MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN :2301-9085 IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR PROBABILISTIK SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PROBABILITAS DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN SISWA Anggraini Dyah Novitasari Jurusan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail: [email protected] Abstrak Setiap orang memiliki kemampuan berpikir yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah yang mengandung unsur ketidakpastian, khususnya laki-laki dan perempuan. Dalam bidang matematika, masalah yang mengandung unsur ketidakpastian adalah masalah probabilitas. Ketika seseorang menyelesikan masalah probabilitas maka seseorang sedang melakukan aktifitas berpikir probabilistik. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan mengidentifikasi tingkat berpikir probabilistik siswa SMP dalam menyelesaikan masalah probabilitas ditinjau dari perbedaan jenis kelamin siswa. Subjek penelitian yaitu subjek laki-laki dan subjek perempuan yang memiliki kemampuan matematika sedang dengan skor 70 dan 73 serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti terdapat perbedaan tingkat berpikir yang signifikan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menyelesaikan masalah probabilitas. Siswa laki-laki dalam berpikir probabilistik berada pada tingkat 4 atau tingkat numerik sedangkan siswa perempuan dalam berpikir probabilistik berada pada tingkat 2 atau transisional menurut kerangka kerja Jones. Perbedaan tingkat berpikir antara siswa laki-laki dan perempuan secara lebih khusus dapat terlihat ketika menyelesaikan masalah probabilitas yang berkaitan dengan ruang sampel suatu kejadian dan peluang suatu kejadian. Dari data diperoleh jika siswa laki-laki mendaftar anggota ruang sampel suatu kejadian secara lengkap menggunakan strategi generatif berupa tabel urutan, namun siswa perempuan dalam mendaftar anggota ruang sampel suatu kejadian menggunakan strategi yang terbatas dan tidak sistematis. Selain itu dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian, siswa laki-laki dalam memprediksi kejadian yang pasti dan mustahil terjadi menggunakan ukuran numerik berupa peluang sedangkan siswa perempuan dalam memprediksi kejadian yang pasti dan mustahil terjadi menggunakan pendapat secara subjektif. Kata kunci: Tingkat Berpikir probabilistik, masalah probabilitas, perbedaan jenis kelamin Abstract Everyone has different abilities in thinking and solving problems that contain the elements of uncertainty, especially men and women. In the field of mathematics, the problem that contains the elements of uncertainty is called probability. When someone solves probability problems, it means that someone is doing the activity of probabilistic thinking. This approach is a qualitative descriptive study, which aims to identify of junior high school students' probabilistic thinking level in solving the probability problems seen from students' gender differences. The subject of the study is male subject and female subject that have the score 70 and 73 and have good communication skills. Based on the results of this study showed that there is different levels of probabilistic thinking between the male student and the female student in solving probability problems. For the male student, the probabilistic thinking is at level 4 or numerical grade. Meanwhile, for the female student, the probabilistic thinking is at level 2 or transitional. Differences in the level of thinking between male and female students are more specifically visible when solving probability problems related to the sample space of an event and the probability of an event. From the data obtained if the male students register members of the sample space of a complete incident using a generative strategy in the form of a sequence table, but female students in registering members of the sample space of an event using a limited strategy and not systematic. In addition to solving problems related to the probability of an event, male students in predicting events that are certain and impossible to occur using numerical measures of opportunity while the female students in predicting events that are certain and impossible to use opinions subjectively. Keywords: probabilistic thinking level, probability problems, gender differences yang sudah terjadi, akan terjadi dan mungkin terjadi. Ketika seseorang berhadapan dengan situasi yang akan terjadi, seseorang tersebut diharapkan mampu memprediksi kejadian apa yang akan terjadi. Situasi PENDAHULUAN Setiap orang selalu dihadapkan pada beberapa situasi. Situasi tersebut dapat berupa situasi 32 Volume 2 No.6 Tahun 2017 yang akan terjadi bukan situasi yang pasti terjadi, atau tidak mungkin terjadi, akan tetapi situasi yang masih mungkin untuk terjadi. Karena ada kemungkinan terjadinya situasi yang akan terjadi menyebabkan seseorang perlu mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi suatu situasi dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan masa yang akan datang. Ketika seseorang mempertimbangkan hal-hal dalam pengambilan keputusan dapat dikatakan seseorang sedang melakukan aktivitas berpikir. Hal itu sesuai dengan pendapat Siswono (2007) bahwa aktivitas berpikir adalah kegiatan mental yang dilakukan dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah. Dalam menanggapi suatu situasi yang akan terjadi seseorang melakukan aktivitas berpikir dengan mempertimbangkan hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadi atau tidaknya suatu situasi tersebut. Situasi yang akan terjadi adalah suatu situasi yang memuat unsur ketidakpastian. Sedemikian Sujadi (2010) menyatakan bahwa situasi yang akan terjadi memuat unsur ketidakpastian disebut situasi probabilistik. Oleh karena itu, jika seseorang sedang mempertimbangkan situasi yang akan terjadi di masa mendatang dalam situasi yang memuat unsur ketidakpastian, dapat dikatakan seseorang tersebut sedang berpikir probabilistik. Aktivitas berpikir probabilistik dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh berpikir probabilistik adalah ketika seorang siswa memutuskan memilih suatu sekolah meskipun siswa tidak mengetahui berapa besar kemungkinan untuk diterima di sekolah tersebut. Di lain pihak, ada siswa lain yang mempunyai kemampuan yang sama namun tidak berani memilih sekolah tersebut karena khawatir tidak dapat bersaing dengan siswa lainnya. Selain itu, masih banyak aktivitas berpikir probabilistik dalam lain seperti memilih pekerjaan, dan memilih tempat tinggal. Dalam dunia pendidikan di Indonesia, khususnya pada cabang ilmu matematika terdapat cabang ilmu yang yang mempelajari tentang mengestimasi hasil yang mungkin terjadi dari suatu percobaan statistik yaitu probabilitas. Berdasarkan kurikulum yang berlaku, materi probabilitas dipelajari pertama kali ketika siswa duduk di kelas 8 yang berfokus pada penyelesaian masalah dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan kemungkinan suatu kejadian. Penyelesaian masalah probabilitas merupakan bagian dari berpikir probabilistik. Sebagaimana Jones dkk, (1999) meneliti siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah probabilitas dan menyatakan bahwa berpikir probabilistik mempunyai tempat sendiri dalam berpikir matematika karena menyangkut dengan konteks yang memuat unsur ketidakpastian. Dalam menyelesaikan masalah probabilistik terdapat perbedaan kemampuan berpikir probabilistik antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hal ini sesuai penelitian Yenilmez, Sungur dan Tekkaya (2006: 4) yang menyimpulkan bahwa anak laki-laki memiliki kinerja secara signifikan lebih unggul dibandingkan anak perempuan dalam berpikir probabilistik. Berdasarkan uraian latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti mengambil judul penelitian “Identifikasi Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Probabilitas Ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin Siswa”. Adapun pertanyaan penelitian sesuai dengan latar belakang tersebut dirumuskan adalah siswa SMP laki-laki dalam menyelesaikan masalah probabilitas dan bagaimana tingkat berpikir probabilistik siswa SMP perempuan dalam menyelesaikan masalah probabilitas. Agar dapat menjawab pertanyaan penelitian di atas, perlu adanya pengetahuan tentang beberapa teori yang mendukung penelitian ini, antara lain: berpikir, berpikir probabilistik, tingkat berpikir probabilistik, dan masalah probabilitas. Menurut Solso (2008) berpikir adalah suatu proses pembentukan representasi mental baru yang melibatkan atribut-atribut mental seperti pemecahan masalah. Selain itu Meyer (dalam Solso, 1995) mengungkapkan ide dasar tentang berpikir terdiri dari tiga komponen pokok yaitu: (1) berpikir adalah aktifitas kognitif yang tidak dapat diamati dari perilaku (2) berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif. Pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan digabungkan dengan informasi sekarang sehingga mengubah pengetahuan seseorang mengenai situasi yang sedang dihadapi, dan (3) aktivitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah. Selain itu Ruggiero (2009) mengemukakan bahwa berpikir adalah suatu aktivitas di otak dengan tujuan menyelesaikan suatu masalah dan membuat suatu keputusan. Berdasarkan teori di atas disimpulkan berpikir adalah aktivitas mental yang bertujuan untuk memecahkan masalah dengan melibatkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan informasi yang ada pada situasi sekarang, sehingga akan memunculkan suatu pemecahan masalah. Probabilistik adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan topik probabilitas. Jones, dkk (1999b) menyatakan bahwa berpikir probabilistik mempunyai tempat tersendiri diantara berpikir matematis yang lain karena berpikir probabilistik berkaitan dengan berpikir yang dihubungkan dengan suatu konteks yang memuat unsur ketidakpastian. Setiowati (2014) juga menjelaskan bahwa berpikir probabilistik adalah kemampuan dalam menentukan kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Sehingga dari uraian tersebut berpikir probabilistik adalah berpikir dalam menyelesaikan masalah probabilitas. Untuk mengetahui tingkatan berpikir probablistik siswa, Jones dkk (1999) merumuskan kerangka kerja yang sistematis untuk mengukur tingkat berpikir probabilistik yang terdiri dari 4 tingkatan yaitu tingkat 1 subjektif, tingkat 2 transisional, tingkat 3 kuantitatif informal, dan tingkat 4 numerik untuk masing-masing 33 Volume 2 No.6 Tahun 2017 konstruk yaitu ruang sampel, peluang suatu kejadian, dan perbandingan peluang suatu kejadian. Tingkatan berpikir probabilistik menurut Jones, dkk(1999) didasarkan pada karakteristik berpikir probabilistik siswa yang dapat diamati pada hasil penyelesaian masalah probabilitas. Pada tingkat 1 subjektif, berpikir probabilistik siswa ditandai dengan penggunaan alasan subjektif yaitu alasan yang berasal dari kegiatan menduga duga, perkiraan dan asumsi siswa tanpa di dukung dengan fakta dan data dalam menyelesaikan masalah probabilitas. Pada tingkat 2 Transisional, berpikir probabilistik siswa dipandang sebagai masa transisi antara berpikir secara subjektif dan berpikir secara kuantitatif yang ditunjukkan oleh cara berpikir siswa yang meramal yaitu cara berpikir yang berdasar pada pendapat kuantitatif tapi kembali pada pendapat subjektif siswa dalam menyelesaikan masalah probabilitas, contohnya dalam mendaftar anggota ruang sampel suatu percobaan pemikiran pada tingkat ini ditandai dengan penggunaan strategi yang terbatas yang menyebabkan hasil yang didapatkan tidak sistematis. Pada tingkat 3 pemikiran siswa dapat dicirikan dengan penggunaan sebagian strategi generatif siswa yang dipakai dalam menentukan anggota ruang sampel suatu percobaan statistik. Sedangkan pada tingkat 4 dicirikan siswa dapat berpikir secara numerik yaitu dalam memprediksi terjadinya suatu kejadian siswa telah mampu menyebutkan peluang secara numerik dan dalam mendaftarkan anggota ruang sampel suatu kejadian siswa pada tingkat ini telah mampu menerapkan strategi generatif berupa tabel dan diagram panah. Sehingga berpikir probabilistik pada penelitian ini adalah pemikiran siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan probabilitas yang didasarkan pada tingkat-tingkat berpikir probabilistik yang dikemukakan oleh Jones, dkk (1999). Probabilitas adalah cabang ilmu matematika yang menggunakan bilangan dalam menyatakan derajat kemungkinan dan ketidakpastian dari suatu percobaan. Hal iu sesuai dengan pendapat Langrall dan Mooney (2005) dan Halpern (2001). Terdapat tiga pendekatan untuk membatasi materi peluang suatu kejadian, yaitu peluang secara teoretis, secara frekuentis dan secara subjektif. Peluang suatu kejadian secara teoretis menyatakan bahwa peluang adalah rasio antara banyaknya kemungkinan hasil yang terjadi dalam suatu kejadian dan banyaknya semua hasil yang mungkin. Suatu pertanyaan dapat menjadi suatu masalah bagi siswa jika memenuhi kriteria yang diungkapkan oleh Hudojo (2005) yaitu pertanyaan tersebut merupakan tantangan. Selanjutnya, pertanyaan tersebut tidak dapat dengan segera dijawab oleh siswa menggunakan cara rutin, serta seseorang harus menginginkan penyelesaiannya. Berdasarkan hal itu, masalah yang diungkapkan pada penelitian ini merupakan suatu pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa yang penyelesaiannya tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui oleh siswa. Hogg dan Tanis mengungkapkan bahwa masalah probabilitas atau masalah yang melibatkan ketidakpastian pada suatu aktivitas yang menimbulkan berbagai hasil mungkin terjadi tetapi hasil yang sebenarnya tidak dapat ditentukan. Sehingga aktivitas acak tersebut berhubungan dengan suatu konteks. Sehingga masalah probabilitas adalah suatu situasi yang melibatkan aktivitas probabilistic yang penyelesaian tidak dapat dijawab dengan segera. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hal yang ingin dideskripsikan adalah data kualitatif yang diperoleh dari hasil tes tulis dan wawancara yaitu tingkat berpikir probabilistik siswa dalam menyelesaikan masalah probabilitas ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. Analisis data dilakukan dengan menganalisis hasil tes masalah probabilitas siswa berdasarkan kerangka kerja tingkat berpikir probabilistik yang terdiri dari ruang sampel dan peluang suatu kejadian. Hasil analisis tersebut dipadukan dengan hasil tes wawancara. Selanjutnya dilakukan reduksi pada hasil tes tersebut untuk memperoleh kesimpulan yang selanjutnya digunakan untuk mengidentifikasi tingkat-tingkat berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah probabilitas ditinjau dari perbedaan jenis kelamin siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Probabilistik Hasil tes penyelesaian masalah probabilitas ditunjukkan oleh siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Cerme yang terdiri dari satu subjek laki-laki dan satu subjek perempuan. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kriteria yaitu berada pada kemampuan matematika sedang serta subjek dapat berkomunikasi dengan baik. Subjek tersebut disajikan dalam tabel berikut No. 1 2 1. 34 Tabel Subjek Penelitian Terpilih Kode No. Kode Subjek Nama Urut AYY 03 SL MD 10 SP AYY merupakan subjek laki-laki. Hasil penyelesaian masalah probabilitas yang berkaitan dengan ruang sampel suatu kejadian menunjukkan bahwa subjek mendaftar dengan lengkap himpunan hasil yang mungkin dari eksperimen satu tingkat, subjek mendaftarkan secara lengkap himpunan hasil yang mungkin pada eksperimen dua tingkat dan tiga tingkat dengan menggunakan strategi generatif yaitu menggunakan tabel. Dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian subjek menentukan suatu kejadian/peristiwa itu pasti terjadi, subjek memprediksi suatu kejadian mungkin terjadi, tidak mungkin terjadi atau pasti terjadi menggunakan ukuran secara numerik atau menggunakan peluang suatu kejadian tersebut, subjek dalam memprediksi kejadian yang pasti dan mustahil terjadi pada eksperimen satu Volume 2 No.6 Tahun 2017 2. tingkat dan dua tingkat subjek menggunakan ukuran secara numerik yaitu dengan menghitung peluang kejadian, serta subjek menyatakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa pada eksperimen satu tingkat secara numeric pada eksperimen satu tingkat dan dua tingkat. MD adalah subjek perempuan. Hasil penyelesaian masalah probabilitas berkaitan dengan ruang sampel suatu kejadian adalah subjek MD mendaftarkan secara lengkap himpunan hasil yang mungkin terjadi pada eksperimen satu tingkat, subjek mendaftarkan secara lengkap himpunan hasil yang mungkin dengan menggunakan strategi yang terbatas dan tidak sistematis pada eksperimen dua tingkat dan tiga tingkat, sedangkan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian subjek menyatakan kejadian yang pasti terjadi pada eksperimen satu tingkat, memprediksi terjadinya peristiwa yang mungkin terjadi, tidak mungkin terjadi atau pasti terjadi pada eksperimen dua berdasar pada pendapat secara kuantitatif dengan menyebutkan banyaknya kemungkinan makanan dan minuman yang dapat dipesan, memprediksi peristiwa yang pasti terjadi pada eksperimen satu tingkat berdasar pendapat kuantitatif dan berdasar pada pendapat subjektif, memprediksi peristiwa yang mustahil terjadi dengan memberikan alasan subjektif yaitu alasan yang berdasar pada pendapat subjek itu sendiri, memprediksi peristiwa yang pasti terjadi pada eksperimen dua tingkat berdasar pada pendapat kuantitatif dengan menyebutkan banyaknya pilihan yang dapat dipesan dan juga berdasarkan pada pendapat subjektif, subjek menyatakan besarnya kemungkinan peristiwa terjadi pada eksperimen satu tingkat dan dua tingkat secara numerik. dengan menyebutkan peluang kejadian secara numerik. c. Siswa menyebutkan dengan pasti peluang suatu kejadian secara numerik. Selain itu, terdapat karakteristik lain yang ditunjukkan oleh siswa laki-laki dalam menyelesaikan masalah probabilitas yaitu: a. Siswa mendaftar secara lengkap anggota ruang sampel pada eksperimen satu tingkat, dua tingkat dan tiga tingkat. b. Siswa menentukan suatu kejadian itu pasti terjadi pada eksperimen satu tingkat. c. Siswa memprediksi kejadian yang mungkin terjadi menggunakan ukuran secara numerik. 2. Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa perempuan dalam menyelesaikan masalah probabilitas Siswa perempuan dalam menyelesaikan masalah probabilitas yaitu masalah ruang sampel dan peluang suatu kejadian berada pada tingkat berpikir probabilistik ke-2 atau tingkat berpikir transisional yaitu: a. Siswa mendaftar secara lengkap anggota ruang sampel dari eksperimen satu tingkat. b. Siswa mendaftar dengan lengkap anggota ruang sampel dari eksperimen dua tingkat menggunakan strategi yang terbatas dan tidak sistematis. c. Siswa memprediksi kejadian yang pasti terjadi atau mustahil terjadi berdasar pada pendapat secara kuantitatif tetapi kembali pada pendapat subyektif. Selain itu, terdapat karakteristik tingkat berpikir probabilistik lain yang ditunjukkan subjek perempuan dalam menyelesaikan masalah probabilitas yaitu: a. Siswa mendaftar secara lengkap anggota ruang sampel dari eksperimen tiga tingkat menggunakan strategi yang terbatas dan tidak sistematis. b. Siswa menentukan kejadian itu pasti terjadi pada eksperimen satu tingkat. c. Siswa memprediksi kejadian yang mungkin terjadi menggunakan ukuran secara kuantitatif pada eksperimen dua tingkat. d. Siswa memprediksi kejadian yang pasti terjadi pada eksperimen satu tingkat secara subjektif. e. Siswa menentukan besarnya kemungkinan terjadinya suatu kejadian secara numerik untuk eksperimen satu tingkat maupun dua tingkat. 3. Perbedaan Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa Laki-laki dan Perempuan Dalam penelitian ini, terdapat perbedaan tingkat berpikir probabilistik yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam PENUTUP Simpulan Bedasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa Lakilaki dalam Menyelesaikan Masalah Probabilitas Siswa laki-laki dalam menyelesaikan masalah probabilitas yaitu masalah ruang sampel dan peluang suatu kejadian berada pada tingkat berpikir probabilistik ke-4 atau tingkat berpikir numerik yaitu: a. Siswa menerapkan dan menggunakan strategi generatif berupa tabel untuk mendaftar dengan lengkap anggota ruang sampel dari eksperimen dua tingkat dan tiga tingkat. b. Siswa memprediksi kejadian yang pasti atau kejadian yang mustahil dari eksperimen satu tingkat dan dua tingkat 35 Volume 2 No.6 Tahun 2017 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan ruang sampel suatu kejadian siswa laki-laki berada pada tingkat berpikir probabilistik ke-4 yaitu numerik sedangkan siswa perempuan dan berada pada tingkat berpikir probabilistik ke-2 yaitu transisional, secara lebih khusus siswa laki-laki mendaftar dengan lengkap anggota ruang sampel suatu kejadian pada eksperimen satu, dua dan tiga tingkat siswa laki-laki sudah menggunakan strategi generatif berupa tabel sedangkan siswa perempuan mendaftar dengan lengkap anggota ruang sampel pada eksperimen satu, dua, dan tiga tingkat menggunakan strategi yang terbatas dan tidak sistematis. Dalam menyelesaikan masalah peluang suatu kejadian siswa laki-laki berada pada tingkat ke-4 numerik sedangkan siswa perempuan berada pada tingkat ke-2 transisional. Secara lebih khusus, siswa laki-laki dalam memprediksi kejadian yang pasti dan mustahil terjadi menggunakan ukuran numerik berupa peluang sedangkan siswa perempuan dalam memprediksi kejadian yang pasti dan mustahil terjadi menggunakan pendapat secara subjektif. DAFTAR PUSTAKA Jones, G.A, dkk, 1999. "Student’s Probabilistik Thinking in Instruction". Journal for Research in Mathematics Education, Vol. 30: hal. 487-519. Jones, G.A, dkk, 1997. "A Framework For Assesing and Nurturing Young Children’s Thinking in Probability". Educational Studies in Mathematics. Vol. 32: hal. 101-125. Hirsch and O'Donnell. 2001. Representativeness in Statistical Reasoning: Identifying and Asessing Misconceptions, Journal of Statistics Education, Volume 9, Number 2 Borovcnik, M. 1997. Probabilistic and Statistical Thinking, (Online),(https://www.researchgate.net, diunduh pada 2 desember 2016) Yenilmez, Ayse, dkk. 2005. Investigating Student's Logical Thnking Abilities: The effects of gender and grade levell: Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi 28:219-225. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, maka saran yang perlu disampaikan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Bagi pendidik, dalam pembelajaran matematika khususnya pada pembelajaran materi probabilitas sebaiknya merancang pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan tingkat berpikir probabilistik siswa baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Hal ini disebabkan karena tingkat berpikir probabilistik antara siswa laki-laki dan perempuan berbeda. 2. Bagi peneliti lain, hendaknya penelitian ini dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang sejenis yaitu penelitian mengenai identifikasi tingkat berpikir probabilistik siswa karena dalam penelitian ini terdapat perbedaan tingkat berpikir probabilistik antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. 3. Bagi peneliti yang sejenis yaitu penelitian tentang berpikir probabilistik, sebaiknya melakukan uji coba keterbacaan pada instrumen tes penyelesaian masalah probabilitas terlebih dahulu sebelum diujikan kepada siswa. 4. Bagi peneliti yang sejenis yaitu penelitian tentang berpikir probabilistik ditinjau dari perbedaan jenis kelamin siswa, sebaiknya dalam memilih subjek penelitian yang mempertimbangkan hasil kemampuan matematika memilih siswa laki-laki dan perempuan dengan kemampuan matematika setara pada setiap kemampuan matematika (tinggi, sedang, rendah). Krulik, Stephen & Rudnick, Jesse A. 1995. The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem Solving in Eleme Solso.1995. Cognitive Psycology. Boston: Allyn and Bacon. Siswono, Tatag Yuli Eko. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press. Sujadi, Imam. 2010. Tingkat-Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi (tidak diterbitkan). Surabaya: Program Pascasarjana Unesa. Nafi'an, Ilman. 2011. Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau dari Gender di Sekolah Dasar. Makalah Seminar Nasional Pendidikan Matematika. FMIPA UNY ISBN: 978979-16353-6-3 36