Paper Title (use style: paper title)

advertisement
MATHEdunesa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017
ISSN :2301-9085
IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR PROBABILISTIK SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN
MASALAH PROBABILITAS DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN SISWA
Anggraini Dyah Novitasari
Jurusan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,
e-mail: [email protected]
Abstrak
Setiap orang memiliki kemampuan berpikir yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah yang
mengandung unsur ketidakpastian, khususnya laki-laki dan perempuan. Dalam bidang matematika, masalah
yang mengandung unsur ketidakpastian adalah masalah probabilitas. Ketika seseorang menyelesikan masalah
probabilitas maka seseorang sedang melakukan aktifitas berpikir probabilistik.
Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan mengidentifikasi tingkat berpikir
probabilistik siswa SMP dalam menyelesaikan masalah probabilitas ditinjau dari perbedaan jenis kelamin siswa.
Subjek penelitian yaitu subjek laki-laki dan subjek perempuan yang memiliki kemampuan matematika sedang
dengan skor 70 dan 73 serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti terdapat perbedaan tingkat berpikir yang signifikan antara
siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menyelesaikan masalah probabilitas. Siswa laki-laki dalam berpikir
probabilistik berada pada tingkat 4 atau tingkat numerik sedangkan siswa perempuan dalam berpikir
probabilistik berada pada tingkat 2 atau transisional menurut kerangka kerja Jones. Perbedaan tingkat berpikir
antara siswa laki-laki dan perempuan secara lebih khusus dapat terlihat ketika menyelesaikan masalah
probabilitas yang berkaitan dengan ruang sampel suatu kejadian dan peluang suatu kejadian. Dari data diperoleh
jika siswa laki-laki mendaftar anggota ruang sampel suatu kejadian secara lengkap menggunakan strategi
generatif berupa tabel urutan, namun siswa perempuan dalam mendaftar anggota ruang sampel suatu kejadian
menggunakan strategi yang terbatas dan tidak sistematis. Selain itu dalam menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peluang suatu kejadian, siswa laki-laki dalam memprediksi kejadian yang pasti dan mustahil
terjadi menggunakan ukuran numerik berupa peluang sedangkan siswa perempuan dalam memprediksi kejadian
yang pasti dan mustahil terjadi menggunakan pendapat secara subjektif.
Kata kunci: Tingkat Berpikir probabilistik, masalah probabilitas, perbedaan jenis kelamin
Abstract
Everyone has different abilities in thinking and solving problems that contain the elements of
uncertainty, especially men and women. In the field of mathematics, the problem that contains the elements of
uncertainty is called probability. When someone solves probability problems, it means that someone is doing the
activity of probabilistic thinking.
This approach is a qualitative descriptive study, which aims to identify of junior high school students'
probabilistic thinking level in solving the probability problems seen from students' gender differences. The
subject of the study is male subject and female subject that have the score 70 and 73 and have good
communication skills.
Based on the results of this study showed that there is different levels of probabilistic thinking
between the male student and the female student in solving probability problems. For the male student, the
probabilistic thinking is at level 4 or numerical grade. Meanwhile, for the female student, the probabilistic
thinking is at level 2 or transitional. Differences in the level of thinking between male and female students are
more specifically visible when solving probability problems related to the sample space of an event and the
probability of an event. From the data obtained if the male students register members of the sample space of a
complete incident using a generative strategy in the form of a sequence table, but female students in registering
members of the sample space of an event using a limited strategy and not systematic. In addition to solving
problems related to the probability of an event, male students in predicting events that are certain and impossible
to occur using numerical measures of opportunity while the female students in predicting events that are certain
and impossible to use opinions subjectively.
Keywords: probabilistic thinking level, probability problems, gender differences
yang sudah terjadi, akan terjadi dan mungkin terjadi.
Ketika seseorang berhadapan dengan situasi yang
akan terjadi, seseorang tersebut diharapkan mampu
memprediksi kejadian apa yang akan terjadi. Situasi
PENDAHULUAN
Setiap orang selalu dihadapkan pada
beberapa situasi. Situasi tersebut dapat berupa situasi
32
Volume 2 No.6 Tahun 2017
yang akan terjadi bukan situasi yang pasti terjadi,
atau tidak mungkin terjadi, akan tetapi situasi yang
masih mungkin untuk terjadi. Karena ada
kemungkinan terjadinya situasi yang akan terjadi
menyebabkan seseorang perlu mempertimbangkan
hal-hal yang mempengaruhi suatu situasi dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan masa
yang akan datang.
Ketika seseorang mempertimbangkan hal-hal
dalam pengambilan keputusan dapat dikatakan
seseorang sedang melakukan aktivitas berpikir. Hal
itu sesuai dengan pendapat Siswono (2007) bahwa
aktivitas berpikir adalah kegiatan mental yang
dilakukan dengan tujuan dapat memecahkan suatu
masalah. Dalam menanggapi suatu situasi yang akan
terjadi seseorang melakukan aktivitas berpikir dengan
mempertimbangkan
hal-hal
yang
dapat
mempengaruhi terjadi atau tidaknya suatu situasi
tersebut. Situasi yang akan terjadi adalah suatu situasi
yang memuat unsur ketidakpastian. Sedemikian
Sujadi (2010) menyatakan bahwa situasi yang akan
terjadi memuat unsur ketidakpastian disebut situasi
probabilistik.
Oleh karena itu, jika seseorang sedang
mempertimbangkan situasi yang akan terjadi di masa
mendatang dalam situasi yang memuat unsur
ketidakpastian, dapat dikatakan seseorang tersebut
sedang berpikir probabilistik.
Aktivitas berpikir probabilistik dapat terlihat
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh
berpikir probabilistik adalah ketika seorang siswa
memutuskan memilih suatu sekolah meskipun siswa
tidak mengetahui berapa besar kemungkinan untuk
diterima di sekolah tersebut. Di lain pihak, ada siswa
lain yang mempunyai kemampuan yang sama namun
tidak berani memilih sekolah tersebut karena khawatir
tidak dapat bersaing dengan siswa lainnya. Selain itu,
masih banyak aktivitas berpikir probabilistik dalam
lain seperti memilih pekerjaan, dan memilih tempat
tinggal.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia,
khususnya pada cabang ilmu matematika terdapat
cabang ilmu yang yang mempelajari tentang
mengestimasi hasil yang mungkin terjadi dari suatu
percobaan statistik yaitu probabilitas. Berdasarkan
kurikulum yang berlaku, materi probabilitas dipelajari
pertama kali ketika siswa duduk di kelas 8 yang
berfokus pada penyelesaian masalah dalam kehidupan
nyata yang berkaitan dengan kemungkinan suatu
kejadian.
Penyelesaian
masalah
probabilitas
merupakan bagian dari berpikir probabilistik.
Sebagaimana Jones dkk, (1999) meneliti siswa
berpikir dalam menyelesaikan masalah probabilitas
dan menyatakan bahwa berpikir probabilistik
mempunyai tempat sendiri dalam berpikir
matematika karena menyangkut dengan konteks
yang memuat unsur ketidakpastian.
Dalam menyelesaikan masalah probabilistik
terdapat
perbedaan
kemampuan
berpikir
probabilistik antara siswa laki-laki dan siswa
perempuan. Hal ini sesuai penelitian Yenilmez,
Sungur dan Tekkaya (2006: 4) yang menyimpulkan
bahwa anak laki-laki memiliki kinerja secara
signifikan lebih unggul dibandingkan anak
perempuan dalam berpikir probabilistik.
Berdasarkan uraian latar belakang yang diuraikan di
atas, peneliti mengambil judul penelitian “Identifikasi
Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa SMP dalam
Menyelesaikan Masalah Probabilitas Ditinjau dari
Perbedaan Jenis Kelamin Siswa”.
Adapun pertanyaan penelitian sesuai dengan latar
belakang tersebut dirumuskan adalah siswa SMP laki-laki
dalam menyelesaikan masalah probabilitas dan
bagaimana tingkat berpikir probabilistik siswa SMP
perempuan dalam menyelesaikan masalah probabilitas.
Agar dapat menjawab pertanyaan penelitian di atas,
perlu adanya pengetahuan tentang beberapa teori yang
mendukung penelitian ini, antara lain: berpikir, berpikir
probabilistik, tingkat berpikir probabilistik, dan masalah
probabilitas.
Menurut Solso (2008) berpikir adalah suatu proses
pembentukan representasi mental baru yang melibatkan
atribut-atribut mental seperti pemecahan masalah. Selain
itu Meyer (dalam Solso, 1995) mengungkapkan ide dasar
tentang berpikir terdiri dari tiga komponen pokok yaitu:
(1) berpikir adalah aktifitas kognitif yang tidak dapat
diamati dari perilaku (2) berpikir merupakan suatu proses
yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di
dalam sistem kognitif. Pengetahuan yang tersimpan di
dalam ingatan digabungkan dengan informasi sekarang
sehingga mengubah pengetahuan seseorang mengenai
situasi yang sedang dihadapi, dan (3) aktivitas berpikir
diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah.
Selain itu Ruggiero (2009) mengemukakan bahwa
berpikir adalah suatu aktivitas di otak dengan tujuan
menyelesaikan suatu masalah dan membuat suatu
keputusan. Berdasarkan teori di atas disimpulkan berpikir
adalah aktivitas mental yang bertujuan untuk
memecahkan masalah dengan melibatkan pengetahuan
yang telah dimiliki dengan informasi yang ada pada
situasi sekarang, sehingga akan memunculkan suatu
pemecahan masalah.
Probabilistik adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan topik probabilitas. Jones, dkk (1999b)
menyatakan bahwa berpikir probabilistik mempunyai
tempat tersendiri diantara berpikir matematis yang lain
karena berpikir probabilistik berkaitan dengan berpikir
yang dihubungkan dengan suatu konteks yang memuat
unsur ketidakpastian. Setiowati (2014) juga menjelaskan
bahwa berpikir probabilistik adalah kemampuan dalam
menentukan kemungkinan terjadinya suatu kejadian.
Sehingga dari uraian tersebut berpikir probabilistik
adalah berpikir dalam menyelesaikan masalah
probabilitas.
Untuk mengetahui tingkatan berpikir probablistik
siswa, Jones dkk (1999) merumuskan kerangka kerja
yang sistematis untuk mengukur tingkat berpikir
probabilistik yang terdiri dari 4 tingkatan yaitu tingkat 1
subjektif, tingkat 2 transisional, tingkat 3 kuantitatif
informal, dan tingkat 4 numerik untuk masing-masing
33
Volume 2 No.6 Tahun 2017
konstruk yaitu ruang sampel, peluang suatu kejadian, dan
perbandingan peluang suatu kejadian. Tingkatan berpikir
probabilistik menurut Jones, dkk(1999) didasarkan pada
karakteristik berpikir probabilistik siswa yang dapat
diamati pada hasil penyelesaian masalah probabilitas.
Pada tingkat 1 subjektif, berpikir probabilistik siswa
ditandai dengan penggunaan alasan subjektif yaitu alasan
yang berasal dari kegiatan menduga duga, perkiraan dan
asumsi siswa tanpa di dukung dengan fakta dan data
dalam menyelesaikan masalah probabilitas. Pada tingkat
2 Transisional, berpikir probabilistik siswa dipandang
sebagai masa transisi antara berpikir secara subjektif dan
berpikir secara kuantitatif yang ditunjukkan oleh cara
berpikir siswa yang meramal yaitu cara berpikir yang
berdasar pada pendapat kuantitatif tapi kembali pada
pendapat subjektif siswa dalam menyelesaikan masalah
probabilitas, contohnya dalam mendaftar anggota ruang
sampel suatu percobaan pemikiran pada tingkat ini
ditandai dengan penggunaan strategi yang terbatas yang
menyebabkan hasil yang didapatkan tidak sistematis.
Pada tingkat 3 pemikiran siswa dapat dicirikan dengan
penggunaan sebagian strategi generatif siswa yang
dipakai dalam menentukan anggota ruang sampel suatu
percobaan statistik. Sedangkan pada tingkat 4 dicirikan
siswa dapat berpikir secara
numerik yaitu dalam
memprediksi terjadinya suatu kejadian siswa telah
mampu menyebutkan peluang secara numerik dan dalam
mendaftarkan anggota ruang sampel suatu kejadian siswa
pada tingkat ini telah mampu menerapkan strategi
generatif berupa tabel dan diagram panah. Sehingga
berpikir probabilistik pada penelitian ini adalah
pemikiran siswa dalam menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan probabilitas yang didasarkan pada
tingkat-tingkat berpikir probabilistik yang dikemukakan
oleh Jones, dkk (1999).
Probabilitas adalah cabang ilmu matematika
yang menggunakan bilangan dalam menyatakan derajat
kemungkinan dan ketidakpastian dari suatu percobaan.
Hal iu sesuai dengan pendapat Langrall dan Mooney
(2005) dan Halpern (2001). Terdapat tiga pendekatan
untuk membatasi materi peluang suatu kejadian, yaitu
peluang secara teoretis, secara frekuentis dan secara
subjektif. Peluang suatu kejadian secara teoretis
menyatakan bahwa peluang adalah rasio antara
banyaknya kemungkinan hasil yang terjadi dalam suatu
kejadian dan banyaknya semua hasil yang mungkin.
Suatu pertanyaan dapat menjadi suatu masalah
bagi siswa jika memenuhi kriteria yang diungkapkan oleh
Hudojo (2005) yaitu pertanyaan tersebut merupakan
tantangan. Selanjutnya, pertanyaan tersebut tidak dapat
dengan segera dijawab oleh siswa menggunakan cara
rutin,
serta
seseorang
harus
menginginkan
penyelesaiannya. Berdasarkan hal itu, masalah yang
diungkapkan pada penelitian ini merupakan suatu
pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa yang
penyelesaiannya tidak dapat dijawab dengan prosedur
rutin yang telah diketahui oleh siswa.
Hogg dan Tanis mengungkapkan bahwa
masalah probabilitas atau masalah yang melibatkan
ketidakpastian pada suatu aktivitas yang menimbulkan
berbagai hasil mungkin terjadi tetapi hasil yang
sebenarnya tidak dapat ditentukan. Sehingga aktivitas
acak tersebut berhubungan dengan suatu konteks.
Sehingga masalah probabilitas adalah suatu situasi yang
melibatkan aktivitas probabilistic yang penyelesaian tidak
dapat dijawab dengan segera.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Hal yang ingin dideskripsikan adalah data
kualitatif yang diperoleh dari hasil tes tulis dan
wawancara yaitu tingkat berpikir probabilistik siswa
dalam menyelesaikan masalah probabilitas ditinjau dari
perbedaan jenis kelamin.
Analisis data dilakukan dengan menganalisis hasil
tes masalah probabilitas siswa berdasarkan kerangka
kerja tingkat berpikir probabilistik yang terdiri dari ruang
sampel dan peluang suatu kejadian. Hasil analisis
tersebut dipadukan dengan hasil tes wawancara.
Selanjutnya dilakukan reduksi pada hasil tes tersebut
untuk memperoleh kesimpulan yang selanjutnya
digunakan untuk mengidentifikasi tingkat-tingkat
berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah probabilitas
ditinjau dari perbedaan jenis kelamin siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa
dalam Menyelesaikan Masalah Probabilistik
Hasil tes penyelesaian masalah probabilitas
ditunjukkan oleh siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Cerme
yang terdiri dari satu subjek laki-laki dan satu subjek
perempuan. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan
kriteria yaitu berada pada kemampuan matematika
sedang serta subjek dapat berkomunikasi dengan baik.
Subjek tersebut disajikan dalam tabel berikut
No.
1
2
1.
34
Tabel Subjek Penelitian Terpilih
Kode
No.
Kode Subjek
Nama
Urut
AYY
03
SL
MD
10
SP
AYY merupakan subjek laki-laki. Hasil
penyelesaian
masalah
probabilitas
yang
berkaitan dengan ruang sampel suatu kejadian
menunjukkan bahwa subjek mendaftar dengan
lengkap himpunan hasil yang mungkin dari
eksperimen satu tingkat, subjek mendaftarkan
secara lengkap himpunan hasil yang mungkin
pada eksperimen dua tingkat dan tiga tingkat
dengan menggunakan strategi generatif yaitu
menggunakan tabel. Dalam menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu
kejadian
subjek
menentukan
suatu
kejadian/peristiwa itu pasti terjadi, subjek
memprediksi suatu kejadian mungkin terjadi,
tidak mungkin terjadi atau pasti terjadi
menggunakan ukuran secara numerik atau
menggunakan peluang suatu kejadian tersebut,
subjek dalam memprediksi kejadian yang pasti
dan mustahil terjadi pada eksperimen satu
Volume 2 No.6 Tahun 2017
2.
tingkat dan dua tingkat subjek menggunakan
ukuran secara numerik yaitu dengan menghitung
peluang kejadian, serta subjek menyatakan
kemungkinan terjadinya suatu peristiwa pada
eksperimen satu tingkat secara numeric pada
eksperimen satu tingkat dan dua tingkat.
MD adalah
subjek perempuan. Hasil
penyelesaian masalah probabilitas berkaitan
dengan ruang sampel suatu kejadian adalah
subjek MD mendaftarkan secara lengkap
himpunan hasil yang mungkin terjadi pada
eksperimen satu tingkat, subjek mendaftarkan
secara lengkap himpunan hasil yang mungkin
dengan menggunakan strategi yang terbatas dan
tidak sistematis pada eksperimen dua tingkat
dan
tiga
tingkat,
sedangkan
dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
peluang suatu kejadian subjek menyatakan
kejadian yang pasti terjadi pada eksperimen satu
tingkat, memprediksi terjadinya peristiwa yang
mungkin terjadi, tidak mungkin terjadi atau pasti
terjadi pada eksperimen dua berdasar pada
pendapat secara kuantitatif dengan menyebutkan
banyaknya
kemungkinan
makanan
dan
minuman yang dapat dipesan, memprediksi
peristiwa yang pasti terjadi pada eksperimen
satu tingkat berdasar pendapat kuantitatif dan
berdasar pada pendapat subjektif, memprediksi
peristiwa yang mustahil terjadi dengan
memberikan alasan subjektif yaitu alasan yang
berdasar pada pendapat subjek itu sendiri,
memprediksi peristiwa yang pasti terjadi pada
eksperimen dua tingkat berdasar pada pendapat
kuantitatif dengan menyebutkan banyaknya
pilihan yang dapat dipesan dan juga berdasarkan
pada pendapat subjektif, subjek menyatakan
besarnya kemungkinan peristiwa terjadi pada
eksperimen satu tingkat dan dua tingkat secara
numerik.
dengan menyebutkan peluang kejadian
secara numerik.
c. Siswa menyebutkan dengan pasti peluang
suatu kejadian secara numerik.
Selain itu, terdapat karakteristik lain
yang ditunjukkan oleh siswa laki-laki dalam
menyelesaikan masalah probabilitas yaitu:
a. Siswa mendaftar secara lengkap anggota
ruang sampel pada eksperimen satu tingkat,
dua tingkat dan tiga tingkat.
b. Siswa menentukan suatu kejadian itu pasti
terjadi pada eksperimen satu tingkat.
c. Siswa memprediksi kejadian yang mungkin
terjadi menggunakan ukuran secara
numerik.
2. Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa
perempuan dalam menyelesaikan masalah
probabilitas
Siswa perempuan dalam menyelesaikan
masalah probabilitas yaitu masalah ruang
sampel dan peluang suatu kejadian berada pada
tingkat berpikir probabilistik ke-2 atau tingkat
berpikir transisional yaitu:
a. Siswa mendaftar secara lengkap anggota
ruang sampel dari eksperimen satu
tingkat.
b. Siswa mendaftar dengan lengkap anggota
ruang sampel dari eksperimen dua tingkat
menggunakan strategi yang terbatas dan
tidak sistematis.
c. Siswa memprediksi kejadian yang pasti
terjadi atau mustahil terjadi berdasar pada
pendapat secara kuantitatif tetapi kembali
pada pendapat subyektif.
Selain itu,
terdapat karakteristik
tingkat berpikir probabilistik lain yang
ditunjukkan
subjek
perempuan
dalam
menyelesaikan masalah probabilitas yaitu:
a. Siswa mendaftar secara lengkap anggota
ruang sampel dari eksperimen tiga tingkat
menggunakan strategi yang terbatas dan
tidak sistematis.
b. Siswa menentukan kejadian itu pasti
terjadi pada eksperimen satu tingkat.
c. Siswa memprediksi kejadian yang
mungkin terjadi menggunakan ukuran
secara kuantitatif pada eksperimen dua
tingkat.
d. Siswa memprediksi kejadian yang pasti
terjadi pada eksperimen satu tingkat
secara subjektif.
e. Siswa
menentukan
besarnya
kemungkinan terjadinya suatu kejadian
secara numerik untuk eksperimen satu
tingkat maupun dua tingkat.
3. Perbedaan Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa
Laki-laki dan Perempuan
Dalam penelitian ini, terdapat perbedaan
tingkat berpikir probabilistik yang signifikan
antara siswa laki-laki dan perempuan dalam
PENUTUP
Simpulan
Bedasarkan hasil pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Tingkat Berpikir Probabilistik Siswa Lakilaki
dalam
Menyelesaikan
Masalah
Probabilitas
Siswa laki-laki dalam menyelesaikan
masalah probabilitas yaitu masalah ruang
sampel dan peluang suatu kejadian berada pada
tingkat berpikir probabilistik ke-4 atau tingkat
berpikir numerik yaitu:
a. Siswa menerapkan dan menggunakan
strategi generatif berupa tabel untuk
mendaftar dengan lengkap anggota ruang
sampel dari eksperimen dua tingkat dan
tiga tingkat.
b. Siswa memprediksi kejadian yang pasti
atau kejadian yang mustahil dari
eksperimen satu tingkat dan dua tingkat
35
Volume 2 No.6 Tahun 2017
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
ruang sampel suatu kejadian siswa laki-laki
berada pada tingkat berpikir probabilistik ke-4
yaitu numerik sedangkan siswa perempuan dan
berada pada tingkat berpikir probabilistik ke-2
yaitu transisional, secara lebih khusus siswa
laki-laki mendaftar dengan lengkap anggota
ruang sampel suatu kejadian pada eksperimen
satu, dua dan tiga tingkat siswa laki-laki sudah
menggunakan strategi generatif berupa tabel
sedangkan siswa perempuan mendaftar dengan
lengkap anggota ruang sampel pada eksperimen
satu, dua, dan tiga tingkat menggunakan strategi
yang terbatas dan tidak sistematis. Dalam
menyelesaikan masalah peluang suatu kejadian
siswa laki-laki berada pada tingkat ke-4 numerik
sedangkan siswa perempuan berada pada tingkat
ke-2 transisional. Secara lebih khusus, siswa
laki-laki dalam memprediksi kejadian yang pasti
dan mustahil terjadi menggunakan ukuran
numerik berupa peluang sedangkan siswa
perempuan dalam memprediksi kejadian yang
pasti dan mustahil terjadi menggunakan
pendapat secara subjektif.
DAFTAR PUSTAKA
Jones, G.A, dkk, 1999. "Student’s Probabilistik Thinking
in Instruction". Journal for Research in
Mathematics Education, Vol. 30: hal. 487-519.
Jones, G.A, dkk, 1997. "A Framework For Assesing and
Nurturing Young Children’s Thinking in
Probability". Educational Studies in Mathematics.
Vol. 32: hal. 101-125.
Hirsch and O'Donnell. 2001. Representativeness in
Statistical Reasoning: Identifying and Asessing
Misconceptions, Journal of Statistics Education,
Volume 9, Number 2
Borovcnik, M. 1997. Probabilistic and Statistical
Thinking, (Online),(https://www.researchgate.net,
diunduh pada 2 desember 2016)
Yenilmez, Ayse, dkk. 2005. Investigating Student's
Logical Thnking Abilities: The effects of gender
and grade levell: Hacettepe Universitesi Egitim
Fakultesi Dergisi 28:219-225.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan,
maka saran yang perlu disampaikan oleh peneliti
sebagai berikut:
1. Bagi pendidik, dalam pembelajaran matematika
khususnya
pada
pembelajaran
materi
probabilitas sebaiknya merancang pembelajaran
tertentu yang dapat meningkatkan tingkat
berpikir probabilistik siswa baik siswa laki-laki
maupun siswa perempuan. Hal ini disebabkan
karena tingkat berpikir probabilistik antara siswa
laki-laki dan perempuan berbeda.
2. Bagi peneliti lain, hendaknya penelitian ini
dijadikan sebagai referensi untuk melakukan
penelitian yang sejenis yaitu penelitian
mengenai
identifikasi
tingkat
berpikir
probabilistik siswa karena dalam penelitian ini
terdapat perbedaan tingkat berpikir probabilistik
antara siswa laki-laki dan siswa perempuan.
3. Bagi peneliti yang sejenis yaitu penelitian
tentang berpikir probabilistik, sebaiknya
melakukan uji coba keterbacaan pada instrumen
tes penyelesaian masalah probabilitas terlebih
dahulu sebelum diujikan kepada siswa.
4. Bagi peneliti yang sejenis yaitu penelitian
tentang berpikir probabilistik ditinjau dari
perbedaan jenis kelamin siswa, sebaiknya dalam
memilih
subjek
penelitian
yang
mempertimbangkan
hasil
kemampuan
matematika memilih siswa laki-laki dan
perempuan dengan kemampuan matematika
setara pada setiap kemampuan matematika
(tinggi, sedang, rendah).
Krulik, Stephen & Rudnick, Jesse A. 1995. The New
Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem
Solving in Eleme
Solso.1995. Cognitive Psycology. Boston: Allyn and
Bacon.
Siswono, Tatag Yuli Eko. 2008. Model Pembelajaran
Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University
Press.
Sujadi,
Imam. 2010. Tingkat-Tingkat Berpikir
Probabilistik Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Disertasi (tidak diterbitkan). Surabaya: Program
Pascasarjana Unesa.
Nafi'an, Ilman. 2011. Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau dari Gender
di Sekolah Dasar. Makalah Seminar Nasional
Pendidikan Matematika. FMIPA UNY ISBN: 978979-16353-6-3
36
Download