TUNANETRA, TUNARUNGU, TUNAWICARA TUGAS BERKELOMPOK “Carilah … DEFINISI SEBAB/ETIOLOGI Klasifikasi Ciri: Cara identifikasi DAMPAK ketunaan (perkembgn intelektual & prestasi akademik, social emosional) INTERVENSI TUNANETRA Tunanetra Anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat- alat khusus, mereka masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus Klasifikasi Tuna netra kemampuan daya penglihatan Ringan : Seseorang yang dikatakan penglihatannya normal, apabila hasil tes Snellen menunjukkan ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6 meter. Sedangkan untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan kategori Low vision (kurang lihat), yaitu penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan 6/20m6/60m. Kondisi yang demikian sesungguhnya penderita masih dapat melihat dengan bantuan alat khusus. Selanjutnya untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan katergori berat, atau The blind, yaitu penyandang tunanetra yang memiliki tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), dimana pada taraf ini mereka masih dapat melaksanakan tugas-tugas visual yang dilakukan orang awas dengan menggunakan alat bantu khusus serta dengan bantuan cahaya yang cukup. Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability). Pada taraf ini, mereka memiliki penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat Bantu visual dan modifikasi, sehingga mereka membutuhkan banyak dan tenaga dalam mengerjakantugas-tugas visual. Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability) Pada taraf ini mereka mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang lebih detail seperti membaca dan menulis. Untuk itu mereka sudah tidak dapat memanfaatkan penglihatannya dalam pendidikan, dan mengandalkan indra perabaan dan pendengaran dalam menempuh pendidikan. Klasifikasi Berdasarkan terjadinya ketunanetraan Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri Faktor Penyebab Tuna Netra Pre Natal, Bisa karena keturunan atau pertumbuhan dalam kandungan Post Natal Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras. ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan. Berbagai pendapat para ahli menunjukkan bahwa ketunanetraan dapat mempengaruhi prestasi akademik para penyandangnya. Akan tetapi mereka sependapat bahwa pengaruhnya tidak sebesar yang terjadi pada anak tunarungu karena pendengaran memegang peranan peranan penting dalam kegiatan belajar di sekolah dibandingkan pengelihatan. Curiga pada Orang Lain 1) Mudah Tersinggung 2) Ketergantungan pada Orang Lain Aspek Fisik : kondisi matanya yang berbeda dengan mata orang awas dan sikap tubuhnya yang kaku • Aspek Sensorik : menunjukkan kepekaan yang lebih baik pada indera pendengaran dan perabaan dibandingkan dengan anak awas. • Aspek Motorik/Perilaku: Gerakan agak kaku dan kurang fleksibel, serta sering melakukan perilaku stereotip, seperti menggosok-gosok mata dan menepuk-nepuk tangan. Alasan Penyandang Tunanetra tidak mengikuti aktivitas jasmani (French dan Jansman1982:208) Rasa takut dari guru dan administrator atau penglelola sekolah. Tidak mempengaruhi tentang pendekatan pengajaran yang efektif bagi yagn berpengliharan terbatas dalam pendidikan jasmani. Sikap negatif terhadap peserta didik yang berpenglihatan terbatas yang berada dalam kelas. Terlalu menekan pada tujuan vokasional. Terlalu dilindungi oleh org tua atau wali. Terlalu mudahnya dokter memberikan surat keterangan agar yang berpenglihatan terbatas tidak perlu ikut aktivitas jasmani. Aktivitas yang Disarankan untuk Tunanetra 1. Kesegaran jasmani dan gerak Peserta didik berpenglihatan terbatas seharusnya membutuhkan kesegaran yang lebih daripada yang berpenglihatan normal, karena bagi yang berpenglihatan terbatas melakukan satu gerak memerlukan usaha yang lebih banyak dari pada diperlukan (Buell,1973). 2. a. b. c. d. e. f. g. Keterampilan dan pola gerak dasar Menyebutkan bagian-bagian tubuh. Menggerakkan bagian-bagian tubuh secara terpisah. Mengkoordiansikan gerak dari dua bagian tubuh. Menggerakkan benda dengan berbagai bagian tubuh. merasakan ukuran dari berbagai bagian tubuh. Mengidentifikasi bagian-bagian tubuh dari teman yang lain. Memelihara keseimbangan di atas balok keseimbangan yang rendah. 3. a. b. c. d. e. Aktivitas individu dan kelompok Prinsip pembelajarannya Tempatkan alat yang berbunyi dalam bola, pada keranjang, pada gawang, dan pada tempat hnggap (base). gunakan formasi rantai (rabaan). Aktivitas dimulai dari tempat yang tetap. Manfaatkan keadaan permukaan tempat bermain (rumput yang tingginya berlainana, pasir, tanah) untuk menyatakan batas lapangan permainan dan daerah luar batas permainan. Ubah susunan (tekstur) dari alat. a. b. Gunakan dinding yang telah dilapisi/ditutup dengan bahan yang empuk. Gunakan warna yang cerah dari objek aktivitas dan tanda batasbatas. c. Gunakan peluit, memanggil atau meneriakkan nama. d. Ukuran lapangan permainan diperkecil. e. Batasi jumlah peserta dari kedua tim. f. g. h. Bermain dengan gerak lambat bila memperkenalkan permainan baru. Gunakan tanda atau bau sebagai tanda dalam situasi tertentu. Beritahu pemain yang buta apabila seorang pemain kunci meninggalkan lapangan atau daerah permainan. PENDIDIKAN SLB A: KHUSUS tuna netra SDLB : campur berbagai macam kebutuhan khusus INKLUSIF: terkait kemauan anak untuk integrase dg anak normal Kesediaan lembaga u/menerika ABK Ketersediaan guru yg paham ABK + sarana khusus TRANSISI KE DEWASA Kemandirian Melalui pelatihan Stigma dan penerimaan masy bahwa ABK mampu, tidak terus menerus dikasihani/dibantu Pekerjaan Penanganan kurikulum Pelatihan intensif Kerjasama bbg pihak Akomodasi fasilitas (tata ruang, pencahayaan, computer modifikasi) tunarungu Pengertian Tunarungu Hallahan & Kauffman (1991:266) bahwa : “Tunarungu merupakan istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang digolongkan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing) Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar. Orang yang kurang dengar adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisapendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran” Moores (1982:6) mendefinisikan tunarungu sebagai berikut:; A deaf person in a one whose hearing is disable to an extent (usually 70 dB ISO or greater) that precludes the understanding of speech through the ear alone, with or without the use of a hearing aidear alone, with or without the use of a hearing aid A hard of hearing is one whose hearing disabled to an extent (usually 35 to 69 dB ISO) that make difficult but does not preclude, the understanding of speech through the ear alone, without or with a hearing tunarungu adalah mereka yang kurang mampu untuk mendengar atau tidak mendengar sama sekali bunyi atau suara pada intensitas tertentu sebagai akibat dari tidak tertentu sebagai akibat dari tidak berfungsinya indera pendengaran sebagaimana mestinya, baik tanpa maupun menggunakan alat bantu dengar. Gmbaran tingkat ketulian Obyek dengar Desibel (dB) TINGKAT KETULIAN 130 petir 120 musik rock/motor 110 Suara jalan raya 100 Dering telp 90 Total profound 80 Percakapan biasa 70 60 severe Suara alat rumah tangga 50 Mesin tik 40 moderate 30 20 bisikan 10 0 Mild Klasifikasi Tunarungu Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 20-30dB Yaitu sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf ringan, dimana ia mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi yang demikian, seseorang anak secara pedagogis sudah memerlukan perhatian khusus dalam belajarnya di sekolah, misalnya dengan menempatkan tempat duduk di bagian depan, yang dekat dengan guru. Tuna rungu marginal (30-40 dB) Sulit dengar pembicaraan beberapa meter. Masih bisa dengar tapi dilatih Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 40 – 60 dB Yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf sedang, dimana ia hanya dapat mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet secara berhadapan, tetapi tidak dpt mengikuti diskusi-diskusi di kelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan taraf ini memerlukan adanya alat bantu dengar (hearing aid), dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama. Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 60-75 dB Sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Tuli edukatif : tdak lagi menggunakan pendengaran u/pendidikan. Ambang batas sulit mendengar-tuli. Siswa dengan kategori ini juga memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti pendidikannya di sekolah. Siswa juga sangat memerlukan adanya pembinaan atau latihan-latihan komunikasi dan pengembangan bicaranya. Tunarungu sangat berat (profound), yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian >75 dB Pada taraf ini, mungkin seseorang sudah tidak dapat merespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui getaran-getaran suara yang ada. Tidak bisa belajar Bahasa. Walau dg alat bantu dengar. Untuk kegiatan pendidikan dan aktivitas lainnya, penyandang tunarungu kategori ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau penglihatannya. JUST ASK _ Sensory Disability Awareness Film.mp4 Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd) Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran (Ringan 24-40 Db, Sedang, 41-55 dB, Sedang berat, 56-70 dB, Berat, 71-90 dB, Sangat berat, lebih dari 120 dB Berdasarkan Saat terjadinya Kehilangan pendengaran (Tunarungu bawaan dan Tunarungu setelah lahir) Berdasarkan Tempat kerusakan (Tuli konduktif dan Tuli sensoris) BerdasarkanTaraf Penguasaan bahasa (Tuli pra bahasa danTuli purna bahasa) Berdasarkan Saat terjadinya Kehilangan pendengaran ketunarunguan bawaan, artinya ketika anak lahir sudah mengalami tunarungu dan indera pendengarannya sudah tidak berfungsi lagi ketunarunguan setelah lahir, artinya terjadi ketunarunguan setelah anak lahir akibat kecelakaan atau suatu penyakit Berdasarkan Tempat kerusakan kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, shg menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga (Tuli konduktif) Kerusakan pada telinga bagian dalam shg tidak dapat mendengar bunyi/suara (tuli sensoris) BerdasarkanTaraf Penguasaan bahasa Tuli pra bahasa adalah mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6 tahun) artinya anak menyamakan tanda tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih namun belum membentuk sistem lambang. Tuli purna bahasa, adalah mereka yang menjadi tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang Yang berlaku di lingkungan Penyebab ketunarunguan Keturunan dari kromosom Penyakit bawaan/iinfeksi kronis Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran Radang selaput otak (meningitis) Virus rubella saat ibu hamil luka/radang, penyakit anak-anak Tulang tengkorak pecah Suara terlalu keras Faktor internal diri anak Faktor keturunan dari salah satu atau kedua orangtua yg mengalami ketunarunguan. Kondisi genetik yang berbeda disebabkan oleh gen yang dominan represif dan berhubungan dengan jenis kelamin. Campak jerman (Rubella) yg diderita ibu sewaktu mengandung. Keracunan darah (Toxaminia). Kerusakan pada plasenta yang mempengaruhi pertumbuhan janin. Faktor eksternal anak anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan. Meningitis radang selaput otak Otitis media Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian tengah dan dalam Dampak langsung Ketunarunguan Terbatasnya/kurangnya pemerolehan atau perbendaharaan bahasa (vocabulary) akibatnya mereka mengalami kelambatan dalam perkembangan komunikasi, Terhambatnya komunikasi secara reseptif (menangkap/memahami pembicaraan orang lain) dan secara ekspresif (bicara). ketunarunguan sebagai kelainan primer yang bersifat motoris (fisik), dapat mengakibatkan terjadinya kelainan sekunder (dampak) pada berbagai aspek kehidupan dan perkembangan ATR, yaitu dalam kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, fungsi sosial, emosi, kognitif, dan proses belajarnya. Hilangnya kemampuan mendengar (tunarungu) adalah terhambatnya komunikasi dengan dan hilangnya kemampuan mendengar (tunarungu) adalah terhambatnya komunikasi dengan dan diantara kaum tunarungu serta lingkungannya. Seseorang mengalami ketunarunguan sejak lahir, ia tidak akan mengembangkan kemampuan berbahasanya secara spontan, shg dlm usaha utk bermasyarakat akan timbul brbgi prmasalahan spt aspek sosial, emosional dan mental. anak tunarungu tidak mampu menangkap kata-kata atau pembicaraan orang lain melalui pendengarannya, sehingga tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban. Proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual atau menangkap pembicaraan orang lain melalui gerak bibir. INDIKATOR PERILAKU (Berlin, geyer, Yankaver dlm Cartwright, 1984) KURang perhatian Mengarahkan kepala ke arah pembicara Gagal pahami instruksi lisan, esp dlm situasi kelompok Minta pengulangan Masalah wicara Menolak aktif dlm kelompok Menarik diri Konsentrasi berlebihan pada gerak bibir/wajah lawan bicara Respon2 tidak sesuai TANDA FISIK Telinga keluar cairan Bernafas lewat mulut Ekspresi Nampak tertekan saat pagi Keluhan: Sakit telinga Dengung/deringan Merasa ada benda dlm telinga Telinga luka Demam, sakit tenggorokan Cek audiometri Karakteristik kognitif Anak Tunarungu Inteligensi seorang tunarungu secara potensial pada umumnya sama dengan orang normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasa Keterbatasan informasi dan kurangnya daya abstraksi pada seorang tunarungu akan menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas, dengandemikian perkembangan inteligensi secara fungsionalpun terhambat. Hal ini mengakibatkan seorang tunarungu kadang menampakkan keterlambatan dalam belajar. Kesulitan akademik yang dihadapi ATR bukanlah karena masalah kognitif yang kurang akan tetapi sebenarnya kesulitan dalam berbahasa”. tidak ada perbedaan kuantitatif dalam kemampuan intelektual kaum tunarungu dibandingkan dengan orang mendengar. Analisa mendalam terhadap hasil berbagai sub tes, menunjukkan adanya perbedaan kualitatif, oleh karena mereka mengalami kesulitan oleh karena mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang menuntut pemahaman abstrak. Walaupun ATR dalam segi kuantitas setara dengan anak yang mendengar, namun dari segi kualitas, anak tunarungu nampak inferior. Karakteristik Sosial emosional Fungsi emosi diartikan sebagai persepsi seseorang tentang dirinya, dan fungsi sosial adalah sebagai persepsi tentang hubungan dirinya dengan orang lain dalam situasi sosial Kekurangan dalam kemampuan berbahasa verbal menyebabkan anak tunarungu sulit mengungkapkan perasaan maupun keinginannya pada orang mendengar, shg hal tersebut menimbulkan perasaan negatif yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi dan sosialnya. ATR seringkali salah menafsirkan sesuatu, dan hal tersebut menjadi tekanan bagi emosinya, sehingga dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan kecenderungan menampilkan sikap menutup diri, atau menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan. Sulit untuk bersosialisasi dan kurang dapat menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan situasi dan kondisi baru Implikasi ketunarunguan thd perkemb akademik/belajar Sulit dalam mempelajari materi pelajaran yang lebih bersifat verbal, sedangkan untuk materi non verbal seperti keterampilan tangan dan olahraga, pd umumnya tidak mengalami hambatan berarti. Sulit memahami penjelasan guru, apabila guru tidak menggunakan metode komunikasi yang tidak menggunakan metode komunikasi yang betul-betul sesuai dengan kemapuan berkomunikasi ATR. Sulit memahami materi yang bersifat abstrak Kesulitan untuk tugas2 kognitif yang banyak mengandalkan kemampuan pemahaman bahasa. INTERVENSI Latihan pendengaran Latihan membedakan: pola suara lingk Pola irama bicara, irama alat music Pengenalan huruf vocal, konsonan Bicara dlm situasi ramai Oralism: bicara/Bahasa ujaran. Melalui waktu cukup & latihan Manualism : bdsr manual alphabet (sist. Baca jari & Bahasa isyarat) Komunikasi total: gabungan bbg bentuk komunikasi TUNA WICARA DEFINISI TUNA WICARA Sedangkan menurut Menurut Frieda Mangunsong,dkk dalam Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, tuna wicara atau kelainan bicara adalah hambatan dalam komunikasi verbal yang efektif. Kemudian menurut Dr. Muljono Abdurrachman dan Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan Luar Biasa Umum (1994) gangguan wicara atau tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi dari bunyi bicara, dan atau kelancaran berbicara. tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi Definisi (hallahan, Kauffman, 2006) Kelainan KOMUNIKASI Kelainan bicara, yaitu Kelainan suara: kualitas suara pembicara (terlalu) Kelainan artikulasi: kesalahan/distorsi penyebutan kata.cenang-senang, sulit shulit, ider ide Gg. Kelancaran Bahasa: sulit control pnafasan saat bicara:gagap, pengulangan, tersendat, panjang Kelainan Bahasa: Bentuk Bahasa: fonem: satuan terkecil bunyi yg membedakan:lagu – ragu Sintaks : aturan pd saat menggabungkan katakalimat : SPOK Isi Bahasa (semantik): makna kata Fungsi Bahasa:prakmatik penerapan. VARIASI komunikasi: bukan masalah wicara Perbedaan Bahasa/dialek: bdsr asal daerah,lingk sosial Komunikasi tambahan GANGGUAN BICARA DAN BAHASA GANGGUAN ARTIKULASI • MASALAH DALAM MENGUCAPKAN BUNYI DENGAN BENAR GANGGUAN SUARA • GANGGUAN MENGHASILKAN SUARA SUARA YANG SERAK, PARAU, TERLALU KERAS ATAU RENDAH GANGGUAN KEFASIHAN • BIASA DISEBUT GAGAP. DIMANA ANAK RAGU-RAGU TIDAK TERATUR, BERLAMA LAMA ATAU MENGULANG DLM BERBICARA GANGGUAN BICARA DAN BAHASA GANGGUAN BAHASA • KELEMAHAN YANG SIGNIFIKAN DALAM BAHASA EKSPRESIF ATAU RESEPTIF ANAK BAHASA RESEPTIF • PENERIMAAN DAN PEMAHAMAN BAHASA BAHASA EKSPRESIF • KEMAMPUAN UNTUK MENGEKSPRESIKAN PEMIKIRAN SESEORANG DAN BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG LAIN Faktor Penyebab Tuna Wicara 1.Gangguan pre natal Hereditas (keturunan): Yaitu apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan karena diantara keluarga terdapat tunawicara atau membawa gen tunawicara sehingga ketika lahir anak tersebut memiliki gangguan tunawicara. Ini disebut dengan tuli genetis. Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga dapat menyebabkan abnormalitas pada kelahiran Anoxia: Kekurangan oksigen dalam janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan syaraf yang menyebabkan ketidaksempurnaan organ salah satunya aorgan bicara seperti pita suara,tenggorokan,lidah,dan mulut. 2. Gangguan neo natal Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan kebisuan yang kadang disertai ketulian. Kurangnya berat pada ketika lahir 3. Gangguan pos natal Infeksi: Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya campak yang menyebabkan tuli preseftik,virus akan mennyerang cairan koklea,menyebabkan anak menderita otitis media (koken). Akibat yang sama akan terjadi bila anak menderita scaerlet fever,dipteri, batuk hejang atau tertular sifilis. meningitis(radang selaput otak): Penderita akan mengalami kelainan pada pusat syraf pendengaran dan akan mengalami ketulian perseptif. infeksi alat pernafasan: Seseorang dapat menjadi tuna wicara apabila terjadi gangguan pada organ pernafasan seperti paru-paru, laring, atau gangguan pada mulut dan lidah MANGUNSONG (2009) FAKTOR SENTRAL Susunan saraf pusat, ketidakmampuan Bahasa spesifik, RM, autism, adhd, luka otak FAKTOR PERIFERAL Gg.sensorimotorik Gg. Pdengaran, fisik, penglihatan FAKTOR LINGK EMOSIONAL Penelantaran, pengabaian, penganiayaan Mslh perk, perilaku & emosi KOMBINASI factor di atas SEBAB (Mangunsong, 2009) KELAINAN SUARA KELAINAN ARTIKULASI GG.KELANCARAN BAHASA KELAINAN BAHASA Laryngitis Kesalahan produksi suara gg.Emosi RM, spectrum autis Tumor pita suara Luka otak Kerusakan otak & saraf Kerusakan pendengaran Masalah psikologi(aphonia) Kerusakan sist.saraf Kecelakaan otak traumatis Kerusakan otak Defisiensi dlm belajar Tidak biasa Bahasa verbal. Klasifikasi Tunawicara a. b. c. d. Keterlambatan bicara (Delayed speech ):Yaitu seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicaranya jika dibandingkan dengan anak seusianya. Gagap (stuttering): Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa, Pemanjangan fonem atau suku kata depan (prolongation), Pengulangan suku kata depan ( repetition ), Gerak mulut berbicara namun tidak keluar suara ( silent struggle ) Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya berupa bicara terlalu cepat, struktur kalimat tidak karuan, repitisi berlebihan. a. b. c. kehilangan kemampuan berbahasa(disphasia): Yaitu kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan dalam inti pembicaraan sampai tidak dapat bebicara sama sekali. Kelainan suara(voice disorder): Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak normal. Adapun kelainan suara berupa Kelainan nada(pitch): Kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau monoton. Kelainan kualitas suara: Kelainan kualitas atau warna suara berupa serak, lemah, atau desah. Kelainan keras lembutnya suara: Kelainan ini dapat berupa suara keras ataupun suara lembut Karakteristik tuna wicara Karakteristik bahasa dan wicara: Pada umumnya anak tunawicara memiliki kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak normal. Kemampuan intelegensi:Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ performanya Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku: Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal. ciri-ciri fisik dan psikis : Berbicara keras dan tidak jelas, Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya, Telinga mengeluarkan cairan, Biasanya Menggunakan alat bantu dengar, Bibir sumbing, Suka melakukan gerakan tubuh, Cenderung pendiam, Suara sengau, Cadel , memiliki kebiasaan menunduk karena mewaspadai adanya hambatan saat berjalan dan/atau rasa rendah diri dalam pergaulan. Dalam upaya untuk dapat mendengar dengan lebih jelas, umumnya anak tuna wicara memiringkan kepalanya mendekati sumber suara Hambatan yang dialami anak tunawicara Sulit berkomunikasi dengan orang lain Sulit bersosialisasi. Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya. Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder. mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan kematangan sosial. IDENTIFIKASI Bandingkan dg perk. Bicara anak seusia yg normal Tes standar/skala perkembangan Bahasa anak Observasi. Tes bercakap-cakap : evaluasi kelancaran Bicara & kualitas suara Dari berbagai disiplin ilmu. Intervensi pada anak tuna wicara Latihan Artikulasi: gerakan otot-otot dari langit-langit, rahang lidah dan bibir yang perlu untuk bicara. Terapi Wicara (speech therapy): melatih pengucapan oral ( mulut ). Speech development: Yaitu pengembangan kemampuan bicara. Anak tunawicara dapat diajar berbicara. Dalam masyarakat masih banyak orang yang berfikir bahwa anak tuna wicara tidak dapat membawa suara. Pendapat ini salah sebab anak tuna wicara dapat bersuara. Hal ini tergantung melatih suara tersebut untuk berbicara. speech Improvement: Yaitu segala macam usaha yang berhubungan dengan pengembangan kemampuan bicara. Contoh : grammar, spelling, reading, dam comprehension. Setelah anak terbiasa mengucapkan kata-kata dengan baik maka perlu peningkatan bicara dengan menambah beberapa perbendaharaan kata. Speech correction: Yaitu suatu pembetulan bicara yang brbau terapi, dengan cara membetulkan dan mengoreksi istilah-istilah yang tidak benar. Speech education: Yaitu pendidikan bicara dan berbahasa. INTERVENSI (Mangunsong, 2009) Secara MEDIS Oleh dr. THT, operasi Secara PSIKOLOGIS kasus gagap tidak cemas, dapat menyesuaikan diri Pada Secara PENDIDIKAN Intensif ajarkan bunyi2 spesifik dg tepat kegaitan bermain pada anak2, mll cerita & menceritakan kembali, sesuai minat anak, pelan, jelas, dikoreksi, waktu cukup. INKLUSIF: terimakasih