- Repository UNPAS

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkedel Bondon salah satu kuliner malam hari yang berada di kota
Bandung. Makanan ini hampir dinikmati oleh banyak orang dari berbagai
kalangan. Harganya yang murah dan variasi gorengan menjadikan santapan ini
dicari oleh orang. Tidak harus membeli, bahkan untuk masak sendiri pun bisa.
Ada yang unik dari gorengan di Bandung. Perkedel Bondon, biasa orang-orang
menyebutnya. Wajarnya gorengan dijual mulai sore hingga malam hari. Namun,
berbeda dengan gorengan perkedel Bondon ini. Perkedel Bondon ini baru dijual
jam 11 malam pada umumnya, perkedel dijadikan lauk yang disajikan bersama
nasi, tetapi warung perkedel Bondon yang bertempat di dekat Stasiun Hall
selatan, Jalan Suniaraja dalam terminal lama ini disantap langsung. Selain
perkedel Bondon warung ini juga menyajikan aneka gorengan lainnya seperti
perkedel jagung, tempe mendoan, dan tahu goreng.
Perkedel yang berbahan dasar kentang ini dulunya disebut perkedel Kostes.
Namun, lama-kelamaan orang-orang menyebutnya perkedel Bondon karena
perkedel ini hanya dijual menjelang tengah malam. Layaknya “bondon” ang
dalam bahasa sunda adalah pelacur. Dulu sebelum krisis moneter, pelanggan
perkedel ini kebanyakan wanita-wanita yang baru pulang dari diskotik.
Bandung merupakan salah satu kota metropolitan, selain Jakarta. Daya tarik
kota kembang ini tak pernah habis dimakan waktu. Salah satunya adalah
bondon. Namun jangan salah paham dulu, karena 'bondon' yang dimaksud bukan
wanita malam alias Pekerja Seks Komersial (PSK). Bondon adalah sebutan
untuk perkedel yang menjadi andalan sebuah warung nasi di dekat Stasiun Hall
Kebon Jati, Bandung.
Sebetulnya, nama bondon merupakan pemberian para pelanggan. Nama itu
diberikan karena dulu merupakan tempat berkumpulnya para wanita malam
sebelum atau sesudah 'bekerja’.
Untuk saat ini pelanggan perkedel Bondon kebanyakan dari kalangan
mahasiswa. Tak hanya mahasiswa yang sengaja mampir tetapi tak jarang orangorang bermobil juga menjadi pelanggan tetap perkedel yang satu ini. Demi
mencicipi cita rasa perkedel Bondon, pelanggan harus rela antri untuk
mendapatkan perkedel kentang yang “fresh from the oven” ini, nomor antrian
yang disediakan hingga 40 nomer antrian. Perkedel disajikan bukan lagi hangat
namun panas. Langsung diangkat dai penggorengan dan disajikan kepada
pelanggan.
Cara masak perkedel Bondon pun berbeda dengan pengorengan biasa.
Perkedel dimasak dengan menggunakan tungku arang. Sangat tradisional
memang. Inilah yang masih dipertahankan oleh pemilik warung perkedel
Bondon begitu pula dengan resepnya untuk mempertahankan cita rasa. Dari
tekstur luar perkedel ini Nampak crunchy, namun tekstur dalam nya lembut.
Bisnis kuliner adalah salah satu bisnis yang berkembang pesat di Kota
Bandung. Karena banyaknya bisnis yang berkembang, maka persaingan dalam
bisnis kuliner juga semakin tinggi. Selain rasa yang enak, sajian unik dan kreatif
juga dibuat untuk menarik para pelanggan. Hal inilah yang membuat kuliner
tempat wisata kuliner di Bandung berbeda dengan tempat wisata kuliner di kota
lain. Selain sebagai tempat wisata yang menarik banyak pengunjung dari sekitar
jawa barat dan DKI Jakarta, Bandung juga menyimpan sejuta rasa kuliner,
banyak ragam masakan lezat dan bergisi bisa anda dapatkan disepanjang ruas
jalan tempat wisata maupun jalan-jalan di Bandung.
Ada banyak tempat makan baik yang berupa kedai kecil maupun restoran di
kota ini. Anda bisa menyesuaikannya dengan isi dompet saat ini. Di Lembang
selain bisa menngunjungi tempat wisata pegunungan dengan pemandangan yang
indah dan sejuk, tersedia juga beragam wisata kuliner baik yang khas dari
Bandung maupun dari luar Bandung.
Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengelola, dan menyebar
luaskan berita kepada khalayak seluas-luasnya. Istilah jurnalistik erat kaitannya
dengan istilah pers dan komunikasi massa. Jurnalistik adalah seperangkat atau
alat media massa. Jurnalistik adalah suatu kepandaian praktis mengumpul,
mengedit berita untuk pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitanterbitan berkala lainnya. Selain bersifat keterampilan praktis jurnalistik
merupakan seni. Jurnalistik disebut seni dalam menulis karena dalam penulisan
berita harus mengandung unsur estetika atau keindahan di dalamnya, agar orang
yang melihat tertarik untuk membacanya, dan orang yang membacanya mengerti
informasi yang ada di dalam tulisan (berita) tersebut.
Komunikasi
merupakan
kebutuhan
manusia
yang
sangat
penting.
Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau
kepada orang lain. Kebutuhan untuk mendapatkan informasi semakin meningkat,
sehingga manusia membutuhkan alat komunikasi yang dapat digunakan
kapanpun dan dimanapun mereka berada. Jadi komunikasi merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang sangat vital.
Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan informasi,
untuk mendapatkan informasi itu maka dilakukan dengan cara berkomunikasi
baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi akan tercapai jika antara
orang-orang yang terlibat komunikasi terdapat kesamaan makna mengenai
sesuatu hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak.
Komunikasi sangat berperan penting dalam proses interaksi antara manusia
karena disadarkan ataupun tidak, komunikasi adlah suatu proses sosial yang
sangat mendesar dan vital dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dikatakan
mendasar karna setiap individu, atau anggota masyarakat keinginan untuk
mempertahankan hidupnya. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki
kemampuan
untuk
berkomunikasi
dengan
individu
lainnya,
sehingga
meningkatkan individu tersebut untuk tetap hidup. Dengan berkomunikasi
menyebabkan
pengalaman
seseorang
bertambah
luas,
sehingga
dapat
menyelesaikan sikap dan tingkah lakunya dengan sikap dan tingkah laku orang
lain.
Komunikasi merupakan salah satu cara membuka pikiran untuk melangkah
kedalam dunia yang lebih maju kaya akan informasi. Informasi tersebut menjadi
kebutuhan yang sangat esensial untuk berbagai tujuan. Dengan adanya informasi
masyarakat dapat mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau
pristiwa-peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sehingga wawasan masyarakat
bertambah, memperluas opini dan pandangan, serta dapat meningkatkan
kedudukan dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.
1.2 Fokus dan Pertanyaan Penelitian
1.2.1
Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian yang dikemukakan diatas, peneliti
memfokuskan
pada
“PERSEPSI
MASYARAKAT
TERHADAP
PERKEDEL BONDON DI STASIUN BANDUNG”
1.2.2
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana asensi masyarakat terhadap perkedel bondon di stasiun
Bandung
2. Bagaimana atensi social masyarakat terhadap perkedel bondon di stasiun
Bandung
3. Bagaimana interpretasi masyarakat terhadap perkedel bondon di stasiun
Bandung
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa persepsi
masyarakat terhadap perkedel bondon di stasiun bandung.
1.3.2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk
menyelesaikan program studi (S1) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. Selain itu tujuan lainnya
dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan arah dan tujuan umum dari
apa yang akan dicapai atau diharapkan dari sebuah penelitian, sehingga
merupakan lanjutan dari identifikasi masalah. Berdasarkan focus penelitian
diatas, maka tujuan peneliti adalah:
1. Untuk mengetahui asensi masyarakat terhadap perkedel bondon di
stasiun Bandung
2. Untuk mengetahui atensi social masyarakat terhadap perkedel bondon di
stasiun Bandung
3. Untuk mengetahui interpretasi masyarakat terhadap perkedel bondon di
stasiun Bandung
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana
penelitian ini bersifat teoritis tetapi tidak menolak bermanfaat praktis yang
didapat dalam penelitian untuk memecahkan suatu masalah. Penelitian ini
juga diharapkan dapat bermanfaat tidak hanya bagi peneliti tetapi juga bagi
pembaca lainnya, pengembangan suatu ilmu. Adapun dari penelitian ini
terbagi atas dua kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Kegunaan penelitian
yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.4.1
Kegunaan Teoritis
1. Secara teoritis, penelitian ini berguna sebagai pengembangan Ilmu
Komunikasi secara umum dan komunikasi antarpribadi secara khusus yaitu
tentang “Persepsi Masyarakat Terhadap Perkedel Bondon Di Stasiun
Bandung” selain itu dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya.
2. Penelitian ini dapat melengkapi kepustakaan bidang kajian Jurnalistik.
1.4.2
Kegunaan Praktis
1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi Sebagai
sumbangan pemikiran dalam menyikapi persepsi masyarakat.
2. Memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat dalam bentuk karya tulis
ilmiah yang dapat membantu masyarakat mengetahui dan memahami serta
memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai perkedel bondon di
stasiun Bandung.
1.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan teori fenomenologi sebagai kerangka
pemikiran yang akan menjadi tolak ukur dalam membahas dan memecahkan
masalah yang ada dalam pemelitian ini.
Fenomenologi merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami
dunia melalui pengalaman langsung, dengan demikian fenomenologi menjadikan
pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas.
Berasal dari bahasa Yunani, Phainoai yang berarti ”menapak”. Istilah
fenomenologi diperkenalkan oleh Johann Heirinkch. Meskipun demikian yang
menjadi pelopor aliran fenomenologi adalah Edmund Hussel.
Jika dikaji lagi Fenomenologi itu berasal dari phenomenon yang berarti
realitas yang tampak. Dan logos yang berarti ilmu. Jadi fenomenologi itu ialah
ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan dari realitas yang tampak.
Menurut kuswarno yang dikutip dari bukunya Metode Penelitian
Komunikasi:
Fenomenologi berusaha mencari pemahaman bagaimana
manusia mengkontruksi makna dan konsep penting dalam
kerangka intersubjektivitas(pemahaman kita melalui
dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain.
Selanjutnya menurut Little John yang dikutip dari bukunya
Teori of Human Communication:
Fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif
menginterpretasi
pengalaman-pengalamannya
dan
mencoba memahami dunia dengan pengalaman
pribadinya.
(LittleJohn,
Teori
of
Human
Communication,2009:57)
Schutz dengan aneka latar belakangnya memberikan warna tersendiri
dalam tradisi fenomenologi sebagai kajian ilmu komunikasi. Sebagai seorang
ekonom yang suka dengan musik dan tertarik dengan filsafat begitu juga beralih
ke psikologi, sosiologi dan ilmu sosial lainnya terlebih komunikasi membuat
Schutz mengkaji fenomenologi secara lebih komprehensif dan juga mendalam.
Schutz sering dijadikan centre dalam penerapan metodelogi penelitian
kualitatif yang menggunakan studi fenomenologi. Pertama, karena melalui
Schutz-lah pemikiran dan ide Husserl yang dirasa abstrak dapat dijelaskan
dengan lebih gamblang dan mudah dipahami. Kedua, Schutz merupakan orang
pertama yang menerapkan fenomenologi dalam penelitian ilmu sosial.
Dalam mempelajari dan menerapkan fenomenologi sosial ini, Schutz
mengembangkan juga model tindakan manusia (human of action) dengan tiga
dalil umum yaitu:
1. The postulate of logical consistency (Dalil Konsistensi Logis) Ini
berarti konsistensi logis mengharuskan peneliti untuk tahu validitas
tujuan
penelitiannya
sehingga
dapat
dianalisis
bagaimana
hubungannya dengan kenyataan kehidupan sehari-hari. Apakah bisa
dipertanggungjawabkan ataukah tidak.
2. The postulate of subjective interpretation (Dalil Interpretasi Subyektif)
Menuntut peneliti untuk memahami segala macam tindakan manusia
atau pemikiran manusia dalam bentuk tindakan nyata. Maksudnya
peneliti mesti memposisikan diri secara subyektif dalam penelitian
agar
benar-benar
memahami
manusia
adequacy
(Dalil
yang
diteliti
dalam
fenomenologi sosial.
3. The
postulate
of
Kecukupan)
Dalil
ini
mengamanatkan peneliti untuk membentuk konstruksi ilmiah (hasil
penelitian) agar peneliti bisa memahami tindakan sosial individu.
Kepatuhan terhadap dalil ini akan memastikan bahwa konstruksi
sosial yang dibentuk konsisten dengan konstruksi yang ada dalam
realitas sosial.
Schutz dalam mendirikan fenomenologi sosial-nya telah mengawinkan
fenomenologi transendental-nya Husserl dengan konsep verstehen yang
merupakan buah pemikiran weber.
Jika Husserl hanya memandang filsafat fenomenologi (transendental)
sebagai metode analisis yang digunakan untuk mengkaji ‘sesuatu yang muncul’,
mengkaji fenomena yang terjadi di sekitar kita. Tetapi Schutz melihat secara
jelas implikasi sosiologisnya didalam analisis ilmu pengetahuan, berbagai
gagasan dan kesadaran. Schutz tidak hanya menjelaskan dunia sosial semata,
melainkan menjelaskan berbagai hal mendasar dari konsep ilmu pengetahuan
serta berbagai model teoritis dari realitas yang ada.
Dalam pandangan Schutz memang ada berbagai ragam realitas termasuk di
dalamnya dunia mimpi dan ketidakwarasan. Tetapi realitas yang tertinggi itu
adalah dunia keseharian yang memiliki sifat intersubyektif yang disebutnya
sebagai the life world.
Ada beberapa tipifikasi yang dianggap penting dalam kaitan dengan
intersubyektivitas, antara lain :
1. Tipifikasi pengelaman (semua bentuk yang dapat dikenali dan
diidentifikasi, bahkan berbagai obyek yang ada di luar dunia nyata,
keberadaannya didasarkan pada pengetahuan yang bersifat umum).
2. Tipifikasi benda-benda (merupakan sesuatu yang kita tangkap sebagai
‘sesuatu yang mewakili sesuatu’.
3. Tipifikasi dalam kehidupan sosial (yang dimaksudkan sosiolog
sebagai System, role status, role expectation, dan institutionalization
itu dialami atau melekat pada diri individu dalam kehidupan sosial).
Manusia adalah makhluk sosial serta makhluk individual yang dinamis dan
kritis sehingga apa yang mereka lihat dapat menimbulkan suatu kesan atau pesan
yang dituangkan dalam sebuah pendapat (persepsi). Persepsi merupakan
pengamatan yang dilakukan seseorang dimana persepsi tersebut memerlukan
suatu rangsangan yang disebut dengan indra (pengindraan) baik apa yang dia
lihat, dia dengar dan dia rasakan.
Persepsi terbentuk karena suatu stimulus di dalam diri individu yang
menerima suatu rangsangan sehingga rangsangan tersebut dapat diterima oleh
diri individunya itu sendiri. Rangsangan tersebut membentuk suatu aksi yang
dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dikehendaki.
Menurut Deddy Mulyana (2007 : 179),
persepsi adalah proses yang
memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan
dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu
proses yang terjadi pada diri kita terhadap suatu lingkungan atau ruang lingkup
yang melibatkan panca indra (pengindraan) serta adanya suatu rangsangan
dimana alat indra kita bekerja baik itu indra penglihatan, pendengaran dan
penciuman terhadap apa yang kita rasakan tergantung pada stimulus fisik dan
sosial dalam lingkungan itu sendiri.
Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat – alat indra kita (indra
peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap dan indra pendengar),
atensi dan interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak
lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Makna
pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Seseorang tidak lahir untuk
kemudian mengetahui bahwa rasa gula itu manis dan api itu membakar. Semua
indra itu punya andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Penglihatan
menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterpretasikan. Oleh karena
otak menerima kira – kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual,
penglihatan mungkin merupakan indra yang paling penting. Pendengaran juga
menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Tidak seperti pesan
visual yang menuntut mata mengarah pada objek, suara diterima dari semua
arah. Penciuman, sentuhan dan pengecapan terkadang memainkan peran penting
dalam komunikasi, seperti lewat bau parfume yang menyengat, jabatan tangan
yang kuat, dan rasa air garam di pantai.
Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan
kejadian atau rangsangan apapun, kita harus terlebih dulu memperhatikan
kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi masyarakat
kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan
juga diri
sendiri. Dalam banyak kasus, rangsangan yang menarik perhatian kita cenderung
kita anggap lebih penting daripada yang tidak menarik perhatian kita.
Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang
kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Namun anda tidak dapat
menginterpretasikan
makna
setiap
objek
secara
langsung,
melainkan
menginterpretasikan makna informasi yang anda percayai mewakili objek
tersebut. Jadi pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukan
pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan
mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut.
Persepsi juga dapat dikatagorikan sebagai sesuatu yang dapat dirasakan
oleh panca indra disertai adanya suatu pengalaman, peristiwa yang sedang
terjadi dan menimbulkan sebuah pesan, seperti pengindraan kita mengenai
lingkungan dimana yang kita ketahui bersama bahwa lingkungan sangat
mempengaruhi terjadinya suatu persepsi akibat suatu perubahan (Fenomena)
yang terjadi.
Dengan adanya teori fenomenologi, menjadi alat bagi peneliti untuk
mendalami serta mencari hakikat dari bagaimana sebuah fenomena yang telah
terjadi yakni fenomena tentang persepsi remaja. Berorientasi pada kerangka
pemikiran yang telah peneliti paparkan, berikut uraian bagan kerangka
pemikiran dari permasalahan yang peneliti angkat sebagai berikut:
Bagan Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1
Persepsi Masyarakat Terhadap Perkedl Bondon di Stasiun
Bandung
Fenomenologi Sosial
(Alfred Schutz)
Persepsi
(Deddy Mulyana)
Sensasi
Atensi
Interpretasi
Sumber: Alfred Shult, Deddy Mulyana, Modifikasi penulis & pembimbing 2016
Download