BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Teori Agency
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham
(shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajer diberi
kekuasaan oleh para pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham untuk membuat
keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan (Brigham dan
Houston, 2006: 26). Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang
saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih,
maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya
kepada pemegang saham. Pemegang saham mempekerjakan manajemen untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Teori Agensi memiliki asumsi
bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya
sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.
Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya
dengan profitabilitas perusahaannya yang selalu meningkat. Sedangkan agent
termotivasi untuk
memaksimalkan
pemenuhan
kebutuhan
ekonomi
dan
psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun
kontrak kompensasi. Menurut teori keagenan, kepentingan manajemen dan
pemegang saham seringkali bertentangan sehingga bisa terjadi konflik dalam
hubungan antara prinsipal dan agen. Hal tersebut disebabkan manajer
7
8
mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai
kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran tersebut akan
menambah kos perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan
dan penurunan dividen yang akan diterima. Pemegang saham menginginkan agar
kos tersebut dibiayai oleh utang, tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan
bahwa utang mengandung risiko yang tinggi.
Pertentangan kepentingan antara pihak agen dan prinsipal dapat menimbulkan
permasalahan dalam agency theory yang dikenal sebagai Asymetric Information
yaitu ketidakseimbangan informasi karena pihak agen berada pada posisi yang
memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan (prospek, risiko, dan nilai
perusahaan dibandingkan dengan prinsipal (Husnan, 2012: 275). Dalam hal ini
dapat menimbulkan kecenderungan bagi pihak agen untuk menyembunyikan
informasi mengenai kinerja perusahaan. Dengan adanya informasi asimetri dan
konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan
dengan suatu mekanisme pengawasan (monitoring) yang dapat mensejajarkan
kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme
pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu kos yang disebut agency cost.
Agency costs muncul karena principal ingin memastikan apakah agen mengambil
keputusan yg sesuai dengan kepentingannya.
Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen salah satunya
dapat dikurangi dengan mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen.
Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial (insider ownership) dapat
digunakan untuk mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan
9
memiliki saham perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari
setiap keputusan yang diambilnya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi konflik kepentingan, yaitu : a) meningkatkan kepemilikan saham oleh
manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba
bersih (earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d)
kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings).
2.1.2. Kebijakan Dividen
1. Pengertian Dividen
Ikatan Akuntan Indonesia
(2009) merumuskan dividen sebagai distribusi
laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal
tertentu. Laba bersih perusahaan akan berdampak berupa peningkatan saldo laba
(retained earning) perusahaan. Apabila saldo laba didistribusikan kepada
pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang
didistribusikan tersebut. Menurut Sari (2010) dividen merupakan bentuk distribusi
laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan
proporsi lembar saham yang dimilikinya. Sedangkan menurut Lopolusi (2013),
menyatakan bahwa dividen adalah pembagian sisa laba bersih perusahaan yang
dibagikan kepada pemegang saham atas persetujuan rapat umum pemegang
saham. Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon
oleh pasar. Pengumuman dividen dan pengumuman laba pada periode sebelumnya
adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer
untuk menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan. Adapun tujuan dari
pembagian dividen adalah sebagai berikut:
10
a. Untuk memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham, karena jumlah
dividen yang dibayar akan mempengaruhi harga saham.
b. Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Pembayaran dividen diharapkan
memberikan gambaran kinerja yang baik di mata investor dan dapat diakui
bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberi
hasil kepada investor.
c. Sebagian investor memandang bahwa risiko dividen adalah lebih rendah
dibanding risiko capital gain. Investor menganggap dividen yang diterima
sekarang lebih berharga daripada capital gain yang diperoleh di masa
mendatang, karena dividen merupakan penerimaan yang lebih pasti daripada
capital gain
d. Digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham.
Pembayaran dividen merupakan komunikasi secara tidak langsung kepada
pemegang saham tentang tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan.
e. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang
digunakan untuk keperluan konsumsi.
2. Teori Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (1996: 369) kebijakan dividen adalah suatu keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagi kepada para pemegang saham
atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa
datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen,
maka akan mengurangi tingkat sumber dana internal. Sebaliknya jika perusahaan
memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan
11
dana internal akan semakin besar. Dalam hal ini manajemen harus membuat suatu
kebijakan dividen yang menyangkut penggunaan laba yang menjadi hak para
pemegang saham dengan menentukan besarnya laba yang dibagi sebagai dividen
dan besarnya laba yang ditahan.
Menurut Husnan (2012: 297) kebijakan dividen menyangkut tentang masalah
penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham yaitu pembagian laba
dalam jumlah deviden yang dibayarkan tergantung dari kebijakan setiap
perusahaan. Teori kebijakan dividen membahas mengenai penggunaan laba yang
menjadi hak pemegang saham. Pemegang saham mendelegasikan salah satu
wewenang kepada dewan direksi perusahaan berupa kuasa untuk menentukan
kebijakan dividen serta harus mampu menyeimbangkan dividen saat ini dan
tingkat pertumbuhan dividen di masa yang akan datang. Penentuan kebijakan
dividen sangat krusial bagi perusahaan dan pemegang saham, karena bagi
perusahaan kelayakan pembagian dividen didasarkan pada kondisi keuangan
seperti ketersediaan kas dan alokasi laba untuk perluasan usaha di masa yang akan
datang. Sedangkan bagi investor, dividen merupakan motivasi untuk berinvestasi
atas saham suatu perusahaan.
Brigham dan Hoouston (2006: 69) menyebutkan ada tiga teori kebijakan
dividen dari preferensi investor yaitu:
1.
Teori Ketidakrelevanan Dividen
Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap
harga saham (nilai perusahaan) maupun terhadap biaya modalnya. Kebijakan
dividen yang satu sama baiknya dengan kebijakan dividen yang lain. Dijelaskan
12
bahwa pendukung utama teori ketidakrelevanan ini adalah Miller dan Modiglani.
Mereka menggunakan sejumlah asumsi, khususnya tentang ketiadaan pajak dan
biaya pialang, leverage keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap biaya modal,
para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang prospek
perusahaan, distribusi laba ke dalam bentuk dividen atau laba ditahan tidak
mempengaruhi biaya ekuitas perusahaan dan kebijakan capital budgeting
merupakan kebijakan yang independen terhadap kebijakan dividen.
2.
Teori “bird in the hand“
Teori ini dapat dijelaskan dengan menggunakan pemahaman bahwa
sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari
dividen dibandingkan dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal
karena komponen hasil dividen risikonya lebih kecil dari komponen keuntungan
modal (capital gain). Para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan
modal (capital gain) yang akan dihasilkan dibandingkan dengan seandainya
mereka menerima dividen, karena dividen merupakan faktor yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan sedangkan capital gain merupakan faktor yang
dikendalikan oleh pasar melalui mekanisme penentuan harga saham.
3.
Teori Preferensi Pajak
Ada dua alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa
investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi
yaitu:
1) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada
pendapatan dividen. Untuk itu, investor yang memiliki sebagian besar saham
13
mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanam kembali laba ke
dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan
kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan
menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.
2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai sahamnya terjual, sehingga
ada efek nilai waktu. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia
meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.
Karena adanya keuntungan-keuntungan ini, para investor mungkin lebih
senang perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian
para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang
pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang
pembagian dividennya tinggi.
Menurut Husnan (2012: 297) kebijakan dividen adalah suatu hal yang
kontroversial. Ia mengelompokkan berbagai pendapat tentang dividen menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1. Pendapat yang menginginkan dividen dibagikan sebesar-besarnya.
Pendapat pertama mendasarkan diri pada argumen bahwa harga saham
dipengaruhi oleh dividen yang dibayarkan. Dengan demikian, apabila dividen
ditingkatkan maka harga saham akan meningkat. Kesalahan dalam argument ini
adalah bahwa peningkatan pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba
yang
diperoleh
perusahaan
juga
meningkat.
Jika
perusahaan
mampu
meningkatkan besarnya dividen yang dibagikan karena peningkatan laba maka
harga saham akan naik. Meski demikian, kenaikan harga saham tersebut adalah
14
dikarenakan kenaikan laba, bukan karena kenaikkan pembayaran dividen.
2. Pendapat yang mengatakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan.
Pendapat kedua mengatakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan adalah
mendasarkan diri bahwa pembagian dividen dapat ditutup dengan penerbitan
saham baru. Perusahaan bisa saja membagikan dividen banyak atau sedikit
asalkan dimungkinkan menutup kekurangan dana dari sumber ekstern.
Pembayaran dividen hanya merupakan bagian kecil saja dari keputusan investasi
perusahaan. Dampak pemilihan keputusan tersebut sama saja bagi kekayaan
pemodal.
3. Pendapat yang mengatakan bahwa perusahaan seharusnya justru membagikan
dividen sekecil mungkin.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa sebaiknya perusahaan membagikan
dividen sekecil mungkin. Apabila dana untuk investasi telah dimiliki, mengapa
dana tersebut harus dibagikan dalam bentuk dividen sehingga perlu menerbitkan
saham baru dan membayar floatation cost seperti biaya untuk underwriter, biaya
notaris, akuntan, konsultan hukum, pendaftaran saham dan sebagainya. Dengan
demikian mereka berpendapat bahwa seharusnya dividen dibagikan sekecil
mungkin, sejauh dana tersebut bisa dipergunakan dengan menguntungkan.
3. Macam-Macam Kebijakan Dividen
Berbagai macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan menurut
Riyanto (2011: 269) adalah :
a. Kebijakan Dividen yang Stabil
15
Dividen stabil merupakan jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap
tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per
lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Apabila ternyata pendapatan tersebut
terlihat lebih tingi dan relatif permanen, besarnya dividen per lembar akan
dinaikkan dan akan dipertahankan dalam waktu yang relatif panjang. Kebijakan
dividen yang stabil ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan kesan kepada
investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang
akan datang. Apabila pendapatan perusahaan berkurang dan perusahaan tidak
mengurangi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham, maka kepercayaan
pasar terhadap perusahaan tersebut akan lebih besar daripada jika pembayaran
dividennya dikurangi. Dengan demikian, manajemen dapat mempengaruhi
harapan para investor melalui politik dividen yang stabil.
b. Kebijakan Pembayaran Dividen dengan Penetapan Jumlah Minimal Plus
Jumlah Ekstra Tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham
setiap tahunnya. Sehingga dalam keadaan keuangan yang lebih baik, maka
perusahaan akan membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut.
Dan pada saat kondisi keuangan yang buruk, perusahaan akan membayarkan
dividen minimalnya saja. Sehingga ada kepastian bagi pemodal tentang jumlah
dividen yang akan diterima.
c. Kebijakan Dividen dengan Penetapan Dividend Payout yang Konstan
Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini akan menetapkan besarnya
dividend payout ratio secara konstan. Hal ini menyebabkan jumlah dividen per
lembar saham tiap tahun yang dibayarkan akan berfluktuatif sesuai dengan
16
perkembangan keuntungan netto setiap tahunnya.
d. Kebijakan Dividen yang Fleksibel
Perusahaan akan menetapkan besarnya dividend payout ratio tiap tahun sesuai
dengan posisi dan kebijakan finansial dari perusahaan tersebut. Tinggi rendahnya
dividen dipengaruhi oleh keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Apabila
keuntungan yang didapatkan tinggi, maka besarnya dividen yang dibagikan relatif
tinggi. Jika keuntungan yang didapatkan rendah, maka besarnya dividen yang
dibagikan juga rendah. Sehingga besarnya dividen yang akan dibagikan selalu
proporsional dengan tingkat keuntungan dividen yang telah diumumkan oleh
emiten.
Menurut Husnan (2012: 305) dalam menentukan kebijakan divden perlu
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesarbesarnya. Apabila dana diperoleh dari operasi perusahaan bisa dipergunakan
dengan menguntungkan, dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar.
b. Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar
saham, ada baiknya kalau perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan
rasio payout) yang tidak terlalu besar. Dengan demikian memudahkan
perusahaan untuk meningkatkan pembayaran dividen apabila laba perusahaan
dividen meningkat dan tidak perlu segera menurunkan pembayaran dividen
apabila laba menurun.
c. Apabila perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan,
lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan
17
saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti dengan
penurunan harga saham, tetapi apabila pasar modal efisien harga akan
menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya (yaitu adanya
informasi yang menguntungkan).
d. Dalam keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena
kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan kekayaan karena
pembayaran dividen. Untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu
menjual (sebagian) saham, sedangkan pembayaran dividen berarti menerima
kas (yang tidak perlu menjual saham). Apabila investor menjual saham, mereka
akan terkena biaya transaksi. Jika tidak ada faktor pajak, menerima dividen
akan lebih menguntungkan daripada memperoleh capital gain. Karena itulah
sekelompok pemodal mungkin memilih saham yang membagikan dividen
secara teratur.
e. Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan, maka bagi pemodal yang
sudah berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi
adalah 35%), mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen
(karena harus segera membayar pajak) dan memilih menikmati capital gain.
Kalau sebagian besar pemegang saham merupakan pemodal yang mempunyai
tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak terlalu besar.
4. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen
Menurut Martono dan Harjito (2010: 255) faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
18
a. Kebutuhan dana bagi perusahaan
Apabila perusahaan memiliki kebutuhan dana yang besar maka semakin kecil
kemampuan untuk membayar dividen. Perusahaan lebih memilih investasi yang
menguntungkan yaitu menahan laba kemudian selisih laba dengan laba ditahan
digunakan untuk membayar dividen.
b. Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam
kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin
besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin
memelihara likuiditas dalam mengantisipasi ketidakpastian dan agar mempunyai
fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membagikan dividen
dalam jumlah yang besar.
c. Kemampuan untuk meminjam
Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang dan mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan
fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membyar dividen
juga tinggi.
d. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang
Ketentuan perlindungan (protective covenant) dalam perjanjian hutang sering
mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini
digunakan oleh para kreditor untuk menjaga kemampuan perusahaan dalam
membayar hutangnya. Perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen
19
yang
dikenakan,
karena
dengan
demikian
manajemen
tidak
harus
mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada pemegang saham
e. Pengendalian perusahaan
Apabila perusahaan membayar dividen yang terlalu besar, maka perusahaan
mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan
sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan
bertambahnya jumlah saham yang beredar akan mengakibatkan berkurangnya
saham yang dimiliki oleh pemegang saham tertentu yang akan berpengaruh
terhadap pengendalian perusahaan.
2.1.3. Dividen Payout Ratio
Presentase dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dibandingkan
dengan EAT disebut dengan Dividen Payout Ratio. Menurut Riyanto (2001: 266)
Dividen Payout Ratio merupakan persentase dari pendapatan yang akan dibayar
kepada pemegang saham. Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2010: 253)
rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah laba dibagi
dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan.
2.1.4. Kebijakan Pendanaan
Kebijakan investasi berhubungan dengan kebijakan pendanaan. Menurut
Husnan (2012: 251) keputusan pendanaan perusahaan menyangkut tentang bentuk
dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan mengenai
berapa banyak hutang dan modal sendiri yang akan dipergunakan dalam
menentukan rasio hutang dan modal sendiri. Pendanaan yang dasar kebijakan
pendanaannya berkaitan dengan sumber internal maupun sumber eksternal. secara
20
teoritis didasarkan pada dua kerangka teori yaitu:
1.
Balance theory
Berdasarkan balance theory, perusahaan mendasarkan kebijakan pendanaan
pada struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dibentuk dengan
menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan utang
terhadap biaya kebangkrutan. Menurut Husnan (2012: 275) balance theory
menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat
penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah.
Tetapi apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah besar maka
hutang tidak boleh ditambah.
2.
Pecking order theory.
Teori Pecking order mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan untuk
memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut Husnan (2012: 274)
teori pecking order mencerminkan persoalan yang diciptakan oleh informasi
asimetri (asymetric information) suatu istilah yang menunjukkan bahwa
manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak (tentang prospek, risiko dan
nilai perusahaan) daripada pemodal publik. Adanya informasi asimetri ini
mempengaruhi pilihan antara sumber dana internal (dana dari hasiloperasi
perusahaan) atau eksternal, dan antara penerbitan hutang baru atau ekuitas baru.
Perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai. Sesuai
dengan toeri ini urutan penggunaan sumber dana adalah internal fund (dana
internal), debt (utang), dan equity (modal sendiri).
21
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada kebijakan pendanaan yang
berasal dari luar yaitu melalui hutang. Menurut Myers (1996) dalam Lopolusi
(2013) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal,
yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Menurut
Brigham dan Houston (2006: 5) keputusan pendanaan dengan menggunakan
hutang akan memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan, yaitu:
a.
Keunggulan pendanaan dengan menggunakan hutang, antara lain:
1. Bunga yang dibayarkan dapat menjadi pengurangan pajak yang
selanjutnya akan menurunkan biaya efektif hutang tersebut.
2. Kreditor akan emndapatkan pengembalian dalam jumlah teta, sehingga
pemegang saham tidak harus membagi keuntungannya jika bisnis berjalan
dengan baik.
b.
Kelemahan pendanaan dengan menggunakan hutang, antara lain:
1. Semakin tinggi rasio, maka perusahaan tersebut akan semakin berisiko,
sehingga semakin tinggi pula biaya baik dari hutang maupun ekuitas.
2. Jika sebuah perusahaan mengalami masa-masa sulit dan laba operasi tidak
cukup untuk menutupi beban bunga, para pemegang saham harus
menutupi kekurangan tersebut dan jika mereka tidak dapat melakukannya,
maka akan terjadi kebangkrutan.
2.1.5. Kepemilikan Manajerial
Menurut Hatta (2002) dalam Dewi (2008) kepemilikan manajerial adalah
pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan. Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang
22
dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentase. Kebijakan
kepemilikan manajerial dimaksudkan untuk memberikan kesempatan manajer
terlibat dalam kepemilikan saham sehingga dengan keterlibatan tersebut maka
kedudukan manajer sejajar dengan pemilik perusahaan (pemegang saham).
Manajer diperlakukan bukan semata sebagai pihak eksternal yang digaji untuk
kepentingan perusahaan tetapi diperlakukan sebagai pemegang saham. Semakin
besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan
berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah
mereka sendiri. Argumentasi di atas menjustifikasi perlunya managerial
ownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam program kebijakan
untuk mengurangi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham.
Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan utang dan dividen
mempunyai peranan penting yaitu mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan
agar sesuai dengan keinginan pemegang saham atau sering disebut bonding
mechanism. Bonding mechanism berusaha menyamakan kepentingan dari
pemegang saham dengan kepentingan dari manajemen melalui program-program
yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan
2.1.6. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (profit)
pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu
(Harahap, 1998: 304). Kinerja keuangan perusahaan mampu memberikan
gambaran baik kepada manajemen maupun para investor mengenai pertumbuhan
dan perkembangan perusahaan serta kondisi keuangan perusahaan pada periode
23
tertentu. Hal tersebut dapat dilihat melalui pencapaian laba yang diperoleh
perusahaan. Laba perusahaan merupakan unsur dasar kebijakan dividen.
Keuntungan yang layak dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham
adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban tetapnya yaitu bunga
pajak.
2.1.7. Growth
Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh
perusahaan (Hendardi, 2010). Perusahaan yang tumbuh dengan cepat akan
memperoleh hasil yang positif dalam persaingan usaha yang diiringi dengan
peningkatan pangsa pasar. Petumbuhan laba perusahaan sangat diharapkan oleh
pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik
memberi tanda bagi perkembangan perusahaan serta kinerja yang baik sehingga
akan meningkatkan nilai perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan
laba suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang
menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate
of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan
penelitian. Penelitian – penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah terhadap
pengaruh kebijakan dividen dan beberapa peneliti lain yang masih memiliki
keterkaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Oleh karena itu dalam penelitian
ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada
24
tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
(tahun)
Nuringsih
(2005)
Variabel
Dependen
Kebijakan
dividen.
Variabel
Independen
Kepemilikan
manajerial,
kebijakan hutang,
ROA, ukuran
perusahaan.
2
Putri dan
Nasir (2006)
Kebijakan
dividen.
Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
risiko, kebijakan
hutang.
3
Dewi (2008)
Kebijakan
dividen
Kepemilikan
managerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan hutang,
profitabilitas dan
ukuran
perusahaan.
1
Hasil Penelitian
Kebijakan hutang dan
ROA berpengaruh
signifika terhadap
kebijakan dividen.
Sedangkan kepemilikan
manajerial dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
Kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional,
kebijakan hutang
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen. Sedangkan risiko
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional,
kebijakan hutang,
profitabilitas dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
25
4
Lutfaniah
(2010)
Kebijakan
dividen
5
Hendardi
(2010)
Kebijakan
dividen
6
Sari (2010)
Kebijakan
dividen
7
Sulistyowati
(2010)
Likuiditas,
keutuhan
melunasi hutang,
growth,
profitabilitas,
price earning
ratio.
Likuiditas, growth, price
earning ratioberpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Sedangkan kebutuhan
melunasi hutang dan
profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
Kepemilikan
Kepemilikan institusional
manajerial,kepemi dan growth berpengaruh
likan institusional, signifikan terhadap
growth,
kebijakan dividen.
Sedangkan kepemilikan
manajerial, DER, Size dan
ROA todak berpengaruh
signifikan terhadap
kebijkan dividen.
Kepemilikan
manajerial,
kebijakan hutang,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
kesempatan
investasi
Profitabilitas,
leverage, dan
Growth
Kepemilikan manajerial,
kebijakan hutang,
kesempatan investasi
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen. Sedangkan
profitabilitas dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kebijkana
dividen.
Profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Sedangkan leverage dan
growth tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
26
8
Santoso
(2011)
9
Lopolusi
(2013)
Kebijakan
dividen
ROI, EPS, firm
size, cash ratio,
current ratio,
DAR.
ROI, EPS dan firm size
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen. Sedangkan cash
ratio, current ratio, DAR
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Profitabilitas,
likuiditas, ukuran,
utang,
pertumbuhan, free
cash flow.
Ukuran berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Sedangkan profitabilitas,
likuiditas, utang,
pertumbuhan dan free cash
flow tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Sumber: Data yang telah diolah
Penelitian ini mengadopsi beberapa variabel dari penelitian terdahulu yakni
kebijakan pendanaan, kepemilikan manajerial, profitabilitas dan growth. Hal yang
membedakan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah
pengujian secara simultan, pengukuran variabel, sampel yang digunakan dan
tahun pengamatan.
2.3. Rerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
Laba Perusahaan
Kebijakan Manajemen
Saldo Laba
Kebijakan
pendanaan
Laba dibagikan berupa dividen
Kepemilikan
manajerial
Profitabilitas
Growth
27
Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dilihat bahwa manajer
perusahaan mempunyai kebijakan untuk menentukan besarnya laba yang akan
dibagikan sebagai dividen dan ditahan sebagai laba ditahan. Dalam menentukan
besarnya laba yang dibagikan sebagai dividen, manajer harus menentukan
besarnya Dividen Payout Ratio (DPR).
Dalam menentukan besarnya DPR, manajer harus memperhitungkan
beberapa faktor. Beberapa faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya
DPR dalam penelitian ini adalah kebijakan pendanaan (DER), kepemilikan
manajerial (MOWN), profitabilitas (ROA), dan pertumbuhan laba (GROWTH).
2.4. Perumusan Hipotesis
1.
Pengaruh Kebijakan Pendanaan terhadap Kebijakan Dividen
Kebijakan pendanaan yang diperoleh melalui hutang digunakan untuk
membantu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Jika
pendanaan diperoleh melalui hutang maka rasio hutang terhadap equity akan
meningkat, sehingga akhirnya akan meningkatkan risiko. Beberapa investor
mempunyai pandangan bahwa semakin tinggi tingkat resiko perusahaan akan
semakin tinggi pula tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai hasil dari resiko
tersebut. Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi maka investor berharap akan
mendapatkan dividen yang tinggi. Menurut Putri dan Nasir (2010) menyatakan
bahwa penggunaan hutang memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Hal ini menunjukkan setelah krisis perusahaan memerlukan tambahan dana dalam
waktu singkat untuk kegiatan bisnisnya. Dengan dana hutang maka akan menarik
28
investor untuk menanamkan sahamnya yang akan menambah sumber dana untuk
operasional perusahaan serta menunjukkan pada masyarakat luas bahwa kondisi
perusahaan telah pulih dari krisis dan diharapkan akan menerima laba dari hasil
perkembangan perusahaan tersebut dengan membagikan dividen yang tinggi.
Penelitian Putri dan Nasir (2010) tidak konsisten dengan penelitian Dewi
(2008)
yang
menyatakan
bahwa
kebijakan
pendanaan
melalui
hutang
mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif. Apabila kebijakan pendanaan
melalui hutang semakin tinggi maka semakin rendah kebijakan dividen.
2.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen
Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham
dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini
manager diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen
pada tingkat yang rendah. Menurut Nuringsih (2005) kepemilikan manajerial
mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Semakin besar
keterlibatan manajer dalam managerial ownership menyebabkan aset yang
dimiliki tidak terdiversifikasi secara optimal sehingga dividen yang dibagikan
semakin besar, selain itu struktur kepemilikan saham di Indonesia relatif
terkonsentrasi atau dikuasai oleh keluarga sehingga cenderung membagi dividen
besar. Menurut Easterbrook dalam Nuringsih (2005) menjelaskan pada
kenyataannya manajer juga terlibat dalam kepemilikan saham sehingga terkadang
menginginkan return dalam bentuk dividen. Apabila perilaku manajer menyukai
dividen rendah, maka perusahaan akan memiliki laba ditahan yang relatif tinggi.
Namun apabila manajer menyukai dividen besar, maka perilaku manajer
29
mengarah pada birth in the hand theory, dimana perusahaan akan memiliki
sumber dana internal yang rendah karena sebagian besar profit terserap untuk
mensejahterakan pemegang saham dengan cara membagikan dividen dengan
jumlah besar dibandingkan dengan laba ditahan. Kepemilikan manajerial dapat
mempengaruhi besarnya dividen yang diberikan perusahaan kepada pemegang
saham.
Penelitian Nuringsih (2005) tidak konsisten dengan penelitian Dewi (2008)
yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial mempengaruhi kebijakan
dividen secara negatif. Apabila tingkat kepemilikan manajer tinggi maka
perusahaan akan cenderung mengalokasikan laba pada laba ditahan daripada
membayar dividen dengan alasan sumber dana internal lebih efisien dibandingkan
sumber dana eksternal
2.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen
Dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi dividen
payout ratio. Menurut Sulistyowati et al (2010) menyatakan bahwa semakin besar
keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuan perusahaan
membayar dividen. Manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan
sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal
tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
merupakan fungsi dari keuntungan. Perusahaan yang memperoleh keuntungan
cenderung akan membayar porsi keuntungannya lebih besar sebagai dividen. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin baik manajemen dalam mengelola
perusahaan. Selain itu, pengaruh positif ini menunujukkan bahwa semakin tinggi
30
laba maka semakin tinggi pula cash flow dalam perusahaan, maka diharapkan
perusahaan akan membayar dividen yang tinggi.
Penelitian Sulistyowati et al (2010) tidak konsisten dengan penelitian
Lopolusi (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi kebijakan
dividen secara negatif. Apabila perusahaan menguntungkan akan memiliki
peluang investasi yang besar, dan perusahaan tersebut akan lebih memilih untuk
meningkatkan laba ditahan agar dapat melakukan investasi yang menguntungkan.
3.
Pengaruh Growth terhadap Kebijakan Dividen
Apabila tingkat pertumbuhan suatu perusahaan cepat, maka semakin besar
kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Menurut
Hendardi (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan laba
perusahaan maka akan semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham. Pengaruh positif ini disebabkan, apabila perusahaan masih mempunyai
kelebihan laba setelah membiayai kesempatan investasi yang dapat diterim, maka
laba ini akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.
Penelitian Hendardi
(2010) tidak konsisten dengan penelitian Lutfaniah
(2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan
maka semakin sedikit peluang dividen yang dibagikan.
Berdasarkan uraian diatas dan penelitian-penelitian sebelumnya dengan teori
yang relevan maka dapat dirumuskan suatu hipotesis. Hipotesis merupakan
proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Dalam
skripsi ini meneliti tentang analisis pengaruh kebijakan pendanaan, kepemilikan
31
manajerial, profitabilitas dan growth terhadap kebijakan dividen . Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
H2 : Kebijakan pendanaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
H3 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
H4 : Growth berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Download