BAB I PENDAHULUAN - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang Penelitian
Setiap perusahaan memiliki tujuan utama yaitu memaksimalkan nilai, atau
harga saham perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan keputusan manajemen
hanya dapat dinilai berdasar dampaknya pada harga saham biasa perusahaan.
Dimana manajemen mempengaruhi harga saham perusahaan melaui kebijakan
dividen (Keown et al, 2005:201). Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:297)
kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi
hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai
dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen adalah
memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode
akan dibagi semua atau dibagi dalam bentuk laba ditahan. Apabila perusahaan
memutuskan untuk membagi laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi
sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan.
Sedang apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa
memperbesar sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk mengembangkan perusahaan. Cash dividend merupakan bagian
laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Ada dua jenis dividen, yaitu
dividen saham preferen yang dibayarkan secara tetap dalam jumlah tertentu, dan
dividen saham biasa yang dibayarkan kepada pemegang saham apabila
1
2
perusahaan mendapatkan laba. Dengan demikian besarnya dividen yang
dibayarkan kepada pemegang saham akan memperkecil sisa dana yang dapat
digunakan untuk mengembangkan perusahaan sebagai reinvestasi, karena laba
ditahan tersebut merupakan sumber dana intern yang dapat digunakan untuk
membelanjai perusahaan. Semakin rendah laba ditahan akibatnya akan
memperkecil pertumbuhan dividen. Penentuan besarnya dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer
keuangan untuk mengambil kebijakan dividen yang optimal (Sutrisno, 2012:266).
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah
kesempatan investasi yang tersedia, biaya modal alternatif dan preferensi
pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau menerimanya dimasa
datang. Bagi para pemegang saham, dividen merupakan tingkat pengembalian dari
investasi mereka berupa kepemilikan saham perusahaan tersebut. Sedangkan bagi
pihak manajemen, dividen merupakan arus kas keluar yang akan mengurangi kas
perusahaan (Sartono, 2001:281).
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:338) ketika saham biasa dibeli
kembali, motif yang mendasarinya adalah distribusi kelebihan kas bagi pemilik.
Sebagai hasil pembelian, pemilik menerima uang untuk sahamnya. Umumnya
sepanjang laba tetap tidak berubah, pembelian kembali saham mengurangi jumlah
lembar saham yang beredar,meningkatkan pendapatan per saham. Sebagai
tambahan pemilik mendapat manfaat pajak yang dihasilkan dari pembelian
kembali saham. Pembelian kembali saham biasa menghasilkan diilusi balik sebab
3
laba per saham dan harga saham meningkat dengan berkurangnya jumlah lembar
saham sehingga dampaknya seperti pembayaran dividen tunai.
Ketika menetapkan suatu kebijakan dividen, satu ukuran tidak bisa dipakai
untuk semua kebijakan. Beberapa perusahaan menghasilkan banyak uang kas
tetapi jumlah uang investasinya terbatas, hal ini terjadi pada perusahaanperusahaan industri yang menguntungkan, juga matang, dimana hanya ada sedikit
peluang pertumbuhan. Perusahaan tersebut biasanya membagikan presentase kas
yang besar kepada pemegang saham, sehingga menarik kelompok investor yang
memilih dividen yang tinggi. Perusahaan tersebut sering membagikan sedikit atau
tidak membagikan kas sama sekali kepada pemegang saham mereka tetapi
menikmati laba dan harga saham meningkat, dengan demikian menarik investor
yang memilih keuntungan modal (Brigham dan Houton, 2001:75).
Kemakmuran pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin
tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan
investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen. Oleh karena itu kemakmuran para
pemegang saham dapat dijadikan sebagai dasar analisis dan tindakan rasional
dalam proses pembuatan keputusan (Sutrisno, 2012:100).
Menurut Sutrisno (2012:274) di dalam teori residu dividen atau residul
dividend of theory laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam suatu periode
sebenarnya adalah untuk kesejahteraan para pemegang saham. Namun biasanya
sebagian dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen dan sebagian
ditahan. Untuk menahan laba yang diperoleh oleh perusahaan biasanya karena ada
kesempatan investasi tersebut sama atau lebih besar dari tingkat keuntungan yang
4
disyaratkan, maka laba memang sebaiknya tidak dibagikan. Laba dibagikan
kepada pemegang saham apabila ternyata keuntungan yang diperoleh dari
reinvestasi lebih kecil dibanding dengan keuntungan yang disyaratkan. Dengan
demikian residual dividend of theory adalah sisa laba yang tidak diinvestasikan
kembali. Dalam memenuhi kebutuhan dana untuk investasi perusahaan akan
berusaha mendapatkan dana dari hutang yang biasanya biaya modalnya rendah,
dan dari laba ditahan. Apabila masih belum mencukupi akan mengeluarkan saham
baru yang biasanya biaya modalnya lebih mahal. Untuk penggunaan laba ditahan
dan emisi saham baru tegantung dari return dari investasi.
Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan
masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba merupakan indikator dari kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen, sehingga profitabilitas dapat dianalisis sebagai faktor penentu
terpenting terhadap dividen. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang
berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Keuntungan
yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah
perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak.
Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi
keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam
membayar dividen. Dengan demikian tingkat pengembalian investasi berupa
dividen bagi investor dapat diprediksi salah satunya melaui rasio profitabilitas dari
perusahaan (Brigham dan Houston, 2006:154).
5
Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian
utama pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat
keuntungan pada masa yang akan datang. Hal ini sangat penting bagi para
pemegang saham dan calon pemegang saham karena keuntungan ini akan
mempengaruhi harga saham-saham yang mereka miliki. Disamping tingkat
keuntungan, para pemegang saham dan calon pemegang saham juga
berkepentingan dengan tingkat leverage sebagai faktor lain dalam penilaian
kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap distribusi income pada masamasa yang akan datang (Syamsuddin, 2007:89). Menurut Sartono (2001:257) di
dalam manajemen keuangan, leverage adalah pengguanaan aset dan sumber dana
(sources of found) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap)
dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.
Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar
keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya,
dengan demikian akan meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika
perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya
tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang
saham. Dengan demikian konsep leverage tersebut sangat penting terutama untuk
menunjukan kepada analis keuangan dalam melihat trade-off antara risiko dan
tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.
6
Berdasarkan data dari laporan keuangan PT. Fajar Surya Wisesa Tbk salah
satu perusahaan manufaktur sektor industri dan kimia, terdapat perbedaan data
atau fenomena pada tahun-tahun yang dijadikan tahun penelitian dengan variabel
yang digunakan dalam penelitian, yaitu Profitabilitas (ROA) dan Leverage (DER).
Berikut ini adalah tabel ROA dan DER untuk melihat ada atau tidaknya fenomena
gap dalam penelitian ini disajikan pada (Tabel 1.1) dan (Tabel 1.2) yaitu variabel
Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai berikut :
Tabel 1.1
ROA Dan DER
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk Tahun 2010-2012
VARIABEL
PENELITIAN
TAHUN
2010
2011
2012
ROA
6%
2%
0,09%
DER
148%
173%
208%
Sumber: Laporan keuangan PT. Fajar Surya Wisesa Tbk (data diolah)
7
Tabel 1.2
DPR
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk Tahun 2010-2012
VARIABEL
TAHUN
PENELITIAN
2010
2011
2012
DPR
20%
84%
561%
Sumber: Laporan keuangan PT. Fajar Surya Wisesa Tbk (data diolah)
Dalam kebijakan dividen apabila laba yang diperoleh mengalami kenaikan
maka dividen yang dibayarkan juga mengalami kenaikan. Fenomena yang
ditemukan bahwa profitabilitas yang dihitung dengan menggunkan Return On
Assets ternyata tidak sesuai dengan teori. Pada tahun 2010 ROA sebesar 6%,
sementara tahun 2011 mengalami penurunan yang signifikan yaitu 2%, sedangkan
pembayaran dividen naik dari tahun 2010 yaitu 20% menjadi 84% pada tahun
2011. Sementara itu pada tahun 2011-2012 PT. Fajar Surya Wisesa Tbk
mengalami penurunan laba sebesar 1,91% sedangkan pembayaran dividen
mengalami peningkatan yaitu dari 84% menjadi 561%. Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa manager PT. Fajar Surya Wisesa Tbk mengambil keputusan
dengan menaikan pembayaran dividen walaupun laba yang diperoleh tergolong
sedikit.
8
Total Debt To Total Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur pertimbangan antara kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan
modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri yang digunakan
semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya atau kewajibannya dan
mempengaruhi terhadap penurunan pembayaran dividen. Fenomena yang
ditemukan dari data laporan keuangan PT. Fajar Surya Wisesa Tbk
bahwa
leverage yang dihitung dengan menggunakan Total Debt To Total Equity Ratio
(DER) tidak sesuai dengan teori. Pada tahun 2010 DER sebesar 148%, sementara
pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 173%, dengan pembayaran dividen
dari tahun 2010-2011 naik secara signifikan dari 20% menjadi 84%. Hal ini
serupa terjadi pada tahun 2012 dengan DER sebesar 208% dengan pembayaran
dividen sebesar 561%. Berarti dapat disimpulkan bahwa walaupun biaya yang
dibiayai dari hutang mengalami kenaikan tetapi ini tidak digunakan untuk
pembayaran dividen, manager lebih memilih DER tersebut untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan.
Suharli dan Harahap (2004:244) faktor penentu kebijakan dividen kas
menjadi sedemikian rumit dan menempatkan pihak manajemen juga pemegang
saham pada posisi yang dilematis. Terlalu banyak faktor yang menjadi
pertimbangan kebijakan dividen sebuah perusahaan. Dari sedemikian banyak
faktor, sulit
sekali
untuk menyimpulkan yang mana
paling dominan
mempengaruhi kebijakan dividen kas perusahaan. Banyak teori yang berusaha
menjelaskan kebijakan dividen, tetapi belum ada yang dapat menjelaskan dividen
9
secara pasti. Oleh karena itu, penelitian mengenai kebijakan dividen masih sangat
menarik.
Hasil penelitian Suharli (2006:254) menyatakan bahwa profitabilitas
mempengaruhi kebijakan dividen secara signifikan dan berhubungan dengan
jumlah dividen yang dibayarkan. Berbeda dengan penelitian Ahmad (2009:74)
yang tidak menemukan pengaruh signifikan antara profitabilitas dengan
kebiijakan dividen.
Bagi perusahaan, penanaman invetasi merupakan hal yang penting, baik
dalam bentuk penggantian aktiva tetap atau untuk perluasan usaha. Masalahnya
adalah bagaimana memperoleh dana untuk kebutuhan investasi, atau bila sumber
dana tersebut telah ada, bagaimana efesiensi penggunaannya sehingga perusahaan
dapat mencapai laba maksimum. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, selain
mencari laba, perusahaan juga harus mampu bersaing dengan yang lain demi
kelangsungan hidupnya (Manullang, 2005:99).
Penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk mengambil
kebijakan dividen
yang optimal. Artinya manajer keuangan
harus mampu
menentukan kebijakan yang akan datang, agar nilai perusahaan dapat
ditingkatkan. Dengan semakin tingginya dividend payout rasio semakin kecil
porsi dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali ke perusahaan sebagai laba
ditahan (Sutrisno, 2012:266).
10
Menurut Penelitian Rachmad dan Muid (2013:9) menyatakan bahwa
leverage berhubungan negatif dengan dividend payout ratio dan signifikan
terhadap dividend payout ratio. Hal ini berbanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sulistyowati et al (2010:20) yang tidak menemukan pengaruh
signifikan antara leverage dengan kebiijakan dividen.
Penelitian Suharli (2006:254) menyimpulkan bahwa kebijakan jumlah
pembagian dividen perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan searah dengan
jumlah dividen yang dibayarkan. Sedangkan leverage perusahaan tidak
mempengaruhi besarnya jumlah dividen yang dibayarkan.
Dari ketidakpastian hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen, perbedaan hasil penelitian serta melihat
fenomena yang ada, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Perusahaan manufaktur merupakan sektor yang cukup berprospek
untuk kegiatan berinvestasi karena harga saham perusahaan manufaktur stabil
bahkan bergerak naik pada tahun 2009. Hal ini menunjukan bahwa peran serta
perusahaan manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi yang
dominan.
Penulis berkeinginan untuk mengangkat hal-hal diatas ke dalam suatu
penelitian dengan judul : “Pengaruh Profitabilitas dan Leverage Terhadap
Kebijakan Dividen” (Studi pada Perusahan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012).”
11
1. 2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya,
maka yang menjadi perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
1.
Seberapa besar pengaruh profitabilitas dengan menggunakan variabel Return
On Assets (ROA) serta leverage yang diproksikan oleh Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap kebijakan dividen secara simultan?
2.
Seberapa besar pengaruh profitabilitas dengan menggunakan variabel Return
On Asset (ROA) serta leverage yang diproksikan oleh Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap kebijakan dividen secara parsial?
1. 3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk menguji pengaruh profitabilitas dan leverage terhadap kebijakan
dividen secara simultan.
2.
Untuk menguji pengaruh profitabilitas dan leverage terhadap kebijakan
dividen secara parsial.
1. 4
Manfaat penelitian
Peneltian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang terkait, berkepentingan dan memiliki perhatian yang besar terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi dividen.
12
1.
Bagi manajemen perusahaan dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan
kebijakan dividen. Perusahaan kuantitatif diharapkan dapat menunjukkan
pengaruh faktor-faktor seperti profitabilitas dengan menggunakan variabel
Return On Assets (ROA), serta leverage dengan menggunakan variabel Debt
to Equity Ratio (DER) terhadap kebijakan dividen. Faktor-faktor tersebut
diharapkan dapat membantu manajer dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan besarnya dividen, agar dapat memaksimumkan nilai perusahaan.
2.
Bagi pemegang saham maupun calon investor diharapkan bisa menjadi
masukan dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan investasi terkait
dengan tingkat pengembalian berupa dividen
kas disuatu perusahaan
khususnya dimasa depan.
3.
Bagi penulis semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.
4.
Bagi peneliti lain dapat menjadi sumbangan pemikiran dan dijadikan
masukan terhadap isu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen.
1. 5
Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian dengan melakukan observasi data dikota
Bandung. Dengan menggunakan data laporan keuangan yang diunduh dari
www.idx.co.id. Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret 2014 sampai dengan
bulan Agustus 2014.
Download