1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak
dapat menghindari berbagai macam bentuk komunikasi karena dengan komunikasi
manusia dapat membangun relasi yang dibutuhkannya sebagai makhluk sosial.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang ke orang lain dengan
tujuan tertentu. Proses penyampaian pesan menggunakan cara yang efektif akan
dapat mudah dipahami oleh penerima pesan. Penyampaian pesan ini dapat berupa
isyarat, lisan, maupun tulisan. Dapat dikatakan bahwa dalam berkomunikasi
dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik sehingga tujuan yang akan
disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh si penerima pesan. Salah
satu aspek yang membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik adalah dalam
bidang pendidikan atau dapat disebut dengan komunikasi pendidikan.
Menurut Pawit (2010 : 02), komunikasi pendidikan adalah kegiatan
komunikasi yang dirancang secara khusus untuk tujuan meningkatkan nilai tambah
bagi pihak sasaran, yang sebenarnya dalam banyak hal adalah untuk meningkatkan
literasi pada banyak bidang yang bernuansa teknologi, komunikasi, dan informasi.
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang telah mencakup segala macam
aspek pendidikan. Salah satu aspek pendidikan yang penting yaitu pendidikan
kecerdasan yang bertujuan untuk mendidik anak mampu berpikir kritis, logis, dan
kreatif. Kecerdasan tersebut dapat ditemukan dalam bidang kajian matematika.
1
2
Matematika merupakan suatu objek kajian yang abstrak. Seperti yang telah
dijelaskan oleh R.Soedjadi (2000 : 13) bahwa matematika memiliki karakteristik,
diantaranya : (1) Memiliki objek kajian abstrak; (2) Bertumpu pada kesepakatan;
(3) Berpola pikir deduktif; (4) Memiliki simbol yang kosong dari arti;
(5) Memperhatikan semesta pembicaraan; (6) Konsisten dalam sistemnya. Objek
kajian abstrak berarti bahwa objek dasar yang dipelajari dalam matematika adalah
abstrak, yang meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi, dan prinsip. Keabstrakan
ini menjadikan objek kajian matematika sulit untuk dipahami.
Matematika adalah ilmu dasar yang digunakan ke semua bidang ilmu, seperti
kesehatan, perekonomian, perindustrian, dan ilmu-ilmu lainnya. Perhitungan
matematika sederhana pun bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, misalnya bidang
perdagangan. Meski matematika dibutuhkan dalam keseharian, banyak orang yang
merasa tidak membutuhkan matematika dan cenderung tidak menyukainya. Begitu
pun bagi siswa. Siswa beranggapan bahwa matematika adalah sesuatu yang sangat
sulit untuk dipahami. Untuk itu dibutuhkan kemampuan komunikasi matematika
yang baik bagi siswa sehingga objek-objek kajian matematika dapat dipahami
dengan baik.
Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan menyampaikan ideide matematika secara lisan maupun tulisan sehingga menjadi sarana bagi siswa
untuk memperoleh informasi. Komunikasi matematika tidak hanya digunakan
sebagai sarana untuk berpikir, namun menjadi alat untuk mengkomunikasikan
berbagai ide dengan singkat, padat, dan jelas. Apabila kita telah sepakat bahwa
3
matematika merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik
dalam komunitasya, maka komunikasi menjadi hal penting dari mengajar, belajar,
dan mengkases matematika. Tanpa komunikasi matematika maka kita akan
mendapatkan sedikit keterangan, data, maupun fakta tentang pemahaman siswa
dalam proses pembelajaran matematika. Proses pembelajaran pada hakikatnya
adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan
yang disampaikan berupa isi atau ajaran yang ditujukan kedalam simbol-simbol
komunikasi, baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non verbal.
Menurut NCTM dalam Ali Mahmudi (2009 : 2), standar kemampuan
komunikasi
(1)
matematika
Mengorganisasi
dan
yang
seharusnya
mengkonsolidasi
dikuasai
oleh
pemikiran
siswa
matematika
adalah
dan
mengkomunikasikan kepada siswa lain; (2) Mengekspresikan ide-ide matematika
secara koheren dan jelas kepada siswa lain, guru, dan lainnya; (3) Meningkatkan
atau memperluas pengetahuan matematika dengan cara memikirkan pemikiran dan
strategi siswa lain; dan (4) Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam
berbagai
ekspresi
matematika.
Dengan
memiliki
kemampuan
komunikasi
matematika yang baik, maka siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika
yang semestinya.
Kemampuan komunikasi matematika siswa merupakan salah satu kemampuan
yang harus dikuasai oleh siswa dalam proses pembelajaran. Kemampuan
komunikasi menjadi penting karena matematika pada dasarnya adalah bahasa yang
sarat dengan notasi dan istilah sehingga konsep yang terbentuk dapat dipahami oleh
4
siswa. Namun kenyataannya kemampuan komunikasi matematika siswa masih
rendah. Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa Indonesia di ajang TIMSS tahun
2007, terlihat bahwa hanya 14% siswa yang menjawab benar pada salah satu soal
tentang membaca data dalam diagram, sedangkan di tingkat internasional terdapat
27% siswa yang menjawab benar. Aspek pada kemampuan komunikasi matematika
tentang membaca data diagram yaitu aspek mengorganisasi pemikiran matematika
dan aspek mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas. Itu
menandakan bahwa komunikasi matematika siswa masih rendah.
Selain itu, Maryani (2011 : 24) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa tidak dapat menuliskan solusi masalah dengan sistematis dan
belum mampu bahasa matematika yang tepat. Padahal dalam menuliskan solusi
masalah dengan sistematis membutuhkan kemampuan untuk mengorganisasi dan
mengkonsolidasi pemikiran matematika. Selain itu juga dibutuhkan kemampuan
dalam menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi
matematika. Hasil penelitian tersebut menandakan bahwa kemampuan komunikasi
matematika siswa masih perlu ditingkatkan.
Kurangnya kemampuan komunikasi matematika memperlihatkan bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan
semua pihak. Padahal terdapat beberapa tujuan dilaksanakannya pembelajaran di
sekolah. Tujuan Pembelajaran Matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Tahun 2006 yaitu :
5
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model matematika dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut NCTM (2000 : 29) dalam buku Principle and Standards for School
Mathematics menyatakan bahwa standar pembelajaran matematika terdiri dari
pemecahan
masalah,
penalaran
dan
pembuktian,
komunikasi
matematika,
keterkaitan dalam matematika, dan representasi.
Terlihat bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah siswa
mampu mengkomunikasikan ide-ide matematika baik secara lisan maupun tulisan.
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan komunikasi matematika. Selain itu,
salah satu standar dalam pembelajaran matematika yaitu adanya komunikasi
matematika.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa dapat menghambat
tujuan pembelajaran. Agar kemampuan komunikasi matematika siswa dapat
berkembang maka diperlukan pembelajaran yang menunjang dan mewadahi
kebutuhan siswa dalam meningkatkan kemampuan tersebut.
6
Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman
dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif
permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Sedangkan pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal.
Pembelajaran matematika akan lebih tepat jika berpusat pada siswa, bukan
pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya
mentransfer ilmu secara pasif, namun siswa harus belajar aktif dan kreatif dalam
memecahkan suatu permasalahan matematika. Di sebagian besar pembelajaran
matematika di
sekolah, guru cenderung memberitahu konsep
dan cara
menggunakannya. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa hanya duduk,
mendengarkan, menulis dan menjawab soal-soal latihan. Pembelajaran yang tidak
efektif bagi siswa, namun menguntungkan bagi guru, sebab guru dapat
menyelesaikan bahan pelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum. Guru tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide-ide dan
melakukan aktifitas yang dapat mendorong siswa memahami materi yang diajarkan.
Kurangnya kemampuan komunikasi matematika memperlihatkan bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan
semua pihak. Agar kemampuan komunikasi matematika siswa dapat berkembang,
7
maka motivasi belajar matematika siswa juga perlu ditingkatkan. Karenanya, guru
dalam memilih model pembelajaran perlu mempertimbangkan suasana belajar yang
dapat memotivasi dan mendorong siswa untuk mencapai kemampuan tersebut.
Mengingat
pentingnya
komunikasi
matematika,
maka
diperlukan
suatu
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran
kooperatif tipe two stay two stray.
Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dikembangkan oleh Spencer
Kagan. Tipe ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan siswa. Pembelajaran Two Stay Two Stray diawali dengan pembagian
kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 siswa. Siswa dalam kelompok ini
akan diberi penugasan oleh guru sehingga menuntut siswa untuk berdiskusi
mengenai permasalahan yang diberikan. Setelah proses diskusi di dalam kelompok
masing-masing selesai, siswa dalam kelompok tersebut berbagi peran. Dua siswa
akan menjadi tamu yang akan berkunjung ke kelompok lain. Saat berkunjung, siswa
akan berdiskusi dan mencocokkan hasil pekerjaan kelompok masing-masing.
Kemudian siswa dipersilahkan kembali ke kelompok masing-masing untuk
mendiskusikan kembali hasil diskusi sebelumnya dengan hasil diskusi yang
diperoleh dari kelompok lain. Kegiatan terakhir adalah perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya. Semua kegiatan dalam pembelajaran two stay
two stray menuntut siswa untuk aktif berdiskusi sehingga dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematikanya, seperti aspek kemampuan menjelaskan
8
ide-ide matematika, kemampuan menganalisis permasalahan, maupun kemampuan
menyelesaikan masalah matematika. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa tipe ini
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan lebih memahami
materi yang sedang diajarkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian
untuk mengetahui tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe two stay
two stray ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti dapat
mengidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu :
1.
Pembelajaran di sebagian besar sekolah masih menggunakan metode
konvensional.
2.
Kurangnya kemampuan komunikasi matematika siswa.
3.
Pembelajaran Two Stay Two Stray dianggap mampu untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika namun masih jarang digunakan.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi, penelitian ini hanya
dibatasi pada dalam hal efektivitas strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay
two stray ditinjau dari kemampuan komunikasi metematika siswa pada
9
pembelajaran matematika materi Dimensi Tiga Kelas X semester genap SMA
Negeri 2 Purworejo.
D. Rumusan Masalah
Dengan pembatasan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan masalah
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray efektif ditinjau
dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA?
2. Apakah pembelajaran konvensional efektif
ditinjau dari kemampuan
komunikasi matematika siswa kelas X SMA?
3. Apakah strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray lebih efektif
dibandingkan pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari kemampuan
komunikasi matematika siswa kelas X SMA?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini berdasarkan rumusan masalah
di atas sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui efektivitas strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay
two stray ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X
SMA.
2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran konvensional ditinjau dari
kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA.
10
3. Untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two
stray lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional efektif ditinjau
dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematika melalui pembelajaran
kooperatif yang dilaksanakan.
2. Bagi Guru
Digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran dalam rangka
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
3. Bagi Peneliti
Memahami pelaksanaan pembelajaran kooperatif secara praktek, tidak hanya
sekedar teori.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Menjadi referensi untuk penelitian yang serupa.
Download