Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013 PENGENALAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE DAN NON EXAMPLE Sandra Jamu Kuryanti AMIK BSI Bogor Jalan Merdeka No. 168 Bogor, Jawa Barat Email : [email protected] ABSTRACT Teaching learning process has been completed in the classroom in general can make you feel bored when learning students performed memorable too procedural, due process of learning and teaching under the control of one teacher, students can only listen to without being able to create your own. Learning methods such as these led to disinterest students to read course material, moreover, in appropriate teaching methods used in teaching and learning. Model example non example is one example of a model in teaching methods. Example non example model used with the aim to enable students to gain an understanding of the concept is more in depth analysis and more complex, so that students can engage in a process of discovery which will encourage them to build the concept of progressively through the experience of the example non example and students can explore the characteristics of a concept by considering the non example is possible there are some parts which is a character of the concept which has been described in the example. The purpose of the example model of non example is that the students gain an understanding of the concept is more in depth analysis and more complex, so that students engage in a discovery process that will encourage them to build a progressive concept through example and experience of non example and for students to explore the characteristics from a concept by considering the non example is possible there are some parts which is a character of the concept which has been described in the example. Keywords: Information Technology, Communication, Example Non Example Models, I PENDAHULUAN Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat saat ini membawa dampak luar biasa terhadap perubahan paradigma dan inovasi dalam proses pembelajaran. Situasi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk peserta belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : a. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai b. Metode pembelajaran yang digunakan c. Materi pelajaran yang akan diajarkan d. Tersedianya sumber belajar yang tersedia. Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah untuk memberi kesadaran terhadap penguasaan materi pelajaran yang ditopang oleh penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Setiap jenis pendidikan, baik itu yang bersifat keterampilan, penumbuhan sikap, maupun yang hanya menitikberatkan pada aspek pengetahuan saja senantiasa memerlukan situasi pendidikan yang khusus. Situasi khusus ini dapat diartikan sebagai keadaan/ langkah awal yang fleksibel terhadap tujuan yang hendak dicapai dalam rangka meningkatkan efisiensi dalam penyediaan sarana dan prasarana dalam berlangsungnya proses pembelajaran. Proses belajar mengajar yang terlaksana di dalam kelas pada umumnya dapat menimbulkan rasa bosan pada siswa ketika pembelajaran yang dilaksanakan berkesan terlalu prosedural. Artinya seorang pengajar melaksanakan pengajaran secara sistematis, sementara keadaan seperti ini umumnya tidak diinginkan siswa. Disamping itu, perangkat 43 Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013 pengajaran dalam hal ini buku-buku yang diberikan sebagai materi pengajaran kepada siswa mengandung materi yang terlalu padat, sehingga dapat menyebabkan ketidaktertarikan siswa untuk membaca materi pelajaran tersebut, terlebih lagi metode pengajaran yang tidak tepat digunakan dalam proses belajar mengajar. Jika kondisi pembelajaran dalam kelas sebagaimana uraian di atas, maka pengajar ada baiknya melakukan upaya untuk mengubah metode pengajaran yang digunakan, karena bukan tidak mungkin keadaan belajar siswa sebagaimana uraian di atas salah satunya disebabkan karena metode pengajaran yang tidak sesuai dengan keinginan dan keadaan belajar siswa dalam kelas. Peran pengajar yang diharapkan dalam proses pengajaran harus dirubah menjadi proses pembelajaran, dimana proses pembelajarannya yang terpusat kepada siswa. Pengajar yang semula bertugas mengajar menjadi fasilisator, motivator dan sekaligus moderator. Pengajar perlu menerapkan strategi pengajaran dengan pendekatan tertentu dan menggunakan media pembelajaran untuk memotivasi para siswa agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Hal ini merupakan implementasi dari teori taksonomi bloom ( Sutrisno : 2011 : 39) yang mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu : a. Tipe hasil belajar bidang kognitif, yang terdiri dari : 1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge) Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali. Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk dapat menguasai/ menghafal, misalnya dibaca berulangulang menggunakan teknik mengingat (memo teknik) atau lazim dikenal dengan ”jembatan keledai”. 2. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention) Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dati tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. 44 3. 4. 5. 6. Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Kedua pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Ketiga pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau memperluas wawasan. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi) Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan mengabstaksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru. Aplikasi bukan keterampilan motorik tapi lebih banyak keterampilan mental. Tipe hasil belajar analisis Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsurunsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan/ hirarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi. Analisis sangat diperlukan bagi para siswa sekolah. Tipe hasil belajar sintesis Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi suatu integritas. Sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Pada berpikir sintesis adalah berpikir divergent sedangkan berpikir analisis adalah berpikir konvergent. Dengan sintesis dan analisis maka berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih mudah dikembangkan. Tipe hasil belajar evaluasi Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013 sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu. b. Tipe hasil belajar bidang afektif Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Hasil belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak memberi tekanan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti atensi/ perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan lainlain. Sekalipun bahan pelajaran berisi bidang kognitif, namun bidang afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus nampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa. Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar : 1. Recceiving/ attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau ransangan dari luar. 2. Responding atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. 3. Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. 4. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai. 5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya c. Tipe hasil belajar bidang psikomotor Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan keterampilan, yakni: 1. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. 3. Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lainlain. 4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan. 5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. 6. Kemampuan yang berkenan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif, interpretatif. 7. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika berupa penilaian kelas yang diperoleh dalam bentuk skor setelah diberi tes akhir. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi dan pemrosesan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi internal dan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar. Sedangkan kondisi eksternal adalah ransangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu sewajarnya seorang pengajar haruslah dapat menciptakan 45 Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013 kegiatan pembelajaran dengan menciptakan suasana dan gaya belajar yang dapat mendukung siswa. Model example non example merupakan salah satu model dari metode pembelajaran. Example Non example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas (Hamzah, 2005:113). Tujuan dari model example non example adalah : a. Agar siswa mendapatkan pemahaman konsepnya dari hasil analisa lebih mendalam dan lebih kompleks. b. Agar siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan) yang nantinya mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example c. Agar siswa dapat mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik, sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku (Skinner : 2002:9). Sedangkan belajar menurut Slameto (2003:2) merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu 46 proses dimana didalamnya terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku. Tujuan dari belajar itu sendiri menurut (Sutrisno : 2011 : 39) adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melahirkan kemampuan intelektual, merangsang keingintahuan, dan memotivasi siswa. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi strategi pembelajaran yang digunakan. Untuk mendukung hal ini pengajar berperan sebagai fasilitator yang harus mampu merencanakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga seluruh potensi siswa terpenuhi. 2.2. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa yang dalam pembelajaran tersebut terdapat proses penerimaan informasi atau pemrosesan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar (Sutrisno: 2011: 40). Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran haruslah terdiri dari adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponenkomponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Dalam pembelajaran informasi yang diterima, kemudian diproses, yang pada akhirnya informasi yang telah diproses tersebut akan menghasilkan keluaran berupa hasil belajar. Hasil belajar itu sendiri merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor yang bersifat internal atau eksternal. Perubahan yang terjadi pada siswa biasanya dapat dilihat dengan bertambah baiknya atau meningkatnya kemampuan yang dicapainya. 2.3. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran adalah untuk tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional menurut UU RI No 2 tahun 1989 pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional berbunyi pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013 yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Setiap pengajar perlu memahami dan terampil dalam merumuskan tujuan dari pembelajaran, karena rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran, pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan pencapaian tujuan merupakan indikator keberhasilan pengajar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa dalam melaksanakan aktivitas belajarnya. Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu pengajar dalam menentukan materi pelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan dari proses belajar siswa. 2.4. Pengertian Model Example Non Example Model example non example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari example dan non example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas (Hamzah, 2005:113). Model example non example perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. Model pembelajaran example non example menggunakan gambar sebagai media pembelajarannya. Penggunaan gambar ini disusun dan dirancang agar siswa dapat menganalisis sebuah gambar dan siswa tersebut dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam gambar tersebut. Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari example dan non example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. 2.5. Keuntungan Model Example Non Example Menurut buehl (Depdiknas, 2007:219) mengemukakan keuntungan menggunakan model example non example antara lain: 1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks. 2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example 3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example. Tennyson dan Pork (Slavin, 2002:56) menyarankan bahwa jika pengajar akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu: 1. Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit. 2. Pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain. 3. Bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh. 47 Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013 4. Berdasarkan penjelasan di atas, maka model example non example akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting. III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, penulis melakukan kajian terhadap beberapa sumber literature yang terkait, seperti buku-buku dan website yang berhubungan dengan metode pembelajaran dengan menggunakan model example non example. Selain itu penulis juga mengadakan observasi ke salah satu tempat yang menjadi objek penelitian yaitu SMPN 3 Lubuk Linggau. IV HASIL PEMBAHASAN 4.1. Berubahnya Metode Pengajaran Menjadi Metode Pembelajaran Pola pembelajaran saru arah atau yang lebih dikenal sebagai metode pengajaran merupakan metode yang terpusat kepada pengajar (teacher centered learning). Pola pembelajaran seperti ini menekankan kepada pemberian pengalaman yang dimiliki oleh pengajar dengan cara ceramah. Penggunaan metode ceramah yang dominan tersebut No 1 2 3 4 menyebabkan partisipasi siswa sangat rendah, sehingga kemajuan belajar, perhatian dan minat siswa tidak dapat dipantau oleh pengajar. Strateginya pun berlangsung sangat kaku dan formal yang mengakibatkan kreativitas dari siswa tidak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan bahkan cenderung bersifat pasif. Hal inilah yang mengakibatkan hasil belajar siswa tidak dapat optimal, karena kurangnya aktivitas siswa selama proses pembelajaran sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep. Untuk itu, model pengelolaan pembelajaran yang terpusat kepada peserta belajar atau siswa dapat dijadikan alternatif sebuah pilihan. Dimana pengajar sebagai fasilisator dalam rangka menunjang tumbuhnya kreativitas siswa. Kemandirian belajar siswa terus ditumbuhkan dan dimotivasi dengan merubah pola interaksi pembelajaran yang multi arah. Harapannya, dengan metode pembelajaran dapat mendorong timbulnya komunikasi, kreativitas dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta belajar. Berikut ini adalah tabel perbedaan antara metode pengajaran dengan metode pengajaran: Tabel 1. Perbedaan Antara Metode Pengajaran Dengan Metode Pengajaran Metode Pengajaran Metode Pembelajaran Usaha membimbing dan mengarahkan Usaha mengelola lingkungan belajar pengalaman belajar kepada siswa dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu Berlangsung dalam situasi formal/ Guru Sebagai fasilitator resmi Berpusat pada pengajar Berpusat pada peserta didik/ siswa Arah – Tunggal/ Pengajar Arah – Jamak/ Aneka sumber Sumber : Sutrisno (2011:4) Setelah melihat tabel diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran dapat membuat siswa menjadi lebih kreatif, siswa dapat berekplorasi terhadap apa-apa saja yang ada di dalam pikirannya. 4.2. Kerangka Konsep Strategi Tindakan Model Example Non Example Joyce and Weil (Suratno, 2009:1) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan model example non example adalah sebagai berikut: 48 1. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non contoh yang menjelaskan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari konsep baru. Menyajikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut. Selama siswa memikirkan tentang tiap examples dan non examples tersebut, tanyakanlah pada Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013 mereka apa yang membuat kedua daftar itu berbeda. 2. Menyiapkan examples dan non examples tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru. 3. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan konsep examples dan non examples mereka. Setelah itu meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik. 4. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat dari examples dan non examples. 4.3. Langkah-Langkah Yang Perlu Dilakukan Untuk Model Example Non Example : Dengan menggunakan model example non example diharapkan siswa mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup, membuat laporan ciri – ciri makhluk hidup berdasar hasil analisa kelompok dan membedakan ciri tumbuhan hewan dan manusia. Berikut urutan tahapan yang harus dilakukan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model example non example, yaitu : 1. Pengajar menjelaskan tujuan dari pembelajaran yang ingin dicapai melalui model example non example 2. Pengajar mempersiapkan gambar-gambar yang diperlukan untuk metode pembelajaran dengan menggunakan model example non example 3. Pengajar menempelkan gambar-gambar tersebut di papan tulis atau ditayangkan lewat OHP. 4. Pengajar menjelaskan materi yang akan dianalisa oleh siswa 5. Pengajar memberikan petunjuk/ cara dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar 6. Pengajar membuat kelompok untuk melakukan diskusi untuk untuk memperhatikan/ menganalisa gambar yang terdiri dari 4 – 5 orang siswa. 7. Setelah menganalisa gambar-gambar tersebut maka siswa diwajibkan mencatat hasil analisanya dikertas. 8. Hasil analisa gambar-gambar tersebut kemudian dipersentasikan dengan menggunakan power point oleh perwakilan masing-masing kelompok. 9. Setelah dipersentasikan maka dilakukan proses tanya jawab 10. Berdasarkan hasil diskusi siswa, pengajar mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 11. Pengajar memberikan penilaian secara obyektif dengan cara melihat : a) Kemampuan siswa dalam menganalisa b) Kemampuan siswa dalam mempersentasikan hasil analisa c) Kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat d) Kemampuan siswa dalam memberikan argument/ beradu argumen e) Kemampuan menggunakan bahasa yang baik f) Kelancaran berbicara. g) Kekompakan dalam menganalisa secara berkelompok 12. Pengajar memberikan kesimpulan diakhir pembelajaran. 4.4. Pengenalan TIK dengan Model Example Non Example Teknologi informasi dan komunikasi merupakan teknologi yang digunakan untuk pengolahan data, seperti pemrosesan data, penyusunan data, penyimpanan data, pemanipulasian data agar menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu, serta merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Melalui metode example dan non example, teknologi informasi dan komunikasi dikenalkan dengan cara : 1. Penjelasan tentang pengenalan TIK dan manfaat dari TIK untuk proses pembelajaran; dan 2. Pengenalan komponen dari TIK dalam bentuk visual agar siswa lebih mudah memahaminya biasanya berupa gambar. 49 Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013 Gambar 1. Visual untul Example Model 3. Selanjutnya dengan menggunakan gambargambar visual TIK dilakukan analisa secara berkelompok oleh siswa dan kemudian dipersentasikan dan didiskusikan. Metode seperti ini tingkat pengetahuan serta pemahaman siswa terhadap teknologi informasi dan komunikasi dapat meningkat, dan siswa dapat mengekpresikan dalam bentuk tulisan sesuai dengan contoh yang nyata. Model example non example merupakan salah satu contoh model dalam metode pembelajaran. Model example non example dipergunakan dengan tujuan agar siswa mendapatkan pemahaman konsepnya dari hasil analisa lebih mendalam dan lebih kompleks, agar siswa dapat terlibat dalam satu proses discovery (penemuan) yang nantinya mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example non example dan agar siswa dapat mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. V. PENUTUP Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam upaya mewujudkan citacita bangsa Indonesia untuk mewujudkan 50 kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Setiap jenis pendidikan, baik itu yang bersifat keterampilan, penumbuhan sikap, maupun yang hanya menitikberatkan pada aspek pengetahuan senantiasa memerlukan situasi pendidikan yang khusus. Situasi khusus ini merupakan keadaan awal yang fleksibel terhadap tujuan yang hendak dicapai dalam rangka meningkatkan efisiensi dalam penyediaan sarana dan prasarana dalam berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Proses belajar mengajar yang terlaksana di dalam kelas pada umumnya dapat menimbulkan rasa bosan pada siswa ketika pembelajaran yang dilaksanakan berkesan terlalu prosedural. Dimana seorang pengajar menjelaskan materi didepan, sedangkan siswa mendengarkan penjelasan materi dari pengajarnya. Proses belajar mengajar seperti ini sering disebut sebagai metode pembelajaran satu arah atau yang lebih dikenal sebagai metode pengajaran. Hal ini menjadikan proses belajar mengajar menjadi sangat kaku dan formal yang mengakibatkan kreativitas dari siswa tidak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan bahkan cenderung bersifat pasif. Hal inilah yang mengakibatkan hasil belajar siswa tidak dapat optimal, karena kurangnya aktivitas siswa selama proses pembelajaran sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep. Proses belajar seperti ini menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar sehingga menyebabkan menurunnya mutu pendidikan, karena banyak siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi Widya Cipta,Vol. V, No. 1 Maret 2013 yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik. Oleh karena itu perlu adanya pembenahan dalam proses belajar mengajar tersebut, yaitu dengan cara aktivitas pembelajaran bersama, aktivitas pembelajaran bersama ini dapat membantu mendorong pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif ini ditandai dengan siswa yang berusaha mencari, menjelajahi sesuatu yang ada dalam lingkungan, mengajukan pertanyaan, mencari informasi baru untuk memecahkan masalah, atau mencari cara kerja untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Direktorat Tanaga Kependidikan. 2007. Materi Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran untuk SMK. Hamzah, B. 2009. Model Pembelajaran. Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa. Slamet. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, E. Robert. 2002. Cooperaive Laearning (Teori, Riset dan Praktik). Cetakan ke-III. Bandung: Nusa Media. Suratno. 2009. Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa di MTS Al – Jami’ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Skripsi. Tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Online. http://www.wordpress.com/html. Diakses tanggal 14 November 2010. Sutrisno. 2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press. Undang-Undang Republik Indonesia. 1989. UU RI No 2 tahun 1989 pasal 4. Jakarta. Qolbu Berbisik.2011. Materi Biologi SMP. Diambil dari : http://chobynet.wordpress.com/belajarbiologi/materi-biologi-smp 2009. (28 September 2011) 51