BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan

advertisement
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya
Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Rahayu Titah Ikaning pada tahun 2010, berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis
Surat Dinas kelas VIII SMP Negeri 2 Bantur”. Adapun metode yang digunakan yakni
metode kartu ilustrasi. Hasil penelitiannya dengan menggunakan metode kartu ilustrasi,
kemampuan peserta didik dalam menulis surat dinas meningkat.
Penelitian selanjutnya yakni penelitian yang dilakukan oleh Cuk Winarko Hadi
Kusuma pada tahun 2012, penelitian berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan EYD
pada Surat Dinas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 03 Tamanan Bondowoso”.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut dititikberatkan pada kesalahan
penulisan huruf kapital dan penggunaan tanda baca dalam surat dinas siswa kelas VIII
SMP Negeri 03 Tamanan Bondowoso. Metode yang digunakan yakni metode deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian ditemukan penggunaan tanda baca yang salah meliputi: (1)
tanda titik, (2) tanda koma, dan (3) tanda titik dua. Penggunaan huruf kapital yang salah
meliputi: (1) huruf kapital nama khas geografi, (2) huruf kapital di awal kalimat, (3)
huruf kapital pada nama badan resmi, atau nama tempat pada kepala surat, (4) huruf
kapital pada nama orang, (5) huruf kapital pada nama gelar yang diikuti nama orang.
Kesalahan tersebut terjadi karena siswa kurang cermat dalam menempatkan huruf
kapital ataupun tanda baca pada saat menulis surat dinas. Selama ini guru mata
pelajaran bahasa Indonesia di sekolah tersebut kurang memberikan bimbingan terhadap
2
penggunaan ejaan sehingga dalam menuliskan ejaan, siswa masih banyak salah
menempatkannya.
Penelitian lainnya oleh Rukiah Musa (2004/2005) yang berjudul “Kemampuan
Menulis Surat Dinas pada Peserta Didik Kelas II SMP Negeri
10 Gorontalo.
Permasalahan yang dikaji dititikberatkan pada penggunaan kata dan sistematika surat
dinas.
Metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rukiah Musa
adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode untuk
menggambarkan kemampuan peserta didik. Adapun hasil penelitiannya sebagai berikut.
1) Kemampuan peserta didik kelas II SMP Negeri 10 Gorontalo tahun ajaran
2004/2005 menggunakan kata (diksi) dalam menulis surat dinas rata-rata 13,56 atau
67,82 dan termasuk kategori cukup.
2) Kemampuan peserta didik kelas II SMP Negeri 10 Gorontalo tahun ajaran
2004/2005 menulis surat dinas yang sesuai sistematika rata-rata 50,22 atau 83,70%
dan termasuk kategori baik.
Berdasarkan ketiga penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketiga penelitian
tersebut berbeda dengan penelitian penulis. Penelitian ini mengkaji aspek ejaan, pilihan
kata (diksi), struktur kalimat, dan sistematika penulisan surat dinas. Perbedaan dengan
ketiga penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yakni yang pertama memfokuskan
pada peningkatan kemampuan peserta didik menulis surat surat dinas, yang kedua
memfokuskan pada analisis kesalahan EYD dalam surat dinas, dan yang ketiga
memfokuskan pada kemampuan menulis surat dinas dilihat dari aspek diksi dan
3
sistematika penulisan surat dinas. Selain itu objek atau sekolah yang dijadikan sebagai
tempat penelitian penulis pun berbeda pula dengan objek atau sekolah yang dijadikan
sebagai tempat penelitian oleh ketiga peneliti tersebut.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan orang lain
(Tarigan, 2008:3). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak diperoleh secara otomatis, tetapi
harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Scott (dalam Ghazali, 2010:
295) menyarankan agar siswa diajari menulis sejak awal proses belajar. Praktik menulis
sangat penting artinya tapi perlu diperhatikan bahwa siswa harus diberi tugas yang
bermakna yang memperhitungkan masalah tujuan, isi, aspek-aspek linguistik dan jenis
pembacanya. Koreksi atau masukan harus dipandang sebagai satu saja dari sekian
banyak aspek dalam pengajaran kemampuan menulis.
Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat
dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan
menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Sehubungan dengan hal ini, ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “menulis
dipergunakan, melaporkan/ memberitahukan, dan memengaruhi; dan maksud serta
4
tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat
menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada
pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat, Morsey (dalam Tarigan,
2008:4). Agar maksud dan tujuan penulis tercapai, yaitu agar pembaca memberikan
respons yang diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya, mau tidak mau dia harus
menyajikan tulisan yang baik. Ciri-ciri tulisan yang baik menurut Tarigan (2008:5)
adalah tulisan yang mencerminkan kemampuan penulis: (1) mempergunakan nada yang
serasi; (2) menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan; (3) menulis
dengan jelas dan tidak samar-samar; (4) menulis secara meyakinkan: menarik minat
para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian
yang masuk akal dan cermat-teliti mengenai hal itu; (5) mengkritik naskah tulisannya
yang pertama serta memperbaikinya; (6) kebanggaan penulis dalam naskah atau
manuskrip.
Terkait dengan menulis, menurut Tarigan (2008:11) ada beberapa kualifikasi
yang dituntut yakni sebagai berikut: (1) kualifikasi minimal yaitu mampu menulis
dengan
tepat
kalimat-kalimat
ataupun
paragraf-paragraf
seperti
yang
akan
dikembangkan secara lisan bagi situasi-situasi kelas, dan menulis surat yang singkat; (2)
kualifikasi baik yaitu mampu menulis “komposisi bebas” yang sederhana dengan
kejelasan dan ketepatan dalam kosakata, idiom, dan sintaksis; (3) kualifikasi unggul
yaitu mampu menulis beraneka ragam pokok pembicaraan (subjek) dengan idiom yang
wajar, ekspresi yang cerah serta mudah dipahami, dan perasaan yang tajam terhadap
gaya bahasa yang beraneka ragam dalam bahasa target, Lado (dalam Tarigan, 2008:11).
5
Menulis mempunyai tujuan untuk menyampaikan pesan kepada pembaca
(Chaedar dan Suzanna, 2007:111). Bila tidak dibaca, kegiatan menulis itu sia-sia.
Mengajar menulis antaralain adalah membangun kesadaran bahwa menulis itu
bergantung pada pembaca (reader-depent) dan kualitas respons pembaca menentukan
keberhasilan komunikasi tulis. Belajar menulis seperti belajar keterampilan lain
seyogianya berangkat dari mudah ke sulit, dari sini ke sana, dari sekarang kenanti.
Karena itu apa yang seyogianya pertama dibiasakan ditulis adalah diri sendiri, rumah
sendiri, keluarga sendiri, teman sendiri, dan seterusnya.
2.2.2 Pengertian Surat Dinas
Surat adalah alat untuk menguraikan isi hati atau maksud terhadap orang lain
secara tertulis (Bratawidjaja, 1995:3). Orang lain disini dapat diartikan perorangan atau
badan. Surat merupakan urat nadi dari suatu organisasi/ badan. Bila kegiatan surat
menyurat berhenti, organisasi/ badan itu berhenti (pasif) pula. Oleh Karena itu surat
sangat penting peranannya dalam suatu organisasi atau lembaga manapun.
Menurut Arifin (dalam Soetrisno dan Renaldi, 2009:41) surat adalah salah satu
sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan pesan dari satu pihak (orang, instansi,
atau organisasi) kepada pihak lain (orang, instansi, atau organisasi). Apabila surat dari
satu pihak kepada pihak lain itu berisi informasi yang menyangkut kepentingan tugas
dan kegiatan instansi yang bersangkutan, surat semacam itu disebut surat dinas atau
surat resmi.
6
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa surat
dinas adalah surat yang ditulis oleh seseorang atau instansi dan dikirimkan kepada
seseorang atau instansi yang bersifat resmi.
2.2.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menulis Surat Dinas
Dalam menulis surat dinas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni.
a. Ruang Lingkup Ejaan
Menurut Aleka dan Achmad (2010:259) ejaan adalah keseluruhan peraturan
melambangkan bunyi-bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata,
huruf, dan tanda baca. Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan adalah peraturan
bahasa Indonesia yang diberlakukan sejak 1972 pada saat Kongres Bahasa Indonesia
hingga saat ini. Ketentuan penggunaan ejaan dalam penulisan surat dinas harus
diperhatikan. Penggunaan ejaan yang benar sangat membantu pembaca dalam
menafsirkan kalimat surat. Terlebih lagi, apabila kalimatnya panjang. Ketentuan
mengenai ejaan tidak boleh menyimpang dari kaidah yang berlaku, yaitu harus sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Adapun hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menulis surat dinas sesuai dengan EYD yakni.
1) Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
(1) Huruf Kapital
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai: (1) huruf pertama kata pada awal
kalimat, (2) huruf pertama petikan langsung, (3) huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan, (4)
7
huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang, (5) huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat,
(6) huruf pertama unsur-unsur nama orang, (7) huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa (8) huruf kapital nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah, (9) huruf pertama nama geografi, (10) huruf pertama nama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi kecuali kata
dan, (11) huruf pertama nama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi, (12) huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam
yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal, (13) huruf pertama unsur singkatan
nama gelar, pangkat, dan sapaan, (14) huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan, (15) huruf pertama kata ganti Anda
(2) Huruf Miring
Huruf miring dipakai untuk: (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan, (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata, (3) menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing yang telah
disesuaikan ejaannya.
8
2) Penulisan Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
dalam gabungan kata yang sudah padu benar, misalnya kepada, kemari, daripada.
3) Pemakaian Tanda Baca
Pemakain tanda baca yang perlu diperhatikan dalam menulis surat dinas yakni.
(1) Pemakaian Tanda Titik
Tanda titik dalam surat dinas dipakai: Untuk mengakhiri kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan, di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar, dan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka
waktu (Waridah, 2009:41).
(2) Pemakaian Tanda Koma
Tanda koma dalam surat dinas dipakai:
a) Di
antara nama orang dan
gelar
akademik
yang mengikutinya
untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga atau marga.
Contoh: C. Ratulangi, S.E
Ny. Khadijah, M.A.
b) Di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, dan nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
9
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya. 10 mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia
c) Untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
Contoh: Demikianlah surat ini kami sampaikan. Atas perhatian Bapak, kami
mengucapkan terimaksih.
d) Pemakain Tanda Titik Koma
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara, dan dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kata yang setara di dalam kalimat majemuk.
e) Pemakain Tanda Titik dua
Secara rinci, pemakaian tanda titik dua ditentukan sebagai berikut.
(1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian. Akan tetapi, apabila rangakaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan, tanda titik dua tidak dipakai.
Contoh:
Keluarga baru itu memerlukan perabot berikut: meja, kursi, lemari pakaian, dan tempat
tidur.
(2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Hari: selasa
Tanggal: 16 Desember 2003
10
Tempat: Hotel Cendana, Surabaya
Acara: Penyegaran Bahasa Indonesia bagi Pejabat Eselon IV
b. Pengertian Diksi
Kata merupakan unsur yang paling penting di dalam bahasa (Chaer, 200:86).
Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa; sebab kata itulah yang merupakan perwujudan
bahasa. Setiap kata mengandung konsep makna dan mempunyai peran di dalam
pelaksanaan bahasa. Konsep dan peran apa yang dimiliki tergantung dari jenis atau
macam kata-kata itu, serta penggunaannya di dalam kalimat.
Diksi adalah pilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan gagasan sehingga
memperoleh efek sesuai yang diharapkan. Pilihan kata pada dasarnya adalah hasil upaya
memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa (Finoza, 1996:91)
pilihan kata dilakukan apabila ada kata yang hampir sama atau ada kemiripan. Dari kata
itu dipilih satu kata yang paling tepat sesuai dengan maksud yang ingin diungkapkan
oleh penulis.
Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata mana yang tepat, melainkan juga
kata mana yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan apa yang
dimaksudkan penulis. Hal ini menghindari salah tafsir pembaca, yang kadang-kadang
membawa pembaca untuk menafsirkan tidak sesuai yang diinginkan penulis.
Penggunaan kata yang harus diperhatikan dalam menulis surat dinas yakni.
1) Kata yang Baku
Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan tata bahasa
yang didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan tentunya bisa
11
mengikuti perkembangan zaman. Kebakuan kata sangat ditentukan oleh faktor disiplin
ilmu bahasa dari berbagai segi yang nantinya menghasilkan satuan bunyi yang amat
berarti, sesuai dengan konsep yang telah disepakati.
2) Kata yang Lazim
Kata yang lazim adalah kata-kata yang sudah biasa digunakan dalam
berkomunikasi sehari-hari, baik lisan maupun tulis (Pratiwi, 2013:40). Penggunaan kata
yang lazim dapat mempermudah pemahaman pembaca surat terhadap informasi yang
disampaikan. Kata-kata yang penggunaannya belum lazim hendaknya dihindari karena
dapat mengganggu kelancaran berkomunikasi. Di samping itu, kata asing yang belum
diserap ke dalam bahasa Indonesia sebaiknya juga dihindari.
3) Kata yang Cermat
Kecermatan dalam pemilihan kata menyangkut kemampuan penulis surat
memilih sebuah kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sesuai dengan
maksud yang dikehendaki. Untuk itu, penulis surat harus mampu membedakan secara
cermat kata-kata yang bersinonim, mampu mengetahui kata-kata yang bersinonim,
mampu mengetahui kata-kata yang bermakna denotatif dan konotatif, serta mampu
memahami kata-kata mubazir yang perlu dihindari.
c. Pengertian dan Ciri-Ciri Struktur Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu “pikiran” atau “amanat” yang
lengkap (Chaer, 2000:327). Kalimat dalam surat dinas selain menunjukkan ciri
kebakuan, bahasa dalam surat resmi hendaknya menggunakan kalimat efektif. Kalimat
12
efektif merupakan kalimat yang mempunyai efek yang besar pada diri pembaca. Dengan
kalimat efektif, pembaca dapat memahami informasi yang disampaikan melalui surat
dengan cepat dan mudah. Kalimat efektif itu dapat mengurangi kemungkinan salah
tafsir, sebab kalimat efektif hanya mempunyai satu kemungkinan makna. Kalimat yang
tidak efektif dapat menyebabkan kesulitan dalam memahami informasi yang
disampaikan.
Untuk memperoleh kalimat yang baik, semua kalimat yang digunakan dalam
surat sebaiknya disusun dengan memperhatikan ciri-ciri kalimat efektif. Secara garis
besar, kalimat efektif itu mempunyai ciri (1) lengkap dan bukan fragmentaris, (2)
gramatikal, (3) bernalar atau logis, (4) efisien, dan (5) jelas dan tidak taksa (ambiguitas).
Di bawah ini disajikan pembahasan kalimat efektif.
(1) Kalimat lengkap
Kalimat dalam surat hendaknya menggunakan kalimat lengkap dan bukan
potongan kalimat (kalimat fragmentaris). Kalimat lengkap adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan informasi (disebut juga pesan, proposisi, makna) secara utuh. Artinya
informasi atau makna kalimat dalam surat itu tidak diungkapkan secara sepotongsepotong. Suatu kalimat dapat dikatakan kalimat lengkap apabila mempunyai
kelengkapan struktur. Kelengkapan struktur kalimat ditandai dengan (1) kemampuan
kalimat itu untuk berdiri bebas (artinya proposisi kalimat itu bukan merupakan bagian
dari kalimat lain), dan (2) setidak-tidaknya mengandung unsur inti (unsur wajib)
kalimat. Unsur inti atau unsur wajib kalimat itu meliputi subjek, predikat, dan objek
(untuk predikat yang berjenis kata kerja transitif).
13
Kalimat fragmentaris merupakan kalimat yang tidak memenuhi persyaratan
kelengkapan struktur, sehingga makna atau informasi dalam kalimat itu juga tidak utuh.
Kalimat fragmentaris berupa penggalan atau potongan dari sebuah kalimat. Untuk
membedakan kalimat lengkap dan kalimat fragmentaris, berikut ini adalah contoh
kalimat lengkap dan fragmentaris.
KF : Demikian untuk dipergunakan seperlunya.
KL : Demikian surat ini kami buat, agar digunakan seperlunya.
Kalimat yang dikelompokkan KL pada contoh di atas berarti telah memenuhi
kelengkapan struktur. Sebaliknya, kalimat yang dikelompokkan KF tidak memenuhi
kelengkapan struktur sebagai sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia. Kalimat semacam
KF hendaknya dihindari dalam menyusun surat. Kalimat lengkap tidak ditentukan oleh
jumlah kata yang membentuk kalimat tersebut. Kalimat lengkap ditentukan oleh
“keutuhan makna” yang dikandungnya.
(2) Kalimat Gramatikal
Kalimat
gramatikal
adalah
kalimat
yang
memenuhi
kaidah-kaidah
ketatabahasaan yang berlaku. Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku-buku tata
bahasa. Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk
kata, dan ketepatan diksi (pilihan kata). Berdasarkan struktur sintaksis, kalimat
dikatakan gramatikal apabila urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu tepat dan
lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya.
Contoh: (1) Surat itu saya telah tanda tangani. Kalimat ini merupakan kalimat
yang tidak gramatikal, karena urutan kata yang menduduki fungsi predikat tidak sesuai
14
dengan kaidah urutan dalam bahasa Indonesia. Urutan kata yang tepat adalah kata saya
pada kalimat di atas dan kata tanda tangani tidak dipisahkan dengan kata telah. Kata
saya pada kalimat tersebut merupakan imbuhan yang membentuk kata kerja persona.
Kata saya dan tanda-tangani mempunyai hubungan yang erat dan tidak boleh disisipi
oleh bentuk yang lain. Seharusnya urutan kalimat di atas (1) diganti dengan kalimat (1a)
Surat itu telah saya tanda tangani.
(3) Kalimat Bernalar atau Logis
Kalimat logis adalah kalimat yang maknanya dapat diterima oleh akal. Logis
tidaknya kalimat itu dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Kelogisan kalimat
didukung oleh ketepatan diksi (pilihan kata) dan bentukan kata yang digunakan. Diksi
yang tepat memperjelas informasi yang dikandungnya.
Contoh: Kami belum jelas isi surat Saudara.
Kalimat di atas termasuk kalimat yang tidak masuk akal. Pilihan kata jelas tidak
tepat, sebaiknya diganti dengan kata paham. Kata jelas berdasarkan logika berkaitan
dengan pengamatan, misalnya “Suaranya tidak terdengar dengan jelas.” Kelogisan
kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.
Contoh: Dengan surat ini kami memberitahukan Bapak mahasiswa angkatan
1988 sedang mengadakan praktek lapangan pada saat ini.
Kalimat di atas salah dalam menempatkan objek. Kalimat itu sebaiknya diubah
menjadi kalimat seperti berikut. (1) Dengan surat ini kami memberitahu Bapak bahwa
mahasiswa angkatan 1988 sedang mengadakan praktik lapangan pada saat ini, atau
15
dengan kalimat (2) Dengan surat ini kami memberitahukan bahwa mahasiswa angkatan
1988 sedang mengadakan praktik lapangan pada saat ini.
(4) Kalimat Efisien
Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata.
Artinya, kalimat itu hanya menggunakan kata dalam jumlah yang sedikit, tetapi dapat
menyampaikan informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan
menggunakan banyak kata merupakan pemborosan. Hal ini harus dihindari dalam
menulis surat. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat atau bahasa itu
berbelit-belit dan sulit dipahami. Kalimat efisien ditandai dengan ketiadaan unsur
kalimat yang tidak ada manfaatnya (atau tidak ada unsur mubazir). Contoh:
(1) Demi kelancaran pelaksanaan tugas penyampaian surat-surat dinas ke berbagai
lembaga terkait serta kepada para dosen luar biasa FKIP, dan demi untuk mobilitas
pelaksanaan tugas-tugas yang lain, petugas FKIP sangat memerlukan sarana
transportasi.
Kalimat di atas masih mengandung unsur yang mubazir atau kata-kata yang
tidak mempunyai fungsi gramatikal. Di samping itu, pada kalimat di atas ada beberapa
ide yang diulang-ulang. Untuk mendapatkan kalimat yang efisien, pengulangan ide
harus dihindari. Kalimat (1) di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat (1a) di bawah ini.
(1a) Demi kelancaran pelaksanaan tugas, khususnya penyampaian surat dinas ke luar
universitas, petugas FKIP sangat memerlukan sarana transportasi.
16
(5) Kalimat Jelas Maknanya (Tidak Taksa)
Tujuan menyusun kalimat dalam surat adalah untuk menyampaikan informasi,
gagasan, kemauan, ide, perintah dan sebagainya kepada orang lain. Tujuan itu dapat
tercapai bila makna kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca (atau
pendengar). Kalimat yang maknanya mudah dipahami dengan tepat sesuai dengan yang
dimaksud penulisnya itulah yang dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang
mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat taksa atau mengandung
makna ganda. Kalimat ini mempunyai beberapa kemungkinan tafsiran. Kalimat yang
taksa dalam menulis surat harus dihindari, sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh:
(1) Bersama ini disampaikan dengan hormat 1 bendel berkas surat pengantar mahasiswa
Fakultas Saudara yang berkunjung/ study literatur ke Perpusataan lain sebagai
tembusan.
Kalimat di atas mempunyai banyak penafsiran. Pertama, siapa yang berkunjung
ke perpustakaan lain? Apakah yang berfungsi sebagai tembusan? Jawaban pertanyaan
ini lebih dari satu buah. Hal ini berarti kalimat tersebut mengandung makna ganda.
Kalimat itu dapat diperbaiki sebagai berikut.
(1a) Bersama ini kami sampaikan dengan hormat satu berkas surat pengantar mahasiswa
Fakultas Ekonomi yang berkunjung/studi pustaka keperpusataan lain. Surat itu
sebagai tembusan.
17
d. Sistematika Penulisan Surat Dinas
Adapun sistematika surat dinas terdiri dari:
1) Kop Surat
Kop surat atau lazim pula dinamakan kepala surat merupakan identitas lengkap
suatu lembaga, organisasi, perusahaan, atau instansi pengirim surat. Identitas ini
meliputi nama perusahaan, alamat perusahaan, nomor telepon, nomor fax, tromol
pos/PO BOX, alamat kantor cabang, nama bank, dan logo atau lambang organisasi/
instansi/perusahaan. Singkatnya kop surat, berfungsi sebagai informasi tentang identitas
lengkap pihak si pengirim.
2) Tanggal Surat
Menurut Nugroho (1996:26) tanggal surat adalah bagian yang penting untuk
dicantumkan baik bagi pengirim maupun penerima dengan tujuan mengetahui secara
pasti kapan surat itu dilayangkan. Dalam tanggal lazim dicantumkan, yakni: Kota
pengiriman, tanggal, bulan, dan tahun. Penulisan bulan jangan disingkat menjadi: Jun‟,
Jul, ags, sept, okt, akan tetapi harus ditulis lengkap seperti: Gorontalo, 25 Februari
2013.
Selain itu menurut Nurjamal, dkk (2011:134) tanggal surat atau titimangsa
merupakan petunjuk kapan surat itu dibuat, bukan petunjuk kapan surat itu dikirimkan.
Tanggal surat haruslah ditulis lengkap dan benar, tidak boleh disingkat. Tuliskanlah
tanggal, bulan, tahun, tanpa nama kota lagi.
18
Contoh:
Benar
11 Juli 2008
17 Agustus 1997
3
November
1987
Bukan
11-7-2008
7-08-1997
3 Nov „87
Tiga fungsi utama tanggal surat adalah petunjuk kapan surat itu dibuat, untuk
memudahkan pengarsipan surat, dan untuk memudahkan atau sebagai petunjuk bagi si
penerima surat, apabila akan membalas surat itu.
3) Nomor Surat
Menurut Nurjamal, dkk (2011:134) nomor surat merupakan petunjuk nomor urut
surat yang dikeluarkan oleh suatu organisasi, instansi, atau perusahaan.
Nomor surat secara umum memiliki fungsi yang sama dengan fungsi tanggal
surat, yaitu sebagai petunjuk nomor urut surat yang dikeluarkan, memudahkan
pengarsipan, dan pemudah-petunjuk bagi si penerima apabila akan membalas surat
tersebut. Misalnya,
Benar
Nomor: 034/SK/Koperasi/XII/2008
Nomor: DM.02.04/4.3/0759/2009
Bukan
Nomor: Istimewa
No.
: 20/ 2008
4) Lampiran Surat
Lampiran surat, bila ada, merupakan kelengkapan yang disertakan bersama surat
yang dikirimkan. Fungsinya petunjuk bahwa ada sesuatu yang disampaikan bersama
dan merupakan satu kesatuan dengan surat itu. Misalnya,
19
Benar
Lampiran: Satu berkas formulir riwayat hidup
Lampiran: 70 eksemplar soal
Lampiran: Daftar harga buku tahun 2008
Bukan
Lamp.:-,- atau lampiran :-0-
Catatan: kalau memang tidak ada sesuatu yang dilampirkan bersama surat itu,
maka sebaiknya kata lampiran itu tidak perlu dituliskan.
5) Perihal Surat
Menurut Nurjamal, dkk (2011:135) perihal atau hal atau biasa juga disebut
pokok surat harus dinyatakan secara eksplisit-jelas, misalnya dalam kalimat tunggallengkap. Fungsinya untuk memudahkan si penerima surat dengan cepat mengetahui
persoalan yang dibicarakan dalam surat itu.
Benar
Perihal: Rapat Evaluasi Wisuda 2008
Hal
: Permohonan Kesediaan Mengajar
Perihal: Rapat Umum Pemegang Saham
Bukan
Perihal: UNDANGAN
Perihal: Undangan Rapat
Perihal: Surat Udangan
Catatan: undangan dan undangan rapat itu banyak jenisnya. Undangan apa?
Rapat apa? Seharusnya dituliskan eksplisit, jelas! Keeksplisitan perihal/pokok surat ini
akan memudahkan si penerima mengetahui secara cepat-tepat permasalahan yang
disampaikan dalam surat itu, termasuk menentukan cara tercepat menyikapinya.
Benar
Nomor : 117/ P/ STP/ II/ 2008 10 Februari 2008
Lampiran: Formulir Islan Riwayat Hidup
Perihal
: Kesediaan Menjadi Narasumber Seminar Bahasa
20
Bandung, 10 Feb‟ 08
Bukan
No.
:
Lamp. :
Perihal: Undangan
6) Alamat Tujuan
Alamat tujuan adalah petunjuk kepada siapa surat itu ditujukan. Fungsinya untuk
mempercepat penyampaian surat kepada yang berhak menerimanya. Misalnya,
Benar
Yth. Drs. Denny Mustofa
Manajer Hotel Enhaii
Jln. Dr. Setiabudhi 186, Bandung 40141
Yth. Dr Upiek Haeryah Sadkar, M.Sc.
Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata
Jalan Dr. Setiabudhi 186
Bandung 40141
Bukan
Kepada Yth.:
Bapak Dr. Eki Baihaki, M.Si.,
Dosen Ilmu Komunikasi, Fisip UNLA.
Jl. Karapitan 234.
BANDUNG 40324
Menurut Nugroho (1996:29) alamat surat adalah suatu bagian fital yang akan
menjamin surat tersebut akan sampai ke tujuan manakala dikirimkan melalui jasa
pengantara apapun.
Sebelum dikirimkan surat terlebih dahulu harus diberi amplop (sampul) lebih
dahulu. Pada amplop biasanya dituliskan alamat surat secara lengkap. Dengan
demikian, ada dua macam alamat surat yang dikenal dengan istilah alamat luar dan
21
alamat dalam. Alamat luar adalah alamat yang ditulis diamplop, sedangkan alamat
dalam ialah alamat yang ditulis di dalam surat. Alamat surat digunakan sebagai
petunjuk langsung siapa yang harus menerima surat. Alamat surat digunakan sebagai
petunjuk langsung siapa yang harus menerima surat. Hal-hal yang perlu diperthatikan
pada penulisan alamat surat sebagai berikut.
(1) Alamat surat tidak perlu diawali kata kepada. Tanpa kepada, surat yang dimaksud
sudah cukup jelas, yaitu alamat yang ditujukan kepada orang yang dikirimi surat.
(2) Untuk menyatakan ungkapan yang terhormat pada awal nama orang/jabatan
penerima surat, cukup ditulis Yth. (diawali huruf kapital dan disertai tanda titik
sebagai akhir singkatan).
(3) Sebelum mencantumkan nama orang dituju, biasanya penulis surat menyatakan kata
sapaan ibu, bapak, atau saudara. Jika nama orang dituju didahului gelar akademik/
pangkat/jabatan (misalnya Drs, Ir, Kapten, dan Direktur), sapaan ibu, bapak, atau
saudara tidak digunakan.
Contoh.
Yth. Rektor UNESA
Yth. Bapak Adi Suarno, M.Hum.
7) Salam Pembuka
Salam pembuka yang lazim digunakan dalam surat-menyurat, misalnya, Dengan
Hormat, Assalamualaikum Wr.Wb., Salam Sejawat. Berfungsi sebagai tanda hormat,
sebelum pembicaraan dalam surat dimulai. Namun demikian, pada praktiknya tidak
22
semua surat, terutama surat dinas yang berasal dari atasan kepada bawahan,
menggunakan salam pembuka secara konsisten. Contoh,
Benar
Dengan Hormat,
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
Bukan
Dengan Hormat
As. Wr. Wbr.
Salam pembuka adalah salam sebelum masuk ke inti surat atau pendahuluan.
Selain itu salam pembuka juga merupakan tanda hormat sebelum memulai pembicaraan.
Salam pembuka lazim ditulis di sebelah kiri, di bawah alamat surat, di atas
kalimat pembuka isi surat. Salam pembuka yang lazim digunakan dalam surat resmi
ialah dengan hormat atau Assalamualaikum Warahmatullahi Wabbarakatuh.
8) Isi Surat
Isi surat merupakan paparan informasi atau pesan utama yang disampaikan
kepada pihak yang disurati. Isi surat lazim dikelompokkan menjadi tiga alinea utama,
yaitu alinea pembuka, alinea inti-isi surat, dan alinea penutup surat.
Alinea pembuka surat lazim dibedakan menjadi dua jenis, yaitu alinea pembuka
langsung, maksudnya bahwa pada alinea pertama, si penulis surat langsung menyatakan
maksudnya. Sedangkan dengan alinea pembuka tidak langsung, artinya bahwa si penulis
surat, pada alinea pertama belum menyatakan maksud, tetapi menyebut sesuatupengarah yang ada hubungannya dengan maksud si penulis. Maksud si penulis, baru
dinyatakan pada alinea berikutnya.
Alinea atau paragraf isi-inti surat terdiri dari: paparan maksud, penjelasan
maksud, dan penegas atau penguat maksud. Sedangkan alinea/paragraf penutup surat,
23
biasanya berupa harapan penulis kepada si penerima surat dan ucapan terima kasih,
serta bila perlu, dan untuk surat tertentu bisa disampaikan pernyataan permohonan maaf
atau pernyataan penghargaan.
Terlepas dari panjang atau pendeknya namun secara tegas dikatakan isi sebuah
surat harus mampu untuk menjelaskan maksud surat tersebut secara baik. Isi surat
sebaiknya tidak perlu bertele-tele apalagi bila itu termasuk dalam surat tugas. Isi surat
yang lebih dikenal dengan tubuh surat berisi pesan. Isi surat merupakan bagian yang
sangat penting. Tercapai tidaknya penulis dalam mengkomunikasikan pesan tergantung
pada kejelasan bagian ini. Secara garis besar, isi surat terbagi atas tiga bagian, yaitu
paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup. Paragraf pembuka merupakan
pengantar isi surat untuk menarik perhatian penerima surat terhadap isi surat yang
sesungguhnya. Paragraf isi merupakan gagasan inti yang hendak disampaikan penulis
surat. Paragraf penutup merupakan bagian yang berfungsi sebagai kunci isi surat atau
penegasan isi surat tersebut. Paragraf tersebut dapat berisi simpulan, harapan, atau
ucapan terimakasih.
9) Salam Penutup
Salam penutup merupakan tanda atau ungkapan rasa hormat si penulis surat,
sekaligus pemberitahuan bahwa dalam pembicaraan dalam surat sudah selesai. Salam
penutup yang digunakan harus serasi dengan salam pembuka. Misalnya, kalau salam
pembuka menggunakan Assalamualaikum Wr. Wb., maka salam penutupnya tentu
bukan hormat saya atau hormat kami, melainkan harus Wassalamualaikum Wr. Wb.
Demikian pula kalau salam pembukanya dengan hormat, maka salam penutupnya bukan
24
Wasalam atau Wassalamualaikum Wr. Wb., melainkan Hormat saya, Hormat kami,
dengan catatan bahwa adakalanya dalam surat-surat kedinasan tertentu salam pembuka
dan salam penutup itu tidak selamanya digunakan.
10) Penanggungjawab Surat
Penanggungjawab surat yang dimaksud adalah keterangan penegas siapa yang
bertanggung jawab atas surat itu, maka dicantumkanlah keterangan minimal tanda
tangan dan nama jelas. Untuk surat kedinasan, penanggungjawab itu lengkap dan terdiri
dari nama jabatan, tanda tangan, nama jelas-lengkap, NIP pejabat/orang yang
menandatangani surat itu, serta cap atau stempel penanda keresmian dan kedinasan.
Penanggungjawab surat bisa terdiri dari satu orang, dua orang, atau tiga orang
penanda tangan surat, bergantung pada jenis-sifat pertanggungjawaban suratnya. Surat
dinas umumnya ditandatangani oleh pejabat. Sedangkan surat-surat kepanitiaan suatu
kegiatan, lazimnya ditandatangani oleh dua orang atau lebih. Misalnya, sekretaris,
ketua panitia, dan pejabat setingkat di atasnya sebagai pihak yang mengetahui atau
menyetujui isi surat itu. Contoh penanggungjawab surat satu orang pejabat penanda
tangan.
Hormat kami,
Manajer Personalia
Hormat kami,
Cap/Stempel
Kabag Adum
Tanda tangan
Tanda Tangan
Delyra Velayati, S.Kom.
R. Wisnu Rahtomo, M.M.
Nama penanggungjawab dicantumkan di bawah tanda tangan. Adapun penulisan
nama terang penanggungjawab surat yakni.
25
(1) Nama terang harus ditulis lengkap.
(2) Huruf pertama harus ditulis dengan huruf kapital.
(3) Nama terang tidak perlu diapit oleh tanda kurung atau tanda baca apapun.
(4) Nama terang tidak perlu digaris bawahi.
(5) Nama terang tidak diakhiri dengan tanda baca apapun.
Sebuah surat biasanya memuat tanda tangan atau stempel asli untuk
menunjukkan keabsahan surat itu. Tanda tangan saja bisa dibubuhkan untuk surat atau
memo yang bersifat pribadi namun apabila itu menyangkut dinas maka harus dengan
stempel. Tanda tangan hendaknya jelas dan tidak terlalu kecil serta ditorehkan dengan
mantap sehingga penerimanya akan yakin bahwa itu asli. Tanda tangan yang tarikannya
meragukan serta nampak lain cirinya bisa dikategorikan palsu. Maka bila tanda tangan
orang harus berkosentrasi dan hendaknya dilakukan di tempat yang rata.
11) Tembusan Surat
Tembusan surat biasa digunakan, terutama dalam surat-surat kedinasan.
Berfungsi sebagai petunjuk, ada pihak lain yang terkait, yang harus mengetahui isi surat
secara lengkap.
Download