DEFINISI DAN JENIS JENIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

advertisement
TUNANETRA, TUNARUNGU,
TUNAWICARA
TUGAS BERKELOMPOK
“Carilah …







DEFINISI
SEBAB/ETIOLOGI
Klasifikasi
Ciri:
Cara identifikasi
DAMPAK ketunaan (perkembgn intelektual &
prestasi akademik, social emosional)
INTERVENSI

TUNANETRA
Tunanetra
Anak yang mengalami gangguan
daya
penglihatannya, berupa
kebutaan menyeluruh
atau
sebagian, dan walaupun telah diberi
pertolongan dengan alat- alat khusus, mereka
masih tetap
memerlukan pelayanan pendidikan
khusus
Klasifikasi Tuna netra kemampuan
daya penglihatan




Ringan : Seseorang yang dikatakan penglihatannya normal, apabila hasil tes
Snellen menunjukkan ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6 meter. Sedangkan
untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan kategori Low vision (kurang
lihat), yaitu penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan 6/20m6/60m. Kondisi yang demikian sesungguhnya penderita masih dapat melihat dengan
bantuan alat khusus. Selanjutnya untuk seseorang yang mengalami kelainan
penglihatan katergori berat, atau The blind, yaitu penyandang tunanetra yang
memiliki tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang
Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), dimana pada taraf ini
mereka masih dapat melaksanakan tugas-tugas visual yang dilakukan orang awas
dengan menggunakan alat bantu khusus serta dengan bantuan cahaya yang cukup.
Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability). Pada taraf ini,
mereka memiliki penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan
menggunakan alat Bantu visual dan modifikasi, sehingga mereka membutuhkan
banyak dan tenaga dalam mengerjakantugas-tugas visual.
Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability)
Pada taraf ini mereka mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas visual,
dan tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang lebih detail seperti membaca
dan menulis. Untuk itu mereka sudah tidak dapat memanfaatkan penglihatannya
dalam pendidikan, dan mengandalkan indra perabaan dan pendengaran dalam
menempuh pendidikan.
Klasifikasi Berdasarkan terjadinya
ketunanetraan


Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka
yang sama sekali tidak memiliki pengalaman
penglihatan.
Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka
telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual
tetapi belum kuat dan mudah terlupakan



Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa
remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan
meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap
proses perkembangan pribadi
Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya
mereka yang dengan segala kesadaran mampu
melakukan latihan-latihan penyesuaian diri
Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah
sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri
Faktor Penyebab Tuna Netra





Pre Natal,
Bisa karena keturunan atau pertumbuhan dalam kandungan
Post Natal
Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan,
akibat benturan alat-alat atau benda keras.
ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe
menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir
mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan.
Berbagai pendapat para ahli menunjukkan bahwa
ketunanetraan dapat mempengaruhi prestasi
akademik para penyandangnya.
 Akan
tetapi mereka sependapat
bahwa
pengaruhnya tidak sebesar yang terjadi pada anak
tunarungu karena pendengaran memegang
peranan peranan penting dalam kegiatan belajar
di sekolah dibandingkan pengelihatan.

Curiga pada Orang Lain
1)
Mudah Tersinggung
2)
Ketergantungan pada Orang Lain
Aspek Fisik :
kondisi matanya yang berbeda dengan mata orang
awas dan sikap tubuhnya yang kaku
• Aspek Sensorik :
menunjukkan kepekaan yang lebih baik pada indera
pendengaran dan perabaan dibandingkan dengan anak
awas.
• Aspek Motorik/Perilaku:
Gerakan agak kaku dan kurang fleksibel, serta sering
melakukan perilaku stereotip, seperti menggosok-gosok
mata dan menepuk-nepuk tangan.

Alasan Penyandang Tunanetra tidak mengikuti
aktivitas jasmani (French dan Jansman1982:208)



Rasa takut dari guru dan administrator atau penglelola sekolah.
Tidak mempengaruhi tentang pendekatan pengajaran yang efektif bagi
yagn berpengliharan terbatas dalam pendidikan jasmani.
Sikap negatif terhadap peserta didik yang berpenglihatan terbatas yang
berada dalam kelas.

Terlalu menekan pada tujuan vokasional.

Terlalu dilindungi oleh org tua atau wali.

Terlalu mudahnya dokter memberikan surat keterangan agar yang
berpenglihatan terbatas tidak perlu ikut aktivitas jasmani.
Aktivitas yang Disarankan untuk
Tunanetra
1.
Kesegaran jasmani dan gerak
Peserta didik berpenglihatan terbatas seharusnya
membutuhkan kesegaran yang lebih daripada
yang berpenglihatan normal, karena bagi yang
berpenglihatan terbatas melakukan satu gerak
memerlukan usaha yang lebih banyak dari pada
diperlukan (Buell,1973).
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Keterampilan dan pola gerak dasar
Menyebutkan bagian-bagian tubuh.
Menggerakkan bagian-bagian tubuh secara terpisah.
Mengkoordiansikan gerak dari dua bagian tubuh.
Menggerakkan benda dengan berbagai bagian tubuh.
merasakan ukuran dari berbagai bagian tubuh.
Mengidentifikasi bagian-bagian tubuh dari teman yang lain.
Memelihara keseimbangan di atas balok keseimbangan yang
rendah.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
Aktivitas individu dan kelompok
Prinsip pembelajarannya
Tempatkan alat yang berbunyi dalam bola, pada keranjang,
pada gawang, dan pada tempat hnggap (base).
gunakan formasi rantai (rabaan).
Aktivitas dimulai dari tempat yang tetap.
Manfaatkan keadaan permukaan tempat bermain (rumput
yang tingginya berlainana, pasir, tanah) untuk menyatakan
batas lapangan permainan dan daerah luar batas
permainan.
Ubah susunan (tekstur) dari alat.
a.
b.
Gunakan dinding yang telah dilapisi/ditutup dengan bahan yang
empuk.
Gunakan warna yang cerah dari objek aktivitas dan tanda batasbatas.
c.
Gunakan peluit, memanggil atau meneriakkan nama.
d.
Ukuran lapangan permainan diperkecil.
e.
Batasi jumlah peserta dari kedua tim.
f.
g.
h.
Bermain dengan gerak lambat bila memperkenalkan permainan
baru.
Gunakan tanda atau bau sebagai tanda dalam situasi tertentu.
Beritahu pemain yang buta apabila seorang pemain kunci
meninggalkan lapangan atau daerah permainan.
PENDIDIKAN



SLB A: KHUSUS tuna netra
SDLB : campur berbagai macam kebutuhan khusus
INKLUSIF:
 terkait
kemauan anak untuk integrase dg anak normal
 Kesediaan lembaga u/menerika ABK
 Ketersediaan guru yg paham ABK + sarana khusus
TRANSISI KE DEWASA

Kemandirian
 Melalui
pelatihan
 Stigma dan penerimaan masy bahwa ABK mampu,
tidak terus menerus dikasihani/dibantu

Pekerjaan
 Penanganan
kurikulum
 Pelatihan intensif
 Kerjasama bbg pihak
 Akomodasi fasilitas (tata ruang, pencahayaan,
computer modifikasi)

tunarungu
Pengertian Tunarungu





Hallahan & Kauffman (1991:266) bahwa : “Tunarungu merupakan istilah umum
yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang
digolongkan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing)
Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga
menghambat proses informasi mendengar sehingga menghambat proses informasi
bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu
dengar.
Orang yang kurang dengar adalah seseorang yang biasanya dengan
menggunakan alat bantu dengar, sisapendengarannya cukup memungkinkan
keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran”
Moores (1982:6) mendefinisikan tunarungu sebagai berikut:; A deaf person in a
one whose hearing is disable to
an extent (usually 70 dB ISO or greater) that precludes the understanding of
speech through the ear alone, with or without the use of a hearing aidear alone,
with or without the use of a hearing aid A hard of hearing is one whose hearing
disabled to an extent (usually 35 to 69 dB ISO) that make difficult but does not
preclude, the understanding of speech through the ear alone, without or with a
hearing

tunarungu adalah mereka yang kurang mampu
untuk mendengar atau tidak mendengar sama
sekali bunyi atau suara pada intensitas tertentu
sebagai akibat dari tidak tertentu sebagai akibat
dari tidak berfungsinya indera pendengaran
sebagaimana mestinya, baik tanpa maupun
menggunakan alat bantu dengar.
Gmbaran tingkat ketulian
Obyek dengar
Desibel (dB)
TINGKAT KETULIAN
130
petir
120
musik rock/motor
110
Suara jalan raya
100
Dering telp
90
Total
profound
80
Percakapan biasa
70
60
severe
Suara alat rumah tangga 50
Mesin tik
40
moderate
30
20
bisikan
10
0
Mild
Klasifikasi Tunarungu



Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat
ketulian 20-30dB
Yaitu sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf ringan, dimana ia mengalami
kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi
yang demikian, seseorang anak secara pedagogis sudah memerlukan perhatian
khusus dalam belajarnya di sekolah, misalnya dengan menempatkan tempat duduk
di bagian depan, yang dekat dengan guru.
Tuna rungu marginal (30-40 dB)
Sulit dengar pembicaraan beberapa meter. Masih bisa dengar tapi dilatih
Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat
ketulian 40 – 60 dB
Yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf sedang, dimana ia hanya
dapat mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet secara berhadapan, tetapi tidak
dpt mengikuti diskusi-diskusi di kelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan
taraf ini memerlukan adanya alat bantu dengar (hearing aid), dan memerlukan
pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama.
Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat
ketulian 60-75 dB
Sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf berat, hanya dapat
merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Tuli
edukatif : tdak lagi menggunakan pendengaran u/pendidikan. Ambang
batas sulit mendengar-tuli.
Siswa dengan kategori ini juga memerlukan alat bantu dengar dalam
mengikuti pendidikannya di sekolah. Siswa juga sangat memerlukan
adanya pembinaan atau latihan-latihan komunikasi dan pengembangan
bicaranya.
 Tunarungu sangat berat (profound), yaitu penyandang tunarungu yang
mengalami tingkat ketulian >75 dB
Pada taraf ini, mungkin seseorang sudah tidak dapat merespon suara
sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui getaran-getaran
suara yang ada. Tidak bisa belajar Bahasa. Walau dg alat bantu dengar.
Untuk kegiatan pendidikan dan aktivitas lainnya, penyandang tunarungu
kategori ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau penglihatannya.
 JUST ASK _ Sensory Disability Awareness Film.mp4

Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd)




Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran
(Ringan 24-40 Db, Sedang, 41-55 dB, Sedang berat,
56-70 dB, Berat, 71-90 dB, Sangat berat, lebih dari
120 dB
Berdasarkan Saat terjadinya Kehilangan
pendengaran (Tunarungu bawaan dan Tunarungu
setelah lahir)
Berdasarkan Tempat kerusakan (Tuli konduktif dan Tuli
sensoris)
BerdasarkanTaraf Penguasaan bahasa (Tuli pra
bahasa danTuli purna bahasa)
Berdasarkan Saat terjadinya
Kehilangan pendengaran


ketunarunguan bawaan, artinya ketika anak lahir
sudah mengalami tunarungu dan indera
pendengarannya sudah tidak berfungsi lagi
ketunarunguan setelah lahir, artinya terjadi
ketunarunguan setelah anak lahir akibat
kecelakaan atau suatu penyakit
Berdasarkan Tempat kerusakan


kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah,
shg menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk
ke dalam telinga (Tuli konduktif)
Kerusakan pada telinga bagian dalam shg tidak
dapat mendengar bunyi/suara (tuli sensoris)
BerdasarkanTaraf Penguasaan
bahasa


Tuli pra bahasa adalah mereka yang menjadi tuli
sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6 tahun)
artinya anak menyamakan tanda tertentu seperti
mengamati, menunjuk, meraih namun belum
membentuk sistem lambang.
Tuli purna bahasa, adalah mereka yang menjadi
tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah
menerapkan dan memahami sistem lambang Yang
berlaku di lingkungan
Penyebab ketunarunguan








Keturunan dari kromosom
Penyakit bawaan/iinfeksi kronis
Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran
Radang selaput otak (meningitis)
Virus rubella saat ibu hamil
luka/radang, penyakit anak-anak
Tulang tengkorak pecah
Suara terlalu keras
Faktor internal diri anak




Faktor keturunan dari salah satu atau kedua
orangtua yg mengalami ketunarunguan.
Kondisi genetik yang berbeda disebabkan oleh gen
yang dominan represif dan berhubungan dengan
jenis kelamin.
Campak jerman (Rubella) yg diderita ibu sewaktu
mengandung.
Keracunan darah (Toxaminia). Kerusakan pada
plasenta yang mempengaruhi pertumbuhan janin.
Faktor eksternal anak




anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan.
Meningitis radang selaput otak
Otitis media
Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat
mengakibatkan kerusakan alat pendengaran
bagian tengah dan dalam
Dampak langsung Ketunarunguan




Terbatasnya/kurangnya pemerolehan atau perbendaharaan
bahasa (vocabulary) akibatnya mereka mengalami kelambatan
dalam perkembangan komunikasi,
Terhambatnya komunikasi secara reseptif (menangkap/memahami
pembicaraan orang lain) dan secara ekspresif (bicara).
ketunarunguan sebagai kelainan primer yang bersifat motoris (fisik),
dapat mengakibatkan terjadinya kelainan sekunder (dampak) pada
berbagai aspek kehidupan dan perkembangan ATR, yaitu dalam
kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, fungsi sosial, emosi,
kognitif, dan proses belajarnya.
Hilangnya
kemampuan
mendengar
(tunarungu)
adalah
terhambatnya komunikasi dengan dan hilangnya kemampuan
mendengar (tunarungu) adalah terhambatnya komunikasi dengan
dan diantara kaum tunarungu serta lingkungannya.



Seseorang mengalami ketunarunguan sejak lahir, ia tidak
akan mengembangkan kemampuan berbahasanya secara
spontan, shg dlm usaha utk bermasyarakat akan timbul
brbgi prmasalahan spt aspek sosial, emosional dan
mental.
anak tunarungu tidak mampu menangkap kata-kata atau
pembicaraan orang lain melalui pendengarannya,
sehingga tidak terjadi proses peniruan suara setelah
masa terjadi proses peniruan suara setelah masa
meraban.
Proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual
atau menangkap pembicaraan orang lain melalui gerak
bibir.
INDIKATOR PERILAKU (Berlin, geyer,
Yankaver dlm Cartwright, 1984)









KURang perhatian
Mengarahkan kepala ke arah pembicara
Gagal pahami instruksi lisan, esp dlm situasi kelompok
Minta pengulangan
Masalah wicara
Menolak aktif dlm kelompok
Menarik diri
Konsentrasi berlebihan pada gerak bibir/wajah lawan
bicara
Respon2 tidak sesuai
TANDA FISIK




Telinga keluar cairan
Bernafas lewat mulut
Ekspresi Nampak tertekan saat pagi
Keluhan:
 Sakit
telinga
 Dengung/deringan
 Merasa ada benda dlm telinga
 Telinga luka
 Demam, sakit tenggorokan
 Cek audiometri
Karakteristik kognitif Anak Tunarungu


Inteligensi seorang tunarungu secara potensial pada
umumnya sama dengan orang normal, tetapi secara
fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan berbahasa
Keterbatasan informasi dan kurangnya daya abstraksi
pada seorang tunarungu akan menghambat proses
pencapaian pengetahuan yang lebih luas,
dengandemikian perkembangan inteligensi secara
fungsionalpun terhambat. Hal ini mengakibatkan
seorang tunarungu kadang menampakkan
keterlambatan dalam belajar.



Kesulitan akademik yang dihadapi ATR bukanlah karena
masalah kognitif yang kurang akan tetapi sebenarnya
kesulitan dalam berbahasa”. tidak ada perbedaan
kuantitatif dalam kemampuan intelektual kaum tunarungu
dibandingkan dengan orang mendengar.
Analisa mendalam terhadap hasil berbagai sub tes,
menunjukkan adanya perbedaan kualitatif, oleh karena
mereka mengalami kesulitan oleh karena mereka
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang
menuntut pemahaman abstrak.
Walaupun ATR dalam segi kuantitas setara dengan anak
yang mendengar, namun dari segi kualitas, anak tunarungu
nampak inferior.
Karakteristik Sosial emosional


Fungsi emosi diartikan sebagai persepsi seseorang
tentang dirinya, dan fungsi sosial adalah sebagai
persepsi tentang hubungan dirinya dengan orang
lain dalam situasi sosial
Kekurangan dalam kemampuan berbahasa verbal
menyebabkan anak tunarungu sulit mengungkapkan
perasaan maupun keinginannya pada orang
mendengar, shg hal tersebut menimbulkan perasaan
negatif yang dapat mempengaruhi perkembangan
emosi dan sosialnya.


ATR seringkali salah menafsirkan sesuatu, dan hal
tersebut menjadi tekanan bagi emosinya, sehingga
dapat menghambat perkembangan pribadinya
dengan kecenderungan menampilkan sikap
menutup diri, atau menampakkan kebimbangan
dan keragu-raguan.
Sulit untuk bersosialisasi dan kurang dapat
menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan situasi dan
kondisi baru
Implikasi ketunarunguan thd perkemb
akademik/belajar




Sulit dalam mempelajari materi pelajaran yang lebih
bersifat verbal, sedangkan untuk materi non verbal
seperti keterampilan tangan dan olahraga, pd
umumnya tidak mengalami hambatan berarti.
Sulit memahami penjelasan guru, apabila guru tidak
menggunakan metode komunikasi yang tidak
menggunakan metode komunikasi yang betul-betul
sesuai dengan kemapuan berkomunikasi ATR.
Sulit memahami materi yang bersifat abstrak
Kesulitan untuk tugas2 kognitif yang banyak
mengandalkan kemampuan pemahaman bahasa.
INTERVENSI

Latihan pendengaran
 Latihan
membedakan: pola suara lingk
 Pola irama bicara, irama alat music
 Pengenalan huruf vocal, konsonan
 Bicara dlm situasi ramai



Oralism: bicara/Bahasa ujaran. Melalui waktu
cukup & latihan
Manualism : bdsr manual alphabet (sist. Baca jari &
Bahasa isyarat)
Komunikasi total: gabungan bbg bentuk
komunikasi

TUNA WICARA
DEFINISI TUNA WICARA



Sedangkan menurut Menurut Frieda Mangunsong,dkk
dalam Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, tuna
wicara atau kelainan bicara adalah hambatan dalam
komunikasi verbal yang efektif.
Kemudian menurut Dr. Muljono Abdurrachman dan
Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan Luar Biasa Umum
(1994) gangguan wicara atau tunawicara adalah
suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi
dari bunyi bicara, dan atau kelancaran berbicara.
tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan
atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal
sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
Definisi (hallahan, Kauffman, 2006)

Kelainan KOMUNIKASI

Kelainan bicara, yaitu




Kelainan suara: kualitas suara pembicara (terlalu)
Kelainan artikulasi: kesalahan/distorsi penyebutan kata.cenang-senang,
sulit shulit, ider ide
Gg. Kelancaran Bahasa: sulit control pnafasan saat bicara:gagap,
pengulangan, tersendat, panjang
Kelainan Bahasa:

Bentuk Bahasa:





fonem: satuan terkecil bunyi yg membedakan:lagu – ragu
Sintaks : aturan pd saat menggabungkan katakalimat : SPOK
Isi Bahasa (semantik): makna kata
Fungsi Bahasa:prakmatik penerapan.
VARIASI komunikasi: bukan masalah wicara


Perbedaan Bahasa/dialek: bdsr asal daerah,lingk sosial
Komunikasi tambahan
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA
GANGGUAN
ARTIKULASI
• MASALAH DALAM MENGUCAPKAN BUNYI
DENGAN BENAR
GANGGUAN
SUARA
• GANGGUAN MENGHASILKAN SUARA
SUARA YANG SERAK, PARAU, TERLALU
KERAS ATAU RENDAH
GANGGUAN
KEFASIHAN
• BIASA DISEBUT GAGAP. DIMANA ANAK
RAGU-RAGU TIDAK TERATUR, BERLAMA
LAMA ATAU MENGULANG DLM BERBICARA
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA
GANGGUAN
BAHASA
• KELEMAHAN YANG SIGNIFIKAN DALAM
BAHASA EKSPRESIF ATAU RESEPTIF ANAK
BAHASA
RESEPTIF
• PENERIMAAN DAN PEMAHAMAN BAHASA
BAHASA
EKSPRESIF
• KEMAMPUAN UNTUK MENGEKSPRESIKAN
PEMIKIRAN SESEORANG DAN
BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG LAIN
Faktor Penyebab Tuna Wicara


1.Gangguan pre natal
Hereditas (keturunan): Yaitu apabila anak tunawicara sejak dalam
kandungan karena diantara keluarga terdapat tunawicara atau
membawa gen tunawicara sehingga ketika lahir anak tersebut
memiliki gangguan tunawicara. Ini disebut dengan tuli genetis.
Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga dapat menyebabkan abnormalitas
pada kelahiran
Anoxia: Kekurangan oksigen dalam janin dapat menyebabkan
kerusakan pada otak dan syaraf yang menyebabkan
ketidaksempurnaan organ salah satunya aorgan bicara seperti pita
suara,tenggorokan,lidah,dan mulut.
2. Gangguan neo natal
Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan
lahir dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan
kebisuan yang kadang disertai ketulian. Kurangnya berat pada ketika
lahir

3. Gangguan pos natal
Infeksi: Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi
misalnya campak yang menyebabkan tuli preseftik,virus
akan mennyerang cairan koklea,menyebabkan anak
menderita otitis media (koken). Akibat yang sama akan
terjadi bila anak menderita scaerlet fever,dipteri, batuk
hejang atau tertular sifilis.
meningitis(radang selaput otak): Penderita akan
mengalami kelainan pada pusat syraf pendengaran dan
akan mengalami ketulian perseptif.
infeksi alat pernafasan: Seseorang dapat menjadi tuna
wicara apabila terjadi gangguan pada organ pernafasan
seperti paru-paru, laring, atau gangguan pada mulut dan
lidah
MANGUNSONG (2009)

FAKTOR SENTRAL
 Susunan
saraf pusat, ketidakmampuan Bahasa spesifik,
RM, autism, adhd, luka otak

FAKTOR PERIFERAL
 Gg.sensorimotorik
 Gg.

Pdengaran, fisik, penglihatan
FAKTOR LINGK EMOSIONAL
 Penelantaran,
pengabaian, penganiayaan
 Mslh perk, perilaku & emosi

KOMBINASI factor di atas
SEBAB (Mangunsong, 2009)
KELAINAN SUARA
KELAINAN
ARTIKULASI
GG.KELANCARAN
BAHASA
KELAINAN
BAHASA
Laryngitis
Kesalahan produksi
suara
gg.Emosi
RM, spectrum autis
Tumor pita suara
Luka otak
Kerusakan otak &
saraf
Kerusakan
pendengaran
Masalah
psikologi(aphonia)
Kerusakan sist.saraf
Kecelakaan otak
traumatis
Kerusakan otak
Defisiensi dlm
belajar
Tidak biasa Bahasa
verbal.
Klasifikasi Tunawicara


a.
b.
c.
d.
Keterlambatan bicara (Delayed speech ):Yaitu seseorang
yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan
bicaranya jika dibandingkan dengan anak seusianya.
Gagap (stuttering): Yaitu kelainan dalam memulai
pembicaraan dapat berupa,
Pemanjangan fonem atau suku kata depan (prolongation),
Pengulangan suku kata depan ( repetition ),
Gerak mulut berbicara namun tidak keluar suara ( silent
struggle )
Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering),
biasanya berupa bicara terlalu cepat, struktur kalimat
tidak karuan, repitisi berlebihan.


a.
b.
c.
kehilangan kemampuan berbahasa(disphasia): Yaitu
kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan
dalam inti pembicaraan sampai tidak dapat bebicara sama
sekali.
Kelainan suara(voice disorder): Ditandai dengan
perbedaan suara dengan anak normal. Adapun kelainan
suara berupa
Kelainan nada(pitch): Kelainan nada bicara dapat
berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau monoton.
Kelainan kualitas suara: Kelainan kualitas atau warna
suara berupa serak, lemah, atau desah.
Kelainan keras lembutnya suara: Kelainan ini dapat
berupa suara keras ataupun suara lembut
Karakteristik tuna wicara




Karakteristik bahasa dan wicara: Pada umumnya anak tunawicara
memiliki kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara bila
dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak normal.
Kemampuan intelegensi:Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda
dengan anak-anak normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih
rendah dari IQ performanya
Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku: Dalam melakukan interaksi sosial
di masyarakat banyak mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang
menyebabkan tuna wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian
sosialnya.Sehingga anak tunawicara terkesan agak eksklusif atau terisolasi
dari kehidupan masyarakat normal.
ciri-ciri fisik dan psikis : Berbicara keras dan tidak jelas, Suka melihat
gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya, Telinga mengeluarkan
cairan, Biasanya Menggunakan alat bantu dengar, Bibir sumbing, Suka
melakukan gerakan tubuh, Cenderung pendiam, Suara sengau, Cadel ,
memiliki kebiasaan menunduk karena mewaspadai adanya hambatan saat
berjalan dan/atau rasa rendah diri dalam pergaulan. Dalam upaya untuk
dapat mendengar dengan lebih jelas, umumnya anak tuna wicara
memiringkan kepalanya mendekati sumber suara
Hambatan yang dialami anak
tunawicara





Sulit berkomunikasi dengan orang lain
Sulit bersosialisasi.
Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya.
Perkembangan pskis terganggu karena merasa
berbeda atau minder.
mengalami gangguan dalam perkembangan
intelektual, kepribadian, dan kematangan sosial.
IDENTIFIKASI
Bandingkan dg perk. Bicara anak seusia yg normal
 Tes standar/skala perkembangan Bahasa anak
 Observasi.
 Tes bercakap-cakap : evaluasi kelancaran Bicara &
kualitas suara
Dari berbagai disiplin ilmu.

Intervensi pada anak tuna wicara






Latihan Artikulasi: gerakan otot-otot dari langit-langit, rahang lidah
dan bibir yang perlu untuk bicara.
Terapi Wicara (speech therapy): melatih pengucapan oral ( mulut ).
Speech development: Yaitu pengembangan kemampuan bicara. Anak
tunawicara dapat diajar berbicara. Dalam masyarakat masih banyak
orang yang berfikir bahwa anak tuna wicara tidak dapat membawa
suara. Pendapat ini salah sebab anak tuna wicara dapat bersuara. Hal
ini tergantung melatih suara tersebut untuk berbicara.
speech Improvement: Yaitu segala macam usaha yang berhubungan
dengan pengembangan kemampuan bicara. Contoh : grammar,
spelling, reading, dam comprehension. Setelah anak terbiasa
mengucapkan kata-kata dengan baik maka perlu peningkatan bicara
dengan menambah beberapa perbendaharaan kata.
Speech correction: Yaitu suatu pembetulan bicara yang brbau terapi,
dengan cara membetulkan dan mengoreksi istilah-istilah yang tidak
benar.
Speech education: Yaitu pendidikan bicara dan berbahasa.
INTERVENSI (Mangunsong, 2009)

Secara MEDIS
 Oleh

dr. THT, operasi
Secara PSIKOLOGIS
kasus gagap tidak cemas,  dapat
menyesuaikan diri
 Pada

Secara PENDIDIKAN
 Intensif
ajarkan bunyi2 spesifik dg tepat
 kegaitan bermain pada anak2, mll cerita &
menceritakan kembali, sesuai minat anak, pelan, jelas,
dikoreksi, waktu cukup.
 INKLUSIF:

terimakasih
Download