sesuai dengan yang
diharapkan bahkan cenderung bersifat pasif.
Hal inilah yang mengakibatkan hasil belajar
siswa tidak dapat optimal, karena kurangnya
aktivitas siswa selama proses pembelajaran
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
memahami suatu konsep.
Untuk
itu,
model
pengelolaan
pembelajaran yang terpusat kepada peserta
belajar atau siswa dapat dijadikan alternatif
sebuah pilihan. Dimana pengajar sebagai
fasilisator dalam rangka menunjang tumbuhnya
kreativitas siswa. Kemandirian belajar siswa
terus ditumbuhkan dan dimotivasi dengan
merubah pola interaksi pembelajaran yang
multi arah. Harapannya, dengan metode
pembelajaran dapat mendorong timbulnya
komunikasi,
kreativitas
dan
mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
oleh peserta belajar.
Berikut ini adalah tabel perbedaan antara
metode pengajaran dengan metode pengajaran:
Tabel 1. Perbedaan Antara Metode Pengajaran Dengan Metode Pengajaran
Metode Pengajaran
Metode Pembelajaran
Usaha membimbing dan mengarahkan Usaha mengelola lingkungan belajar
pengalaman belajar kepada siswa
dengan sengaja agar seseorang
membentuk diri secara positif tertentu
dalam kondisi tertentu
Berlangsung dalam situasi formal/ Guru Sebagai fasilitator
resmi
Berpusat pada pengajar
Berpusat pada peserta didik/ siswa
Arah – Tunggal/ Pengajar
Arah – Jamak/ Aneka sumber
Sumber : Sutrisno (2011:4)
Setelah melihat tabel diatas maka dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
metode
pembelajaran
dapat membuat siswa menjadi lebih kreatif,
siswa dapat berekplorasi terhadap apa-apa saja
yang ada di dalam pikirannya.
4.2. Kerangka Konsep Strategi Tindakan
Model Example Non Example
Joyce and Weil (Suratno, 2009:1) telah
memberikan kerangka konsep terkait strategi
tindakan, yang menggunakan model example
non example adalah sebagai berikut:
48
1. Menggeneralisasikan
pasangan
antara
contoh dan non contoh yang menjelaskan
beberapa dari sebagian besar karakter atau
atribut dari konsep baru. Menyajikan itu
dalam satu waktu dan meminta siswa untuk
memikirkan perbedaan apa yang terdapat
pada dua daftar tersebut. Selama siswa
memikirkan tentang tiap examples dan non
examples tersebut, tanyakanlah pada
Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013
mereka apa yang membuat kedua daftar itu
berbeda.
2. Menyiapkan examples dan non examples
tambahan, mengenai konsep yang lebih
spesifik untuk mendorong siswa mengecek
hipotesis yang telah dibuatnya sehingga
mampu memahami konsep yang baru.
3. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan
untuk
menggeneralisasikan
konsep
examples dan non examples mereka.
Setelah itu meminta tiap pasangan untuk
menginformasikan
di
kelas
untuk
mendiskusikannya secara klasikal sehingga
tiap siswa dapat memberikan umpan balik.
4. Sebagai bagian penutup, adalah meminta
siswa untuk mendeskripsikan konsep yang
telah diperoleh dengan menggunakan
karakter yang telah didapat dari examples
dan non examples.
4.3.
Langkah-Langkah
Yang
Perlu
Dilakukan Untuk Model Example Non
Example :
Dengan menggunakan model example
non
example
diharapkan
siswa
mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup,
membuat laporan ciri – ciri makhluk hidup
berdasar hasil analisa kelompok dan
membedakan ciri tumbuhan hewan dan
manusia.
Berikut urutan tahapan yang harus
dilakukan pada proses pembelajaran dengan
menggunakan model example non example,
yaitu :
1. Pengajar
menjelaskan
tujuan
dari
pembelajaran yang ingin dicapai melalui
model example non example
2. Pengajar mempersiapkan gambar-gambar
yang
diperlukan
untuk
metode
pembelajaran dengan menggunakan model
example non example
3. Pengajar menempelkan gambar-gambar
tersebut di papan tulis atau ditayangkan
lewat OHP.
4. Pengajar menjelaskan materi yang akan
dianalisa oleh siswa
5. Pengajar memberikan petunjuk/ cara dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan / menganalisa gambar
6. Pengajar membuat kelompok untuk
melakukan
diskusi
untuk
untuk
memperhatikan/ menganalisa gambar yang
terdiri dari 4 – 5 orang siswa.
7. Setelah
menganalisa
gambar-gambar
tersebut maka siswa diwajibkan mencatat
hasil analisanya dikertas.
8. Hasil analisa gambar-gambar tersebut
kemudian
dipersentasikan
dengan
menggunakan power point oleh perwakilan
masing-masing kelompok.
9. Setelah dipersentasikan maka dilakukan
proses tanya jawab
10. Berdasarkan hasil diskusi siswa, pengajar
mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai.
11. Pengajar memberikan penilaian secara
obyektif dengan cara melihat :
a) Kemampuan siswa dalam menganalisa
b) Kemampuan
siswa
dalam
mempersentasikan hasil analisa
c) Kemampuan
siswa
dalam
menyampaikan pendapat
d) Kemampuan siswa dalam memberikan
argument/ beradu argumen
e) Kemampuan menggunakan bahasa
yang baik
f) Kelancaran berbicara.
g) Kekompakan dalam menganalisa
secara berkelompok
12. Pengajar memberikan kesimpulan diakhir
pembelajaran.
4.4. Pengenalan TIK dengan Model Example
Non Example
Teknologi informasi dan komunikasi
merupakan teknologi yang digunakan untuk
pengolahan data, seperti pemrosesan data,
penyusunan
data,
penyimpanan
data,
pemanipulasian data agar menghasilkan
informasi yang berkualitas, yaitu informasi
yang akurat, relevan, dan tepat waktu, serta
merupakan informasi yang strategis untuk
pengambilan keputusan.
Melalui metode example dan non
example, teknologi informasi dan komunikasi
dikenalkan dengan cara :
1. Penjelasan tentang pengenalan TIK dan
manfaat
dari
TIK
untuk
proses
pembelajaran; dan
2. Pengenalan komponen dari TIK dalam
bentuk visual agar siswa lebih mudah
memahaminya biasanya berupa gambar.
49
Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013
Gambar 1. Visual untul Example Model
3. Selanjutnya dengan menggunakan gambargambar visual TIK dilakukan analisa secara
berkelompok oleh siswa dan kemudian
dipersentasikan dan didiskusikan.
Metode seperti ini tingkat pengetahuan
serta pemahaman siswa terhadap teknologi
informasi dan komunikasi dapat meningkat,
dan siswa dapat mengekpresikan dalam
bentuk tulisan sesuai dengan contoh yang
nyata.
Model
example
non
example
merupakan salah satu contoh model dalam
metode pembelajaran. Model example non
example dipergunakan dengan tujuan agar
siswa mendapatkan pemahaman konsepnya
dari hasil analisa lebih mendalam dan lebih
kompleks, agar siswa dapat terlibat dalam satu
proses discovery (penemuan) yang nantinya
mendorong mereka untuk membangun konsep
secara progresif melalui pengalaman dari
example non example dan agar siswa dapat
mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep
dengan mempertimbangkan bagian non
example yang dimungkinkan masih terdapat
beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan
pada bagian example. Dengan memusatkan
perhatian siswa terhadap example dan non
example diharapkan akan dapat mendorong
siswa untuk menuju pemahaman yang lebih
dalam mengenai materi yang ada.
V. PENUTUP
Pendidikan mempunyai peran yang sangat
penting dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dalam upaya mewujudkan citacita bangsa Indonesia untuk mewujudkan
50
kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Setiap jenis pendidikan, baik itu yang
bersifat keterampilan, penumbuhan sikap,
maupun yang hanya menitikberatkan pada
aspek pengetahuan senantiasa memerlukan
situasi pendidikan yang khusus. Situasi khusus
ini merupakan keadaan awal yang fleksibel
terhadap tujuan yang hendak dicapai dalam
rangka
meningkatkan
efisiensi
dalam
penyediaan sarana dan prasarana dalam
berlangsungnya proses belajar mengajar di
dalam kelas.
Proses belajar mengajar yang terlaksana
di dalam
kelas pada umumnya dapat
menimbulkan rasa bosan pada siswa ketika
pembelajaran yang dilaksanakan berkesan
terlalu prosedural. Dimana seorang pengajar
menjelaskan materi didepan, sedangkan siswa
mendengarkan
penjelasan
materi
dari
pengajarnya. Proses belajar mengajar seperti
ini sering disebut sebagai metode pembelajaran
satu arah atau yang lebih dikenal sebagai
metode pengajaran. Hal ini menjadikan proses
belajar mengajar menjadi sangat kaku dan
formal yang mengakibatkan kreativitas dari
siswa tidak tumbuh sesuai dengan yang
diharapkan bahkan cenderung bersifat pasif.
Hal inilah yang mengakibatkan hasil belajar
siswa tidak dapat optimal, karena kurangnya
aktivitas siswa selama proses pembelajaran
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
memahami suatu konsep.
Proses belajar seperti ini menjadi salah
satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar
sehingga menyebabkan menurunnya mutu
pendidikan, karena banyak siswa yang
sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi
Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013
yang tidak lebih baik dari siswa yang
sebenarnya kurang pandai tetapi mampu
meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai
cara belajar yang baik.
Oleh karena itu perlu adanya pembenahan
dalam proses belajar mengajar tersebut, yaitu
dengan cara aktivitas pembelajaran bersama,
aktivitas pembelajaran bersama ini dapat
membantu mendorong pembelajaran aktif.
Pembelajaran aktif ini ditandai dengan siswa
yang berusaha mencari, menjelajahi sesuatu
yang ada dalam lingkungan, mengajukan
pertanyaan, mencari informasi baru untuk
memecahkan masalah, atau mencari cara kerja
untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Direktorat Tanaga Kependidikan. 2007. Materi
Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pembelajaran untuk SMK.
Hamzah, B. 2009. Model Pembelajaran.
Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi
Aksara.
Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning
Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif
Merancang Program Pendidikan dan
Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani
Astuti. Bandung: Kaifa.
Slamet. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, E. Robert. 2002. Cooperaive Laearning
(Teori, Riset dan Praktik). Cetakan ke-III.
Bandung: Nusa Media.
Suratno. 2009. Profesionalisme Guru dan
Hubungannya dengan Prestasi Belajar
Siswa di MTS Al – Jami’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Jakarta: Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Online.
http://www.wordpress.com/html. Diakses
tanggal 14 November 2010.
Sutrisno. 2011. Pengantar Pembelajaran
Inovatif. Jakarta: Gaung Persada (GP)
Press.
Undang-Undang Republik Indonesia. 1989.
UU RI No 2 tahun 1989 pasal 4.
Jakarta.
Qolbu Berbisik.2011. Materi Biologi SMP.
Diambil
dari
:
http://chobynet.wordpress.com/belajarbiologi/materi-biologi-smp
2009. (28
September
2011)
51
Download