Kelompok 7 Danu Setiawan 1017041023 Juli Adi Prastyo

advertisement
Kelompok 7
Danu Setiawan 1017041023
Juli Adi Prastyo 1017041031
Comparator
Rangkaian Comparator adalah satu jenis penerapan rangkaian kombinasional yang mempunyai
fungsi utama membandingkan dua data digital. Hasil pembandingan itu adalah, sama, lebih kecil,
atau lebih besar. Dari dua data digital yang hanya terdiri dari 1 bit yang dibandingkan, kemudian
dapat diperluas menjadi dua data digital yang terdiri dari lebih dari 1 bit seperti dua bit, tiga bit, dst.
Komparator banyak digunakan misalnya pada mesin penyeleksi surat, baik ukuran dimensinya, berat
surat, kode area (berdasarkan bar-code), dsb. Berikut contoh Gambaran rangkaian komparator 1-bit
A>B
Comparator
1 bit
A= B
A<B
A
B
(a)
L
A
E
B
G
(b)
Gambar 1. Rangkaian Komparator 1-bit. (a) Rangkaian Jadi, dan (b) Rangkaian dari Gerbang
Logika
Data angka umumnya paling sedikit terdiri dari dua bit. Namun di dalam bilangan desimal,
angka yang terbesar yang dapat diwakili oleh dua bit ini ialah angka 3 (‘11’ dalam sistem
biner). Apabila kita ingin membandingkan angka-angka yang lebih besar tentunya sistem
pembanding itu tidak dapat digunakan lagi sehingga kita perlu rnerancang sistem yang baru
yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi setiap ada perubahan untuk membandingkan angka yang
lebih besar yang diluar kemampuan sistem pembanding tersebut, kita harus merancangnya
lagi. Hal sepertinya tidaklah menguntungkan. Oleh karena itulah kita harus rancang suatu
sistem pembanding sedemikian rupa sehingga setiap sistem ini dapat saling dihubungkan satu
sama lain untuk membentuk sistem pembanding yang lebih besar. Dengan kata lain, untuk
kepentingan pembandingan yang dapat mengakomodasi semua bilangan, maka harus
dirancang satu sistem praktis untuk itu.
A. Komparator untuk Dua bit data
Misalkan kita ingin merancang suatu alat pembanding (comparator) yang akan
membandingkan dua angka dan memberkan hasilnya, yaitu angka yang satu lebih kecil, lebih
besar, atau sama dengan angka yang satunya. Sistem pembanding ini digambarkan secara
garis besar sebagai sebuah kotak hitam yang hanya diketahui fungsinya saja. Kotak hitam
dari sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Sistem pembanding ini mempunyai 2 Input A dan B yang masing-masing terdiri dan 2 bit dan
3 output yang masing-masing terdiri dari 1 bit untuk menunjukkan hasil perbandingan
tersebut yaitu, A>B, A<B, dan A=B. Cara kerja sistem ini sangatlah sederhana. Setiap waktu
hanya ada satu output yang bernilai BENAR. Output A>B akan bernilai ‘1’ apabila nilai A
lebih besar dari B. Demikian juga halnya dengan output A<B dan A=B yang bernilai ‘1’
apabila nilai A lebih kecil dari B dan apabila nilai A sama dengan B. Gambar 3
menggambarkan tabel kebenaran dari sistem ini.
Gambar. 2 Diagram blok Comparator
Gambar. 3 Tabel kebenaran sistem Komparator
Sistem ini akan mempunyai 3 persamaan logika karena adanya 3 output. Oleh karena itu kita
akan sederhanakan dan peroleh persamaan logikanya satu persatu. Gambar 4, 5, dan 6
menunjukkan penyederhanaan dan persamaan logika yang di peroleh untuk output-output A
> B, A < B, dan A = B.
Gambar 4. Persamaan logika untuk A > B
Gambar 5. Persamaan logika untuk A < B
Gambar 6. Persamaan logika untuk A = B
Jika diperhatikan, persamaan logika dari ketiga output tersebut dinyatakan dalam 4 variabel
inputnya yaitu A1, A0, B1, dan B0. Hal ini menunjukkan bahwa setiap outputnya tergantung
pada input-inputnya. Di dalam mendesain sistem pembanding yang sebenarnya dengan
menggunakan komponen-komponen digital, kita ingin berusaha untuk mengurangi jumlah
ICs/komponen yang digunakan. Suatu penghematan yang jelas dan mudah di peroleh dengan
mengamati persamaan-persamaan logika yang di peroleh adalah dengan adanya kanonical
term yang sama di antara persamaan-persamaan logika tersebut. Sebagai contohnya dalam
desain sistem pembanding ini ialah kanonikal term A0.A1.B0 yang terdapat pada persamaan
logika untuk output A > B dan A < B. Hal ini berarti bahwa hanya satu rangkaian yang perlu
dibangun untuk kanonikal term ini sehingga output A > B dan A < B akan menggunakannya
bersama.
Perlu diingat juga bahwa pada sistem ini hanya akan ada satu output yang akan bernilai
BENAR=1 untuk setiap kombinasi inputnya; sebagai contohnya untuk input 01 (A1 & A0)
dan 11 (B1 & B0) hanya output A < B yang akan bernilai BENAR=1. Dengan menyadari hal
semacam ini, maka akan menolong kita untuk mengetahui apabila sistem tersebut tidak
bekerja dengan semestinya misalnya jika output A < B dan A = B memberikan nilai BENAR
untuk contoh input di atas tadi.
B. Komparator untuk lebih dari Dua bit data
Satu sistem pembanding sederhana (hanya 2 bit) telah dibahas pada Bagian A di atas. Tetapi
untuk keperluan pembandingan yang lebih dari 2 bit, karena memang kenyataan angka
desimal terbesar yang dinyatakan dalam biner adalah angka 3 (‘11’), maka harus dirancang
satu komparator lain untuk fungsi pembandingan tersebut.
Komparator tersebut mempunyai kotak hitam berbeda dengan Gambar 1, yaitu mempunyai
tiga input tambahan, IA<B, IA>B, dan IA=B seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Ketiga input tambahan ini dimaksudkan untuk dihubungkan ke output dari sistem komparator
yang lainnya apabila sebuah sistem pembanding lebih besar ingin dibentuk. Oleh karena
itulah, ketiga input tambahan itu disebut sebagai cascading input.
Gambar 7. Kotak hitam Komparato yang disempurnakan.
Komparator yang ditunjukkan pada Gambar 6 itu adalah untuk membandingkan angka-angka
yang besarnya 2 bit saja. Tetapi komparator ini dapat digabungkan untuk membentuk alat
pembanding gang lebih besar yang tentunya berukuran kelipatan dari 2. Sebagai contoh,
sistem pembanding untuk 6 bit dapat dibentuk dengan menggunakan 3 buah komparator
tersebut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Sistem pembanding yang paling kanan
disebut sebagai LSW (Least Significant Word) dan sistem pembanding yang paling kiri
disebut MSW (Most Significant Word).
Gambar 8. Komparator 6 bit
Perhatikan bahwa ketiga cascading input dari LSW-nya harus diberikan nilai konstan seperti
anda dapat lihat pada Gambar 8, yaitu IA>B = 0, IA=B = 1, dan
IA<B = 0. Tujuannya
ialah untuk menetralkan komparator tersebut sehingga nilai perbandingan pada LSW itu
hanya bergantung pada inputnya (A1, A0, B1, dan B0) saja. Sebagai contoh, output A>B dari
LSW itu akan bernilai ‘1’ apabila A lebih besar dari B, output A<B = 1, apabila A lebih kecil
dari B, dan A=B = 1 apabila A sama dengan B. Tetapi apa yang terjadi kalau cascading input
ini tidak diberikan nilai konstan seperti itu. Misalnya apabila nilai konstan dari cascading
inputnya adalah IA>B = 1, IA<B = 0, dan IA=B = 0, maka LSW ini akan mengeluarkan
output A>B = 1 apabila A sama dengan B. Hal ini karena LSW itu menganggap bahwa nilai
dari A yang sebelumnya adalah lebih besar dari B.
C. Merancang Komparator dengan komponen baku
Marilah kita desain komparator ini yang tentunya kita tahu bahva tabel kebenarannya harus
diperoleh terlebih dahulu. Tabel kebenaran untuk komparator ini yang ditunjukkan pada
Gambar 8 adalah agak berbeda dengan tabel kebenaran yang sebelumnya, karena tabel ini
tidak menggunakan nilai-nilai biner untuk input-input A dan B-nya. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah penganaliaaan operasi dari komparator tersebut sama seperti
penggunaan angka desimal dalam teknik Quine-McClusky.
Baiklah, sekarang kita bahas bagaimana tabel kebenaran itu diperoleh. Baris pertamanya
diperoleh dengan mengingat bahwa apabila A1>B1 maka tidak perduli apa saja nilai dari
input-input lainnya; output A>B akan bernilai ‘1’ karena Al dan B1 merupakan MSBnya.
Baris-baris yang lainnya dapat mudah dimengerti dengan mengingat apabila dituliskan
A1>B1 berarti A1 = 1 dan B1 = 0, A1=B1 berarti A1 sama dengan B1, dan apabila A1<B1
berarti A1 = 0 dan B1 = 1. Perhatikan bahwa tiga baris terakhirnya mempunyai kondisi yang
sama, yaitu, A1=B1 dan A0=B0, sehingga outputnya akan tergantung pada nilai dari
cascading inputnya.
Gambar 9. Tabel kebenaran satu Komparator dengan cascading input.
Tanpa perlu menyederhanakannya juga kita peroleh persamaan-persamaan logika untuk
semua outputnya sebagai berikut:
1. [A>B] = [A1>B1] + [(A1=B1)•(A0>B0)] + [(A1 =B1)•(A0=B0)•(IA>B)•(IA<B)’•(IA=B)’]
2. [A<B] = [A1<B1] + [(A1=B1)•(A0<B0)] + [(A1=B1)•(A0=B0) )•(IA>B)’•(IA<B)•(IA=B)’]
3. [A=B] = [(A1=B1)•(A0=B0)•(IA>B)’•(IA<B)’•(IA=B)]
Seperti kita lihat persamaan-persamaan tersebut di atas masih menggunakan kondisi-kondisi
seperti A1>B1 dan lain-lainnya yang harus diimplementasikan dengan menggunakan
operator-operator baku atau dasar. Implementasi semua kondisi itu ditunjukkan pada Gambar
9. Dengan mensubstitusikan kondisi-kondisi yang diperoleh pada Gambar 10tersebut, maka
persamaan-persamaan itu dapat dituliskan lagi sebagai berikut:
(1). [A>B] = [A1.B1’] + [(A1ΘB1)•(A0)•(B0’)] + [(A1ΘB1)•(A0ΘB0)• (IA>B)•(IA<B)’•(IA=B)’]
(2). [A<B] = [A1’.B1] + [(A1ΘB1)•(A0’)•(B0)] + [(A1ΘB1)•(A0ΘB0)• (IA>B)’•(IA<B)•(IA=B)’]
(3). [A=B] = [(A1ΘB1)•(A0ΘB0)• (IA>B)’•(IA<B)’•(IA=B)]
(a)
(b)
(c)
A
B
A>B
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
A
B
A<B
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
A
B
A=B
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
(A>B) = A•B’
(A<B) = A’•B
(A=B) = A•B + A’•B’ = AΘB
Gambar 10. Implementasi kondisi matematik pada rangkaian komparator.
Terlihat pada Gambar 10 (c) tanda Θ yang digunakan. Tanda tersebut adalah untuk fungsi
Gerbang EXOR dengan tabel kebenaran disampingnya. IC gerbang EXOR sendiri telah ada
tetapi jarang. Hanya satu vendor yang membuat gerbang EXOR, yaitu National
Semiconductor dengan tipe DM74S135 dari tipe TTL yang dapat juga berfungsi sebagai
gerbang EXNOR.
Komparator yang sama tetapi dengan 4 bit dapat diperoleh dengan ICs seri 7485 yang biasa
disebut 4-bit Magnitude Comparator. Komparator yang terakhir ini juga dapat dihubungkan
satu sama lain sama seperti Komparator 2 bit yang ditunjukkan pada Gambar 8 untuk
membentuk komparator yang lebih besar. Skematik dan rangkaian digital serta tabel
operasinya dapat dilihat dalam TTL Data Book.
Soal Latihan
1. Gambarkan rangkaian diskrit dari gerbang XOR
2. Gambarkan dan buktikan dengan aljabar bole rangkaian komparator 1bit dan 2 bit.
3. Jelaskan prinsip pembanding untuk 2 bit
Refrensi
Pangariwibowo, Kariyanto. (Tidak ada Tahun). Perancanaan Sistem Digital. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar, Universitas Mercu Buana. (Modul Online)
Download