HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN FISIOLOGIS DAN PATHOLOGIS DI MTS ( MADRASAH TSANAWIYAH ) KOTA SEMARANG Novita Nining Anggraeni Fitriani Nur Damayanti*) *) Universitas Muhammadiyah Semarang Korespondensi : [email protected] ABSTRAK Masa reproduksi pada diri seorang wanita biasanya mengalami beberapa gejala psikologik yang negatif atau gejala fisik, Wanita rentan dengan gangguan reproduksi karena organ reproduksi wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang senggama, rongga ruang rahim, saluran telur atau tuba fallopii yang bermuara di dalam perut ibu. Hubungan langsung ini mengakibatkan infeksi pada bagian luarnya berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau peritonitis. wanita lebih rentan terkena masalah kesehatan reproduksi, hal ini dikarenakan kecenderungan dari wanita tersebut yang kurang menjaga hygiene dalam organ reproduksinya. Pentingnya remaja mengetahui tentang keputihan adalah agar wanita khususnya remaja mengetahui tentang keputihan, tanda dan gejala keputihan, penyebab, dan dapat membedakan antara keputihan fisiologis (normal) dan patologis (tidak normal) sehingga wanita dapat mencegah, menangani dan segera melakukan pemeriksaan apabila terdapat tanda dan gejala keputihan yang tidak normal / patologis Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis di MTS Negeri II Semarang Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 43 siswa, teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Hasil Diketahui sebagian besar remaja putri di MTS Negeri II Semarang mempunyai pengetahuan yang sedang tentang keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 18 responden (41,9%) , mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 14 responden (32,6%) dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan baik tentang keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 11 responden (25,6%). Sebagian besar remaja putri di MTS Negeri II Semarang mempunyai sikap positif positif terhadap keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 27 responden (62,8%) dan sebagian kecil mempunyai sikap negatif terhadap keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 16 responden (37,2%), Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang keputihan fisiologis dan patologis dengan p value = 0,003 Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap wanita usia subur tentang keputihan fisiologis dan patologis dengan p value = 0,003 Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja Putri, Keputihan PENDAHULUAN Masa reproduksi pada diri seorang wanita biasanya mengalami beberapa gejala psikologik yang negatif atau gejala fisik. Sifat gejalanya bervariasi dan cenderung memburuk ketika saat-saat menjelang dan selama terjadinya proses perdarahan haid pada tubuhnya, Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap siklus haidnya dan intensitasnya pun tidak 48 sama. Beberapa wanita ada juga yang mengalami gejala alam perasaan dan fisik yang berat, salah satunya adalah menyebabkan terjadinya keputihan. Keluhan keputihan dari seorang wanita menjelang terjadinya haid secara statistik cenderung dapat menyebabkan keadaan daerah kemaluan (terutama vagina, uterus, dan vulva) menjadi mudah terjangkit suatu penyakit dan menularkannya ke tubuhnya sendiri atau ketubuh orang lain yang melakukan persetubuhan dengannya (Hendrik, 2006). Wanita rentan dengan gangguan reproduksi karena organ reproduksi wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang senggama, rongga ruang rahim, saluran telur atau tuba fallopii yang bermuara di dalam perut ibu. Hubungan langsung ini mengakibatkan infeksi pada bagian luarnya berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). Penyakit keputihan menyerang sekitar 50 % kehidupan wanita dan mengenai hampir pada semua umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukan 75 % wanita di dunia pasti menderita keputihan, minimal terjadi sekali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami sebanyak lebih dari dua kali (Asri, 2008). Data dari WHO (2012) menunjukan bahwa sebanyak 276,4 juta kasus infeksi trikomonas vaginalis terjadi pada wanita usia 15-49 tahun. Jumlah kasus penyakit infeksi organ reproduksi (akibat bakteri, jamur, parasit dan virus trikomonas vaginalis, vaginal bacterial, sifilis, kandida albicans dan gonorrheae) yang diobati pada tahun 2009-2011 di negara Indonesia yaitu berkisar 246.448 kasus (Depkes RI, 2011). Pada tahun 2011, Provinsi Jawa Tengah terdapat 10.752 kasus infeksi organ reproduksi (akibat bakteri jamur, parasit dan virus trikomonas, vaginal bacterial, sifilis dan gonorrheae), sedangkan tahun 2012 turun menjadi 8.671 kasus. Angka kejadian infeksi organ reproduksi sempat mengalami penurunan. Meskipun demikian, kasus yang terjadi di masyarakat mungkin belum terdeteksi seluruhnya (Dinkes Prov. Jawa 49 Tengah, 2012). Khusus di Kota Semarang, terdapat jumlah kasus penderita penyakit infeksi organ reproduksi trikomoniasis dan vaginal bacterial terdapat 117 kasus (DKK Semarang, 2011). Kelompok wanita lebih rentan terkena masalah kesehatan reproduksi, hal ini dikarenakan kecenderungan dari wanita tersebut yang kurang menjaga hygiene dalam organ reproduksinya. Walaupun begitu, seorang pria juga dapat terkena masalah reproduksi karena mereka lebih memberikan kontribusi dalam penularan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan organ reproduksi (Depkes RI, 2008). Menurut Daru Wijayanti (2009) keputihan ada 2 macam, yaitu keputihan normal dan keputihan yang disebabkan oleh suatu penyakit. Keputihan normal ciri-cirinya ialah : warnanya bening, kadang-kadang putih kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar, dsb.), keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stress dan kelelahan. Sedangkan keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri: jumlahnya banyak, timbul terusmenerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri) serta berbau (apek, amis, dsb) Pentingnya remaja mengetahui tentang keputihan adalah agar wanita khususnya remaja mengetahui tentang keputihan, tanda dan gejala keputihan, penyebab, dan dapat membedakan antara keputihan fisiologis (normal) dan patologis (tidak normal) sehingga wanita dapat mencegah, menangani dan segera melakukan pemeriksaan apabila terdapat tanda dan gejala keputihan yang tidak normal / patologis (Manuaba, 2009). Keputihan fisiologis dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, Pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi juga terjadi melalui rangsangan seksual, cairan keputihan ini tidak perlu dikhawatirkan dan biasanya akan segera kembali normal (Manuaba, 2009). Keputihan Patologis disebabkan oleh jamur, bakteri, atau parasit juga bisa disebabkan oleh penyakit keganasan dan penyakit 50 menular seksual. Keputihan patologis ini memerlukan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi, apabila keputihan patologis tidak diobati maka infeksi dapat menjalar ke rongga rahim, ke saluran telur, kemudian ke indung telur dan akhirnya ke rongga panggul dan menyebabkan kemandulan (Indarti, 2004). Perilaku hubungan seksual dilakukan oleh 80% laki-laki dan 70% wanita selama masa pubertas dan 20% mempunyai lebih dari satu pasangan. Sekitar 53% wanita berumur 15-19 tahun melakukan hubungan seksual pada masa remaja (Soetjiningsih, 2004). Di Jawa Tengah pada tahun 2009 didapatkan jumlah kasus IMS (Infeksi Menular Seksual) adalah 12,678 kasus, yang sudah diobati 9,864 (77,80%). Di Kabupaten Semarang terdapat 2,351 orang kasus IMS (Infeksi Menular Seksual) dan sudah diobati 2,351 (100%) (Profil DINKES Provinsi 2009). Dari hasil wawancara terhadap siswi dan guru di MTS (Madrasah Tsanawiyah) Negeri II Semarang ternyata MTS tersebut belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dari tenaga kesehatan atau PILARPKBI Jawa Tengah. Dan belum ada kurikulum yang khusus mengajarkan kesehatan reproduksi remaja, dan bagi para siswi yang berlatar belakang pendidikan keislaman masih menganggap tabu dan belum mengetahui bagaimana membedakan keputihan yang normal dan abnormal dan bagaimana menangani secara tepat. Banyaknya siswi yang belum mengetahui tentang keputihan fisiologis dan patologis, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana akses informasi, pengetahuan dan sikap remaja putri tentang keputihan fisiologis dan patologis di Madrasah Tsanawiyah Negeri II Semarang METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Cross Sectional. Rancangan Cross Sectional adalah suatu penelitian di mana variabel-variebel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas IX di MTS 51 Negeri II Semarang tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 43 siswi. Dalam penelitian ini digunakan sampel jenuh yang menjadi sampel adalah seluruh populasi atau semua siswi kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri II Semarang sebanyak 43 orang yang terbagi dalam 3 kelas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis dan patologis Berdasarkan pada Tabel 4.1 diketahui sebagian besar remaja putri di MTS Negeri II Semarang mempunyai pengetahuan sedang tentang keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 18 responden (41,9%) , mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 14 responden (32,6%) dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan baik tentang keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 11 responden (25,6%). Tabel 4.1 Distribusi frekuensi remaja putri berdasarkan pengetahuan tentang keputihan fisiologis dan patologis Pengetahuan Baik sedang Kurang Frekuensi 11 18 14 Jumlah 43 a) Persentase (%) 25,6 41,9 32,6 100 Sikap remaja putri tentang keputihan fisiologis dan patologis 52 Berdasarkan pada Tabel 4.2 diketahui sebagian besar remaja putri di MTS Negeri II Semarang mempunyai sikap positif terhadap keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 27 responden (62,8%) dan sebagian kecil mempunyai sikap negatif terhadap keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 16 responden (37,2%). tabel 4.2 Distribusi frekuensi remaja putri berdasarkan sikap terhadap keputihan fisiologis dan patologis. Sikap Positif Negatif Jumlah Frekuensi 27 16 43 2. Persentase (%) 62,8 37,2 100 Analisis bivariat a) Hubungan pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang keputihan fisiologis dan patologis di MTS Negeri II Semarang Teknik analis yang dipakai untuk menguji hepotesis yaitu menggunakan uji chi Square , nilai expected count ( harapan ) yang kurang dari 5 terdapat dalam 1 sel (17%) sehingga peneliti mengunakan Person Chi Square . dimana nilai sedangkan niali p-value adalah 0.003. Nilai ini lebih kecil dari α yaitu 0.005, “ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap wanita usia subur tentang keputihan fisiologis dan patologis”. Dimana semakin baik 53 pengetahuannya , maka semakin positif sikap wanita usia subur terhadap keputihan fisiologis dan patologis. B. Pembahasan 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keadaan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan-penerangan yang keliru. Tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu hanyalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan (Ahmadi,2003,p.31). Menurut Notoatmodjo (2003,p.121), pengetahuan merupakan hasil dari tahu , dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis (Widiastuti, 2009). 54 2. Sikap Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaanya kepada orang lain (melalui perilaku) (Hutagalung, 2007,p.52). Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (Unfavourable) pada suatu objek (Azwar, 2010,p.5). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang keluarga berencana, atau juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan – pernyataan terhadap suatu objek tertentu, dengan menggunakan skala Likert ( Notoatmodjo, 2005, p.57). 3. Hubungan pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang keputihan fisiologis dan patologis. Berdasarkan uji statistik perhitungan uji korelasi Rank Spearman. Dari uji hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri di dapatkan p value = 0,003, yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang keputihan fisiologis dan patologis. 55 Berdasarkan hasil penelitian tersebut ternyata pengetahuan tentang keputihan fisiologis dan patologis berpengaruh dengan sikap remaja putri terhadap keputihan fisiologis dan patologis. Seperti dijelaskan pada buku Notoatmodjo (2003,p.128), menurut Allport menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 kelompok komponen pokok. a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Kecenderungan untuk bertindak (tend c. to behave) Ketiga komponen ini secara bersama- sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Fristina Isma dimana hasil penelitiannya yaitu ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perawatan keputihan pada siswi kels X di SMAN 2 Salatiga tahun 2009. Ini menunjukan bahwa kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) sebagai komponen pokok sikap, sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang memegang peranan penting. Teori ini juga sangat berpengaruh pada penelitian yang dilakukan oleh Cahyawati Lia, dimana hasil 56 penelitiannya menunjukan bahwa sebagian besar remaja putri mempunyai pengetahuan yang cukup tentang keputihan, yang terdiri dari pengertian, klasifikasi, penyebab, serta tanda dan gejala keputihan. Dan sebagian besar remaja putri mempunyai sikap yang positif tentang pencegahan 57 keputihan . KESIMPULAN A. Kesimpulan 1. Diketahui sebagian besar remaja putri di MTS Negeri II Semarang mempunyai pengetahuan yang sedang tentang keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 18 responden (41,9%) , mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 14 responden (32,6%) dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan baik tentang keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 11 responden (25,6%). 2. Sebagian besar remaja putri di MTS Negeri II Semarang mempunyai sikap positif positif terhadap keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 27 responden (62,8%) dan sebagian kecil mempunyai sikap negatif terhadap keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 16 responden (37,2%). 3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang keputihan fisiologis dan patologis dengan p value = 0,003 . KEPUSTAKAAN Asri. 2008. Keputihan Bisa Menyebabkan Kemandulan. http://sehatmania .blogspot.com Azwar, S.2010. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi 2006. Jakarta : Rineka Cipta. _________.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta. Cahyawati, Lia. 2010. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Keputihan Di SMA Sultan Agung 1 Semarang Tahun 2010. Semarang,Universitas Muhammadiyah Semarang. Dianawati. 2003. Pendidikan Remaja untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka Departemen Kesehatan RI. 20011. Data Penduduk Sasaran Program 58 Pembangunan Kesehatan. Available http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Data Penduduk Sasaran Program. Accessed on .Maret 2014 Boyke.Dian Nugraha. 2009. Jangan Sepelekan Keputihan. Available at http://dokter.us/jangan-sepelekan-keputihan-dr boyke-dian-nugraha-spog/. Accessed on Apr Maret 2014 Fristina, I.S. 2009. Hubungan Antara Tingkat Penegetahuan Tentang Keputihan\ Dengan Perawatan Keputihan Pada Siswi Kelas X SMA Negeri 2 Salatiga Tahun 2009. Semarang, Poltekes. Hendrik. 2006. Problema Haid Tinjauan Syariat Islam dan Medis. Solo: Tiga Serangkai Hidayat. 2003. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:salemba.medika Hutagalung. 2007. Pengembangan Kepribadian, Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif. Jakarta : PT Indeks. Iswati Erna. 2010. Awas Bahaya Penyakit Kelamin. Jogjakarta : DIVA Press. Indarti. 2004. Paduan Kesehatan Wanita. Jakarta Manuaba. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan : Jakarta : Buku Kedokteran EGC Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Rineka Cipta _____________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta _____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Smeltzer, C.S., Bare, G.B. 2002. Buku Ajar keperawtan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth . Jakarta: EGC. Sasmiyanti., Handayani, T.A. 2008. Memberantas dan Mengobati Keputihan. Available at http://sang wanita.blogspot.com/search. Accessed on Maret.2014. Sarwono, P. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saryono, A. S. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, SI, S2. Yogyakarta : Nuha Medika . Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA Wijayanti, D. 2009. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogjakarta: Book Marks. Widyastuti, Y., Rahmawati, A., Purnamaningrum,Y.E. 2009. Kesehatan 59 Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya. 60